• Tidak ada hasil yang ditemukan

21. Pengembangan Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "21. Pengembangan Kurikulum"

Copied!
353
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penulis

Lise Chamisijatin Soeparto

Yus M Cholily Hari Sunaryo

Ribut Wahyu Eriyanti Jarot Sugiono Penelaah Materi Dadang Sukirman Penyunting Bahasa M. Yunus Layout Renaldo Rhesky N

(3)

Kata Pengantar

Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara mahasiswa dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran strategis. Melalui bahan ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi, berinteraksi, dan bahkan menilai sendiri proses dan hasil belajarnya.

Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi:

a. Bahan ajar cetak, b. Bahan ajar audio, c. Bahan ajar video, serta d. Bahan ajar berbasis web.

Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang terdiri dari 23 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar, Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh SEAMOLEC.

Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Direktur Ketenagaan,

Muchlas Samani

(4)

Pengembangan Kurikulum SD

i

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi ………

i

Tinjauan Mata Kuliah ………...

viii

UNIT 1

HAKIKAT KURIKULUM...

1.1

Subunit 1

: Konsep Dasar Kurikulum………...

1.3

Latihan 1

: ...

1.4

Latihan 2

: ...

1.10

Latihan 3

: ...

1.17

Rangkuman :

...

1.22

Tes Formatif 1

: ...

1.23

Subunit 2

: Komponen Kurikulum...

1.24

Latihan 1

: ...

1.24

Rangkuman :

...

1.30

Tes Formatif 2

: ...

1.30

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

1.32

Daftar Pustaka

: ...

1.33

(5)

ii Daftar Isi

UNIT 2

HAKIKAT DAN PRINSIP PENGEMBANGAN

KURIKULUM...

2.1

Subunit 1

: Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum...

2.2

Latihan 1

: ...

2.3

Latihan 2

: ...

2.15

Rangkuman :

...

2.18

Tes Formatif 1

: ...

2.19

Subunit 2

: Prinsip Pengembangan Kurikulm……….

2.20

Latihan 1

: ...

2.20

Rangkuman :

...

2.32

Tes Formatif 2

: ...

2.33

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

2.34

Daftar Pustaka

: ...

2.36

Glosarium :

...

2.37

UNIT 3

MODEL KURIKULUM...

3.1

Subunit 1

: Model Konsep Kurikulum...

3.3

Latihan 1

: ...

3.4

Latihan 2

: ...

3.7

Latihan 3

: ...

3.9

Latihan 4

: ...

3.12

Latihan 5

: ...

3.14

Rangkuman :

...

3.14

Tes Formatif 1

: ...

3.15

Subunit 2

: Model Pengembangan Kurikulum...

3.16

Latihan :

...

3.22

Rangkuman :

...

3.22

Tes Formatif 2

: ...

3.23

(6)

Pengembangan Kurikulum SD

iii

Subunit 3

: Pendekatan Pengembangan Kurikulum...

3.24

Latihan :

...

3.29

Rangkuman :

...

3.29

Tes Formatif 3

: ...

3.29

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

3.30

Daftar Pustaka

: ...

3.31

Glosarium

: ...

3.32

UNIT 4

ORGANISASI KURIKULUM...

4.1

Subunit 1

: Struktur Horizontal...

4.3

Latihan :

...

4.13

Rangkuman :

...

4.13

Tes Formatif 1

: ...

4.14

Subunit 2

: Struktur Vertikal...

4.15

Latihan :

...

4.20

Rangkuman :

...

4.21

Tes Formatif 2

: ...

4.21

Subunit 3

: Strategi Pelaksanaan Kurikulum...

4.22

Latihan :

...

4.27

Rangkuman :

...

4.28

Tes Formatif 3

: ...

4.28

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

4.29

Daftar Pustaka

: ...

4.32

Glosarium

: ...

4.33

(7)

iv Daftar Isi

UNIT 5

PENGEMBANG DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH...

5.1

Subunit 1

: Peran Pengembang Kurikulum Sekolah………

5.3

Latihan 1

: ...

5.4

Latihan 2

: ...

5.5

Latihan 3

: ...

5.14

Rangkuman :

...

5.14

Tes Formatif 1

: ...

5.15

Subunit 2

: Strategi Pengembangan ... 5.16

Latihan :

...

5.16

Rangkuman :

...

5.22

Tes Formatif 2

: ...

5.22

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

5.23

Daftar Pustaka

: ... 5.25

Glosarium :

...

5.26

UNIT

6

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)………

6.1

Subunit 1

: Konsep Dasar, Tujuan, dan Landasan KTSP……….

6.3

Latihan 1

: ...

6.4

Latihan 2

: ...

6.6

Latihan 3

: ...

6.7

Latihan 4

: ...

6.11

Rangkuman :

...

6.23

Tes Formatif 1

: ...

6.23

Subunit 2

: Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)………

6.24

Latihan 1

: ...

6.24

Latihan 2

: ...

6.25

(8)

Pengembangan Kurikulum SD

v

Latihan 3

: ...

6.26

Rangkuman :

...

6.37

Tes Formatif 2

: ...

6.38

Subunit 3

: Pengembangan KTSP……….

6.39

Latihan 1

: ...

6.41

Latihan 2

: ...

6.42

Latihan 3

: ...

6.51

Rangkuman :

...

6.51

Tes Formatif 3

: ...

6.51

Kunci Tes Formatif ...

6.52

Daftar Pustaka

: ...

6.54

Glosarium

: ...

6.55

UNIT 7

PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

PEMBELAJARAN ...

7.1

Subunit 1

: Pengertian dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran....

7.3

Latihan :

...

7.5

Rangkuman :

...

7.7

Tes Formatif 1

: ...

7.7

Subunit 2

: Syarat Perencanaan Pembelajaran...

7.8

Latihan 1

: ...

7.8

Latihan 2

: ...

7.10

Rangkuman :

...

7.19

Tes Formatif 2

: ...

7.19

Subunit 3

: Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran...

7.20

Latihan :

...

7.20

Rangkuman :

...

7.36

Tes Formatif 3

: ...

7.37

(9)

vi Daftar Isi

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

7.38

Daftar Pustaka

: ...

7.40

Glosarium

: ...

7.41

UNIT 8

SILABUS MATA PELAJARAN...

8.1

Subunit 1

: Konsep Dasar Silabus...

8.3

Latihan 1

: ...

8.4

Latihan 2

: ...

8.6

Latihan 3

: ...

8.7

Latihan 4

: ...

8.9

Rangkuman :

...

8.10

Tes Formatif 1

: ...

8.10

Subunit 2

: Komponen Silabus…………...

8.11

Latihan :

...

8.16

Rangkuman :

...

8.22

Tes Formatif 2

: ...

8.22

Subunit 3

: Langkah Penyusunan Silabus ……...

8.23

Latihan :

...

8.39

Rangkuman :

...

8.39

Tes Formatif 3

: ...

8.39

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

8.40

Daftar Pustaka

: ...

8.41

Glosarium

: ...

8.42

UNIT 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)...

9.1

Subunit 1

: Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

9.3

Latihan 1

: ...

9.4

Latihan 2

: ...

9.4

(10)

Pengembangan Kurikulum SD

vii

Latihan 3

: ...

9.13

Rangkuman :

...

9.14

Tes Formatif 1

: ...

9.15

Subunit 2

: Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)...

9.16

Latihan 1

: ...

9.20

Latihan 2

: ...

9.35

Rangkuman :

...

9.35

Tes Formatif 2

: ...

9.35

Kunci Jawaban Tes Formatif ...

9.36

Daftar Pustaka

: ...

9.37

Glosarium

: ...

3.38

(11)

viii Tinjauan Mata Kuliah

Tinjauan Mata Kuliah

ita semua mengetahui bahwa kurikulum merupakan salah satu perangkat strategis dalam suatu program pendidikan. Bersifat strategis karena kurikulum memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Bagi sekolah dan guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman kerja untuk memilih dan menyiapkan bahan/materi, strategi pembelajaran, sumber belajar, media, dan alat peraga, serta evaluasi.

Kenyataan menunjukkan betapa para guru kerap kebingungan apabila terjadi perubahan kurikulum. Kebingungan itu terjadi karena keterbatasan wawasan tentang kurikulum dan kelemahan penguasaan keterampilan dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum. Padahal, dalam menunaikan tugas profesionalnya guru bukan sekedar sebagai ‘tukang melaksanakan kurikulum’’, melainkan juga sebagai pengembang kurikulum.

Atas dasar itu pula, Anda sebagai guru perlu memiliki wawasan yang cukup tentang kurikulum serta kemampuan mengembangkan dan menerapkannya di sekolah. Terlebih lagi pada masa sekarang ini. Penerapan desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan yang luas kepada guru untuk dapat mengembangkan sendiri kurikulum sekolahnya sesuai dengan visi dan kebutuhan sekolah tersebut. Karenanya, kecukupan wawasan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum merupakan kemampuan yang mesti Anda kuasai dengan sebaik-baiknya.

Sehubungan dengan itu, keberadaan mata kuliah Pengembangan Kurikulum dalam Program PJJ S1 PGSD tak terhindarkan. Melalui mata kuliah ini diharapkan Anda mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip kurikulum dalam pengembangan kurikulum SD, baik dalam bentuk kurikulum tingkat sekolah maupun pada level kurikulum mata pelajaran (silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP).

Untuk mencapai kemampuan tersebut, Anda perlu menguasai enam kompetensi dasar. Keenam kompetensi dasar itu berkaitan dengan kemampuan: (1) mengidentifikasi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, (2) mengidentifikasi model dan pendekatan pengembangan kurikulum, (3) mengembangkan kurikulum

(12)

ix Pengembangan Kurikulum SD lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan tuntutan situasi zaman dan kebutuhan peserta didik, (4) mengidentifikasi prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran yang mendidik, (5) menyusun rancangan pembelajaran yang mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran untuk mencapai tujuan utuh pendidikan, serta (6) mengembangkan rencana pembelajaran (RPP) untuk praktik mengajar di berbagai tingkatan kelas SD/MI.

Untuk menguasai keenam kompetensi dasar tersebut, Anda akan mempelajari materi yang terkait dengan: hakikat kurikulum, hakikat dan prinsip pengembangan kurikulum, model kurikulum, organisasi kurikulum, peranan pengembang kurikulum sekolah dan strategi pengembangan kurikulum, Pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum mata pelajaran (silabus dan RPP). Materi tersebut akan terjabarkan ke dalam sembilan unit pembelajaran sebagai berikut:

Unit 1 Hakikat Kurikulum, yang akan membahas pengertian kurikulum, kedudukan kurikulum dalam pendidkan, fungsi kurikulum, dan komponen kurikulum.

Unit 2 Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum, yang akan menguraikan pengertian pengembangan kurikulum, fungsi dan peranan pengembangan kurikulum, tim pengembang kurikulum, landasan pengembangan kurikulum, dan prinsip pengembangan kurikulum.

Unit 3 Model Kurikulum, yang akan menjabarkan model konsep kurikulum (Kurikulum Subjek Akademis, Kurikulum Humanistik, Kurikulum Rekonstruksi Sosial, Kurikulum Teknologis), model pengembangan kurikulum, dan pendekatan pengembangan kurikulum.

Unit 4 Organisasi Kurikulum, yang akan mengupas organisasi kurikulum baik secara horisontal maupun vertikal.

Unit 5 Peranan Pengembangan Kurikulum Sekolah dan Strategi Pengembangan, yang akan memaparkan peranan kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum, serta strategi pelaksanaan kurikulum.

Unit 6 Pengembangan Kurikulum Sekolah, yang akan mengupas pengembangan kurikulum tingkat sekolah (KTSP), yang terdiri dari konsep dasar KTSP, komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan, pelaksanaan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Unit 7 Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran, yang akan menjelaskan prinsip-prinsip dalam penyusunan rencana pembelajaran yang mendidik

(13)

x Tinjauan Mata Kuliah

yang mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran untuk mencapai tujuan utuh pendidikan (silabus).

Unit 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang akan menyajikan latihan pengembangan rencana pembelajaran untuk praktik mengajar di berbagai tingkatan kelas SD/MI (RPP).

Dari uraian di atas tampaklah bahwa mata kuliah ini memang dirancang untuk membekali Anda dengan kemampuan mengembangkan kurikulum, baik pada level sekolah maupun pada tingkat mata pelajaran untuk lima pelajaran yang diajarkan di SD. Untuk mendukung ketercapaian kemampuan tersebut, bahan ajar ini dilengkapi dengan video dan web yang secara khusus akan mendukung unit 5, yaitu peranan pengembang kurikulum sekolah, dan unit 9 untuk mengidentifikasi ciri-ciri RPP yang mencerminkan PAKEM.

Agar Anda dapat memperoleh hasil belajar yang optimal dari bahan ajar yang tersedia, perhatikanlah saran-saran berikut ini.

1. Kajilah peta kompetensi dan silabus mata kuliah yang terdapat pada bagian awal buku ini untuk memperoleh gambaran umum tentang kemampuan dan materi ajar yang akan Anda pelajari.

2. Pelajarilah dengan cermat materi ajar yang terdapat dalam buku ini serta video dan web. Jika terdapat materi yang meragukan dan/atau sulit Anda pahami, catatlah dan kemukakan dalam tutorial tatap muka dan tutorial online, atau Anda dapat mendiskusikannya dengan teman-teman Anda.

3. Kerjakan latihan dan tes formatif pada setiap akhir sub-unit dengan sungguh-sungguh untuk menilai secara mandiri hasil belajar Anda. Untuk menilai kebenaran jawaban Anda, bandingkanlah dengan rambu-rambu jawaban latihan yang tersaji setelah latihan serta kunci tes formatif yang tersedia pada akhir setiap unit. Evaluasi mata kuliah ini juga banyak menggunakan portofolio yang berguna untuk melihat perkembangan/kemajuan belajar Anda melalui tugas-tugas yang diberikan dalam buku ajar cetak ini. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan lewat e-mail dosen pengampu mata kuliah atau dikirim langsung ke dosen pengampu mata kuliah.

(14)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 1

HAKIKAT KURIKULUM

Soeparto

Lise Chamisijatin

Pendahuluan

audara, Anda tahu bahwa pendidikan merupakan suatu sistem. Artinya, pendidikan merupakan suatu keseluruhan karya manusia yang terbentuk dari bagian-bagian yang mencapai hubungan fungsional dalam suatu usaha mencapai tujuan akhir pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini pendidikan dapat digambarkan sebagai kesatuan sejumlah subsistem yang membentuk suatu sistem yang utuh. Sistem pendidikan ini memperoleh masukan dari suprasistem (masyarakat dan lingkungan), dan memberi keluaran atau hasil bagi suprasistem tersebut.

Subsistem pendidikan yang dimaksud di atas antara lain tujuan, siswa, manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi, tenaga pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan. Uraian tentang subsistem tersebut menunjukkan bahwa pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Untuk pencapaian tujuan tersebut diperlukan seperangkat bahan pembelajaran yang harus dipertimbangkan, juga metode penyampaian dan alat-alat bantu tertentu. Sementara untuk menilai hasil dan proses pendidikan diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu. Penentuan semuanya itu akan sangat dipengaruhi oleh fasilitas, tenaga pengajar, siswa, dan biaya pendidikan.

Karena banyaknya subsistem yang akan membentuk suatu sistem pendidikan, maka diperlukan perencanaan yang matang untuk mewujudkan sistem yang terencana dengan baik. Perencanaan tersebut dikenal dengan nama kurikulum.

Bagi Anda yang sudah puluhan tahun bergelut di bidang pendidikan pada umumnya dan dunia persekolahan pada khususnya, kurikulum bukanlah permasalahan baru. Begitu Anda bersentuhan dengan dunia pendidikan dan, apalagi masuk ke dunia persekolahan, maka kurikulum takan dapat dipisahkan dari Anda sebagai guru. Setiap hari kurikulum senantiasa dalam “genggaman” kita sebagai pendidik.

S

(15)

1 - 2 Unit 1

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau Anda sendiri sudah mempunyai ”bayangan” tentang apa itu kurikulum. Berdasarkan hasil bergulat dan bergelut dengan persekolahan selama ini, apa yang Anda ketahui tentang kurikulum? Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendengar atau membaca istilah ”kurikulum”?

Para ahli memberikan batasan kurikulum secara beragam, mulai dari sekedar written curriculum atau dokumen tertulis sampai pada implemented

curriculum atau kurikulum yang dilaksanakan. Batasan-batasan ini sangat

bergantung pada pandangan dan pengalaman para ahli. Hal itu terjadi karena mereka berangkat dari perspektif yang berbeda-beda. Karenanya, tidak ada batasan tentang kurikulum yang mutlak benar atau mutlak salah.

Topik-topik yang berkaitan dengan hakikat kurikulum itulah yang akan dipelajari pada Unit 1 ini. Pada unit ini Anda akan mempelajari topik-topik yang terkait dengan pengertian, fungsi, asas-asas, kedudukan kurikulum dalam pendidikan, posisi kurikulum dalam pendidikan, dan komponen kurikulum. Topik-topik di atas akan disajikan dalam dua Subunit. Pada Subunit 1 akan membahas konsep dasar kurikulum, dan pada Subunit 2 akan menguraikan komponen-komponen kurikulum.

Kajian tentang topik-topik tersebut diharapkan dapat membekali Anda dengan kemampuan:

1. menjelaskan pengertian kurikulum;

2. menjelaskan kedudukan kurikulum dalam pendidikan; 3. menjelaskan fungsi dan peranan kurikulum; serta 4. mengidentifikasi pelbagai komponen kurikulum

Latihan akan disediakan baik di tengah maupun di akhir uraian. Kerjakanlah latihan tersebut dengan baik dan cocokkan hasilnya dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Untuk menilai keberhasilan belajar Anda atas setiap subunit disediakan tes formatif pada akhir subunit. Lalu, bandingkan ketepatan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada akhir unit. Agar Anda dapat menilai tingkat keberhasilan belajar Anda dengan baik, usahakan untuk tidak melihat rambu-rambu jawaban latihan atau kunci tes formatif sebelum latihan dan tes formatif selesai dikerjakan.

Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang bisa Anda akses, sedangkan video tidak diperlukan dalam unit ini. Semoga Anda berhasil menyelesaikan Unit I ini dengan menggembirakan.

(16)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 3

Subunit 1

Konsep Dasar Kurikulum

Pengantar

audara, telah kita ketahui bersama bahwa kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai acuan sekaligus pedoman pelaksanaan pendidikan, baik oleh pengelola maupun pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dan guru. Permasalahannya, apakah semua penyelenggara pendidikan, termasuk Anda sebagai guru telah menjadikan kurikulum sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan pendidikan?

Hasil penelitian Suparno dkk.(1998) menunjukkan bahwa guru-guru SMP di empat wilayah propinsi yang diteliti cenderung menggunakan buku teks sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Hal itu dapat terjadi karena keterbatasan guru dalam memahami kurikulum.Kondisi tersebut dapat dipahami karena saat itu, kurikulum yang dilaksanakan adalah kurikulum yang disusun oleh pemerintah pusat. Pihak sekolah bertugas melaksanakannya berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang disusun oleh pemerintah pusat (sentralistik). Akibatnya, banyak penyelenggara pendidikan yang kurang memahami dan bahkan tidak memahami kurikulum sehingga berakibat pada rendahnya mutu pendidikan.

Keterbatasan pemahaman guru akan kurikulum bisa jadi disebabkan kekurang-pahaman mereka terhadap konsep dasar kurikulum itu sendiri. Atau, mungkin guru kebingungan karena banyaknya pendapat tentang konsep kurikulum, yang kadang-kadang saling bertentangan. Untuk itu perlu kiranya kita menyamakan persepsi tentang kurikulum sehingga Anda lebih mudah mempelajari sajian materi pengembangan kurikulum dalam buku ini, terutama pada Subunit 1 ini.

Pengertian Kurikulum

Kurikulum bukanlah sesuatu yang baru bagi Anda, bukan? Anda telah memiliki pelbagai informasi dan pengalaman yang berkaitan dengan kurikulum. Untuk itu, sebelum mempelajari uraian selanjutnya, cobalah Anda jawab beberapa pertanyaan berikut ini.

(17)

1 - 4 Unit 1

Latihan 1

1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan kurikulum? 2. Harus adakah kurikulum dalam dunia pendidikan?

Jawaban dapat Anda tulis di buku belajar Anda. Setelah itu, ikutilah bahasan selanjutnya sambil mencocokkan jawaban Anda.

Saudara, kata ”kurikulum” sudah dikenal orang sejak ratusan tahun yang lalu. Secara etimologis, kata “kurikukum” berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah currere. Kata ini digunakan untuk memberi nama lapangan perlombaan lari. Karena dipakai untuk sebuah perlombaan, pada lapangan tersebut terdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk menunjukkan tempat memulai dan mengakhiri perlombaan. Dalam perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Di dunia pendidikan penggunaan kata kurikulum menjadi jauh lebih populer jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Untuk tujuan tersebut, marilah kita mulai dengan menbedah pengertian kurikulum dengan menelisik jauh ke belakang mulai jaman Tyler (1949) sampai dengan dekade abad ke-21, yakni UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tyler (1949) memaknai kurikulum dengan bertolak dari empat pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam mengembangkan kurikulum. Keempat pertanyaan tersebut mencakup: (1) Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah? (2) Pengalaman-pengalaman belajar seperti apa yang dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan dimaksud? (3) Bagaimana pengalaman belajar diorganisasikan secara efektif? dan (4) Bagaimana cara menentukan bahwa tujuan pendidikan telah dapat dicapai? Kalau semua pertanyaan mendasar itu dapat dijawab dengan baik, di situlah makna kurikulum yang dia maksudkan.

Franklin Bobbit (dalam Suud Karim Alkarhumi) menyatakan bahwa: the

curriculum can be defined in two ways: (1) it is the range of experiences, both indirect and directed, concerned in unfolding the abilities of the individual’ atau (2) it is a series of consciously directed training experiences that the schools use for completing and perfecting the individual’. Batasan ini menyiratkan kurikulum

sebagai ‘pengalaman peserta didik’. Diungkapkan juga bahwa; ‘‘(Curriculum is)

that series of things which children and youth must do and experience by way of developing abilities to do things well that make up the affairs of adult life; and to be in all respects what adults should be".

(18)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 5 Alkarhumi dengan mengutip Caswell dan Campbell (1935) selanjutnya mempertajam batasan ini dengan mengaitkannya dengan peran institusi. Kurikulum dimaknai sebagai ‘composed of all of the experiences children have under the

guidance of the school.’ Pada pertengahan tahun 1950-an batasan ini dipertegas lagi

dengan tambahan ‘terencana dan terkendali’ sehingga kurikulum sebagai program terencana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lain lagi dengan Saylor, dkk (1981). Kurikulum dilihat dari empat pandangan, yaitu: (1) kurikulum sebagai tujuan (the curriculum as objectives), (2) kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana (The curriculum as planned

opportunities for learning), (3) kurikulum sebagai mata pelajaran/mata kuliah (The curriculum as subjects and subject matter), dan (4) kurikulum sebagai pengalaman (The curriculum as experience).

Saudara, dulu pengembangan kurikulum hanya semata-mata dilandasi pada perumusan tujuan. Dengan pendekatan manajemen ilmiah dalam dunia industri, Bobbit (1924) menerapkan prinsip ini dengan menetapkan tujuan yang meliputi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi lulusan. Konsep tentang kurikulum sebagai tujuan banyak mempengaruhi dunia pendidikan, terutama sekolah kejuruan.

Kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana dapat pula diartikan sebagai penyediaan lingkungan belajar di mana peserta didik dapat memahami seperangkat makna dari lingkungan tersebut. Karena itu, model kurikulum seperti ini dapat dianggap sebagai ‘kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran’ atau ‘kurikulum yang berpusat pada kompetensi’.

Sementara itu, pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran diikuti sampai hari ini, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun di perguruan tinggi. Karena itu kita masih ingat pada kurikulum 1984 SMU, di mana program kurikulumnya terdiri program inti dan program pilihan. Tiap program terdiri dari kelompok mata pelajaran.

Jenis keempat adalah kurikulum sebagai pengalaman. Goodlad (dalam Saylor dkk, 1981), membedakan kurikulum formal (formal currculum) dengan kurikulum yang diterima peserta didik (experienced curriculum). Kesenjangan yang terlalu besar pada kedua jenis kurikulum ini sangat mempengaruhi kualitas lulusan. Kalau kesenjangannya besar, maka kualitasnya rendah, dan sebaliknya. Oleh karena itu, upaya pembinaan di lembaga pendidikan dilakukan untuk memperkecil kesenjangan ini.

Muktiono Waspodo dengan merujuk pada tulisan Hilda Taba (1962) dalam bukunya "Curriculum Development Theory and Practice" mengartikan kurikulum

(19)

1 - 6 Unit 1

sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah.

Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Butir 9 UUSPN menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Rumusan tentang kurikulum ini mengandung makna bahwa kurikulum meliputi rencana, isi, dan bahan pelajaran dan cara penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian di atas, kurikulum bukan hanya dokumen yang berisi tujuan dan garis besar program pengajaran. Namun, makna kurikulum akan berarti setelah diterjemahkan secara relevan dalam bentuk proses belajar mengajar sebagai bentuk operasional sistem kurikulum.

Said Hamid Hasan (1992) mengemukakan bahwa suatu kurikulum bersifat fleksibel, yang mengandung dua posisi. Posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi pendidikan dan pelatihan. Pada posisi teoritik ini yang harus dikembangkan ialah kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau kepelatihan. Dalam pengertian sebagai kaidah pengembang kurikulum, fleksibilitas diartikan sebagai suatu sifat atau ciri kurikulum yang memberikan kesempatan untuk mengakomodasi adanya ide baru atau perbaikan terhadap ide yang sudah ada sebelumnya. Maksudnya, suatu dokumen kurikulum hendaknya memiliki sifat adaptabilitas yakni apabila terjadi perubahan terhadap suatu ide maka perubahan terhadap dokumen sejalan dengan magnitude perubahan ide tersebut. Hal ini tidak dapat dihindari karena masyarakat terus berkembang yang pada gilirannya tuntutan mereka pun terhadap apa yang diinginkan dari pendidikan berkembang pula. Kurikulum harus mampu berubah sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi, masyarakat, dan bangsa agar tidak menjadi usang.

Saudara, munculnya definisi kurikulum yang sangat beragam dipengaruhi oleh keadaan saat para pakar mendefinisikannya. Namun demikian, menurut Yadi Mulyadi (2006), konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian, yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan, dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.

Kurikulum sebagai produk merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum. Pengertian ini memiliki keuntungan berupa

(20)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 7 kemungkinan yang dapat dilakukan terkait dengan arah dan tujuan pendidikan secara lebih konkret dalam sebuah dokumen yang untuk selanjutnya diberi label kurikulum. Oleh karena itu kurikulum dalam arti produk merupakan hasil konkret yang dapat diamati dalam bentuk dokumen hasil kerja sebuah tim pengembang kurikulum. Akan tetapi, definisi tersebut juga memiliki kelemahan yakni adanya pemaknaan yang sempit terhadap kurikulum. Dalam hal ini kurikulum hanya dipandang sebagai dokumen yang memuat serentetan daftar pokok bahasan materi dari suatu mata pelajaran. Belum lagi jika kurikulum hanya dipahami sebagai produk berupa kemungkinan munculnya asumsi bahwa perencanaan kurikulum dapat mendeskripsikan semua kegiatan pembelajaran yang akan terjadi di sekolah. Untuk konteks lingkup pendidikan dewasa ini rasanya akan kesulitan untuk dapat mengakomodasi semua fenomena kehidupan yang sangat dinamis.

Kurikulum sebagai program merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pengajaran yang riil. Dalam bentuk yang ekstrim, kurikulum sebagai program dapat termanifestasikan dalam serentetan daftar pelajaran ataupun pokok bahasan yang diajarkan pada kurun waktu tertentu, seperti dalam kurun waktu satu semester. Elaborasi atas interpretasi yang lebih luas dari definisi tersebut dapat mencakup aspek-aspek akademik yang kemungkinan perlu dimiliki oleh sekolah dalam kerangka kegiatan pembelajaran suatu kajian ilmu tertentu. Keuntungan pandangan ini terletak pada dua hal. Pertama, dapat menunjukkan dan menjelaskan secara lebih konkret tentang arti sebuah kurikulum. Kedua, memberikan pemahaman bahwa kegiatan pembelajaran dapat terjadi dalam latar (setting) dan jenjang yang berbeda. Sementara itu kelemahannya adalah munculnya asumsi bahwa apa yang tampak dalam daftar pokok bahasan, itulah yang harus dipelajari oleh siswa.

Sementara itu, pandangan kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa, mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap, dan berbagai bentuk pemahaman terhadap bidang studi. Walau pengertian ini lebih konseptual, namun hasil belajar yang diinginkan siswa juga sering dituangkan dalam bentuk dokumen seperti halnya tujuan belajar, seperangkat konsep yang harus dikuasai, prinsip-prinsip belajar, dan sebagainya. Keuntungan dari cara pandang seperti ini berupa (1) kurikulum menjadi sebuah konsep, yang selanjutnya dapat dikembangkan dan dielaborasikan oleh guru, siswa dan masyarakat, sehingga tidak sekedar produk semata, yang secara “ritual” harus diajarkan sebagaimana adanya tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan kultural sekolah dan masyarakat, serta (2) penyusunan kurikulum menjadi lebih dapat dikelola (manageable), baik dari segi ruang lingkup maupun urutan. Adapun kelemahannya terletak pada adanya kesulitan para guru dan sekolah dalam

(21)

1 - 8 Unit 1

menangani secara terpisah apa yang harus dipelajari oleh siswa dan cara mempelajarinya.

Pemaknaan kurikulum sebagai pengalaman belajar sangatlah berbeda dari tiga pemaknaan sebelumnya. Pemaknaan kurikulum yang terakhir ini lebih merupakan akumulasi pengalaman pendidikan yang diperoleh siswa sebagai hasil kegiatan belajar atau pengaruh situasi dan kondisi belajar yang telah direncanakan. Konsekuensinya apa yang direncanakan dalam kurikulum belum tentu berhasil sebagaimana yang diharapkan karena begitu banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kemampuan guru dalam menerapkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses pembelajaran. Artinya, sebaik apa pun sebuah kurikulum bila tidak didukung oleh guru yang profesional tentu tidak banyak memberikan makna terhadap siswa. Demikian pula sebaliknya.

Keuntungan dari pemaknaan terakhir kurikulum tersebut setidaknya ada dua, yaitu: (1) pihak guru maupun sekolah lebih memusatkan perhatiannya pada siswa dalam proses pembelajaran, dan (2) guru akan lebih melibatkan semua pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kelemahannya ialah (1) kurikulum terasa lebih abstrak dan kompleks jika dibandingkan dengan pemahaman yang sebelumnya, dan (2) kurikulum menjadi sangat komprehensif, sehingga tidak dapat dideskripsikan dalam bentuk yang sederhana. Sebagai konsekuensinya muncul terminologi mengenai kurikulum eksplisit (tertulis) dan kurikulum implisit (tidak tertulis) atau

kurikulum tersembunyi (hidden curriculum).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Berdasarkan rumusan tersebut dapat diturunkan beberapa ciri kurikulum yang antara lain sebagai berikut.

a. Curriculum as a subject matter, yang menggambarkan kurikulum sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang akan diajarkan. Dengan demikian, dalam pengertian ini isi atau materi merupakan salah satu dari komponen kurikulum.

b. Curriculum as experience, yang menggambarkan kurikulum sebagai seperangkat pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pedidikan. Pengertian kurikulum ini juga menggambarkan pengalaman sebagai kegiatan kurikulum.

(22)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 9 c. Curriculum as intention, yang menyatakan kurikulum sebagai suatu rencana,

mulai dari tujuan, sasaran dan juga evaluasinya. Ini berarti kurikulum merupakan program yang terencana.

d. Curiculum as cultural reproduction, yang menyiratkan kurikulum sebagai refleksi suatu budaya masyarakat tertentu.

e. Curriculum as currere, yang menekankan kapasitas individu untuk berpartisipasi dan mengonsepkan kembali pengalaman hidup seseorang. Dalam pengertian ini, kuriku-lum merupakan perspektif pengalaman dan akibat terhadap kurikulum atau intepretasi terhadap pengalaman hidup.

Saudara, setelah Anda membaca pembahasan mengenai pengertian kurikulum di atas, bagaimana dengan jawaban Anda pada latihan 1.1 di atas? Kami yakin jawaban Anda banyak yang benar. Tetapi, bila belum benar segeralah memperbaikinya.

Kedudukan dan Posisi Kurikulum dalam Pendidikan

Inti sari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dalam pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di dalam masyarakat. Di dalam keluarga, interaksi yang terjadi antara orang tua sebagai pendidik dengan anak sebagai peserta didik. Interaksi terjadi bisa setiap saat, misalnya ketika orang tua bertemu anaknya di meja makan, saat menjelang tidur, atau berdialog, atau kegiatan lainnya. Semua itu berjalan secara alamiah tanpa perhitungan dan persiapan dengan tujuan dan target tertentu.

Pada umumnya pendidikan dalam keluarga berjalan secara alamiah, tanpa rencana sistematis yang dipersiapkan sebelumnya. Orang tua tidak mempunyai rencana khusus, tertulis, dan formal tentang pendidikan yang akan diberikan terhadap anaknya. Umumnya mereka hanya memiliki harapan tentang apa yang diinginkan terhadap anaknya. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai orang tua. Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan konkret, dan bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut pula sebagai pendidikan informal.

Sebaliknya, pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis. Guru sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal nelalui lembaga pendidikan guru. Mereka dibekali dengan berbagai kompetensi seperti kompetensi: kepribadian, sosial, profesional, dan pedagogis yang memang sangat diperlukan oleh seorang guru. Di sekolah guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara sadar dan terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya.

(23)

1 - 10 Unit 1

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan; dan ada pula yang tidak formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya juga bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang menjadi guru hanya karena pengalaman.

Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, memiliki kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, pelaksana kegiatan pendidikan telah dipersiap-kan secara formal sebagai pendidik yang telah dibekali dengan berbagai macam kompetensi. Ketiga, kegiatan pendidikan dilaksanakan secara formal, terencana, dan diakhiri dengan kegiatan penilaian untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Keempat, interaksi berlangsung dalam situasi dan lingkungan tertentu dengan dukungan berbagai fasilitas yang diperlukan.

Dengan demikian, dibandingkan dengan pendidikan informal dan nonformal, pendidikan formal memiliki sejumlah kelebihan. Dari segi isi, pendidikan formal memiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya berkaitan dengan masalah pembinaan moral saja, tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dari segi fungsi, pendidikan formal memiliki peran untuk membantu keterbatasan pendidikan anak dalam memperseiapkan masa depan mereka. Dari sisi penyelenggaraan, pendidikan formal memiliki dasar, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil yang lebih terencana, sistematis, dan jelas.

Saudara, itulah sajian tentang pelbagai pengertian kurikulum. Selanjutnya, kerjakanlah latihan berikut ini.

Latihan 2

1. Apa hubungannya antara kurikulum dengan dunia pendidikan? 2. Di mana posisi kurikulum dalam proses pembelajaran?

(24)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 11 Saudara, kurikulum dalam pendidikan formal menempati posisi yang sangat strategis karena tanpa kurikulum pendidikan akan kehilangan jati diri, serta arah dan tujuan yang hendak diraihnya. Dalam pendidikan formal, kedudukan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Kedudukan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan sebagai program yang didesain, direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan dalam suatu situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Berkaitan dengan hal itu, kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendi-dikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, kurikulum didefinisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Mac Donald (dalam Sukmadinata, 1997), sistem persekolahan terbentuk atas empat sub sistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru. Belajar (learnig) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar disebut pembelajaran (instruction). Dengan demikian, kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Hilda Taba (dalam Sukmadinata, 1997) menyatakan bahwa perbedaan antara kurikulum dan pengajaran bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Keduanya membentuk satu rentangan atau kontinum. Kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat. Perbedaan keduanya dapat digambar-kan sebagai berikut.

Rencana Kegiatan (kurikulum)

(25)

1 - 12 Unit 1

Umum-jangka panjang Khusus-jangka pendek

KURIKULUM PENGAJARAN

Gambar 1.2. Bagan Kontinum kurikulum dan pengajaran

Satu hal yang perlu Anda ketahui bahwa kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan seperti yang telah digambarkan di atas. Uraian tentang penger-tian kurikulum di atas diakui dapat menimbulkan kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian tersebut memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan. Secara administratif kurikulum memang harus terekam secara tertulis. Oleh karena itu, kesan yang timbul tersebut memang ada benarnya .

Kurikulum dalam posisi sentralnya ini menunjukkan bahwa dalam setiap unit pendidikan, kegiatan kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber, dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi; dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.

Jadi, kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus harus dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan akuntabilitas akademik dan akuntabilitas legal. Oleh karena itu, jika ada yang ingin mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan, maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan dengan hukum, maka ia harus mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga pendidikan tersebut.

Dalam pengertian intrinsik kependidikan, kurikulum adalah jantung pendidikan. Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada apa yang direncanakan dalam kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum.

(26)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 13 Pengembangan potensi peserta didik menjadi kualitas yang diharapkan didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang dialami peserta didik di kelas, di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan apa yang direncanakan dalam kurikulum. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas, apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali, maka kehidupan pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.

Untuk menegakkan akuntabilitasnya, maka kurikulum tidak boleh hanya membatasi diri pada persoalan pendidikan sebagaimana dianut oleh pandangan perenialisme atau esensialisme. Kurikulum dan pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah sosial yang muncul, hidup, dan berkembang di masyarakat. Kurikulum menjadikan sekolah sebagai lembaga menara gading yang tidak terkait dan terjamah dengan keadaan masyarakat. Pemahaman seperti ini tidak dapat dipertahankan. Kuriku-lum harus memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema masyarakat harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi kepeduliaan, dan masalah kurikulum.

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Pertama, kurikulum adalah konstruk atau sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan. Pengertian kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme. Kedua, kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. Ketiga, kurikulum merupakan alat untuk membangun kehidupan masa depan, yang menempatkan kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan rencana pengembangan dan pembangunan bangsa sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

Secara formal, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan diterjemah-kan dalam bentuk tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan, dan tujuan pendidikan lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan bangsa Indonesia yang diharapkan tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila pendidikan dasar Indonesia adalah 9 tahun, maka tujuan pendidikan nasional harus tercapai dalam masa pendidikan 9 tahun yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Tujuan di atas pendidikan dasar tidak mungkin tercapai

(27)

1 - 14 Unit 1

oleh setiap warganegara karena pendidikan tersebut (pendidikan menengah dan tinggi) tidak selalu dapat diikuti oleh setiap warga bangsa. Oleh karena itu, kualitas yang dihasilkannya bukanlah kualitas yang harus dimiliki seluruh warga bangsa, tetapi kualitas yang dimiliki hanya oleh sebagian dari warga bangsa.

Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI memiliki tujuan yang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam ruang lingkup mau pun jenjang kualitas. Oleh karena itu pula, kurikulum untuk SD/MI berbeda dari kurikulum untuk SMP/MTs, baik dalam dimensi kualitas mau pun dalam jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan

jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia;

c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja;

g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama;

i. dinamika perkembangan global; dan

j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi, dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan tersebut dengan serius dan menjawabnya melalui penyesuaian diri dengan kualitas manusia yang diharapkan dapat dicapai pada setiap jenjang pendidikan (pasal 36 ayat (2).

Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana pemerintah untuk kehidupan bangsa di masa depan di antaranya: transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri; reformasi dari sistem pemerintahan sentralistis ke sistem pemerintahan desentralistis; serta pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti

(28)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 15 sikap dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dan mampu mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan pada setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.

Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan teknologi belaka. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan bahasa daerah, serta bidang-bidang yang dianggap kurang "penting". Pengalokasian waktu tersebut merupakan konstruk para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang ada.

Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab keseluruhan spektrum permasalahan masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian (kecil) dari permasalahan yang ada di masyarakat, yaitu rendahnya penguasaan matematika dan ilmu alamiah (sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN. Permasalahan lain yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu, dan bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan global.

Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam mengembangkan kehidupan sosial yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum sebagai konstruk yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa depan sesuai dengan bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa. Posisi ini bersifat konstruktif dan antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa depan yang diinginkan. Dalam posisi ketiga ini, kurikulum menjadi jantung pendidikan dalam membentuk generasi baru dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memenuhi kualitas yang diperlukan bagi kehidupan masa mendatang.

(29)

1 - 16 Unit 1

Pertanyaan yang muncul adalah kualitas apa yang harus dimiliki semua manusia Indonesia yang telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun? Ini adalah kualitas minimal yang harus dimiliki seluruh anggota bangsa. Jika pasal 36 ayat (3) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dijadikan dasar untuk mengidentifikasi kualitas minimal yang harus dimiliki bangsa Indonesia, maka hal itu harus tercermin dalam kurikulum. Jika mentalitas bangsa Indonesia yang diinginkan adalah mentalitas baru yang religius, produktif, hemat, memiliki rasa kebangsaan tinggi, mengenal lingkungan, gemar membaca, gemar berolahraga, cinta seni, inovatif, kreatif, kritis, demokratis, cinta damai, cinta kebersihan, disiplin, kerja keras, menghargai masa lalu, menguasai pemanfatan teknologi informasi dan sebagainya, maka kurikulum harus mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kualitas tersebut sebagai kualitas dasar atau kualitas minimal bangsa yang menjadi tugas kurikulum SD/MI dan SMP/MTs.

Jika masa depan ditandai oleh berbagai kualitas baru yang harus dimiliki peserta didik yang menikmati jenjang pendidikan menengah, maka tugas kurikulum ialah memberikan peluang kepada peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya. Jika penguasaan ilmu, teknologi, dan seni di jenjang pendidikan menengah diarahkan untuk persiapan pendidikan tinggi, maka kurikulum harus mampu memberi kesempatan itu. Barangkali untuk itu sudah saatnya konstruksi kurikulum SMA dengan model penjurusan yang sudah berusia lebih dari 50 tahun itu ditinjau ulang. Model baru yang lebih efektif perlu dikembangkan, sesuai dengan kaidah pendidikan dan hasil kajian keilmuan, terutama kajian psikologi mengenai minat sebagai model penjurusan untuk kurikulum SMA.

Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih memberikan perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek kemanusiaan peserta didik, maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada pengembangan keilmuan dan dunia kerja. Kedua orientasi ini menyebabkan kurikulum di jenjang pendidikan tinggi kurang memperhatikan kualitas yang diperlukan manusia di luar keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja. Dalam banyak kasus bahkan terlihat bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait dengan pengembangan ilmu dan dunia kerja. Kualitas kemanusiaan seperti kejujuran, kerja keras, menghargai prestasi, disiplin, taat aturan, menghormati hak orang lain, dan sebagainya, terabaikan dalam kurikulum pendidikan tinggi walau pun harus diakui bahwa Kepmen 232/U/1999 mencoba memberikan perhatian kepada aspek ini.

(30)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 17

Fungsi dan Efektivitas Kurikulum

Setelah Anda mengetahui pengertian kurikulum di atas, kerjakan latihan berikut ini. Janganlah Anda menengok ke pembahasan selanjutnya sebelum latihan itu selesai dikerjakan.

Latihan 3

1. Menurut Anda, untuk siapakah kurikulum itu dan digunakan untuk apakah kurikulum itu?

2. Bagaimana Anda mengukur tingkat keefektifan sebuah kurikulum yang sedang diterapkan?

Kurikulum sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud antara lain guru, kepala sekolah, masyarakat, dan penulis buku ajar. Selain itu, kurikulum difungsikan untuk sekolah yang bersangkutan dan sekolah di atasnya dengan fungsi yang berbeda. Berikut ini akan dipaparkan seberapa jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.

1. Fungsi kurikulum bagi guru

Bagi guru baru sebelum mengajar hal yang pertama harus diperoleh dan dipahami ialah kurikulum. Lalu, kompetensi dasarnya. Setelah itu, barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan untuk membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, guru semestinya mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan di mana ia bekerja.

Sebagai contoh fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003, pasal 3).

(31)

1 - 18 Unit 1

2. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Bagi Kepala Sekolah yang baru, hal pertama yang dipelajari adalah tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari dan mempelajari sungguh-sungguh kurikulum yang digunakan. Selanjutnya, tugas kepala sekolah ialah melakukan supervisi kurikulum. Yang dimaksud supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi, nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebetulnya yang menjadi sasaran supervisi dalam pelaksanaan kurikulum bagi kepala sekolah adalah bagaimana guru melaksanakan kurikulum yang berlaku. Secara khusus, sasaran supervisi kurikulum itu di antaranya sebagai berikut.

• Bagaimana guru menyusun satuan pelajaran atau disebut dengan silabus? (memilih bahan, metode dan media)

• Bagaimana guru menyusun program semester berdasarkan kurikulum? • Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran?

• Bagaimana guru melaksanakan evaluasi hasil belajar?

Supervisi dapat dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan sebagainya. Dengan cara tersebut, kepala sekolah akan ditemukan berbagai kelemahan guru dalam melaksanakan kurikulum. Atas dasar itu, diberikan diadakan pembinaan seperlunya, baik yang berupa pembinaan bidang studi maupun bidang administrasi kurikulum dengan harapan proses pembelajaran maupun produknya akan lebih baik.

3. Fungsi kurikulum bagi masyarakat

Kurikulum adalah alat produsen dalam hal ini sekolah, sedangkan masyarakat adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus sejalan. Keluaran atau output kurikulum sekolah harus dapat link and match dengan kebutuhan masyarakat. Bagaimana fungsi kurikulum sekolah dengan harapan masyarakat?

Berikut ini berbagai jenis kurikulum sekolah dalam hubungannya dengan harapan masyarakat.

• Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.

(32)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 19 • Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat

bekerja dalam bidang tertentu di masyarakat.

• Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan pengetahuan khusus pendidikan agama yang bersangkutan dengan harapan lulusannya dapat menjadi pembina agama yang baik di masyarakat.

• Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi perintis atau pelopor pembangunan atas dasar konsep yang tangguh.

• Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan untuk disiapkan agar dapat menyesuaikan didi dalam kehidupan masyarakat.

• Pendidikan kedinasan kurikulumnya disiapkan oleh suatu Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan di masyarakat nantinya.

• Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan keahlian tertentu dengan harapan lulusannya dapat bekerja secara profesional di masyarakat.

4. Fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar

Penulisan buku ajar dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Penulis buku ajar melakukan analisis instruksional untuk membuat dan menjabarkan berbagai pokok dan subpokok bahasan. Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan. Sumber atau bahan yang digunakan dapat berupa bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan sebagainya, yang diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis sendiri atau dari lingkungan). Penggunaan pelbagai sumber tersebut sebagai bahan pelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

• Bersifat pedagogis, artinya berisi hal-hal yang normatif.

• Bersifat psikologis, artinya bahan yang ditulis sesuai dengan kejiwaan peserta didik, yakni perhatian, minat, kebutuhan, dan perkembangan jiwanya.

• Bahan hendaknya disusun secara didaktis, artinya bahan yang tertulis tersebut ditata sedemikian rupa sehingga mudah untuk diajarkan.

• Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya bahan jangan sampai menimbulkan kontroversial dengan keadaan masyarakat penggunanya.

(33)

1 - 20 Unit 1

• Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun jangan sampai bertentangan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

• Selaras dengan karakteristik kelas-kelas penggunanya. Bahan untuk sekolah dasar kriterianya akan lebih ketat dari bahan untuk sekolah menengah.

Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum juga difungsikan untuk sekolah yang bersangkutan dan sekolah di atasnya. Untuk sekolah yang bersangkutan kurikulum digunakan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan, yang diwujudkan sebagai program sekolah. Sedangkan untuk sekolah di atasnya kurikulum digunakan untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, kurikulum digunakan sebagai (1) pertimbangan membuat kurikulum di sekolahnya, dan (2) menjaga kesinambungan.

Apabila dianalogkan, fungsi dan kedudukan kurikulum adalah: • kendaraan sebagai kurikulum;

• sopir sebagai guru/kepala sekolah; • penumpang sebagai siswa;

• tempat yang dituju sebagai tujuan pendidikan; • jarak yang dituju sebagai target;

• hambatan di jalan sebagai kendala; dan • bengkel sebagai biro perencanaan kurikulum.

Efektivitas Kurikulum

Seperti yang telah diuraikan di atas, penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan khusus untuk disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar. Dalam penerapannya, penafsiran ini dapat ditetapkan lebih lanjut dalam tiga level: (1) apakah sebagai kurikulum nasional pada level nasional, (2) apakah sebagai kurikulum sekolah pada level sekolah, dan (3) apakah sebagai kurikulum mata pelajaran pada level mata pelajaran. Apabila konsep ini dibatasi pada level sekolah, maka kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan dan isi pada level individu siswa, level program, atau level sekolah untuk memandu guru melakukan tugas mengajar dan siswa melakukan tugas belajar.

(34)

e p p K g m d b m y d m d e k Perub efektivitas m proses pendi perubahan k Konsep ini guru mengaj mengkontrib dapat dilihat Berd berinteraksi memfasilitas yang sesuai diharapkan. manajemen dijadikan da evaluasi efe kinerja guru bahan dan p mengajar da idikan yang kurikulum d mengundan jar dan bagi busi efektiv t pada Gamb G dasarkan stru secara te si kinerja gu dengan ke Karakteristi sekolah, isi asar sebagai ktivitas kuri u, serta has pengembanga an belajar m direncanaka dapat dihubu ng kritik kar siswa belaja vitas kurikul bar 1.3 strukt Gambar 1.3 Str uktur tersebu epat dengan uru, memban butuhannya, ik awal kuri i mata pelaj kurikulum ikulum dapa sil dan pen

an kurikulum melalui peru

an. Jika cara ungkan den rena sulit di ar. Kritik sel lum. Konse tur efektivita

ruktur Efektivi

ut, suatu kur n kompete ntu siswa da , dan memp ikulum sepe jaran, sumbe sekolah. Str at meliputi k ngalaman be Pen m bertujuan ubahan isi, k a berpikir ini ngan konsep iketahui efek lanjutnya, ap epsi tentang as kurikulum itas Kurikulum rikulum dika nsi guru. alam mengu produksi ou erti tujuan n er dan tekno ruktur terseb kriteria prose elajar siswa ngembangan Kuri untuk mema kegiatan, da i diterima, m p efektivitas ktivitas kuri pakah faktor g efektivitas m (Cheng, 19 m atakan efekt Interaksi ukur pengala tcome pend nasional, tuju ologi pendid but menyara es dan outco a. Variabel kulum SD 1 - 2 aksimumkan an perbaikan maka diskusi kurikulum ikulum bagi lain mampu s kurikulum 986a).

tif jika dapat ini mampu aman belajar didikan yang uan sekolah, dikan, dapat ankan bahwa omes seperti yang dapat 21 n n i . i u m t u r g , t a i t

(35)

1 - 22 Unit 1

dimanipulasi, diubah, atau dikembangkan oleh peneliti dapat memperbaiki kinerja guru dan outcomes sekolah, serta pengalaman belajar siswa adalah variabel yang erat hubungannya dengan efektivitas kurikulum dan kompetensi guru.

Rangkuman

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu: (1) kurikulum sebagai konstruk, (2) kurikulum sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan, (3) kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan yang didasarkan atas kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa.

Kurikulum sangat penting bagi beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud anatara lain guru, kepala sekolah, masyaraka, dan penulis buku ajar.

(36)

Pengembangan Kurikulum SD 1 - 23

Tes Formatif 1

Jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Banyak orang beranggapan bahwa kurikulum itu sama saja dengan materi pembelajaran. Jelaskan pendapat Anda terhadap pernyataan tersebut!

2. Sebagai seorang guru, apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki kurikulum ketika hendak mengajar?

3. Dalam kurikulum kita, mana yang lebih penting antara tujuan dengan buku teks dalam mengajar?

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Setelah mengerjakan Tes Formatif 1, bandingkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir unit ini. Apabila jawaban yang benar minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari subunit selanjutnya. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda kuasai.

(37)

1 - 24 Unit 1

Subunit 2

Komponen Kurikulum

Pengantar

audara, setelah Anda mempelajari uraian tentang hakikat pengembangan kurikulum, marilah kita ikuti sekarang pembahasan mengenai komponen kurikulum. Seperti dikatakan pada Sub Unit 1 bahwa kurikulum merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisah-pisahkan. Sebagai sebuah sistem, komponen-komponen tersebut memiliki hubungan yang harmonis, salaing mendukung, dan tidak saling bertentangan. Sistem tersebut akan menentukan jalur kurikulumnya.

Dari pernyataan di atas dapatlah Anda pahami mengapa komponen-komponen kurikulum ini penting kita pelajari dalam Subunit ini. Untuk itu, cermatilah uraian berikut ini dengan seksama.

Saudara, bacalah sebuah kurikulum. Kemudian, kerjakan latihan berikut ini. Setelah selesai, bandingkan jawaban Anda dengan uraian selanjutnya.

LATIHAN 1

Dari kurikulum yang Anda baca, apa saja yang seharusnya ada dalam kurikulum? Untuk memudahkan jawaban Anda bacalah kurikulum 2006 dan kurikulum 1994. Jelaskan alasan Anda mengapa Anda dapat menyebutkan bahwa itu termasuk komponen kurikulum.

Sebuah kurikulum memiliki komponen tujuan, isi, organisasi, dan strategi. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu dari komponen-komponen dalam kurikulum tersebut.

Tujuan

Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum adalah suatu program yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai sarana pencapaian suatu tujuan pendidikan. Dalam hal ini

Gambar

Gambar 1.1 Kedudukan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum.

Mata kuliah ini mengkaji pengembangan kurikulum PAUD, mencakup : hakikat kurikulum PAUD dan karakteristiknya: pengertian, komponen dan struktur kurikulum, pengembangan

Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa diwajibkan mengakaji: hakikat kurikulum dan pembelajaran, pengembangan kurikulum (KTSP), profil kurikulum SD, proses dan

Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa diwajibkan mengakaji: hakikat kurikulum dan pembelajaran, pengembangan kurikulum (KTSP), profil kurikulum SD, proses dan

Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa diwajibkan mengakaji: hakikat kurikulum dan pembelajaran, pengembangan kurikulum (KTSP), profil kurikulum SD, proses dan

Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa diwajibkan mengakaji: hakikat kurikulum dan pembelajaran, pengembangan kurikulum (KTSP), profil kurikulum SD, proses dan

Ada empat landasan pokok dalam setiap pengembangan kurikulum, pertama Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat

Adapun Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan multikultural pendidikan agama Islam mendasarkan pada: keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat,