• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Fisika Elektrokimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Fisika Elektrokimia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ELEKTROKIMIA

Oleh : Kelompok III

Kelas B

Ahmad Dedi Fadillah 1407120814 Al Swendo Musbar 1407110184

Dewi Sunarti 1407113406

Dita Nurhalimah 1407114634

PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU 2014

(2)

BAB I TEORI 1.1 Tujuan Percobaan

1. Menentukan bilangan Avogadro(N0) secara elektrolisis 2. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrokimia 3. Mencoba menguju persamaan Nernst

1.2 Dasar Teori

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Pertukaran energi yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, tetapi kadang-kadang dengan suatu modifikasi, energi yang dipertukarkan tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sel elektrokimia adalah alat yang di gunakan untuk melangsungkan perubahan bentuk energi kimia jadi energi listrik. Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain dalam suatu reaksi oksidasi reduksi. Oksidasi adalah hilangnya elektron sedangkan reduksi diperolehnya electron. Zat pengoksidasi adalah spesies yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari zat yang teroksidasi. Zat pereduksi adalah spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada zat yang tereduksi. Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi sedangkan zat tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah (Atkins,1983). 1.2.1. Prinsip Dasar Elektroplating

Elektroplating merupakan teknik pelapisan secara elektrodeposisi, yaitu proses pengendapan pelapis logam secara elektrokimia. Cara pelapisan ini memerlukan arus listrik searah (DC). Bila listrik mengalir antara anoda dan katoda, didalam larutan konduktor/larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi kimia pada permukaan logam tersebut. Pada sistem demikian, bila diberi tegangan atau beda potensial, ion-ion bergerak menuju elektroda. Kation bergerak menuju katoda dan anion menuju anoda. Masing-masing mempunyai laju yang khas (konduktivitas ion spesifik). Konduktivitas total larutan tertentu merupakan

(3)

penjumlahan dan konduktivitas ion individu segenap ion yang dikandungnya (Langsa, 2010).

1.2.2. Elektroda

Elektroda merupakan kutub atau lempeng pada suatu sel elektrolitik ketika arus listrik memasuki atau meninggalkan sel. Elektroda dimana proses reduksi berlangsung disebut sebagai katoda yang merupakan kutub negatif(penarik elektron), sedangkan elektron dimana proses oksidasi berlandsung disebut anoda yang merupakan kutub positif (pelepas ektron).

Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion bersangkutan. Berbagai anoda dipergunakan pada elektroplating. Ada anoda inert, ada anoda aktif (terkorosi). Anoda dapat merupakan logam murni, dapat pula sebagai alloy. Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Dalam larutan, ion-ion positif bergerak ke katoda dan ion-ion negatif bergerak ke anoda. Adapun logam yang biasa digunakan sebagai elektroda adalah logam yang tidak larut dalam larutan elektrolit yang digunakan sebagai pelapis(Langsa, 2010).

1.2.3. Jenis Larutan Elektrolit

Jenis larutan elektrolit yang dipakai dalam elektroplating ialah elektrolit asam, netral dan basa. Dinamakan larutan elektrolit sebab dapat menghantarkan arus listrik (Arief, 2009).

Bak pelapisan pada umunya mengandung :

 Garam yang mengandung ion logam

 Garam yang berfungsi menambah daya hantar larutan

 Larutan yang bertindak sebagai buffer untuk menjaga pH larutan yang dikehendaki

“Adition Agent” untuk mempengaruhi jenis larutan yang dihasilkan 1.2.4. Voltase, Tahanan dan Hataran

Aliran antara kutub positif dan negatif dari sumber arus lansung dilengkapi dengan suatu alat elektrolit, maka sejumlah arus listrik yang akan lewat sangat bergantung pada dua faktor, yaitu :

(4)

 Gaya gerak listrik (ggl) atau dinamakan electro motif force (e. m. f. ) atau voltase yang digunakan pada baterai atau sumber arus ion sebagai sumber arus yang melalui elektrolit.

 Tahanan listrik dari elektrolit yang berbanding terbalik dengan arus yang lewat. Jika tahanan diperbesar maka kuat arus yang ditimbulkan makin kecil, begitulah sebaliknya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan persamaan Nernst. Bentuk persamaan Nernst untuk reaksi aA + bB  cC + dD, adalah sebagai berikut: Esel=E0sel−RT nF ln aCc . adD aaA. a B b ...(1.1) F=konstanta Faraday

n=jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks

Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas dapat diganti dengan konsentrasi.

Berdasarkan penemuan dari Michael Faraday pada tahun 1883 yang dikenal sebagai hukum Faraday, menetapkan hubungan listik dan kimia dari elektrolit atau reaksi elektrokimia. Kedua hukum tersebut adalah:

a. Berat logam yang diendapkan pada katoda selama elektrolisis adalah sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui larutan.

b. Untuk sejumlah arus yang lewat selama elektrolisis, berat logam yang diendapkan sebanding dengan berat ekivalennya.

Berdasarkan kedua hukum tersebut diatas diperoleh:

w=Z . I .t

96500 ... (1.2) Dimana, W = Berat endapan (gram) I = Kuat Arus (ampere) t = Waktu pelapisan (detik) A= Berat atom (garam/mol)

(5)

Z = Valensi

F = Konstanta Faraday (96500 Coloumb)

Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96485C(Coulomb),tidak bergantung pada jenis logamnya. Coulomb adalah satuan muatan listrik dan 1C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1A(Ampere) mengalir selama 1 detik.Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday, F = 9,65 x 104 C, yang didefenisikan sebagai

kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang di sebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu (Saito, 2009).

Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25o C (298.15 K), pada keaktifan satu untuk semua zat

dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada tekanan 1 bar (105 Pa). Untuk reaksi yang melibatkan ion H+, keadaan standar adalah pH = 0 (sekitar konsentrasi

asam 1 molar).

Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai potensial elektrode standar, gas hidrogen 1 atm (aH2 = 1)

dikontakkan perlahan dengan elektroda platinum-hitam yang dibenamkan dalam larutan asam kuat dengan keaktifan, aH+= 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:

... (1.3) dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar.

Elektroda hidrogen dalam keadaan standar disebut sebagai elektrode hidrogen standar atau NHE. Walaupun potensial reduksi biasanya diungkapkan dengan rujukan NHE standar, elektrode hidrogen sukar ditangani. Oleh karena itu elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran elektrokimia

(6)

sehari-hari dan potensial percobaan diukur terhadap elektroda ini atau dikonversi pada nilai NHE. Bila nilai NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan Ag/AgCl adalah 0.199 V.

Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya dapat berupa oksidator atau reduktor bergantung pasangan reaksinya. Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0

(Tabel 3.1). Perubahan energi bebas reaksi berhubungan dengan E0,

... (1.4)

N adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan F

(7)

Misalnya, untuk dua reaksi

tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada,

reaksi redoks akan berlangsung. Persamaan yang menyatakan reaksi yang berlangsung didapat bila reaksi ke-2 dikurangi dengan persamaan reaksi pertama

Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan adalah selisih perubahan energi masing-masing setengah reaksi.

... (1.5) Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan umumnya digunakan sebagai pasangan, perubahan energi bebas ∆G0

1 untuk H+ diset 0. Dalam hal ini karena

didapat hasil percobaan ∆G0 sebesar -147 kJ, maka ∆G0 2

bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan dengan ∆G0

setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.

... (1.6) Maka

(8)

Potensial standar berbagai setengah reaksi ditentukan dengan menggunakan prosedur yang mirip dengan yang disebutkan tadi (Tabel 3.1). E0 reaksi redoks

dapat dihitung dengan mengkombinasikan E0 setengah

reaksi ini.

Bila E0 reaksi redoks positif, ∆G0 bernilai negatif

dan reaksi berlangsung spontan. Akibatnya selain menggunakan perubahan energi bebas potensial reduksi juga dapat digunakan untuk menentukan kespontanan reaksi. Semakin besar potensial reduksi semakin kuat kemampuan oksidasinya. Nilai positif atau negatif berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan harus dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti mengoksidasi, dan nilai negatif bukan berarti mereduksi. Deretan yang disusun berdasarkan kekuatan redoks disebut deret elektrokimia (Yelmida. 2011).

BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat – alat yang digunakan

1. pH meter atau potensiometer 8. Dua gelas piala 500 ml dan 100 ml 2. Kertas saring 9. Penjepit

(9)

3. Kabel/Penjepit 10. Lembaran seng dan tembaga 4. Ampermeter 11. Termometer

5. Hot Plate 12. Sumber arus DC 6. Labu ukur 100 ml 13. Stop watch 7. Kertas Amplas 14. Pipet ukur 10 ml 2.2 Bahan – bahan yang digunakan

1. Kristal NaCl 4. ZnSO4.7H2O 0,01 M 2. Kristal NaOH 5. CuSO4.5H2O 0,01 M

3. Aquadest 6. NH4NO3 atau KNO3

2.3 Prosedur Kerja

A. Elektrolisis untuk menentukan bilangan avogadro

1. Disiapkan larutan A ( terdiri dari 100 gram NaCl dan 1 gram NaOH dalam satu liter air)

2. Disiapkan dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda, bersihkan dengan amplas.

3. Setelah elektroda digunakan sebagai anoda, ditimbang elektroda tersebut pada neraca analitik

4. kedua elektroda tembaga dicelupkan ke dalam 80 ml laritan A yang ditempatkan dalam gelas piala, dan disusun rangkaian listrik

5. Panaskan larutan didalam gelas piala sampai suhu mencapai 80oC dan

suhu dijaga konstan

6. Aliran listrik dialiri pada larutan A. Catat waktu dengan stopwatch, arus listrik harus dijaga kinstan dengan 1,5 ampere

7. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air kemudian dikeringkan dengan tissu

8. Timbang anoda sekali lagi.

B. Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst

1. Siapkan potongan lembaran tembaga dan seng. Dibersihkan permukaan logam dengan kertas amplas

(10)

2. Siapkan larutan jenuh NH4NO3 atau KNO3 (10 – 20 ml). Sebagai jembatan garam, ambil selembar kertas saring, digulung dan rekatkan dengan menggunakan slotip pada bagian tengahnya untuk mencegah gulungan terbuka

3. Dua delas piala 100 ml disiapkan, lalu satu diisi dengan CuSO4 1,0 M 60 ml dan yang lain dengan ZnSO4 1,0 M. Celupkan elektroda – elektroda logam dan hubungkan dengan kabel

4. Celupkan kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi kedalam larutan jenuh NH4OH3. Hilangkan kelebihan amonium nitrat dengan menggunakan kertas saring lain, kemudian tempatkan sedemikian rupa hingga kedua ujung gulungan tercelup ke dalam larutan yang berada pada kedua gelas piala.

5. Amati nilai GGL dengan menggunakan pH meter yang distel pada posisi mV. Catat polaritas kedua elektroda pada pengukuran tersebut, juga catat suhu larutan.

6. Siapkan larutan CuSO4 0,1 M 100 ml dengan jalan pengenceran larutan CuSO4 1,0 M

7. Ganti larutan CuSO4 1,0 M dengan CuSO4 0,1 M

8. Cuci dan bersihkan kembali dengan kedua elektroda dengan kertas amplas. Ganti jembatan garam dengan yang baru dan kembali ukur dan catat nilai GGL dengan menggunakan Ph meter.

9. Ulangi langkah (7), tetapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer. 2.4 Hasil Pengamatan

A. Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro

a. Waktu percobaan : 600 detik b. Berat anoda awal : 2,37 gram c. Berat anoda akhir : 2,27 gram d. Perubahan berat anoda : 0,10 gram e. Aliran listrik : 1,5 Ampere B. Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst

([Zn2+]/[Cu2+]) log ([Zn 2+]/

[Cu2+]) Esel (Volt)

1 M / 1 M 0 1.029

1 M / 0.1 M 1 1.008

(11)
(12)

BAB III

HASIL DAN DISKUSI 3.1 Hasil Percobaan

3.1.1. Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro Hasil percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Hasil pengamatan Waktu Percobaan 600 detik Berat anoda awal 2,37 gram Berat anoda akhir 2,27 gram Perubahan berat anoda 0,10 gram

Perubahan warna larutan Bening-merah bata Aliran listrik 1,5 ± 0,05 ampere

3.1.2. Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst Hasil percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. E⁰ sel Elektroda pada variasi konsentrasi CuSO4

Larutan pada bagian anoda Zn/Zn2+ (M) Larutan pada bagian anoda Cu/Cu2+ (M) E sel (volt) 1,0 1,0 1,039 1,0 0,1 1,008 1,0 0,01 0,993 1,0 0,001 0,987 3.2 Diskusi

Dalam percobaan ini dilakukan proses elektrolisis yang bertujuan untuk menentukan besarnya bilangan Avogadro serta mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst. Pertama, elektrolisis dilakukan dengan cara yaitu logam Cu yang dijadikan elektroda baik katoda dan anoda yang dicelupkan dalam larutan elektrolit NaCl pada suasana basa (dengan penambahan NaOH sebagai pemberi suasana basa).

Pada percobaan elektrolis, larutan terlebih dahulu dipanaskan sehingga suhu mencapai 80 ⁰C. Setelah itu, rangkaian listrik, dimana elektroda terhubung dengan

(13)

sumber arus dihidupkan. Proses pemanasan ditujukan agar ketika listrik dialirkan, dapat mempercepat reaksi. Arus dan suhu dijaga konstan, yaitu sebesar 1,5 A dan 80 ⁰C selama 10 menit.

Salah satu tembaga digunakan sebagai anoda. Elektrolisis pada anoda merupakan peristiwa oksidasi, dimana electron mengalir dari anoda menuju sumber arus kemudian diteruskan ke katoda. Peristiwa oksidasi yang terjadi pada anoda mengakibatkan massa dari tembaga pada lempengan elektroda tersebut berkurang. Adapun reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda adalah sebagai berikut.

Anoda: Cu (s)  Cu+(aq) + e

-Katoda: Cu+

(aq) + e-  Cu (s)

Berdasarkan reaksi diatas oksidasi Cu pada anoda menjadi Cu+ selanjutnya

membentuk Cu2O (Tembaga (I) Oksida). Terbentuknya Cu2O ini dibuktikan

dengan berubahnya warna larutan dari bening menjadi merah bata yang merupakan warna endapan Cu2O. Rumus hokum Faraday yang digunakan dalam

perhitungan Avogadro yaitu :

W=Ar . I . t

Q ... (3.1)

Secara empiris, Faraday telah membuktikan hukum-hukum kuantitatif elektrolisis. Hukum Faraday menyatakan bahwa massa produk yang dihasilkan pada elektroda sebanding dengan jumlah listrik yang dipergunakan pada elektrolisis. Jumlah listrik yang dialirkan melalui sel elektrolisis agar dapat mengalirkan 1mol electron dinyatakan sebagai 1 Faraday. Berdasarkan pada teori, bilangan Avogadro 6,023 X 1023 mol -1. Namun, pada hasil perhitungan dari

percobaan didapatkan hanya bilangan Avogadro sebesar 5,7186 X 1024 mol -1.

Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ketidakpastian arus yang mengalir dalam rangkaian apakah konstan 1,5 A atau tidak, dikarenakan keterbatasan alat sumber DC yang digunakan serta kondisiny kurang baik. Selain itu perbedaan bilangan Avogadro yang didapatkan juga disebabkan oleh suhu larutan yang tidak tepat 80 ⁰C, sehingga reaksi yang

(14)

harusnya dapat berjalan dengan cepat dan sesuai dengan kondisi percobaan yang dilakukan Faraday tidak terpenuhi.

Berikutnya adalah percobaan elektrokimia untuk menentukan nilai GGL sel sekaligus menguji persamaan Nernst. Pada percobaan ini salah satu larutan elektrolit yaitu CuSO4 divariasikan konsentrasinya sebanyak 4 varian dengan 3

kali pengenceran larutan induk 1M menjadi 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M. Konsentrasi larutan CuSO4 sengaja divariasikan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu

terhadap nilai E⁰sel.

Berdasarkan table 3.2 dapat dilihat bahwa nilai E⁰sel menurun seiring dengan menurunnya konsentrasi CuSO4, yaitu dari 1,039 V untuk 1M hingga 0,987 V

pada 0,001 M. Hal ini secara teoritis adalah benar dikarenakan sel konsentrasi (sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi) reaksi keseluruhannya merupakan perpindahan materi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Sehingga penurunan konsentrasi CuSO4 mengakibatkan perbedaan

potensial sel semakin turun.

Disisi lain, larutan elektrolit ZnSO4 dibiarkan dalam konsentrasi tetap yaitu 1

M untuk setiap pengamatan ini. Larutan CuSO4 dan ZnSO4 tersebut dicelupkan

logam Cu pada larutan CuSO4 dan logam Zn pada larutan ZnSO4, dimana

logam-logam tersebut menjadi elektroda yang dihubung dengan alat petunjuk potensial yaitu multitester. Sedangkan untuk menghubungkan kedua larutan diletakkan jembatan garam yang merupakan kertas saring yang telah direndam pada larutan Kalium Nitrat(KNO3).

Ketika rangkaian sudah tersusun, nilai GGL larutan dilihat melalui nilai yang ditunjukkan alat multitester. Pada saat itu, logam Zn akan melepaskan elektron dan membentuk ion Zn+ dan bergabung dengan larutan ZnSO

4. Elektron mengalir

dari elektroda Zn ke elektroda Cu. Ion Cu2+ dalam larutan CuSO

4 menerima

elektron dari ion tersebut tereduksi dan membentuk endapan Cu. Aliran elektron ini terjadi karena adanya jembatan garam dan menyebabkan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial akan mencapai maksimum ketika tidak ada arus yang mengalir. Perbedaan maksimum ini dinamakan GGLsel atau

(15)

Jembatan garam yang digunakan pada percobaan ini selain sebagai penghubung antara kedua larutan, juga sebagai penyetara kation dan anion dalam larutan. Dikarenakan jumlah ion Zn2+ dalam larutan ZnSO

4 mengalami kenaikan

sedangkan jumlah ion Cu2+ dalam larutan CuSO

4 mengalami penurunan, maka

banyaknya kation dalam hal ini Zn2+ dan Cu2+ harus setara dengan anion SO 4

2-dengan adanya jembatan garam. Dalam larutan ZnSO4, anion NO3- dari jembatan

garam akan masuk sesuai dengan bertambahnya ion Zn. Sedangkan pada larutan CuSO4 yang kekurangan Cu2+ akan terjadi kelebihan SO42-. Maka ion SO42- masuk

ke jembatan garam menggantikan NO3- yang masuk ke larutan ZnSO4.

Nilai Esel yang dinyatakan persamaan Nernst merupakan fungsi yang

bergantung pada factor suhu dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan pengamatan perubahan Esel terhadap perubahan

konsentrasi. Berdasarkan persamaan Nernst, beda potensial yang dihasilkan sel sebanding dengan konsentrasi larutan elektrolit yang mengalami reduksi, oleh karena itu larutan yang divariasikan adalah CuSO4 dimana Cu2+ mengalami

reduksi menjadi Cu.

Selain dipengaruhi suhu dan konsentrasi, nilai Esel juga dipengaruhi oleh zat

pengotor pada elektroda. Sehingga untuk setiap larutan CuSO4 dengan konsentrasi

yang berbeda, maka kertas saringnya harus diganti karena telah bereaksi dengan larutan sebelumnya dan untuk menjaga konsentrasi larutan yang digunakan tidak berubah. Demikian pula dengan elektrodanya, harus diamplas untuk menghilangkan endapan atau pengotor yang menempel. Hal tersebut ditujukan untuk memperkecil kesalahan terhadap pembacaan Esel oleh alat.

BAB IV

(16)

4.1 Kesimpulan

1. Pada percobaan elektrolisis, elektroda yang berperan sebagai anoda mengalami penurunan massa karena anoda melepaskan elektron. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya berat elektroda sebesar 0,10 gram dari 2,37 gram menjadi 2,27 gram.

2. Dari percobaan yang dilakukan bilangan Avogadro yang didapat adalah 5,7186x1024

3. GGL yang didapat dari hasil praktikum dengan memvariasikan konsentrasi CuSO4.5H2O yang semakin diperkecil adalah 1,029v; 1,008v; 0,993v; 0,987v.

Jadi, semakin kecil konsentrasi CuSO4.5H2O maka GGL yang diperoleh

semakin kecil, begitu juga sebaliknya

4. Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai Eosel

4.2 Saran

1. Logam yang digunakan pada percobaan elektrolisis dan penentuan GGL sebaiknya dibersihkan secara teliti

2. Pahami dengan benar perhitungan dalam pembuatan larutan

3. Teliti dalam membaca potensiometer dan memasangkan kabel potensiometer dengan lempengannya

(17)

DaftarPustaka

Atkins, PW. 1983. Kimia Fisika jilid II. Erlangga. Jakarta.

Arief, Muhammad. 2009.Elektrolisishttp://k15tiumb.blogspot.com/2009/10/elektr olisis.html.Diakses 27 Maret 2011.

Langsa, markus H. 2010. Penuntun praktikum elektrokimia. Jurusan Kimia. Manokwari.

Saito, Taro. 2009. Elektrokimia. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/elektrokimia/. Diakses 22 Maret 2011.

Yelmida. 2011. PenuntunPraktikum Kimia Fisika. Pekanbaru: LaboratoriumDasarTeknik Kimia Universitas Riau.

Gambar

Tabel 3.2. E⁰ sel Elektroda pada variasi konsentrasi CuSO 4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil praktikum kami menyimpulkan bahwa besarnya kuat arus (I) pada lampu senter sebanding dengan beda potensial/tegangan (V) listrik yang diberikan. Semakin besar

Reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada sel elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu di katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan di anoda adalah

Larutan di katoda (-) berwarna kemerah-merahan, pada elektroda ruang katoda terdapat endapan dan terdapat banyak gelembung sedangkan anoda tidak terdapat endapan dan

Jika pada elektrolisis larutan di katodanya terbentuk 33,6 gram logam Cd(Ar = 112), maka dengan muatan listrik yang sama banyaknya dilewatkan pada elektrolisis

Electrowinning adalah proses recovery logam berharga dengan kadar rendah menggunakan prinsip elektrolisis dimana menggunakan arus listrik dari anoda ke katoda untuk

Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia tidak spontan dapat terjadi.. Reaksi elektrolisis mengubah energi listrik menjadi energi

Untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan NaCl dan larutan tembaga (II) sulfat

Electrowinning adalah proses recovery logam berharga dengan kadar rendah menggunakan prinsip elektrolisis dimana menggunakan arus listrik dari anoda ke katoda untuk