• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benefit Cost Ratio (BC Ratio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Benefit Cost Ratio (BC Ratio)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha

Analisis usaha peternakan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994)

Total Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan 1995).

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan perubahan variabel merupakan biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir 2008).

(2)

walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap misalnya: biaya penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya, apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku, tenaga kerja, pakan dll. Biaya total (total cost) adalah jumlah total biaya tetap ditambah dengan total biaya variabel pada masing-masing tingkat atau volume produksi (Jumingan 2006).

Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat kegiatan perusahaan artinya biaya setiap bulannya tidak terpengaruh terhadap naik atau turunnya kegiatan perusahaan (Slot dan Minnaar 1996).

Total Pendapatan

Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang memproduksi barang maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut (Agus 1990).

(3)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang dikeluarkan untuk penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual, seperti halnya sebagai berikut :

IOFC = (Bobot badan akhir babi – bobot awal babi X harga jual babi/kg) – (total konsumsi pakan X harga pakan perlakuan/kg)

(Prawirokusumo 1990).

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR) yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya (out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo - karodkk. 1995).

(4)

B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas

B/C Ratio < 1 : Tidak efisien

B/C Ratio =

produksi biaya

Total

n) (pendapata produksi

hasil Total

Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi 1995).

Analisis Laba-Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

I = TR – TC

dimana :

I = keuntungan (income) TR = total penerimaan (revenue) TC = total pengeluaran (cost)

(5)

Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan 2006).

(6)

Potensi Pod Kakao

Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L

(Poedjiwidodo, 1996).

Nilai gizi pod kakao dapat ditingkatkan melalui pengolahan. Dengan bantuan mikroba dalam suatu proses fermentasi yang merupakan proses biokimia dan biologi yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Winarno et al., 1979).

Fermentasi adalah proses perubahan substrat pada kondisi aerob maupun anaerob oleh aktifitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme. Fermentasi adalah reaksi oksidasi yang menggunakan senyawa organik baik sebagai oksidan maupun sebagai reduktan (donor elektron) (Fardiaz, 1992).

(7)

Adanya senyawa theobromin pada pod kakao dilaporkan memiliki efek negatif, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen sehingga menurunkan kemampuan mencerna serat dan menyebabkan diare. Respon negatif muncul pada saat konsumsi theobromin lebih dari 300 mg/kg bobot hidup dengan indikasi penurunan konsumsi dan bobot hidup (EFSA, 2008). Adanya kafein diketahui mempunyai efek diuretik. Tanin dilaporkan dapat mengendapkan protein dan karbohidrat sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrien pod kakao (Purnama, 2004).

Berdasarkan hasil analisa dari Balai Penelitian Biologi (2003) diketahui bahwa pod kakao mengandung tanin kondensasi yaitu proanthocyanidin sebesar 2,04%. Kelompok tanin ini dapat mempengaruhi konsumsi pakan, palatabilitas dan kecernaan pakan serta dapat bersifat toksik pada level 5% dalam ransum. Di dalam rumen tanin yang ada di dalam pod kakao dapat menghambat proses fermentasi yang terjadi. Hal ini disebabkan tanin membentuk ikatan komplek dengan protein dan karbohidrat, menghambat aktivitas enzim mikrobial dan menghambat pertumbuhan mikroba dengan penyerapan dalam membran sel yang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi (Leinmuller et al., 1991).

Upaya peningkatan kualitas dan gizi pakan hasil samping pertanian/perkebunan yang berkualitas rendah, merupakan upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penggunaan pod kakao pada ternak perlu ditingkatkan kualitasnya, salah satunya dengan cara fermentasi. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao tanpa fermentasi dan pod kakao yang difermetasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan

(8)

Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao

Uraian Bahan

Pod Kakao tanpa fermentasi Pod Kakao Fermentasi BK (%) Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2012)

b. Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2012)

Fermentasi

Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarmo, 1983).

Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam medium cair (Hardjo et al., 1989).

(9)

karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponen-komponen yang kompleks dan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.

Menurut Winarno dan Fardiaz (1979), pada proses fermentasi dibutuhkan dosis jamur tertentu pula, makin banyak dosis jamur yang digunakan makin cepat proses fermentasi berlangsung, dan semakin lama waktu yang digunakan untuk fermentasi, semakin banyak bahan yang akan dirombak. Fermentasi kapang pada umumnya membutuhkan waktu antara 2 sampai 5 hari.

Mikroorganisme Fermentasi

Rhizhopus sp

Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga disebut stolon yang menyebar diatas substratnya, karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006).

Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses fermentasi pod kakao, dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim

β–glukosidase. Selama proses fermentasi berlangsung, isoflavon glukosidase

(10)

disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur dan anti kanker (2,3,4), bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim β-glukosidase. Enzim ini

selain terdapat didalam kedelai, juga diproduksi oleh mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung yang mampu memecah komponen glukosida menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).

Hasil penelitian Rotib (1994) dengan melakukan fermentasi bungkil kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007).

Saccharomyces sp

Saccharomyces merupakan genus

kemampuan mengubah2. Saccharomyces

merupakan mikroorganisme be Saccharomyces

termasuk kelompokoC dan pH 4,8.

(11)

dari penambaha optimum untuk fermentasi antara 28-30oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam

genus ini diantaranya yait

da

Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting dalam pembuatan industri makanan. Banyak manfaat khamir dalam makanan yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti. Produk makanan terfermentasi adalah sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.

Saccharomyces sp mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi.

Saccharomyces sp merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang hidup bersama secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari genus Aspergillus sp yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces, Candida, Hansenula yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter) yang menumpang untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).

Lactobacillus sp

Lactobacillus adal

(12)

ditemukan di dalam dan merupakan sebagian kecil dariLactobacillus

memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memilikiLactobacillus sering digunakan untuk industri pembuata hewan, seperti yang merupakan kultur simbiotik antara

berkembang di

da

Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan membentuk asam laktat

Berdasarkan penelitian Jamila et al, (2009) memperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan serat kasar.

Inokulan Cair

(13)

Mikroorganisme dasar dalam inokulan cair ini adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt. Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids yang kemudian akan menjadi asam amino.

b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.

c. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

Pembuatan inokulan cair menggunakan beberapa bahan antara lain 10 liter air sumur, 1,5 liter air tebu (gula merah), 60 gr ragi tape (5 buah), 60 gr ragi tempe, ± 30cc youghurt. Semuanya dimasukkan ke galon ukuran 19 liter, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan selama 3 hari. Guna ditutup dengan kantong plastik adalah untuk mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja atau tidak, bila kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme dalam tahapan inokulan cair (Compost Centre, 2009).

Air Tebu

(14)

walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya murah,

kelebihan lain air tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayati dan Widalestari, 1996).

Dedak Padi

Padi (Oryza sativa) merupakan sumber bahan makanan yang menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri dari lapisan ari. Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrisi dedak padi

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000)

Tepung Jagung

(15)

Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung jagung

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Boniran, 1999). Kandungan nutrisi tepung ikan tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

(16)

penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak

lebih dari 12 % (Hutagalung, 1999). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera pada

Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya. Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap (Lubis, 1993). Kandungan nutrisi bungkil inti sawit tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2000)

b. Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2009)

Pigmix

(17)

Gambar

Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao
Tabel 2. Kandungan nutrisi dedak padi
Tabel 3. Kandungan nutrisi  tepung jagung
Tabel 6. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

Referensi

Dokumen terkait

Fermentasi urin menggunakan molasses dapat menambah kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair karena molasses masih mengandung cukup banyak zat penting yang

niger mampu mensintesis asam sitrat dalam medium fermentasi ekstraseluler dengan konsentrasi yang cukup tinggi, jika dibiakkan dalam media yang kadar garamnya rendah dan

( Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar @1;!@1, sehingga men&amp;adi sedikit kenyal1 tidak padat1 tidak begitu cair$ Media semi solid dibuat dengan tu&amp;uan

Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk bubuk- bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan zat-zat hara lain

kemampuan mikroba untuk mendegradasi enzim selulase yang cukup tinggi, sedangkan lamanya fermentasi yang terbaik yaitu hari ke-8 sehingga ada pengaruh terhadap

niger mampu mensintesis asam sitrat dalam medium fermentasi ekstraseluler dengan konsentrasi yang cukup tinggi, jika dibiakkan dalam media yang kadar garamnya rendah dan

kemampuan mikroba untuk mendegradasi enzim selulase yang cukup tinggi, sedangkan lamanya fermentasi yang terbaik yaitu hari ke-8 sehingga ada pengaruh terhadap

Sedangkan, yang dimaksud dengan Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai