• Tidak ada hasil yang ditemukan

324722898 Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Zainal Arifin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "324722898 Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Zainal Arifin"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Belajar

TUESDAY, 7 APRIL 2015

Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum "rangkuman dari

tulisan Drs. Zainal Arifin, MPd.

KONSEP DASAR KURIKULUM Kata pengantar

Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradision al lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuang an, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi b aru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan ind ustri, era globalisasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bakan dalam prakt iknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komu nikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan e ksternal yang dapat memengarui dan menentukan arah dan intensitas proses penge mbangan kurikulum

Jika ada ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama siste m pendidikannya, dan jika anda ingin membangun pendidikan, maka bangunlah y ang pertama sistem kurikulumnya. Pernyataan ini perlu penulis kemukakan karena ada dua alasan penting. Pertama, kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pe ndidikan, akrena itu kurikulum mutlah harus ada. kedua, kurikulum pada hakikatn ya merupakan ilmu tentang proses mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna b agi kehidupannya, baik seagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat ma upun sebagai warga negara bangsanya, karena itu kurikulum sebagai disiplin ilmu wajib dielajari oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, apal agi orang tersebut adalah calon guru atau sudah menjadi guru.

(2)

i masi banyak kelemahannya. Untuk itu saran dan pendapat dari pembaca budima n sangat dinantikan. Mudah-mudaan pula buku ini bermanfaat bagi kita semua. Aa miin

Bandung, Mei 2011

Penulis Zainal Arifin Kupersembahkan untuk

Istriku Dra. Elin roslina, Dan Anak-anakku:

Arie Apriadi Nugraha, SE. Angga Zalindra Nugraha Ardi Maulana Nugraha

“begitu tingginya penghargaan itu, sehingga menempatkan kedudukan guru s etingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul” (Ahmad Tafsir,1992)

“Tingginya penghargaan Islam terhadap orang-orang yang memiliki ilmu pen getahuan tergambar dalam hadis-hadis yang artinya:

1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada

2. Orang berpengetahuan melebii orang yang senang beribadat, yang berpuasa, da n menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan melebihi keb aikan orang yang berperang di jalan Allah.

3. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yan g tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain”.

(Asma Hasan Fahmi, 1979)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i Daftar isi

BAB I

Konsep Dasar Kurikulum A. Pengertian kurikulum

B. Dimensi-Dimensi Kurikulum C. Fungsi dan Peranan Kurikulum D. Peranan Kurikulum

E. Teori Kurikulum

(3)

H. Manajemen Kurikulum

BAB II

Prinsip dan Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum A. Sumber dan Tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum B. Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum C. Prinsip-Prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum D. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum

BAB III

Landasan Pengembangan Kurikulum A. Landasan Filosofis

B. Landasan Psikologis C. Landasan Sosiologis

D. Landasan Ilmu Pengetauan dan Teknologi (IPTEK)

BAB IV

Komponen dan Organisasi Kurikulum A. Komponen Tujuan

B. Komponen Isi/Materi C. Komponen Proses D. Komponen Evaluasi E. Organisasi Kurikulum

BAB V

Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

B. Model Konsep Kurikulum

C. Model-model Pengembangan Kurikulum

D. Analisis terhaap Model-Model Pengembangan Kurikulum E. Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia

Daftar Pustaka

BAB I

KONSEP DASAR KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum

(4)

garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan . Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah d an semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertent u seperti SD/MI (Enam tahun), SMP/MTs (Tiga tahun), SMA/SMK/MA (Tiga tah un) dan seterusnya. Dengan demikian secara terminologis istilah kurikulum (dala m pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesai kan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Sekalipun pengertian ini te rgolong tradisional, tetapi paling tidak orang bisa mengenal dan mengetahui penge rtian kurikulum yang pertama.

Implikasi dari pengertian tradisional tersebut adalah (a) kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek keh idupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi dan ko mpetensi dasar yang telah ditetapkan, (b) peserta didik harus mempelajari dan me nguasai seluruh mata pelajaran, (c) mata pelajaran tersebut hana dipelajari di sekol ah secara terpisah-pisah, dan (d) tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah baik yang terjadi didalam k elas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah unt uk mencapai tujuan pendidikan. Implikasi pengertian ini antara lain: pertama, kuri kulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Kedua, kegia tan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekol ah atas tanggung jawab sekolah. Kegiatan belajar di sekolah, meliputi: menyimak, bertanya, diskusi, melakukan demonstrasi, belajar di perpustakaan, melakukan eks perimen di laboratorium, workshop, olahraga, kesenian, Organisasi siswa dan lain -lain. Sedangkan kegiatan belajar di luar sekolah seperti mengerjakan tugas di rum ah, observasi, wawancara, studi banding, pengabdian pada masyarakat, program p engalaman lapangan dan lain-lain begitu juga dengan pengalaman belajar, ada pen galaman langsung dan ada pengalaman tidak langsung. Dengan demikian, intra-curricular, extra-curricular dan co-curricular termasuk kurikulum. Ketiga, guru se bagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multi strategi dan pendekatan, s erta berbagai sumber belajar secara bervariasi. Keempat, tujuan akhir kurikulum b ukan untuk memperoleh ijazah, tetapi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Adapun perbedaan antara kurikulum tradisional dengan kurikulum modern ad alah sebagai berikut

(5)

Perbedaan Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Modern

Aspek-aspek Kurikulum Tradisional Kurikulum Modern

Orientasi Masa lampau Masa lampau, masa sekarang, dan masa ya

ng akan datang Dasar Falsaf

ah

Tidak berdasarkan filsafat pe ndidikan yang jelas

Berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas dan dapat diwujudkan dalam kegiatan yan g konkret

Tujuan pend idikan

Mengutamakan pengetahuan Mengembangkan keseluruhan pribadi pese rta didik secara utuh

Organisasi k urikulum

Berpusat pada mata pelajara n

Berpusat pada masalah atau topik dimana peserta didik belajar mengalami sendiri sec ara langsung

Sumber bela jar

Guru sebagai satu-satunya s umber belajar

Disamping guru, ada juga sumber belajar y ang lain, seperti pakar, kegiatan, bahan, ala t dan perlengkapan gedung, dll

Strategi dan

Menggunakan multi strategi dan berbagai pendekatan (individual, kelompok dan klas ikal)

Teknik evalu asi

Tes sebagai satu-satunya tek nik penilaian

Tidak hanya tes tetapi juga non tes

Peran guru Peran guru sangat terbatas d an bersifat perorangan. Guru adalah cardinal factor

Peran guru sangat luas dan bersifat kolekti f-kolegial dengan tidak mengurangi kebeb asan guru. Guru harus aktif, kreatif, inovati f, konstruktif, adaptif, kondusif

(6)

uan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Hasil yang dimaksud merupakan hasil bel ajar peserta didik sebagai akibat terjadinya kegiatan belajar.

Dalam studi tentang kurikulum, dikenal pula beberapa konsep kurikulum, sep erti:

1. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang baik, yang diharapk an atau dicita-citakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum

2. Kurikulum nyata, yaitu kegiatan-kegiatan nyata yang dilakukan dalam proses p embelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum yang direncanakan, seba gaimana dimuat dalam buku kurikulum. Kurikulum aktual ini seyogianya sama de ngan kurikulum ideal, atau sekurang-kurangnya mendekati kurikulum ideal, meski pun tak mungkin sama dalam kenyataannya.

3. Kurikulum tersembunyi, yaitu sega sesuatu yang memengaruhi peserta didi sec ara positif ketika sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu mungkin dari pribadi guru, peseta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana pembelajaran dan sebaga inya. Kurikulum tersembunyi ini terjadi ketika berlangsungnya kurkulum ideal ata u dalam kurikulum nyata. Kurikulum tersembunyi ini sangat kompleks, skar diket ahui dan dinilai.

4. Kurikulum dan pembelajaran, yaitu dua istilah yang berbeda tetapi tak dapat di pisahkan satu sama lain, seperti dua sisimata uang. Perbedaannya hanya terletak p ada tingkatannya. Kurikulum menunjuk pada suatu program yang bersifat umum, untuk jangka lama, dan tak dapat dicapai dalam waktu seketika, sedangkan pembe lajaran bersifat realitas atau nyata, sifatnya khusus dan harus dicapai saat itu juga. Pembelajaran adalah implementasi kurikulum secara nyata dan bertahap yang me nuntut peran aktif peserta didik.

B. Dimensi-dimensi Kurikulum

Ada enam dimensi kurikulum, yaitu: 1. Kurikulum sebagai suatu ide

Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah m engkuti perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan masya rakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimensi kurikulum sebagai suatu ide biasa nya dijadikan langkah awal dalam pengembangan kurikulu, yaitu ketika melakuka n studi pendapat. Dari sekian banyak ide-ide yang berkembangan dalam studi pen dapat tersebut, maka akan dipilih dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap pali ng kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan tujuan pendidikan nasional.

(7)

Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya tertuang dalam suatu dokumen t ertulis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan realisasi dari dimensi kur ikulum sebagai ide. Aspek-aspek penting yang perlu dibahas antara lain: pengemb angan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman belaja r, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar dan sistem evaluasi. 3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan

Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulu yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Kurikulum harus dimaknai dalam satu kesatuan yang utuh. Jika suatu kegiatan tidak termasuk kurikulum berarti semua kegiatan di sekolah atau di luar s ekolah tidak termasuk kurikulum. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik ju ga bukan kurikulum. Padahal apa yang diperoleh peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah merupakan refleksi dan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai re ncana tertulis. Apa yang dilakukan peserta didik di kelas juga merupakan impleme ntasi kurikulum. Artinya, antara kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai kegiatan merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan, suatu kesatuan yan g utuh. Tidak ada alasan untuk mengatakan dimensi kurikulum sebagai suatu kegi atan bukan merupakan kurikulum, karena semua kegiatan di sekolah maupun di lu ar sekolah atas tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari kurikulum.

4. Kurikulum sebagai hasil belajar

Evaluasi kurikulum sebenarnya jauh lebih luas daripada penilaian hasil belaja r. Artinya, hasil belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum. Meskipun d emikian, hasil belajar dapat dijadikan sebagai salah satu dimensi pengertian kurik ulum, evaluasi kurikulum ditujukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kur ikulum, sedangkan fungsinya adalah untuk memperbaiki, menyempurnakan atau mengganti kurikulum dalam dimensi sebagai rencana. Menurut Zainal Arifin (200 9) hasil belajar memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai indikator kualitas da kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuas an hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai i ndikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan dapat dijadikan indi kator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.

5. Kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu

Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum memiliki konsep, prinsip, prose dur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar kurikulum, p eneliti kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah, pengawas atau tenaga kep endidikan lainnya yang ingin memepelajari tentang kurikulum.tujuan kurikulum s ebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum

(8)

Sistem kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan kurikulum itu sendir i, mulai dari perencanaan kurikulum, elaksanaan kurikulum, evaluasi kurikulum, p erbaikan dan pneyempurnaan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu sistem juga me nggambarkan tentang komponen-komponen kurikulum.

C. Fungsi dan peranan kurikulum

fungsi kurikulum dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut : 1. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan

Fungsi kurikulum merupakan alat ntuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai visi, misi, dan tujuan pendidikan nasi onal, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada di bawahnya. 2. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur d an membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstr akurikuler maupun kokurikuler.

3. Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan

Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan adalah pertama, fungsi kesi nambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui dan me mahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesua ian kurikulum, kedua, fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah tertentu di beri wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut per lu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai kemamp uan akademik, kecakapan, atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang be rkaitan dengan kehidupan sosial.

4. Fungsi kurikulum bagi guru

Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum seka ligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, guru juga sebagai faktor kunci dal am keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jka guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksanna kurikulum.

5. Fungsi kurikulum bagi pengawas (Supervisor)

Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, pato kan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat d igunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyem purnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

(9)

Bagi masyarakat, kurikulu dapat memberikan pencerahan dan perluasan waw asan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Nekakyu jyrujykym, masyar akat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ya ng dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah

7. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan

Instansi atau perusahaan ana pun yang mempergunakan tenaga kerja lulusan s uatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang bermutu tinggi da n mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Biasanya, para pemakai lulusan selalu melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon tena ga kerja. Seleksi dalam bentuk apa pun tidak akan membawa arti apa-apa jika inst ansi tersebut tidak mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang telah ditempuh ol eh para calon tenaga kerja tersebut. Para pemakai lulusan harus mengenal kurikul um yang telah ditempuh calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak memba ntu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, dis iplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dn berkualitas.

D. Peranan kurikulum

Menurut Oemar Hamalik 1990) terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang di nilai sangat penting yaitu “peranan konservaif, peranan kritis dan evaluatif, dan pe ranan kreatif”. Peranan konservatif yaitu peranan kurikulum untuk mewariskan, m entransmisikan dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang t etap eksis dalam masyarakat. Peranan kritis dan evaluatif, yaitu peranan kurikulu m untuk menilai dan memilih nilai-nilai sosial-budaa yang akan diwariskan kepad a peserta didik berdasarkan kriteria tertentu. Dan peranan kreatif, yaitu peranan ku rikulum untuk menciptakan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan kon struktif sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.

E. Teori kurikulum

Dalam kamus filsafat yang ditulis oleh Tim Penulis Rosda (1995) dijelaskan b ahwa theory adalah “1. Pemahaman akan berbagai hal dalam hubungannya univer sal dan idealnya satu sama lain. Lawan dari praktis dan/atau eksistensi faktual. 2. Dalam prinsip abstrak atau umum dalam sebuah pengetahuan yang menampilkan pandangan yang jelas dan sstematis tentang sebagian adri materi pokoknya, sepert i dalam teori seni atau teori atom. 3. Sebuah prinsip atau model umum, abstrak, da n ideal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena, seperti dalam teori seleksi a lam.”. definisi yang senada juga dikemukakan kerlinger.

(10)

ut terdapat konstruk (kosep, definisi dan preposisi yang saling berhubungan, (c) m erupakan lawan dari praktik. (d) menampilkan pandangan yang jelas dan sistemati k tentang suatu fenomena, (e) tujuannya adalah untuk mendeskripsikan, menjelask an, memprediksi, dan memadukan fenomena.

Teori merupakan alat suatu disiplin ilmu yang berfungsi untuk menentukan ar ah dari ilmu itu, menentukan data yang harus dikumpulan, memberikan kerangka konseptual tentang cara mengelompokkan dan mengubungkan data, merangkum f akta-fakta menjadi generalisasi empiris; sistem generalisasi; menjelaskan dan me mprediksi fakta-fakta; dan menunjukkan kekurangan pengetahuan kita tentang dis iplin ilmu itu.

Teori kurikulum memunyai pengaruh yang besar dterhadap implementasi dan pengembangan kurikulum. Teori kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan ac uan, tetapi juga dapt menjelaskan dan memprediksi bagaimana praktik kurikulum. Teori kurikulum mencari prinsip-prinsip atau pernyataan tentang apa yang seharus nya atau tidak seharusnya ada/terjadi dalam pendidikan. Teori kurikulum selalu m engandung implikasi terhadap sikap dan perbuatan yang akan dilakukan. Oleh kar ena itu, kurikulum selalu melibatkan aspek-aspek epistemologis (pengetahuan, ont ologis (eksistenti atau realitas), dan aksiologis (nilai-nilai). Walaupun aspek-aspek tersebut sulit dipisahkan satu dengan lainnya, ahli teori kurikulum dapat menekan kan pada salah satu aspek tertentu yang dianggap urgen.

Teori kurikulum dapat ditinjau dari dua fungsi pokok, yaitu pertama, sebagai alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peseta didik dal am proses pembelajaran yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lannya. Dalam fun gsi ini tidak digunakan data-data empiris. Teori kurikulum bukan menjadi acuan d alam implementasi kurikulum. Fungsi pertama ini lebih banyak memfokuskan keu nikan dan kebebasan individu serta kegiatan-kegiatan dan tanggung jawab moral, bukan sebagai masalah teknis. Tujuan teori kurikulum adalh mengembangkan, me nilai, dan memilih konsep-konsep tentang kurikulum sehingga dapat melahirkan g agasan-gagasan baru tentang kurikulum. Kedua, sebagai suatu strategi atau metod e untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris. Fungsi kedua ini lebih banyak menganalisis hubungan antara teori dengan praktik.

(11)

ai peserta didik; (c) hubungan antara kurikulum dengan komponen-komponen kur ikulum itu sendiri, seperti tujuan, isi/materi, metode, dan evaluasi; dan (d) hubung an antara kurikulum dengan pembelajaran.

Dalam mengembangkan teori kurikulum sebagai disiplin ilmu harus diperhati kan hal-hal sebagai berikut: (a) menggunakan bahasa ang tepat dan ilmiah agar le bih bersifat objektif dan bukan persuasif, (b) prinsip-prinsip dan metode-metode b aru yang lebih efektif, (c) peran teori dari disiplin ilmu lain dalam kurikulum, (d) kontribusi teori kurikulum terhadap peningkatan mutu pendidikan, dan (e) keseim bangan antara teori dan praktik. Teori dan praktik merupakan dua kutub yang berb eda, tetapi ada dalam kesatuan. teori diharapkan dapat memperbaiki praktik, dan h asil praktik dapat memperbaiki teori. Dengan demikian, antara teori dan praktik h arus saling melengkapi dan memperbaiki.

F. Kedudukan kurikulum dalam Sisdiknas

Pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2 003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam penjelasan atas U U.RI. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahw a pendidikan nasional mempunyai visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan nasionla tersebut, harus ada suatu alat yang disebut dengan kurikulum. Disinilah awal dari kedudukan kurikul um dalam sistem pendidikan nasional. Kedudukan ini sekaligus menunjukkan per an strategis kurikulum dalam pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan non formal, maupun pendidikan informal, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. K edudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional dipandang sangat strategis dan vital karena kurikulum akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan, termas uk sarana dan prasarana serta orang-orang yang terlibat didalamnya untuk mencap ai tujuan pendidikan.

Kedudukan kurikulum dapat juga dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri. Pe ndidikan sebagai sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling berhubun gan dan saling ketergantungan. Komponen-komponen pendidikan itu, antara lain t ujuan pendidikan, kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana dan pras arana, manajemen dan teknologi. Dalam undang-undang tentang sistem pendidika n nasional Bab X tentang kurikulum pasal 36 dikemukakan bahwa

Ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

(12)

Ayat (3): kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidian dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman d an takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan d aerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknol ogi dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Berdasarkan kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional, maka a da beberapa implikasi terhadap hakikat dan pengembangan kurikulum, yaitu: (1) k urikulum harus disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, be rakar pada kebudayaan dan kepribadian bangsa serta diarahkan untuk mencapai tu juan pendidikan nasional, (2) kurikulum untuk semua jenis dan jenjang pendidika n harus dikembangkan secara berkesinambungan dan fungsional terhadap perkem bangan peserta didik dan masyarakat, (3) sesuai dengan prinsip persamaan dan per bedaan individual, dikaitkan pula dengan fungsi sekolah sebagai wadah pewarisan pesan-pesan bangsa dan negara, maka dalam kurikulum perlu dibedakan antara pr ogram inti dengan program pilihan sesuai dengan bakat , minat dan pertimbangan-pertimbangan lain yang relevan, (4) struktur materi dan proses pembelajaran harus dirancang dengan sebaik-baiknya dan diarahkan untuk mencapai keseimbangan an tara perkembangan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri peserta did ik, dan (5) kurikulum tidak hanya ditujukan untuk membentuk kemampuan akade mik dan nlai-nilai pribadi, tetapi juga untuk menumbuhkan kemampuan belajar un tuk belajar dan untuk mengembangkan diri sendiri.

G. Hubungan kurikulum dengan pembelajaran

Kurikulum merupakan pengalaman belajar yang terorganisasi dalam bentuk te rtentu dibawah bimbingan dan pengawasan sekolah, sedangkan pembelajaran adal ah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk membimbing dan mengarahka n peserta didik agar terjadi tindakan belajar sehingga memperoleh pengalaman bel ajar. Kurikulum merupakan program pembelajaran, sedangkan pembelajaran meru pakan cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Ked ua istilah tersebut secara bersama-sama digunakan oleh sekolah untuk mengemba ngka program pendidikan.

(13)

H. Manajemen kurikulum

Kegiatan pengembangan kurikulum harus dilakukan berdasarkan ilmu manaje men karena pengembangan kurikulum menuntut adanya perencanaan sampai deng an pengawasan, bahkan termasuk monitoring dan evaluasi. Ilmu manajemen harus menjadi landasan pokok dalam studi pengembangan kurikulum. Didalam ilmu ma najemen dan kurikulum terdapat satu faktor kunci yang sama dan harus ada yaitu orang. Artinya keberhasilan manajemen kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor manusianya, mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat pelaksana di lapanga n (guru). Tentu dalam pelaksanaannya, orang tersebut harus didukung leh sumber-sumber lain, seperti sarana dan prasarana, biaya waktu, teknologi, termasuk kema mpuan manajerialnya.

BAB II

PRINSIP DAN TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi analisis, sinte sis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Prose s pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untu k itu, para pengembang kurikulum agar bisa bekerja secara mantap, terarah, dan h asilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk dari proses pengembangan kurikulu m tersebut diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, per kembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, adanya berba gai prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri.

A. Sumber dan tipe prinsip pengembangan kurikulum

Menurut Oliva (1992) ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, y aitu “ data empiris (empirical data), data eksperimen (experimental data), cerita/le genda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense)”.

Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum

(14)

sih belum bisa digeneralisasikan. Anggapan kebenaran yang masih memerlukan p embuktian yaitu asumsi kerja atau prinsip yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncu l dari hasil deliberasi, judgement dan pemikiran akal sehat.

Pada dasarnya, kesemua tipe prinsip itu bisa digunakan. Tipe prinsip mana ya ng mendapat penekanan dalam penggunaanya, sangat bergantung pada perspektif para pengembang kurikulum tentang kurikulum itu sendiri.

B. Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum

Prinsip umum pengembangan kuikulum adalah: 1. Prinsip berorientasi pada tujuan dan kompetensi

Tujuan yang dimaksud merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam pendidik an. Tujuan pendidikan mempunyai tingkatan/hierarki tertentu, mulai dari tujuan y ang sangat umum sampai dengan tujuan khusus. Tujuan yang dimaksud meliputi t ujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajr an umum dan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pendidikan harus mencakup se mua aspek perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psi komotor.

Kompetensi adalah perpaduan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berpikir dan pola bertindak. Ciri utama prinsip ini adalah digunakannya pemikirna yang sistematik dan sistemik didalam pengem bangan kurikulum. Oleh karena itu, langkaph pertama yang harus dilakukan oleh pengembang kurikulum adalah menetapkan standar kompetensi lulusan. Prinsip b erorientasi pada kompetensi digunakan untuk menunjukkan sekurang-kurangnya t iga hal, yaitu sebagai indikator penguasaan kemampuan, sebagai titik awal desain dan implementasi kurikulum dan sebagai kerangka untuk memahami kurikulum. I mplikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler terarah untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Prinsip relevansi

(15)

rja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Para pengembang kurikulum harus paham b etul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, proses pembel ajaran dan sistem evaluasi.

3. Prinsip efesiensi

Prinsip ini perlu dipertimbangkan terutama yang menyangkut tentang waktu, t enaga, peralatan dan dana. Implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurik uler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan teapt sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan memenuhi harapan. 4. Prinsip keefektifan.

Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (ke efektifan guru mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi produk mengacu pada hasil yang ingin dicapai. Implikasinya adalah para pengemb ang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan hasil, yaitu menguasai komptensi tanpa ada kegiatan yang mubazir.

5. Prinsip fleksibilitas

Kurikulum hrus dikembangkan secara lentur (tidak kaku) baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil yang diharapkan. Implikasinya adalah para pengemb ang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan serta ketersediaan waktu tanpa merombak standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

6. Prinsip integritas

Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatua n yang bermakna dan berstruktur. Bermakna maksudnya adalah suatu keseluruhan itu memiliki arti, nilai, manfaat atau faedah tertentu. Keseluruhan bukan merupak an penjumlahan dari bagian-bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki makn anya sendiri. Prinsip ini berasusmsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluru han itu berada dan berfungsi dalam struktur tertentu. Implikasinya adalah para pen gembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahkan agar pendidikan dap at menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya. Peserta didi k memiliki potensi yang dapat tumbuh dan berkembang. Peserta didik adalah orga nisme yang hidup dalam masyarakt dan mempunyai kebutuhan serta harapan ams a depan yang lebih baik

7. Prinsip kontinuitas

(16)

melanutkan pada kelas dan jenjang diatasnya. Implikasinya adalah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik secara vertikal (bertahap, berjenjang) ma upun secara horizontal.

8. Prinsip sinkronisasi

Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahkan agar semua kegiatan k urikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapt ser asi, selaras, seimbang, searah dan setujuan.

9. Prinsip objektivitas

Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan ( intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) dilakukan dengan tatanan kebenar an ilmiah serta mengesampingkan pengaruh-pengaruh subjektivitas, emosional da n irasional.

10. Prinsip demokrasi

Dalam mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan nilai-nilai demokrat is. Tujuannya untuk menjadikan sekolah sebagai puasat kehidupan demokrasi mel alui proses pembelajaran yang demokratis.

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu pe nghargaan terhadap kemampuan menjunjung keadilan, menerapkan persamaan ke sempatan dan memperhatikan keragaman peseta didik. Dalam praktiknya, pengem bang kurikulum hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensiny a. Dalam proses pengembangan kuriklum perlu adanya suasana yang terbuka, akra b dan saling menghargai, sebaliknya, guru harus mengindari suasana pembelajran yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat dengan perintah atau intruksi yan g membuat peserta didik menjadi pasif tidak bergairah, cepat bosan dan mengala mi kelelahan. Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan agar manajeme n kurikulum dan pembelajaran serta keterlibatan lingkungan dapat dilakukan sesu ai dengan prinsip atau asas demokrasi.

(17)

1. Pencantuman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum didalam buku kurikulu m tidak hanya bersifat proforma. Hal itu dimaksudkan untuk menaati langkah-langkah pengembangan kurikulum dan untuk menimbulkan pemahaman bahwa su atu kurikulum mendukung nilai-nilai luhur tertentu, terutama yang bersifat politis dan ilmiah.

2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak hanya dipahami oleh para peng embang kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak me nunjukkan adanya kandungan nilai-nilai dari prinsip-prinsip pengembangan kurik ulum itu.

3. Situasi dan kondisi tata hidup tempat kurikulum itu dilaksankan telah berkemba ng sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri.

C. Prinsip-prinsip khusus pengembangan kurikulum

Disamping prinsip-prinsip umum diatas, ada juga prinsip-prinsip khusus yang bersumber dari anatomi kurikulum, yaitu:

1. Prinsip-prinsip tujuan kurikulum

Prinsip ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam pen gembangan kuriklum. Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu ke budayaan masyarakt, idndividu, dan mata pelajaran-disiplin ilmu. Sementara itu, Nana, Sy. Sukmadinata (2005) mengemukakan sumber tujuan adalah (a) ketentuta n dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemkan dalam dokumen-dokumen lemb aga negara mengenai tujuan danstrategi pembangunan termasuk didalamnya pendi dikan, (b) survei mengenai kebutuhan-kebutuhan murid dengan menggunakan ang ket, wawancara, observasi, (c) survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tent ang kebutuhannya yang dijaring melalui angket, wawancara, observasi, dan dari b erbagai media massa, (e) survei tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama, dan (g) penelitian lain.

2. Prinsip-prinsip isi kurikulum

(18)

kebutuhan, dan perkembangan masyarakat, (i) isi kurikulum harus dapat menginte grasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler, (j) isi kurikulum harus memungkin kan adanya kontinuitas antarasastu lembaga dengan lembaga pendidikan lainnya, dan (k) isi kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat. 3. Prinsip-prinsip didaktik-metodik

Prinsip ini meliputi: semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fu ngsional dan praktis; pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pe mahaman dan perkembangan peserta didik; guru harus membangkitkan dan memu puk minat, perhatian dan kemampuan peserta didik; penyajian bahan pelajaran har us berbentuk jalinan teori dan praktik; dalam pembelajaran, guru harus dapat mem bentuk perpaduan antara kegiatan belajar individual dengan kegiatan belajar kelo mpok; guru harus dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai peserta didik; penya jian bahan pelajaran harus dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta d idik terhadap Tuhan YME; penyajian bahan hendaknya menggunakan multimetod e, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian, dan; dalam hal tertentu, gur u perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran (pendekatan, stra tegi, mtode dan teknik) adalah: harus sesuai dengan tujuan (kognitif, afektif, dan p sikomotor) dan materi pelajaran; bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan in dividual peserta didik; memberikan urutan kegiatan yang logis, sistematis dan berj enjang; mengaktifkan peserta didik untuk belajar dan merangsang guru untuk men gajar; merangsang berkembangnya kemampuan baru; menimbulkan jalinan kegiat an belajar di sekolah dan di rumah; mendorong peserta didik menggunakan berba gai sumber belajar; untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan learning by doing disamping learning by seeing and knowing. 4. Prinsip yang berkenaan dengan media dan sumber belajar

Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelaja ran, tingkat perkemangan peserta didik, tingkat kemampuan guru,

praktis-ekonomis. Untuk itu, pengembang kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor, antara lain objektivitas, program pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondi si (sekolah dan peserta didik), kualitas media, keefektifan dan efisiensi penggunaa n.

5. Prinsip-prinsip evaluasi

Prinsip ini meliputi : prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuita s, prinsip objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis dan prinsip akuntabilitas.

(19)

an saling melengkapi. Semakin lengkap dan komprehensif, kesempurnaan suatu p rinsip akan semakin baik, karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan kerja para pengembang kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkann ya. Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang disajikan diatas sifatnya tidak kaku, masih mungkin untuk dimodifikasi, ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutu han yang ada

D. Tahap-tahap pengembangan kurikulum

Ada empat taham dalam pengembangan kurikulum yaitu: 1. Pengembangan kurikulum pada tingkat makro

Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasi onal yang meliputi tri-pusat pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan infor mal, dan pendidikan nonformal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasio nal

2. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi

Pengembangan kurikulum tingkat institutsi/lembaga mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan masing-masing lembaga, penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pela ksanaan kurikulum secara keseluruhan.

3. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran (bidang studi)

Pengembangan kruikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bent uk menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi mata pelajaran untuk seti ap semester. Silabus suatu bidang studi berisi standar kompetensi, kompetensi das ar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian, alokasi waktu, dan sumber /bahan/ alat belajar. Pengembangan silabus harus berda sarkan prinsip-prinsip tertentu, antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, m emadai, aktual dan kontekstual, fleksibel dan menyeluruh

4. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas

Untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas, maka guru perlu menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar da n Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikuilum harus menempuh tahap-tahap sebagai berikut

Tahap 1: Studi kelayakan dan analisis kebutuhan

Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan analisis kebutuhan program da n merumuskan berbagai pertimbangan, termasuk hal-hal apa yang harus dikemban gkan.

(20)

Pada tahap ini, pengembang kurikulum menyusun suatu konsep perencanaan awal kurikulum. Berdasarkan rumusuan kemampuan yang akan dikembangkan pada ta hap pertama, kemudian dirumuskan tujuan kurikulum yang mendasari rumusan isi dan struktur kurikulum yang diharapkan. Selanjutnya, pengembang kurikulum me rancang strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan strategi, metode, media, s umber belajar, dan sistem penilaian berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah d itentukan sebelumnya pada tahap awal pemilihan metode, media, sumber belajar, dan teknik penilaian hendaknya mengacu pada prinsipnya masing-masing dan dis esuaikan dengan kemampuan guru di lapangan serta situasi dan kondsi lembaga p endidikan/sekolah

Tahap 3: pengembangan rencana operasional kurikulum

Pada tahap ini, pengembangan kurikulum membuat rencana operasional kurikulu m, yang meliputi penyusunan silabus, pengembangan bahan ajar, dan menentukan sumber-sumber belajar, seperti buku, sumber, modul, narasumber dan sebagainya. Tahap 4: pelaksanaan uji coba terbatas kurikulum dilapangan

Tujuan uji coba dilapangan adalah untuk mengetahui kemungkinan pelaksana an dan keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi,bagaiman a pengaruh lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung dan bagaimana upaya mengatasi hambatan atau pemecahan masalah. Kegiatan uji coba meliputi persiap an, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan dan penyesuaian. Uji coba biasanay dilakuka n pada kelompok sampel yang representatif.

Tahap 5: implementasi kurikulum

Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan minimal dua kegiatan po kok, yaitu (a) kegiatan diseminasi, yaitu pelaksanaan kurikulum dalam ruang ling kup yang lebih luas, dan (b) melaksanakan kurikulum secara menyeluruh untuk se mua jenis dan jenjang pendidikan.

Tahap 6: monitoring dan evaluasi kurikulum

Pada tahap ini pengembang kurikulum melakukan monitoring dan evaluasi kuriku lum yang meliputi tahap masukan sesuai dengan desain kurikulum dan hasil atau dampak pelaksanaan kurikulum.

Tahap 7: perbaikan dan penyesuaian

Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan perbaikan dan penyesuai an apabila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kurikulum ternyata terdapat hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan keadaan

BAB III

(21)

A. Landasan Filosofis

Kata filsafat bserasal dari bahasa yunani kuno yaitu philosophia (philore = cin ta, senang, suka dan sophia = kebaikan atau kebenaran). Menurut asal katanya, fils afat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adalah orang yang senan g dengan kebenaran. Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta akan keben aran, berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menc iptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu, berusaha m enghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalama n-pengalaman manusia. Berpikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, siste matis, logis dan radikal.

Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif. Artinya kebe naran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman da n peradaban manusia. Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang bergantung sepen uhnya pada kemampuan daya nalar manusia.

Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ti mbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pe mikiran yang menyeluruh, sistematis, logis dan radikal. Jawaban itu juga digunak an untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan manusia, termasuk bidang pendid ikan.

Para ahli filsafat membagi ruang lingkup filsafat berbeda-beda. Ruang lingku p filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas, segal a sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar nyata (terlihat), baik material konkre t maupun non material abstrak (tidak terlihat). Will Durant dalam Hamdani Ali (1 990) membagi ruang lingkup filsafat sebagi berikut

1. Logika yaitu studi tentang metode-metode idela mengenai berpikir dan meneliti dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analis is, dan lain-lain yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya l ogika agar bisa dipahami.

2. Estetika, yaitu studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesung guhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian

3. Etika, yaitu studi tentan gtingkah laku yang terpuji dan dianggap sebagai ilmu p engetahuan yang nilainya tinggi.

4. Politik, yaitu studi tentang organisasi sosial yang utama, seperti monarki, demo krasi, sosialisme, aristokrasi, marksisme dan feminisme, sebagai ekspresi aktual fi lsafat politik.

(22)

Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah semua permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya. Hal ini juga merupakan objek pemik iran filsafat pendidikan, sedangkan secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidika n meliputi (a) hakikat pendidikan, (b) hakikat manusia, (c) hubungan antara filsfat manusia, pendidikan, agama dan kebudayaan, (d) hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan, (e) hubungan antara filsafat negara, filsafat pend idikan dan sistem pendidikan, (f) sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yan g merupakan tujuan pendidikan. Dengan demikian, ruang lingkup filsafat pendidik an adalah semua upaya manusia untuk memahami hakikat pendidikan, bagaimana melaksanakan pendidikan dan bagaimana upaya mencapai tujuan pendidikan

Ilmu filsafat merupakan dua hal yang berbeda, tetapi mempunyai hubungan y ang sangat erat, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ilmu memberikan bahan-bahan untuk pemikiran filosofis, sedangkan filsafat memberikan landasan yang ku at untuk ilmu. Keduanya memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi manusia dalam memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan.

Tabel 3.1

Perbedaan ilmu dengan filsafat

Aspek-aspek Ilmu Filsafat

Tujuan Mengetahui sebab-akibat Komprhensif dan ideal

Pendekatan Deskriptif-analitik Tidak terikat ruang dan wakt

u

Sifat kajian Objektif

Apa yang terjadi Subjektif Apa yang seharusny

a terjadi

Kebenaran Positif Spekulatif-relatif

Objek material Gejala alam - sebagian Segala yang ada dan yang m

ungkin ada Objek format Ingin tahu sampai batas gejala itu

dapat diteliti

Ingin tahu sedalam-dalamnya

Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi, epistemologi, dan aksiologi, yaitu:

(23)

ntuk mengerti sesuatu. Peserta didik selalu akan menghadapi realita, karena itu gu ru harus membimbing dan membina potensi berpikir kritis peserta didik untuk me mahmi realita sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran

2. Epistemologi, yaitu pengetahuan yang berusaha menjawab

pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah pengetahuan dan bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan. Setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari benda atau diperik sa, diselidiki dan akhirnya diketahui. Epistemologi membahas sumber, proses, sya rat, batas fasilitas dan hakikat pengetahuan yang memberikan jaminan bagi guru b ahwa ia memberikan kebenaran kepada peserta didiknya.

3. Aksiologi, yaitu nilai-nilai, seperti baik, indah, bagus dan sebagainya. Aksiolog i dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yakni tindakan moral yang melahirkan etika, e kspresi keindahan yang melahirkan estetika, dan kehidupan sosio-politik yang mel ahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

Setiap negara tentu mempunyai filsafat yang berbeda. Artinya landasan filoso fis dan tujuan pendidikannya juga berbeda. Di Indonesia, landasan filosofis penge mbangan sistem pendidikan nasional secara formal adalah pancasila yang terdiri a tas lima sila, yaitu:

(a)ketuhanan yang maha esa, (b)kemanusiaan yang adil dan beradab, (c) persa tuan Indonesia, (d) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pe rmusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Im plikasinya bagi pengembang kurikulum adalah (a) nilai-nilai pancasila harus dipel ajari secara mendalam dan komprhensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik da ri segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi, (b) kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moral yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan pendi dikan pada setiap tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan kurikulum, st rategi pembelajaran, metode pembelajaran dan sistem evaluasi.

Tujuan menjadi faktor penting dalam pengembangan kurikulum tidak hanya memberikan arah kemana kurikulum harus dituju melainkan juga sebagai acuan d an gambaran dalam memilih dan menentukan isi/materi, proses pembelajaran dan sistem evaluasi. Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manus ia yang utuh, yaitu sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-niali, tangguh dan mandiri, kreatif dan bertanggung jawab, bergua na bagi dirinya sendiri, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan kata lain, tujuan pendidikan tersebut berkaitan dengan kebutuhan peserta didik sec ara individual , kepentingna profesional dan kebutuhan sosial.

B. Landasan psikologis

(24)

Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peser ta didik melakukan perbuatan belajar. Secara umum, belajar dapat diartikan sebag ai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkung an. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan, sikap ata u nilai-nilai

Teori disiplin mental

Teori ini sering juga disebut teori daya. Asumsinya adalah setiap manusia me miliki berbagai daya, seperti daya melihat, meraba, mengingat, dan berpikir. Daya - daya tersebut dapat dilatih atau didisiplinkan sehingga dapat berfungsi atau digu nakan untuk berbagai bidang pengetahuan. Implikasinya adalah isi kurikulum har us ada mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia. Kurikulum disusun untuk semua peserta diidk tanpa memper hatikan minat dan kebutuhannya

Teori behaviorisme

Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dengan respon. Kuat tidak nya hubungan sangat bergantung pada latihan yang dilakukan. Beberapa prinsip b elajar menurut teori asosiasi antara lain (a) belajar bersifat mekanistik karena men ggunakan latihan dan ulangan, (b) proses belajar memerlukan suatu kondisi tertent u dan reinforcement, (c) perbedaan individual tidak begitu dipentingkan, (d) kebe basan berpikir kurang dikembangkan, (e) mengutamakan penguasaan bahan, (f) tr ansfer sangat terbatas, (g)proses belajar bersifat ilmiah, (h) hasil belajar dibatasi p ada hal-hal yang dapat diamati, (i) bahan pelajaran harus sesuai dengankehidupan sehari-hari. Implikasinya adalah kurikulum harus mengandung mata pelajaran yan g berisi pengetahuan yang luas

Teori gestalt

Teori ini disebut juga teori lapangan. Asumsinya adalah keseluruhan lebih bermak na daripada bagian-bagian. Prinsip-prinsip belajar menurut teori gestalt antara lain (bahan pelajaran disajikan dalam bentuk masalah yang sesuai dengan kebutuhan d an minat peserta didik, (b) mengutamakan proses untuk memecahkan masalah, (c) belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, (d) belajar memerluka n insight atau pemahaman dan € belajar memerlukan reorganisasi pengalaman yan g kontinu. Implikasinya adalah kurikulum harus disusun secara keseluruhan sehin gga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulk an insight peserta didik.

2. Psikologi perkembangan

(25)

son dalam Mulyani S., (1988) mengemukakan “perkembangan manusia adalah sis tesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial”. Selanjutnya dikataka n bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia. Erikson mengembangkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap, yaitu :

a. Trust vs mistrust (0,0-1,0) yaitu masa bayi yang membutuhkan rasa kasih sayang, se lalu ingin dibuai dan dimanja, ingin diperlakukan sebaik-baiknya, selalu ingin ber main dan bicara.

b. Autonomy vs shame and doubt (0,1-3,0) yaitu masa mulai adanya kemampuan moto rik dan mental anak.

c. Initiative vs Guilt (3,0-5,0) yaitu masa ketika anak sudah dapat menguasai badan da n geraknya, seperti mengendarai sepedaroda tiga, dapat lari, memukul dan memot ong

d. Industry s inferiorit (6,0-11,0) yaitu masa anak sekolah dasar

e. Identity vs role confusion (12,0-18,0) yaitu masa remaja SMP dan SMA.

f. Intimacy vs isolation (19,0-25,0) yaitu masa berkeluarga dan untuk berbagi rasa sert a memperhatikan orang lain.

g. Generativity vs self-absorption (25,0-45,0) yaitu masa ketika orang mulai memikirk an orang lain di luar keluarganya sendiri, mulai memikirkan orang lain diluar kelu arganya sendiri memikirkan generasi yang akan datang, masyarakat dan dunia. h. Integrity vs despair (45,0 -...) yaitu masa menikmati pergaulan dengan cucu-cucu.

Tiap anak mempunyai tempo perkembangn sendiri. Tempo perkembangan adalah lambat-cepatnya perkembangan seorang anak untuk suatu asek perkembangan tert entu jika dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya. Sehubungan denga n tempo perkembangan ini, setiap pendidik bertugas untuk mempelajari perkemba ngan anak didik agar dapat memberikan metode belajar yang sesuai dengan kema mpuannya, mempersiapkan kegiatan belajar seingga tingkat kesiapan siswa hampi r sama, mempercepat perkembangan yang lambat, misalnya dengan memberikan t ugas atau pelajaran tambahan.

C. Landasan sosiologis

(26)

berada di luar individu tidak seperti psikologi yang berada dalam individu. Misaln ya bahasa, agama dan adat istiadat, memiliki daya paksa terhadap individu untuk melaksanakan dan menaatinya. Orang wajib menggunakan bahasa tertentu agar ia dapat berkomunikasi dengan orang lain.,fakta sosial itu tersebar di kalangan warg a masyarakat, menjadi milik masyarakat. Bagi durkheim, masyarakatlah yang me mbentuk seseorang menjadi makhluk sosial, sebelumnya, ia adalah an asocial bein g. Selama terjadi proses sosialisasi, seseorang belajar tentang segala sesuatu agar i a kelak mampu dan diterima menjadi waga yang baik dalam masyarakatnya.

Masyarakat sebagai suatu sistem

pada dasarnya masyarakat adalah sebuah sistem yang memiliki tiga subsistem , yaitu subsistem budaya, subsistem sosial, dan subsistem kepribadian. Sistem bud aya berisi nilai-nilai, norma, pengetahuan dan kepercayaan atau keyakinan hidup yang dianut bersama. Dalam sistem sosial terdapat struktur peran yaitu perilaku ya ng diharapkan akan dilakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Sosiologi mengenal dua kategori status sosial aitu ascribed status, yaitu status yang diperole h sejak lahir atau sebagai akiat perkembangan usia seperti laki-laki atau perempua n, bangsawan atau rakyat jelata, brahmana atau kesatria, sebagai anak-anak atau o rang ewasa dan achieved status yaitu status yang diperole karena hasil usaha oran g yang bersangkutan seperti dosen, guru, karyawan, pimpinan perusahaan, dokter advokat, dan pemai sepak bola.

Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus memperhatikannilai-nilai, norma, pengetahuan, kepercayaan,dan keyakinanyang ada dalam masyarakat . Tidak hanya itu, pengembangan kurikulum juga harus mempertimbangkan bentu k perilaku seseorang berdasarkan status sosialnya dan karakteristik kepribadian m anusia modern

Pendidikan sebagai pranata sosial

Pranat dapat diartikan sebagai lembaga. Pendidikan sebagai pranata sosial ber arti penidikan sebagai lembaga sosial. THeodorson G.A (1969) menjelaskan instit usi sosial adalah suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan da n terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungs sosial yang penting. pe ndidikan sebagai pranat sosial dan kurikulum sebagai alatnya harus dapat dikemba ngkan dan disesuaikan dengan berbagai kehidupan di masyarakat

Pendidikan dan kehidupan ekonomi

(27)

n mempelajari berbagai kegiatan kemudian langsung mempraktikkannya sementar a itu, dalam masyarakat yang memiliki sistem perekonomian modern, pendidikan dilaksanakan bagi orang dewsa dalam berbagai bidang kehidupan secara terorgani sasi melalui berbagai kegiatan seperti penyuluhan, pendidikan dan latihan, kurss si ngkat, seminar, lokakarya, kolokium, studi banding dan sebagainya

Pendidikan dan perubahan sosial

Tak ada seorangpun dari masyarakat yang tidak menginginkan perubahan, bai k dari segi struktur sosialnya maupun dalam interaksi antaranggota masyarakat. Is u perubahan banyak digunakan dalam rangka promosi suatu jabatan, mulai dari pe milihan ketua rukun warga (RW) sampai dengan pemilihan calon pejabat politis (p residen dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati) , artinya perubahan bukan saja menjadi milik masyarakat di suatu daerah melainka n milik masyarakat nasional bahkan dunia.

Pendidikan di lingkungan keluarga

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Keluarga merupakan unit sosial terkecil, tetap bersifat universal. Maksudnya, keluarga terdapat di masyarakat manapun yang ada di dunia ini

George Peter Murdock mengemukakan empat fungsi keluarga yang bersifat u niversal, yaitu sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara laki-laki dengan wanita yang terikat oleh perkawinan, mengembangkan keturunan, mel aksanakan pendidikan dan sebagai kesatuan ekonomi.

Implikasinya terhadap pengembangan kurikulum. Pertama, pengembangan ku rikulum harus memperhatika unsur-unsur pendidikan informal, seperti peran oran g tua dan anggota keluarga lainnya dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan kepentinga n peserta didik pada masa yang akan datang, antara lain sebagai calon ayah atau ib u yang akan mendidik putra-putrina. Ketiga, pengembangan kurikulum harus dapa t membekali kemampuan yang cukup kepada peserta didik agar ia menyadari sepe nuhnya peran penting sebagai orang tua dalam mendidik putra-putrinya

D. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi

(28)

damental antara berbagai aspek dunia secara nyata. Teori membuka kesepatan kea da manusia untuk menyusun suatu pandangan yang lebih sistematis

Kata “Ilmu” berasal dari baasa arab (‘alama) yang berarti pengetahuan. Menu rut Arthur Thoson dalam Sidi Gazalba (1973), ilmu adlah pelukisan fata-fakta pen galaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah sesederhana mungkin. Pengalaman merupakan sumber pengetauan. Pengetahuan adlah seperangkat obje k tertentu yang diketahui individu. Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi il m pengetahuan jika pengetahuan itu disusun secara sistematis, menggunakan pola berpikir logis, berlandaskan prosedur kerja hukum kausalita pada masalah yang di alami itu.

Teknologi pada hakikatnya adalah eneraan ilmu pengetahuan. Salah satu indik ator kemajuan peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan d an teknologi. Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningk atkan dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristi k masyarakat individu.

Sebagai gambaran, berikut akan dikemukakan beberapa perkembangan pentin g dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dan banyak mempengaruhi pe rkembangan masyarakat Indonsia seperti mikro elektronika, yang melandasi terbu kanya kesempatan untuk memanfaatkan kadar informasi dalam sistem-sitem cipta an manusia; telekomuikasi yang memperluas jangkauan pengamatan dan penyebar an informasi ilmiah dan lainnya, baik mengenai fenomena-fenomena fisik maupun fenomena kemasyarakatan; biologi, terutama yang berkaitan dengan kepahaman d an kemampuan dalam memengaruhi proses-proses fisi penyusunan jaringan makhl uk hidup yang disebut dengan bioteknologi dan; pengembangan material baru yan g memungkinkan terwujudnya produk-produk baru dengan

kemampuan-kemampuan yang sebelumnya sukar diwujudkan, karena keterbatasan sifat materi al yang ada.

BAB IV

KOMPONEN DAN ORGANISASI KURIKULUM

(29)

an selagi itu pula kurikulum tetap harus ada. Implikasinya adalah bahwa kurikulu m harus didesain sedemikian rupa sehingga kurikulum tersebut betul-betul sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam konteks desain dan pengembangan kurikulum, maka para pengembang kurikulum (termasuk guru) harus memperhatikan kerangka dasars kurikulum deng an pendekatan sistem yaitu kurikulum yang emiliki komponen-komponen pokok k urikulum, baik pada tingkat makro (nasional), institusi (lembaga), bidang studi ata u mata pelajaran maupun pada tingkat program pembelajaran (silabus dan RPP)

Komponen kurikulum dapat juga dilihat berdasarkan siklus pengembangan ku rikulum. Setiap perbuatan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan penidikan t ertentu, baik yag berkenaan dengan pembinaan pribadi, pembinaan kemampuan s osial, kemampuan untuk bekerja ataupun untuk pembinaan perkembangan lebih la njut. Komponen-komponnen tersebut ahrus ada kesesuaian, saling berhubungan d an ketergantungan sehingga membentuk sebuah sistem

A. Komponen tujuan

Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan yang sangat pe nting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi

kompoen-komponen kurikulum lainnya. Hilda taba memberkan beberapa petunjuk tentang c ara merumuskan tujuan, yaitu tujuan itu hendaknya berdimensi dua yaitu dimensi proses dan dimensi produk, dalam dimensi proses termasuk menganalisis, mengin terpretasi, mengingat dan sebagainya, sedangkan yang termasuk dalam dimensi pr oduk adalah bahan yang terdapat dalam tiap mata pelajaran; menganalisis tujuan y ang bersiat umum dan kopleks menjadi tujuan yang spesifik, sehingga diperoleh b entuk kelakuan yang diharapkan; memeberi petunjuk tentang pengalaman apa yan g diperlukan untuk mencapai tujuan itu; suatu tujua tidak selalu dapat dicapai den gan segera, kadang-kadang memerlukan waktu yang lama; tujuan harus realistis d an dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan atau pengalaman belajar tertentu a n; tujuan itu harus komprehensif artinya meliputi segala tujuan yang ingin dicapai di sekolah, bukan hanya penyampaian informasi, tetapi juga keterampilan berpikir , hubungan sosial, sikap terhadapa bangsa dan negara dan sebagainya.

(30)

perubahan-perubahan dalam minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi, dan kemampu an menyesuaikan diri

Sumber tujuan

Hilda taba mengemukakan sumber tujuan itu adalah kebudayaan masyarakat, indi vidu, mata pelajaran dan disiplin ilmu

B. Komponen isi/materi

Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaan y ang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompkkan menjadi tiga bagian, yaitu; logika, y aitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan proses keiluan; etika, yaitu pen getahuan tentang baik-buruk, nilai dan moral, dan; estetika, yaitu pengetahuan ten tang indah-jelek yang ada nilai seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum te rsebut, maka pengembangan isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dip elajari peserta didik dalam proses pembelajaran dan berorientasi pada standar kom petensi mata pelajaran dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Disamping prinsip-prinsip terseut, pengembang kurikulum hendaknya juga m emperhatikan aspekaspek yang ada dalam isi kurikulum yaitu; teori yaitu seerangk at konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubugan; konsep y aitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh organissasi dari kekhususan-kekhususan; g eneralisasi yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber d ari hasi analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian; prinsip yaitu ide uta ma, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara be berapa konsep; prosedur yaitu serangkaian langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam materi pelajaran dan harus dilakukan oleh siswa; fakta yaitu sejumlah i nformasi khusus dalam materi yang dipandang mempunyai kedudukan penting; ist ilah yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang diperkenalkan dal am materi; contoh atau ilustrasi yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang b ertujuan untuk memperjelas sehinga suatu uraian/pendapat menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti ole pihak lain; definisi yaitu penjelasan tentang makna atau pen gertian tentang suatu hal, satu kata dalam garis besarnya; dan; preposisi yaitu suat u pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi.

(31)

Dalam pengembangan isi kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu diperhati kan yaitu ruang lingkup, urutan dan penempatan bahan, dan bentuk organisasi. Ru ang lingkup materi merupakan cakupa kealaman dan keluasan dari keseluruhan m ateri, kegiatan dan pengalaman yang akan disampaikan kepada peserta didik. Rua ng lingkup menunjukkan apa yang dianggap paling penting untuk disampaikan ke pada peserta didik. Urutan yaitu penyusunan materi pelajaran menurut aturan dan sistematika tertentu secara berurutan. Penempatan yaitu penemapatan isi/materi se suai dengan tingkat perkembangannya tertentu. Bentuk organisasi isi merupakan s usunan atau bentuk pengemasan materi seperti mata pelajaran, bidang studi, berko relasi atau terpadu.

Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi isi/materi kurik ulum disusun dalam bentuk mata pelajran dan/atau bidang studi yang tertuang dal am struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusioal masing-masing. Dalam str uktur tersebut diatur pula alokasi waktu yang diberikan untuk setiap bidang studi a tau mata pelajran pada setiap minggunya. Ada beberapa jenis struktur kurikulum y aitu:

1. Pendidikan umum yaitu program pendidikan yang bertujuan membina mahasis wa agar menajdi warga negra yang baik

2. Pendiidkan akademik yaitu program pendidikan yang ditujukan untuk mengem bangkan kemampuan intelektual sehingga diharapka peserta didik mempoeroleh k ualifikas pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin ilmu masing-asing

3. Pendidikan kecakapan hidup, program pendiidkan yang bertujuan untuk mempe roleh kecapakan dan keterampilan tertentu,s ebagai bekal hidiup peserta didik di masyarakat.

4. Pendidikan kejuruan yaitu program yang mempersiapan peserta didik untuk me meperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang dite mpuhanya.

5. Selanjutnya, M.D.Gall (1981) mengemukakan langkah-langkah pengembangan isi kurikulum sebgai berikut: identifiaksi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim pengembang, menyusun ruang lingk up dan urutan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, mengadopsi bahan dan, mendistribusikan, menggunakan, dan mengawasi penggunaan bahan

C. Komponan proses

(32)

diri. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menya mpaikan isi kurikulum, antara lain: strategi ekspositori klasikal yaitu guru lebih ba nyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah dilah sendiri, sementara siswa le bih banyak menerima materi yang telah jadi; strategi pembelajaran heuristik; strat egi pembelajran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok dan; strate gi pembelajran individual.

D. Komponen evaluasi

Untuk mengetahuai efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki sert a menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kur ikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks akrena banyak aspek yag harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhat ikan. Berdasarkan definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek apa yang akan dievaluasi. Untuk mengetahui aspek-aspek-aspek-aspek evaluasi kurikulu m, dapat dilihat dari perspektif model evaluasi kurikulum. Hasil studi beberapa lit eratur dapat dikemukakan beberapa model evaluasi kurikulum antara lain model measurement (Thorndike dan Ebel), model congruence (Ralph W.Tyler), model CI PP (Daniel L. Stufflebeam), model evaluasi sistem pendidikan model illuminative (Malcolm Parlett) dan model formatifive dan suamtive (Scriven)

E. Organisasi kurikulum.

1. Konsep dan dimensi organisasi kurikulum

Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yan g harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi ya ng telah ditetapkan. Organisasi kurikulum berhubungan erat dengan kualitas kegia tan dan pengalaman belajar peseta didik. Organisasi kurikulum harus dipilih dan d iatur sedemikian rupa untuk dikembangkan leibh luas dan lebih mendalam sehing ga peserta didik memperoleh sesuatu yang berharga dari program pendidikan yang telah ditetapkan.

Dimensi-dimensi organisasi kurikulum

(33)

Kedua dimensi tersebut memungkinkan diperolehnya kurikulum yang mempunyai pengaruh kuat secara kumulatif. Jika kedua hubungan tersebut berkesinambungan maka kesepatan belajar dapat ditingkatkan dan diperluas karena keua dimensi ters ebut saling mengisi. Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pengalamn belajar yang lebih luas dan mendalam dari berbagai unsur dalam organisasi kuriku lum.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi kurikulum antara lain a. Konsep yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala

b. Generalisasi yaitu kesimpulan-kesimpulan yang merupakan kristalisme dari suatu a nalisis.

c. Keterampilan yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan dig uakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan

d. Nilai-nilai yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatau yang bersifat a bsolut untuk mengendalikan perilaku

2. Model organisasi kurikulum

Berikut akan dijelaskan beberapa model organisasi kurikulum yaitu a. Subject-centered curriculum

Ciri-ciri organisasi kurikulum ini sebagai berikut: kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, tidak ada hubungan dan kaitannya satu sama l ain, mata pelajaran mata pelajaran tersebut berdiri sendiri sebagai suatu disiplin il mu, tujua kurikulum adalah untuk menguasai pengetahuan, mata pelajaran tidak di susun sesuai dengan kebutuan peserta didik dan masyarakat, strategi pembelajaran banyak menggunakan teknik penuangan, guru berperan dan bertanggung jawab se bagai guru mata pelajran, proses pembelajaran lebih terpusat kepada guru, sement ara peserta didik bersifat pasif dan teknik penilaian lebih banyak menggunakan tes dengan fokus domain kognitif.

b. Correlated curriculum

Ciri-ciri kurikulum korelasi ini antara lain adanya korelasi antar mata pelajara n, adanya upaya untuk menesuaikan mata pelajaran dengan masalah kehidupan se hari-hari, termasuk kebutuhan daan minat peserta didik, tujuan kurikulum adalah untuk menguasai pengetahuan, pelayanan perbedaan individual masih sangat terba tas, dalam proses pembelajaran guru banyak berperan aktif, peran peserta didik m ulai diaktifkan dan penilaian lebih di fokuskan kepada domain cognitive, kendatip un domain lain sudah mulai dikembangkan

c. Broad fild curriculum

(34)

emudian dijabarkan menjadi pokok bahasan, bahan pelajran disusun berdasarkan s tandar kompetensi dan komptensi dasar yang telah ditetapkan, strategi pembelajar an bersifat terpadu, guru berperan sebagai guru bidang studi dan penyusunan kuri kulum mempertimbangkan minat, masalah, kebutuhan peserta didik dan masyarak at.

d. Integrated curriculum

Kurikulum terpadu bersifat fleksibel dan tidak mengharapkan hasil belajar ya ng sama dari semua peserta didik. Tanggung jawab mengembangkan kurikulum b anyak dipercayakan kepaa guru-guru, orang tua, dan peserta didik. Kesulitan sekal igus kelemahan kurkulum ini antara lain sulit menentukan ruang lingkup dan urut an bidang kehidupan esensial, sulit menggunakan buku suber karena pada umumn ya buku sumber disusun sesuai dengan mata pelajaran, sulit mencari guru yang co cok, sulit melaksanakan ujian akhir yang bersifat uniform, sulit bagi peserta didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi yang menuntuk pengetahuan

logis-sistematis, mengabaikan warisan budaya dan peserta didik hanya berpikir praktis dan pragmatis

e. Core curriculum

Ciri-ciri kurikulum inti antara lain terdiri atas serangkaian pengalaman yang p enting dan saling berkaitan untuk pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, berkaitan dengan pendidikan umum, direncanakan secara kontinu sebelum dan sel ama dijalankan, didasarkan atas masalah-masalah pribadi dan sosial, disajikan dal am satu kesatuan yang utuh, dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama da n diperuntukkan bagi semua peserta didik

f. Activity curriculum

Organisasi kurikulum ini tidak memiliki struktur yang formal dan tidak diranc ang sebelumnya. Isi kurikulum ditentukan berdasarkan kebutuhan dan minat peser ta didik sehingga wajar apabila kurikulum ini lebih menonolkan kegiatan dan pen galaman peserta didik, walaupun dalam setiap kurikulum terdapat berbagai kegiat an dan pengalaman. Implikasinya adalah guru perlu mengidentifikasi kebutuhan d an minat peserta didik serta membantu peserta didik dalam memilih kebutuhan da n miat yang dianggap penting.

Referensi

Dokumen terkait

KTSP disusun dan dikembangkan sebagai berikut: (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional; (2) Kurikulum pada

Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan

Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 15 dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

Perencanaan kurikulum harus merupakan suatu progress pengembangan suatu misi berdasarkan pengembangan nilai-nilai; pengembangan kebijakan; menetapkan beberapa tujuan, sasaran,

Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses

Beberapa keunggulan dari pengembangan kurikulum model demonstrasi ini, yaitu : (1) memungkinkan untuk menghasilkan suatu kurikulum atas aspek tertentu dari kurikulum yang

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PENYEMPURNAAN PENGEMBANGAN DESAIN KUR IMPLEMENTASI

PENGEMBANGAN KURIKULUM • BERKAITAN DENGAN PROSES PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI DARI KURIKULUM YANG DIKEMBANGKAN 15... PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM 1 SIAPA YANG TERLIBAT