• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR GULA INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR GULA INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR GULA INDONESIA

SKRIPSI

OLEH :

YUYUN LATI NADEAK 160304154

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Yuyun Lati Nadeak (16030454): Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Gula di Indonesia, dibimbing oleh Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec., Ph.D. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS. selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia.

Metode penelitian yang digunalakan adalah metode analisis trend linear menggunakan alat analisis Microsoft Excel, analisis regresi Robust dan metode Forecasting ARIMA AR(1) menggunakan alat analisis Eviews 10.

Hasil penelitian menunjukkan volume impor gula mengalami trend yang cenderung meningkat,volume impor gula di Indonesia secara bersama-sama dipengaruhi nyata oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, permintaan domestic, produksi gula Indonesia, serta volume impor gula tahun sebelumnya. Secara parsial nilai tukar Rupiah terhadap Dollar berpengaruh negatif dan tidak sigifikan terhadap volume impor gula di Indonesia, permintaan domestik dan volume impor tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume impor gula di Indonesia, sedangkan produksi gula Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume impor gula di Indonesia, serta analisis forecasting volume impor gula Indonesia menunjukkan peningkatan. Adapun dalam mengurangi laju volume impor gula antara lain: (1) strategi, program dan dukungan yang nyata untuk meningkatkan produksi dan produktivitas gula, (2) pemerintah harus memiliki mekanisme yang tepat untuk memelihara kestabilan kurs Rupiah, (3) mencari barang substitusi sebagai bahan pemanis yang lain untuk mengurangi konsumsi gula pasir yang tinggi, dan (4) penguatan lembaga dan dukungan permodalan untuk para usaha gula di Indonesia.

Kata kunci : impor gula, permintaan domestik, produksi gula, volume impor tahun sebelumnya.

(6)

ABSTRACT

Yuyun Lati Nadeak (16030454): Analysis of Factors Affecting the Volume of Sugar Imports in Indonesia, supervised by Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec., Ph.D. as chairman of the supervisory commission and Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS. as a member of the supervisory commission.

The purpose of this study was to analyze the affecting factors that influence the volume of sugar imports in Indonesia.

The method used in this research are the linear trend analysis method using Microsoft Excel analysis tools, Robust regression analysis and the ARIMA AR(1) Forecasting using the Eviews 10. analysis tool.

The results of the study concluded that the volume of sugar imports is experiencing a trend that tends to increase, the volume of sugar imports in Indonesia is simultaneously affected by the Rupiah exchange rate against the Dollar, domestic demand, Indonesian sugar production, and the volume of sugar imports in the previous year. Partially the rupiah exchange rate against the dollar has a negative and insignificant effect on the volume of sugar imports in Indonesia, domestic demand and the volume of imports in the previous year have a positive and significant effect on the volume of sugar imports in Indonesia, while Indonesian sugar production has a negative and significant effect on the volume of sugar imports in Indonesia. Indonesia, as well as forecasting analysis of Indonesia's sugar import volume shows an increase. As for reducing the volume rate of sugar imports, among others: (1) real strategies, programs and support to increase sugar production and productivity, (2) the government must have the right mechanism to maintain the stability of the Rupiah exchange rate, (3) look for substitute goods as materials. other sweeteners to reduce high consumption of sugar, and (4) strengthening institutions and capital support for sugar businesses in Indonesia.

Keywords: sugar import, exchange rate, domestic demand, sugar production, import volume of the previous year.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Yuyun Lati Nadeak, lahir di Bangun pada tanggal 23 Februari 1998. Penulis merupkan anak kedua dari Bapak Henri Nadeak dan Ibu Dame Risma Siregar.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri N0. 030292 Bangun.

2. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Sidikalang.

3. Tahun 2016 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sidikalang.

4. Tahun 2016 diterima sebagai Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui jalur mandiri.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahan antara lain:

1. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa , Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara bulan Juli – Agustus 2019.

2. Anggota di Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Fakultas Pertanin, Universitas Sumatera Utara.

3. Anggota di Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pwnulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Gula di Indonesia”.

