• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Belum Dikoreksi

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

JENIS RAPAT : RAKER II TANGGAL: 24 NOPEMBER 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

(2)

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Masa Persidangan Tahun Sidang Sifat

Jenis Rapat Hari / Tanggal Waktu Tempat

Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Hadir

: : : : : : :

: : :

:

II 2011-2012 Terbuka Rapat Kerja II

Kamis, 24 Nopember 2011 Pukul 15.20 WIB s.d. 15.40 WIB Ruang Rapat Pansus B

Gedung Nusantara II DPR RI, Lantai 3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta Drs.H.Adang Daradjatun/F-PKS Minarni,SH

1. Pemandangan Pemerintah terhadap penjelasan Pansus;

2. Penyerahan DIM dari Pemerintah.

A. Pimpinan Pansus RUU tentang Penanganan Konflik Sosial : 1. Drs. Adang Daradjatun/F-PKS

2. Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP.MM. Wk/F-PD 3. Dra. Eva Kusuma Sundari, MA, MDE/F.PDIP

B. Anggota Pansus RUU tentang PENANGANAN KONFLIK SOSIAL : Fraksi Partai Demokrat:

4. Drs. H. Guntur Sasono, M.Si.

5. Ir. Nanang Samodra. KA., M.Sc Fraksi Partai Golongan Karya:

6. Ir. Basuki Tjahaya Purnama, MM 7. H. Sayed Fuad Zakaria, SE

8. Agustina Basik-Basik,S.Sos, MM,MPD

Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia:

9. H. Tritamtomo, SH

10. R.Adang Ruchiatna Puradiredja 11. Ketut Sustiawan

12.

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera:

13. H.M. Gamari Sutrisno 14. Aus Hidayat Nur

(3)

Fraksi Partai Amanat Nasional:

15. Amran, SE

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan:

16. Drs. Endang Sukandar,M.Si Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 17. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si.

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya:

18. Saifuddin Donodjoyo

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat:

-

C. Undangan

1. Menteri Dalam Negeri

2. Dirjen Peraturan Perundang-Undangan, Kementerian Hukum dan 3. Dirjen Pothan dan Dirkum Strahan, Kemenhan HAM

4. Kepala Pusat Kajian Hukum, Kemensos

5. Deputi Kelembagaan, Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi Beserta jajaran

(4)

JALANNYA RAPAT :

KETUA RAPAT (Drs. H. ADANG DARADJATUN/F-PKS) : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam sejahtera untuk kita semua

Yang terhormat Pimpinan Pansus dan Anggota Pansus RUU tentang Penanganan Konflik Sosial.

Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Pertahanan serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi atau yang mewakili.

Tapi saya dengar Menteri Hukum dan HAM sebentar lagi hadir dan beserta jajaran.

Hadirin yang berbahagia,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenanNya kita semua dapat hadir pada Rapat Kerja hari ini dalam rangka melaksanakan tugas konstitusional kita di bidang legislasi, menurut laporan sekretariat pada daftar hadir bahwa jumlah perwakilan fraksi sudah terpenuhi oleh karena itu dengan seijin saudara-saudara Rapat Kerja kami buka dan kami nyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA)

Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada menteri-menteri atau yang mewakili yang telah bersedia memenuhi undangan Pansus RUU tentang Penanganan Konflik Sosial dalam Rapat Kerja pada hari ini, untuk itu sebelum kami melanjutkan rapat, perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai berikut :

1. Pengantar ketua rapat (sudah saya sampaikan) ;

2. Pandangan Pemerintah terhadap penjelasan kepada Pansus;

3. Penyampaian DIM dari Pemerintah; dan 4. Penutup.

Rapat hari ini akan berlangsung sampai dengan 17.00 WIB, namun apabila masih ada hal-hal yang didiskusikan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan bersama, untuk itu ingin kami tanyakan apakah susunan acara dan waktu rapat yang kami bacakan tadi dapat disetujui ?

(RAPAT : SETUJU) Yang terhormat saudara Menteri dan Anggota Pansus,

Perlu kami ingatkan kembali bahwa pada rapat kerja dengan pemerintah tanggal 14 September 2011 yang lalu pemerintah telah sepakat tanggal 13 Oktober 2011 untuk menyampaikan pandangan pemerintah terhadap penjelasan pansus dan menyerahkan DIM yang telah disusun pemerintah kepada pansus namun kita maklumi memang dengan beberapa kegiatan bahwa rapat kerja sempat kita tunda yang pada akhirnya pada hari ini dapat kita laksanakan. Untuk mempersingkat waktu kami persilahkan kepada pemerintah untuk menyampaikan pandangan pemerintah terhadap penjelasan pansus, untuk itu kami persilahkan Mendagri untuk menyampaikannya, silahkan.

MENTERI DALAM NEGERI :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat sore dan salam sejahtera untuk kita semua

Yang saya hormati Bapak Ketua, Bapak-bapak para Pimpinan Pansus, Bapak Ibu Anggota Pansus tentang Penanganan Konflik Sosial.

Yang saya hormati Bapak-bapak para Menteri atau yang mewakili serta seluruh jajaran kementerian.

Hadirin dan hadirot sekalian yang berbahagia.

Mengawali sambutan ini, marilah kita persembahkan segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hari ini kita dapat mengikuti rapat kerja pansus dalam keadaan sehat wal afiat, pada kesempatan ini ijinkan kami menyampaikan pandangn dan pendapat pemerintah terhadap RUU tentang Penanganan Konflik Sosial yang disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan DPR RI kepada Presiden RI.

(5)

Sebagaimana dimaklumi Bapak Presiden dengan surat nomor 29/Pres/06/2011 tanggal 20 Juni 2011 telah menunjuk Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Pertahanan serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mewakili Presiden dalam membahas RUU tentang Penanganan Konflik Sosial bersama DPR, selanjutnya Presiden dengan surat nomor B 1386/M.Sesneg/ D-4 /PU.00/10/ 2011 tanggal 10 Oktober 2011 perihal koordinator penanganan konflik sosial telah menunjuk kami Menteri Dalam Negeri sebagai koordinator dalam RUU tentang Penanganan Konflik Sosial bersama DPR RI, oleh karena itu pemerintah menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Pimpinan dan Anggota Pansus yang terhormat yang telah membangun semangat kerjasama dan saling pengertian dalam pembahasan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial ini.

Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati.

Pemerintah memahami dan sependapat bahwa pembentukan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial dimaksudkan untuk landasan hukum yang komprehensif dalam menangani setiap permasalahan konflik sosial yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu Pemerintah berpandangan dan menyarankan dalam pembahasan nanti kiranya dapat memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu contohnya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 tentang Penanggulangan Keadaan Bahaya, menyebutkan bahwa Presiden dapat menyatakan seluruh atau sebagian dari wilayah negera RI dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang apabila:

1. Keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau di sebagian wilayah RI terancam dalam pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam sehingga dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat kelengkapan secara biasa.

2. Timbul perang atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan di wilayah RI dengan cara apapun juga.

3. Hidup Negara dalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat membahayakan kehidupan Negara.

Hal ini juga sejalan dengan UUD 1945 pada Pasal 12 yang menyebutkan bahwa Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang- undang, Selain aturan tersebut terdapat berbagai peraturan perundang-undangan lainnya yang perlu menjadi referensi dalam pembahasan RUU ini.

Bapak ketua, Bapak dan Ibu Anggota Pansus yang kami hormati,

Setelah mempelajari naskah akademis dan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial dan juga penjelasan yang terhormat pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Penanganan Konflik Sosial pada prinsipnya usulan pengaturan yang diajukan oleh DPR RI dalam RUU tentang Penanganan Konflik Sosial telah mengatur secara komprehensif serta sejalan dengan upaya terciptanya stabilitas nasional yang mendukung percepatan pembangunan di segala bidang dan semakin tegaknya kedaulatan Negara RI berdasarkan Pancasila dan Undang-Udang Dasar RI, karena kesamaan pandangan itulah pemerintah menyetujui untuk melakukan pembahasan terhadap RUU tentang Penanganan Konflik Sosial.

Selanjutnya pemerintah pada kesempatan ini memandang perlu menyampaikan beberapa usulan dan masukan terhadap RUU tentang Penanganan Konflik Sosial ini, adapun substansi pokok pengaturan dalam rumusan RUU dimaksud yang kiranya perlu mendapat perhatian dan pemikiran kita untuk dibahas bersama antara lain, Pemerintah dengan pimpinan dan anggota Pansus DPR yang terhormat adalah sebagai berikut :

1. Menyangkut ketentuan umum.

Batasan pengertian dan hal-hal lain yang bersifat umum, Pemerintah berpendapat bahwa pada frasa

“benturan pada kekerasan fisik” dapat dipertimbangkan untuk disempurnakan menjadi

(6)

konflik adalah perseteruan antara dua atau lebih kelompok masyarakat atau golongan yang mengakibatkan cedera atau jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, berdampak luas dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang menimbulkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga menghambat pembangunan nasional dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

2. Asas tujuan dan ruang lingkup.

Terkait dengan asas penanganan konflik, kiranya dapat dipertimbangkan untuk disempurnakan dengan hanya mencantumkan: penanganan konflik dilaksanakan berdasarkan asas Pancasila dan UUD RI 1945.

3. Penghentian konflik.

Penghentian konflik pada prinsipnya pemerintah sependapat dengan rumusan dalam RUU ini, namun demikian pemerintah menyarankan untuk dapat dipertimbangkan penambahan rumusan baru yang kiranya selengkapnya berbunyi: penghentian kekerasan fisik, penetapan status keadaan konflik, tindakan darurat, penyelamatan dan perlindungan korban dan atau bantuan pengerahan sumber daya TNI dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kelembagaan penyelesaian konflik.

Kelembagaan penyelesaian konflik melalui pranata adat, pada prinsipnya pemerintah juga sependapat dengan rumusan dalam RUU ini, karena sesuai dengan amanat UUD Negara RI Tahun 1945 khususnya pada Pasal 18B ayat (2) menyebutkan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang, namun demikian pemerintah menyarankan kiranya hal tersebut dapat dikaji secara mendalam mengingat banyaknya pranata adat yang hidup dalam masyarakat Indonesia sehingga penyelesaian konflik yang dilakukan dapat pula berpotensi tidak menyelesaikan konflik bahkan dapat menimbulkan konflik-konflik baru pula.

5. Komisi Penyelesaian Konflik Sosial.

Kelembagaan Penyelesaian Konflik Sosial melalui pembentukan Komisi Penyelesaian Konflik Sosial pada prinsipnya pemerintah sependapat dengan rumusan RUU ini, tapi kiranya perlu dilakukan kajian secara mendalam mengingat lembaga-lembaga yang telah ada dan berfungsi didalam masyarakat baik sebagai forum komunikasi maupun forum koordinasi, antara lain seperti forum kewaspadaan dini masyarakat di daerah, forum kerukunan antar umat beragama, forum pembaruan kebangsaan yang pembentukannya didasarkan dalam Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam substansi dan hal-hal tehnis yang terkait dengan redaksional tehnis penyusunan dan bahasa hukum pasal dan ayat dalam RUU tentang Penanganan Konflik Sosial, pemerintah menjelaskan Daftar Inventarisasi Masalah untuk dibicarakan dan dibahas bersama dengan Pimpinan dan Anggota Pansus DPR RI yang kami hormati.

Demikianlah beberapa hal pokok yang dapat kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembahasan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial.

Sebelum kami mengakhiri ijinkan kami sedikit menambahkan dan memberikan beberapa contoh Pak Ketua:

(7)

1. Terkait dengan banyaknya undang-undang yang ada sebelumnya yang juga mengatur hal-hal yang bersinggungan langsung atau terkait dengan undang-undang ini seperti kewenangan daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

2. Undang-undang bencana alam yang juga menentukan klasifikasi bencana nasional, bencana tingkat provinsi, bencana tingkat kabupaten/kota yang juga mengatur kewenangan-kewenangannya, sekarang undang-undang tersebut mengamanatkan tentang perlunya dilahirkan Keppres untuk menentukan klasifikasi tersebut.

3. Mengenai adat, di pertanahan juga menyebutkan seperti itu sepanjang masih diakui tapi untuk aplikasinya pertanahan meminta untuk dilakukan penelitian karena setiap wilayah RI ini punya kekhususan-kekhususan sendiri yang tentunya perlu diatur lebih teliti, lebih tegas supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat justru merugikan kita setelah kita tetapkan itu, karena demikian luasnya cakupan adat ini yang bisa di klaim oleh masyarakat adat sendiri.

Barangkali itulah yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini, Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan kepada pemerintah dan kami siap menyerahkan DIM pada hari ini sesuai dengan janji yang kami sampaikan pada sidang sebelumnya.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh KETU APAT :

Terima Kasih kepada Pemerintah yang telah menyampaikan DIMnya kepada Pansus DPR RI, dengan diserahkannya DIM dari Pemerintah kepada Pansus DPR RI maka untuk selanjutnya Fraksi-fraksi nanti untuk mendalami dan mempelajari DIM tersebut dan nanti pada awal Masa Sidang tahun 2011-2012 mendatang akan memulai Rapat Kerja dengan Pemerintah untuk membahas DIM tersebut.

Dan selanjutnya kita memasuki acara berikutnya yaitu penyampaian DIM dari pemerintah dan kami persilahkan kepada pemerintah untuk menyampaikan DIM yang telah disusun.

PENYERAHAN DIM OLEH PEMERINTAH Baiklah terima kasih Bapak Menteri Dalam Negeri mewakili Pemerintah.

Dengan demikian acara rapat hari ini selesai, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua sehingga kita dapat menjalani tugas dengan sebaik-baiknya.

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

(RAPAT DITUTUP PUKUL 15.40 WIB)

Jakarta, 24 Nopember 2011 a.n. KETUA PANSUS RUU

TENTANG

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL SEKRETARIS RAPAT,

MINARNI,SH

NIP. 19650620 199302 2 001

Referensi

Dokumen terkait

Yang kedua, yang ingin kami beri catatan. Ada kesan seolah-olah sekretariat di KPU pun sebagian kawan-kawan yang termasuk cendekiawan mempersyaratkan keuangan yang cukup berat

Data kegiatan operasional domestik keluar komoditi wajib periksa karantina tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang

Usul PDI iti\ sebenarnya tidc:l.k terlalu mengubah ma.teri atau esensi ha - nya penyemuurna.an satu kata,aaya juga tidak seoara. penuh mengklaim bahwa,g sul itu

Mengawali sambutan ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya, pada hari ini, kita masih

(2) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

Dari hasil pembahasan mengenai analisis penerapan penyusutan aset tetap menurut PSAK No.16 dan UU Perpajakkan pada CV Surya Sembada bisa ditarik kesimpulan bahwa