Provinsi DKI Jakarta
KAJIAN FISKAL REGIONAL
Tahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
i
K
ata
P
engantar
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena atas Ijin dan Kehendak-Nya Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan KFR Tahunan 2018 ini bertujuan untuk memberikan ulasan dari kebijakan fiskal baik yang bersumber dari APBN maupun APBD di wilayah Provinsi DKI Jakarta, indikator makro ekonomi, serta bagaimana dampak dari kebijakan fiskal tersebut terhadap perekonomian di tingkat regional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Jakarta.
Sebagai ibukota Indonesia, DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian dan juga pusat pemerintahan. Lebih dari 70% APBN dikelola di wilayah DKI Jakarta, dan merupakan provinsi yang memberikan sumbangan terbesar bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2018 DKI Jakarta menyumbang sebesar 17,34% terhadap PDB Indonesia, serta memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17% di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta juga tercatat sebesar 80,06 dan merupakan tertinggi di Indonesia, dan satu-satunya yang berada pada kategori tinggi. Namun masih tercatat angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, masih terdapat kesenjangan pendapatan antar penduduk, serta permasalahan tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan kita bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut, dan memfokuskan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya kami tak lupa menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya KFR ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 yang kami susun ini masih jauh dari sempurna dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan pada periode berikutnya.
Akhir kata, semoga Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan para pemangku kepentingan sebagai salah satu informasi fiskal tingkat Regional.
Jakarta, 24 Februari 2019
Pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 tumbuh 6,17%, dengan nilai PDRB yang sangat tinggi yaitu Rp2.599 triliun, menyumbang 17% terhadap PDB Nasional. Kontributor terbesar dari sisi lapangan usaha yaitu Perdagangan, dan dari komponen pengeluaran yaitu konsumsi Rumah Tangga.Penyelenggaraan Asian Games 2018 memberikan dorongan yang positif pada Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang tidak terlepas dari peran para atlet dan
kontingen peserta Asian Games yang
membelanjakan uangnya di Ibu Kota, serta besarnya animo masyarakat dalam membeli pernak-pernik khas Asian Games.
Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar Rp248,31 atau sebesar 440% dari Pendapatan per kapita nasional. Kenaikan
pendapatan per kapita sebesar 6,8%
dibandingkan tahun sebelumnya diiringi dengan turunnya angka kemiskinan 0.23 poin atau 20,87 ribu orang dibandingkan bulan September tahun 2017.
Adapun Indikator Makro Ekonomi dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 yang terealisasi antara lain : pertumbuhan ekonomi telah memenuhi target mendekati batas minimum yang ditetapkan yaitu 6,12%. Namun Kemiskinan di DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar 3,55%, masih di
atas target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,40 – 3,50. Terkendalinya tingkat inflasi yang tercapai 3,27%, lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,50- 4,00%. Beberapa faktor yang mendukung terkendalinya inflasi tahun 2018 diantaranya terkendalinya ekspektasi inflasi masyarakat, tarif transportasi yang terjaga dan semakin solidnya program-program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jakarta dalam menjaga kestabilan harga pangan di ibukota.
Keberhasilan pembangunan kualitas penduduk DKI Jakarta ditunjukkan melalui angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu mencapai angka 80,06 dan merupakan yang tertinggi di Indonesia. Angka ini meningkat sebesar 0,46 poin dibandingkan IPM tahun sebelumnya yang sebesar 79,60. Namun dari seluruh Kab/Kota di DKI Jakarta, Kab. Kepulauan Seribu mempunyai IPM yang terendah di Jakarta yaitu sebesar 70,11. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemprov DKI Jakarta dalam pemerataan perekonomian, pendidikan, dan kesehatan di Kepulauan Seribu.
v
Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 mencapai Rp. 1.100,49 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 18,85% dibandingkan tahun 2017. Adapun Realisasi belanja Pemerintah Pusat yang disalurkan melalui Kementerian/Lembaga pada tahun 2018 mencapai Rp. 442,56 triliun, menurun 14,18% dibandingkan tahun 2017. Realisasi belanja dihitung berdasarkan realisasi belanja Kementerian/Lembaga di DKI Jakarta dan tidak termasuk Bagian Anggaran BUN. Alokasi transfer ke daerah pada provinsi DKI Jakarta hanya berupa Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik sebesar Rp.17.855,18 miliar, lebih rendah 5,85% dibandingkan tahun 2017, setara dengan 2,36% dari total realisasi transfer ke daerah dan dana desa secara nasional.
Realisasi pendapatan perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2018 mencapai Rp. 957,65 triliun meningkat 20% dibandingkan tahun 2017, sedangkan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp.142,85 triliun, naik sebesar 6,37%. Angka rasio pajak terhadap PDRB tahun 2018 sebesar 36,84%, meningkat dibandingkan tahun 2017 didorong oleh kenaikan pendapatan pajak yang signifikan pada tahun ini.
Sementara belanja APBD Pemprov DKI Jakarta tahun 2018 memiliki target pendapatan terbesar di Indonesia yaitu sebesar Rp65.81 triliun dengan realisasi Rp.61.34 triliun atau 93.21% dari target. Pendapatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turun 4.69% dibandingkan tahun 2017 disebabkan berkurangnya Dana Bagi Hasil di 2018. Adapun alokasi belanja mencapai Rp75,09 triliun dengan
realisasi sebesar 61.59 Triliun atau 82.03% dari pagu APBD, naik 20.68% dari tahun 2017.
Setelah dikonsolidasikan, Realisasi pendapatan negara Tahun 2018 di Provinsi DKI Jakarta terealisasi Rp1.161,84 triliun naik 17,35 % dibandingkan tahun 2017, sedangkan Belanja Negara konsolidasian terealisasi sebesar Rp 522,01 triliun, turun 10,87% dibandingkan tahun 2017.
Pada KFR Tahun 2018 ini, Kanwil DJPb DKI Jakarta melakukan inovasi dengan melakukan penelitian untuk mengetahui dampak kebijakan fiskal terhadap kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan melalui angka pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan tingkat pengangguran. Model penelitian diambil dari Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura, Jurnal Ilmu Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, serta Jurnal Pembangunan dan Ekonomi Daerah. Dari pengolahan data didapatkan beberapa hasil penelitian yang tidak signifikan (tingkat signifikansi 5%) sehingga tidak ditampilkan dalam KFR ini. Hal ini disebabkan keterbatasan data yang dimiliki dalam melakukan penelitian tingkat regional (data yang digunakan data timeseries
dengan jumlah sample < 30), sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian lebih dari dua variabel
Adapun hasil pengolahan data yang menunjukkan hasil yang signifkan juga telah memenuhi uji asumsi klasik, sehingga dapat disimpulkan korelasi atau pengaruh dari Pengeluaran Pemerintah sebagai independet variable terhadap pertumbuhan ekonomi maupun angka kemiskinan di DKI Jakarta sebagai dependent variable.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB, dilakukan dengan menganalisis data APBN/APBD selama 10 tahun terakhir dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menggunakan software SPSS. Pada model penelitian ini, belanja pemerintah dilihat berdasarkan jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal yang merupakan independent variable, sedangkan PDRB sebagai dependent variable.
Hasilnya diketahui bahwa belanja pegawai dan belanja barang memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya pengeluaran pemerintah melalui APBN dan APBD selama ini ternyata cukup efektif dalam menciptakan kondisi dan situasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun untuk belanja modal tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena pengeluaran pemerintah pada barang modal (tanah, bangunan, kendaraan, peralatan mesin, dan lainnya) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan dalam jangka pendek. Berbeda dengan pengeluaran pemerintah untuk peningkatan sumber daya manusia dan bantuan sosial untuk siswa, dan lainnya yang merupakan investasi jangka panjang dan dapat memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini selaras dengan tema dari kebijakan fiskal APBN 2019 yaitu “APBN untuk mendorong Investasi dan Daya Saing melalui
Pembangunan (Investasi) Sumber Daya
Manusia”.
Selain itu juga dilakukan analisis regresi untuk mengetahui Pengeluaran Pemerintah secara
agregat terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini Belanja APBN dan APBD sebagai
independent variable dan PDRB sebagai
dependent variable. Dari penelitian di atas, pengeluaran pemerintah secara agregat baik dana dari Pemerintah Pusat (APBN) maupun yang berasal dari Pemerintah Daerah (APBD) secara keseluruhan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah DKI Jakarta mampu mengoptimalkan dan berfokus pada prioritas ataupun urusan pembangunan yang dapat berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengetahui pengaruh dari Pengeluaran Pemerintah terhadap kemiskinan, dilakukan dengan melihat Pengeluaran Pemerintah berdasarkan jenis belanjanya yaitu belanja barang dan belanja transfer. Dari hasil pengolahan data didapatkan hasil uji signifikansi secara parsial, belanja barang berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10) dan belanja transfer tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig > 0,10). Namun ketika belanja barang dan belanja transfer diuji secara bersama-sama, keduanya berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah
dapat menggunakan belanjanya untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin di Jakarta. Namun dana transfer tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin, dikarenakan Pemprov DKI Jakarta memiliki kemandirian fiskal yang tinggi dan kontribusi dana transfer DAK Non Fisik saat ini
v
sangat kecil dalam Pendapatan Pemerintah Konsolidasian (1,43%).
Untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Provinsi DKI Jakarta yang peranannya sangat besar, digunakan analisis National Share, Proportional Shift, Differential Shift, dan analisis
Location Quotient (LQ) dengan menggunakan data PDB dan PDRB 4 tahun terakhir. Disimpulkan bahwa sektor Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, Real Estate,
Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, dan Transportasi, merupakan sektor unggulan yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Namun Sektor Pariwisata yang tidak
menjadi sektor unggulan dapat kami
rekomendasikan untuk dikembangkan dan perlu dukungan fiskal dari pemerintah pusat dan daerah, karena pembangunan kawasan wisata pantai di Kepulauan Seribu sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Tantangan fiskal di Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan target pendapatan asli daerah agar selaras dengan tingginya alokasi belanja daerah, dengan meningkatkan pendapatan pajak daerah serta retribusi dan pendapatan lainnya. Penertiban kepatuhan perpajakan terutama Pajak
Kendaraan Bermotor dan peningkatan
pendapatan retribusi diharapkan dapat menggenjot Pendapatan Pemprov DKI Jakarta.
Penyerapan belanja juga masih menjadi perhatian agar belanja yang telah dialokasikan dapat memenuhi target, sehingga tidak terdapat SiLPA yang cukup tinggi di akhir tahun. Penyerapan
yang baik dan tidak menumpuk di akhir tahun anggaran, dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi jumlah masyarakat miskin di DKI Jakarta, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di atas. Untuk meningkatkan penyerapan belanjanya Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan perencanaan anggaran dengan baik serta diperlukan peraturan pelaksanaan anggaran yang lebih fleksibel. Penyerapan anggaran yang kurang baik juga menyebabkan nilai Kesehatan Pengelolaan Keuangan daerah mendapatkan nilai “Cukup” dengan nilai 71.
Provinsi DKI Jakarta merupakan Pemda yang memiliki Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya yang sangat tinggi yaitu Rp13,17 Triliun dan sebesar Rp9,68 Triliun pada tahun 2018. SILPA Positif ini tentunya perlu dioptimalkan penggunaannya untuk menunjang program-program pembangunan di daerah serta mengurangi jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta.
Selanjutnya dalam rangka memberdayakan
(empowering) dan memperkuat (enhancing)
perekonomian masyarakat terutama untuk usaha mikro dan usaha kecil, perlu ditingkatkan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta melalui penyaluran KUR, Program Kewirausahaan Terpadu, dan UMi di masa yang akan datang.
D
aftar
I
si
Kata Pengantar i Ringkasan Eksekutif ii Daftar Isi vi Daftar Tabel ix Daftar Grafik xDaftar Boks xiii
Bab I Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 1
A. Indikator Makroekonomi Fundamental 1
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) 2
b. Nominal PDRB 4
1) PDRB sisi Permintaan 4
a) Konsumsi 5
b) Investasi 6
c) Ekspor dan Impor 6
2) PDRB sisi Penawaran 7 c. PDRB Per Kapita 8 2. Suku Bunga 9 3. Inflasi 10 4. Nilai Tukar 11 B. Indikator Kesejahteraan 12
1. Indeks Pembangunan Manusia 12
2. Tingkat Kemiskinan 13
3. Ketimpangan (Gini Ratio) 15
4. Kondisi Ketenagakerjaan 15
C. Efektifitas Kebijakan Makro Ekonomi dan Pembangunan Regional 17
Bab II Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional 19
A. APBN Tingkat Provinsi 19
B. Pendapatan Pemerintah Pusat tingkat Provinsi 20
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi 20
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat tingkat Provinsi 22
1. Perkembangan PNBP menurut Jenis 22
2. Perkembangan PNBP Fungsional 24
C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi 25
1. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Organisasi(Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga)
25
2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi 27
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja 29
D. Analisis Cash Flow Pemerintah Pusat 30
E. Transfer ke Daerah 31
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer 31
2. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah 32
F. Pengelolaan BLU Pusat 34
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat 34
2. Perkembangan Nilai Aset BLU Pusat 36
3. Kemandirian BLU 37
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018| vii Daftar Isi
G. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat 39
H. Kredit Program 41
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelakasanaan APBD 44
A. Jenis Pendapatan dalam APBD 44
1. Pendapatan Asli Daerah 46
2. Pendapatan Transfer / Dana Perimbangan 49
B. Jenis Belanja dalam APBD 50
1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan 52
2. Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (Sifat Ekonomi) 53
C. Pengelolaan BLU Daerah 53
1. Profil dan jenis layanan BLU Daerah 53
2. Analisis legal 54
D. Pengelolaan Investasi Daerah 55
1. Bentuk Investasi Daerah 55
2. Profil dan jenis Badan Usaha Milik Daerah 56
E. SILPA dan Pembiayaan 56
1. Perkembangan surplus/defisit APBD 56
a. Rasio surplus/defisit terhadap agregat pendapatan 56
b. Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer 57
c. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB 58
d. Rasio SiLPA terhadap alokasi belanja 58
2. Pembiayaan daerah 59
a. Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total pembiayaan 59
b. Keseimbangan primer 60
F. Analisis Lainnya 60
1. Analisis Horizontal dan Vertikal 60
a. Analisis Horizontal 60
b. Analisis Vertikal 61
2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 61
3. Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah 62
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
64
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 64
B. Pendapatan Konsolidasian 65
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 65
2. Analisis Perubahan 66
a. Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian
66
b. Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian
67
c. Rasio Pajak Perkapita (Tax Ratio) 68
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan/penurunan realisasi Pendapatan Konsolidasian
68
C. Belanja Konsolidasian 69
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 69
2. Analisis Perubahan 70
3. Analisis Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk 72
Bab V Keunggulan dan Potensi Ekonomi serta Tantangan Fiskal Regional 76
A. Keunggulan dan Potensi Ekonom Regional 76
1. Analisis Struktur Ekonomi 76
a. National Share 77
b. Proportional Shift 77
c. Differential Shift / Competitive Position 77
2. Analisis Sektor-sektor Ekonomi 79
3. Sektor-sektor Unggulan di Provinsi DKI Jakarta 80
a. Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 80
b. Jasa Perusahaan dan Jasa Keuangan 81
c. Real Estate 81
d. Informasi dan Komunikasi 82
e. Konstruksi 82
f. Transportasi 83
g. Pariwisata 84
h. Industri Pengolahan 84
B. Tantangan Fiskal Regional 85
Bab VI Sinkronisasi APBN dan APBDD dalam Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ketahanan Pangan
88
1. Urusan Pendidikan 89
2. Urusan Kesehatan 90
3. Perumahan dan Pemukiman 91
4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata 91
5. Ketahanan Energi 92
6. Ketahanan Pangan 92
7. Penanggulangan Kemiskinan 93
8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman 94
9. Pembangunan Wilayah 94
Bab VII Penutup 96
A. Kesimpulan 96
B. Rekomendasi 99
Daftar Pustaka Lampiran
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018| ix Daftar Tabel
D
aftar
T
abel
Tabel 1.1. PDRB, Laju, Kontribusi dan Share Komponen Pengeluaran 4
Tabel 1.2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manuasi (IPM) menurut Komponen 13 Tabel 1.3. Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018 17 Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 dan
2018
19
Tabel 2.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Provinsi DKI Jakarta 31 Tabel 2.3. Kementerian/Lembaga dengan Pagu dan Realisasi PNBP terbesar tahun
2018
39
Tabel 2.4. Profil Penerusan Pinjaman Provinsi DKI Jakarta 39
Tabel 2.5. Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2018 menurut Skema 42
Tabel 3.1. LRA Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar rupiah) 44
Tabel 3.2. Jenis Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar rupiah)
45
Tabel 3.3. Target dan Realisasi Belanja APBD per Jenis Belanja (dalam miliar rupiah) 52
Tabel 3.4. Perkembangan Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta 63
Tabel 3.5 Indikator Penilaian Kesehatan Fiskal Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
63
Tabel 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
64
Tabel 4.2. Pengaruh belanja pemerintah terhadap PDRB 73
Tabel 4.3. Pengaruh APBN terhadap PDRB 74
Tabel 4.4. Pengaruh APBD terhadap PDRB 75
Tabel 6.1. Sinkronisasi Antara Program Prioritas Nasional Dan Program Prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
91
D
aftar
G
rafik
Grafik 1.1. Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2014 s.d. 2018
2
Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2018 (c-to-c dalam %) 2 Grafik 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Triwulanan
(yoy-dalam %) 2017-2018
3
Grafik 1.4. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Tahun 2016 s.d. 2018
5
Grafik 1.5. Laju Pertumbuhan ekspor impor DKI Jakarta tahun 2017-2018 (yoy dalam %)
6
Grafik 1.6. Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018
7
Grafik 1.7. Perkembangan PDRB per Kapita DKI Jakarta 2016-2018 (juta rupiah/orang/tahun)
9
Grafik 1.8. Perkembangan Suku Bunga Acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate Tahun 2018 (%)
9
Grafik 1.9. Perkembangan Inflasi Bulanan DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2018 (y o y)
10
Grafik 1.10. Perbandingan Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (c-to-c) tahun 2014 s.d. 2018
10
Grafik 1.11. Fluktuasi Nilai Tukar Bulanan, Rupiah terhadap USD Tahun 2018 11 Grafik 1.12. Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional Dalam 5 Tahun 12
Grafik 1.13. Perkembangan Gini Ratio tahun 2014-2018 13
Grafik 1.14. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Jakarta dan Provinsi lain 15 Grafik 1.15. Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018 16
Grafik 2.1. Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta 21 Grafik 2.2. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tingkat Provinsi di Provinsi
DKI Jakarta
21
Grafik 2.3. Rasio Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta
21
Grafik 2.4. Pendapatan PNBP Tingkat Provinsi DKI Jakarta 22
Grafik 2.5. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Provinsi DKI Jakarta 24
Grafik 2.6. Pagu dan Realisasi 10 Kementerian/Lembaga terbesar di Provinsi DKI Jakarta
26
Grafik 2.7. Kementerian/Lembaga dengan Tingkat Realisasi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta
27
Grafik 2.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi DKI Jakarta
28
Grafik 2.9. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsi 29 Grafik 2.10. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun menurut Jenis Belanja 29
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018| xi Daftar Grafik
Grafik 2.11. Cash Flow Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2015 s.d 2018 30
Grafik 2.12. Rasio Transfer dan PAD Provinsi DKI Jakarta 33
Grafik 2.13. Komposisi BLU Pusat Tahun 2018 34
Grafik 2.14. Pagu BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan 34
Grafik 2.15. BLU dengan Jumlah Pagu Terbesar 35
Grafik 2.16. Aset BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan 36
Grafik 2.17. Rasio BLU sesuai Jenis Layanan 38
Grafik 2.18. Komposisi Pinjaman BUMN berdasarkan Jumlah 40
Grafik 2.19. Grafik Perkembangan Penyaluran KUR DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 41
Grafik 2.20. Realisasi Penyaluran KUR sesuai Wilayah (Aplikasi SIKP) 42
Grafik 3.1. Realisasi PAD Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta Tahun 2014 s.d. 2018 (dalam triliun rupiah)
48
Grafik 3.2. Rasio PAD terhadap Belanja Pemrov DKI Jakarta Tahun 2014 s.d. 2018 49 Grafik 3.3. Rasio Alokasi dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018 per Klasifikasi
Urusan
50
Grafik 3.4. Realisasi Penyertaan Modal Daerah di Prov. DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 (dalam miliar rupiah)
55
Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016 dan Tahun 2017
65
Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
66
Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
67
Grafik 4.4. Rasio Pajak Perkapita Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2018 68
Grafik 4.5. Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016, 2017 dan 2018
69
Grafik 4.6. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
70
Grafik 4.7. Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
71
Grafik 4.8. Rasio Belanja Operasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016,2017 dan 2018 72 Grafik 4.9. Rasio Belanja Konsolidasian terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun
2016-2018
72
Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Komoditas Unggulan Tahun 2018 (dalam juta dollar Amerika)
81
Grafik 5.2. Jumlah Perusahaan Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 2017-2018 82
Grafik 5.4. Perbandingan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tahun 2017-2018
85
Grafik 6.1. Belanja Pegawai Non Gaji, Bansos untuk Beasiswa dan Belanja Modal pada Sektor Pendidikan Pemprov DKI Jakarta Tahun 2018
89
Grafik 6.2. Alokasi APBD Belanja Modal Untuk Alat Kesehatan Tahun 2018 90 Grafik 6.3. Alokasi Belanja Modal untuk Perumahan dan Permukiman APBD Prov DKI
Jakarta Tahun 2018 (dalam Triliun rupiah)
95
Grafik 6.4. Belanja Barang dan Modal untuk Ketahanan Energi pada APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018| xiii
D
aftar
B
oks
Boks 1.1. Siaran Pers BKPM: Realisasi Investasi Triwulan IV 2018 6
Boks 1.2. Kemiskinan DKI Terendah Sejak 4 Tahun Terakhir 14
Boks 1.3. Jakarta Raih Empat Penghargaan Ketenagakerjaan 16
Boks 1.4 Glosarium Bab I 18
Boks 3.1. Optimalisasi Penerimaan Pajak, BPRD DKI Terapkan Lima Langkah Ini 48 Boks 3.2. Cuma Jakarta yang Tak Kantongi Dana Alokasi Pemerintah Pusat 50
PROVINSI DKI JAKARTA
KINERJA APBN 2018
KINERJA APBD DKI JAKARTA 2018
*Dalam Trilliun Sumber: Government Financial Statistic 2018.
Nasional
Rp407,06 TPNBP Rp0 HIBAH
Prov. DKI Jakarta
Rp142,85 TPNBP Rp0 HIBAH PAJAK
Rp957,6 T Rp1315,93 TPAJAK
Pendapatan DKI Jakarta
Total Rp1.168,5 T Pendapatan Nasional Total Rp1.942,3 T
Rp
Rp
Pagu NasionalPagu Prov. DKI Jakarta
79%
...
Tahun 2017 Tahun 2018 Rp62,52 T 103% 93%PAGU
REALISASI
Rp65,81 TPENDAPATAN APBD
PAD Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang sah10,88%
70,80%
29,11%
REALISASI PENDAPATAN APBD
Tahun 2017 Tahun 2018 Rp61,82 T 83% 82% PAGU REALISASI Rp75,09 T
BELANJA APBD
Barang Modal Pegawai Bansos 19,78% 41,61% 18,92% Rp2220 T Rp1763 T 19,69 REALISASI BELANJA REALISASI PENDAPATAN Pegawai35,92%
6,73% 6,49% 23,05%REALISASI BELANJA APBD
0,64%Rp
Rp
Belanja K/L DKI Jakarta Belanja NasionalRp442,56 TPDRB DAN DATA KESEJAHTERAAN
PROV. DKI JAKARTA
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
.
TINGKAT KEMISKINAN GINI RATIO
2018 2017 2016 2015 Sep 2018 Mar 2018 Sep 2017 Mar 2018
3,55 %
3,57 %
3,78 %
3,77 %
0,5 Mar Sep 1 1,5 2 0.411 % 0.413 % 0,394 % 0.41 % 0,397 % 0,409 % 0,39 % 0.421 % TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) 2018 2017 2016 2015 2014 1 2 3 4 55,17 %
6,17 %
Nasional Prov. DKI Jakarta PERTUMBUHAN EKONOMI 5,88% 5,91% 2 6,17% 6,20% 4 3 5,91%Sumber: BPS RI & BPS Prov. DKI Jakarta
TPT Prov. DKI Jakarta
TPT Nasional
Februari 2018 : 5,34% Agustus 2018 : 6,24% Februari 2018 : 5,13% Agustus 2018 : 5,38%INFLASI 2017
DKI JAKARTA
3,27%
NASIONAL
3,13%
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 201780,06%
NASIONAL
70,81%
DKI JAKARTA
No. 1
di IndonesiaPROVINSI DKI JAKARTA
PDRB PER KAPITA
PROV. DKI JAKARTA
Rp248,31 Jt
NASIONAL
Rp56,00 Jt
440%
Taman Impian Jaya Ancol
Merupakan kawasan wisata yang sangat terkenal di Jakarta, dan dikelola oleh
Foto :
From Google
BAB I
PERKEMBANGAN &
ANALISIS EKONOMI
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
1
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) “Ekonomi Jakarta
tahun 2018 tumbuh 6,17% dengan kontributor terbesar dari sisi lapangan usaha yaitu Perdagangan
sebesar 16,96% dan dari komponen pengeluaran yaitu komsumsi rumah tangga sebesar 60,52%” “Pembangunan jalur MRT dan LRT mempengaruhi pertumbuhan investasi bangunan, dan penyelenggaraan Asian Games mempengaruhi pertumbuhan lapangan usaha khususnya Perdagangan.”
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kemampuan sumber daya ekonomi terbesar di Indonesia dengan nilai PDRB Rp 2.599,17 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB) atau sebesar Rp 1.736,2 triliun atas dasar harga konstan (ADHK) pada tahun 2018, Jakarta menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu sebesar 17,34%, disusul Jawa Timur sebesar 14,61%, Jawa Barat sebesar 13,09%, dan Jawa Tengah sebesar 8,46%.
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 6,17% (c-to-c), lebih cepat dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar 5,17%, tapi sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan DKI Jakarta pada tahun 2017 yang sebesar 6,20%. Kontributor terbesar pertumbuhan dari sisi lapangan usaha yaitu Perdagangan sebesar 16,96% , sedangkan dari komponen pengeluaran yaitu konsumsi Rumah Tangga sebesar 60,52%.
Tahun 2018, di tengah melemahnya ekonomi global, perekonomian Jakarta tumbuh stabil sejalan dengan pertumbuhan positif pada investasi bangunan dan terus berlanjutnya pembangunan infrastruktur yang salah satunya disumbang dari kelanjutan pembangunan jalur MRT (phase II) dan LRT. Penyelenggaraan Asian Games 2018 juga cukup memberikan dorongan yang positif pada Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang tidak terlepas dari peran para atlet dan kontingen peserta Asian Games yang membelanjakan uangnya di Ibu Kota, serta besarnya animo masyarakat dalam membeli pernak-pernik khas Asian Games.
BAB I
PERKEMBANGAN &
ANALISIS EKONOMI
Grafik 1.1
Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2014 s.d. 2018
Dalam lima tahun terakhir, nilai PDRB DKI Jakarta baik berdasar ADHB maupun ADHK menunjukkan tren meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar Rp 2.187,52 triliun (ADHB) setara dengan laju pertumbuhan 6,02% per tahun. Dari sisi penawaran, sektor Perdagangan, Industri Pengolahan dan Konstruksi masih mendominasi dalam kontribusi terhadap PDRB. Sedangkan dari sisi permintaan, tiga komponen pengeluaran terbesar adalah pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Ekspor.
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Grafik 1.2
Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2018 (c-to-c dalam %)
1762 1989 2159 2365 2599 1373 1455 1539 1635 1736 2014 2015 2016 2017 2018 (Tr ili u n )
ADHB dan ADHK
Harga Berlaku Harga Konstan Linear (Harga Berlaku)
DKI; 17.34% Jawa Timur; 14.61% Jawa Barat; 13.09% Jawa Tengah; 8.46% 30 Provinsi Lain; 46.50%
Distribusi PDRB Per Provinsi Berdasarkan ADHB 2018
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta, BRS 2014-2018
6.53 6.73 6.53 6.07 5.91 5.91 5.88 6.2 6.17 6.1 6.17 6.03 5.56 5.01 4.88 5.03 5.07 5.17 500 700 900 1100 1300 1500 1700 1900 4.5 5 5.5 6 6.5 7 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PDRB-ADHK DKI Nasional
6.17 5.64
5.32 5.50
5.81 6.20 6.35
Laju Pertumbuhan ekonomi Jawa dan Bali tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
3
“Pertumbuhan ekonomi
Jakarta tahun 2018 sedikit melambat 0,05 poin
dibanding tahun 2017”
Perekonomian DKI Jakarta dalam kurun waktu tahun 2010 s.d. 2018 tumbuh lebih cepat atau berada di atas pertumbuhan nasional, dan pada tahun 2018 mencapai 6,17% (c to c), di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,17% (c to c), sedikit melambat 0,03 poin dibanding tahun sebelumnya. Namun capaian dua tahun terakhir ini masih lebih baik setelah tiga tahun sebelumnya berturut-turut berada di bawah angka 6%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tahun 2018 tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 20,34 %, dan dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat lebih cepat dengan pertumbuhan sebesar 36,23 %.
Grafik 1.3
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Triwulanan (yoy-dalam %) 2017-2018
Pada periode triwulanan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan IV 2018 meningkat 0.57 basis poin dibandingkan triwulan IV tahun 2017 (y on y), tumbuh 0,65% (q to q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pada triwulan ini disebabkan oleh………. (cek BRS)
Dari grafik 1.3 terlihat laju pertumbuhan triwulan I dan II tahun 2018, lebih lambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Hal ini disebabkan perlambatan kinerja PMTB khususnya investasi bangunan, sejalan dengan adanya pembangunan infrastruktur ibukota yang rata-rata telah mencapai progress 90 % sebagai kelanjutan dari
6.48 5.96 6.29 5.84 6.02 5.93 6.41 6.41 5.01 5.01 5.06 5.19 5.06 5.27 5.17 5.51 TW I-2017 TW II-2017 TW III-2017 TW IV-2017 TW I-2018 TW II-2018 TW III-2018 TW IV-2018
DKI Jakarta Nasional
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS 2017-2018
6.12 6.23 6.41 6.41 6.47 7.25 7.39 7.59 7.69 8.25 Kalteng Sultengg DKI Jakarta Maluku Sulsel Gorontalo Yogyakarta Bali Kalut Malut
Laju Pertumbuhan Triwulan IV 2018 (yoy) 10 Provinsi Tertinggi
pembangunan tahun sebelumnya, sehingga hal ini berdampak pada relatif rendahnya aktivitas belanja modal pada tahun 2018. Namun pada triwulan III dan IV 2018 mengalami percepatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, terutama didorong oleh pertumbuhan ekspor dan investasi.
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada periode triwulanan berada pada sepuluh besar provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,25% ( yoy). Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta ini lebih tinggi dibandingkan provinsi besar lainnya seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara.
b. Nominal PDRB
1) PDRB sisi permintaan
Tabel 1.1
PDRB, Laju, Kontribusi dan Sumbangan Komponen Pengeluaran
Komponen Pengeluaran PDRB 2017 PDRB 2018 Laju Pertumbuhan 2018 Kontribusi terhadap PDRB 2018 Sumbangan terhadap PDRB 2018
ADHB ADHK ADHB ADHK
1 PK-Rumah Tangga 1.437,58 948,94 1.572,97 1.006,12 6,03 60,52 3,50 2 PK-LNPRT 47,19 33,75 52,88 36,57 8,34 2,03 0,17 3 PK-Pemerintah 306,79 182,53 371,52 212,55 16,45 14,29 1,84 4 PMTB 919,50 704,83 1.012,72 737,73 4,67 38,96 2,01 5 Perubahan Inventori 20,30 14,19 49,00 30,41 114,35 1,89 0,99 6 Ekspor 913,11 589,50 1.025,62 637,85 8,20 39,46 2,96 7 Impor 1.279,11 838,38 1.485,52 925,04 10,34 57,15 5,30 Total PDRB 2.365,36 1.635,37 2.599,17 1.736,20 6,17 100,00 6,17
Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta ditopang oleh Konsumsi Pemerintah yang cukup tinggi sebesar 16,45 % (yoy), sejalan dengan adanya peningkatan dana pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN), pembayaran THR untuk Pensiunan yang tidak diberikan di 2017, dan adanya kenaikan tunjangan kinerja ASN untuk menunjang Reformasi Birokrasi, serta peningkatan Belanja Subsidi dan Bansos sebesar 36,7%.
Konsumsi Lembaga Non-Publik yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 8,34% (yoy), yang salah satunya disumbang oleh berbagai kegiatan partai politik Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS 2017-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
5
menjelang pesta demokrasi. Adapun Konsumsi Rumah Tangga tetap terjaga pada tingkat yang cukup tinggi yakni 6,03 % (yoy), sejalan dengan meningkatnya kemampuan belanja masyarakat Ibu Kota.a) Konsumsi
Pertumbuhan ekonomi Jakarta dari sisi pengeluaran, terdapat tiga komponen konsumsi yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (PK-LNPRT) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP).
Grafik 1.4
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Tahun 2016 s.d. 2018
Dari grafik 1.4 terlihat bahwa struktur ekonomi Jakarta pada tahun 2018 untuk konsumsi didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga sebesar 60,52 % disusul Konsumsi Pemerintah sebesar 14,29 % dan LNPRT sebesar 2,03 %. Namun Konsumsi Pemerintah tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 16.45% pada tahun 2018, dibandingkan PK-LNPRT dan Konsumsi Rumah Tangga. Berdasarkan sumber pertumbuhannya, Konsumsi Rumah Tangga menyumbang 3,50 basis poin pada PDRB, dibandingkan PKP yang menyumbang 1,84 basis poin dan PK-LNPRT yang hanya menyumbang 0,17 basis poin.
b) Investasi
Capaian investasi di Jakarta pada tahun 2018 berdasarkan harga konstan sebesar Rp737,73 triliun atau tumbuh sebesar 4,67%, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar 6,03 %. Hal ini dikarenakan pembangunan
60.83 60.78 60.52 1.89 2 2.03 13.38 12.97 14.29 5.54 5.68 6.03 11.34 12.11 8.34 1.32 3.13 16.45 0 20 40 60 80 100 0 5 10 15 20 25 30 35 2016 2017 2018 Kontribusi PK-RT Kontribusi PK-LNPRT Kontribusi PKP Laju PK-RT
infrastruktur di DKI Jakarta tidak semasif pada tahun 2017.
Berdasarkan data BKPM, investasi PMDN maupun PMA untuk DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 114,2 triliun, mencakup 15% dari investasi nasional dan tertinggi di Indonesia untuk realisasi PMDN. Adapun tiga sektor yang paling diminati investor adalah transportasi, gudang dan telekomunikasi serta konstruksi.
Boks 1.1
c) Ekspor dan Impor
Grafik 1.5
Laju Pertumbuhan dan Sumbangan Ekspor Impor DKI Jakarta tahun 2017-2018 (yoy dalam %)
“Pada triwulan III 2018
ekspor Jakarta meningkat, dengan sektor industri sebagai penyumbang
terbesar”
Siaran Pers BKPM : Realisasi Investasi Triwulan IV 2018
Thomas Lembong, Kepala BKPM, 30 Januari 2019
“Realisasi investasi selama tahun 2018 didominasi oleh sektor infrastruktur seperti
pembangkit listrik, jalan tol dan telekomunikasi. Dengan berkembangnya industri telekomunikasi kami mengharapkan di tahun-tahun mendatang industri berbasis teknologi digital dan beberapa startups lain yang dikategorikan unicorns dapat terus tumbuh. Hal ini yang menjadi pertimbangan kami untuk memberikan fasilitas fiskal
berupa tax holiday untuk industri ekonomi digital ”
Tw-I 2017 Tw-II 2017 Tw-III 2017 Tw-IV 2017 Tw-I 2018 Tw-II 2018 Tw-III 2018 Tw-IV 2018 Sumbangan Impor -3.45 0.06 2.74 2.90 4.97 2.49 5.71 5.30 Sumbangan Ekspor -2.85 0.86 2.07 2.06 4.93 2.86 5.91 2.96 Laju Ekspor 3.81 -2.8 12.79 8.59 14.11 8.43 15.67 8.34 Laju Impor 2.41 -2.58 13.14 6.59 10.73 4.99 10.65 21.8 -5 0 5 10 15 20 25 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14
Sumbangan Ekspor Sumbangan Impor Laju Ekspor Laju Impor
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
7
0,04 0.08 0,25 0,35 1,7 3,62 3,91 4,78 5,12 5,51 6,06 7,87 8,26 10,26 12,11 13,35 16,93Struktur PDRB
9.49 0.21 0.81 20.34 6.5 8.99 8.44 5.39 6.08 10.23 4.51 9.65 8.77 2.66 3.37 5.68 6.27Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahun 2018 lajupertumbuhan ekspor DKI Jakarta sebesar 8,2% (c-to-c) lebih tinggi dibanding laju ekspor 2017 yang
sebesar 2,26%, namun lebih rendah dari laju impor yang tumbuh sebesar 10,34%. Pertumbuhan ekspor didorong oleh ekspor barang dan ekspor jasa, khususnya melalui kedatangan atlet, ofisial, serta pada pendukung tiap negara yang berlaga di ajang Asian Games 2018. Sedangkan pertumbuhan impor diakibatkan meningkatnya impor barang modal untuk melengkapi pembangunan infrastruktur transportasi massal yang sedang berlangsung. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan impor tahun 2018 yang tercapai sebesar 10,34% meningkat 6,05 poin dibanding tahun 2017 yang tercapai sebesar 4,29%.
Jika melihat periode triwulanan secara y o y dapat kita lihat pada grafik 1.5 bahwa ekspor mengalami laju tertinggi pada triwulan III 2018 yaitu sebesar 15.67%, dimana sektor terbesar untuk ekspor produk DKI Jakarta adalah sektor industri Pengolahan.
2) PDRB sisi penawaran
Grafik 1.6
Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018
Perdagangan Industri Konstruksi Jasa Keuangan Jasa Perusahaan Infokom Real Estate Adm Pemerintah Jasa Pendidikan Akomodasi Jasa Lainnya Transportasi Jasa Kesehatan & Sos
Listrik dan Gas Pertambangan
Pertanian Pengadaan Air
Struktur perekonomian Jakarta menurut Lapangan Usaha tahun 2018 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor (16,93%), Industri Pengolahan (13,15%), Konstruksi (12,11%), dan Jasa Keuangan dan Asuransi (10,26%).
Dari sisi pertumbuhan, Pengadaan Listrik dan Gas menjadi Lapangan Usaha yang mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 20,34%, diikuti oleh Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,23%, dan Informasi dan Komunikasi sebesar 9,65%.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2018, Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 1,02 basis poin, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda motor sebesar 1,00 basis poin, Industri Pengolahan sebesar 0,72 basis poin dan Jasa Perusahaan sebesar 0,69 basis poin.
Terdapat beberapa lapangan usaha atau sektor yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya seperti sektor Industri Pengolahan yang melambat 1,71 poin dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 7,39%. Penurunan sektor ini disebabkan menurunnya pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta pada tahun 2018. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan provinsi besar lain seperti Jawa Timur dan Jawa Barat, pertumbuhan industri pengolahan di DKI Jakarta jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor tersebut di Jawa Timur 7,55% dan Jawa Barat 6,49%.
Sebaliknya, sektor Informasi dan Komunikasi selama tiga tahun berturut-turut menjadi sumber pertumbuhan tertinggi disebabkan meningkatnya penggunaan data internet untuk media sosial, bisnis, pendidikan, transportasi, transaksi online dan sebagainya. Namun laju pertumbuhannya secara c-to-c mengalami penurunan, dimana pada tahun 2016 dan 2017 menjadi sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua.
c. PDRB per Kapita
Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar Rp 248,31 juta meningkat 6,8% dari tahun sebelumnya, dan hampir lima kali lipat dari PDB per kapita yang mencapai Rp 56,0 juta.
Grafik 1.7
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
9
Jakarta memiliki nilai PDRB Per Kapita yang sangat besar jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi besar maupun pada tingkat nasional. Besarnya nilai ini menandakan tingginya pendapatan di DKI Jakarta secara rata-rata penduduk yang didorong oleh tingginya pertumbuhan beberapa sektor lapangan usaha.2. Suku Bunga
Grafik 1.8
Perkembangan Suku Bunga Acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate Tahun 2018 (%)
Sumber: Website Bank Indonesia
Sepanjang 2018, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin (bps) atau 1,75%. Keputusan ini berdampak positif karena dapat menahan keluarnya dana asing di pasar modal dan cadangan devisa untuk stabilisasi kurs tidak akan terus tergerus. Selain itu juga suku bunga merupakan salah satu instrument yang digunakan untuk menjaga inflasi di kisaran 3,5 ± 1 %, untuk menjaga daya beli masyarakat.
3. Inflasi Grafik 1.9 4.25 4.25 4.25 4.25 4.75 5.25 5.25 5.5 5.75 5.75 6 6
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
211.83 232.34 248.31 47.90 51.90 56.00 34.89 37.23 40.31 31.9644.4 34.2247.98 36.78 51.42 2016 2017 2018
DKI Nasional Jabar Jateng Sumut
Perkembangan Inflasi Bulanan DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2018 (y o y)
“Inflasi terbesar pada
bulan November dipengaruh oleh sub kelompok pengeluaran
kesehatan 0,84%”
Dari grafik 1.9 dapat kita lihat bahwa inflasi bulanan secara year on year pada bulan November 2018 Jakarta mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 3,33% dan berada di atas nasional. Inflasi terbesar pada bulan November ini terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan 0,84%, hal ini terutama disebabkan tingginya inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yaitu sebesar 2,00%. Pada bulan Juni 2018 Jakarta juga mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,31% dan berada di atas nasional. Hal ini karena naiknya tarif angkutan udara, angkutan antar kota, dan sewa rumah.
Grafik 1.10
Perbandingan Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (c-to-c) tahun 2014 s.d. 2018
Pada tahun 2018, inflasi Jakarta sebesar 3,27% (c-to-c), masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2017 yang sebesar 3,72% (c-to-c), tapi tidak jauh berbeda dengan inflasi nasional.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
DKI Jakarta 3.14 3.19 3.23 3.32 3.28 3.31 3.16 3.06 2.88 3.1 3.33 3.27 Nasional 3.25 3.18 3.4 3.41 3.23 3.12 3.18 3.2 2.88 3.16 3.23 3.13 3.… 3.… 2.25 2.5 2.75 3 3.25 3.5
DKI Jakarta Nasional
8.95 3.3 2.37 3.72 3.27 8.36 3.35 3.02 3.61 3.13 2 3.5 5 6.5 8 9.5 2014 2015 2016 2017 2018 DKI Nasional
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
11
terkendalinya ekspetasi inflasi masyarakat, tarif transportasi yang terjaga dan semakin solidnya program-program Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jakarta dalam menjaga kestabilan harga pangan di ibukota.4. Nilai Tukar
Grafik 1.11
Fluktuasi Nilai Tukar Bulanan, Rupiah terhadap USD Tahun 2018
“Berdasarkan data
terkini, mata uang dengan performa terbaik di dunia versi Bloomberg
adalah mata uang dari Asia Tenggara yang berhasil meroket lebih dari 5% dan menjadi yang terkuat di dunia dalam setengah tahun
terakhir” “Mata uang rupiah
berada di peringkat
runner-up dengan pertumbuhan hampir
2%”
Sepanjang tahun 2018 sejak Januari hingga Desember rupiah terdepresiasi 5,7% dengan posisi paling terpuruk di Rp 15.253 pada 11 Oktober 2018. Pelemahan rupiah ini disebabkan oleh Bank Central AS Federal Reserve yang terus menaikkan suku bunga acuan, dan di sisi lain ada faktor internal yang mempengaruhi yaitu besarnya defisit transaksi berjalan dibanding transaksi modal dan financial untuk menutupinya.
Rupiah mulai menguat pada bulan November disebabkan langkah prefunding pemerintah melalui penerbitan Global Bond atau Surat Utang Global, yang mempengaruhi bertambahnya likuiditas dan menopang nilai aset. Menguatnya rupiah dipicu juga oleh berlanjutnya arus modal asing yang masuk ke pasar sekunder obligasi negara, selain adanya pergerakan pasar valas antar bank yang cukup aktif.
Upaya-upaya Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kenaikan nilai tukar adalah sebagai berikut :
13.38 13.59 13.76 13.80 14.06 14.04 14.41 14.56 14.87 15.18 14.70 14.50 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 J A N F E B M A R A P R M E I J U N J U L A G S S E P O K T N O V D E S (R IBUA N )
Kebijakan Moneter : Kebijakan Pemerintah :
Menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate
Membeli surat berharga negara di pasar sekunder
Membuka lelang FX swap
dan windows swap
hedging
Menekan Impor dengan penerapan biodiesel 20 % (B20) dan merevisi tarif pajak penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor
Meluncurkan sistem perizinan online terpadu (OSS) untuk meningkatkan Investasi
Memberikan kemudahan dalam hal perpajakan, dengan merancang intensif fiskal. Tax allowance, tax holiday, mini tax holiday, PPh Final untuk UMKM, super deduction
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 10.467.600 jiwa yang terbagi menjadi 5.244.700 laki-laki dan 5.222.900 perempuan, dan tingginya jumlah penduduk ini mempengaruhi tingkat kesejahteraan di ibukota.
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)
Grafik 1.12
Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional Dalam 5 Tahun
Angka IPM menurut Kab/Kota 2017
“Pada tahun 2017, IPM DKI
Jakarta mencapai 80,06 meningkat 0,46 poin dibanding tahun sebelumnya, dan merupakan IPM tertinggi di tingkat nasional, serta termasuk dalam kategori Sangat Tinggi”
Pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami kemajuan, ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia. Dalam kurun waktu 2010 s.d. 2017, angka IPM DKI Jakarta berada di atas Nasional. Pada tahun 2017, IPM DKI Jakarta mencapai 80,06, meningkat 0,46 poin dibandingkan IPM tahun sebelumnya yang sebesar 79,60. 76.31 76.98 77.53 78.08 78.39 78.99 79.6 80.06 66.53 67.09 67.7 68.31 68.9 69.55 70.18 70.81 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Provinsi Nasional
Sumber : Berita-berita Ekonomi Tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
13
Dari seluruh Kab/Kota di DKI Jakarta, Kepulauan Seribu mempunyai IPM yang terendah dan jauh dibanding kota lain yaitu sebesar 70,11 pada tahun 2017, hal ini disebabkan infrastuktur dan sarana prasarana yang tidak lebih baik dibanding kota lain di Jakarta. Berbagai upaya pembangunan dilakukan untuk terus meningkatkan kesejahteraan penduduk khususnya di Kepulauan Seribu dengan pembangunan infrastuktur dan perbaikan sarana prasarana.Tabel 1.2
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta Menurut Komponen, 2010-2017
Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Umur Harapan Hidup
saat lahir (UHH) Tahun 71,71 71,87 72,03 72,19 72,27 72,43 72,49 72,55
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 11,86 11,91 11,96 12,24 12,38 12,59 12,73 12,86 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 10,37 10,4 10,43 10,47 10,54 10,7 10,88 11,02 Pengeluaran per kapita disesuaikan Ribu Rupiah 15111 15943 16613 16828 16898 17075 17468 17707 IPM 76,31 76,98 77,53 78,08 78,39 78,99 79,6 80,06 Pertumbuhan IPM % 0,87 0,72 0,7 0,4 0,76 0,77 0,58
Dari tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa dalam periode tahun 2010 s.d. 2017 seluruh komponen IPM DKI Jakarta mengalami kenaikan. Dengan capaian IPM lebih dari 80 menandakan bahwa kualitas hidup masyarakat Jakarta berada dalam kategori “Sangat Tinggi”.
2. Tingkat Kemiskinan
Grafik 1.13
Perbandingan Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta dan Nasional (%)
28.28 27.73 28.59 28.51 28.01 27.76 27.77 26.58 25.95 25.67 0.39 0.41 0.39 0.37 0.38 0.38 0.39 0.39 0.37 0.37 11.25 10.96 11.29 11.13 10.86 10.7 10.64 10.12 9.82 9.66 3.92 4.09 3.93 3.61 3.75 3.75 3.77 3.78 3.57 3.55 0 2 4 6 8 10 12 0 5 10 15 20 25 30 35 Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er Mar e t Se p te mb er 2014 2015 2016 2017 2018
Indonesia (Jumlah) DKI Jakarta (Jumlah) Indonesia (%) DKI Jakarta (%) Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta
“Persentase
penduduk miskin DKI Jakarta pada September 2018 turun 0,02 poin bila dibandingkan Maret
2018”
Dari grafik dapat kita lihat, persentase kemiskinan di DKI Jakarta jauh berada di bawah nasional, bahkan menempati urutan pertama dengan persentase paling rendah bila dibandingkan provinsi lain se-Indonesia.
Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2018 mencapai 3,55 % yang mencakup sejumlah 372,26 ribu orang. Dibandingkan dengan Maret 2018, persentase penduduk miskin turun 0,02% poin atau turun sebesar 860 orang. Jika dibandingkan dengan September 2017, persentase penduduk miskin turun 0,23 poin atau turun sebesar 20,87 ribu orang.
Berbagai upaya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (UMi), menjaga stabilitas harga dan alur distribusi bahan pangan, membuka lapangan kerja, bazar murah, pemberian Kartu Pekerja bagi buruh, program kewirausaan terpadu OK OCE, bantuan dana pendidikan KJP Plus, hingga layanan transportasi murah melalui program OK Otrip terbukti cukup ampuh menurunkan angka kemiskinan dan Gini Ratio.
Boks 1.2
Kemiskinan DKI Terendah Sejak 4 Tahun Terakhir
Kompas.com, 17 Juli 2018
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, persentase penduduk miskin terendah terjadi pada Maret 2018. Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 3,57 % atau sebanyak 373.120 orang, menurun 0,21 poin dibandingSeptember 2017.
Wakil Gubernur Sandiaga Uno meyakini faktor yang menjadi pendorong menurunnya tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta yaitu cukup terkendalinya inflasi umum, penurunan tingkat pengangguran terbuka serta penyediaan pangan dengan harga murah bagi masyarakat tertentu untuk komoditas daging sapi, daging ayam, telur, dan beras.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
15
3. Ketimpangan
Grafik 1.14
Perkembangan Gini Ratio tahun 2014-2018
“Gini Ratio pada tahun 2018 mengalami penurunan dibanding tahun 2017 dan lebih rendah dibanding nasional”
Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Bila dibandingkan dengan tahun 2017, gini ratio pada tahun 2018 mengalami penurunan dan berada di bawah nasional. Gini Ratio DKI Jakarta pada September 2018 adalah sebesar 0,390 turun 0,004 poin dari 0,394 pada Maret 2018, dan turun sebesar 0,019 poin bila dibandingkan dengan September 2017.
Selain Gini Ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pendapatan pada kelompok penduduk 40 % terbawah atau yang dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia. Pada September 2018, persentase pendapatan pada kelompok 40 % terbawah adalah sebesar 17,42 % yang berarti pendapatan penduduk DKI Jakarta berada pada kategori ketimpangan rendah.
4. Kondisi Ketenagakerjaan
DKI Jakarta pada periode Agustus 2018 menempati urutan ke sembilan dengan TPT terbanyak se-Indonesia, posisi ini masih lebih baik dari periode yang sama tahun 2017 yang menempati urutan keenam. Persentase pendapatan
kelompok 40% terbawah< 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi
Persentase pendapatan
kelompok 40% terbawah antara 12 – 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah Persentase pendapatan kelompok 40% terbawah > 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah 0.431 0.436 0.431 0.421 0.411 0.397 0.413 0.409 0.394 0.39 0.428 0.433 0.428 0.419 0.41 0.409 0.407 0.404 0.401 0.391 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 .
DKI Nasional Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta, BRS 2014-2018
Grafik 1.15
Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jakarta dan Provinsi lain
Sumber: Website BPS RI dan Website BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2017-2018
TPT DKI Jakarta pada Agustus 2018 sebesar 6,24%, lebih rendah 0,9 poin dibanding TPT Agustus 2017 yang sebesar 7,14%. Berdasarkan persentase penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, sebagian besar penduduk DKI Jakarta pada Agustus 2018 bekerja di sektor perdagangan, yaitu sebanyak 1,17 juta orang (24,75%).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SMA sederajat, yaitu sebanyak 1.999 ribu orang (42,29%), tetapi TPT tertinggi menurut tingkat pendidikan juga terdapat pada lulusan SMA dan SMK yang mencapai 17,74%. Hal ini memberikan gambaran bahwa terdapat penawaran tenaga kerja berlebih pada angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA dan SMK, karena mereka cenderung menunggu lapangan kerja yang cocok dengan spesifikasinya, sedangkan penduduk yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja sehingga TPT-nya relatif rendah.
Boks 1.3 Jakarta Raih Empat Penghargaan Ketenagakerjaan Katadata.co.id – 19/11/2018
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendapatkan empat penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (Integra) 2018. DKI Jakarta dinilai menjadi Provinsi dengan jaminan sosial tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja terbaik serta kesempatan kerja terbaik, juga masuk provinsi dengan urusan ketenagakerjaan sedang terbaik kedua.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap di Jakarta semuanya mendapatkan peningkatan kesejahtaeraan yang sama. Salah satu langkah untuk pengembangan adalah dengan meratakan distribusi atas nilai tambah hasil kegiatan ekonomi untuk menyehatkan ekosistem ketenagakerjaan
7.14 5.34 6.24 8.2 8.16 8.17 4 3.85 3.99 5.6 5.59 5.56
Agustus-2017 Februari-2018 Agustus-2018 DKI Jabar Jatim Sumut
4.81 4.81 9.65 8.09 5.01 2.75 Universitas Diploma I/II/III SMK SMA SMP ≤ SD Perkembangan TPT DKI Agustus 2018 menurut Tingkat
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018|
17
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONALDalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 yang disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2018 telah ditetapkan arah kebijakan ekonomi Provinsi DKI Jakarta dengan menetapkan target pada indikator-indikator untuk mengukur perekonomian daerah antara lain PDRB, inflasi, nilai tukar dan kemiskinan yang dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3
Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018
Uraian Target 2017 Capaian 2017 Target 2018 Capaian 2018
Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy)
6,03 – 6,43 6,2 6,12 – 6,52 6,17
Tingkat Inflasi (%,yoy) 4,00 - 5,00 3,72 3,50 - 4,00 3,27
Nilai Tukar (Rp/US$) 13.400 – 13.600 13.154 – 13.592 13.600 – 13.900 13.290 – 15.253
Tingkat Kemiskinan(%) 3,40 – 3,50 3,57 3,40 – 3,50
(Th 2017) 3,55
“Pertumbuhan
ekonomi Jakarta telah memenuhi target yang ditetapkan dalam
KUA 2018”
“Capaian nilai tukar pada
tahun 2018 sebesar 13.290-15.253 Rp/US$ berada di atas batas maksimum target yang ditetapkan dalam
KUA”
Pada tahun 2018, capaian pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar 6,17% telah memenuhi target yang ditetapkan dalam KUA 2018 walaupun capaian tersebut hampir mendekati batas minimum yang ditetapkan yaitu 6,12% dan capaian ini lebih lambat 0,03 poin dibanding tahun 2017 yang sebesar 6,2%. Banyak faktor yang mempengaruhi capaian tersebut, salah satunya adalah indikator nilai tukar.
Capaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami fluktuasi hingga mencapai Rp 15.253 per USD pada bulan Oktober 2018 yang diakibatkan menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat, sehingga pada tahun 2018 nilai tukar rupiah tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 13.600 – 13.900 Rp/US$. Indikator kesejahteraan, salah satunya kemiskinan di DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar 3,55%, angka ini masih di atas target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,40 – 3,50%. Namun bila dibandingkan dengan capaian 2017, angka kemiskinan ini masih mengalami penurunan 0,02 poin yang salah satunya disebabkan Sumber : KUA dan RKPD Provinsi DKI Jakarta T.A. 2018
terkendalinya tingkat inflasi yang tercapai 3,27%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,50- 4,00% dan lebih rendah juga bila dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2017 yang tercapai sebesar 3,72%.
Boks 1.4
GLOSARIUM BAB I
PDRB ADHBadalah indikator yang menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.
PDRB ADHK adalah indikator yang menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun.
PDRB calender to calender (c-to-c)menjelaskan perbandingan angka kumulatif satu tahun dibandingkan dengan angka kumulatif tahun sebelumnya. Misal: PDRB tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2017.
PDRB year on year / yoy (Dari Tahun ke Tahun)menjelaskan perbandingan angka pada dua waktu yang sama dalam periode berbeda dalam basis satu tahun. Misal: Januari 2018 terhadap Januari 2017.
PDRB quarter to quarter / q-to-q (Dari Kuartal ke Kuartal) menjelaskan perbandingan angka pada dua waktu yang berbeda dalam periode berbeda dalam basis satu kuartal. Misal: Kuartal II 2018 terhadap Kuartal I 2018.
Gini Ratio adalah indikator kesejahteraan yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh dengan nilai koefisien antara 0 hingga 1. Semakin tinggi koefisien menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi pula.
Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index /HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. Semakin tinggi nilai IPM artinya semakin baik kesejahteraan masyarakatnya.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Semakin tinggi angka TPT artinya semakin banyak pengangguran di daerah tersebut.
Foto :
From Google
Foto :
From Google
BAB II
PERKEMBANGAN &
ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN
Bundaran HIBundaran ini terletak di tengah persimpangan jalan M.H. Thamrin dengan Jalan Imam Bonjol, Jalan Sutan Syahrir, dan Jalan Kebon Kacang serta dekat dengan Hotel Indonesia sehingga disebut bundaran HI. Pada Bundaran HI terdapat sebuah monumen yang disebut Monumen Selamat Datang.
A. APBN TINGKAT PROVINSI
“Alokasi belanja negara untuk Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp498.234,38 miliar, terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah”
Sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan, Provinsi DKI Jakarta memiliki peran cukup besar dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara secara nasional. Peran besar itu tergambar dalam postur APBN Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun anggaran 2018, Provinsi DKI Jakarta menerima alokasi belanja dalam APBN sebesar Rp498.234,38 miliar dengan rincian Belanja Pemerintah Pusat yang disalurkan melalui Kementerian/Lembaga sebesar Rp479.888,18 miliar serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp18.346,20 miliar.
Tabel 2.1
Pagu dan Realisasi APBN Tingkat Provinsi DKI JAKARTA Tahun 2017 dan Tahun 2018
(dalam miliar rupiah)
Uraian Tahun 2017 Tahun 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA 925.901,45 1.100.497,95 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 925.901,45 1.100.497,95 1. Penerimaan Pajak 792.767,42 957.646,44 2. PNBP 133.134,03 142.851,51 B. BELANJA NEGARA 579.840,89 534,705.03 498.234,38 460.415,07
I. Belanja Pemerintah Pusat 561.070,68 515.715,05 479.888,18 442.559,89
II. Transfer ke Daerah dan Dana
Desa 18.770,21 18,969.29 18,346.20 17,855.18
C. SURPLUS DEFISIT
Sumber: Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 25 Februari 2019 “Realisasi pendapatan Negara tahun 2018 meningkat 18,86% dari tahun sebelumnya. Realisasi menyumbang 56,64% pendapatan nasional.”
Realisasi pendapatan negara pada Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 mencapai Rp1.100,49 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 18,86% dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara tahun 2017. Realisasi tersebut setara dengan 56,64% total pendapatan negara secara nasional sebesar Rp1.942,3 triliun.