• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29126/PP/M.VII/13/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29126/PP/M.VII/13/2011"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29126/PP/M.VII/13/2011 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26

Tahun Pajak : 2005

Pokok Sengketa : Koreksi Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak 2005 berupa Royalty sebesar Rp5.708.958.892,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi tehadap Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 berupa Biaya Home Office Expense yang dibayarkan kepada xx Holding BV, dimana menurut Terbanding Home Office Expense ini nature-nya adalah royalty, sehingga harus dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26;

bahwa berdasarkan Service Agreement diketahui bahwa:

- xx Holding BV memiliki sejumlah keahlian dan know how yang telah dikembangkan diseluruh dunia akan tetapi belum dikembangkan di Indonesia, keahlian dan know how tersebut telah diperoleh melalui kegiatan operasional internasionalnya yang ekstensif;

- Reputasi dan kedudukan xx Holding BV yang baik diseluruh dunia merupakan buktinya;

- xx Holding BV telah memperoleh sejumlah prestasi tidak hanya dibidang perencanaan, pembangunan pabrik dan produksi pipa berlapis untuk industri, akan tetapi juga di bidang administrasi dan keuangan, pemasaran, logistik, serta dibidang penelitian dan pengembangan, teknis produksi, kualitas dan keamanan;

- Pemohon Banding bermaksud untuk menerima manfaat dari bantuan yang bersifat teknis yang diberikan oleh xx Holding BV;

- xx Holding BV setuju untuk memberikan keahliannya atas permintaan Pemohon Banding;

- Jenis jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding adalah rancangan pelapisan, kontrol kualitas, perhitungan logistik pelayaran yang baik dan jasa-jasa lainnya yang dikembangkan atas permintaan Pemohon Banding yang dapat berguna bagi Pemohon Banding dalam kegiatan usaha sehari-harinya;

- Pemohon Banding akan ditagih oleh xx Holding BV atas jasa yang telah diberikan sebesar 6% dari pendapatan tahunannya;

- Kontrak ini bersifat mengikat dan rahasia karena manfaat yang timbul dari kontrak tersebut tidak dapat diserahkan atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh salah satu pihak tanpa persetujuan tertulis dari pihak lainnya;

- Service Agreement ini telah dibuat dari tahun 1994, namun sampai dengan saat ini Pemohon Banding selalu memerlukan informasi atau pengalaman xx Holding BV didalam mengadakan pekerjaan melapisi pipa;

bahwa berdasarkan penjelasan diatas, Terbanding berkesimpulan sebagai berikut:

- Terdapat hubungan istimewa antara Pemohon Banding dengan xx Holding BV, dimana xx Holding BV memiliki 75% saham Pemohon Banding;

- xx Holding BV melakukan transfer ilmu kepada Pemohon Banding yaitu berupa pengalaman dibidang pelapisan pipa, dimana didalam Service Agreement tercantum jasa apa saja yang harus diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon banding;

- Didalam ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku diketahui bahwa transfer ilmu ataupun pemanfaaatan pengalaman disuatu bidang tertentu merupakan deskripsi dari istilah royalty;

- Pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV sebesar 6% dari total penjualannya merupakan ciri dari pembayaran royalty, yaitu mendasarkan pembayaran dengan menggunakan prosentase tertentu atas seluruh peredaran usaha;

- Dengan adanya keterangan bahwa Pemohon Banding selalu tergantung dengan informasi atau pengalaman xx Holding BV didalam pengerjaan pelapisan pipanya semakin mempedelas bahwa keahlian yang dimiliki oleh xx Holding BV merupakan keahlian yang sifatnya rahasia, dan tidak dimiliki oleh Pemohon Banding meskipun Pemohon Banding telah melakukan pekerjaan melapisi pipa sejak tahun 1994;

- Berdasarkan hal tersebut diatas, maka terbanding berpendapat bahwa pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV merupakan pembayaran royalti sebagaimana dimaksud didalam Pasal 12 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Kerajaan Belanda;

bahwa sesuai dengan isi agreement/perjanjiannya, Pemohon Banding menyatakan bahwa Home Office Expense tersebut adalah imbalan atas pemberian jasa teknis, namun berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada kenyataannya bahwa Home Office Expense tersebut adalah royalty, berupa imbalan yang dibayarkan Pemohon Banding kepada xx Holding BV atas penggunaan informasi berupa pengalaman xx Holding BV di bidang industri dan perdagangan yang diterima Pemohon Banding dengan nama dan bentuk Jasa Dukungan Teknis, Jasa Kontrol Kualitas, Jasa Pendukung Tender dan Pembelian, Jasa Dukungan Keuangan, Jasa Dukungan Hukum, Jasa Dukungan Asuransi, dan Jasa Dukungan Administrasi;

bahwa atas pembayaran Home Office Expense tersebut wajib dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 oleh Pemohon Banding sesuai dengan :

- Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan;

- Pasal 4 ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan;

- Pasal 12 angka 3 Persetujuan antara Pemerintah RI dan Kerajaan Belanda Untuk Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan;

- Pasal 18 ayat (4) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan;

bahwa Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan :

"Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan :

a. piden;

b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

e. hadiah dan penghargaan;

f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya”;

bahwa Penjelasan Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan :

"Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia, Undang-undang ini menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu pemenuhan sendiri kewajlban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, dan pemotongan oleh pihak yang wajlb membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto.

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapat digolongkan dalam:

1. penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk piden, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap sehubungan dengan interest swap dan imbalan karena jaminan pengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

2. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;

3. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

bahwa Pasal 4 ayat (1) huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan :

“Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk royalty”;

bahwa Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan :

“Pada dasarnya imbalan berupa royalti terdiri dari tiga kelompok, yaitu imbalan sehubungan dengan penggunaan :

1. hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merek dagang, formula, atau rahasia perusahaan;

2. hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial, dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat industri, komersial dan ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai intelektual, misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri khusus seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig), dan sebagainya;

3. informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang industri, atau bidang usaha lainnya. Ciri dari informasi dimaksud adalah bahwa informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi melakukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut. Tidak termasuk dalam pengertian informasi di sini adalah informasi yang diberikan oleh misalnya akuntan publik, ahli hukum, atau ahli teknik sesuai dengan bidang keahliannya, yang dapat diberikan oleh setiap orang yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang sama”;

bahwa Pasal 12 Angka 3 Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Belanda Untuk Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan, menyatakan :

“Istilah “royalty” sebagaimana digunakan dalam pasal ini berarti semua bentuk pembayaran yang diterima sebagai imbalan atas penggunaan, atau hak untuk menggunakan hak cipta kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah-termasuk film sinematografi dan film atau pita untuk siaran radio atau televisi- paten, merk dagang, desain dan model, rencana, rumus atau proses yang dirahasiakan atau untuk hak menggunakan, perlengkapan industri, perdagangan, atau ilmu pengtahuan, atau untuk informasi mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan, atau ilmu pengetahuan, atau untuk informasi mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan, atau ilmu pengetahuan. Namun demikian, istilah tersebut tidak mencakup pembayaran untuk pemberian jasa teknis”;

bahwa Pasal 18 ayat (4) huruf a Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan :

"Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (3a), Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir";

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29126/PP/M.VII/13/2011

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena Home Office Expense pada dasarnya bukan merupakan biaya royalty, melainkan biaya atas jasa Head Office Support yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding berdasarkan Service Agreement for General, Technical, Financial and Administrative Assistance Nomor 01/95;

bahwa alasan atas ketidaksetujuan Pemohon Banding atas koreksi tersebut adalah sebagai berikut :

Dasar dilakukannya pemberian jasa Head Office Support Services

bahwa usaha Pemohon Banding bergerak di bidang pelapisan pipa, yang dalam menjalankan operasi perusahaannya Pemohon Banding menandatangani kesepakatan dalam bentuk Service Agreement Nomor 01/95 pada tanggal 1 November 1994 dengan xx Holding BV (dahulu xx Price Holding BV);

bahwa dalam agreement tersebut, disepakati bahwa xx Holding BV akan memberikan bantuan dalam hal jasa umum, jasa teknik, jasa finansial dan administrasi kepada Pemohon Banding;

bahwa pemberian jasa oleh xx Holding BV berupa bantuan Jasa Penunjang Teknis, Jasa Persiapan Tender dan Penunjang Pembelian, Jasa Penunjang Finansial, Jasa Penunjang Hukum, Jasa Penunjang Asuransi kepada Pemohon Banding disebabkan karena Pemohon Banding tidak memiliki department yang menangani jasa yang di butuhkan tersebut;

bahwa pemberian jasa oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:

- Pemohon Banding memerlukan jasa dan bantuan yang diberikan oleh perusahaan- perusahaan yang tergabung di dalam jaringan usaha global YYY, jasa dan bantuan tersebut memungkinkan Pemohon Banding melakukan usahanya di dalam bidang pelapisan pipa secara efisien dan ekonomis serta berstandar mutu tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh YYY Ltd, yang merupakan perusahaan induk dari group YYY, yang berbasis di Kanada;

- Operasi pelapisan pipa memerlukan bantuan jasa yang beragam agar kontrak perjanjian dengan pihak ketiga yang telah ditandatangani perusahaan dapat terpenuhi, mengingat sifat dari proyek pelapisan pipa tersebut di atas, dirasakan sangat tidak praktis apabila perusahaan harus memenuhi kebutuhannya secara tersendiri terpisah dari grup perusahaan lainnya, pendekatan melalui penyediaan jasa oleh atau untuk beberapa perusahaan dalam satu grup merupakan praktek bisnis yang umum, untuk menjamin tingkat efisiensi yang tinggi;

- Jasa yang diperlukan oleh anak-anak perusahaan umumnya disediakan oleh induk perusahaan, namun apabila induk perusahaan tidak dapat menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk jasa tersebut, maka induk perusahaan harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut;

bahwa pada kasus Pemohon Banding dan induk perusahaannya (xx Holding BV), xx Holding BV telah mengatur agar kebutuhan anak-anak perusahaan dipenuhi melalui anggota grup perusahaan yang lain, yaitu xx Limited (perusahaan di Inggris), xx Pte.

Ltd (perusahaan di Singapura), Shaw Pipe Protection Limited (Kanada), dan YYY Pipe Protection LLC (Delaware, Amerika);

bahwa pemberian bantuan asuransi dan finansial juga diberikan oleh YYY Ltd.

Tagihan kepada xx Holding BV akan dialokasikan kepada anak-anak perusahaan yang bersangkutan, termasuk Pemohon Banding, sesuai dengan porsinya;

- Pertimbangan lain dari Pemohon Banding untuk melakukan perjanjian tersebut adalah bahwa apabila Pemohon Banding menunjuk konsultan lain untuk melaksanakan jasa-jasa yang diperlukan, maka diperkirakan akan terbebani biaya yang lebih besar, di samping kemungkinan tidak tersedianya jenis jasa yang diperlukan oleh Pemohon Banding dan biaya yang lebih besar juga diperkirakan akan terjadi apabila Pemohon Banding mempekerjakan staff-staff khusus secara tetap ("full time") untuk masing-masing jasa yang diperlukan;

- Jenis jasa-jasa yang sama juga diberikan oleh xx Holding BV kepada seluruh anak perusahaannya di kawasan Asia;

- Pemohon Banding berkeyakinan bahwa biaya yang terutang atau yang Pemohon Banding bayarkan kepada xx Holding BV berdasarkan Service Agreement tersebut merupakan pembayaran atas jasa-jasa dan bukan royalty;

Metode Pembebanan Biaya

bahwa didalam perjanjian, jasa yang disediakan oleh xx Holding BV adalah termasuk tetapi tidak terbatas pada : bantuan teknik dan konsultasi jasa seperti bantuan teknik mesin, jasa teknik, bantuan HSE, strategi pengembangan, bantuan peralatan/mesin pabrik; jasa kualitas kontrol, jasa penunjang pembelian, logistik, perpindahan staf, usaha untuk mendapatkan bahan dari luar negeri, bantuan finansial, pembiayaan, surat jaminan obligasi, bantuan finansial dari induk perusahaan, bantuan hukum seperti memeriksa kontrak, jaminan, garansi dan masalah kontrak lainnya yang terkait, bantuan asuransi untuk memenuhi kewajiban asuransi, jasa administrasi dan jasa-jasa lain yang dapat memberikan manfaat pada kegiatan usaha Pemohon Banding;

bahwa sesuai perjanjian, pengalokasian kepada Pemohon Banding (sebagaimana juga dilakukan kepada masing-masing anak perusahaan lainnya) dilakukan secara proporsional berdasarkan perbandingan penghasilan Pemohon Banding (dan anak perusahaan) tersebut terhadap total penghasilan xx Holding BV, dimana hasil penghitungan alokasi tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik;

bahwa metode pengalokasian biaya tersebut dilakukan mengingat pembebanan nilai jasa yang dilakukan oleh xx Holding BV untuk anak-anak perusahaannya tidak bisa ditentukan secara lebih pasti dengan menggunakan metode lainnya;

bahwa sesuai perjanjian, ditetapkan batas maksimum pembebanan adalah 6% dari total peredaran usaha untuk menghindari terjadinya pembebanan alokasi biaya yang berlebihan, yang apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya menghasilkan jumlah lebih dari 6%, maka biaya yang dibebankan kepada Pemohon Banding hanya sebesar 6%, sebagaimana terlihat dalam pembebanan untuk tahun 2003, namun apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya tersebut menunjukkan jumlah kurang dari 6%, maka yang dibebankan kepada Pemohon Banding adalah sebesar jumlah alokasi yang sebenarnya, seperti pernah terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2005;

