BEST PRACTICE MENDESAIN SLIDE PRESENTASI (BAGIAN 1)
Oleh: Gathot SubrotoSlide presentasi masih menjadi media paling populer untuk presentasi baik keperluan pembelajaran, workshop, seminar bahkan saat online webinar yang sedang marak saat ini. Dari sisi penerapan pemanfaatan fitur-fitur aplikasi presentasi, Sebagian sudah dimanfaatkan dengan baik, seperti animasi, transisi, dan penggabungan terhadap materi multimedia lainnya seperti video dan audio. Tetapi yang masih banyak terjadi adalah desain slide presentasi yang masih biasa-biasa saja.
Saat mendesain slide presentasi, Anda perlu menemukan keseimbangan antara menjaga minat audiens dan mempertahankan perhatian mereka. Tujuan utama dari keseimbangan tersebut adalah menjaga jangan sampai slide presentasi mengalihkan perhatian audiens dari materi atau pesan utama yang Anda ingin sampaikan. Sebab tujuan membuat slide presentasi adalah untuk meningkatkan semangat belajar dan mempermudah audiens dalam memahami materi yang disampaikan. Slide presentasi melengkapi apa yang Anda sampaikan dan bukan menjadi fokus utama presentasi Anda. Presentasi dapat diibaratkan sebagai aksi Anda di atas panggung dan
slide presentasi adalah latar belakang panggung tempat Anda berakting. Dalam dunia 4.0 yang
semakin visual, desain slide presentasi sangatlah diperhatikan oleh auidens.
Untuk membuat panggung Anda menjadi sempurna, rangkaian Seri Best Practices Mendesain Slide Presentasi ini akan memandu Anda dalam membuat slide presentasi yang lebih menarik. Pada seri pertama ini, kita akan bahas bagaimana menyusun slide dengan pendekatan KISS, memilih rasio slide yang sesuai, hingga menggunakan animasi dan transisi yang tepat. Selamat membaca.
I. KISS (Keep it Short and Simple)
Sekali lagi, perlu diingat bahwa slide presentasi adalah alat bantu Anda untuk menyampaikan pesan utama dalam presentasi. Jangan buat audiens yang seharusnya memperhatikan Anda menjadi sibuk memelototi slide Anda. Cukuplah mereka melihat perubahan slide Anda sekilas lalu kembali menikmati presentasi Anda dengan latar belakang yang tidak annoying. Slide yang terlalu ruwet, terlalu banyak tulisan, terlalu banyak data yang digambarkan akan memberikan dua kerugian sekaligus terhadap Anda, Sang Presenter. Pertama, mereka akan terlalu sibuk melihat slide dan tidak memperhatikan narasi yang Anda sampaikan. Kedua, latar belakang panggung Anda menjadi berantakan untuk dinikmati. Jadikanlah slide ibarat iringan musik terbaik kala Anda menjadi penyanyi di atas panggung: merdu dan harmonis dengan suara yang Anda bawakan.
Gambar 1 Contoh slide yang simple
Pendekatan Keep It Simple dapat menjadi panduan pertama Anda dalam mendesain
slide. Prinsip pertama dari pendekatan ini adalah hindari slide dengan banyak teks, terutama
jika itu hanya pengulangan dari apa yang Anda katakan. Audiens mungkin akan lebih sibuk membaca slide daripada mendengarkan Anda. Jika Anda membutuhkan slide yang bertujuan menyampaikan hal-hal yang sangat penting tetapi panjang untuk dituliskan, maka bagilah tulisan itu ke beberapa slide secara bertahap dan ungkapkan tulisan tersebut saat dibutuhkan. Anda bisa pula memadukannya dengan teknik presentasi yang lain misalkan dengan filp-chart, membaca kutipan dari buku, atau berinteraksi dengan Audiens.
Gambar 2
Desain slide tentang pentingnya simplicity, dan disajikan dengan desain yang simple namun menarik.
Prinsip kedua adalah satu ide dalam setiap lembar slide. Ringkaslah ide Anda dengan kalimat yang paling sederhana untuk menyampaikan poin pembicaraan utama dalam setiap
sampaikan dalam satu slide akan membuat audiens menjadi bosan. Slide yang bagus kebanyakan menggunakan kalimat yang ringkas. Beberapa presenter hebat hanya menggunakan gambar saja untuk menguatkan storytelling-nya.
Gambar 3
Berikan satu ide pada setiap slide dan usahakan berikan ruang kosong yang cukup serta hidari elemen-elemen yang tidak perlu.
Prinsip ketiga, berikan napas terhadap ruang-ruang pada slide. Jangan mengisi ruang kosong dengan elemen yang tidak perlu karena ini tidak akan membantu audiens memahami apa yang Anda katakan. Semakin sedikit “pengganggu” pada slide, semakin besar dampak pesan visual Anda. Selanjutnya, perlu pula memperhatikan penggunaan elemen desain seperti garis, shape, form, tekstur, dan warna yang menjadi elemen utama untuk membuat desain. Pastikan elemen desain tersebut digunakan seefektif mungkin. jangan sampai justru menjadi elemen pengganggu. Pastikan latar belakang Anda diisi dengan slide yang sederhana namun indah.
II. Tentukan rasio dan resolusi slide presentasi Anda
Dengan semakin banyaknya pilihan alat dan media presentasi, semakin banyak pula kemungkinan Anda akan memilih rasio dan resolusi slide presentasi. Lima belas tahun yang lalu, ketika hanya ada satu media presentasi berupa slide projector, umumnya rasio slide yang dipakai hanya 4:3 saja dan resolusinya pun cukup dengan 720 pixel untuk sisi terpanjangnya. Saat ini alat bantu pencitraan slide sudah sangat bervariasi mulai dari slide projector, LCD
display, videotron, tablet PC, hingga smartphone Anda. Media pembelajaran pun bukan lagi
terbatas di kelas saja tetapi sudah berkembang dengan pembelajaran kelas digital dan juga pembelajaran daring yang berbasis internet seperti webinar, teleconference, online meeting, hingga penggunaan media sosial seperti Youtube Live dan Instagram Live. Anda harus memikirkan dan memutuskan rasio untuk slide Anda ketika mendesain. Pertimbangkanlah mana yang paling sesuai dengan konteks presentasi yang Anda akan gunakan.
Gambar 2
Beberapa pilihan format slide
Rasio 4:3 merupakan rasio paling populer dan kompatibel dengan kebanyakan slide
projector yang tersedia di ruang rapat, ruang kelas, atau ruang seminar. Umumnya slide Anda
akan dicitrakan dalam layar pantul. Rasio yang sekarang beranjak populer adalah rasio 16:9. Rasio ini kompatibel dengan berbagai pilihan layar LCD atau Smart TV yang banyak digunakan di rumah-rumah, etalase took, dan ruang tunggu kantor. Ruangan rapat modern dan ruang kelas digital sekarang sudah banyak yang memakai perangkat seperti ini. Dengan memakai format ini, layar LCD akan maksimal terpakai tanpa menyisakan ruang di kiri dan kanan layar. Hanya saja, untuk memakai perangkat ini Anda harus menyesuaikan resolusi slide Anda dan layar LCD. Umumnya saat ini resolusi minimal slide presentasi harus sekitar 1080 pixel pada sisi terpanjangnya. Penggunaan gambar digital pun harus dengan ukuran yang relatif besar agar tidak pecah saat dipresentasikan.
Untuk keperluan pembuatan infografis pada feed Instagram akan lebih maksimal dengan rasio portrait 4:5. Sedangkan untuk keperluan Instagram Story akan lebih maksimal dengan portrait 9:16 atau 10:16. Saat ini juga populer melakukan presentasi dengan Instagram LIVE. Kalau Anda melakukan presentasi seorang diri, maka pakailah rasio portrait 9:16 atau 10:16 karena audiens mengikuti presentasi online dengan smartphone-nya yang kebanyakan dilihat secara portrait. Tetapi kalau Instagram Live-nya dilakukan bersama seorang host, maka rasio presentasi yang lebih cocok adalah 1:1 atau square karena layar Instagram Live akan terbagi dua dengan host.
Bagaimana kalau Anda seorang presenter yang sering mengisi berbagai acara dengan
platform yang berbeda-beda? Pertimbangkanlah untuk membuat slide presentasi Anda dalam
III. Batasi Transisi dan Animasi
Gunakan transisi antar slide dan animasi elemen slide dengan bijak. Kedua hal ini sebaiknya dipakai hanya bila diperlukan saja. Menggunakan banyak animasi akan sangat mengganggu dan justru terkesan amatiran. Percayalah, transisi dan animasi tidak akan terlalu berarti pada presentasi Anda dan penggunaan yang terlalu sering justru akan membosankan bagi audiens. Hindari keinginan untuk mencoba-coba semual hal yang menurut Anda merupakan teknologi yang baru yang “wow”. Dalam banyak pengalaman, penggunaan transisi dan animasi yang “asal pakai” akan menjadi masalah dan membuat audiens merasa jengkel untuk melihat presentasi Anda.
Berikut adalah beberapa saran yang sebaiknya dilakukan saat akan menggunakan transisi dan animasi. Pertama, gunakan animasi untuk suatu tujuan tertentu dalam menerangkan sesuatu, seperti misalnya untuk mengungkapkan tahapan dari suatu proses. Kedua, perhatikanlah arah dan timing Ketika mengatur munculnya animasi. Ketiga, bila anda menggunakan PowerPoint, Anda harus terlatih untuk menggunakan animation pane.
Gambar 3 Contoh transisi dan animasi
Anda harus terlihat profesional dan menguasai materi Anda. Dengan memilih dan menggunakan animasi, pastikan fasilitas ini dapat diterapkan secara smooth dan luwes. Sebagai contoh, animasi wipe efektif untuk menjelaskan poin-poin materi Anda setahap demi setahap. Anda juga dapat menggunakan animasi move dan fly tetapi kecepatan dan durasinya lebih lambat. Semua harus Anda perhitungkan, termasuk elemen mana yang harus memakai animasi dan elemen mana yang membutuhkan animasi yang berbeda. Jangan menambahkan animasi pada setiap elemen dalam slide Anda. Pun juga, hindari menggunakan transisi pada setiap perpindahan antar slide. Gunakan transisi push untuk menekankan kesinambungan dari
slide sebelumnya yang secara visual sesuai dengan penjelasan Anda. Misalkan anda sedang
menjelaskan langkah-langkah pemerintah untuk mendorong laju perekonomian. Pada saat hendak menjelaskan alasan-alasan pendorong yang terdapat pada slide berikutnya, barulah anda “boleh” menggunakan transisi push. Secara psikologis, animasi visual tersebut cocok dengan kata-kata yang Anda ucapkan ketika presentasi. Sedangkan untuk menggambarkan perubahan, misalnya kebijakan fiskal yang lama yang akan diganti dengan yang baru, anda dapat menggunakan transisi crush dari slide kebijakan lama ke slide kebijakan baru. Sementara
slide ke slide yang lainnya biarkan saja tidak memakai transisi. Prinsip KISS juga dapat
digunakan untuk mengatur transisi dan animasi dalam mendesain slide. Gunakan hanya kalau diperlukan.
Demikian tiga best practices pertama yang perlu Anda perhatikan dalam merancang slde presentasi. Saat ini, PowerPoint memang merupakan software pembuat slide presentasi yang paling popular sehingga kemungkinan besar Anda akan menerapkan best practice ini. Namun selain menggunakan PowerPoint, Anda juga dapat menggunakan software alternatif seperti Keynote, Prezy, atau Canva. Penasaran dengan best practices lanjutannya? Ikuti terus Seri Best Practices Mendesain Slide Presentasi!
Daftar Pustaka
Duarte, Nancy. 2008 Slide:ology: The Art and Science of Creating Great Presentations, California: O'Reilly Media.
Reynolds, Garr. 2007. Presentationzen. California: New Riders Press.
Samara, Timothy. 2007. Design Elements A Graphic Style Manual. Massachusetts: Rockport Publishers.