• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: ANA SAFITRY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: ANA SAFITRY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KONSEP PERUBAHAN SIFAT BENDA PADA MURID KELAS V SDN 112 BELAJEN

KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah

SatuSyaratGunaMemperolehGelarSarjanaJurusanPendidikan Guru SekolahDasarFakultasKeguruan

Dan IlmuPendidikanUniversitasMuhammadiyah Makassar

Oleh:

ANA SAFITRY

10540915014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama : Ana safitry

NIM : 10540 9150 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Hasil Belajar IPA Konsep Perubahan Sifat Benda Pada Murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2018 Yang Membuat Perjanjian

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ana safitry

NIM : 10540 9150 14

Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar

DenganJudul : Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Hasil Belajar IPA Konsep Perubahan Sifat Benda Pada Murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini yang selalu melakukan konsultasi dengan pembimbingan yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, Agustus 2018 Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi

MOTTO

Jangan Pernah Menyepelehkan Sesuatu Hal Sebab, Menyepelehkan Sesuatu Merupakan Bumerang yang Akan Muncul Pada Diri Kita

Keyakinan Merupakan Kekuatan yang Ada Pada Diri KitaSebab Tanpa Keyakinan

Keragu-raguan Akan SelaluHadir pada Diri Sendiri

Persembahan

Kupersembahkan Karya Tulisan Ini

Buat Ayahanda dan Ibunda yang Penulis Sayangi Serta Saudaraku Yang Selama Ini Memberikan Dorongan dan Do’a

(7)

vii ABSTRAK

Ana safitry. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap

Hasil Belajar IPA Konsep Perubahan Sifat Benda pada murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. SkripsiJurusanPendidikan Guru Sekolah Dasar dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Pembimbing I Irmawanty,s.Si.,M.Si. dan Pembimbing II Hilmi Hambali, S.Pd., M.Kes.

Penelitian ini adalah penelitian Eksperimen (Pre-Eksperimental) dengan desain One-Group Pretest-Posttest Design yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar IPA Konsep Perubahan Sifat Benda pada murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alamdan variabel terikat adalah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SDN 112 Belajen. Sampel penelitian adalah murid kelas V SDN 112 Belajenyang berjumlah 20 orang.

Data hasil penelitian diperoleh dengan memberikan pretest pada awal pertemuan dan posttest pada akhir pertemuan berbentuk soal pilihan ganda dan uraian yang dianalisis menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar murid dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi konsep perubahan sifat benda. Hal inidibuktikan dengan hasil analisis statistika deskriptif menunjukkan bahwa rata- rata nilai hasil belajar IPA pada pretest 57,00 sedangkan rata-rata hasil belajar IPA pada posttest 90,00. Sedangkan hasil analisis statistic inferensial a=0,05diperoleh thitung>ttable = 7,183>1,729. Perbedaan antara hasil pretest dan posttest signifikan dan dapat disimpulkan bahwa H0 ditolakdan H1 diterima.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati, yang memiliki alam semesta beserta isinya dan segala rahmat beserta barokahnya.

ShalawatdansalamtaklupajugakitakirimkankepadaRasulullah SAW

sebagaitauladansepanjangmasa. Dengan rahmat dankehendak-Nya pula sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Konsep

Perubahan Sifat Benda Pada Murid Kelas V SDN 112

BelajenKecamatanAllaKabupatenEnrekang”yang diajukan sebagai syarat

memperoleh gelar Sarjan Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam melakukan segala sesuatu yang positif, tentulah akan ada berbagai

kesulitan yang datang dan menghadang. Demikian

puladalampenyusunanproposalinijuga tidak luput dari kedatangan kesulitan- kesulitan itu. Namunalhamdulillah,dengan bantuan semua pihak, akhirnyaproposal ini bisa terselesaikan dengan baik.Oleh karena itu, setelah Allah SWT dan Rasulullah SAW tercinta, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: Kedua orang tua ayahanda Sinajan dan Ibunda tercinta Anita yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, cinta, jasa yang tak ternilai harganya, dan perhatian serta doa untuk penulis dalam menuntut ilmu. Demikian pula kepada para keluarga yang senantiasa mengajariku tentang arti perjuangan dalam hidup.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga kepada orang-orang yang sangat menginspirasi bagi kehidupan penulis yakni: Bapak Dr. H.Abd.Rahman Rahim, SE., MM sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak, Erwin AkibS.Pd, M.Pd , Ph.D, sebagai Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Sulfasyah, MA., Ph. D, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah DasarUniversitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Irmawanty, S.Si, M.Si, dan Hilmi Hambali, S.Pd, M.Kes, selaku pembimbing I dan pembimbing II dengan segala kerendahan hatinya telah meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, arahan dan bimbingan serta senantiasa mengalirkan ilmu dan pengalamannya dalam penyusunan skripsi ini kepada penulis.

(9)

ix

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna dimuka bumi ini, hal ini berlaku pada penyusunan skripsi ini yang didalamnya masih terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis dengan kerendahan hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak dalam penyempurnaannya.

Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.

Makassar, Agustus 2018

Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Kajian Pustaka ... 8

1. Pengertian Belajar... 8

2. Hasil Belajar ... 10

3. Pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) Di SD… ... 10

4. Materi Konsep Perubahan Wujud Benda ... 13

(11)

xi

B. Kerangka Pikir ... 22

C. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitiaan ... 25

B. VariabelPenelitian ... 25

C. DesainPenelitian ... 25

D. Populasi dan sampel ... 26

E. DefenisiOperasionalVariabel... 27

F. ProsedurPenelitian ... 28

G. InstrumenPenelitian ... 29

H. TeknikPengumpulan Data ... 30

I. TeknikAnalisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48

Saran ... 49

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 One Grop Pretest-Posstest Design ... 26

3.2 JumlahSiswa SDN 112 Belajen ... 26

3.3 KategoriStandarHasilBelajar ... 31

3.4 KategoriStandarKetuntasanHasilBelajar ... 32

4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posstest ... 37

4.2 Distribusi Frekuensi dan Peresentase Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posstest ... ... 38

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakekat pendidikan adalah : 1) Interaksi manusiawi, 2) Membina dan mengembangkan potensi manusia, 3) Berlangsung sepanjang hayat, 4) Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu, 5) Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek dengan pembawaan guru dan meningkatkan taraf hidup manusia. Haling, dkk. (2007: 88).

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 22).

Didalam pendidikan proses belajar mengajar harus sesuai dengan kurikulum yang telah ada, oleh karena itu sebagai seorang guru kita harus menyiapkan perangkat sebelum melaksanakan pembelajaran dikelas agar proses belajar mengajar didalam pendidikan berjalan sesuai rencana.

(15)

2

Dengan demikian pendidikan, khususnya sekolah harus memiliki sistem pembelajaran yang

menekankan pada proses dinamis yang berdasar pada upaya meningkatkan keingintahuan murid.

Sebagai guru hendaknya anda pandai menggunakan atau memilih metode dan model yang tepat dan sesuai dengan materi kondisi murid. Model diatikan sebagai pola dari sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan. Model dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain didalam mengajar atau menyampaikan pengetahuan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Depdiknas, 2006 tercantum bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD adalah:

(1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Suatu inovasi yang lahir untuk mengantisipasi perubahan paradigma pembelajaran adalah diterapkannya model-model pembelajaran yang inovatif.Model-model ini lahir untuk mengatasi masalah pokok dalam pembelajaran sekarang ini, yakni masih rendahnya daya serap murid yang tampak dari hasil belajar murid yang masih memprihatinkan. Dengan kata lain, penerapan setiap model pembelajaran dapat membantu murid dalam memahami ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam proses pembelajaran. Khususnya bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap

(16)

3

hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA.Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah sebagai sarana penyampaian pembelajaran IPA kepada murid.

Keberhasilan pendidikan, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

tergantung dari berbagai factor, antara lain murid itu sendiri, materi

pelajaran, guru dan orang tua, paling tidak guru harus menguasai materi

yang diajarkan dan terampil dalam menyajikannya. Pada kegiatan

pembelajaran, guru mempunyai peranan penting dalam menentukan

keberhasilan murid dalam belajar, oleh sebab itu guru tidak hanya dituntut

professional dibidangnya tetapi lebih dari itu guru dituntut memiliki

komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang lebih efektif

dan efisien.

Alasan memilih model pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran di kelas V SDN 112 Belajen karena model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk pelajaran IPA, model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Tugas guru dalam hal ini adalah mengajukan masalah, mendukung belajar murid, membimbing dan mengarahkan murid untuk mengajukan masalah dan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.

Menurut Trianto(2001:19), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua

(17)

4

arah belajar dan lingkungan. Pengalaman peserta didik yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta biasa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang akan datang. Dinyatakan bahwa kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan pembangunan. Khusus IPA tidak hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan pengertian IPA saja, melainkan juga untuk mengembangkan keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar kegiatan seperti pengamatan, penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan dalam membangun pengetahuan sangat diutamakan.

(18)

5

Alam (IPA) sangatlah berbeda dengan kenyataan pada saat observasi.Hal ini terungkap berdasarkan hasil observasi di SDN 112 Belajen, menunjukkan bahwa meski banyak siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan yaitu 70, tetapi pemahaman mereka tentang materi IPA masih sangat kurang.Hasil observasi menunjukkan nilai yang diperoleh murid kelas V yang berjumlah 20 orang yaitu nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah

adalah 40, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 61,32. Berdasarkan dari nilai KKM murid yang tuntas sebanyak 12 orang dan yang tidak tuntas sebanyak

8 orang.Keadaan seperti ini dapat disebabkan karena guru masih dominan menerapkan metode konvensional yang mengarah kepada hafalan pembelajaran IPA, murid hanya diajar menghafal teori konsep IPA, tidak diajar bagaimana murid memahami konsep IPA dengan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, dan jarang menggunakan alat bantu pengajaran. Murid tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, inovatis dan sistematis karena strategi pembelajaran berfikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran di SDN 112 Belajen masih terpusat pada guru bukan pada murid.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

(19)

6

SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang”. B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah dibahas sebelumnya maka, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA Konsep Perubahan Sifat Bendapada murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA konsep Perubahan SifatBendapada murid Kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi bagi pembangunan dan pengembangan kelembagaan. Kontribusi hasil penelitian ini adalah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi dalam untuk memperoleh gambaran tentang peranan guru sebagai pendidik pada murid Sekolah Dasar Negeri 112 Belajen Kecamatan alla Kabupaten Enrekang.

b. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan untuk pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan menentukan langkah selanjutnya.

(20)

7

c. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis, khususnya dalam membuat karya ilmiah sekaligus sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi murid, dapat memberikan motivasi bagi murid dalam meningkatkan aktivitas belajar di sekolah.

b. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efektif.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap murid yang diharapkan.

(21)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Menurut Faturrohman (2015: 27) belajar adalah proses yang terus- menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Menurut Sagala (2014: 11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi)

Arthur T. Jersild dalam Sagala (2014: 12) menyatakan belajaradalah “modification of behavior through experience and

training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan

tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.

Henry E. Garret dalam Sagala (2014: 13) menyatakan belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan menurut Lester D. Crow dalam Sagala (2014: 13) belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.

(22)

9

Gagne dalam Sagala (2014: 17) menyatakan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah

belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.

Selanjutnya Winnkel (dalam Trianto 2009:13) berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang mengahsilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan sikap nilai.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku uang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (Hamdani, 2003: 20)

Menurut Anthony Robbins (dalam Trianto, 2009:15), belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

(23)

10

bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental dan psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

2. Hasil belajar

Susanto (2013:5) menyatakan hasil belajar adalah perubahan- perubahan yang terjadi pada diri murid, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Suprijono (2009: 5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.Menurut Gagne dalam Baso (2013: 13) hasil belajar merupakan hasil interaksi stimulus dari luar dengan pengetahuan internal murid.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan di bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai),

serta bidang psikomotorik (kemampuan/keterampilan

bertindak/berperilaku) yang dicapai murid sebagai hasil dari proses belajar.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

(24)

11

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA

yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 22).

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya.Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 22).

Carin dan Sund dalam Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 24) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Menurut Carin dan Sund dalam Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 24) IPA memiliki empat unsur utama, yaitu, Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open ended. Proses pemecahan masalah pada IPA

(25)

12

memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Aplikasi: Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sisitem pembelajaran IPA, sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajran, dan keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 26).

Menurut Wisudawa dan Eka Sulistyowati (2014: 26) proses pembelajaran IPA harus memerhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk.IPA sebagai integrative science atau IPA terpadu telah diberikan di SD/MI dan SMP/MTs sebagai mata pelajaran IPA terpadu dan secara terpisah di SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu Biologi, Fisika, IPA, serta Bumi

(26)

13

dan Antariksa.

c. Tujuan Pembelajaran IPA SD

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk pertama, memperoleh keyainan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan- Nya.Kedua, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Ketiga, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Keempat mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Kelima, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.Keenam, Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

4. Materi konsep perubahan wujud benda

1. Perubahan Sifat Benda

(27)

14

dengan melihat perubahan sifat benda tersebut. Perubahan sifat benda tentunya berbeda antara benda yang satu dengan yang lain. Ada benda yang mengalami perubahan warna dan ada pula yang mengalami perubahan bentuk. Selain perubahan bentuk dan warna benda juga dapat mengalami perubahan kelenturan dan bau.

Benda dapat mengalami perubahan sifat karena beberapa faktor.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan, dan perkaratan.

(28)

15 a. Pemanasan

Pada saat kamu memakan es krim, lama-kelamaan es krim tersebut akan mencair. Mencairnya es krim disebabkan karena suhu di luar lebih tinggi (panas) dari pada suhu es krim tersebut. Selain es krim, mentega juga mengalami hal yang sama ketika dipanaskan. Bagaimana jika air dipanaskan? Pemanasan air akan mengakibatkan air berubah wujud menjadi uap air (gas). Jadi pemanasan mengakibatkan benda mengalami perubahan wujud. Benda padat apabila dipanaskan akan berubah menjadi cair dan benda cair apabila dipanaskan akan berubah menjadi uap air.

b. Pendinginan

Es krim atau es yang biasa kamu beli di sekolah atau warung dekat rumahmu sebenarnya berasal dari bahan-bahan yang berbentuk cairan. Apabila cairan tersebut didinginkan maka akan berubah wujud menjadi padat, yaitu es. Mentega yang dicairkan setelah dipanaskan akan kembali menjadi padat setelah didinginkan. Jadi, pendinginan menyebabkan benda mengalami perubahan ujud.

(29)

16

Benda cair akan berubah wujudnya menjadi benda padat.

c. Pembakaran

Dalam kegiatan yang kamu lakukan sebelumnya, kamu membakar ketas yang besrwarna putih.Pada saat di bakar kertas tersebut mengalami perubahan warna dan bentuk.Sebelum dibakar kertas tersebut berwarna putih, namun setelah dibakar warna kertas berubah menjadi hitam.Selain perubahan warna, kertas juga mengalami perubahan bentuk dari berupa lembaran menjadi abu. Jika kamu membakar karet maka selain bentuk dan warnanya akan berubah, kelenturan dan baunya pun menjadi berubah. Oleh karena itu, pembakaran dapat menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan, dan bau.

d. Pembusukan

(30)

17

terbuka dalam waktu beberapa hari? Tentunya buah itu akan menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di

udara terbuka akan mengalami pembusukan. Jadi, pembusukan juga mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau.

e. Perkaratan

Kamu mungkin pernah melihat besi atau rantai sepedamu berkarat.Logam seperti besi, dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama.Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah dan besi menjadi rapuh. Perkaratan dapat menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan, Abdullah (1998: 83)

5. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada murid situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan

(31)

18

penyelidikan.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.Pembelajaran ini membantu murid untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks, Ratumanan (Trianto,2002: 64).

Menurut Arends (Trianto,1997:64), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana murid mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan Inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri

Pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik memperoleh pengetahuan Duch (Shomin, 2016:130)

Sanjaya (2013: 213) Menyatakan, Pembelajarn berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah.

(32)

19

Berdasarkan teori yang dikembangkan Borrow,Min Liu (Shoimin,2016:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu: 1. Learning is student-centered. Proses dalam PBL lebih

menitikberatkan kepada murid seabagai orang belajar. Oleh karna itu PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana murid didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2. Authentic problems form the organizing focus for learning. masalah yang disajikan kepada murid adalah masalah yang otentik sehingga murid mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3. New information is acquired through self-directed learning.dalam proses pemecahan masalah mungkin saja murid

belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratannya sehingga murid berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya.

4. Learning occurs in small groups. Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PMB dilakukan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

5. Teachers act as facilitators. Guru hanya berperan sebagai fasilitator.

(33)

20

aktivitas murid dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Kelebihan

a) Murid didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata

b) Murid memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivas belajar.

c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh murid.hal ini mengurangi beban murid dengan menghafal dan menyimpan informasi.

d) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. e) Murid memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya

sendiri.

f) Murid memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

g) Kesulitan belajar murid secara individual dapat diatasi

melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching 2. Kekurangan

a) PMB tidak diterapkan untuk setiap materi pelajaran. Ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PMB

(34)

21

lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

b) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman murid yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas, Shoimin (2016: 132)

d. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan murid dalam suatu kegiatan.Pada pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah yang dimulai dengan guru memperkenalkan murid dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja murid. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarka langkah-langkah pada tabel berikut:

Sintaks pengajaran berbasis masalah

Tahap Tingkah laku guru

Tahap – 1 Orientasi murid pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah, memotivasi murid untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah.

(35)

22

Tahap – 2

Mengorganisasikan murid untuk belajar

Guru membantu murid untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

tersebut. Tahap – 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong murid untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap – 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu murid dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan serta membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya. Tahap – 5

Menganalisisdan

Guru membantu murid untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka

(Sumber: Ibrahim & Nur, 2000: 13)

e. Manfaat Pengajaran Berbasis Masalah

Pengajaran nerdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada murid. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu murid mengembangkan kemampuan befikir, pemecahan masalah,

pemecahan masalah proses mengevaluasi

(36)

23

dan keterampilan intelektual Ibrahim (Trianto, 2000: 71)

Menurut Sudjana, Manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para murid merumuskan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku,tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

f. Hasil Penelitian Yang Relevan

a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Triyana menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara murid yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan murid yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata yang diperoleh antara murid yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah yaitu sebesar 77,48 dan murid yang belajar melalui pembelajaran konvensional yaitu sebesar 69,78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA murid kelas V SD Gugus IV Tampaksiring tahun pelajaran 2013/2014. b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kd. Mahendra menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA antara murid yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan murid yang diajar

(37)

24

menggunakan pembelajaran konvensional. Jadi, model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada murid kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

B. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru menggunakan metode konvensional/ceramah yang cenderung menekankan pada aktivitas guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan murid hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan oleh guru. Hal tersebut tidak membuat murid menjadi aktif dalam pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar akan terasa membosankan, hal ini tentunya akan berefek negatif terhadap pemahaman materi oleh murid.

Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dalam pembelajaran akan mengangkat satu masalah aktual sebagai salah satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Murid berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

(38)

25

Pembelajaran IPA

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Mengenai perubahan sifat benda

Analisis

Temuan

Berpengaruh Tidak

Berpengaruh

Hasil Belajar Hasil Belajar

Tetap/Tidak Meningkat

Model pembelajaran pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) peneliti merancang strategi yang ingin digunakan dalam proses belajar mengajar, model adalah salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM).

Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalahini, dianggap mampu membuat aktivitas belajar lebih bermakna dan mencapai tujuan yang diharapkan. Secara sederhana kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:

(39)

26 C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka piker diatas, dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: “ Ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan alla Kabupaten Enrekang.

Ada dua cara dalam menyatakan hipotesis-hipotesis, yakni hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Adapun Hipotesis statistik dirumuskan:

H0: Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar IPA murid SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

H1: Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar IPA murid SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Jenis penelitian ini adalah Pre-

Eksperimental Designs yaitu suatu jenis penelitian yang hanya melibatkan satu

kelas sebagai kelas eksprimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar murid pada kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan alla Kabupaten Enrekang.

B. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu :

a. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Berbasis Masalah

b. Variabel terikat yaitu hasil belajar IPA mengenai Perubahan Sifat Benda

C. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah One-Group Pretest-posttest

Design.Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas

yaitu kelas eksprimen yang diawali dengan pretest sebelum diberi perlakuan.Dengan demikian hasil perlakuan yang didapat lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.Adapun model desainnya adalah sebagai berikut:

(41)

28

Tabel 3.1 Model One-Group Pretest-Posttest Design

O1 X O2

Sumber: (Sugiyono, 2016: 74) Keterangan:

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) X = Perlakuan (pembelajaran berbasis masalah) O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut sugyono (2016: 117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitatif dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik kesimpulannya.Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 112 Belajen Kabupaten Enrekang dengan populasi penelitian adalah seluruh murid kelas V yang berada di tempat penelitian tahun ajaran 2018,

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. V 12 8 20

Sumber:SDN 112 Belajen

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Adapun sampel yang dimaksud peneliti adalah murid kelas V SDN 112 Belajen.Dalam hal ini teknik sampling yang dipilih oleh peneliti

(42)

29

adalahtekniksampling purposive.Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Peneliti menentukan Kelas V sebagai sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan, diantaranya: sampel yang telah dipilih dianggap paling memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian dalam hal ini meneliti pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA murid SDN112 Belajen.

E. Defenisi Operasional Variabel

Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam judul maupun isi dalam penelitian ini yang perlu di klarifikasi agar memperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain :

1) Model pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupa nyata lalu dari masalah ini murid diransang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowladge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah.

2) Hasil belajar

Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh murid setelah mengikuti proses belajar mengajar yang berkenaan dengan materi suatu

(43)

30

mata pelajaran. Hasil belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

F. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan yakni:

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus surat izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak- pihak yang bersangkutan

b. Konsultasi dengan pembimbing, guru dan kepala sekolah agar penelitian diberi izin

c. Menelaah materi yang akan diajarkan

d. Menyiapkan perangkat pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan mencerminkan Pembelajaran Berbasis Masalah.

e. Membuat instrumen penelitian f. Menyiapkan observer

2. Tahap Pelaksanaan

Adapun cara yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang kongkrit dengan menggunakan instrumen penelitian serta dengan membaca referensi yang berkaitan dengan pembahasan, baik menggunakan kutipan langsung atapun kutipan tidak langsung. Langkah awal dalam tahap pelaksanaan ini

adalah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti mengadakan

(44)

31

Ilmu Pengetahuan Alam sebelum diterapkan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah untuk mengukur pemahaman konsep peserta murid kelas V SDN

112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang sebagai tolak ukur awal

tingkat pemahaman konsep peserta didik. Selanjutnya peneliti

mempraktikkan skenario pemebelajaran yang telah direncanakan yang berisi tentang perlakuan yang ditetapkan yaitu model pembelajaran berbasis masalah pada materi. Selama proses pembelajaran berlangsung, maka

peneliti dibantu oleh observer melakukan kegiatan observasi di dalam kelas

selama proses pembelajaran berlangsung .Selanjutnya peneliti memberikan

tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar IPA murid terkait materi yang telah diajarkan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian di sekolah dengan menggunakan perhitungan statistik deskripsi dan statistik inferensial.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau media untuk mengukur berbagai pengaruh antara veriabel yang satu dengan variabel yang lain. Untuk memperoleh informasi tentang ketuntasan hasil belajar, aktivitas murid dalam proses pembelajaran, maka perlu mengembangkan instrumen. Intstrumen- instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(45)

32

1. Tes hasil belajar, dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar IPA

muridsebelum dan setelah diterapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Lembar observasi aktivitas murid, dimaksudkan untuk mengetahui data

tentang kehadiran dan keaktifan murid dalam prosespembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes belajar dan observasi masing-masing akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut:

1. Tes hasil belajar

Suharsimi (2010:266), menyatakan bahwa tes untuk manusia adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan dasar atau prestasi.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dengan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas oleh orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sugiyono (2016: 145).

(46)

33 I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Sugiyono (2016: 147). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2013:207). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data hasil IPA, aktivitas dan respon murid pada setiap kelompok yang telah dipilih.

a. Hasil belajar murid

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar IPA SDN 112 Belajen sebagai berikut:

Tabel 3.3: Kategorisasi tingkat hasil belajar IPA

Interval Kategori 0 – 54 Sangat rendah 55 – 64 Rendah 65 – 79 Sedang 80 – 89 Tinggi 90 – 100 Sangat tinggi

(47)

34

Hasil belajar murid juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual.Kriteria seorang murid dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai minimal 70 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah.Kategorisasi ketuntasan hasil belajar murid dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar IPA Murid KelasVSDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

Nilai Kategorisasi Ketuntasan belajar

70–100 Tuntas

0 –69 Tidak Tuntas

Sumber: SDN 112 Belajen Kabupaten Enrekang

Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75% sdari jumlah murid telah mencapai standar ketuntasan minimum (KKM). Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus berikut:

Ketuntasan belajar klasikal =

b. Aktivitas Murid dalam Proses Pembelajaran

Analisis data aktivitas murid dilakukan dengan menentukan frekuensi dan persentase frekuensi setiap indikator aktivitas murid.Langkah-langkah analisis aktivitas murid, yaitu:

1. Menentukan frekuensi hasil pengamatan aktivitas murid untuk setiap indikator dalam satu kali pertemuan.

2. Mencari persentase frekuensi setiap indikator dengan membagi besarnya frekuensi dengan jumlah murid, kemudian dikalikan 100%.

(48)

35

Untuk menghitung rata-rata persentase setiap aspek aktivitas murid digunakan rumus sebagai berikut:

Pta 

Ta

100%

T

Keterangan: Pta =Persentase aktivitas murid untuk setiap pertemuan

Ta =Banyaknya murid yang memberikan respon untuk

jenis aktivitas tertentu yang dilakukan setiap pertemuan

T = Jumlahmurid

Murid dikatakan aktif apabila persentase frekuensi indikator aktivitas murid yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan dari setiap pertemuan pembelajaran, dan aktivitas murid yang tidak berkaitan dengan kegiatan pembelajaran menurun dari setiap pertemuan pembelajaran.

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa aktivitas murid terlihat aktif melalui model pembelajaran berbasis masalahadalah apabila sekurang-kurangnya 75% murid terlibat aktif dalam proses pembelajaran ditinjau dari aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, baik aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental.

2. Teknik Analisis Statistik Inferensial

Analisis inferensial merupakan statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah disusun dan diolah. Sugiyono (2016:209) menyatakan bahwa “statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

(49)

36

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.Teknik ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis penelitian.

Uji Hipotesis

Teknik analisis inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan tentang populasi dari sampel yang ditarik dari populasinya. Pengujian yang digunakan adalah uji signifikan (uji-t) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat tabel penolong untuk mencari nilai t

2) Menghitung nilai mean dari perbedaan pretest dengan posttest, dengan persamaan:

Di mana:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

∑ = jumlah dari gain (posttest – pretest) N = subjek pada sampel

3) Menghitung defiasi masing-masing subjek dengan persamaan:

Di mana:

Xd = defiasi masing-masing subjek

d = gain (posttest – pretest)

4) Menghitung jumlah kuadrat defiasi dengan persamaan: ∑

(50)

37

Di mana: ∑ = jumlah kuadrat defiasi ∑ = jumlah kuadrat

masing-masing subjek N = subjek pada sampel

5) Menghitung nilai db, dengan persamaan:

Di mana: N = subjek pada sampel

6) Menghitung nilai t dengan persamaan:

√ ∑ Di mana:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest ∑ = jumlah kuadra t defiasi N = subjek pada sampe l Arikunto (2013: 124) 7) Membuat kesimpulan hasil penelitian

H1 diterima

(51)

38

> ttabel

H0diterima

apabila thitung

< ttabel

a. Jika t Hitung > t table maka ditolak dan diterima, berarti penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan alla Kabupaten Enrekang

b. Jika t Hitung< t tabel maka diterima, berarti penggunaan model pembelajaran berbasis masalahtidak berpengaruh terhadap hasil belajar murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

(52)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini telah dilakukan pada hari senin tanggal 23 Mei sampai tanggal 27 Mei yang dilaksanakan di SDN 112 Belajen dengan pokok bahasan perubahan sifat benda.Dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial sekaligus menjawab hipotesis yang telah ditetapkan. Jadi hasil penelitian yang didapatkan setelah penelitian dirincikan sebagai berikut:

1. Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis statitik dekriptif menunjukkan tentang karakteristik distribusi skor hasil belajar dari masing–masing kelompok penelitian sekaligus jawaban atas masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

a. Deskripsi Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Data hasil belajar IPA murid dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data sebelum perlakuan (pretest) dan data setelah perlakuan (posttest). 1). Data Hasil Pretest dan posttest

kor hasil belajar IPA murid sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan pada model pembelajaran berbasis masalah pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla

(53)

40 ditunj 37

Chart Title

120 100 80 60 40 20 0 pretest posttest Kabupaten Enrekang disajikan secara lengkap pada lampiran.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap skor hasil belajar IPA murid sebelum diberikan perlakuan (pretest)dan sesudah diberikan perlakuan(Posstest) ukkan seperti pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar IPA MuridSDN 112 Belajen

Statistik Nilai Pretest Nilai Postest

Subjek 20 20 Skor Ideal 100 100 Skor Maksimum 100 100 Skor Minimum 40 70 Rentang Skor 60 30 Skor rata-rata 57,00 90,00

Sumber: Data Olah Lampiran D (Pretest)

Gambar 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN

(54)

41

sangat tinggi tinggi

sedang sangat rendah rendah

20 10 0 pretest protest 70 60 50 40 30

Apabila skor hasil belajar IPA murid dikelompokkan kedalam lima kelas interval skor, maka diperoleh distribusi dan frekuensi skor hasil belajar IPA sebelum diberi perlakuan seperti ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA MuridPretest dan Postest.

Interval

Skor Kategori

Pretest Posttest

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

0 – 54 Sangat Rendah 10 50 0 0 55 – 64 Rendah 2 10 0 0 65 – 79 Sedang 5 25 1 5 80 – 89 Tinggi 2 10 7 35 90 – 100 Sangat Tinggi 1 5 12 60 Jumlah 20 100 20 100

Gambar 4.2Presentasi Kategori Hasil Belajar Pretest dan

(55)

42

Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai pretest murid pada saat sebelum adanya perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah konsep perubahan sifat benda pada mata pelajaran IPA terdapat pada kategori sangat rendah 50% pada kategori 2% kategori sedang 5% kategori tinggi 2% dan kategori sangat tinggi 1%.

Dari tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar setelah diberikan perlakuan posttest yakni pengaruh model pembelajaran berbasis masalah konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V pembelajaran IPA pada kategori sangat rendah tidak ada kategori rendah tidak ada kategori sedang 5% kategori tinggi 35% dan pada kategori sangat tinggi 60%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami pembelajaran setalah diterapkan metode pembelajaran berbasis masalah konsep perubahan sifat benda pada pembelajaran tergolong tinggi.

Tabel 4.3Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Pretest dan Posttest

Interval

Skor Kategori

Frekuensi Presentase

Pretest Posttest Pretest Posttest

0 – 69 Tidak Tuntas 12 0 60 0

70 - 100 Tuntas 8 20 40 100

Jumlah 20 20 100 100

(56)

43

Berdasarkan tabel 4.3menunjukkan bahwa nilai pretest murid pada saat sebelum adanya perlakuan mengunakan model perubahan sifat benda konsep perubahan sifat benda pada pembelajaran IPA terdapat 12 murid dengan presentase 60% kategori tidak tuntas dan 8 murid dengan presentase 40% dengan kategori tuntas.

Dari tabel juga menunjukkan bahwa hasil belajar setelah diberikan perlakuan(Posstest) yakni dengan menggunakan model perubahan sifat benda konsep perubahan sifat benda pelajaran IPA tidak ada murid pada kategori tidak tuntas dan pada kategori tuntas 20 murid dengan presentase 100%, hal ini berarti ketuntasan belajar memuaskan secara klasikal karena nilai rata-rata 90,00 telah mencapai KKM yang diharapkan yaitu 70.

2. Hasil Analisis Inferensial

Analisis statistika inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II yakni dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: “ Ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

Ada dua cara dalam menyatakan hipotesis-hipotesis, yakni hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Disebut hipotesis nol karena tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada hubungan dan

(57)

44

tidak ada perbedaan.

Tipe hipotesis lain adalah hipotesis alternatif, hipotesis ini adalah harapan yang berdasarkan teori.

Adapun hipotesis statistic dari penelitian ini yaitu:

H0: µ1 = µ2

Ha: µ1< µ2

Keterangan:

µ1 = rata-rata hasil belajar sebelum diberikan perlakuan

µ2 = rata-rata hasil belajar setelah diberikan perlakuan

H0 = berlaku jika tidak ada pengaruh model pembelajaran berbasis

masalah terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

Ha=berlaku jika ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah

terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

Uji Hipotesis

(58)

45

masalahberpengaruh atau tidak digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

ditinjau dari aspek ketuntasan hasil belajar, maka dilakukan uji-t pada data yang telah diperoleh.

 Langkah pertama membuat tabel penolong untuk mencari nilai t. Data hasil analisis skor pretest dan posstest terhadap pembelajaran IPA murid melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan Kaidah pengujian signifikan:

H0diterima apabila thitung < ttabel H1 diterima apabila thitung > ttabel

Menentukan harga t table

Mencari ttable dengan menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan

= 20 – 1 = 19 maka diperoleh t 0,05= 1,729.

Setelah menetukan harga thiung yaitu dan didapat ttabel yaitu 1,729, thitung>ttabel = >1,729.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan analisis data di atas yang menunjukkan perbedaan antara hasil pretest dengan

posttest signifikan maka hipotesis dalam penelitian dapat diterima yaitu

Ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN

(59)

46

112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

B. Pembahasan

Timbulnya keinginan seseorang untuk melaksanakan penelitian berawal dari sebuah malasah dan masalah itu terjadi di SDN 112 Belajen. Masalah yang terjadi di SDN 112 Belajen yaitu masih rendahnya hasil belajar IPA murid kelas V, serta tidak menunjukkan benda-benda yang berhubungan dengan materi hanya melalui gambar yang ada pada buku paket tanpa kreatifitas yang diciptakan seperti membuat sebuah media atau menghadirkan sesuatu yang nyata dalam proses pembelajaran. Maka dari itu peneliti harus memberikan sebuah perlakuan di sekolah tersebut dengan menggunakan sebuah model pembelajaran yang cocok diterapkan, selain itu peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan yang diberikan kepada responden agar masalah yang ada bisa teratasi sehingga tujuan pendidikan yang terdapat pada Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab (Sani dan Muhammad, 2016: 5).

Proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam menghasilkan atau menciptakan kualitas lulusan pendidikan. Oleh karna itu hal utama yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih serius adalah menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas sangat

(60)

47

ditentukan oleh guru sebagai pengajar yang professional dengan kualifikasi sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang gutu dan dosen, penggunaan model pembelajaran yang menarik dan bervariasi, perilaku belajar

(61)

48

peserta didik, dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses belajar itu sendiri.

Penjelas berupa gambar sederhana di papan tulis serta keterangan yang bersifat verbal belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran selain model mengajar, kedua unsur ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu model mengajar tertentu akan mempengaruhi pendekatan pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, adapun model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis masalah yang mana kita menggunakan media langsung (nyata) sehingga siswa memiliki pegetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (transfer) dari satu permasalahan ke lainnya (Shoimin, 2016: 41).

Karakteristik pembelajaran berbasis memberikan kelebihan (keunggulan)disbanding dengan model pembelajaran lainnya. Kenunggulan itu di antaranya: (1) murid lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir murid yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) murid dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata; (5) menjadikan murid lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap social yang positif dalam

(62)

49

belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehungga pencapaian dan ketuntasan belajar murid dapat diharapkan(Trianto, 2013: 68)

Keberhasilan model pembelajaran berbasis masalah sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi murid, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan.Menurut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah.

Selain kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan dari pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2008: 221) yaitu (1) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasakan enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan pembelajaran melalui problem-based-learning ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada murid.Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu murid untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual (Ibrahim dan Nur, 2000: 7).

(63)

50

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan, perbedaan antara hasil pretest dan posttest signifikan. Hal ini terlihat dimana thitung>ttabel = >1,729 sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima yakni Ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan sifat benda pada murid kelas V SDN 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA, mununjukkan bukti-bukti keefektifannya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barrows yang dik,utif oleh Arnyana,(2006) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat memperluas dan memperbaiki pengetahuan murid. Murid yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah akan menjadikan mereka sebagai murid yang mandiri dengan rasa keinginahuannya. Penelitian Rodiyah (2009) menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah meningkatkan hasil belajar IPA murid hingga mencapai 74% sedangkan penelitian Triwahyuningsih (2009) menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar murid hingga mencapai tingkat penguasaan 80,3%.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir
Tabel 3.1 Model One-Group Pretest-Posttest Design
Tabel 3.3: Kategorisasi tingkat hasil belajar IPA
Tabel  3.4  Kategorisasi  Standar  Ketuntasan  Hasil  Belajar  IPA  Murid  KelasVSDN  112  Belajen  Kecamatan  Alla  Kabupaten  Enrekang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dana yang telah dihimpun dalam bentuk deposito tersebut akan dikelola oleh BPR dengan cara menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan sebagai

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap skor awal dan skor akhir di kelas yang menggunakan pendekatan open-ended dan di kelas yang menggunakan pembelajaran

Untuk itu klausul eksonerasi yang terdapat dalam angka 1 Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar dengan ketentuan yang ada di dalam norma belum sesuai, karena

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel – variabel tekstur yang penting dalam roti tawar dan membandingkan tiga merk roti tawar (Wonder, Swiss dan

Klik pada tabel untuk memilih tautan yang ingin Anda letakkan pada banner.. • Halaman Detail Produk: Arahkan pelanggan ke halaman detail produk • Halaman Kata

Melalui empat hal yang telah penulis tentukan dalam seni dampeng ini, maka akan dapat menjelaskan kepada kita tentang struktur melodi dan makna teks dampeng

(1) Pemantau Pemilu melakukan pemantauan pada suatu daerah tertentu sesuai dengan rencana pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f dan huruf g yang

tanggal 30 Januari 20L2, terhitung mulai tanggal !7 Februari 2012 telah nyata melaksanakan tugas sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan Konseling dan psikotogi Fakultas