Dokumen-dokumen pendukung

bahwa selama proses pemeriksaan, Pemohon Banding telah memberikan salinan Laporan Audit Khusus yang dikeluarkan oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young, LLP yang mengkonfirmasikan bahwa nilai yang wajar dari alokasi biaya kantor pusat oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding adalah berdasarkan perbandingan dari penghasilan Pemohon Banding terhadap total penghasilan group selama setahun;

bahwa sesuai dengan perjanjian, biaya yang dapat dialokasikan adalah biaya yang lebih kecil sehingga apabila dari perhitungan alokasi biaya menghasilkan jumlah lebih dari 6%, maka biaya yang dibebankan kepada Pemohon Banding hanya sebesar 6%, namun jika ternyata dari perhitungan alokasi biaya tersebut menunjukkan jumlah kurang dari 6% maka yang dibebankan kepada Pemohon Banding adalah sebesar jumlah alokasi yang sebenarnya, dengan demikian nilai yang wajar untuk tahun 2005 adalah sebesar USD 579,943.00 yaitu alokasi biaya 6% dari penghasilan yaitu USD 1,288,244.00 dikurangi dengan credit notes sebesar USD 708,201.00;

bahwa selama proses pemeriksaan, Pemohon Banding juga telah menyediakan dokumen pendukung yang menunjukkan adanya penyerahan bantuan jasa yang dilakukan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding, antara lain berupa :

- Tagihan yang diterbitkan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding, - Service Agreement,

- Certificate of Domicile,

- Fotokopi dokumen sehubungan dengan Jasa Penunjang Teknis, Jasa Persiapan Tender dan Penunjang Pembelian, Jasa Penunjang Finansial, Jasa Penunjang Hukum, Jasa Penunjang Asuransi;

bahwa Surat Pernyataan dari PricewaterhouseCoopers Belanda yang menyatakan bahwa xx Holding BV akan melaporkan penghasilan dari jasa (Home Office Expense) yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding sebesar USD 1,288,244.00 pada SPT Pajak Penghasilan Badan tahun 2005, dimana surat tersebut dikeluarkan sebelum diterbitkannya Laporan Audit Khusus oleh KAP Ernst and Young LLP sebagaimana disebut diatas;

bahwa Keputusan Terbanding Nomor : KEP-129/WPJ.02/BD.0601/2006 tanggal 22 Agustus 2006 yang dikeluarkan oleh Kanwil Sumatera Bagian Tengah yang kemudian dibetulkan melalui Keputusan Terbanding Nomor : KEP-168/WPJ.02/ BD.0601/2006 tanggal 21 September 2006 yang menerima sebagian permohonan keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 Nomor : 00017/204/03/215/05 tanggal 7 Juli 2005;

bahwa berdasarkan keputusan Kanwil Sumatera Bagian Tengah tersebut, dapat terlihat bahwa pada dasarnya pihak Kanwil Sumatera Bagian Tengah telah mengakui bahwa Home Office Expense merupakan jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding;

bahwa hal ini ditunjukkan pula dengan diterimanya sebagian keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 tahun 2003 yang menyetujui sebesar 5,33% dari Peredaran Usaha Pemohon Banding merupakan pemberian jasa sedangkan selisihnya sebesar 0,67% merupakan deviden terselubung;

bahwa Surat Penjelasan dari Kanwil Sumatera Bagian Tengah Nomor : S-267/

WPJ.02/BD.0601/2006 tanggal 21 September 2006 atas Keputusan Terbanding Nomor : KEP-129/WPJ.02/BD.0601/2006 tanggal 22 Agustus 2006, dimana dalam penjelasannya menyatakan bahwa pada dasarnya keputusan tersebut sesuai dengan Laporan Tim Kerja Pemohon Banding (Task Force) yang menyimpulkan bahwa terdapat cukup alasan untuk menerima sebagian permohonan Pemohon Banding dengan alasan sebagai berikut:

- Perusahaan Pemohon Banding adalah project company yang tidak memiliki pisi sebagaimana perusahaan yang lengkap misalnya pisi legal, marketing, asuransi, purchasing dan lainnya sehingga Pemohon Banding memerlukan jasa pendukung afiliasi tersebut;

- Seluruh biaya jasa pendukung dari perusahaan terafiliasi dapat dibebankan ke Pemohon Banding dengan menggunakan indirect method sesuai dengan Protocol 91 dan Pasal 8 ayat (1) P3B Indonesia – Belanda sepanjang terdapat bukti pendukungnya;

- Dalam konteks Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Indonesia – Belanda, selain digunakan direct method dimungkinkan adanya alokasi biaya tertentu antar perusahaan yang terafiliasi yang masing-masing menjadi penduduk di negara Indonesia dan Belanda;

- Sesuai dengan fotokopi Tax Return Tahun Pajak 2003 atas nama BSH BV yang telah dilaporkan ke Otoritas Pajak Belanda menunjukkan bahwa biaya alokasi dari Pemohon Banding telah dilaporkan sebagai penghasilan;

bahwa Keputusan Nomor : Put-06017/PP/M.VII/13/2005 dari Pengadilan Pajak yang mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding atas Keputusan Terbanding Nomor : KEP-005/SKPKB/WPJ.02/BD.0303/2004 tanggal 4 Februari 2004 tentang Pajak Penghasilan Pasal 26, dimana di dalam keputusannya menyatakan bahwa Home Office Expense bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 26;

bahwa berdasarkan penjelasan, bukti pendukung, Keputusan Kanwil, penjelasan atas Keputusan Kanwil Sumatera Bagian Tengah serta Keputusan Pengadilan Pajak seperti tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Home Office Expense bukan merupakan royalti tapi merupakan jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding jasa yang dilakukan oleh xx Holding BV, yaitu suatu badan yang berkedudukan di Belanda, juga tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26 karena jasa tersebut dilakukan di luar Indonesia dan xx Holding BV tidak memiliki BUT di Indonesia, hal ini sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) dari P3B Indonesia- Belanda yang menyatakan :

"Laba perusahaan dari salah satu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali jika perusahaan tersebut menjalankan usahanya di Negara lainnya melalui suatu bentuk usaha tetap yang terletak di sana."

bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 mengenai Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, menyebutkan:

Angka 2(a) :

"Wajib Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat pihak yang membayar penghasilan terdaftar" ;

Angka 4 (a.1) :

"Pada P3B yang telah berlaku umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha yang pengenaan pajaknya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia";

bahwa dengan pertimbangan bahwa :

- Jasa-jasa yang terkait dengan Home Office Expense dilakukan di luar Indonesia, - BSH BV tidak memiliki BUT di Indonesia dan

- BSH BV merupakan residen Pajak di Belanda (sebagaimana dibuktikan oleh Surat Keterangan Domisili yang diterbitkan oleh pejabat berwenang Belanda), maka dengan tegas Pemohon Banding menyatakan tidak setuju atas koreksi Terbanding yang mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas royalti terhadap Home Office Expense sebesar Rp5.708.958.892,00;

bahwa pada persidangan tanggal 16 Juni 2009 Pemohon Banding menyampaikan Penjelasan Tertulis Nomor : 0071/BSI/ACCT/VI/09 tanggal 12 Juni 2009, yang isinya antara lain sebagai berikut:

bahwa Penjelasan Pasal 26 ayat (1) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 menyatakan :

"Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia, Undang-undang ini menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, dan pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto.

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapat digolongkan dalam:

1. penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk piden, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap sehubungan dengan interest swap dan imbalan karena jaminan pengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

2. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;

3. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. pensiun dan pembayaran berkala lainnya. "

bahwa berdasarkan kutipan Penjelasan Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan tersebut, Pemohon Banding berpendapat bahwa harus ada modal yang dapat memberikan penghasilan yang kemudian dikategorikan sebagai royalty, dengan demikian Home Office Expense yang merupakan imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan atau kegiatan yang diberikan xx Holding BV kepada Pemohon Banding, bukan merupakan royalti karena Home Office Expense bukan merupakan penghasilan yang bersumber dari modal bagi xx Holding BV ;

bahwa Pasal 12 ayat (3) mengenai Royalti dari Persetujuan Untuk Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berkenaan Dengan Pajak atas Penghasilan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Belanda menyatakan :

"Istilah "royalti " sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti semua bentuk pembayaran yang diterima sebagai imbalan atas penggunaan, atau hak untuk menggunakan, hak cipta kesusasteraan, kesenian, atau karya ilmiah - termasuk film sinematografi dan film atau pita untuk siaran radio atau televisi - paten, merek dagang, desain atau model, rencana, rumus atau proses yang dirahasiakan, atau untuk penggunaan, atau hak menggunakan, perlengkapan industri, perdagangan, atau ilmu pengetahuan, atau untuk informasi mengenai pengalaman dibidang industri, perdagangan, atau ilmu pengetahuan. Namun demikian, istilah tersebut tidak mencakup pembayaran untuk pemberian jasa teknis ";

bahwa berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda atau Tax Treaty Indonesia-Belanda tersebut, Pemohon Banding berpendapat bahwa pembayaran untuk informasi mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan tidak mencakup, pembayaran untuk pemberian jasa teknis (lex specialist), oleh karena itu pembayaran Home Office Expense dari Pemohon Banding kepada xx Holding BV tidak dapat dikatakan sebagai pembayaran royalti sebagaimana yang diatur oleh Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia – Belanda;

bahwa dengan merujuk kepada kedua dasar hukum tersebut, baik Penjelasan Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan dan Pasal 12 ayat (3) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia-Belanda, Pemohon Banding berpendapat bahwa jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding bukan merupakan royalty;

bahwa Pemohon Banding juga tidak setuju dengan tanggapan Terbanding atas Service Agreement, antara lain:

- Terbanding kurang lengkap dalam mengutip hal-hal yang dibahas dalam Service Agreement Nomor : 01/95, sehingga dapat mengakibatkan salah interpretasi atas substansi dari isi Service Agreement itu sendiri;

bahwa kutipan secara lengkap seharusnya adalah sebagai berikut : “...PT XXPI (XXPI–dahulu xx Price Indonesia), dengan komitmen untuk mempertahankan dan meningkatkan standar eftsiensi ekonomisnya yang tinggi serta dalam usaha memperluas dan mengembangkan operasinya dalam memproduksi pipa berlapis di dalam memproduksi pipa berlapis di dalam wilayah geografis yang telah diberikan kepadanya, bermaksud untuk menerima manfaat dari bantuan yang bersifat teknis yang diberikan oleh xx Price (BSH BV – dahulu xx Price Holding BV). xx Price telah setuju untuk memberikan keahliannya atas permintaan PT BPI sehingga PT BPI dapat mengembangkan kegiatan usahanya dari pusatnya di Indonesia dengan cara yang lebih baik ";

- Terbanding menjelaskan bahwa jenis jasa-jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding adalah rancangan pelapisan, kontrol kualitas, perhitungan logistik pelayaran yang baik dan jasa-jasa lainnya yang dikembangkan atas permintaan Pemohon Banding yang dapat berguna bagi Pemohon Banding dalam kegiatan usaha sehari-harinya;

bahwa berdasarkan Service Agreement Nomor : 01/95, jasa-jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding antara lain:

- Jasa Bantuan Teknis dan Nasihat yang terdiri dari : Jasa Dukungan Teknis, Jasa Kontrol Kualitas, Jasa Pendukung Tender dan Pembelian;

- Bantuan yang bersifat Keuangan dan Administratif, yaitu : Jasa Dukungan Keuangan, Jasa Dukungan Umum, Jasa Dukungan Asuransi, Jasa Dukungan Administrasi;

- Jasa-jasa lain yang dikembangkannya atas permintaan Pemohon Banding dan yang mungkin dapat berguna bagi Pemohon Banding dalam kegiatan usaha sehari-harinya;

bahwa dengan demikian jasa yang diberikan oleh xx Holding BV bukan hanya Jasa Teknis saja tetapi juga dalam hal non-teknis seperti Jasa Keuangan dan Administratif;

- Terbanding menyatakan, sebagai kompensasi atas jasa-jasa yang diberikan oleh xx Holding BV, maka xx Holding BV harus memberikan tagihan kepada Pemohon Banding atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh xx Holding BV secara proporsional dengan dasar pendapatan masing-masing anak perusahaan dari Group xx di seluruh dunia, dimana jumlah biaya-biaya yang menjadi beban Pemohon Banding akan didasarkan biaya yang benar- benar dikeluarkan yang jumlahnya tidak akan melebihi 6% dari pendapatan tahunan Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju jika Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding akan ditagih oleh xx Holding BV atas jasa yang telah diberikan semata-mata hanya sebesar 6% dari pendapatan tahunannya;

- Terbanding berpendapat bahwa kontrak ini bersifat mengikat dan rahasia karena manfaat yang timbul dari kontrak tersebut tidak dapat diserahkan atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh salah satu pihak tanpa persetujuan tertulis dari pihak lainnya;

bahwa manfaat yang timbul dari kontrak tersebut tentunya tidak dapat diserahkan atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh satu pihak di dalam kontrak tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lainnya karena memang manfaat atas jasa yang diberikan oleh xx Holding BV hanya untuk digunakan oleh Pemohon Banding bukan untuk digunakan oleh pihak selain Pemohon Banding;

bahwa kontrak tersebut juga bersifat mengikat dengan maksud untuk mengikat antara kedua belah pihak yang menandatangi kontrak tersebut, sehingga kedua pihak melakukan kewajiban dan wewenangnya sesuai dengan kontrak;

bahwa di dalam kontrak tersebut juga dinyatakan : “…Selanjutnya, untuk seluruh jangka waktu berlakunya kontrak ini dan setelahnya, setiap informasi dan/atau dokumen yang diberikan oleh PT BSI kepada BREDERO PRICE atau yang diperoleh oleh BREDERO PRICE di dalam memenuhi kewajibannya yang terkait dengan kontrak ini harus diberlakukan sebagai informasi atau dokumen yang bersifat rahasia dan tidak boleh digunakan oleh BREDERO PRICE untuk keperluan lainnya selain dalam rangka memenuhi ketentuan-ketentuan kontrak ini dan tidak boleh diberitahukan kepada pihak ketiga manapun”;

bahwa dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV adalah dokumen menyangkut pihak ketiga (pelanggan Pemohon Banding) sehingga harus diperlakukan secara rahasia karena menyangkut hal-hal pihak ketiga, oleh karena itu, menurut Pemohon Banding tidak ada hubungan antara kerahasiaan sebagaimana yang dimaksud dalam kontrak tersebut dengan pendapat Terbanding yang menyatakan bahwa keahlian yang dimiliki oleh xx Holding BV merupakan keahlian yang bersifat rahasia;

