• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALIS IS. IV.1.1. Analisa Jenis Kegiatan di Dalam Rumah Susun. Kelompok kegiatan pribadi. makan, tidur, mandi, dll. Kelompok kegiatan bersama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALIS IS. IV.1.1. Analisa Jenis Kegiatan di Dalam Rumah Susun. Kelompok kegiatan pribadi. makan, tidur, mandi, dll. Kelompok kegiatan bersama"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB IV

ANALIS IS IV.1. Analisa Manusia

IV.1.1. Analisa Jenis Kegiatan di Dalam Rumah Susun

Kegiatan yang terjadi di dalam rumah susun dibagi menjadi : • Kelompok kegiatan pribadi

Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni di dalam rumah susun dalam pemenuhan kebutuhan sendiri untuk penghuni yang bersangkutan, seperti makan, tidur, mandi, dll

• Kelompok kegiatan bersama

Kegiatan yang dilakukan secara bersama – sama, baik itu dilakukan di dalam maupun di luar rumah susun, seperti diskusi, rekreasi.

• Kelompok kegiatan sosial

Kegiatan yang dilakukan penghuni dalam berkomunikasi baik dengan sesama penghuni dan pengunjung rumah susun, seperti menerima tamu. • Kegiatan pengelola

Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi penghuni dengan pendataan, keuangan penghuni, perawatan serta keamanan rumah susun.

• Kegiatan penunjang

Kegiatan yang menunjang seluruh kegiatan penghuni, seperti kantin, toko – toko (retail), ruang komunal, parkir, tempat bermain anak - anak.

(2)

45 • Kegiatan service

Kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kegiatan penunjang di dalam rumah susun, seperti ruang M E, ruang keamanan, dapur.

IV.1.2. Analisa Fasilitas Jenis Kegiatan di Dalam Rumah S usun

Beberapa jenis kegiatan tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan dan perancangan. Untuk memenuhi jenis kegiatan di dalam rumah susun, maka disediakan fasilitas yang terbagi dalam berbagai kelompok, sebagai berikut :

No Jenis Fasilitas Fungsi

1. Fasilitas utama Fasilitas yang menunjang semua kegiatan utama yang terjadi di dalam rumah susun, seperti : makan, istirahat, mandi,dll

2. Fasilitas komunikatif dan rekreasi

Fasilitas yang disediakan untuk kegiatan sosialisasi/ berkumpul antar sesama penghuni rumah susun, dengan tujuan menciptakan keakraban antar sesama penghuni.

3 Fasilitas penunjang dan service

Fasilitas pendukung yang menunjang berlangsungnya semua kegiatan di rumah susun.

Tabel 3. Jenis fasilitas dan fungsinya

IV.1.3. Analisa Jenis Kegiatan di Dalam Pasar

Kegiatan yang terjadi di dalam pasar yang berfungsi sebagai pendukung dibagi menjadi :

• Kelompok kegiatan pribadi

Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang di dalam pasar dalam berdagang, seperti menyiapkan dan merapikan barang dagangan.

(3)

46 • Kelompok kegiatan sosial

Kegiatan yang dilakukan pedangang dalam berkomunikasi baik dengan sesama pembeli, seperti tawar menawar dalam berbelanja.

• Kegiatan pengelola

Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi pedangang dengan pendataan, keuangan pedagang, perawatan serta keamanan pasar. • Kegiatan penunjang

Kegiatan yang menunjang seluruh kegiatan pedagang dan pembeli, seperti parkir.

• Kegiatan service

Kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kegiatan penunjang di dalam pasar, seperti ruang M E, ruang keamanan.

IV.1.4. Analisa Fasilitas Berdasarkan Jenis Kegiatan Pasar

Beberapa jenis kegiatan tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan dan perancangan. Untuk memenuhi jenis kegiatan di dalam pasar, maka disediakan fasilitas yang terbagi dalam berbagai kelompok, sebagai berikut :

No Jenis Fasilitas Fungsi

1. Fasilitas utama Fasilitas yang menunjang semua kegiatan utama yang terjadi di dalam pasar, seperti: menyiapkan dan merapikan barang dagangan,dll.

2. Fasilitas penunjang dan service

Fasilitas pendukung yang menunjang berlangsungnya semua kegiatan di rusun. Tabel 4. Jenis fasilitas dan fungsinya

(4)

47 IV.1.5. Analisa Pelaku Kegiatan di Dalam Rumah Susun

Rumah susun digunakan oleh pedagang pasar yaitu pedagang yang berjualan di dalam pasar yang berada satu kawasan dengan rusun.

IV.1.6. Analisa Daya Tampung (Kapasitas) Rumah S usun

Pada bangunan rumah susun ini direncanakan untuk menampung 238 unit kamar dalam rumah susun, yaitu pedagang pasar.

IV.1.7. Analisa Pelaku Kegiatan di Dalam Pasar

Pasar ini digunakan oleh pedagang pasar yang menempati pasar Kopro dahulunya.

IV.1.8. Analisa Daya Tampung (Kapasitas) Pasar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pasar Kopro (1-5-2008), jumlah lapak yang ada adalah :

• Parkir – 5550 m2

• Kios – 368 buah

• Los / counter – 376 / 518 buah • Tenda – 53 buah

Data pedagang pasar menurut jenis dagangan : 1. Industri – 202 buah

(5)

48 • Lapak kering – 104 buah

• Lapak kelapa – 21 buah • Lapak basah – 123 buah 3. M akanan proses – 71 buah

Jumlah pedagang aktif pasar Kopro adalah 890 pedagang.

Direncanakan jumlah lapak yang akan dibangun berdasarkan survey lapangan di pasar kopro 30 M aret 2009:

• Kios – 141 buah • Counter – 368 buah • Lapak kering – 270 buah • Lapak basah – 61 buah • Makanan proses – 50 buah

IV.1.9. Analisa Pengelompokan Penghuni Rumah Susun

Pengelompokan penghuni rumah susun, menurut Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera Zulfi Syarif Koto, rusun terdiri atas tiga klasifikasi peruntukan, yaitu untuk masyarakat berpenghasilan rendah (M BR), menengah, dan atas. Luas per unit rusun 30-36 m² untuk M BR, 45-54 m² M BM, dan 63-72 m untuk M BA.

        Berdasarkan hasil survei lapangan dan literatur, pedagang pasar Kopo

berpenghasilan Rp 3.000.000,00 – Rp 3.500.000,00/ bulan, maka termasuk golongan masyarakat menengah berpenghasilan menengah (M BM ), maka

(6)

49 tipe rumah susun yang cocok untuk dibangun adalah tipe 54 m2 dengan KM /WC serta dapur menyatu dengan unit hunian. Dalam perancangan diperhatikan segi privasi dari penghuni, suasana yang mendorong untuk sosialisasi, efisiensi penggunaan ruang untuk mendapatkan kapasitas maksimal dari luasan kamar dalam rumah susun.

IV.1.10. Analisa Pengelompokan dalam Pasar

Berdasarkan hasil survei lapangan dan literatur, pasar dibedakan sifat dagangan. Untuk menentukan diperhatikan segi privasi dari pedagang, suasana yang mendorong untuk sosialisasi dalam tawar menawar, efisiensi penggunaan ruang untuk mendapatkan kapasitas maksimal dari luasan lapak, maka dibedakan menjadi lapak basah, lapak kering, lapak kelapa, kios – kios, counter, makanan proses.

IV.1.11. Analisa Pelaku Kegiatan & Kebutuhan Ruang

Berikut ini merupakan tabel pembagian ruang berdasarkan jenis kegiatan: 1. Kegiatan utama ( Rumah Susun / fasilitas hunian)

Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan Selasar/ koridor

Public * * * * Penghuni Berjalan, bermain, bercakap –

cakap. R.

Keluarga

Private * * * * Penghuni M enonton, bercakap -

cakap R.Tidur Private * * * * * Penghuni Tidur, ganti

(7)

50 baju R.M akan Private * * * * Penghuni M akan

Dapur Private * * * Penghuni M emasak, cuci piring

KM /WC Private * * Penghuni M andi, buang air

R. Jemur Private * * Penghuni M enjemur Tabel 5. Pelaku kegiatan utama ( Rusun ) kamar dan kebutuhan ruang 2. Kegiatan pendukung ( fasilitas Pasar )

Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan Lapak – lapak

Private * * * * Pedagang M embereskan barang dagangan Kios Private * * * * Pedagang M embereskan

barang dagangan T. cuci

piring

Private * * * * Pedagang M encuci piring Tempat pemoton gan + kandang ayam Private * * * * Pedagang ayam Pemotongan ayam, kandang ayam

Koridor Public * * * * Pembeli M emilih barang, tawar

- menawar Tabel 6. Pelaku kegiatan utama ( Pasar) dan kebutuhan ruang 3. Kegiatan. Pengelola Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan Kantor pengelola

Public * * * * Pengelola Pertemuan,

Toilet Public * * * * Warga

Rusun

Buang air Tabel 7. Pelaku kegiatan pengelola dan kebutuhan ruang.

(8)

51 4. Kegiatan Service Pasar dan Rumah Susun

Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan Ruang Panel

Service * * Teknisi Pengecekan, perbaikan Ruang

Pompa

Service * * Teknisi Pengecekan, perbaikan Ruang

Generator

Service * * Teknisi Pengecekan, perbaikan Ruang

Reservoir

Service * * Teknisi Pengecekan, perbaikan Gudang Service * * Teknisi M enyimpan

alat, pembongkaran TPS Service * * Petugas kebersi han M engumpulkan, menimbun sampah Tabel 8. Pelaku kegiatan servis pasar dan rusun dan kebutuhan ruang 5. Kegiatan Luar Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan Taman bermain Public * * * * Semua Warga Bermain, duduk, bercakap - cakap

Plaza Public * * * * Semua

Warga

Bermain, olahraga, berdiskusi Tabel 9. Pelaku kegiatan luar dan kebutuhan ruang

6. Kegiatan kendaraan Nama ruang Zoning V C. A C. B H. A H. B K Pelaku Kegiatan

(9)

52 Parkir

M obil

Public * * * * Warga rusun, pengunjung pasar M emarkir mobil Parkir M otor

Public * * * * Warga rusun, pengunjung

pasar

M emarkir mobil Tabel 10. Pelaku kegiatan kendaraan dan kebutuhan ruang

Keterangan: V :View, C.A :Pencahayaan alami, C.B :Pencahayaan buatan, H.A :Penghawaan alami, H.B :Penghawaan buatan, K :kebisingan.

Berdasarkan Karyo, T.H., Arsitektur,

IV.1.12. Analisa Pengelompokkan Zoning Kegiatan

Jenis Kegiatan Keterangan Sifat

Kegiatan Utama (Rumah Susun)

Kegiatan yang dilakukan penghuni yang berlangsung di dalam bangunan rumah susun

Private

Kegiatan Pendukung (Pasar)

Kegiatan yang dilakukan pedagang dan pembeli yang berlangsung di dalam bangunan pasar

Public

Kegiatan Pengelola

Kegiatan yang menunjang kegiatan utama bagi penghuni rumah susun dan pedagang, pembeli pasar

Public

Kegiatan Servis Kegiatan servis di dalam rumah susun dan pasar seperti, loading dock, ruang M E, dll

Service Kegiatan

Penunjang

Kegiatan yang menunjang bagi penghuni rumah susun seperti mushola, ruang komunal

Public

Kegiatan Luar Kegiatan yang berlangsung di luar bangunan rumah susun dan pasar

Public Kegiatan

Kendaraan

Parkir Public

(10)

53 IV.1.13. Analisa Skema Hubungan Ruang Makro

Skema 2. Hubungan Ruang Makro

IV.1.14. Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro

IV.1.14.1. S kema Hubungan Ruang Utama ( Rumah S usun )

Skema 3. Hubungan Ruang utama (rumah susun) M ain Entrance Plaza / Parkir Hall R. Kegiatan Utama (rumah susun) R. Kegiatan pendukung (pasar) R. Pengelola Service R. Tidur R. M akan Dapur R. Keluarga Entrance Toilet

(11)

54 IV.1.14.2. S kema Hubungan Ruang Utama ( Pasar )

Skema 4. Hubungan Ruang utama (pasar) IV.1.14.3. S kema Hubungan Ruang Pengelola

Skema 5. Hubungan Ruang pengelola

IV.1.15. Program Ruang 1. Rumah Susun

No Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhit Jumlah 1. Tipe 54 250 54 m2 PU 238 x 54 12852 m2

2. Sirkulasi 20% 22570.4 m2

Total 15422.4 m2

Tabel 12. Program ruang rumah susun 2. Pasar

No Nama Ruang Kapasitas Standar Smbr Perhit Jumlah 1. Kios 141 unit 9 m2 SB 141 x 9 1269 m2 2. Counter 368 unit 4 m2 SB 368 x 4 1472 m2 3. Lapak 331 unit 4 m2 SB 331 x 4 1324 m2 M ain Entrance Plaza Kantor pengelola Toilet Lobby Lobby Entrance Lapak -Lapak Kios Parkir Tempat Pemotongan + kandang ayam

(12)

55 5. M akanan proses 50 unit 12 m2 SB 50 x 12 600 m2 6. Tempat pemotongan + kandang ayam 15 m2 SB 5x 3 15 m2 7. Toilet Pria Wastafel Urinoir 2 unit 2 unit 5 unit 2.16 m2/org 0.5 m2/org 0.9 m2/org NAD 2.16 x 2 0.5 x 2 0.9 x 5 4.32 m2 1m2 4.5 m2 8. Toilet Wanita Wastafel 5 unit 2 unit 2.16 m2/org 0.5 m2/org NAD 2.16 x 5 0.5 x 2 10.8 m2 1m2 9. Tempat Cuci Piring 9 m2 SB 3 x 3 9 m2 10. Sirkulasi 20% 942.124 m2 Total 5652.74 m2

Tabel 13. Program ruang utama (pasar) 3. Gudang bersama

No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhit Jumlah 1. Gudang 24 20 m2 SB 24 x 20 480 m2

2. Sirkulasi 20 % 96 m2

Total 576 m2

Tabel 14. Program ruang gudang bersama (rusun) 4. Ruang Pengelola (pasar)

No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhit Jumlah 1. Kantor

pengelola

1 unit 20 m2 SB 1 x 20 20 m2

2. Sirkulasi 20 % 10 m2

Total 30 m2

Tabel 15. Program ruang pengelola (pasar) 5. Ruang Pengelola (rusun)

No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhit Jumlah 1. Kantor

pengelola

(13)

56

2. Sirkulasi 20 % 20 m2

Total 60 m2

Tabel 16. Program ruang pengelola (rusun) 6. Ruang M esin

No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhit Jumlah 1. Ruang Panel - 10 m2 TSS 2.5 x 4 10 m2 3. Ruang Pompa - 20 m2 SB 4 x 5 20 m2 4. Ruang Genset - 30 m2 SB 6 x 5 30 m2 5. R. Reservoir - 40 m2 TSS 8 x 5 40 m2 6. Ruang STP - 20 m2 SB 4 x 5 20 m2 7. R. Sampah - 12 m2 SB 4 x 3 12 m2 8. R. Bongkar muat 1 truk 20.64 m2 NAD 8.4 x 2.4 20.64 m2 9. Gudang - 6 m2 SB 2 x 3 6 m2 10. Sirkulasi 20 % 38.87 m2 Total 233.21 m2

Tabel 17. Program ruang mesin pasar dan rusun Keterangan :

NAD : Neufert Architect Data TSS : Time Server Standard SB : Studi Banding

PU : Peraturan Umum Ketentuan parkir :

• Untuk rumah susun : 1 mobil = 6 unit kamar, 1 motor = 1 unit kamar

• Untuk pasar : 200 m2

/ mobil, 25 m2/motor Kebutuhan Luas Parkir :

• Rumah susun : (238 : 6) x 1 mobil = 39.67 mobil = 40 mobil 238 motor

(14)

57 • Pasar : (5652.74 : 200) x 1 mobil = 28.26 = 29 mobil

(5652.74: 25) x 1 motor = 226 motor

Parkir digunakan di semi basement, luasan parkir mobil bangunan 35 m2, luasan parkir motor 2 m2 dari Dinas Tata Kota, maka luasan parkir mobil 2415 m2. Untuk luasan parkir motor 928 m2. M aka total luasanya 3343 m2.

Luas kebutuhan ruang seluruhnya :

• Rumah Susun : 15422.4 m2 • Pasar : 5652.24 m2 • Gudang : 576 m2 • Ruang Pengelola : 90 m2 • Ruang Mesin : 233.21 m2 • Parkir : 2998 m2

Luas yang dibutuhkan : 24971.85 m2 • Luas tapak : 9072 m2

• KDB 60 % : 60 % x 9072 m2

= 5443.2 m2 • KLB : 4 x 9072 m2

= 36.288 m2

• Jadi, luas seluruh lantai maksimal bangunan adalah 24971.85 m2. Luas maksimal lantai dasar adalah 5652.24 m2

• Luas yang dibutuhkan 24971.85 m2

< KLB, maka menenuhi syarat.

(15)

58 • Jumlah lapisan yang diijinkan 12 lantai, maka bangunan

pasar dan rumah susun dipisahkan secara vertikal tetapi masih dalam satu masa bangunan. Luas pasar 5652.24 m2 < KDB, maka bangunan pasar direncanakan 2 lantai, sedangkan untuk rumah susun direncanakan 2 tower masing – masing luasnya 7711.2 m2 dengan jumlah lapis 10 lantai per lantai berjumlah 12 unit.

IV.2. Analisa Lingkungan

IV.2.1. Analisa Perkotaan & Lingkungan

Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah susun dan pasar, maka proyek ini cukup fleksibel. Hal ini dapat dilihat dari segi :

• Lokasi yang strategis untuk mendukung kegiatan berbelanja dan sebagai hunian bagi masyarakat Tanjung Duren, mengingat lokasi terdahulu ditempati oleh pedagang pasar Kopro.

• Adanya sarana pendukung di sekitar lingkungan seperti adanya : mesjid, kantor camat, toko – toko, sekolah, klinik, dan sebagainya.

IV.2.2. Analisa Kondisi Fisik Tapak

(16)

59

A

• Lokasi : Jl. Tanjung Duren Raya • Luas Tapak : ± 9072 m2

• Batas – batas :

¾ Tenggara : Jl. Tanjung Duren Barat V jarak 13 m (pertokoan) ¾ Barat Daya : area perumahan

¾ Barat Laut : Jl. Tanjung Duren Timur jarak 21 m (klinik & ruko) ¾ Timur Laut : Jl.Tanjung Duren Raya 21 m (M esjid&kantor camat) • KDB : 60 %

• KLB : 4

• Ketinggian Bangunan : 12 lantai

• GSB : - 7 Meter dari Jl. Tanjung Duren Raya & Tanjung Duren Timur - 10 M eter dari Jl Tanjung Duren Barat III

• Luas lantai dasar yang dapat dibangun : 60 % x 9.072 m2

= 5443.2 m2 • Luas lantai yang dapat dibangun : 4 x 9072 m2

= 36288 m2

IV.2.3. Analisa Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak

Gambar 7. Lokasi tapak

B C

D

E

F G

(17)

60 Foto 68. A ( ruko – ruko ) Foto 69. B ( pertokoan )

Foto 70. C ( pertokoan ) Foto 71. D ( Mesjid )

(18)

61 Foto 74. G ( pertokoan ) Foto 75. H ( PDAM )

Kondisi di sekitar tapak yang terdapat mesjid, bank, pertokoan, sekolah maka fasilitas yang menunjang kegiatan rumah susun dan pasar yang telah ada di sekitar tapak tidak perlu dibangun lagi di dalam tapak.

IV.2.4. Analisa Pencapaian Menuju Tapak

Gambar 8. Lokasi tapak

(19)

62 Pintu Kepadatan Kemudahan Pencapaian Sirkulasi Lebar Jalan

1 Tinggi, jalan utama

Dilalui kendaraan umum, dekat persimpangan jalan

1arah, ada pembatas jalan 21 meter 2 Rendah, jalan sekunder Dilalui kendaraan pribadi, dapat dicapai dengan jalan kaki

2 arah, tanpa pembatas jalan 13 meter 3 Rendah, jalan sekunder Dilalui kendaraan pribadi, dapat dicapai dengan jalan kaki

2 arah, tanpa

pembatas jalan

21 meter

Tabel 18. Aksesibilitas alternatif entrance

Penentuan aksesibiltas rumah susun dan pasar terpisah mengingat fungsi dari bangunan yang berbeda – beda sehingga diperlukan akses tersendiri antar rumah susun dan pasar yang dapat memudahkan penghuni maupun pengunjung pasar tersebut.

Entrance Alternatif 1

Gambar 9. Alternatif entrance 1

Akses M E, service diletakkan di sebelah tenggara dan Barat Laut agar tidak terjadi kemacetan karena tidak ada kendaraan umum di jalan tersebut.

SE diletakkan di Timur Laut agar mudah dijangkau oleh pejalan kaki.

Alternatif 2

Gambar 10. Alternatif entrance 2

Akses service diletakkan di sebelah tenggara agar tidak terjadi kemacetan karena tidak ada kendaraan umum di jalan tersebut. Akses M E diletakkan di Timur Laut agar mudah dilihat dan diakses akan tetapi dapt menimbulkan M E Service SE Service ME SE

(20)

63 kemacetan karena dilalui kendaraan umum. SE diletakkan di Barat Laut agar mudah dijangkau oleh pejalan kaki.

Alternatif 3

Gambar 11. Alternatif entrance 3

Akses M E untuk pasar diletakkan di Barat Daya service diletakkan di sebelah tenggara agar tidak terjadi kemacetan karena tidak ada kendaraan umum di jalan tersebut. Akses M E untuk rumah susun diletakan di bagian Barat Laut untuk menghindari kemacetan dan keramaian.

SE diletakkan di Barat Daya agar mudah dijangkau oleh pejalan kaki.

Tabel 19. Alternatif entrance

Alternatif yang dipilih yang ke 3, pintu masuk utama untuk manusia dan kendaraan (Main Entrance/M E) dibedakan menjadi 2, mengingat bangunan memiliki fungsi yang berbeda yaitu untuk hunian dan tempat berbelanja/ pasar. Pintu masuk utama untuk bangunan perbelanjaan yakni pasar diletakkan di bagian Barat Daya tapak, karena jalan ini mudah dijangkau dan ketika kendaraan memasuki tapak tidak menimbulkan antrian yang dapat menyebabkan kemacetan, dan dapat dijangkau oleh pejalan kaki pula. Selain itu, karena berada di sisi panjang tapak, sehingga M E dapat dibuat lebih aman dan menarik dari sudut pandang jalan. Pintu masuk utama untuk manusia dan kendaraan bagi bangunan hunian yakni

ME SE

Service ME

(21)

64 rumah susun diletakkan di bagian Barat Laut tapak, karena jalan ini tidak dilalui kendaraan umum sehingga tidak terjadi kemacetan, tingkat kepadatan di jalan ini juga rendah sehingga memudahkan masuk kendaraan.

Service Entrance / Servis untuk kendaraan servis (baik untuk pasar dan rumah susun diletakkan pada jalan bagian Tenggara karena tidak terlalu padat dan terletak di daerah panjang tapak dan letakknya tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas lain.

Perletakkan M E secara tidak langsung akan berpengaruh pada arah orientasi bangunan.

IV.2.5. Analisa Sirkulasi di Dalam Tapak 

Sirkulasi di dalam tapak dibagi menjadi 3 : • Sirkulasi kendaraan bermotor untuk penghuni

• Sirkulasi kendaraan bermotor untuk pengunjung pasar • Sirkulasi manusia

Untuk sirkulasi kendaraan bermotor dipilih sirkulasi dengan pola tidak mengelilingi tapak dengan pertimbangan :

• Kebisingan, dengan pola seperti ini kebisingan dalam bangunan akibat kendaraan bermotor dapat dikurangi.

(22)

65 • Keamanan, karena kegiatan yang berlangsung di dalam tapak dilakukan oleh manusia. Sehingga menghindarkan cross (sirkulasi silang) antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor.

Arahan perencanaan adalah sirkulasi di dalam tapak lebih mengutamakan sirkulasi manusia (pejalan kaki) dengan menempatkan pedestrian untuk menghubungkan semua kegiatan di dalam tapak serta adanya plaza terbuka.

Gambar 12. Analisa Sirkulasi di Dalam Tapak

IV.2.6. Analisa Tata Ruang Luar     

Penataan ruang luar pada bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan kesesuaian yang mendukung dari kegiatan dan kebutuhan yang terdapat dalam bangunan. Pada bangunan rumah susun dan pasar ini, pemanfaatan ruang luar direncanakan dalam fungsi – fungsi sebagai berikut :

• Ruang luar aktif – fasilitas penunjang rumah susun dan pasar, plaza, pedestrian, parkir kendaraan.

Sirkulasi kendaraan Pasar Sirkulasi kendaraan service Sirkulasi kendaraan Rumah susun

(23)

66 • Ruang luar pasif – taman sebagai penghijauan, daerah resapan.

Fungsi ruang luar yang menjadi pertimbangan penataan pada tapak adalah :

• Sebagai tempat beraktivitas bagi penghuni rumah susun (olahraga, bermain anak – anak, bersantai)

• Sebagai elemen pengikat antar massa

• Sebagai penyangga (buffer) untuk mengurangi bising dan polusi udara • Sebagai lahan parkir.

Elemen ruang luar terdiri dari :

1. Elemen lunak yaitu elemen hidup (vegetasi) yang mengisi lahan pada tapak dengan kriteria sebagai berikut:

¾ Unsur estetis, yaitu tanaman yang berfungsi untuk memberikan nilai tambah secara estetis pada bangunan, seperti pembuatan pola taman.

¾ Unsur peneduh, yaitu tanaman berfungsi untuk melindungi pejalan kaki dari panas matahari, dan sebagai filter dari gangguan bising serta udara kotor.

¾ Unsur pengarah, yaitu tanaman yang berfungsi untuk mengarahkan penghuni / pengunjung menuju ke arah tertentu/ bangunan / fasilitas.

¾ Untuk buffer, yaitu tanaman yang berfungsi untuk menyerap bising dan mengurangi polusi udara dari jalan utama.

(24)

67 2. Elemen keras yaitu elemen tak hidup pada ruang luar seperti jenis

pengerasan jalan kendaraan dan jalan manusia yang memungkinkan air hujan untuk meresap ke tanah, juga seperti lampu taman, pagar, tempat duduk, tong sampah.

Ruang luar aktif untuk parkir, direncakan penyedian parkir dibedakan menjadi 4, yaitu :

• Untuk pengelola

• Untuk pengunjung pasar • Untuk penghuni rumah susun • Untuk loading dock

Dengan mempertimbangkan hal – hal berikut :

• Kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir • Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan

• Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas pancaran sinar matahari

• Tersedianya sarana pengunjung parkir, seperti ruang tunggu supir. Arahan perencanaan :

Untuk pengunjung lahan parkir disediakan di ruang terbuka dengan jumlah yang terbatas, ada 4 macam sistem parkir : • Parkir sejajar

(25)

68 Letaknya berdekatan dengan sirkulasi pejalan kaki memiliki pembatas berupa tanaman atau saluran pembuangan, sehingga memiliki perbedaan level antara parkir, area bangunan dan area pejalan kaki.

• Parkir 45º

Ruang gerak lebih mudah, namun menghabiskan banyak lahan dan jumlah parkir menjadi sedikit.

• Parkir 60º

Ruang gerak lebih mudah, namun akan menghabiskan lahan dan jumlah parkir menjadi lebih sedikit.

• Parkir 90º

Ruang gerak lebih mudah, tidak menghabiskan banyak lahan sehingga jumlah parkiran menjadi lebih banyak.

Kesimpulan

Untuk proyek hunian dan pasar, cocok menggunakan sistem parkir 90º yang membutuhkan banyak lahan parkir.

IV.2.7. Analisa Pergerakan Matahari

(26)

69 Dilihat dari arah matahari (Timur – Barat ) maka bangunan akan berorientasi Utara – Selatan dengan tujuan meminimalisasi panas matahari yang diterima bangunan serta memaksimalkan cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan utama di siang hari.

Di Jakarta cahaya matahari Utara dan Selatan memiliki kualitas yang berbeda mengingat posisi Jakarta Barat 106º22’42’’BT - 106º58’18”BT dan 50º19’12”LS - 60º23’54”LS, maka bagian Utara akan mendapat cahaya matahari secara langsung dibandingkan bagian Selatan yang cenderung lebih gelap akibat bayangan (Juli – September). Oleh karena itu, maka bukaan bagian Selatan harus lebih banyak dibandingkan bagian Utara. Namun pada bulan September – Desember, matahari berorientasi pada wilayah Selatan Khatulistiwa. Dearah ini lebih banyak berupa perairan menyebabkan tingginya penguapan sehingga banyak awan yang terbentuk.

Untuk menyikapi arah matahari ini dengan membuat bukaan pada sisi Utara dan Selatan bangunan. Sementara itu untuk menghindari panas dan silau matahati sore dari Barat :

• Bagian Barat tapak akan diletakkan bangunan servis/ fasilitas yang membutuhkan cahaya matahari serta peminimalisasian bukaan di bagian Barat juga penghijauan yang lebih padat.

• Orientasi bangunan Utara – Selatan untuk minimalisasi panas • Overstek pada daerah Barat dibuat panjang.

(27)

70 • Adanya cross ventilation, penanaman pohon, yang memungkinkan

adanya pergerakan angin sehingga dapat mengurangi panas yang diterima bangunan dengan aliran angin.

IV.2.8. Analisa Arah Angin

Gambar 14. Analisa Arah Angin

Aliran angin tidak sama pada seluruh tapak maka pada bagian tapak yang aliran anginnya pelan maka akan ditingkatkan dengan membuat koridor – koridor yang nyaman bagi pejalan kaki. Jadi, arah aliran angin juga menjadi pertimbangan orientasi bangunan yakni dalam hal arah bukaan. Site memiliki potensi pengudaraan alami. Angin mengalir dari arah Selatan ke Utara. M aka demikian pula arah bukaan akan disesuaikan dengan laju aliran angin pada tapak supaya cross ventilation dapat tercapai. Dengan kecepatan angin sekitar 1m/dt di sekitar tapak, maka akan dimanfaatkan oleh bangunan.

(28)

71 IV.2.9. Analisa Topografi

Kondisi permukaan tapak relatif datar sehingga tidak terdapat permasalahan dalam perancangan dan tapak berada di tanah yang relatif dataran tinggi sehingga di lokasi sekitar tapak yakni Jl. Tanjung Duren tidak pernah mengalami banjir. Tetapi perlu diperhatikan saluran pembuangan air hujan dan peninggian pada bangunan dalam tapak agar dengan adanya bangunan ini tidak menimbulkan banjir.

IV.2.10. Analisa Kebisingan

Gambar 15.Analisa Kebisingan Gambar 16. Sumber Kebisingan

Foto 76. Jam Bising pk 14.00

Tapak memiliki potensi bising karena hanya ada satu akses jalan untuk menuju lokasi tapak, terlebih lagi di daerah sekitar umumnya

1

2

(29)

72 terdiri dari bangunan pertokoan, sekolah sehingga banyak kendaraan umum yang menurunkan dan menaikkan penumpangnya secara sembarangan di Jalan Tanjung Duren Raya.

Kebisingan ini dirasakan hanya pada jam sibuk yaitu pagi (sekitar pk 07.00 – 09.00), siang hari (sekitar pk 12.00 – 14.00) dan sore hari (pk 17.00), oleh karena itu, pada malam hari untuk beristiharat dalam rumah susun tidaklah mengganggu. Upaya untuk meredam suara bising tetap akan dilakukan dengan meletakkan fasilitas / bangunan yang tidak memerlukan ketenangan pada area bising.

Potensi kebisingan terletak pada perempatan jalan. Pada tapak, daerah 1 memiliki tingkat kebisingan paling tinggi (>60DB). Pada daerah 2 & 3 memiliki tigkat kebisingan menengah (30 – 60 DB). Untuk menyikapinya dengan meletakkan zona publik/ area servis pada daerah rawan bising; memberi buffer; bentuk bangunan yang dapat memantulkan bunyi.

Bangunan rumah susun yang berfungsi sebagai tempat tinggal / istirahat diletakkan di daerah yang jauh dari kebisingan mengingat fungsi bangunan sebagai tempat istirahat. Bangunan pasar berfungsi sebagai tempat jual beli / berbelanja yang terdapat kegiatan tawar – menawar sehingga bangunan pasar sebagai bangunan publik, maka boleh diletakkan di daerah rawan bising tetapi perlu adanya buffer agar mengurangi kebisingan.

(30)

73 IV.2.11. Analisa Zoning

Penentuan zoning berdasarkan kepada :

• Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan • Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan

• Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi Arahan perencanaan :

Penentuan zoning dengan memisahkan kegiatan – kegiatan yang bersifat pribadi, bersama, dan servis.

Sifat Kegiatan Letak Pada Tapak Keterangan Publik Bagian Barat Daya

dan Barat Laut

Berhadapan dengan jalan utama, dan merupakan pintu masuk utama pasar

Private Bagian Timur Laut Terletak di tengah – tengah tapak Semi publik Bagian Tenggara Terletak di tengah ruang private,

yang berfungsi sebagai plaza Service Bagian Utara Tidak terlihat secara umum, dan

dekat dengan pintu masuk service.

Tabel 20. Penzoningan pada tapak Penzoningan pada tapak terbagi 4 yaitu :

• Private (PR) : hunian

• Semi publik (SP) : fasilitas penunjang, taman, ruang komunal • Publik (P) : kantor pengelola, parkir, pasar

(31)

74 Gambar 17. Zoning

• Zona private (PR) diletakkan di bagian tengah belakang agar mengindari kebisingan lalu lintas • Zona publik (P) diletakkan di

pertigaan agar mudah diakses. • Zona semi publik (SP) diletakkan

area yang tidak terlalu ramai agar dapat merasakan sisi private juga. • Zona servis (S) diletakkan di

ujung jl. Tanjung duren 6 agar tidak menimbulkan kemacetan. Tabel 21. Penzoningan

Gambar 18. Penzoningan untuk mix used building

IV.3. Analisa Bangunan

IV.3.1. Analisa Besaran Masa Bangunan • Luas tapak keseluruhan 9072 m2

• Luas area yang dapat dibangun, sesuai dengan KDB 60 %, yaitu 60 % x 9072 m2 = 5443.2 m2

• Luas area untuk ruang terbuka 9072 m2

- 5443.2 m2 = 3628.8 m2

• Ketinggian bangunan yang diijinkan adalah 12 lantai. Direncanakan untuk rumah susun 10 lantai. Pasar 2 lantai di bawahnya (Podium).

PR P S SP P Rumah Susun/ hunian (private) Pasar (public)

(32)

75 • Luas total maksimal bangunan yang dapat dibangun sesuai kondisi

KLB 4 yaitu 4 x 9072 m2 = 36228 m2

IV.3.2. Analisa Bentuk Masa Bangunan

Dalam buku Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya oleh Fancis D.K. Ching, disebutkan bentuk dasar bangunan ada 3, yaitu segitiga, segiempat dan lingkaran yang mempunyai keunggulan & kekurangan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kesesuaian dan fungsi suatu bangunan.

Bentuk Kelebihan Kekurangan

Segitiga

Gambar 19. Bentuk masa segitiga

• Bentuk stabil dan berkarakter kuat.

• Mudah digabungkan menjadi bentuk geometris lainnya.

• Orientasi ruang pada tiap sudut • Pengembangan ruang pada

ketiga sisi. • Kurang efisien. • Fleksibelitas ruang kurang. • Layout ruang sulit. Segiempat Gambar 20. Bentuk masa segiempat • Bentuk statis • Mudah dikembangkan ke segala arah

• Orientasi ruang pada keempat sisi pembatasnya

• Layout ruang baik dan mudah • Ruang memiliki efisiensi yang

tinggi mudah digabungkan dengan bentuk lain.

• Orientasi ruang cenderung statis. Lingkaran Gambar 21. Bentuk masa lingkaran • Bentuk halus

• Orientasi ruang memusat dan statis

• Relatif indah dilihat dari luar

• Sulit dikembangkan • Fleksibilitas ruang rendah. • Sulit digabungkan • Layout ruang Tabel 22. Bentuk dasar bangunan

(33)

76 Gambar 22. Kajian bentuk denah yang baik secara struktur

Gambar 23. Kajian bentuk denah yang kurang baik secara struktur

Kajian bentuk denah yang baik secara struktur di atas berdasarkan peraturan pemeritah dapat menjadi patokan dalam merancang.

Perancangan rumah susun dan pasar menggunakan masa bangunan bentuk segi empat karena banyak memiliki kelebihan terutama dalam efisiensi ruang, sesuai dengan fungsi bangunan yang merupakan sebuah hunian dan pusat berbelanja. Bentuk ini akan berkembang menjadi bentuk yang lebih dinamis seiring dengan proses perancangan. Dihubungkan dengan topik hemat energi, maka bentuk bangunan yang cocok pula adalah segi empat. Dengan bentuk bangunan yang segi empat maka cahaya matahari dapat menjangkau ke semua area ruangan karena bentuknya memanjang sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami sehingga mampu menghemat energi.

(34)

77 IV.2.3. Analisa Jenis Masa Bangunan

NO GAMBAR ANALIS IS

1 M asa tunggal

Gambar 24. Massa tunggal

• Keuntungan massa tunggal adalah penggunaan lahan lebih efisien, pemeliharaan dan

pengawasan terhadap bangunan lebih mudah.

• Kekurangan adalah tidak adanya pengelompokan massa bangunan, sehingga tidak jelas apa fungsi dari bentuk massa bangunan tersebut, masssa yang terbentuk tidak dinamis serta ruang terbuka hijau yang dihasilkan akan lebih sedikit dari pada massa majemuk. 2 M asa majemuk

Gambar 25. Massa majemuk

• Kelebihan massa majemuk adalah pengelompokan massa bangunan terlihat jelas, perletakan massa bangunan lebih dinamis sehingga terlihat lebih estetik, dan ruang antara jarak massa bangunan dapat menajdi ruang terbuka hijau.

• Kekurangan adalah pengawasan terhadap bangunan akan lebih sulit

sehingga diperlukan lebih banyak sumber daya manusia dan penggunaan lahan akan lebih boros, tidak efisien massa tunggal.

Tabel 23. Analisis Jenis massa bangunan

Jenis masa bangunan yang dipilih dalam perancangan bangunan rumah susun adalah jenis masa majemuk karena pengelompokkan antar terlihat jelas dan pengaturan denah dalam masa bangunan menjadi lebih teratur. Bangunan pasar yang dipilih adalah jenis masa tunggal karena

(35)

78 tidak adanya pengelompokkan dalam pasar dan dibuat terbuka / open kepada pengunjung sehingga semua pedagang dapat menjadi yang utama. Dalam perancangan mix used building maka penggunaan jenis masa bangunan menggunakan masa tunggal. Karena bangunan mix used building adalah upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks di mana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat.

IV.3.4. Analisa Pola Gubahan Masa

Bangunan rumah susun dan pasar terdiri dari satu masa bangunan karena merupakan bangunan mix used building.

Berikut beberapa alternatif pola organisasi massa bangunan, yaitu: a. sistem linear b. sistem terpusat

(36)

79 e. sistem grid

Pola gubahan masa pada bangunan rumah susun adalah sistem terpusat di antara 2 masa bangunan rumah susun akan dihubungkan suatu ruang terbuka untuk hijau lebih luas dan mudah dijangkau. Bentuk massa ini disesuaikan dengan bentuk tapak dimana tapak tidak terlalu besar. Pola gubahan masa pada bangunan pasar adalah sistem grid, di mana hanya terdapat 1 masa bangunan pasar mengingat akan dibuat bangunan pasar yang terbuka / open.

Gambar 26. Pola gubahan masa rumah susun

(37)

80 IV.3.5. Analisa Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan terbagi masing-masing menurut fungsi bangunan tersebut. untuk itu orientasi bangunan terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Orientasi ke dalam bangunan dengan arah perencanaan dengan diarahkan orientasi bangunan ke dalam, maka akan tercipta sebuah ruang pengikat di mana berfungsi sebagai tempat berinteraksi atau ruang untuk bersosialisasi. Contohnya adalah plaza, taman dan lainnya.

2. Orientasi ke luar bangunan dengan arah perencanaan dengan membentuk ruang-ruang lingkungan dengan cara memanfaatkan elemen bangunan sebagai ruang antar bangunan di sekitar luar tapak. Orientasi bangunan rumah susun mengarah ke dalam bangunan yang tercipta suatu ruang pengikat sebagai tempat penghuni bersosialisasi. Bangunan pasar berorientasi ke luar bangunan karena bangunan pasar harus mudah dijangkau oleh pengunjung maka harus dapat memanfaatkan elemen bangunan sebagai ruang antar bangunan di sekitar luar tapak.

Gambar 28. Orientasi ke dalam (rusun) Gambar29.Orientasi ke luar (pasar) Bangunan

(38)

81 IV.3.6. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan

Orientasi sirkulasi pada bangunan dibagi menjadi 2, yaitu sirkulasi di dalam rumah susun dan pasar. Sirkulasi horizontal pada rumah susun dan pasar melalui koridor-koridor, sedangkan sirkulasi vertikal hanya pada rumah susun dengan menggunakan tangga dan lift.

1. Sistem sirkulasi horizontal a. Rumah susun

Untuk sistem sirkulasi horizontal di rumah susun dapat menggunakan 2 jenis, yaitu sistem single corridor dan double corridor. Di mana kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Sistem Sirkulasi Kelebihan Kekurangan

Gambar 30. Single loaded

- Dapat memaksimakan pencahayaan alami. - Dapat memanfaatkan penghawaan alami.

- Bentuk massa memanjang jika unit semakin banyak. - Tidak efisien dalam penggunan lahan.

Gambar 31. Doable loaded

- Dapat memuat banyak unit, sehingga efisien dalam penggunaan lahan. - M enggunakan space yang sedikit sehingga lahan dimanfaatkan secara optimal. - Pencahayaan alami tidak secara maksimal. - Penghawaan alami tidak maksimal.

Tabel 24. Analisa koridor dalam rumah susun

Dalam proyek rumah susun ini sistem sirkulasi horizontal menggunakan sistem doable loaded mengingat di mana harga tanah sangat mahal di Jakarta, sehingga penggunaan lahan harus lebih efisien.

(39)

82 b. Pasar

Sistem sirkulasi horizontal pada pasar menggunakan sistem terbuka / open dengan cara memperbanyak jumlah bukaan – bukaan / pintu – pintu masuk agar mudah dijangkau oleh pengunjung dan juga agar terjadi cross ventilation di dalam pasar. Berdasarkan studi banding pengaturan tempat berjualan dengan menggunakan koridor di setiap lapak, kios, counter dan lain-lain harus luas agar setiap penjual maupun pembeli merasa nyaman untuk sirkulasi dan dalam hal tawar - menawar. Untuk sistem sirkulasi pasar adalah sebagai berikut :

           

Gambar 32. Sirkulasi dan koridor dalam pasar

Dalam proyek pasar ini, menggunakan sistem sirkulasi dan koridor seperti gambar di atas, berdasarkan studi banding di pasar-pasar. Sistem seperti di

Keterangan : Kios - kios

Counter Lapak

(40)

83 atas memberikan kenyamanan di dalam pasar tersebut bagi penjual dan pembeli, selain itu dengan koridor yang sama maka penjual juga merasa area penjualan mereka terasa di depan.

2. Sistem sirkulasi vertikal

Dalam sirkulasi vertikal dibagi menjadi 2 macam, yaitu : a. Tangga

Tangga merupakan salah satu sarana sirkulasi vertikal di dalam bangunan bagi manusia. Penyediaan tangga difungsikan sebagai penyedia ruang gerak bagi manusia dari sisi positif dan negatif. Penggunaan tangga sangat diperlukan pada saat jika terjadi kebakaran bangunan. Di sisi lain tangga mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Kelebihannya adalah sebagai alat untuk membantu pergerakan manusia didalam bangunan dan tidak memerlukan listrik sebagai penggerak, sehingga hemat energi.

Sedangkan kekuarangannya adalah jika digunakan untuk gedung yang memiliki tingkat yang tinggi akan menimbulkan tidak nyaman, di mana menimbulkan keletihan bagi pengguna.

b. Lift

Di dalam pembangunan bangunan tinggi diperlukan lift sebagai alat bantu ruang gerak bagi manusia didalam bangunan. Dalam proyek ini akan menggunakan lift standar untuk bangunan 2-12 tingkat. Standard kecepatan lift 1 m / detik dan kapasitas lift 1000 kg, kapsitas penumpang 12 orang. Perhitungan :

(41)

84 Jumlah waktu yang dibutuhkan :

s m s n s h T = (2 +4 )( −1)+ (3 +4) detik T = (2 x 3.2 + 4 x 1) (11 -1) + 1 (3 x 12 + 4) 1 T = 144 detik

Jumlah lift yang dibutuhkan : m PB T P n L N netto . . 300 . . . =   N = 771.12 x 11 x 0.03 x 144 300 x 3 x 12 N = 3.39 = 3 lift Waktu tunggu (WT) N T WT =   WT = 144 / 3 = 48detik

Untuk proyek perancangan rumah susun akan menggunakan tangga sebagai tangga kebakaran dan lift digunakan sebagai alat transportasi vertikal bagi manusia di dalam bangunan. Demi kesesuaian dengan topik dan tema tentang hemat energi, maka lift dalam bangunan akan digunakan dengan cara :

a. Terdapat 2 lift yang berhenti di setiap lantai genap yaitu 2, 4, 6, dan seterusnya. Dan berhenti di setiap lantai ganjil yaitu 3, 5,7 dan seterusnya. b. Lift akan di hidupkan semua pada jam-jam sibuk, sehingga tidak

(42)

85 Lift berada di dalam core dengan bentuk memanjang. Posisi core di luar bangunan yang dapat menghubungkan semua unit rumah susun dalam satu tower. Jumlah lift yang digunakan 3 termasuk lift barang dengan waktu tunggu 48 detik. Tangga yang difungsikan sebagai tangga kebakaran berjarak maksimum 30 meter.

IV.3.7. Analisa Penampilan Bangunan

Untuk penampilan bangunan pada rumah susun dan pasar akan disesuaikan dengan topik dan tema dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Fungsional

Dengan menyesuaikan topik dan tema serta mengingat harga tanah di Jakarta sangat mahal, maka bangunan akan dibangun efisien sesuai dengan kegunaannya.

2. Sederhana

Penampilan sederhana dari bangunan akan ditampilkan dengan adanya keteraturan modul dan struktur bangunan itu sendiri.

3. M enyesuaikan dengan iklim

Penampilan bangunan juga harus memperhatikan iklim tropis lembab, di mana berfungsi untuk pemilihan material bangunan.

4. Hemat energi

Dalam penampilan bangunan harus dapat mencerminkan hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan dan keamanan bagi pemilik nantinya.

(43)

86 Untuk arah perencanaan nantinya akan mengarah ke penampilan bangunan hemat energi, di mana harus menampilkan karakter bangunan sehat dan hemat energi dengan memaksimalkan iklim tropis melalui penyesuaian arsitektural dalam pemilihan bahan bangunan, pemanfaatan teritisan yang dapat mengurangi panas matahari dan air hujan.

IV.3.8. Analisa Modul Bangunan

Penentuan modul bangunan dipertimbangkan terhadap modul gerak dari pemakai, perabot. M odul struktur yang dipakai seperti yang telah ditetapkan Kepmen PU NO 05/PRT/M/2007 yaitu :

Gambar 33. Bentuk modul

• Adanya banyak varian modul untuk mendapatkan luas modul tertentu. • Modul yang efisien dapat diprediksikan dari suatu bentuk unit dengan

lebar maksimal yang masih dapat menggunakan tebal pelat minimal 12 cm.

(44)

87 Gambar 34. Tabel bentuk modul yang efisien

(45)

88 Gambar 36. Bentuk modul tipe 36

Gambar 37. Bentuk modul tipe 54

Arah perencanaan modul bangunan mengikuti tipe rumah susun sehingga modul untuk bangunan pasar mengikuti modul rumah susun. Berdasarkan analisa tipe rumah susun yang diambil tipe 54. M aka modul

(46)

89 yang dipakai untuk tipe 54 adalah 7.5 meter. Dari modul ini maka perancangan untuk pasar mengikuti modul dari rumah susun.

IV.3.9. Analisa Topik Hemat Energi

IV.3.9.1. Analisa Sistem Pencahayaan

Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia, karena tanpa cahaya, maka akan terasa gelap, hitam dan mengerikan. M anusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas.

Dalam perancangan bangunan hemat energi ada 2 pilihan yang menjadi pertimbangan sistem pencahayaan :

1. Pencahayaan alami

Sinar matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami, terutama di siang hari. Cahaya alami ini dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan hemat energi di dalam bangunan. Hal ini dapat mengurangi beban dari penggunaan cahaya buatan seperti lampu yang memerlukan banyak energi listrik.

Kelebihan Kekurangan • Bersifat alami

• Tersedia berlimpah • Tersedia secara gratis

• Memiliki septrum cahaya lengkap

• Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperuntukkan bagi makhluk hidup di bumi • Dinamis, arahnya selalu

• Jarak pencahayaan di dalam bangunan terbatas

• Intensitas tidak mudah diatur

• Pada malam hari tidak tersedia

• Sering membawa serta panas masuk ke dalam

(47)

90 berubah oleh rotasi bumi dan

intensitas cahaya yang berubah - ubah

ruangan

• Dapat memudarkan warna

Tabel 25. Kelebihan dan kekuranga pencahayaan alami Untuk memanfaatkan pencahayaan alami ini dapat digunakan pemecahan permasalahan secara arsitektural dengan membuat bukaan – bukaan. Ada 2 jenis lubang cahaya yaitu yang terbuka dan tertutup. Terbuka, jika cahaya menerobos langsung ke dalam bangunan contohnya dengan membuat jendela atau kisi – kisi, sedangkan yang tertutup adalah bukaan dengan mempergunakan material tertentu sebagai penyaring cahaya yang masuk, yaitu kaca, glass block, polikarbonat. Solusi mendesain bukaan untuk cahaya alami : a. Tempatkan bukaan sesuai fungsi ruang

Jenis Ruang Jenis pencahayaan yang sesuai

Letak bukaan yang disarankan R. Tidur Pencahayaan pagi (matahari

pagi)

Tenggara sampai Barat laut

Gudang, K.mandi

M atahari sore (paling tinggi tingkat radiasinya), agar tak lembab & jamur terbunuh

Barat atau Timur

R. keluarga, R. makan.

Tingkat aktivitas tinggi, perlu cahaya hangat

Barat Laut atau Barat Daya, atau Utara dan Selatan Dapur Butuh cahaya yang adem

agar panas yang masuk tidak menaikkan suhu ruang

Utara dan Selatan

Tabel 26. Bukaan pada jenis ruang

b. Bukaan jangan berlebihan dimensinya. Luasnya 20 % dari luas ruangan.

(48)

91 c. M anfaatkan refleksi atau pantulan dari permukaan bidang. 2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan menggunakan energi buatan yaitu lampu. Lampu tetap diperlukan pada suatu bangunan namun intensitas penggunaan energi listrik pada bangunan. Penggunaan lampu memiliki banyak variasi namun untuk melakukan penghematan energi, maka digunakan lampu hemat energi.

Sistem pencahayaan dengan manfaatkan energi buatan dari listrik seperti lampu digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan yang memerlukan pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya. Pencahayaan buatan sumber aliran listrik : PLN, genset.

Jenis lampu untuk pencahayaan buatan adalah lampu TL (memberi penerangan yang membaur, warna-nya putih sehingga baik untu penerangan dan tak membuat mata cepat lelah), lampu pijar warna yang dipancarkan ke kuning – kuningan, memberi kesan mewah pada ruang.

Jenis Pencahayaan Penyelesaian Karakteristik Pencahayaan alami Bukaan dinding

(jendela)

• Daya jangkau sinar kurang merata, terbatas

• Tidak memerlukan energi

Bukaan plafond • Perancangan dan perawatan agak sulit

(49)

92 • Daya jangkau sinar

merata • Tidak membutuhkan energi Pencahayaan buatan Lampu pijar Lampu TL (Fluorscent)

• Lebih murah dan mudah perawatannya • Lebih boros energi • Lebih mahal • Lebih hemat energi Lampu halogen • Daya tahan tinggi

• Cukup hemat energi • Panas

• Cocok untuk ruang luar

Tabel 27. Perbandingan pencahayaan

Salah satu cara efisiensi energi adalah pengurangan pemakaian energi listrik melalui penerangan alami. Untuk pemanfaatan cahaya alami dibuat bukaan – bukaan, void pada bagian koridor jika bukaan tidak terkena cahaya matahari, maka memakai sistem reflektor, dengan media air untuk merefleksikannya ke dalam bangunan, untul pemakaian pencahayaan buatan pada ruang – ruang sirkulasi hanya pada malam hari. Bukaan yang terkena cahaya matahari langsung diberi teritisan untuk mengurangi masuknya panas matahari yang berlebihan dan juga dapat meminimalkan penggunaan AC.

(50)

93 IV.3.9.2. Analisa Sistem Pengudaraan

Sistem pengudaraan adalah sistem terbesar dalam sebuah bangunan residansial vertikal seperti hotel yang mengkomsumsi energi. Besarnya hampir 49 % dari penggunaan energi di seluruh bangunan. Oleh karena itu, apabila sebuah bangunan hunian mampu menghemat pengudaraan ini, maka hampir setengah energi bangunan dapat dihemat dan tujuan dari perancangan hemat energi dapat tercapai. Sistem pengudaraan dibagi menjadi 2:

1. Pengudaraan alami

Pengudaraan alami ini adalah udara dari luar yang bersih masuk ke dalam bangunan sehingga dapat terjadi pertukaran udara dalam ruangan dengan menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat mengalir.

Kelebihan Kekurangan 1. M enyediakan udara yang sehat 2. M embantu kenyamanan suhu dalam ruangan 3. Tidak memerlukan energi

1. Suhu tidak mudah diatur 2. Kecepatan angin tidak mudah

diatur

3. Kelembaban tidak mudah diatur

4. Kualitas udara tidak mudah diatur

5. Gangguan serangga

6. Gangguan lingkungan: bising Tabel 28. Kelebihan dan kekurangan pengudaraan alami

(51)

94 Solusi Pengudaraan alami :

a. Ventilasi silang adalah udara dapat masuk dan keluar melalui bukaan – bukaan yang ada. Untuk itu perlu dirancang agar udara dapat dengan bebas keluar dan masuk supaya tidak terperangkap di dalam ruangan yang menyebabkan ruangan menjadi pengap.

b. Ventilasi dan insulasi atap c. M enara angin

d. Plafon tinggi 2. Pengudaraan buatan

Pengudaraan buatan ini sangat identik dengan penggunaan AC (Air Conditioner). AC digunakan untuk mendapat temperatur udara yang diinginkan dengan melihat kondisi udara sekitar yang tidak mendukung bagi pengudaraan alami.

Kekurangan AC adalah pada penggunaan energi boros. Pada bangunan yang ber-AC, energi listrik yang digunakan untuk AC mencapai 60% dari total energi pada bangunan. (sumber : Fisika Bangunan 2)

Perencanaan untuk rumah susun dan pasar ini tidak menggunakan AC tetapi menggunakan pencahayaan alami dan cross ventilation agar bangunan menjadi hemat energi.

(52)

95 IV.3.9.3 Analisa Bahan Material Bangunan

Analisa bahan material bangunan meliputi penggunaan material dinding, penutup exterior, atap, kusen, plafon dan penutup lantai. Pemilihan material berdasarkan keunggulan, ketahanan dan juga memperhatikan kandungan energi di dalamnya sehingga penggunan material mendukung penghematan energi di dalam bangunan.

1. M aterial dinding Jenis

M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi Batu bata bakar • Menyerap panas • Penyaluran panas rendah • Mudah didapat • Mudah tumbuh janur dan lumut pada kelembaban tinggi 1,2 Batako • Penghantar panas kecil • Tahan api • Mudah didapat • Tembus air • Tidak tahan gempa Baja • Pemantulan tinggi dan mengurangi penyaluaran panas • Penghantar panas kecil • Mahal dan sulit didapat • Mudah terjadi karat atau korosi 10

Tabel 29. Kelebihan dan kekurangan material dinding 2. M aterial penutup eksterior

Jenis M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi

Batu alam

• Tahan terhadap cuaca dan angin • Mudah didapat

• Cepat rusak karena

perusak

(53)

96 organik

Kaca • Mudah didapat • Kemampuan penghantaran panas kecil • Menyerap panas 6,0 Cladding GRC • Mudah dibentuk

• Mudah dipasang • Mahal • Mudah rusak oleh cuaca dan perusak organik

Tabel 30. Kelebihan dan kekurangan material penutup eksterior

3. M aterial atap Jenis

M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi

Genteng • Tahan cuaca • Mudah didapat • Mudah dipasang • Mudah pecah Dak beton • Tahan cuaca • Tahan api

• Praktis dan murah

• Berat dan mudah pecah • Menyerap panas 0,5 Semen asbes • Tidak berkarat

• Tahan api • Rawan gempa • Penghantar panas tinggi 2,2 Alumini um • Ringan • Mudah pemasangan • Tahan cuaca • Kuat terhadap gempa • Menyerap panas • Kedap udara 56

Tabel 31. Kelebihan dan kekurangan material atap

4. M aterial kusen Jenis

M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi

(54)

97 • Tahan terhadap angin • Kuat • Penghantar panas tinggi Alumuni um • Ringan • Mudah pemasangan • Tahan cuaca • Kuat terhadap gempa • Menyerap panas • Kedap udara 56

Tabel 32. Kelebihan dan kekurangan material kusen 5. M aterial Plafon

Jenis M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi

Gympsum board

• Isolasi suara baik • Mudah dipasang • Fleksibel

• Tahan lama

• Mudah tergores

M ultipleks • Mudah didapat • Murah • Ringan • Mudah dipasang • Rawan rayap • Mudah hancur dan terbakar

Tabel 33. Kelebihan dan kekurangan material plafon

6. M aterial penutup lantai Jenis

M aterial

Kelebihan Kekurangan Kandungan Energi

Keramik • Mudah dirawat • Tahan api • Anti gores

• Mudah pecah

M armer • Nilai estetika tinggi • Tahan api • Menyerap panas • Mahal dan berat • Perawatan khusus • Susah didapat (impor)

Parket • Tahan air

• Mudah dipasang • Dapat meredam

• Perawatan susah • Mahal

(55)

98 suara

• Menyerap panas • Tidak tahan api • Susah didapat

Tabel 34. Kelebihan dan kekurangan material penutup Lantai

NB. Angka kandungan energi diperoleh dari table Kandungan Energi Pada Bahan dari buku Green Architecture karya Robert dan Brenda Vale, 1991

Berdasarkan kandungan energi di dalam material bangunan, maka penggunaan material bangunan untuk bangunan hemat energi adalah pemilihan material yang tidak membutuhkan perawatan sehingga dapat mengefisiensi biaya.

IV.3.10. Analisa Sistem S truktur

Pemilihan struktur untuk bangunan rumah susun dan pasar berdasarkan :

1. Pertimbangan fungsi

Struktur dapat menyalurkan semua macam beban ke tanah dan juga dapat melindungi suatu ruang.

2. Pertimbangan ekspresi bentuk ekspresi

Struktur secara visual ditampakkan akan memberikan ekspresi pada bentuk dan penampilan dari bangunan.

3. Pertimbangan faktor fisik

Tututan fisik bangunan meliputi daya tahan terhadap beban vertikal berupa beban angin, gempa.

(56)

99 Struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 :

1. Struktur bawah berfungsi untuk menyalurkan beban – beban yang berasal dari atas ke bawah, yaitu pondasi, sloff, plat.

Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan

Pondasi tiang pancang

• Dapat menahan beban yang besar (>4 lantai)

• Kedalaman 10 -15 m

• Prinsip kerja : menyalurkan beban langsung ke tanah keras di bawahnya

• Kualitas terjaga karena dibuat di pabrik • Membutuhkan tambahan biaya • Menyebabkan kebisingan serta pemancangan • Memungkinkan tanah di sekitar pemancangan akan naik Pondasi tiang (Bore Pile)

• Dapat menahan beban yang cukup besar

• Kedalaman 30 - 40 m

• Tidak perlunya sambungan antar tiang • Biaya yang dikeluarkan akan besar • Memakan banyak material bangunan khususnya cor-an beton

Tabel 35. Jenis – jenis pondasi

Pondasi yang digunakan dalam proyek ini adalah pondasi tiang pancang dengan mempertimbangkan topik hemat energi karena pengerjaannya cepat sehingga energi yang digunakan tidak banyak.

2. Struktur atas (upper structure) merupakan struktur utama yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas berupa beban hidup (manusia) dan beban mati (bangunan) ke pondasi baik secara horizontal maupun vertikal. Alternatif struktur atas :

Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Struktur

rangka kaku (Rigid

Frame)

• Titik hubung yang menghubungkan balok dan kolom cukup kaku, sehingga memungkinkan kemampuan

• Waktu pengerjaan cukup lama

(57)

100 untuk memikul beban lateral

(beban gempa, angin)

• Struktur rangka kaku dapat memikul beban vertikal (gravitasi)

• Rangka kaku dapat diterapkan pada gedung bertingkat rendah maupun gedung bertingkat tinggi

Struktur dinding pemikul (bearing wall)

• Ruangan yang dihasilkan bebas kolom

• Kekakuan cukup tinggi

• Bukaan yang dihasilkan relatif kecil

• Penggunaan

material yang cukup banyak

Tabel 36. alternatif struktur Alternatif bahan konstruksi bangunan berupa: • Kontruksi beton bertulang, dengan pertimbangan :

i. M erupakan bahan yang tahan api, tidak rusak oleh panas dan hujan. ii. Rangka beton lebih mudah dalam menghasilkan bentuk yang

fleksibel.

iii. Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar. • Kontruksi baja, dengan pertimbangan :

i. Waktu pengerjaan yang relatif singkat.

ii. Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar. iii. M ampu menahan beban kantilever yang cukup panjang.

Biaya konstruksi bangunan, selain ditentukan oleh ongkos tukang dan harga bahan bangunan, juga ditentukan oleh kecepatan dalam pembangunan, sementara kecepatan pembangunan ditentukan oleh

(58)

101 kesiapan lahan, kesiapan sumber daya, serta metode pembangunan yang dipakai.

Ada 3 metode pembangunan yang sering dipakai, yaitu: Sistem

Konvensional

Sistem Formwork Sistem Pracetak Keuntungan : • Monolitas antar elemen struktur baik • Tata ruang fleksibel • Sudah sangat dikenal oleh para pelaku konstruksi

Keuntungan : • Pemasangan

formwork lebih cepat • dapat digunakan berulang kali • Bahan-bahan yang digunakan, tidak merusak alam • Beton yang dihasilkan sudah exposed (siap pakai)

• Monolitas antar elemen baik

Keuntungan :

• Elemen dibuat dipabrik (fabrikasi), sehingga mutu terjamin

• Pemasangan di lapangan, sangat cepat

• Material yang digunakan lebih efisien

• Total waktu pemasangan lebih cepat, dibandingkan dengan sistem yang lain

Kerugian : • Pengerjaan

formwork/peranc ah lama dan kotor • Bahan kayu untuk

perancah semakin langka dan mahal • Pengerjaan konstruksi, lambat Kerugian : • Fleksibilitas ruang kurang

• kontrol beton sulit • Bahan perancah yang

biasanya impor, akan ekonomis apabila digunakan secara repetitif.

Kerugian:

• Sambungan antar komponen, harus diuji kehandalannya

• Model perencanaan berbeda, karena perlu memperoleh verifikasi pada uji laboratorium • Kurang fleksibel dalam

tata ruang

• Memerlukan ketelitian dalam pemasangan • Ada masalah dalam

pengadaan Tabel 37. Perbandingan sistem konstruksi

Dalam perancangan menggunakan sistem struktur rangka (rigid frame) dengan konstruksi beton bertulang yang menggunakan sistem pracetak karena bangunan tidak membutuhkan bentang panjang melainkan jarak lantai ke lantai yang efisien dan tidak jauh.

(59)

102 IV.3.11. Analisa Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih pada bagunan rumah susun dan pasar diperoleh dari PAM yang kemudian ditarik oleh pompa dan ditampung ke reservoir atas selanjutnya didistribusikan ke ruang – ruang yang membutuhkan, dan didistribusikan memakai sistem down feed (gravitasi) sehingga jika sewaktu – waktu aliran listrik terputus, distribusi air tetap berlangsung. Instalasi air besih digunakan untuk :

1. Intalasi untuk toilet, kamar mandi dan dapur

2. Intalasi untuk keamanan kebakaran seperti : splinker, hydrant.

Skema 7. Skema sistem air bersih Kebutuhan air bersih dalam bangunan

Kebutuhan Units Volume/ unit (liter) Subtotal (liter)

Air bersih 238 135 32.130

Air hidran 40 400/30 menit 480.000

Total Air keseharian 64.260

TOTAL 576.390

Tabel 38. Analisa kebutuhan air bersih dalam bangunan Reservoir atas

Pompa

Reservoir bawah M eteran

PAM

Alat – alat sanitair Pompa

Deep Well Reservoir kebakaran Alat – alat pemadam Jet pump

(60)

103 Volume tangki bawah = 40 % x 576.390 = 230.556 liter = 230 m3

Volume tangki atas = 60 % x 576.390 = 345.834 liter = 346 m3 Ada 2 sistem yang dapat menjadi alternatif :

1. Tangki atas

Skema 7. Skema sistem tangki atas 2. Tangki bawah

Skema 8. Skema sistem tangki bawah

Perancangan disesuikan dengan topik, tema arsitektur hemat energi, maka sistem air bersih yang digunakan adalah tangki atas karena hanya menggunakan 1 pompa sehingga energi listrik yang digunakan lebih sedikit dan penyaluran menggunakan energi alam yaitu energi gravitasi.

PAM

Air Tanah

Ground

Water Tank Pompa

Reservoir atas Hunian, pasar (toilet, pantry, wastafel, hidrant, sprinkler) PAM Air Tanah Ground

Water Tank Pompa

Hunian, pasar (toilet, pantry, wastafel, hidrant, sprinkler) Pompa Hidrant, Sprinkler

(61)

104 IV.3.12. Analisa Pembuangan Air Kotor

Air kotor dibedakan menjadi 2 :

1. Air kotor padat, melalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor padat disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant). Lalu diproses secara kimia sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak dikonsumsi oleh manusia, seperti untuk menyiram tanaman.

Skema 9. Sistem pembuangan air kotor padat

2. Air kotor cair dan air hujan, melalui shaft yang tertanam di dinding disalurkan ke roil kota bagian bawah dan dilanjutkan ke roil kota, dan tiap jarak tertentu mempunyai bak control.

Skema 10. Sistem pembuangan air kotor cair dan hujan

IV.3.13. Analisa Sistem Pembuangan S ampah

Pembuangan sampah pada bangunan ini dengan membuang sampah melalui shaft sampah yang terdapat di tiap lantai selanjutnya, untuk pasar dibuang ke tempat sampah sementara kemudian dikumpulkan pada tempat

Kotoran padat STP Wastafel Floor drain Sink dapur Air hujan Bak Kontrol Bak

penampung Roil kota

Shaft Sumur

resapan Bak

(62)

105 penampungan sementara dan kemudian diangkut ke bak penampungan utama, dan diangkut oleh dinas kebersihan ke tempat pembuangan akhir.

Skema 11. Sistem pembuangan sampah

Sistem pembuangan sampah pada rumah susun disediakan di setiap ujung bangunan secara vertikal yang kemudian diangkut ke TPS kemudian ke pembuangan akhir oleh dinas kebersihan.

Skema 12. Sistem pembuangan sampah rumah susun

Gambar 38. Sistem pembuangan sampah rumah susun vertikal Tempat sampah Pembuangan sementara Pembuangan akhir Petugas Dinas kebersihan Sampah per lantai Pembuangan sampah per

(63)

106 IV.3.14. Analisa Sistem Pencegah Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran adalah :

1. M emakai alat deteksi berupa alarm yang dipasang dengan jarak pelayanan 75 m yang terdiri dari :

a. Heat detector : untuk mendeteksi panas b. Smoke detector : untuk mendeteksi asap c. Flame detector : untuk mendeteksi lidah api

2. Lampu darurat, lampu yang akan menyala ketika alarm aktif

3. Sistem komunikasi darurat, sistem ini akan mematikan sarana (fasilitas) secara otomatif saat terjadi kebakaran

4. Alat pemadam kebakaran :

a. Sprinkler : memadamkan api dengan menyemprotkan air atau zat lain secara otomatis pada ruang yang terbaka, bekerja efektif dengan daya jangkau 25 m2/unit

b. Hydrant kebakaran : terdapat di dalam dan ruangan dan diletakkan pada posisi yang mudah untuk dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Dengan radius pelayanan 800 m2/unit

c. Fire extinguisher : pemadam ringan berupa tabung – tabung yang diletakkan setiap jarak 20 m dengan luas pelayanan 200 m2

5. Alat bantu evakuasi berupa tangga darurat yang dilengkapi dengan blower dan pintu serta dinding yang tahan api

(64)

107 Skema 13. Sistem pencegahan kebakaran

Pada perencanaan ini sistem pencegahan kebakaran pada rumah susun dan pasar menggunakan hydrant kebakaran dengan radius 30 m2/ unit.

IV.3.15. Analisa Sistem Instalasi listrik

Instalasi listrik sangat diperlukan pada bangunan karena akan menunjang segala kegiatan di dalam bangunan. Sumber listrik utama berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama, dan kemudian disalurkan ke gardu utama, dan kemudian disalurkan ke ruang – ruang. Dan untuk tenaga cadangan digunakan generator (genset) yang dapat mensuplai 75 % dari total kapsitas keseluruhan listrik dalam bangunan. Perletakkan ruang genset diusahakan sejauh mungkin dengan ruang private untuk dapat menjaga kenyamanan dan ketenangan ruang tersebut.

Skema 14. Sistem instalasi listrik Hydrant Pompa

Deep well

Resevoir kebakaran

PLN M eteran Gardu listrik Gardu distribusi Panel cabang Panel utama Trafo Genset

(65)

108 IV.3.16. Analisa Sistem Jaringan Gas

Jaringan gas pada setiap unit dalam rumah susun menggunakan skematik :

Skema 15. Sistem jaringan gas

IV.3.17. Analisa Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir adalah salah satu sistem yang dipakai untuk menangkal petir yang menyambar pada bangunan dan menyalurkan aliran petir tersebut ke dalam tanah. Sistem penangkal petir terdiri dari:

1. Sistem Faraday : pembentukkan daerah segiempat dengan tiang baja penangkar pada atap bangunan yang berhubungan dengan sekeliling bangunan sekitar, sehingga aliran petir langsung dialirkan ke tanah dengan kawat tembaga.

2. Sistem Fraklin : memberikan perlindungan dengan membentuk sudut 45º dari tanah, sehingga petir akan terhantar melalui antena penghubung menuju tanah.

Pada perencanaan bangunan rumah susun dan pasar ini menggunakan sistem farady karena bentuk bangunan rumah susun dan pasar berbentuk persegi panjang maka sistem Faraday yang cocok agar semua area mudah dijangkau.

Gambar

Tabel 3. Jenis fasilitas dan fungsinya
Tabel 13. Program ruang utama (pasar)  3.  Gudang bersama
Tabel 16. Program ruang pengelola (rusun)  6.  Ruang M esin
Gambar 8. Lokasi tapak 1 
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEGIATAN POKOK Kegiatan dalam program kerja tahun 2017 meliputi :  Melaksanakan Surveilans PPI 6  Melakukan Investigasi Outbreak PPI 6  Membuat Infection Control Risk

Hal ini karena pada kedua metode tersebut terdapat perbedaan beberapa parameter: Pada metode AASHTO terdapat Structur number (SN) yang di dalam perhitungan SN

Untuk mengetahui hubungan perputaran kas dan profitabilitas, maka peneliti membuat grafik perbandingan perputaran kas terhadap profitabilitas pada perusahaan operator

Karakter : Mandiri, kreatif, rasa ingin tahu, jujur, kerja keras, kerjasama, komunikatif - Pend.. KWU : Mandiri &amp;

Audit K3 bertujuan untuk menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan oleh

Hewan yang dominan dan berkuasa seperti jantan akan membersihkan bulu untuk betina dalam rangka kegiatan seksual, sedangkan induk pada saat anak menyusui, induk menjilati

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) secara keseluruhan terdapat perbedaan keterampilan servis atas bola voli antara siswa

Komite Pemantau Risiko bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan