DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN
SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN
GAS TERHADAP PENGETAHUAN DAN NILAI
KARAKTER SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI
MAGEPANDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
MARIA SALVENTIEN NONI
NIM: 141424023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HALAMAN MOTTO
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena
mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Ulangan
31 : 6).
Biarlah semua berjalan apa adanya, berlalu dengan semestinya dan berakhir
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Kedua orangtua, Bapak Darius Ware dan Ibu Fabiana Toka Paku, tanta
saya Siska Kara, kakak tersayang Almh. Maria Floyanti Paji, serta adik
tersayang Yosef Novenalis Lewe dan Maria Yayan Lestari Mbeo yang
selalu mendukung dalam suka maupun duka.
3. Teman-teman Pendidikan Fisika 2014 yang memberikan pengalaman
selama berdinamika bersama.
ABSTRAK
Noni, Maria Salventien. 2018. Dampak Pembelajaran Eksperimen Sederhana Tentang Suhu dan Pemuaian Gas Terhadap Pengetahuan dan Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA SMA Magepanda. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode eksperimen; (2) peningkatan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode eksperimen.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian yaitu siswa kelas X MIA yang berjumlah 36 orang. Kelas X MIA dipilih sebagai kelas dengan menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, kuesioner nilai karakter, dan observasi kerjasama siswa. Hasil tes tertulis dan nilai karakter siswa dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 20, sedangkan karakter kerjasama siswa dilihat peneliti secara langsung saat proses pembelajaran, menggunakan rekaman video kegiatan dan catatan peneliti selama proses pe mbelajaran dan dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda pada materi suhu dan pemuian gas, (2) penerapan metode eksperimen sederhana menyumbangkan nilai karakter bagi siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda. Nilai karakter yang dibentuk dengan urutan yang paling tinggi yaitu nilai tanggung jawab,disiplin, kerjasama, rasa ingin tahu, kejujuran.
ABSTRACT
Noni, Maria Salventien. 2018. Impacts of Learning Simple Experiments About Temperature and Expansion of Gas on Knowledge and Character Values of Class X MIA Students of SMA Negeri Magepanda. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know: (1) the knowledge improvement of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas by implementation of simple experimental method, (2) the level of character values of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas by the implementation of simple experimental method.
This type of research was quantitative and qualitative experimental. The subjects in this research were 32 students of X MIA class. X MIA class was chosen as the class using simple experimental method. The instruments used in this research were written tests consisting pretest and posttest, character value questionnaires, and observation of students’ cooperation..The results of written tests and students’ character value questionnaires were analyzed statistically using SPSS version 20, while the students’ cooperation character was seen directly through observation during the learning process video records and on-process notes which were analyzed qualitatively.
The results showed that: (1) implementation of simple experimental method can improve the knowledge of class X MIA students of SMA Negeri Magepanda about Temperature and Expansion of Gas, (2) simple experimental method contributes character values for class X MIA students of SMA Negeri Magepanda. Character values are formed in the highest order, namely the value of responsibility, discipline, cooperation, curiosity, honesty.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pembelajaran Eksperimen Sederhana Tentang Suhu dan Pemuaian Gas Terhadap Pengetahuan dan Nilai Karakter Siswa Kelas X
MIA SMA Negeri Magepanda” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Program
Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis baik berupa waktu, tenaga, bimbingan, motivasi dan saran yang penulis
butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T, selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan,
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis
3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
4. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memantau perkembangan penulisan skripsi
mahasiswa-mahasiswinya,
5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., sebagai validator yang bersedia
memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam membuat instrumen
soal sehingga menjadi lebih baik.
6. Seluruh dosen Pendidikan Fisika yang telah membimbing dan memberikan
7. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dan
pelayanan yang baik dalam memperlancar perijinan surat ke sekolah dan
keperluan lainnya yang berkaitan dengan studi dan penelitian ini.
8. Bapak Drs. Nikolaus Nau, selaku kepala sekolah SMA Negeri Magepanda
yang telah memberi izin penelitian,
9. Ibu Agustina A. Yuliawati, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Fisika SMA
Negeri Magepanda atas segala bantuan, kerjasama, dan dukungan selama
penulis melakukan penelitian.
10.Siswa-siswi kelas X MIA yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan
membantu kelancaran penelitian.
11.Orang tua saya yang tercinta, Bapak Darius Ware dan Ibu Fabiana T. Paku
yang selalu mendoakan, memberi semangat dan memantau perkembangan
penyusunan skripsi,
12.Kakak saya Almh Loyan Paji, adik saya Noven Lewe dan Yayan Mbeo serta
tanta saya Siska Kara yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi.
13.Sahabat-sahabatku tercinta Angel, Arny Sanit, Ria Cantik, Arlin Sulu, Tian,
Grace, Ipen, Ria Manuk, Kero Langga, Potty dan semua teman-teman yang
penulis tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat
untuk terus berjuang dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
14.Saudara-saudaraku Siba Wangga, Alpino Regi, Oka Ratu, San Ware, Herro
Wangga yang selalu mengantar jemput ke tempat penelitian.
15.Kakak Linda Wea dan Vina Wangga yang membantu dalam melobi kepala
sekolah dan guru fisika SMA N Magepanda.
16.Om Hillarius, Tanta Lima, Kak Osrin, Kak Febby yang membantu dan
memberikan dukungan selama penulis berada di Yogyakarta.
17.Teman-teman seperjuangan selaku rekan-rekan satu bimbingan yang selalu
membantu dan saling memberikan masukan maupun saran,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
3.Pengukuran Pengetahuan ... 19
4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 20
C. Metode Pembelajaran ... 22
1.Pengertian Metode Pembelajaran ... 22
2.Bentuk Model dan Pendekatan Pembelajaran ... 26
D. Nilai Karakter ... 28
1.Pengertian Nilai Karakter ... 28
2.Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 29
3.Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen ... 30
E. Suhu Dan Pemuaian ... 31
1.Suhu... 31
2.Pemuaian ... 34
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40
1.Waktu Penelitian ... 40
2.Tempat Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
1.Populasi Penelitian ... 40
2.Sampel Penelitian ... 40
D. Variabel Penelitian ... 41
1.Variabel Bebas ... 41
2.Variabel Terikat ... 41
E. Desain Penelitian ... 41
F. Treatment ... 42
G. Instrumentasi ... 44
1.Instrumen Pembelajaran ... 44
2.Instrumen Pengumpulan Data ... 45
H. Validitas Instrumen ... 52
I. Metode Analisis Data ... 53
b. Analisis Karaketer Siswa ... 60
c. Analisis Karaketer Kerja Sama ... 61
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 63
A. Pelaksanaaan Penelitian ... 63
1.Waktu dan Tempat Penelitian ... 63
2.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64
B. Data dan Analisis Data ... 73
1.Pengetahuan Siswa ... 73
2.Nilai Karakter Siswa ... 77
C. Pembahasan ... 80
1.Pengetahuan Siswa ... 80
2.Nilai Karakter Siswa ... 80
3.Kerjasama Siswa ... 81
D. Keterbatasan Penelitian ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal Pretest dan Posttest……….....46
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas X MIA……...………..48
Tabel 3.3 Indikator Nilai Kerjasama Siswa...……….…………..54 Tabel 3.4 Teknik Penskoran ……….59
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Siswa………....58
Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner.……...……….60
Tabel 3.7 Klasifikasi Nilai Karakter Siswa... ………....……….61
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………..………63
Tabel 4.2 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas X MIA……….…..73
Tabel 4.3 Kategori Persentase Tingkat Pengetahuan Awal dan Akhir Siswa Kelas X MIA………..74
Tabel 4.4 Hasil Statistik Perbandingan Pretest dan Posttest Kelas X MIA……….... .….76
Tabel 4.5 Data Hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA….…..77
Tabel 4.6 Persentase Kategori Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA…...…..78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala pada berbagai termometer...32
Gambar 2.2 Skema penentuan titik tetap atas dan titik tetap bawah pada dua termometer...34
Gambar 4.1 Siswa mengukur suhu air...67
Gambar 4.2 Siswa mengukur suhu tanah...67
Gambar 4.3 Siswa mengerjakan LKS...68
Gambar 4.4 Siswa melaporkan hasil eksperimen...70
Gambar 4.5 Siswa melakakukan eksperimen pemuaian gas...71
Gambar 4.6 Siswa antusias dalam melakukan eksperimen di dalam maupun luar kelas...82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 91
Lampiran 2 Surat Perizinan Pelaksanaan Penelitian ... 92
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 93
Lampiran 4 RPP Kelas Eksperimen Sederhana ... 94
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 102
Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ... 105
Lampiran 8 Jawaban Pretest dan Posttest ... 107
Lampiran 9 Lembar Validitas Soal dan Jawaban Pretest dan Posttest ... 111
Lampiran 10 Contoh Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Sederhana .. 114
Lampiran 12 Contoh Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 118
Lampiran 14 Data hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas X MIA ... 121
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranaan penting dalam keberlangsungan
hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah salah satu upaya yang
dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu
mengemban tugas yang diberikan padanya, karena hanya manusia yang
dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi
pengembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan
ketakwaan manusia (Udin, 2009: 6). Menurut W.J.S Poerwadarminta,
pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan (Tatang, 2012: 13). Pendidikan bertujuan
membantu seseorang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang
diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
sangat tidak disukai oleh sebagian besar siswa, sehingga banyak diantara
mereka yang mengambil jurusan IPS atau Bahasa untuk menghindari
pelajaran fisika tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya
rumus yang harus dihafal, gurunya yang cenderung “killer”, dan
kurangnya motivasi siswa untuk belajar fisika.
Untuk menjadi seorang guru fisika yang baik, kita harus
mengetahui cara mengajar fisika yang beraneka agar fisika lebih menarik
dan disukai oleh murid-murid. Siswa yang tertarik pada mata pelajaran
fisika adalah siswa yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang
manfaat fisika dan tertantang oleh fenomena alam yang belum mereka
pahami. Jika siswa sudah tertarik atau tertantang untuk sesuatu hal yang
berkaitan dengan fisika maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari,
memahami dan mengkaitkan fisika dalam lingkup belajarnya.
Nampak motivasi belajar merupakan modal penting dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan ketika belajar fisika. Selain kurangnya
motivasi, peran atau sikap guru dalam mengajar juga menjadi pemicu
kurangnya minat siswa terhadap fisika. Siswa akan mudah merasa
“depresi” ketika mata pelajaran yang dipelajari tersebut susah dan
diajarkan pula oleh guru “killer” dengan metode mengajar yang monoton.
Pada saat ini para guru fisika banyak menerapkan berbagai model
pembelajaran di kelas untuk menghilangkan kesan-kesan buruk yang tidak
menyenangkan tersebut. Salah satu metode yang sering dipakai guru untuk
dengan metode eksperimen sederhana. Selain untuk meningkatkan
motivasi dan minat siswa, metode tersebut juga dapat meningkatkan
pemahaman dan membentuk nilai karakter yang baik bagi siswa. Metode
eksperimen merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk dapat membangun
pemahamannya sendiri tentang suatu hal yang dipelajari.
Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya (Suparno, 2007).
Lewat pengetahuan fisika, proses pembelajaran, atau sikap belajarnya anak
didik akan dibantu berpikir nalar, mengerti dasar-dasar teknologi dengan
baik dan dapat mengembangkan sikap komunikasi, kerja disiplin,
tanggung jawab, kreatif, dll (Suparno, 2012: 19).
Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan metode
eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen siswa harus ke
Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan bahan yang
disediakan oleh pihak sekolah untuk materi tertentu, pada eksperimen
sederhana siswa dapat melakukannya di mana saja baik di kelas maupun di
luar kelas seperti lapangan, rumah, atau halaman sekolah pada materi
tertentu dengan alat dan bahan yang lebih sederhana atau dapat dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan metode eksperimen
sederhana ini diharapkan siswa dapat semakin termotivasi untuk belajar
menghargai pendapat teman, dan mampu bersikap jujur. Siswa akan
melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan tersebut
dianalisis berdasarkan pengetahuan dan disampaikan berupa presentasi dan
dievaluasi oleh guru. Penggunakan teknik ini mempunyai tujuan agar
siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
permasalahan yang dihadapi saat percobaan tersebut. Selain itu, siswa
lebih mampu terlatih dalam cara berpikir ilmiah (scientific). Dengan
eksperimen sederhana siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori
yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).
Selain peningkatan pengetahuan, masalah karakter menjadi
pembahasan yang sangat serius dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal
ini dilandasi oleh pemikiran bahwa untuk membangun peradaban yang
baik di era global hanya bisa dilakukan melalui pembentukan karakter
yang baik. Pembentukan karakter siswa sendiri dapat dibangun melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter digunakan untuk meningkatkan
penanaman nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku dan sikap siswa di
sekolah. Upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari
pendidikan tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Pendidikan karakter
dapat dilakukan secara integrasi dalam praktik pembelajaran. Guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat
menumbuhkembangkan karakter siswa. Guru juga perlu mendapatkan
pembelajaran di kelas (Hamzah. B Uno. 2007). Selain dapat
menumbuhkembangkan karakter siswa, seorang guru juga harus mampu
mengembangkan metode pengajaran yang dapat membantu siswa
memperkaya pengalaman sekaligus menggunakan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap dalam mempersiapkan diri menggapai masa depan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “DAMPAK PEMBELAJARAN EKSPERIMEN
SEDERHANA TENTANG SUHU DAN PEMUAIAN GAS TERHADAP
PENGETAHUAN DAN NILAI KARAKTER SISWA KELAS X MIA
SMA NEGERI MAGEPANDA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan metode eksperimen sederhana tentang materi
suhu dan pemuaian gas menaikan pengetahuan siswa kelas X MIA
SMA Negeri Magepanda?
2. Apakah penggunaan metode eksperimen tentang materi suhu dan
pemuaian gas menaikan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan pengetahuan siswa kelas X MIA SMA Negeri Magepanda
pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan metode
eksperimen sederhana.
2. Peningkatan nilai karakter siswa kelas X MIA SMA Negeri
Magepanda pada materi suhu dan pemuaian gas setelah belajar dengan
metode eksperimen sederhana.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
sederhana diharapkan dapat membantu siswa dengan cara yang lebih
mudah untuk memahami materi pelajaran dan meningkatkan
pengetahuan serta karakter yang dimiliki siswa.
2. Bagi Guru
Meningkatkan kualitas mengajar dengan menggunakan
metode-metode yang menarik dan bervariasi sehingga membuat siswa lebih
mudah untuk memahami materi pelajaran dan meningkatkan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Hakikat Belajar
Pendidikan formal tidak terlepas dari istilah belajar dan
mengajar, yang keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Beberapa ahli telah merumuskan tentang arti “belajar”. Banyak
pengertian mengenai belajar.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.
Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki
dalam waktu yang relatif lama (konstan) serta perubahan-perubahan
tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang
sedang belajar. Ada 3 ciri yang khas pada aktivitas manusia, sehingga
aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan belajar, yaitu:
1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri
pelajar baik aktual maupun potensial.
2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
Menurut Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah
aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku baik
potensial maupun aktual”. Menurut Rini Budiharti (1998: 1)
“Belajar adalah suatu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa”. Perubahan-perubahan itu berbentuk
kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang
relatif lama. Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa “Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Bloom dan kawan-kawannya (Suparno, 2001: 6) membuat
kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar.
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yang melekat pada diri
peserta didik, yaitu: (1) Ranah kognitif (cognitive domain), (2)
Ranah afektif (affective domain), dan (3) Ranah psikomotorik
(psychomotor domain).
a. Ranah Kognitif
Menurut Bloom, segala upaya yang berhubungan
dengan aktivitas otak termasuk dalam kategori ranah
kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam tingkatan
tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang
tinggi yaitu dapat mengevaluasi sejumlah fakta. Tingkatan
tersebut adalah: (1) pengetahuan (Knowledge), (2)
pemahaman (Comprehension), (3) aplikasi (application),
(4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis), (6) evaluasi
(evaluation).
b. Ranah Afektif
Ranah afektif didasarkan pada bagaimana seseorang
bersikap dan merasakan sesuatu. Dalam taksonomi yang
disusun oleh Krathwol dan Bloom & Maisa (1964) sikap
disusun lagi sedemikian rupa menjadi lebih rinci yang
terdiri atas lima tingkat, yaitu: (1) menerima atau menaruh
perhatian (receiving), (2) memberi respon (responding), (3)
memberi penilaian (valuing), (4) pengorganisasian
(organization), dan (5) karakteristik (characterization).
c. Ranah Psikomotorik
Belajar psikomotorik menekankan keterampilan
motorik. Ranah psikomotorik lebih rinci lagi menjadi tujuh
tingkat, yaitu : (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon
terbimbing, (4) mekanisme, (5) kemahiran, (6) adaptasi,
dan (7) originasi.
dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Perubahan itu
sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
2. Ciri-Ciri Belajar
Suatu kegiatan disebut belajar sekurang-kurangnya ditandai
oleh dua ciri: (1) adanya perubahan tingkah laku, (2) melalui suatu
pengalaman atau adanya interaksi dengan sumber belajar.
Mohammad Surya (1997) mengemukakan delapan ciri yang
menandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar,
yaitu:
1) Perubahan yang Disadari dan Disengaja
Perubahan perilaku itu dilakukan sebagai usaha sadar
dan sengaja dari seseorang. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
orang itu menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuan semakin bertambah atau
keterampilannya di dalam semakin mahir, dibandingkan
sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
2) Perubahan yang Berkesinambungan
Belajar itu ditandai dengan hasil perubahan perilaku
yang berkesinambungan; bukan sesuatu yang diperoleh
tiba-tiba. Perubahan sebagai hasil belajar didasari oleh
baru itu juga menjadi dasar diperoleh pengetahuan berikutnya
yang lebih kompleks.
3) Perubahan yang Fungsional
Perubahan perilaku harus bermanfaat bagi kepentingan
seseorang. Hasil belajar tidak sekedar ditandai oleh
penambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Perubahan
tersebut harus memiliki makna bagi orang yang
mempelajarinya, entah itu berupa kemampuan di dalam
memecahkan masalah, mencari penghidupan, hidup
berkeluarga, dan bermasyarakat.
4) Perubahan yang Bersifat Positif
Hasil belajar harus menyebabkan perubahan kearah
yang lebih baik. Hal itu ditandai pada sikap orang yang
memperolehnya: menjadi lebih bersyukur, bijak, kritis,
bersemangat, toleran, dan sebagainya.
Belajar mungkin pula menyebabkan seseorang
memiliki sikap negatif, misalnya sombong dan licik dengan
pengetahuan baru yang dimilikinya. Berdasarkan ciri ini,
proses tersebut tidak terkategori sebagai perubahan ideal dari
5) Perubahan yang Bersifat Aktif
Ciri ini berkaitan dengan belajar sebagai kegiatan
yang disengaja. Untuk memperoleh perilaku baru, seseorang
harus bersengaja aktif untuk melakukan sejumlah aktivitas.
Perubahan akan efektif terjadi pada diri seseorang jika
dilalui dengan proses yang sungguh-sungguh. Perubahan itu
perlu disertai dengan aktivitas-aktivitas lainnya, seperti
berdiskusi, membaca, melakukan pengamatan lapangan,
ataupun melakukan praktik langsung dan mengerjakan
sejumlah proyek.
6) Perubahan yang Relatif Permanen
Perubahan pada diri seseorang mungkin bersifat
sementara ataupun permanen. Perubahan bersifat sementara
umumnya berkaitan dengan emosi.
7) Perubahan yang Bertujuan
Perubahan hasil belajar memiliki arah atau tujuan yang
jelas. Kejelasan tujuan di dalam perubahan itu penting
dirumuskan agar prosesnya menjadi lebih efektif. Di dalam
kaitan inilah, seseorang pembelajar harus memiliki tujuan
yang jelas sebelum mengawali aktivitas. Demikian juga
dengan pengajarnya, perumusan tujuan merupakan hal yang
kemudian sangat berpengaruh pada materi, media, dan metode
pembelajarannya.
8) Perubahan Perilaku secara Keseluruhan
Idealnya, perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
mencakup seluruh aspek kehidupan pada diri seseorang
Sementara itu, Mohammad Surya (1997) mengemukakan
bahwa hasil belajar akan tampak dalam hal-hal seperti kebiasaan,
keterampilan, pengamatan, bersikap asosiatif, berpikir rasional dan
kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan perilaku efektif.
Sedangkan K. Given (2007) menunjukkan lima aspek
perubahan tingkah laku yang harus terjadi pada diri seseorang.
Kelima aspek tersebut adalah emosi, sosial, kognitif, fisik, dan
reflektif.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari
Slameto (1995: 27-28) sebagai berikut:
1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan
motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional.
4) Belajar itu adalah proses kontinu, maka harus tahap demi
tahap menurut perkembangannya.
5) Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi.
6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat
belajar dengan tenang.
8) Belajar perlu lingkungan yang menantang, di mana anak
dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan
belajar dengan efektik.
9) Belajar itu perlu interaksi anak dengan lingkungannya.
10)Belajar adalah proses kontinuitas yaitu hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan
11)Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali
4. Teori-Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang relevan dan dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran yang akan (Kosmiyah, 2012: 34-43)
dikembangkan antara lain:
(1). Teori Belajar Behaviorisme
Menurut teori belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi
oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan
memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini
menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku.
(2). Teori Belajar kognitif
Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman.
Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan.
(3). Teori Belajar Humanisme
Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu
mencapai aktualisasi diri siswa yang belajar secara optimal.
(4). Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi
(pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem
(5). Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori belajar konstruktivisme, belajar adalah menyusun
pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, refleksi
serta interpretasi.
Adapun teori belajar yang melatarbelakangi dalam penelitian ini
terkait dengan penggunaan metode eksperimen sederhana adalah teori
belajar konstruktivisme, di mana pengetahuan dan pengalaman yang
dialami di sekitar mempengaruhi terhadap proses memperoleh suatu
pengetahuan.
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Overt Behavior). Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni: Awareness (kesadaran), Interest (tertarik),
Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
Adoption (subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus) (Sukidjo Notoatmodjo,
2003: 121-122). Selain itu, pengetahuan pada hakekatmya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu (Sudirdja,
2010: 11).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam (Sudirdja, 2010: 15),
pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi -formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
Penilaian–penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria–kriteria yang
ada (Notoatmodjo, 2012).
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan tes,
wawancara serta angket kuesioner, di mana tes tersebut berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang berakitan dengan materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian (Notoadmodjo, 2010). Pengukuran tingkat
pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang
dan dirangkum dalam tabel distribusi frekuensi.
Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar
≥ 75% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
b. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden
mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar 56 - 74% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
c. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden
mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar < 55% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Singgih (1998) dalam (Suriasumantri, 2007: 32), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Inteligensi
Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam
situasi baru. Inteligensi bagi seseorang merupakan salah satu
modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia menguasai lingkungan. Perbedaan inteligensi
dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh
pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari
hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
berpikir seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami
suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan
itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika
ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas
dari sumber informasinya.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan.
C. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar.
Metode ini mempunyai banyak macam, pemilihan metode pun
dipengaruhi oleh banyak aspek mulai dari materi pembelajaran,
lingkungan belajar, keadaan siswa, keadaan guru, dan sebagainya.
Melalui pemilihan metode ini diharapkan guru bisa membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil pembelajaran. Adapun metode pembelajaran yang digunakan
yaitu:
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Menurut Suparno,
metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa
untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan
bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar (Suparno,
2007: 77). Lewat pengetahuan fisika, proses pembelajaran, atau
sikap belajarnya anak didik akan dibantu berpikir nalar, mengerti
sikap komunikasi, kerja disiplin, tanggung jawab, kreatif, dll
(Suparno, 2012: 19). Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru
atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses
dan hasil percobaan itu.
Di dalam metode eksperimen, poin-poin berikut ditekankan:
1) Waktu yang diberikan untuk melengkapi eksperimen.
2) Cara-cara untuk melakukan eksperimen.
3) Berbagai kesulitan akan ditemukan selagi melakukan
eksperimen.
Kelebihan metode eksperimen sebagai berikut:
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu
dan teknologi.
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat
membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan yang diharapkan bermanfaat
Kekurangan metode eksperimen sebagai berikut:
1) Jika tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap
anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama,
anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu dan teknologi.
Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan
metode eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen siswa
harus ke Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan
bahan yang disediakan oleh pihak sekolah untuk materi tertentu,
pada eksperimen sederhana siswa dapat melakukannya di mana
saja baik di kelas maupun di luar kelas seperti lapangan, rumah,
atau halaman sekolah pada materi tertentu dengan alat dan bahan
yang lebih sederhana atau dapat dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan penerapan motode eksperimen sederhana ini
diharapkan siswa dapat semakin termotivasi untuk belajar fisika
dan menerapkan sikap tanggung jawab, disiplin, memiliki rasa
keingintahuan, mampu bekerjasama dengan teman sekelompok,
menghargai pendapat teman, dan mampu bersikap jujur. Siswa
akan melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati
prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
disampaikan berupa presentasi dan dievaluasi oleh guru.
Penggunakan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
permasalahan yang dihadapi saat percobaan tersebut. Dan juga,
siswa mampu terlatih dalam cara berpikir ilmiah (scientific).
Dengan eksperimen sederhana siswa menemukan bukti kebenaran
dari suatu teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).
b. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa di
kelas, di mana pada umumnya siswa hanya mengikuti secara satu
arah. Ada dua alasan seorang guru memilih metode ceramah, yakni
(1) ketika guru menyampaikan materi pelajaran baru kepada
peserta didik, dan (2) saat guru berusaha untuk menghubungkan
materi yang sudah dipelajari dengan materi baru yang diajarkan
tersebut.
Dalam mempersiapkan metode ceramah pada umumnya
ada 3 cara yang bisa dilakukan guru, yakni, pertama, guru
menyusun apa yang hendak diceramahkan kepada para siswanya;
kedua, guru membuat pokok-pokok persoalannya sehingga ia dapat
sebelumnya; dan ketiga, guru harus melakukan secara runtut dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan.
Meskipun demikian seorang guru harus juga menyadari
bahwa metode ceramah mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah: pertama, guru mudah
menguasai kelas; kedua, guru mudah menerangkan bahan pelajaran
berjumlah besar; ketiga, dapat diikuti peserta didik dalam jumlah
besar; dan keempat, mudah dilaksanakan. Sedangkan, beberapa
kelemahan metode ceramah adalah: pertama, membuat siswa pasif;
kedua, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan
potensi dirinya dalam menyampaikan gagasan siswa; ketiga,
mengandung daya kritis peserta didik; dan kelima, bila terlalu lama
peserta didik akan bosan.
2. Bentuk Model dan Pendekatan Pembelajaran
1) Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus
untuk menunjang proses belajar siswa baik itu menyangkut
pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang
tersruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode
ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman
dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model
perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada
analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru,
tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi
lingkungan pembelajaran langsung harus diciptakan dan
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
2) Model Pembelajaran Tidak Langsung
Melalui model pembelajaran ini siswa akan lebih terlibat
dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal mengobservasi,
menyelidiki, menarik kesimpulan dari data yang diberikan, atau
membuat hipotesis-hipotesis. Model pembelajaran tidak
langsung ini sangat cocok diguanakan para guru karena melalui
pembelajaran memungkinkan munculnya hasil-hasil pemikiran
atau penemuan para siswa yang tidak diketahui oleh guru.
3) Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meruapakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antarsiswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MP
PKB) dilandasi oleh paham konstruktivisme sehingga dalam
pembelajarannya harus memberikan kesempatan pada siswa
aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek,
menganalisis dan mengkontruksikannya sehingga terbentuk
pengetahuan baru dalam diri siswa.
5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah
pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan
antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, serta
menghasilkan karya dan peragaan.
6) Model dengan Pendekatan Konstektual
Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, terdapat
tujuh komponen utama yang harus dilakukan secara
sungguh-sungguh. Komponen yang dimaksud adalah (1)
konstruktivisme, (2) proses menemukan, (3) bertanya, (4)
masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7)
penilaian.
D. Nilai Karakter
1. Pengertian Nilai Karakter
Pencetus pendidikan karakter pertama yaitu pedagog Jerman
yang bernama F.W Foerster. Karakter menurut Foerster, adalah sesuatu
yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas,
menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman
nilai yang telah menjadi kebiasan hidup sehingga menjadi sifat tetap
dalam diri seseorang (Adisusilo 2012: 77).
Karakter terdiri dari nilai operatif, yaitu nilai dalam tindakan.
Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan pengetahuan
moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri
dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan
melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir kebiasaan
dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona: 2012).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam beberapa
workshop kepala sekolah, telah merumuskan 18 nilai yang dianggap
karakter bangsa yang perlu ditanamkan pada anak didik di sekolah.
Nilai tersebut antara lain: religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikasi, cinta
damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan
tanggung jawab (Suparno, 2012).
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
a. Kerja Sama
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan
dirinya.
Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan
hanya merupakan tugasdan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun
juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
c. Disiplin
Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan
menghindari dan menjauhi segala larangan yang buruk secara
konsisten dan berkomitmen,
d. Jujur
Jujur merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk
menghindari keburukan dengan menjaga perkataan, perasaan, dan
perbuatan untuk selalu berkata dengan benar dan dapat dipercaya.
e. Rasa Ingin Tahu
Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam
berbagai aspek terkait.
3. Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen
Menurut Suparno, dari beberapa topik, hukum, dan teori fisika
ada banyak yang digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai
karakter bangsa anak didik. Suparno menekankan nilai karakter fisika
dari tiga aspek yaitu, pengetahuan fisika, proses fisika dan sikap
Beberapa nilai karakter yang disumbangkan saat praktikum dan
proyek antara lain: semangat multikultural, penghargaan pada diri,
keadilan, kejujuran, daya tahan, dan ketaatan pada hukum (Suparno,
2012).
Berdasar pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen sangat bermanfaat dalam membentuk nilai karakter
siswa. Nilai karakter yang dapat diamati saat siswa melakukan
eksperimen antara lain, nilai kerjasama, tanggung jawab, disiplin, jujur
dan, rasa ingin tahu. Selain nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh
peneliti, nilai tersebut bermanfaat bagi siswa untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sangat bermanfaat bagi masa
depan siswa, bangsa, dan negara.
E. Suhu Dan Pemuaian
1. Suhu
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat
untuk mengukur suhu disebut termometer. Ada berbagai jenis skala
termometer, di antaranya: termometer skala Celcius, termometer skala
Reamur, termometer skala Fahrenheit, dan termometer skala Kelvin.
Macam-macam satuan skala termometer:
a. Termometer skala Celcius, titik didih Aair 1000C dengan titik beku
air 00C sehingga dari 00C - 1000C, dibagi dalam 100 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit, titik didih air 2120F dengan titik
beku air 320F sehingga dari 320F - 2120F, dibagi dalam 180 skala.
d. Termometer skala Kelvin, titik didih air 373 K dengan titik beku air
273 K sehingga dari 272 - 373, dibagi dalam 100 skala
Gambar 2.1 Skala pada
Perbandingan pembagian skala C, R, F, K sebagai berikut.
C : R : F : K = 100 : 80 : 180 : 100
= 5 : 4 : 9 : 5
Dapat dituliskan menjadi
a.1 0C = R
1 0C = (F - 320)
1 0C =
b. 1 0R = 0C
1 0R = (F - 320)
1 0R = (K - 2730)
c.1 0F = C + 320
1 0F = R + 320
1F =( R - 320) + 2730
d. 1 K = 0C + 273
1 K = R + 273
Dengan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa konversi suhu
dua termometer mengikuti aturan perbandingan skala berikut.
Gambar 2.2 Skema penentuan titik tetap atas dan titik tetap bawah pada dua termometer.
2. Pemuaian
Pemuaian kalor pada suatun zat selain dapat menaikan atau
menurunkan suhu zat, dapat juga merubah wujud suatu zat, atau
menyebabkan benda mengalami pemuaian. Umumnya semua zat akan
memuai jika mengalami kenaikan suhu, kecuali beberapa zat yang
mengalami penyusutan saat terjadi kenaikan suhu pada suatu interval
suhu tertentu. Kejadian penyusutan wujud zat benda mengalami
kenaikan suhu anomali. Anomali umumnya terjadi pada air. Pada
a. Pemuaian Zat Padat
Pemuaian Panjang
Suatu batang panjang mula-mula l0 dipanaskan hingga
bertambah panjang sebesar ∆l. Jika perubahan suhunya ∆T, maka
∆l = l0 α ∆T (2.1)
dengan : α = koefisien muai panjang suatu zat padat (/0
C)
Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya dinaikan
sebesar ∆T secara matematis dituliskan:
lt = l0 + ∆l (2.2)
lt = l0 (1 + α∆T)
dengan : lt = panjang akhir (m)
l0 = panjang awal (m)
∆T = perubahan suhu (0C)
Pemuaian Luas
Suatu bidang luasnya mula-mual A0 = l0 l0. Jika terjadi kenaikan
suhu sebesar ∆T sehingga bidang bertambah luas sebesar ∆A, secara
matematis dapat dituliskan:
∆A = A0 β ∆T (2.3)
dengan: β = koefisien muai luas suatu zat (/0C)
Untuk zat padat, β = 2α. Sehingga luas bidang yang suhunya
dinaikan sebesar ∆T akan menjadi
dengan: At = luas akhir (m2)
At = luas mula-mula (m2)
AT = perubahan suhu (0C)
Pemuaian Volume
Pada pemuaian volume, volume mula-mula suatu benda V0,
kemudian dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar ∆T dan
volumenya bertambah sebesar ∆V. Secara matematis persamaanya
dituliskan sebagai berikut.
∆V = V0γ ∆T (2.5)
dengan: γ = koefisien muai ruang suatu zat (/0
C)
untuk zat padat γ = 3α
Persamaan volume akhirnya menjadi:
Vt = V0+ ∆T (2.6)
Vt = V0(1 + γ ∆T)
dengan: V0 = volume awal (m3)
Vt = volume akhir (m3)
∆V = perubahan volume (m)
b. Pemuaian Zat Cair
Sifat zat cair selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempati.
Pada zat cair hanya terjadi pemuaian volume saja. Jika volume
mula-mula suatu zat cair V0, kemuidian zat cair itu dipanaskan sehingga
suhunya naik sebesar ∆T dan volumenya bertambah besar ∆V, dapat
∆V = V0γ ∆T (2.7)
Sehingga volume akhirnya menjadi,
Vt = V0+ ∆T (2.8)
Vt = V0(1 + γ ∆T)
Hal ini tidak berlaku bagi air pada suhu dibawah
40C.
c. Pemuain Gas
Persamaan dirumuskan sebagai berikut:
Vt = V0(1 + γ ∆T)
Perubahan volume gas tidak hanya menggunakan persamaan di atas,
namun ada besaran-besaran lain yang diperhatikan, seperti tekanan dan
temperatur. Persamaan yang berlaku dalam pemuaian gas dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Pada saat tekanan konstan, berlaku hukum Gay Lussac:
(2.9)
Pada saat temperatur konstan, berlaku hukum Boyle:
P1V1 = P2V2 (2.10)
Pada saat volume konstan, berlaku hukum Charles:
(2.11)
Pada saat kondisi ideal, berlaku hukum Boyle-Gay Lussac:
dengan: V = Volume (liter atau m3)
T = Temperatur (K)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuantitatif
dan kualitatif. Dikatakan eksperimental karena pada penelitian ini ada
perlakuan pada partisipan dengan metode eksperimen sederhana.
Disebut penelitian kuantitatif karena jenis penelitian ini
menggunakan data berupa skor atau angka, kemudian menggunakan
analisis statistik. Disebut penelitian kualitatif karena penelitian ini ingin
melihat proses yang dialami variabel terikat selama diberi treatment.
Desain gabungan dipilih karena peneliti ingin memperkuat penelitiannya
baik dari sisi hasil maupun proses.
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan
data berupa skor atau angka, kemudian menggunakan analisis statistik.
Sedangkan penelitian kualitatif bersifat deskriptif di mana data
dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan
dengan cara transkrip wawancara, fieldnote, foto, videotapes, dokumen
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
Agustus 2018 sampai dengan bulan September 2018.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Magepanda. SMA
Negeri Magepanda beralamatkan Jalan Fatta, Magepanda, Kabupaten
Sikka, NTT.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok lebih besar di mana hasil penelitian
diharapkan berlaku; semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno,
2014: 43).
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah
siswa-siswi kelas X SMA Negeri Magepanda.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah menunjuk pada suatu kelompok di mana
informasi atau data didapatkan. Sampel adalah himpunan bagian dari
populasi (Suparno, 2014: 43).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa-siswi
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang mengungkapkan kelompok
objek atau hal yang nilainya berbeda-beda seperti gender, kemampuan,
intelegensi, nilai, minat, sikap, motivasi, warna mata, penghasilan, umur,
dll (Suparno, 2014: 29).
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang bebas, berdiri sendiri
(Suparno, 2014: 30).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode
pembelajaran dengan menggunakan eksperimen sederhana.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel
bebas (Suparno, 2014: 30).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
tingkat pemahaman siswa dengan menggunakan eksperimen sederhana
pada materi suhu dan pemuaian zat gas.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif design
One Group pretest-posttest. Menurut Paul Suparno (2007: 135), secara
umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa
pretest-posttest adalah penelitian yang terdiri dari satu grup. Skemanya
sebagai berikut:
O X O’
Keterangan:
O : Pre-Test kelas treatment (eksperimen sederhana)
X : Pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana
O’ : Post-Test kelas treatment (eksperimen sederhana)
Pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan nilai
karakter siswa sebelum diberi treatment, sedangkan posttest digunakan
untuk mengukur pengetahuan dan karakter siswa setelah diberi treatment.
Pada penelitian ini data berupa nilai pengetahuan (hasil belajar)
dan skor nilai karakter siswa setelah menggunakan metode eksperimen
sederhana. Uji statistika yang digunakan untuk menganalisis nilai
pengetahuan (hasil belajar) dan skor nilai karakter siswa adalah uji T
dependent.
F. Treatment
Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang mau
diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010:
51). Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan
Proses pembelajarannya sebagai berikut:
a. Guru membantu siswa dalam membentuk kelompok.
b. Guru memberikan hand out materi dan menjelaskan sedikit materi
c. Guru memperkenalkan alat yang akan digunakan yang mencakup
bagian-bagiannya, kegunaannya, dan cara memakai alat yang baik
dan benar.
d. Dengan menggunakan alat yang tersedia guru memandu siswa
untuk melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang ada
disekitar (lingkungan sekolah) dengan catatan tidak boleh
mengganggu proses belajar mengajar kelas lain.
e. Setelah siswa melakukan percobaan dan mendapatkan data, siswa
diminta untuk mengembalikan alat yang digunakan.
f. Guru membimbing siswa untuk menganalisis sendiri data yang
didapat berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dan yang
mereka dapat dari guru.
g. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan apa saja
yang mereka temukan dan mereka dapat simpulkan dari percobaan
yang mereka lakukan.
h. Guru mengevaluasi apa yang disampaikan siswa dan mengajak
seluruh siswa untuk memberikan aplaus kepada kelompok.
Pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana
G. Instrumentasi
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 3 macam instrumen yaitu
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),
dan bahan ajar suhu dan pemuaian.
a. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk
menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan selama pengambilan data penelitian. Bagian dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah (1) Identitas,
meliputi: Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester,
dan Alokasi Waktu, (2) Standar Kompetensi, (3) Kompetensi
Dasar, (4) Indikator, (5) Tujuan Pembelajaran, (6) Metode
Pembelajaran, (7) Kegiatan Pembelajaran, (8) Materi Pelajaran,
(9) Sumber Pembelajaran. RPP terlampir pada lampiran 4 dan
5.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat dan akan
digunakan dalam kegiatan eksperimen. LKS terlampir pada
lampiran 6.
c. Bahan Ajar
Pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa-siswi
dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang berlaku.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi:
a. Test Tertulis (pretest dan posttest)
1) Pretest
Pretest diberikan sebelum pembelajaran menggunakan
metode eksperimen. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai konsep.
2) Posttest
Posttest diberikan setelah pembelajaran menggunakan
metode eksperimen sederhana. Soal posttest ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai konsep
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen sederhana. Jumlah dan pertanyaan soal posttest
sama dengan soal pretest.
Pembuatan soal pretest dan posttest diperlukan kisi-kisi.
Kisi-kisi soal didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang
harus dicapai siswa. Kisi-kisi soal pretest dan posttest seperti pada
Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
No. Aspek Indikator Soal Jawaban
Gas dalam ruangan tertutup bersuhu 29oC memiliki volume 5 L, kemudian ketika dipanaskan volumenya berubah
menjadi 5,5 L pada tekanan yang tetap. Tentukan suhu akhir gas tersebut!
b.Kuesioner Nilai Karakter Siswa
Kuesioner nilai karakter dalam penelitian ini bersifat
tertutup atau telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini
diberikan setelah kegiatan pembelajaran menggunakan metode
eksperimen sederhana, untuk mengetahui nilai karakter siswa
terhadap metode eksperimen.
Pembuatan kuesioner nilai karakter diperlukan kisi-kisi
kuesioner nilai karakter. Dari pendapat ahli yang telah dipaparkan
pada bab landasan teori, nilai karakter saat siswa melakukan
eksperimen antara lain nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin,
jujur, dan rasa ingin tahu.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Eksperimen
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. d. Siswa turut serta
dalam perumusan 3. Saya berbagi tugas
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. Soal
hasil eksperimen. merumuskan dan
menyimpulkan
1. Saya datang tepat waktu ke kelas.
3. Saya memulai dan
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan