• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSAMAAN KEADAAN GAS NYATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSAMAAN KEADAAN GAS NYATA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERSAMAAN KEADAAN

GAS NYATA

(2)

Sifat-sifat Gas Nyata

Molekul-molekul tarik menarik dan mempunyai volume

Dapat menjadi cair dan padat

Hukum-hukum Boyle dan Gay-Lussac hanya diikuti oleh gas nyata secara pendekatan, yaitu pada tekanan rendah jauh dari keadaan cairnya

Perbedaan sifat gas sempurna dengan gas nyata tampak jelas pada diagram

p-v-T atau proses Isotermal

(3)

Faktor kompresibilitas (Z) dinyataan dengan:

𝑍 = 𝑉 𝑉

𝑖𝑑 =

𝑃 𝑉 𝑅𝑇

(4)

Nilai Z untuk gas ideal dinyatakan oleh:

𝑍 = 𝑃 𝑉𝑅𝑇

𝑃→0

= 1

(5)

Sedangkan untuk gas nyata dapat digambarkan dengan grafik aluran nilai Z terhadap P untuk gas metana pada berbagai suhu.

(6)

Persamaan van der Waals

Persamaan Virial

Persamaan Beattie-Bridgeman

(7)

1. Persamaan van der Waals

Penyimpangan yang terjadi pada gas nyata, disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar molekul dan volume molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan  perlu dikoreksi

(8)

𝑉 = 𝑛𝑏 + 𝑛𝑅𝑇𝑃

Dengan b= suatu tetapan sebagai koreksi terhadap volume  nilainya tergantung pada jenis gas.

𝑃 = 𝑉 − 𝑛𝑏𝑛𝑅𝑇

Karena ada gaya tarik-menarik antar molekul tekanan gas dikoreksi. Tekanan gas yang sebenarnya akan lebih rendah daripada tekanan gas ideal, yaitu:

𝑃 = 𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑎 𝑉𝑛 2

Dengan a= suatu tetapan yang nilainya tergantung pada jenis gas, Sehingga:

𝑃 = 𝑉−𝑛𝑏𝑛𝑅𝑇 − 𝑎𝑛𝑉22

(9)

Persamaan keadaan van der Waals lebih teliti daripada persamaan gas ideal

Pada tekanan tinggi persamaan van der Waals ini tidak memuaskan

Gas yang mempunyai suhu kritis yang tinggi

(10)
(11)

Ciri-ciri Persamaan van der Waals

Isoterm gas sempurna diperoleh pada temperatur tinggi dan volume molar besar

Cairan dan gas berada bersama-sama jika efek kohesi dan dispersi berada dalam keseimbangan

Konstanta kritis berhubungan dengan koefisien-koefisien van der Waals

(12)

Konstanta Kritis

Persamaan diatas pada Pc, Vc, dan Tc (KRITIS). Pemecahan kedua persamaan menghasilkan:

𝑉𝑐 = 3𝑏 𝑃𝑐 = 27𝑏𝑎 2

𝑇𝑐 = 27𝑅𝑏8𝑎

Faktor pemanpatan kritis Zc:

𝑍𝑐 = 𝑃𝑅𝑇𝑐𝑉𝑐

𝑐 =

(13)

Contoh

Satu mol gas metana dimasukkan ke dalam tabung dengan volume 1 L pada suhu 300 K. diketahui R= 8,314 JK-mol-, dan tetapan van der Waals, a dan b, untuk gas tersebut masing-masing adalah 0,2283 Pa m6 mol-2 dan 42,78x10 -6 m3 mol-. Berapakah tekanan gas tersebut jika:

a)

Gas jika dianggap bersifat ideal?

(14)

PENYELESAIAN

Dit: P (gas ideal dan gaya van der Waals)?

Jawab:

𝑃 = 𝑛𝑅𝑇𝑉 = 1 𝑚𝑜𝑙 8,314 𝐽𝐾10−3𝑚𝑚𝑜𝑙3 − 300 𝐾 = 2494,2 𝑘𝐽𝑚−3 = 2494,2 𝑘𝑃𝑎

𝑃 = (𝑉−𝑛𝑏)𝑛𝑅𝑇 − 𝑛𝑉22𝑎

(15)

Latihan

Hitung tekanan yang dihasilkan oleh 2 dm3/mol etana pada 27oC bila

mengikuti persamaan van der Waals, a= 5,489 dm6/mol2, b= 0,0638 dm3/mol. Bandingkan harganya bila gas adalah ideal?

Hitung volume 1 mol etana pada tekanan 2 atm dan 27oC bila mengikuti

persamaan van der Waals dengan a= 5,489 dm6/mol2, b= 0,0638 dm3/mol?

Tentukanlah volume molar CO2 pada 500 K dan 100 atm dengan

(16)

2. Persamaan Virial

Persamaan yang dapat menggambarkan perilaku gas pada tekanan tinggi Persamaan Keadaan Gas Virial (dikembangkan oleh Kammerlingh Onnes)

Bentuk umum persamaan keadaan Virial:

𝑃 𝑉 = 𝑅𝑇 1 + 𝐵 𝑉 + 𝑉𝐶2 + 𝑉𝐷3 + ⋯

Dengan B, C, D, … adalah koefisien virial kedua, ketiga keempat, dan seterusnya fungsi suhu dan bergantung pada jenis gas.

Dalam bentuk lain persamaan tersebut dinyatakan dengan:

𝑃 𝑉 = 𝑅𝑇 1 + 𝐵′𝑃 + 𝐶′𝑃2 + 𝐷′𝑃3 + ⋯

(17)

Nilai-nilai koefisien virial untuk gas van der Waals dapat ditentukan dengan cara membandingkan 2 persamaan di atas terhadap persamaan gas van der Waals, yang keduanya dinyatakan dalam bentuk fungsi Z terhadap volume.

Dengan mengabaikan bentuk suku yang lebih tinggi, persamaan menjadi:

𝑍 = 𝑃 𝑉𝑅𝑇 = 1 + 𝐵 𝑉 + 𝑉𝐶2 (1.33)

Kemudian persamaan van der Waals dapat dinyatakan dalam bentuk:

𝑍 = 𝑃 𝑉𝑅𝑇 = 1

1 − 𝑏 𝑉

𝑎 𝑅𝑇 𝑉

(18)

Dalam deret dinyatakan bahwa bila x > 1, maka:

1

1 − 𝑥 = 1 + 𝑥 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯

Dengan demikian persamaan menjadi:

𝑍 = 1 + 𝑏 𝑉 + 𝑏 𝑉

2

+ ⋯ − 𝑎

𝑅𝑇 𝑉

𝑍 = 1 + 𝑏 − 𝑅𝑇𝑎 1 𝑉 + 𝑏 𝑉 2 + ⋯ (1.35)

Dengan membandingkan persamaan 1.33 dan 1.35, maka didapat:

(19)

Karena pada temperatur Boyle (TB) B= 0

(20)
(21)

3. Persamaan Beattie-Bridgeman

Persamaan yang cukup teliti adalah persamaan keadaan Beattie-Bridgeman yang dirumuskan dalam bentuk persamaan virial:

𝑃 𝑉 = 𝑅𝑇 + 𝛽 𝑉 + 𝑉𝛾2 + 𝑉𝛿3

Dengan 𝛽, 𝛾, 𝛿 masing-masing adalah:

𝛽 = 𝑅𝑇 𝐵𝑂𝑅𝑇 −𝐴𝑂 𝑇𝑐3

𝛾 = 𝑅𝑇 −𝐵𝑂 + 𝐴𝑅𝑇 −𝑂𝑎 𝐵𝑇𝑂3𝑐

(22)

4. Persamaan Berthelot

Persamaan yang teliti untuk dignakan pada tekanan rendah (1 atm atau lebih rendah) adalah persamaan Berthelot yang sudah dimodifikasi:

𝑃 = 𝑅𝑇 𝑉 1 + 128𝑃9𝑃𝑇𝑐

𝑐𝑇 1 −

𝑏𝑇𝑐2 𝑇2

Dengan Pc dan Tc  tekanan dan suhu kritis gas.

(23)

Isoterm Gas Nyata

Garis kesetimbangan (V2 menjadi V3) akan semakin pendek pada isotherm yang lebih tinggi, yang pada akhirnya pada suhu kritis (isotherm kritis) garis tersebut menjadi sebuah titik. Selanjutnya jika suhu ada isotherm yang lebih tinggi bentuk kurva berubah menjadi mirip dengan bentuk kurva gas ideal

(24)

Gas nyata ketika tekanan masih rendah (volume besar), pemampatan juga diikuti oleh kenaikan tekanan seperti pada gas sempurna ( garis a-b)

Setelah itu walaupun volume diperkecil tekanan tidak berubah, garis b-c disebut garis koeksistensi cair-gas, yaitu fase cair dan gas (uap) dapat berada bersama.

Di titik b mulai terbentuk cairan dan di titik c semua uap telah menjadi cair

Pemampatan selanjutnya akan diikuti kenaikan tekanan yang besar

Jika proses ini diulangi pada suhu T2> T1 maka garis b-c menjadi lebih pendek, dan pada suhu tertetu (suhu kritis (Tc) garis koeksistensi menjadi nol. Tekanannya diberi simbol pc dan volumenya vc.

(25)

Isoterm van der Waals

Menurut isotherm van der Waals, untuk setiap tekanan tertentu terdapat tiga nilai volume. Pada suhu kritis, ketiga nilai volume tersebut berhimpit dan menjadi satu titik, dan merupakan titik belok.

Persamaan van der Waals yang dinyatakan dalam tekanan sebagai fungsi volume molar

(26)

Hukum Keadaan Sehubungan

Keadaan sehubungan keadaan yang menyatakan bahwa jka dua atau lebih zat mempunyai tekanan tereduksi dan suhu tereduksi yang sama, maka volume tereduksinya akan sama pula.

(27)

Faktor Kompresibilitas Sebagai

Fungsi Tekanan Tereduksi

Faktor kompresibilitas atau faktor daya mampat (Z) ukuran keidealan suatu gas.

Bagi gas ideal Z=1, sedangkan bagi gas nyata Z ≠ 1.

Makin menyimpang Z dari nilai 1  makin tidak ideal gas tersebut.

Jika suatu gas diketahui faktor daya mamatnya, maka perhitungan yang teliti dari volume dapat dilakukan melalui persamaan:

(28)

Faktor kompresibilitas tergantung pada jenis gas, suhu serta tekanan.

Para ahli telah mengembangkan suatu metode untuk menentukan Z yang berlaku untuk semua gas. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa faktor kopresibilitas merupakan fungsi universal dari tekanan tereduksi dan suhu tereduksi.

(29)

Contoh

Sebuah tabung berisi gas etilena dengan tekanan 133 atm dan suhu 40oC.

Berapakah faktor kompresibilitas gas ini jika suhu dan tekanan kritis gas tersebut masing-masing adalah 283 K dan 50,9 atm?

PENYELESAIAN:

𝑇𝑟 = 𝑇𝑐 =𝑇 273,15 + 40 𝐾283 𝐾 = 1,11

𝑃𝑟 = 𝑃𝑐 =𝑃 50,9 𝑎𝑡𝑚 = 2,61133 𝑎𝑡𝑚

(30)

Suhu Boyle

Suhu Boyle suhu dimana plot nilai Z terhadap tekanan mendekati garis Z=1 secara asimtot apabila P mendekati nol adalah

𝑃 → 0 𝜕𝑍𝜕𝑃 𝑇=0

(31)
(32)

Massa Molekul Gas Nyata

Pada tekanan rendah, gas nyata cenderung bersifat seperti gas ideal. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan massa molekul relative suatu gas nyata, dengan menggunakan pendekatan 𝜌 Ρ terhadap tekanan P

Pada tekanan rendah, untuk gas van der Waals, persamaan dapat dinyatakan:

(33)
(34)

Koefisien Ekspansi Termal dan Kompresibilitas

Gay-Lussac melakukan pengukuran volume sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap dan ditemukan bahwa volume gas merupakan fungsi linier dari suhu. Ini dinyatakan dengan persamaan:

𝑉 = 𝑎 + 𝑏𝑡

Dimana t=suhu, a dan b= suatu tetapan

𝑉 = 𝑉0 + 𝜕𝑉𝜕𝑡

𝑃,𝑛

𝑡

(35)

Koefisien ekspansi termal pada O0C (𝛼

Eksperimen Charles menunjukkan bahwa harga 𝛼0 sama untuk gas apapun dan tak tergantung tekanan. Koefisien ekspansi termal secara umum adalah:

𝛼 = 𝑉1 𝜕𝑉𝜕𝑇

(36)

Koefisien ekspansi termal ukuran samai sejauh mana perubahan volume relative suatu zat untuk setiap derajat perubahan suhu pada tekanan tetap.

Koefisien kompresibilitas ukuran sampai sejauh mana perubahan volume relative suatu zat untuk setiap satuan perubahan tekanan pada suhu tetap.

Koefisien kompresibilitas (𝛽):

𝛽 = −𝑉1

0

(37)

Contoh

Tentukan koefisien ekspansi termal gas ideal pada keadaan standar?

(38)

Referensi:

Atkins. P.W. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. 1994. Jakarta: Erlangga

Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry. Third Edition. Addison-Wesley Publishing Company: Amsterdam

Dogra, S.K, and Dogra, S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Penerbit Universitas Indonesia

(39)
(40)

TUGAS INDIVIDU

MODUL UPI: 1.13;1.17

Referensi

Dokumen terkait

Gambarkan titik-titik pemecah tersebut pada garis bilangan, kemudian tentukan tanda (+, -) pertidaksamaan di setiap selang bagian yang

bahwa tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja pada suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang. diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu

Garis AB adalah garis didih air , artinya pada setiap titik pada garis AB terdapat kesetimbangan antara cair dan gas.. Garis AC adalah garis beku air , artinya setiap garis AC

Dari satu titik di luar lingkaran, dapat ditarik dua buah garis singgung pada lingk aran tersebut. Garis yang menghubungkan kedua titik singgung disebut garis polar atau garis

• Kondisi sejumlah massa tertentu dapat dibandingkan dengan bantuan hipotesis Avogadro yang menyatakan bahwa pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, gas-gas dengan volume

• Umumnya nyeri pada daerah V2 & V3, titik picu sama pada tiap serangan. • Remisi: bbrp minggu – tahun, sebagian kecil kasus terdapat nyeri tumpul

Dengan demikian, untuk menggambar grafik garis lurus pada bidang Cartesius dapat dilakukan dengan syarat minimal terdapat dua titik yang memenuhi garis tersebut, kemudian menarik

Dari satu titik di luar lingkaran, dapat ditarik dua buah garis singgung pada lingk aran tersebut. Garis yang menghubungkan kedua titik singgung disebut garis polar atau garis