- Terbanding berpendapat bahwa Service Agreement ini telah dibuat dari tahun 1994, namun sampai dengan saat ini Pemohon Banding selalu memerlukan informasi atau pengalaman xx Holding BV dalam mengerjakan pekerjaan melapisi pipa;

bahwa Pemohon Banding adalah project company yaitu bekerja atas dasar permintaan/spesifikasi khusus yang dikehendaki oleh customer;

bahwa Pemohon Banding tidak memiliki pisi sebagaimana perusahaan yang lengkap, misalnya : Divisi Legal, Marketing, Asuransi, Purchasing dan lainnya;

bahwa jumlah karyawan Pemohon Banding adalah 447 orang, dimana 429 orang adalah Tenaga Operasional Pelapisan Pipa, sedangkan sisanya 18 orang adalah Tenaga Support dan Administratif seperti Bagian Keuangan, Pajak, Security dan Sekretaris, sehingga Pemohon Banding memerlukan jasa pendukung afiliasi tersebut;

bahwa operasi pelapisan pipa memerlukan bantuan jasa yang beragam agar kontrak perjanjian dengan customer yang telah ditandatangani perusahaan dapat terpenuhi;

bahwa Pemohon Banding juga memerlukan jasa dan bantuan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam jaringan usaha global Shawcor, dimana jasa dan bantuan tersebut memungkinkan Pemohon Banding melakukan usahanya di dalam bidang pelapisan pipa secara efisien dan ekonomis serta berstandar mutu tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh YYY Ltd, yang merupakan perusahaan induk dari group YYY, yang berbasis di Kanada;

bahwa Pemohon Banding memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan pekerjaan atau proyek secara teknis, namun Pemohon Banding tidak mempunyai tenaga ahli untuk mempersiapkan proyek sesuai spesifikasi customer, menangani masalah tender, asuransi proyek, hukum dan mengawasi proyek yang diminta oleh customer, sehingga Pemohon Banding selalu meminta bantuan jasa-jasa kepada xx Holding BV untuk setiap proyek yang akan dikerjakan;

bahwa mengingat sifat dari proyek pelapisan pipa tersebut di atas, dirasakan sangat tidak praktis apabila perusahaan harus memenuhi kebutuhannya secara tersendiri terpisah dari grup perusahaan lainnya, lagipula pendekatan melalui penyediaan jasa oleh atau untuk beberapa perusahaan dalam satu grup merupakan praktek bisnis yang umum, untuk menjamin tingkat efisiensi yang tinggi, karena apabila Pemohon Banding menunjuk konsultan lain untuk melaksanakan jasa-jasa yang diperlukan, maka diperkirakan akan terbebani biaya yang lebih besar, di samping kemungkinan tidak tersedianya jenis jasa yang diperlukan oleh Pemohon Banding;

bahwa biaya yang lebih besar juga diperkirakan akan terjadi apabila Pemohon Banding mempekerjakan staff-staff khusus secara tetap ("full time") untuk masing- masing jasa yang diperlukan;

bahwa dengan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka sampai saat ini Pemohon Banding selalu memerlukan bantuan jasa xx Holding BV dalam mengerjakan pekerjaan pelapisan pipa, guna efisiensi dan menjaga standar mutu;

- Terbanding menyimpulkan bahwa terdapat hubungan istimewa antara Pemohon Banding dengan xx Holding BV, dimana xx Holding BV memiliki 75% saham Pemohon Banding

bahwa Pemohon Banding setuju dengan pernyataan Terbanding bahwa xx Holding BV memiliki 75% saham Pemohon Banding, namun demikian Pemohon Banding tidak sependapat dengan kesimpulan yang dibuat oleh Terbanding karena adanya hubungan kepemilikan tidak berarti bahwa Home Office Expense atau jasa yang diberikan oleh xx Holding BV tersebut dikategorikan sebagai biaya royalty;

bahwa Pemohon Banding tidak melihat kaitan atau relasi antara masalah yang disengketakan yaitu Home Office Expense yang diperlakukan sebagai Royalti oleh Terbanding dengan masalah hubungan istimewa antara xx Holding BV dengan Pemohon Banding;

- Terbanding menyimpulkan bahwa xx Holding BV melakukan transfer ilmu kepada Pemohon Banding yaitu berupa pengalaman di bidang pelapisan pipa, dimana di dalam Service Agreement tercantum jasa apa saja yang harus diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding tidak sejutu dengan tanggapan Terbanding tersebut, karena Pemohon Banding hanya meminta bantuan jasa pendukung (bersifat umum, teknis, keuangan dan administratif) yang dapat diberikan oleh xx Holding BV karena keterbatasan sumber daya Pemohon Banding dan sifat perusahaan yang merupakan project company yang tidak memiliki pisi lengkap, dan juga untuk alasan efisiensi dan ekonomis ;

- Terbanding menyimpulkan bahwa di dalam ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku diketahui bahwa transfer ilmu ataupun pemanfaatan pengalaman di suatu bidang tertentu merupakan deskripsi dari istilah royalty;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan tanggapan Terbanding tersebut, dengan alasan sebagai berikut:

- xx Holding BV tidak melakukan transfer ilmu dari xx Holding BV kepada Pemohon Banding, xx Holding BV hanya memberikan jasa yang bersifat umum, teknis, keuangan dan administrative;

- Pasal 4 ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 mengatur bahwa pada dasarnya imbalan berupa royalti terdiri dari tiga kelompok, yaitu imbalan sehubungan dengan penggunaan :

1. hak atas harta tidak berwujud, misal : hak pengarang, paten, merk dagang, formula, dan atau rahasia perusahaan.

2. hak atas harta berwujud, missal : hak atas alat-alat industri, komersial, dan ilmu pengetahuan

3. informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun belum dipatenkan, missal : pengalaman di bidang industri atau bidang usaha lainnya.

Ciri dari informasi tersebut adalah bahwa informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi memerlukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut.

Namun, tidak termasuk informasi (dalam pengertian informasi di sini) yaitu informasi yang diberikan oleh misalnya akuntan publik, ahli hukum, atau ahli teknis sesuai dengan bidang keahliannya, yang dapat diberikan oleh setiap yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang sama;

- Penjelasan Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan juga mengatur bahwa royalti merupakan penghasilan yang bersumber dari modal;

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa harus ada modal yang dapat memberikan penghasilan yang kemudian dikategorikan sebagai royalty, sedangkan Home Office Expense merupakan imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan atau kegiatan yang diberikan xx Holding BV kepada Pemohon Banding, bukan royalti karena Home Office Expense bukan merupakan penghasilan yang bersumber dari modal bagi xx Holding BV;

- Pasal 12 ayat (3) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia – Belanda, istilah "royalti" yang dipergunakan dalam pasal ini berarti semua bentuk pembayaran yang diterima sebagai balas jasa atas penggunaan, atau hak menggunakan setiap hak cipta .... atau informasi mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan, namun demikian, istilah tersebut tidak mencakup pembayaran untuk pemberian jasa teknis;

bahwa berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda atau tax treaty tersebut, Pemohon Banding berpendapat bahwa pembayaran untuk informasi mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan tidak mencakup pembayaran untuk pemberian Jasa Teknis (Tax Specialist), oleh karena itu pembayaran Home Office Expense dari Pemohon Banding kepada xx Holding BV tidak dapat dikatakan sebagai pembayaran royalti sebagaimana yang diatur oleh Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia –Belanda;

bahwa jasa teknik tidak diatur secara eksplisit dalam batang tubuh maupun dalam penjelasan tentang pengertian jasa teknik, namun di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-178/PJ./2006 butir 2 lampiran III sebagaimana diubah terakhir dengan PER¬70/PJ./2006, pengertian jasa teknis adalah pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi:

a. Pelaksanaan suatu proyek;

b. Pembuatan suatu ienis produk;

c. Jasa teknik dapat pula berupa pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman-pengalaman di bidang manajemen.

- bahwa berdasarkan dasar hukum yang telah diuraikan diatas, Pemohon Banding tetap berpendapat bahwa jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding tidak dapat dikategorikan sebagai royalti, dan bahwa dasar hukum yang disebutkan oleh Terbanding hanya mengatur royalti, tidak mengatur jasa teknik;

bahwa jasa teknik merupakan active income bagi xx Holding BV, sedangkan royalti merupakan pasive income, dengan demikian, jasa-jasa teknik yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding merupakan active income bagi xx Holding BV, bukan royalty;

- Terbanding juga menyimpulkan bahwa pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV sebesar 6% dari total penjualannya merupakan ciri dari pembayaran royalti, yaitu mendasarkan pembayaran dengan menggunakan prosentase tertentu atas seluruh peredaran usaha;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan tanggapan Terbanding yang menyatakan bahwa metode pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV sebesar 6% dari peredaran usaha merupakan ciri dari pembayaran royalty, karena sesuai dengan penjelasan di atas tentang metode pembebanan biaya bahwa sesuai dengan service agreement, ditetapkan batas maksimum pembebanan adalah 6% dari total peredaran usaha untuk menghindari terjadinya pembebanan alokasi biaya yang berlebihan, dimana apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya menghasilkan jumlah lebih dari 6%, maka biaya yang dibebankan kepada Pemohon Banding hanya sebesar 6%, namun apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya tersebut menunjukkan jumlah kurang dari 6% maka yang dibebankan kepada Pemohon Banding adalah sebesar biaya aktualnya, seperti yang terjadi pada tahun 2005;

- Terbanding juga menyimpulkan bahwa dengan adanya keterangan bahwa Pemohon Banding selalu tergantung dengan informasi atau pengalaman xx Holding BV di dalam pengerjaan pelapisan pipanya semakin memperjelas bahwa keahlian yang dimiliki oleh xx Holding BV merupakan keahlian yang sifatnya rahasia, dan tidak dimiliki oleh Pemohon Banding telah melakukan perkerjaan melapisi pipa sejak tahun 1994;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan tanggapan Terbanding di atas dengan alasan sebagai berikut :

- Sesuai dengan penjelasan Pemohon Banding sebelumnya, bahwa Pemohon Banding merupakan project company yang tidak memiliki pisi sebagaimana perusahaan yang lengkap misalnya pisi legal, marketing, asuransi, purchasing dan lainnya sehingga Pemohon Banding memerlukan jasa pendukung afiliasi tersebut;

- Operasi pelapisan pipa memerlukan bantuan jasa yang beragam agar kontrak perjanjian dengan customer yang telah ditandatangani perusahaan dapat terpenuhi, Pemohon Banding juga memerlukan jasa dan bantuan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam jaringan usaha global Shawcor, dimana jasa dan bantuan tersebut memungkinkan Pemohon Banding melakukan usahanya di dalam bidang pelapisan pipa secara lebih efisien dan lebih ekonomis serta berstandar mutu tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh YYY Ltd, yang merupakan perusahaan induk dari group YYY, yang berbasis di Kanada;

bahwa Pemohon Banding memang memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan pekedaan atau proyek secara teknis, namun Pemohon Banding tidak mempunyai kapasitas dan tenaga ahli untuk mempersiapkan proyek sesuai spesifikasi customer, menangani masalah tender, asuransi proyek, hukum dan mengawasi proyek yang diminta oleh customer, sehingga Pemohon Banding selalu meminta bantuan jasa kepada xx Holding BV untuk setiap proyek yang akan dikerjakan;

- Mengingat sifat dari proyek pelapisan pipa tersebut di atas, dirasakan sangat tidak praktis apabila perusahaan harus memenuhi kebutuhannya secara tersendiri terpisah dari grup perusahaan lainnya;

bahwa pendekatan melalui penyediaan jasa oleh atau untuk beberapa perusahaan dalam satu grup merupakan praktek bisnis yang umum, untuk menjamin tingkat efisiensi yang tinggi, apabila Pemohon Banding menunjuk konsultan lain untuk melaksanakan jasa-jasa yang diperlukan, maka diperkirakan akan terbebani biaya yang lebih besar, di samping kemungkinan tidak tersedianya jenis jasa yang diperlukan oleh Pemohon Banding;

bahwa biaya yang lebih besar juga diperkirakan akan terjadi apabila Pemohon Banding mempekerjakan staff-staff khusus secara tetap ("full time") untuk masing- masing jasa yang diperlukan;

- Dengan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka sampai saat ini Pemohon Banding selalu memerlukan bantuan jasa-jasa xx Holding BV dalam mengerjakan pekerjaan pelapisan pipa;

- Mengenai yang dimaksud sifat rahasia yang diatur dalam kontrak/ service agreement adalah manfaat yang timbul dari kontrak tersebut tentunya tidak dapat diserahkan atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh satu pihak di dalam kontrak tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lainnya karena memang manfaat atas jasa yang diberikan oleh xx Holding BV hanya untuk digunakan oleh Pemohon Banding bukan untuk digunakan oleh pihak selain Pemohon Banding;

- Kontrak tersebut juga bersifat mengikat dengan maksud untuk mengikat antara kedua belah pihak yang menandatangi kontrak tersebut, sehingga kedua pihak melakukan kewajiban dan wewenangnya sesuai dengan kontrak;

- bahwa di dalam kontrak tersebut juga dinyatakan sebagai berikut :

... "Selanjutnya, untuk seluruh jangka waktu berlakunya kontrak ini dan setelahnya, setiap informasi dan/atau dokumen yang diberikan oleh PT BSI kepada BREDERO PRICE atau Yang diperoleh oleh BREDERO PRICE di dalam memenuhi kewajibannya yang terkait dengan kontrak ini harus diberlakukan sebagai informasi atau dokumen yang bersifat rahasia dan tidak boleh digunakan oleh BREDERO PRICE untuk keperluan lainnya selain dalam rangka memenuhi ketentuan-ketentuan kontrak ini dan tidak boleh diberitahukan kepada pihak ketiga manapun "..

- Dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV adalah dokumen menyangkut pihak ketiga (pelanggan Pemohon Banding) sehingga harus diperlakukan secara rahasia karena menyangkut hal¬-hal pihak ketiga, oleh karena itu, menurut Pemohon Banding tidak ada hubungan antara kerahasiaan sebagaimana yang dimaksud dalam kontrak tersebut dengan pendapat Terbanding yang menyatakan bahwa keahlian yang dimiliki oleh xx Holding BV merupakan keahlian yang bersifat rahasia;

bahwa berdasarkan tanggapan dan penjelasan di atas, maka Pemohon Banding tetap berpendapat bahwa pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada xx Holding BV merupakan imbalan atas jasa yang diberikan oleh xx Holding BV kepada Pemohon Banding dan jasa tersebut merupakan business profit bagi xx Holding BV;

bahwa jasa yang dilakukan oleh xx Holding BV, yaitu suatu badan yang berkedudukan di Belanda, tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26 karena jasa tersebut dilakukan di luar Indonesia dan xx Holding BV tidak memiliki BUT di Indonesia, hal ini sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Belanda yang menyebutkan : "Laba perusahaan dari salah satu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali jika perusahaan tersebut menjalankan usahanya di Negara lainnya melalui suatu bentuk usaha tetap yang terletak di sana ";

bahwa sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 mengenai Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, menyebutkan :

Angka 4 (a.1) :

"Pada P3B yang telah berlaku umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha yang pengenaan pajaknya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia."

bahwa sesuai dengan penjelasan di atas serta bukti berupa Surat Keterangan Domisili yang diterbitkan oleh pejabat berwenang Belanda, maka Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding yang mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Royalti terhadap Home Office Expense sebesar Rp 5,708,958,892;

bahwa dalam persidangan tanggal 30 Juni 2009 Pemohon Banding menyampaikan Penjelasan Tertulis Nomor : L-KH1500.06.09/DRI tanggal 29 Juni 2009, yang isinya sebagai berikut:

Pokok Sengketa :

bahwa yang menjadi pokok Sengketa Pajak Penghasilan Pasal 26 ini adalah Terbanding memperlakukan Home Office Expense yang merupakan pembebanan Kantor Pusat xx Holding BV (induk perusahaan) kepada PT xx Indonesia (anak perusahaan) sebagai royalty yang merupakan obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 dan Pemohon Banding wajib melakukan pemotongan;

bahwa Home Office Expense tersebut merupakan jasa yang harus dibayar oleh Pemohon Banding karena ada pekerjaan/jasa yang dilakukan oleh BSH BV dan atas imbalan terhadap jasa tersebut bukan merupakan obyek Pajak Penghasilan Pasal 26;

Royalty vs Jasa :

bahwa Terbanding memperlakukan Home Office Expense sebagai Royalty dengan alasan seperti yang dinyatakan dalam Surat Uraian Banding, sebagai berikut :

- Adanya hubungan istimewa melalui penyertaan modal langsung sebesar 75%

dari BSH BV pada Pemohon Banding;

- Adanya “know how” yang dimiliki oleh BSH BV yang digunakan untuk memberikan jasa-jasa keahliannya atas permintaan Pemohon Banding dan perkerjaan tersebut dilaksanakan di luar Indonesia;

- Tidak ada rincian dari Home Office Expense pada invoice BSH BV kepada Pemohon Banding;

- Alokasi Home Office Expense berdasarkan weighted percentage revenue dengan maksimal 6% dari pendapatan Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding alasan Terbanding tersebut tidak tepat dan tidak didukung oleh dasar hukum dan fakta yang ada;

bahwa pengertian Royalty diatur dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan yang pada dasarnya merupakan imbalan sehubungan dengan penggunaan:

1. Hak atas harta tidak berwujud;

2. Hak atas harta berwujud;

3. Informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun belum dipatenkan.

Ciri dari informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi melakukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut;

bahwa dari penjelasan tersebut diatas terlihat bahwa ciri yang jelas dari royalti adalah merupakan pasif income bagi penerimanya (BSH BV);

bahwa pemberian jasa oleh BSH BV kepada Pemohon Banding adalah berupa bantuan Jasa Penunjang Teknis, Jasa Persiapan Tender dan Penunjang Pembelian, Jasa Penunjang Finansial, Jasa Penunjang Hukum, dan Jasa Penunjang Asuransi, dimana untuk memberikan jasa-jasa tersebut diperlukan aktivitas usaha dari xx Holding BV, dengan demikian jasa tersebut merupakan active income bagi BSH BV, sedangkan royalti merupakan pasive income, dengan demikian, jasa-jasa yang diberikan oleh BSH BV kepada PT. BSI, bukan royalty;

Metode Pembebanan Biaya Home Office Expense;

bahwa metode pembebanan biaya atas jasa-jasa yang dilakukan oleh BSH BV kepada Pemohon Banding, yang dicatat oleh Pemohon Banding sebagai Home Office Expense, dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Sesuai perjanjian, pengalokasian kepada Pemohon Banding (sebagaimana juga dilakukan kepada masing-masing anak perusahaan lainnya) dilakukan secara proporsional berdasarkan perbandingan penghasilan Pemohon Banding (dan anak perusahaan) tersebut dengan total penghasilan dari Group BSH BV terhadap total General & Administrative Expense yang telah dikeluarkan xx Holding BV, dimana metode pengalokasian biaya tersebut telah diperkenankan dalam P3B (Tax Treaty) Indonesia - Belanda;

- Sesuai perjanjian, ditetapkan batas maksimum pembebanan adalah 6% dari total peredaran usaha untuk menghindari terjadinya pembebanan alokasi biaya yang memberatkan anak perusahaan, apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya menghasilkan jumlah lebih dari 6%, maka biaya yang dibebankan kepada Pemohon Banding hanya sebesar maksimal 6%, namun apabila ternyata dari perhitungan alokasi biaya tersebut menunjukkan jumlah kurang dari 6% maka yang dibebankan kepada Pemohon Banding adalah sebesar jumlah alokasi yang sebenarnya, seperti pernah terjadi pada tahun 2005 ini;

bahwa untuk tahun 2005, besarnya pembebanan adalah 2,7% (USD 579,943) yang berarti di bawah 6% dari Peredaran Usaha Pemohon Banding Tahun 2005 (USD 1,288,144);

bahwa berdasarkan perhitungan alokasi biaya Home Office, jumlah yang ditagih ke Pemohon Banding adalah sebesar US$ 579,943, yaitu sebesar biaya actual, dan biaya tersebut dibebankan secara penuh karena jumlahnya tidak melebihi 6% dari penghasilan Pemohon Banding (US$ 1,288,144);

Perlakuan Terbanding yang tidak konsisten terhadap Home Office Expense

- Pada tahun 1997 dan 2000, Terbanding memperlakukan Biaya Home Office Expense sebagai jasa yang tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26, Tahun 1998 sampai dengan 1999 dan tahun 2002 belum dilakukan pemeriksaan dan Pemohon Banding memperlakukannya sebagai jasa yang tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26

- Pada tahun 2001, Terbanding memperlakukan Biaya Home Office Expense sebagai piden terselubung dan obyek Pajak Penghasilan Pasal 26, atas koreksi obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 terhadap Home Office Expense tersebut Pemohon Banding mengajukan keberatan dan banding;

bahwa hasil Putusan Pengadilan Pajak menyatakan bahwa tidak terdapat pembayaran piden terselubung kepada Pemegang Saham dan juga tidak terdapat obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 berkaitan dengan pembayaran tagihan atas jasa- jasa yang tercakup dalam Home Office Expense tersebut;

- Tahun 2003, Terbanding juga memperlakukan Biaya Home Office Expense sebagai piden terselubung dan obyek Pajak Penghasilan Pasal 26, namun pada proses keberatan, Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian Tengah (Kanwil Sumbagteng) telah mengakui bahwa Home Office Expense merupakan jasa yang diberikan oleh BSH BV kepada Pemohon Banding, hal ini ditunjukkan pula dengan diterimanya sebagian keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 tahun 2003 yang menyetujui sebesar 5.33% dari Peredaran Usaha Pemohon Banding merupakan pemberian jasa sedangkan selisihnva sebesar 0.67% merupakan deviden terselubung;

bahwa keputusan ini juga berdasarkan Laporan Tim Kerja Direktur Jenderal Pajak untuk Pemohon Banding (Task Force) yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak;

- Tahun 2004, Terbanding memperlakukan Biaya Home Office Expense sebagai obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 10%, namun Terbanding tidak menjelaskan koreksi Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 tersebut sebagai apa;

bahwa Pemohon Banding tidak melakukan keberatan karena batas waktu untuk mengajukan keberatan telah terlampaui;

- Tahun 2005, Terbanding memperlakukan Biaya Home Office Expense sebagai Royalty dan Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 10%, atas perlakuan ini Pemohon Banding mengajukan banding yang proses bandingnya sedang berjalan;

bahwa berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa perlakuan Terbanding terhadap Biaya Home Office Expense tidak konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya;

Keputusan Perlakuan atas Home Office Expense ; Kantor Wilayah;

bahwa berdasarkan Surat Nomor: S-267/WPJ.02/BD.0601/2006 tanggal 21 September 2006 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-129/WPJ.02/

BD.0601/2006 tanggal 22 Agustus 2006 dan KEP-168/WPJ.02/BD.0601/2006 tanggal 21 September 2006, Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian Tengah (Kanwil Sumbagteng) telah mengakui bahwa Home Office Expense merupakan jasa yang diberikan oleh BSH BV kepada Pemohon Banding;

bahwa hal ini ditunjukkan pula dengan diterimanya sebagian keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 tahun 2003 yang menyetujui sebesar 5.33% dari Peredaran Usaha Pemohon Banding merupakan pemberian jasa sedangkan selisihnya sebesar 0.67% merupakan deviden terselubung;

bahwa pada dasarnya keputusan tersebut sesuai dengan Laporan Tim Kerja PT. BSI (Task Force) yang menyimpulkan bahwa terdapat cukup alasan untuk menerima sebagian permohonan Pemohon Banding dengan alasan sebagai berikut:

- Pemohon Banding adalah Project Company yang tidak memiliki pisi sebagaimana perusahaan yang lengkap misalnya Divisi Legal, Marketing, Asuransi, Purchasing dan lainnya, sehingga Pemohon Banding memerlukan jasa pendukung afiliasi tersebut;

- Seluruh biaya jasa pendukung dari perusahaan terafiliasi dapat dibebankan ke Pemohon Banding dengan menggunakan indirect method sesuai dengan Protocol 91 dan Pasal 8 ayat 1 P3B Indonesia – Belanda sepanjang terdapat bukti

pendukungnya;

- Dalam konteks Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Indonesia – Belanda, selain digunakan direct method dimungkinkan adanya alokasi biaya tertentu antar perusahaan yang terafiliasi yang masing-masing menjadi penduduk di negara Indonesia dan Belanda;

Pengadilan Pajak :

bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-06017/PP/M.VII/ 13/2005 yang mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding atas Keputusan Terbanding Nomor: KEP-005/SKPKB/WPJ.02/BD.0303/2004 tanggal 4 Februari 2004 tentang Pajak Penghasilan Pasal 26 (Tahun Pajak 2001), dimana di dalam keputusannya menyatakan bahwa Home Office Expense bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 26;

bahwa berdasarkan penjelasan tertulis dan penjelasan atas Keputusan Kanwil Sumbagteng serta Keputusan Pengadilan diatas, dapat disimpulkan bahwa Home Office Expense bukan merupakan royalti tapi merupakan Jasa yang diberikan oleh BSH BV kepada Pemohon Banding;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29126/PP/M.VII/13/2011

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

bahwa menurut Terbanding berdasarkan penjelasan Pemohon Banding dan butir dalam agreement tersebut di atas maka menurut Terbanding pengertian Technical Fee tersebut termasuk

bahwa berdasarkan hasil uji bukti atas data dalam persidangan atas pendapat Pemohon Banding yang menyatakan Faktur Pajak Nomor : 010.000.07.00000422 dibatalkan dan diganti dengan

bahwa Pemohon Banding mengemukakan, berdasarkan penjelasan tersebut maka atas pembayaran biaya bunga obligasi yang dilakukan oleh Bank CC Cabang BB kepada pemegang obligasi

Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember

Bahwa didalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.54710/PP/M.IIB/16/2014 tanggal 17 Juli 2014 telah terdapat kekhilafan Majelis Hakim karena dalam putusannya Majelis Hakim

Menurut Majelis : bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding telah membuat Faktur Pajak Faktur Pajak atas selisih harga jual dan Nilai Jual Obyek Pajak dengan

Pada Pasal 1 PP Nomor 73 Tahun 1996 menyatakan bahwa “atas penghasilan Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi dan Wajib Pajak badan yang bergerak

bahwa untuk mencari keadilan yang Hakiki Pemohon Banding mengajukan Banding agar Keadilan dapat ditegakkan dan mengacu kepada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun