• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN GAS TERHADAP PENGETAHUAN DAN NILAI KARAKTER SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI MAGEPANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN GAS TERHADAP PENGETAHUAN DAN NILAI KARAKTER SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI MAGEPANDA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN

SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN

GAS TERHADAP PENGETAHUAN DAN NILAI

KARAKTER SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI

MAGEPANDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MARIA SALVENTIEN NONI

NIM: 141424023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena

mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia

tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Ulangan

31 : 6).

Biarlah semua berjalan apa adanya, berlalu dengan semestinya dan berakhir

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Kedua orangtua, Bapak Darius Ware dan Ibu Fabiana Toka Paku, tanta

saya Siska Kara, kakak tersayang Almh. Maria Floyanti Paji, serta adik

tersayang Yosef Novenalis Lewe dan Maria Yayan Lestari Mbeo yang

selalu mendukung dalam suka maupun duka.

3. Teman-teman Pendidikan Fisika 2014 yang memberikan pengalaman

selama berdinamika bersama.

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Noni, Maria Salventien. 2018. Dampak Pembelajaran Eksperimen Sederhana Tentang Suhu dan Pemuaian Gas Terhadap Pengetahuan dan Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA SMA Magepanda. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode eksperimen; (2) peningkatan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian yaitu siswa kelas X MIA yang berjumlah 36 orang. Kelas X MIA dipilih sebagai kelas dengan menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, kuesioner nilai karakter, dan observasi kerjasama siswa. Hasil tes tertulis dan nilai karakter siswa dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 20, sedangkan karakter kerjasama siswa dilihat peneliti secara langsung saat proses pembelajaran, menggunakan rekaman video kegiatan dan catatan peneliti selama proses pe mbelajaran dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuian gas, (2) penerapan metode eksperimen sederhana menyumbangkan nilai karakter bagi siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda. Nilai karakter yang dibentuk dengan urutan yang paling tinggi yaitu nilai tanggung jawab,disiplin, kerjasama, rasa ingin tahu, kejujuran.

(9)

ABSTRACT

Noni, Maria Salventien. 2018. Impacts of Learning Simple Experiments About Temperature and Expansion of Gas on Knowledge and Character Values of Class X MIA Students of SMA Negeri Magepanda. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to know: (1) the knowledge improvement of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas by implementation of simple experimental method, (2) the level of character values of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas by the implementation of simple experimental method.

This type of research was quantitative and qualitative experimental. The subjects in this research were 32 students of X MIA class. X MIA class was chosen as the class using simple experimental method. The instruments used in this research were written tests consisting pretest and posttest, character value questionnaires, and observation of students’ cooperation..The results of written tests and students’ character value questionnaires were analyzed statistically using SPSS version 20, while the students’ cooperation character was seen directly through observation during the learning process video records and on-process notes which were analyzed qualitatively.

The results showed that: (1) implementation of simple experimental method can improve the knowledge of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas, (2) simple experimental method contributes character values for class X MIA students of SMA Negeri Magepanda. Character values are formed in the highest order, namely the value of responsibility, discipline, cooperation, curiosity, honesty.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pembelajaran Eksperimen Sederhana Tentang Suhu dan Pemuaian Gas Terhadap Pengetahuan dan Nilai Karakter Siswa Kelas X

MIA SMA Negeri Magepanda” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Program

Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis baik berupa waktu, tenaga, bimbingan, motivasi dan saran yang penulis

butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T, selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan,

2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

penulis

3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

4. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang selalu memantau perkembangan penulisan skripsi

mahasiswa-mahasiswinya,

5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., sebagai validator yang bersedia

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam membuat instrumen

soal sehingga menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen Pendidikan Fisika yang telah membimbing dan memberikan

(11)

7. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dan

pelayanan yang baik dalam memperlancar perijinan surat ke sekolah dan

keperluan lainnya yang berkaitan dengan studi dan penelitian ini.

8. Bapak Drs. Nikolaus Nau, selaku kepala sekolah SMA Negeri Magepanda

yang telah memberi izin penelitian,

9. Ibu Agustina A. Yuliawati, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Fisika SMA

Negeri Magepanda atas segala bantuan, kerjasama, dan dukungan selama

penulis melakukan penelitian.

10.Siswa-siswi kelas X MIA yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan

membantu kelancaran penelitian.

11.Orang tua saya yang tercinta, Bapak Darius Ware dan Ibu Fabiana T. Paku

yang selalu mendoakan, memberi semangat dan memantau perkembangan

penyusunan skripsi,

12.Kakak saya Almh Loyan Paji, adik saya Noven Lewe dan Yayan Mbeo serta

tanta saya Siska Kara yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi.

13.Sahabat-sahabatku tercinta Angel, Arny Sanit, Ria Cantik, Arlin Sulu, Tian,

Grace, Ipen, Ria Manuk, Kero Langga, Potty dan semua teman-teman yang

penulis tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat

untuk terus berjuang dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

14.Saudara-saudaraku Siba Wangga, Alpino Regi, Oka Ratu, San Ware, Herro

Wangga yang selalu mengantar jemput ke tempat penelitian.

15.Kakak Linda Wea dan Vina Wangga yang membantu dalam melobi kepala

sekolah dan guru fisika SMA N Magepanda.

16.Om Hillarius, Tanta Lima, Kak Osrin, Kak Febby yang membantu dan

memberikan dukungan selama penulis berada di Yogyakarta.

17.Teman-teman seperjuangan selaku rekan-rekan satu bimbingan yang selalu

membantu dan saling memberikan masukan maupun saran,

(12)
(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(14)

3.Pengukuran Pengetahuan ... 19

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 20

C. Metode Pembelajaran ... 22

1.Pengertian Metode Pembelajaran ... 22

2.Bentuk Model dan Pendekatan Pembelajaran ... 26

D. Nilai Karakter ... 28

1.Pengertian Nilai Karakter ... 28

2.Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 29

3.Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen ... 30

E. Suhu Dan Pemuaian ... 31

1.Suhu... 31

2.Pemuaian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

1.Waktu Penelitian ... 40

2.Tempat Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

1.Populasi Penelitian ... 40

2.Sampel Penelitian ... 40

D. Variabel Penelitian ... 41

1.Variabel Bebas ... 41

2.Variabel Terikat ... 41

E. Desain Penelitian ... 41

F. Treatment ... 42

G. Instrumentasi ... 44

1.Instrumen Pembelajaran ... 44

2.Instrumen Pengumpulan Data ... 45

H. Validitas Instrumen ... 52

I. Metode Analisis Data ... 53

(15)

b. Analisis Karaketer Siswa ... 60

c. Analisis Karaketer Kerja Sama ... 61

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 63

A. Pelaksanaaan Penelitian ... 63

1.Waktu dan Tempat Penelitian ... 63

2.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64

B. Data dan Analisis Data ... 73

1.Pengetahuan Siswa ... 73

2.Nilai Karakter Siswa ... 77

C. Pembahasan ... 80

1.Pengetahuan Siswa ... 80

2.Nilai Karakter Siswa ... 80

3.Kerjasama Siswa ... 81

D. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal Pretest dan Posttest……….....46

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas X MIA……...………..48

Tabel 3.3 Indikator Nilai Kerjasama Siswa...……….…………..54 Tabel 3.4 Teknik Penskoran ……….59

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Siswa………....58

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner.……...……….60

Tabel 3.7 Klasifikasi Nilai Karakter Siswa... ………....……….61

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………..………63

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas X MIA……….…..73

Tabel 4.3 Kategori Persentase Tingkat Pengetahuan Awal dan Akhir Siswa Kelas X MIA………..74

Tabel 4.4 Hasil Statistik Perbandingan Pretest dan Posttest Kelas X MIA……….... .….76

Tabel 4.5 Data Hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA….…..77

Tabel 4.6 Persentase Kategori Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA…...…..78

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala pada berbagai termometer...32

Gambar 2.2 Skema penentuan titik tetap atas dan titik tetap bawah pada dua termometer...34

Gambar 4.1 Siswa mengukur suhu air...67

Gambar 4.2 Siswa mengukur suhu tanah...67

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan LKS...68

Gambar 4.4 Siswa melaporkan hasil eksperimen...70

Gambar 4.5 Siswa melakakukan eksperimen pemuaian gas...71

Gambar 4.6 Siswa antusias dalam melakukan eksperimen di dalam maupun luar kelas...82

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 91

Lampiran 2 Surat Perizinan Pelaksanaan Penelitian ... 92

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 93

Lampiran 4 RPP Kelas Eksperimen Sederhana ... 94

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 102

Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ... 105

Lampiran 8 Jawaban Pretest dan Posttest ... 107

Lampiran 9 Lembar Validitas Soal dan Jawaban Pretest dan Posttest ... 111

Lampiran 10 Contoh Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Sederhana .. 114

Lampiran 12 Contoh Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 118

Lampiran 14 Data hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA ... 121

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranaan penting dalam keberlangsungan

hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah salah satu upaya yang

dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu

mengemban tugas yang diberikan padanya, karena hanya manusia yang

dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi

pengembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan

ketakwaan manusia (Udin, 2009: 6). Menurut W.J.S Poerwadarminta,

pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan (Tatang, 2012: 13). Pendidikan bertujuan

membantu seseorang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki

pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam

berbagai lingkungan karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita

untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang

(20)

sangat tidak disukai oleh sebagian besar siswa, sehingga banyak diantara

mereka yang mengambil jurusan IPS atau Bahasa untuk menghindari

pelajaran fisika tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya

rumus yang harus dihafal, gurunya yang cenderung “killer”, dan

kurangnya motivasi siswa untuk belajar fisika.

Untuk menjadi seorang guru fisika yang baik, kita harus

mengetahui cara mengajar fisika yang beraneka agar fisika lebih menarik

dan disukai oleh murid-murid. Siswa yang tertarik pada mata pelajaran

fisika adalah siswa yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang

manfaat fisika dan tertantang oleh fenomena alam yang belum mereka

pahami. Jika siswa sudah tertarik atau tertantang untuk sesuatu hal yang

berkaitan dengan fisika maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari,

memahami dan mengkaitkan fisika dalam lingkup belajarnya.

Nampak motivasi belajar merupakan modal penting dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan ketika belajar fisika. Selain kurangnya

motivasi, peran atau sikap guru dalam mengajar juga menjadi pemicu

kurangnya minat siswa terhadap fisika. Siswa akan mudah merasa

“depresi” ketika mata pelajaran yang dipelajari tersebut susah dan

diajarkan pula oleh guru “killer” dengan metode mengajar yang monoton.

Pada saat ini para guru fisika banyak menerapkan berbagai model

pembelajaran di kelas untuk menghilangkan kesan-kesan buruk yang tidak

menyenangkan tersebut. Salah satu metode yang sering dipakai guru untuk

(21)

dengan metode eksperimen sederhana. Selain untuk meningkatkan

motivasi dan minat siswa, metode tersebut juga dapat meningkatkan

pemahaman dan membentuk nilai karakter yang baik bagi siswa. Metode

eksperimen merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk dapat membangun

pemahamannya sendiri tentang suatu hal yang dipelajari.

Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan

(konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya (Suparno, 2007).

Lewat pengetahuan fisika, proses pembelajaran, atau sikap belajarnya anak

didik akan dibantu berpikir nalar, mengerti dasar-dasar teknologi dengan

baik dan dapat mengembangkan sikap komunikasi, kerja disiplin,

tanggung jawab, kreatif, dll (Suparno, 2012: 19).

Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan metode

eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen siswa harus ke

Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan bahan yang

disediakan oleh pihak sekolah untuk materi tertentu, pada eksperimen

sederhana siswa dapat melakukannya di mana saja baik di kelas maupun di

luar kelas seperti lapangan, rumah, atau halaman sekolah pada materi

tertentu dengan alat dan bahan yang lebih sederhana atau dapat dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan metode eksperimen

sederhana ini diharapkan siswa dapat semakin termotivasi untuk belajar

(22)

menghargai pendapat teman, dan mampu bersikap jujur. Siswa akan

melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan tersebut

dianalisis berdasarkan pengetahuan dan disampaikan berupa presentasi dan

dievaluasi oleh guru. Penggunakan teknik ini mempunyai tujuan agar

siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas

permasalahan yang dihadapi saat percobaan tersebut. Selain itu, siswa

lebih mampu terlatih dalam cara berpikir ilmiah (scientific). Dengan

eksperimen sederhana siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori

yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).

Selain peningkatan pengetahuan, masalah karakter menjadi

pembahasan yang sangat serius dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal

ini dilandasi oleh pemikiran bahwa untuk membangun peradaban yang

baik di era global hanya bisa dilakukan melalui pembentukan karakter

yang baik. Pembentukan karakter siswa sendiri dapat dibangun melalui

pendidikan karakter. Pendidikan karakter digunakan untuk meningkatkan

penanaman nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku dan sikap siswa di

sekolah. Upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari

pendidikan tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Pendidikan karakter

dapat dilakukan secara integrasi dalam praktik pembelajaran. Guru perlu

mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat

menumbuhkembangkan karakter siswa. Guru juga perlu mendapatkan

(23)

pembelajaran di kelas (Hamzah. B Uno. 2007). Selain dapat

menumbuhkembangkan karakter siswa, seorang guru juga harus mampu

mengembangkan metode pengajaran yang dapat membantu siswa

memperkaya pengalaman sekaligus menggunakan pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap dalam mempersiapkan diri menggapai masa depan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN

SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN GAS TERHADAP

PENGETAHUAN DAN NILAI KARAKTER SISWA KELAS X MIA

SMA NEGERI MAGEPANDA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan metode eksperimen sederhana tentang materi

suhu dan pemuaian gas menaikan pengetahuan siswa kelas X MIA

SMA Negeri Magepanda?

2. Apakah penggunaan metode eksperimen tentang materi suhu dan

pemuaian gas menaikan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda

pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode

eksperimen sederhana.

2. Peningkatan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri

Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan

metode eksperimen sederhana.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

sederhana diharapkan dapat membantu siswa dengan cara yang lebih

mudah untuk memahami materi pelajaran dan meningkatkan

pengetahuan serta karakter yang dimiliki siswa.

2. Bagi Guru

Meningkatkan kualitas mengajar dengan menggunakan

metode-metode yang menarik dan bervariasi sehingga membuat siswa lebih

mudah untuk memahami materi pelajaran dan meningkatkan

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Hakikat Belajar

Pendidikan formal tidak terlepas dari istilah belajar dan

mengajar, yang keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.

Beberapa ahli telah merumuskan tentang arti “belajar”. Banyak

pengertian mengenai belajar.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan

perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.

Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki

dalam waktu yang relatif lama (konstan) serta perubahan-perubahan

tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang

sedang belajar. Ada 3 ciri yang khas pada aktivitas manusia, sehingga

aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan belajar, yaitu:

1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri

pelajar baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

(26)

Menurut Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah

aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku baik

potensial maupun aktual”. Menurut Rini Budiharti (1998: 1)

“Belajar adalah suatu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri siswa”. Perubahan-perubahan itu berbentuk

kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang

relatif lama. Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa “Belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Bloom dan kawan-kawannya (Suparno, 2001: 6) membuat

kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar.

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yang melekat pada diri

peserta didik, yaitu: (1) Ranah kognitif (cognitive domain), (2)

Ranah afektif (affective domain), dan (3) Ranah psikomotorik

(psychomotor domain).

a. Ranah Kognitif

Menurut Bloom, segala upaya yang berhubungan

dengan aktivitas otak termasuk dalam kategori ranah

kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam tingkatan

(27)

tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang

tinggi yaitu dapat mengevaluasi sejumlah fakta. Tingkatan

tersebut adalah: (1) pengetahuan (Knowledge), (2)

pemahaman (Comprehension), (3) aplikasi (application),

(4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis), (6) evaluasi

(evaluation).

b. Ranah Afektif

Ranah afektif didasarkan pada bagaimana seseorang

bersikap dan merasakan sesuatu. Dalam taksonomi yang

disusun oleh Krathwol dan Bloom & Maisa (1964) sikap

disusun lagi sedemikian rupa menjadi lebih rinci yang

terdiri atas lima tingkat, yaitu: (1) menerima atau menaruh

perhatian (receiving), (2) memberi respon (responding), (3)

memberi penilaian (valuing), (4) pengorganisasian

(organization), dan (5) karakteristik (characterization).

c. Ranah Psikomotorik

Belajar psikomotorik menekankan keterampilan

motorik. Ranah psikomotorik lebih rinci lagi menjadi tujuh

tingkat, yaitu : (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon

terbimbing, (4) mekanisme, (5) kemahiran, (6) adaptasi,

dan (7) originasi.

(28)

dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Perubahan itu

sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Ciri-Ciri Belajar

Suatu kegiatan disebut belajar sekurang-kurangnya ditandai

oleh dua ciri: (1) adanya perubahan tingkah laku, (2) melalui suatu

pengalaman atau adanya interaksi dengan sumber belajar.

Mohammad Surya (1997) mengemukakan delapan ciri yang

menandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar,

yaitu:

1) Perubahan yang Disadari dan Disengaja

Perubahan perilaku itu dilakukan sebagai usaha sadar

dan sengaja dari seseorang. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,

orang itu menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi

perubahan, misalnya pengetahuan semakin bertambah atau

keterampilannya di dalam semakin mahir, dibandingkan

sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.

2) Perubahan yang Berkesinambungan

Belajar itu ditandai dengan hasil perubahan perilaku

yang berkesinambungan; bukan sesuatu yang diperoleh

tiba-tiba. Perubahan sebagai hasil belajar didasari oleh

(29)

baru itu juga menjadi dasar diperoleh pengetahuan berikutnya

yang lebih kompleks.

3) Perubahan yang Fungsional

Perubahan perilaku harus bermanfaat bagi kepentingan

seseorang. Hasil belajar tidak sekedar ditandai oleh

penambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Perubahan

tersebut harus memiliki makna bagi orang yang

mempelajarinya, entah itu berupa kemampuan di dalam

memecahkan masalah, mencari penghidupan, hidup

berkeluarga, dan bermasyarakat.

4) Perubahan yang Bersifat Positif

Hasil belajar harus menyebabkan perubahan kearah

yang lebih baik. Hal itu ditandai pada sikap orang yang

memperolehnya: menjadi lebih bersyukur, bijak, kritis,

bersemangat, toleran, dan sebagainya.

Belajar mungkin pula menyebabkan seseorang

memiliki sikap negatif, misalnya sombong dan licik dengan

pengetahuan baru yang dimilikinya. Berdasarkan ciri ini,

proses tersebut tidak terkategori sebagai perubahan ideal dari

(30)

5) Perubahan yang Bersifat Aktif

Ciri ini berkaitan dengan belajar sebagai kegiatan

yang disengaja. Untuk memperoleh perilaku baru, seseorang

harus bersengaja aktif untuk melakukan sejumlah aktivitas.

Perubahan akan efektif terjadi pada diri seseorang jika

dilalui dengan proses yang sungguh-sungguh. Perubahan itu

perlu disertai dengan aktivitas-aktivitas lainnya, seperti

berdiskusi, membaca, melakukan pengamatan lapangan,

ataupun melakukan praktik langsung dan mengerjakan

sejumlah proyek.

6) Perubahan yang Relatif Permanen

Perubahan pada diri seseorang mungkin bersifat

sementara ataupun permanen. Perubahan bersifat sementara

umumnya berkaitan dengan emosi.

7) Perubahan yang Bertujuan

Perubahan hasil belajar memiliki arah atau tujuan yang

jelas. Kejelasan tujuan di dalam perubahan itu penting

dirumuskan agar prosesnya menjadi lebih efektif. Di dalam

kaitan inilah, seseorang pembelajar harus memiliki tujuan

yang jelas sebelum mengawali aktivitas. Demikian juga

dengan pengajarnya, perumusan tujuan merupakan hal yang

(31)

kemudian sangat berpengaruh pada materi, media, dan metode

pembelajarannya.

8) Perubahan Perilaku secara Keseluruhan

Idealnya, perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar

mencakup seluruh aspek kehidupan pada diri seseorang

Sementara itu, Mohammad Surya (1997) mengemukakan

bahwa hasil belajar akan tampak dalam hal-hal seperti kebiasaan,

keterampilan, pengamatan, bersikap asosiatif, berpikir rasional dan

kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan perilaku efektif.

Sedangkan K. Given (2007) menunjukkan lima aspek

perubahan tingkah laku yang harus terjadi pada diri seseorang.

Kelima aspek tersebut adalah emosi, sosial, kognitif, fisik, dan

reflektif.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari

Slameto (1995: 27-28) sebagai berikut:

1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai

tujuan instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

(32)

3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional.

4) Belajar itu adalah proses kontinu, maka harus tahap demi

tahap menurut perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat

belajar dengan tenang.

8) Belajar perlu lingkungan yang menantang, di mana anak

dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan

belajar dengan efektik.

9) Belajar itu perlu interaksi anak dengan lingkungannya.

10)Belajar adalah proses kontinuitas yaitu hubungan antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga

mendapatkan pengertian yang diharapkan

11)Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali

(33)

4. Teori-Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang relevan dan dapat diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran yang akan (Kosmiyah, 2012: 34-43)

dikembangkan antara lain:

(1). Teori Belajar Behaviorisme

Menurut teori belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi

oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan

memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini

menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku.

(2). Teori Belajar kognitif

Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian

aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman.

Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian suatu situasi

saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan.

(3). Teori Belajar Humanisme

Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan

ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu

mencapai aktualisasi diri siswa yang belajar secara optimal.

(4). Teori Belajar Sibernetik

Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi

(pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem

(34)

(5). Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori belajar konstruktivisme, belajar adalah menyusun

pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, refleksi

serta interpretasi.

Adapun teori belajar yang melatarbelakangi dalam penelitian ini

terkait dengan penggunaan metode eksperimen sederhana adalah teori

belajar konstruktivisme, di mana pengetahuan dan pengalaman yang

dialami di sekitar mempengaruhi terhadap proses memperoleh suatu

pengetahuan.

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Overt Behavior). Sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni: Awareness (kesadaran), Interest (tertarik),

Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

(35)

Adoption (subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus) (Sukidjo Notoatmodjo,

2003: 121-122). Selain itu, pengetahuan pada hakekatmya merupakan

segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu (Sudirdja,

2010: 11).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam (Sudirdja, 2010: 15),

pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

(36)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih

di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi -formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

(37)

Penilaian–penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria–kriteria yang

ada (Notoatmodjo, 2012).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan tes,

wawancara serta angket kuesioner, di mana tes tersebut berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang berakitan dengan materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian (Notoadmodjo, 2010). Pengukuran tingkat

pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang

dan dirangkum dalam tabel distribusi frekuensi.

Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu

menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar

≥ 75% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

b. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden

mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar

sebesar 56 - 74% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden

mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar

sebesar < 55% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner

(38)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Singgih (1998) dalam (Suriasumantri, 2007: 32), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Umur

Bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Inteligensi

Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam

situasi baru. Inteligensi bagi seseorang merupakan salah satu

modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara

terarah sehingga ia menguasai lingkungan. Perbedaan inteligensi

dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh

pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari

hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada

(39)

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara

berpikir seseorang.

d. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya

dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami

suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan

itu dapat berdiri sendiri.

f. Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika

ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya

televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas

dari sumber informasinya.

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

(40)

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya untuk memperoleh pengetahuan.

C. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar.

Metode ini mempunyai banyak macam, pemilihan metode pun

dipengaruhi oleh banyak aspek mulai dari materi pembelajaran,

lingkungan belajar, keadaan siswa, keadaan guru, dan sebagainya.

Melalui pemilihan metode ini diharapkan guru bisa membangkitkan

motivasi siswa untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan

hasil pembelajaran. Adapun metode pembelajaran yang digunakan

yaitu:

a. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Menurut Suparno,

metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa

untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan

bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar (Suparno,

2007: 77). Lewat pengetahuan fisika, proses pembelajaran, atau

sikap belajarnya anak didik akan dibantu berpikir nalar, mengerti

(41)

sikap komunikasi, kerja disiplin, tanggung jawab, kreatif, dll

(Suparno, 2012: 19). Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru

atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses

dan hasil percobaan itu.

Di dalam metode eksperimen, poin-poin berikut ditekankan:

1) Waktu yang diberikan untuk melengkapi eksperimen.

2) Cara-cara untuk melakukan eksperimen.

3) Berbagai kesulitan akan ditemukan selagi melakukan

eksperimen.

Kelebihan metode eksperimen sebagai berikut:

1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya

sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk

mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu

dan teknologi.

3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat

membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan

sebagai hasil percobaan yang diharapkan bermanfaat

(42)

Kekurangan metode eksperimen sebagai berikut:

1) Jika tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap

anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen.

2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama,

anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang

ilmu dan teknologi.

Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan

metode eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen siswa

harus ke Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan

bahan yang disediakan oleh pihak sekolah untuk materi tertentu,

pada eksperimen sederhana siswa dapat melakukannya di mana

saja baik di kelas maupun di luar kelas seperti lapangan, rumah,

atau halaman sekolah pada materi tertentu dengan alat dan bahan

yang lebih sederhana atau dapat dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan penerapan motode eksperimen sederhana ini

diharapkan siswa dapat semakin termotivasi untuk belajar fisika

dan menerapkan sikap tanggung jawab, disiplin, memiliki rasa

keingintahuan, mampu bekerjasama dengan teman sekelompok,

menghargai pendapat teman, dan mampu bersikap jujur. Siswa

akan melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati

prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

(43)

disampaikan berupa presentasi dan dievaluasi oleh guru.

Penggunakan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas

permasalahan yang dihadapi saat percobaan tersebut. Dan juga,

siswa mampu terlatih dalam cara berpikir ilmiah (scientific).

Dengan eksperimen sederhana siswa menemukan bukti kebenaran

dari suatu teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).

b. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa di

kelas, di mana pada umumnya siswa hanya mengikuti secara satu

arah. Ada dua alasan seorang guru memilih metode ceramah, yakni

(1) ketika guru menyampaikan materi pelajaran baru kepada

peserta didik, dan (2) saat guru berusaha untuk menghubungkan

materi yang sudah dipelajari dengan materi baru yang diajarkan

tersebut.

Dalam mempersiapkan metode ceramah pada umumnya

ada 3 cara yang bisa dilakukan guru, yakni, pertama, guru

menyusun apa yang hendak diceramahkan kepada para siswanya;

kedua, guru membuat pokok-pokok persoalannya sehingga ia dapat

(44)

sebelumnya; dan ketiga, guru harus melakukan secara runtut dalam

menyampaikan materi yang akan diajarkan.

Meskipun demikian seorang guru harus juga menyadari

bahwa metode ceramah mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah: pertama, guru mudah

menguasai kelas; kedua, guru mudah menerangkan bahan pelajaran

berjumlah besar; ketiga, dapat diikuti peserta didik dalam jumlah

besar; dan keempat, mudah dilaksanakan. Sedangkan, beberapa

kelemahan metode ceramah adalah: pertama, membuat siswa pasif;

kedua, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan

potensi dirinya dalam menyampaikan gagasan siswa; ketiga,

mengandung daya kritis peserta didik; dan kelima, bila terlalu lama

peserta didik akan bosan.

2. Bentuk Model dan Pendekatan Pembelajaran

1) Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus

untuk menunjang proses belajar siswa baik itu menyangkut

pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang

tersruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi

selangkah. Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode

ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman

dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model

(45)

perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada

analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru,

tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi

lingkungan pembelajaran langsung harus diciptakan dan

berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

2) Model Pembelajaran Tidak Langsung

Melalui model pembelajaran ini siswa akan lebih terlibat

dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal mengobservasi,

menyelidiki, menarik kesimpulan dari data yang diberikan, atau

membuat hipotesis-hipotesis. Model pembelajaran tidak

langsung ini sangat cocok diguanakan para guru karena melalui

pembelajaran memungkinkan munculnya hasil-hasil pemikiran

atau penemuan para siswa yang tidak diketahui oleh guru.

3) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meruapakan

model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antarsiswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4) Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MP

PKB) dilandasi oleh paham konstruktivisme sehingga dalam

pembelajarannya harus memberikan kesempatan pada siswa

(46)

aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek,

menganalisis dan mengkontruksikannya sehingga terbentuk

pengetahuan baru dalam diri siswa.

5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah

pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan

antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, serta

menghasilkan karya dan peragaan.

6) Model dengan Pendekatan Konstektual

Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, terdapat

tujuh komponen utama yang harus dilakukan secara

sungguh-sungguh. Komponen yang dimaksud adalah (1)

konstruktivisme, (2) proses menemukan, (3) bertanya, (4)

masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7)

penilaian.

D. Nilai Karakter

1. Pengertian Nilai Karakter

Pencetus pendidikan karakter pertama yaitu pedagog Jerman

yang bernama F.W Foerster. Karakter menurut Foerster, adalah sesuatu

yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas,

menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman

(47)

nilai yang telah menjadi kebiasan hidup sehingga menjadi sifat tetap

dalam diri seseorang (Adisusilo 2012: 77).

Karakter terdiri dari nilai operatif, yaitu nilai dalam tindakan.

Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan pengetahuan

moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri

dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan

melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir kebiasaan

dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona: 2012).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam beberapa

workshop kepala sekolah, telah merumuskan 18 nilai yang dianggap

karakter bangsa yang perlu ditanamkan pada anak didik di sekolah.

Nilai tersebut antara lain: religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikasi, cinta

damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan

tanggung jawab (Suparno, 2012).

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

a. Kerja Sama

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan

dirinya.

(48)

Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan

hanya merupakan tugasdan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun

juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang

Maha Esa.

c. Disiplin

Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan

menghindari dan menjauhi segala larangan yang buruk secara

konsisten dan berkomitmen,

d. Jujur

Jujur merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk

menghindari keburukan dengan menjaga perkataan, perasaan, dan

perbuatan untuk selalu berkata dengan benar dan dapat dipercaya.

e. Rasa Ingin Tahu

Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam

berbagai aspek terkait.

3. Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen

Menurut Suparno, dari beberapa topik, hukum, dan teori fisika

ada banyak yang digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai

karakter bangsa anak didik. Suparno menekankan nilai karakter fisika

dari tiga aspek yaitu, pengetahuan fisika, proses fisika dan sikap

(49)

Beberapa nilai karakter yang disumbangkan saat praktikum dan

proyek antara lain: semangat multikultural, penghargaan pada diri,

keadilan, kejujuran, daya tahan, dan ketaatan pada hukum (Suparno,

2012).

Berdasar pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode eksperimen sangat bermanfaat dalam membentuk nilai karakter

siswa. Nilai karakter yang dapat diamati saat siswa melakukan

eksperimen antara lain, nilai kerjasama, tanggung jawab, disiplin, jujur

dan, rasa ingin tahu. Selain nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh

peneliti, nilai tersebut bermanfaat bagi siswa untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sangat bermanfaat bagi masa

depan siswa, bangsa, dan negara.

E. Suhu Dan Pemuaian

1. Suhu

Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat

untuk mengukur suhu disebut termometer. Ada berbagai jenis skala

termometer, di antaranya: termometer skala Celcius, termometer skala

Reamur, termometer skala Fahrenheit, dan termometer skala Kelvin.

Macam-macam satuan skala termometer:

a. Termometer skala Celcius, titik didih Aair 1000C dengan titik beku

air 00C sehingga dari 00C - 1000C, dibagi dalam 100 skala.

(50)

c. Termometer skala Fahrenheit, titik didih air 2120F dengan titik

beku air 320F sehingga dari 320F - 2120F, dibagi dalam 180 skala.

d. Termometer skala Kelvin, titik didih air 373 K dengan titik beku air

273 K sehingga dari 272 - 373, dibagi dalam 100 skala

Gambar 2.1 Skala pada

(51)

Perbandingan pembagian skala C, R, F, K sebagai berikut.

C : R : F : K = 100 : 80 : 180 : 100

= 5 : 4 : 9 : 5

Dapat dituliskan menjadi

a.1 0C = R

1 0C = (F - 320)

1 0C =

b. 1 0R = 0C

1 0R = (F - 320)

1 0R = (K - 2730)

c.1 0F = C + 320

1 0F = R + 320

1F =( R - 320) + 2730

d. 1 K = 0C + 273

1 K = R + 273

(52)

Dengan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa konversi suhu

dua termometer mengikuti aturan perbandingan skala berikut.

Gambar 2.2 Skema penentuan titik tetap atas dan titik tetap bawah pada dua termometer.

2. Pemuaian

Pemuaian kalor pada suatun zat selain dapat menaikan atau

menurunkan suhu zat, dapat juga merubah wujud suatu zat, atau

menyebabkan benda mengalami pemuaian. Umumnya semua zat akan

memuai jika mengalami kenaikan suhu, kecuali beberapa zat yang

mengalami penyusutan saat terjadi kenaikan suhu pada suatu interval

suhu tertentu. Kejadian penyusutan wujud zat benda mengalami

kenaikan suhu anomali. Anomali umumnya terjadi pada air. Pada

(53)

a. Pemuaian Zat Padat

Pemuaian Panjang

Suatu batang panjang mula-mula l0 dipanaskan hingga

bertambah panjang sebesar ∆l. Jika perubahan suhunya ∆T, maka

l = l0 α ∆T (2.1)

dengan : α = koefisien muai panjang suatu zat padat (/0

C)

Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya dinaikan

sebesar ∆T secara matematis dituliskan:

lt = l0 + ∆l (2.2)

lt = l0 (1 + α∆T)

dengan : lt = panjang akhir (m)

l0 = panjang awal (m)

∆T = perubahan suhu (0C)

Pemuaian Luas

Suatu bidang luasnya mula-mual A0 = l0 l0. Jika terjadi kenaikan

suhu sebesar ∆T sehingga bidang bertambah luas sebesar ∆A, secara

matematis dapat dituliskan:

∆A = A0 β ∆T (2.3)

dengan: β = koefisien muai luas suatu zat (/0C)

Untuk zat padat, β = 2α. Sehingga luas bidang yang suhunya

dinaikan sebesar ∆T akan menjadi

(54)

dengan: At = luas akhir (m2)

At = luas mula-mula (m2)

AT = perubahan suhu (0C)

Pemuaian Volume

Pada pemuaian volume, volume mula-mula suatu benda V0,

kemudian dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar ∆T dan

volumenya bertambah sebesar ∆V. Secara matematis persamaanya

dituliskan sebagai berikut.

V = V0γ ∆T (2.5)

dengan: γ = koefisien muai ruang suatu zat (/0

C)

untuk zat padat γ = 3α

Persamaan volume akhirnya menjadi:

Vt = V0+ ∆T (2.6)

Vt = V0(1 + γ ∆T)

dengan: V0 = volume awal (m3)

Vt = volume akhir (m3)

V = perubahan volume (m)

b. Pemuaian Zat Cair

Sifat zat cair selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempati.

Pada zat cair hanya terjadi pemuaian volume saja. Jika volume

mula-mula suatu zat cair V0, kemuidian zat cair itu dipanaskan sehingga

suhunya naik sebesar ∆T dan volumenya bertambah besar ∆V, dapat

(55)

∆V = V0γ ∆T (2.7)

Sehingga volume akhirnya menjadi,

Vt = V0+ ∆T (2.8)

Vt = V0(1 + γ ∆T)

Hal ini tidak berlaku bagi air pada suhu dibawah

40C.

c. Pemuain Gas

Persamaan dirumuskan sebagai berikut:

Vt = V0(1 + γ ∆T)

Perubahan volume gas tidak hanya menggunakan persamaan di atas,

namun ada besaran-besaran lain yang diperhatikan, seperti tekanan dan

temperatur. Persamaan yang berlaku dalam pemuaian gas dapat

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Pada saat tekanan konstan, berlaku hukum Gay Lussac:

(2.9)

Pada saat temperatur konstan, berlaku hukum Boyle:

P1V1 = P2V2 (2.10)

Pada saat volume konstan, berlaku hukum Charles:

(2.11)

Pada saat kondisi ideal, berlaku hukum Boyle-Gay Lussac:

(56)

dengan: V = Volume (liter atau m3)

T = Temperatur (K)

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuantitatif

dan kualitatif. Dikatakan eksperimental karena pada penelitian ini ada

perlakuan pada partisipan dengan metode eksperimen sederhana.

Disebut penelitian kuantitatif karena jenis penelitian ini

menggunakan data berupa skor atau angka, kemudian menggunakan

analisis statistik. Disebut penelitian kualitatif karena penelitian ini ingin

melihat proses yang dialami variabel terikat selama diberi treatment.

Desain gabungan dipilih karena peneliti ingin memperkuat penelitiannya

baik dari sisi hasil maupun proses.

Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan

data berupa skor atau angka, kemudian menggunakan analisis statistik.

Sedangkan penelitian kualitatif bersifat deskriptif di mana data

dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan

dengan cara transkrip wawancara, fieldnote, foto, videotapes, dokumen

(58)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Agustus 2018 sampai dengan bulan September 2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Magepanda. SMA

Negeri Magepanda beralamatkan Jalan Fatta, Magepanda, Kabupaten

Sikka, NTT.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kelompok lebih besar di mana hasil penelitian

diharapkan berlaku; semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno,

2014: 43).

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah

siswa-siswi kelas X SMA Negeri Magepanda.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah menunjuk pada suatu kelompok di mana

informasi atau data didapatkan. Sampel adalah himpunan bagian dari

populasi (Suparno, 2014: 43).

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa-siswi

(59)

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang mengungkapkan kelompok

objek atau hal yang nilainya berbeda-beda seperti gender, kemampuan,

intelegensi, nilai, minat, sikap, motivasi, warna mata, penghasilan, umur,

dll (Suparno, 2014: 29).

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang bebas, berdiri sendiri

(Suparno, 2014: 30).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode

pembelajaran dengan menggunakan eksperimen sederhana.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel

bebas (Suparno, 2014: 30).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

tingkat pemahaman siswa dengan menggunakan eksperimen sederhana

pada materi suhu dan pemuaian zat gas.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif design

One Group pretest-posttest. Menurut Paul Suparno (2007: 135), secara

umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa

(60)

pretest-posttest adalah penelitian yang terdiri dari satu grup. Skemanya

sebagai berikut:

O X O’

Keterangan:

O : Pre-Test kelas treatment (eksperimen sederhana)

X : Pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana

O’ : Post-Test kelas treatment (eksperimen sederhana)

Pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan nilai

karakter siswa sebelum diberi treatment, sedangkan posttest digunakan

untuk mengukur pengetahuan dan karakter siswa setelah diberi treatment.

Pada penelitian ini data berupa nilai pengetahuan (hasil belajar)

dan skor nilai karakter siswa setelah menggunakan metode eksperimen

sederhana. Uji statistika yang digunakan untuk menganalisis nilai

pengetahuan (hasil belajar) dan skor nilai karakter siswa adalah uji T

dependent.

F. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang mau

diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010:

51). Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan

(61)

Proses pembelajarannya sebagai berikut:

a. Guru membantu siswa dalam membentuk kelompok.

b. Guru memberikan hand out materi dan menjelaskan sedikit materi

c. Guru memperkenalkan alat yang akan digunakan yang mencakup

bagian-bagiannya, kegunaannya, dan cara memakai alat yang baik

dan benar.

d. Dengan menggunakan alat yang tersedia guru memandu siswa

untuk melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang ada

disekitar (lingkungan sekolah) dengan catatan tidak boleh

mengganggu proses belajar mengajar kelas lain.

e. Setelah siswa melakukan percobaan dan mendapatkan data, siswa

diminta untuk mengembalikan alat yang digunakan.

f. Guru membimbing siswa untuk menganalisis sendiri data yang

didapat berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dan yang

mereka dapat dari guru.

g. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan apa saja

yang mereka temukan dan mereka dapat simpulkan dari percobaan

yang mereka lakukan.

h. Guru mengevaluasi apa yang disampaikan siswa dan mengajak

seluruh siswa untuk memberikan aplaus kepada kelompok.

Pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana

(62)

G. Instrumentasi

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 3 macam instrumen yaitu

Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),

dan bahan ajar suhu dan pemuaian.

a. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk

menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan selama pengambilan data penelitian. Bagian dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah (1) Identitas,

meliputi: Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester,

dan Alokasi Waktu, (2) Standar Kompetensi, (3) Kompetensi

Dasar, (4) Indikator, (5) Tujuan Pembelajaran, (6) Metode

Pembelajaran, (7) Kegiatan Pembelajaran, (8) Materi Pelajaran,

(9) Sumber Pembelajaran. RPP terlampir pada lampiran 4 dan

5.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat dan akan

digunakan dalam kegiatan eksperimen. LKS terlampir pada

lampiran 6.

c. Bahan Ajar

Pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa-siswi

(63)

dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

yang berlaku.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi:

a. Test Tertulis (pretest dan posttest)

1) Pretest

Pretest diberikan sebelum pembelajaran menggunakan

metode eksperimen. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai konsep.

2) Posttest

Posttest diberikan setelah pembelajaran menggunakan

metode eksperimen sederhana. Soal posttest ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai konsep

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen sederhana. Jumlah dan pertanyaan soal posttest

sama dengan soal pretest.

Pembuatan soal pretest dan posttest diperlukan kisi-kisi.

Kisi-kisi soal didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang

harus dicapai siswa. Kisi-kisi soal pretest dan posttest seperti pada

(64)

Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest

(65)

No. Aspek Indikator Soal Jawaban

Gas dalam ruangan tertutup bersuhu 29oC memiliki volume 5 L, kemudian ketika dipanaskan volumenya berubah

menjadi 5,5 L pada tekanan yang tetap. Tentukan suhu akhir gas tersebut!

(66)

b.Kuesioner Nilai Karakter Siswa

Kuesioner nilai karakter dalam penelitian ini bersifat

tertutup atau telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini

diberikan setelah kegiatan pembelajaran menggunakan metode

eksperimen sederhana, untuk mengetahui nilai karakter siswa

terhadap metode eksperimen.

Pembuatan kuesioner nilai karakter diperlukan kisi-kisi

kuesioner nilai karakter. Dari pendapat ahli yang telah dipaparkan

pada bab landasan teori, nilai karakter saat siswa melakukan

eksperimen antara lain nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin,

jujur, dan rasa ingin tahu.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Eksperimen

No. Nilai

Karakter Indikator Pernyataan

No. d. Siswa turut serta

dalam perumusan 3. Saya berbagi tugas

(67)

No. Nilai

Karakter Indikator Pernyataan

No. Soal

hasil eksperimen. merumuskan dan

menyimpulkan

1. Saya datang tepat waktu ke kelas.

3. Saya memulai dan

(68)

No. Nilai

Karakter Indikator Pernyataan

Gambar

Gambar 2.1 Skala pada berbagai termometer....................................................32
Gambar 2.2 Skema penentuan titik tetap
tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penelitian ini dengan judul “ Hubungan Intensitas Nyeri

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud-wujud linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam film Crazy Love karya Guntur Soeharjanto, (2) mendeskripsikan penanda

[r]

Berdasarkan Berit a Acara Evaluasi Dokumen Penaw aran dan Kualifikasi, 21 Nopember 2017 yang menghasilkan Calon Pemenang dan berdasarkan Dokumen Penaw aran dan

[r]

Key Words: Analysis, Manifestation, Speech Acts Theory, Utterances, Budi Danna's Novel. Communication both spoken and written is very essential .in our daily life for

Oleh karenanya pemerintahan desa yang lahir dari sistem hukum yang berlaku bersifat demokratis sesuai dengan filosofi terbentuknya desa dan diharapkan pemerintah desa