Hasil dari skripsi ini masih terlampau jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang penulis miliki. Skripsi ini merupakan anugerah yang tak terhingga besarnya, oleh karena itu keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan ucapan yang tulus penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec., Ph.D., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Pembimbing Akademik, yang telah berkenan untuk mencurahkan perhatiannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberikan bimbingan, dorongan, nasihat serta sumbangan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi seperti yang diharapkan.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah berkenan untuk mencurahkan perhatiannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberikan bimbingan, dorongan, nasihat serta sumbangan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi seperti yang diharapkan.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. M.

Jufri M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Agribinis, Fakultas Pertanian,

(9)

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi dan kemudahan selama mengikuti perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan, sehingga memberikan kontribusi, sehingga memberikan kontribusi nyata dan bekal yang sangat bermanfaat dalam kehidupan penulis.

5. Kepada orangtua saya Bapak Henri Nadeak dan Ibu saya Dame Risma Siregar yang telah mendukung, mendoakan, dan memberikan perhatian kepada saya, serta kakak saya Cristine Nadeak dan adik-adik saya Yusi Nadeak dan Gin-Gin Nadeak yang selalu setia mendukung dan setia mendoakan saya.

6. Kepada sahabat saya Anita, Gio Vanny, Melani, dan Wira yang telah mendukung dan mendoakan saya, teman seperdopingan, teman PKL, teman SMA, dan seluruh teman-teman Agribinsis 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah mendukung dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Kepada teman-teman SMA yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan mendoakan saya

Medan, September 2020

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...9

1.3. Tujuan Penelitian ...10

1.4. Manfaat Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11

2.1. Gula ...11

2.1.1. Jenis-jenis Gula ...11

2.1.2. Proses Produksi Gula Kristal Putih ...12

2.2. Landasan Teori...13

2.2.1. Teori Perdagangan Internasional ...13

2.2.2. Teori Impor ...17

2.2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia ...20

2.2.4. Teori Permintaan ...21

2.3. Penelitian Terdahulu ...24

2.4. Kerangka Pemikiran...29

2.5. Hipotesis Penelitian ...30

BAB III METODE PENELITIAN ...31

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...31

3.2. Metode Penentuan Data ...31

3.3. Metode Analisis Data ...31

3.3.1. Uji Stasioner (Unit Root Test) ...35

3.3.2. Uji Kointegrasi ...36

3.3.3. Uji Asumsi Klasik ...38

3.3.4. Uji Kesesuaian Model ...41

(11)

3.3.5. Analisis peramalan (forecasting) Volume Impor Gula Indonesia

dengan Menggunakan Model ARIMA ...44

3.4. Defenisi dan Batas Operasional ...45

3.4.1. Defenisi ...45

3.4.2. Batasan Operasional ...45

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...47

4.1. Trend Volume Impor Gula Indonesia ...47

4.2.1. Uji Stasioneritas ...49

4.2.2. Uji Kointegrasi ...52

4.2.3. Uji Asumsi Klasik ...53

4.2.4. Uji Kesesuaian Model ...55

4.2. Analisis Forecasting Volume Impor Gula di Indonesia Tahun 2019-2025 dengan metode ARIMA (Autoregressive Moving Average) ...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...64

5.1. Kesimpulan ...64

5.2. Saran ...64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produksi Gula Tahun

2000-2018 3

1.2 Perkembangan Jumlah Produksi Gula Indonesia Tahun

2000-2018 5

1.3 Jumlah Penduduk dan Konsumsi Gula Perkapita Indonesia

Tahun 2009-2018 7

1.4 Perkembangan Volume Impor Gula di Indonesia Tahun

1979-2018 7

4.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) untuk Analisis Robust 47

4.2 Volume Impor Gula di Indonesia 50

4.3 Hasil Uji Kointegrasi untuk Analisis Robust 52

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas 54

4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Breuch-Pagan-Godfrey) 54 4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) 55 4.7 Hasil Analisis Regresi Robust Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Volume Impor Gula di Indonesia 56 4.8 Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume

Impor Gula di Indonesia 57

4.9 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) untuk ARIMA 62 4.10 Hasil Uji model ARIMA AR(1) dan ARIMA MA(1) 63 4.11 Analisis Forecasting Volume Impor Gula di Indonesia 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Komposisi Gula dalam tanaman tebu 12

2.2 Pergerakan Kurva Permintaan 22

2.3 Pergeseran Kurva Permintaan 23

2.4 Kerangka Pemikiran 30

4.1 Grafik Trend Volume Impor Gula di Indonesia Tahun 1979-

2018 47

4.2 Grafik Sebelum dan Sesudah Uji Stasioner 52

4.3 Grafik Uji Normalitas Jarue-Berra 53

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Data Analisis Volume Impor Gula Indonesia 2 Hasil Uji Stasioner dengan E-Views 10 3 Hasil Uji Kointegrasi dengan E-Views-10 4 Hasil Uji Asumsi Klasik dengan E-Views 10 5 Hasil Uji Regresi Robust dengan E-Views 10

6 Hasil Analisis Forecasting atau Peramalan dengan E-Views dengan metode ARIMA (Ar-1)

(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional merupakan aspek penting bagi suatu negara.

Perdagangan internasional memiliki peran penting karena suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri dikarenakan keterbatasan sumber daya. Suatu negara akan kesulitan memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa menjalin kerjasama dengan negara lain. Perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang terdapat ekspor dan impor didalamnya (Tambunan, 2001). Perdagangan internasional seperti ekspor dan impor telah menjadi kegiatan ekonomi yang sangat penting dalam perekonomian negara.

Hampir semua negara pernah melakukan perdagangan internasional, tanpa terkecuali Indonesia. Cara yang dilakukan yaitu melakukan pertukaran barang dan jasa melalui kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor terjadi ketika sebuah negara memilki sumber daya yang melimpah, sedangkan kegiatan impor terjadi ketika kebutuhan negara belum tercukupi. Semakin berkembangnya ekspor dan impor merupakan bentuk dari meluasnya perdagangan bebas.

Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, akan tetapi hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan. Apalagi dilihat dari sejarah gula di Indonesia menunjukan bahwa negara Indonesia merupakan negara pengekspor gula. Jika dilihat dari

(16)

sejarah perkembangannya, industri gula di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke 19 untuk tujuan ekspor (Mubyanto, 1984).

Gula merupakan salah satu komoditi penting dan strategis bagi masyarakat.

Pentingnya gula tidak hanya dirasakan bagi konsumen sebagai pengguna akhir namun juga bagi kalangan industri sebagai produsen yang mengolah komoditi gula menjadi produk dengan nilai tambah (value added) tersendiri. Kedudukan gula sebagai bahan pemanis utama di Indonesia belum dapat digantikan oleh bahan pemanis lainnya yang digunakan baik oleh rumah tangga maupun industri makanan dan minuman.

Indonesia terutama Jawa pernah mengalami jaman keemasan dalam produksi gula tebu pada tahun 1928. Dalam tahun 1928 ini industri gula menghasilkan tiga perempat dari ekspor Jawa keseluruhan dan industri ini telah menyumbang seperempat dari seluruh penerimaan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat 178 pabrik gula yang mengusahakan perkebunan di Jawa dengan luas areal tebu yang dipanen kira-kira 200.000 hektar dengan produktivitas 14,8 persen dan rendeman mencapai 11-13,8 persen telah menghasilkan hampir 3 juta ton gula dimana hampir separohnya diekspor. Ketika itu jawa merupakan eksportir gula kedua terbesar di dunia yang hanya kalah oleh Kuba (Mubyanto, 1984).

Adanya kebijakan impor gula menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan impor gula pasir yang tinggi, yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemandirian pangan (Churmen, 2001). Kebijakan pemerintah dalam meregulasi industri pergulaan tidak mengembalikan posisi Indonesia seperti pada masa-masa

(17)

3

keemasannya. Produksi total dan produktivitas industri gula yang terus menurun yang tidak seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan gula mengakibatkan ekspor gula berhenti sama sekali pada tahun 1966 (Mubyanto,1984). Indonesia menjadi negara importir gula hingga saat ini.

Ketergantungan impor yang tinggi terjadi karena inefisiensi pada industri gula yang menjadi kendala utama belum bisa teratasi meskipun berbagai upaya telah ditempuh (Sapuan, 1998).

Luas areal tebu dan produksi gula di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produksi Tebu Tahun 2000-2018

Tahun

Tebu Luas Areal (Ha)

Total

Produksi (Ton)

Total P.

Rakyat P.

Negara P.

Swasta

P.

Rakyat

P.

Negara P.

Swasta

2009 259.259 74.185 107.996 441.440 1.326.937 356.504 833.933 2.517.374 2010 275.908 68.141 110.062 454.111 1.295.319 315.174 679.623 2.290.116 2011 278.733 67.020 106.035 451.788 1.366.294 295.635 605.958 2.267.887 2012 266.379 77.719 107.157 451.255 1.543.411 336.288 711.988 2.591.687 2013 291.132 67.434 110.661 469.227 1.561.047 294.069 695.911 2.551.026 2014 290.967 77.504 109.638 478.108 1.516.551 354.733 707.889 2.579.173 2015 267.064 66.715 120.391 454.171 1.440.260 339.129 718.609 2.497.997 2016 271.564 52.150 121.360 445.075 1.286.910 229.374 688.335 2.204.619 2017 247.883 73.015 109.466 430.363 1.220.780 268.892 631.999 2.121.671 2018 235.925 69.719 111.932 417.576 1.254.455 271.291 648.654 2.174.400

Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tebu 2017-2019

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara (PN) dan Perkebunan Swasta (PS) tebu tersebar hampir di sebagian besar Provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Luas areal PR terluas di Indonesia pada tahun 2018 adalah Provinsi Jawa Timur yaitu 167.933 hektar atau 67,74% dari total luas areal PR tebu di Indonesia. Luas areal PN terluas di Indonesia pada tahun 2018 adalah

(18)

Provinsi Jawa Timur yaitu 18.526 hektar atau 26,57% dari total luas areal PN tebu Indonesia. Luas areal PS terluas di Indonesia pada tahun 2018 adalah Provinsi Lampung yaitu 95.278 hektar atau 85,2% dari luas areal PS karet Indonesia (Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tebu 2017-2019, 2017).

Tabel 1.1 menunjukkan luas areal perkebunan tebu serta produksi gula dari tahun 2009-2018. Luas areal perkebunan tebu dan produksi gula mengalami fluktuasi.

Luas areal perkebunan tebu yang terbesar adalah Perkebunan Rakyat, diikuti oleh Perkebunan Swasta dan Perkebunan Negara. Produksi tebu terbesar juga dikuasai oleh Perkebunan Rakyat, kemudian diikuti oleh Perkebunan Swasta dan Perkebunan Negara.

Tabel 1.1 menunjukkan luas areal dan produksi tebu Indonesia mengalami fluktuasi. Luas areal perkebunan terbesar terdapat pada tahun 2014 yaitu 478.108 hektar dan semakin menurun hingga pada tahun 2018 menjadi 417.576 hektar.

Penurunan luas areal ini tentu akan berpengaruh terhadap produksi tebu. Dari Tabel 1.1 dapat diketahui produksi tebu terbesar terdapat pada tahun 2014 yaitu 2.579.173 ton dan jumlah produksi terkecil terdapat pada tahun 2017 yaitu 2.121.671 ton.

(19)

5

Dengan menurunnya jumlah produksi tebu, tentu akan mempengaruhi jumlah produksi gula. Berikut merupakan data jumlah produksi gula Indonesia dari tahun 2000-2018.

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Produksi Gula Indonesia Tahun 2000-2018 Tahun Jumlah Produksi Perkembangan (%)

2000 1780130

2001 1824575 2,50

2002 1749428 -4,12

2003 1631830 -6,72

2004 2051644 25,73

2005 2241741 9,27

2006 2307027 2,91

2007 2448143 6,12

2008 2668428 9,00

2009 2580080 -3,31

2010 2214488 -14,17

2011 2228259 0,62

2012 2591687 16,31

2013 2545842 -1,77

2014 2579173 1,31

2015 2497997 -3,15

2016 2222971 -11,01

2017 2190000 -1,48

2018 2170000 -0,91

Total 42523442 27,11

Rataan 2238076 1,43

Sumber: DGI

Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan jumlah produksi gula Indonesia dari tahun 2000-2018. Dilihat dari perkembangan jumlah produksi tahun 2000-2018 pada Tabel 1.2, Indonesia mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Peningkatan jumlah produksi gula di Indonesia terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 25,73%, lalu terbesar kedua terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 16,31%.

Sedangkan untuk penurunan volume impor gula di Indonesia terbesar pertama terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -14,17%, lalu terbesar kedua terjadi pada

(20)

tahun 2016 yaitu sebesar -11,01%. Total jumlah produksi gula Indonesia dari tahun 2000-2018 adalah sebesar 42.523.442 ton dengan rata-rata produksi sebanyak 2.238.076 ton. Total persentase perkembangan jumlah prodksi gula indonesia tahun 2000-2018 adalah sebesar 27,11% dengan rata-rata persentase perkembangan sebesar 1,43%.

Faktor penyebab rendahnya produktivitas gula per hektar diantaranya :

1. Pabrik gula kurang pasukan tebu yang bermutu sehingga banyak diantaranya yang harus ditutup karena krisis bahan baku sebagai akibat penurunan luas aeal tebu.

2. Pabrik gula tidak dapat melakukan investasi besar-besaran untuk meningkatkan efisiensi pabrik dengan peralatan modern yang lebih canggih dikarenakan margin keuntungan yang diterima pabrik rendah.

Namun berbeda dengan jumlah produksi yang cenderung fluktuatif, peningkatan jumlah penduduk cenderung semakin meningkat pada tahun 2009-2018. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan akan gula juga akan meningkat. Dengan jumlah produksi gula indonesia yang sedikit maka tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia. Impor gula merupakan solusi untuk mengatasi defisit atau lambatnya pertumbuhan gula domestik, jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi gula (produksi jauh lebih kecil daripada konsumsi), akibatnya impor gula terus meningkat.

(21)

7

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dan konsumsi gula Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3 :

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Konsumsi Gula Perkapita Indonesia Tahun 2009-2018

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)

2009 231.370.000 7,90

2010 238.519.000 7,69

2011 241.991.000 7,38

2012 245.425.000 6,48

2013 248.818.000 6,65

2014 252.165.000 6,41

2015 255.462.000 6,81

2016 285.700.000 7,47

2017 261.900.000 6,95

2018 265.015.300 6,83

Sumber : Statistik Indonesia 2019

Tabel 1.3 menunjukkan jumlah penduduk semakin meningkat setiap tahunnya.

Dan pada tahun 2018, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 265.015.300 jiwa. Dengan peningkatan jumlah penduduk, maka konsumsi gula juga akan meningkat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi gula, maka hasil produksi tebu di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gula penduduk Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan akan gula, maka pemerintah akan melakukan impor gula dari negara-negara pengekspor gula.

(22)

Perkembangan volume impor gula Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4 : Tabel 1.4 Perkembangan Volume Impor Gula Indonesia Tahun 1979-2018

Tahun Volume Impor Gula Indonesia (Ton)

Perkembangan (%)

1979 295.081

1980 400.920 35,87

1981 721.019 79,84

1982 687.179 -4,69

1983 168.095 -75,54

1984 2.917 -98,26

1985 4.407 51,08

1986 79.932 1713,75

1987 129.838 62,44

1988 130.331 0,38

1989 325.479 149,73

1990 280.978 -13,67

1991 73.986 -73,67

1992 294.226 297,68

1993 167.988 -42,91

1994 15.207 -90,95

1995 544.300 3.479,27

1996 1.099.306 101,97

1997 578.025 -47,42

1998 844.852 46,16

1999 1.398.950 65,59

2000 1.538.519 9,98

2001 1.284.469 -16,51

2002 970.926 -24,41

2003 997.204 2,71

2004 1.119.790 12,29

2005 1.980.487 76,86

2006 1.405.942 -29,01

2007 2.972.788 111,44

2008 983.944 -66,90

2009 1.373.546 39,60

2010 1.382.525 0,65

2011 2.371.249 71,52

2012 2.769.239 16,78

2013 3.344.304 20,77

2014 2.965.801 -11,32

2015 3.375.010 13,80

2016 3.455.343 2,38

2017 4.484.099 29,77

2018 5.023.854 12,04

Total 52.042.055 5.909,08

Rata-rata 1.301.051 147,73

Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2017-2019

(23)

9

Tabel 1.4 menunjukkan perkembangan volume impor gula Indonesia dari tahun 1979-2018. Dilihat dari perkembangan volume impor Tahun 1979-2018 pada Tabel 1.4, Indonesia mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Peningkatan volume impor gula di Indonesia terbesar terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 3.479,27%, lalu terbesar kedua terjadi pada tahun 1986 yaitu sebesar 1.713,75%, lalu terbesar ketiga terjadi pada tahun 1992 yaitu sebesar 297,68%.

Sedangkan untuk penurunan volume impor gula di Indonesia terbesar pertama terjadi pada tahun 1984 yaitu sebesar -98,26%, lalu terbesar kedua terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar -90,95%, lalu terbesar ketiga terjadi pada tahun 1983 yaitu sebesar -75,54%. Total volume impor gula Indonesia adalah sebesar 52.042.055 ton dengan rata-rata impor sebanyak 1.301.051 ton. Total persentase perkembangan volume impor gula indonesia tahun 1979-2018 adalah sebesar 5.909,08% dengan rata-rata persentase perkembangan sebesar 147,73%.

Karena terjadinya peningkatan volume impor gula di Indonesia dari tahun ke tahun maka maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan volume impor gula dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Gula di Indonesia (1978-2018)".

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah trend volume impor gula di Indonesia?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia ? 3. Bagaimana peramalan (forecasting) volume impor gula di Indonesia ?

(24)

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis bagaimana trend volume impor gula di Indonesia.

2. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia.

3. Untuk menganalisis ramalan (forecasting) volume impor gula di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana penambah pengetahuan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam permasalah impor gula.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan wawasan serta dapat dijadikan bahan kajian pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan impor gula.

(25)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan enegi yang akan digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber- sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).

2.1.1. Jenis-jenis Gula

Gula mempunyai bentuk, aroma dan fungsi yang berbeda.berikut ini beberapa jenis gula untuk memudahkan dalam pengolahan dang penggunaan yang tepat (Dewi, 2012).

1. Gula Pasir (Granulated Sugar)

2. Gulaa Pasir Berbutir Kasar (Crystalized Sugar) 3. Gula Kastor (Caster Sugar)

4. Gula Bubuk (Icing Sugar atau Confectioners Sugar) 5. Gula Donat

6. Gula Dadu (Cube Sugar)

(26)

7. Brown Sugar

8. Gula Palem (Palm Sugar) 9. Gula Jawa

10. Gula Aren 11. Gula Tebu 12. Gula Batu

13. Gula Maltosa (Maltose Sugar) 14. Karamel (Caramel)

15. Gula Jeli (Jelly Mallow)

2.1.2. Proses Produksi Gula Kristal Putih

Gula Kristal putih dihasilkan dari bahan baku tanaman tebu dengan komposisi seperti pada Gambar 4.1 kandungan nira tebu (73 - 83%) dan sabut tebu (12 - 20%). Di dalam nira tebu terdiri dari brix atau zat padat terlarut (10-15%) dan air tebu (65-75% ). Di dalam brix tebu terdiri dari gula tebu atau sukrosa (9-14%) dan bukan gula (1-7 %).

Sumber : Buku Panduan Kursus Laboran Gula 2014

Gambar 2.1. Komposisi Gula dalam tanaman tebu

(27)

13

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Perdagangan Internasional

Menurut Christianto (2013), pengertian perdagangan internasional secara sederhana menurut kamus ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antar dua negara atau lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional menjadi semakin penting tidak hanya dalam pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetepi juga dalam mencari pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta pengadaan barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri di dalam negeri.

Perdagangan internasional diawali dengan pertukaran atau perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya. Dasar dalam perdagangan internasional adalah adanya perdagangan barang dan jasa antar dua negara atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Perdagangan ini terjadi apabila terdapat permintaan dan penawaran pada pasar internasional.

1. Teori Merkantilis

Merkantilisme berkembang dengan pelopornya adalah Jean Bodin, Thomas Munn, Colbort, Von Hornivh dan Sir Joshiah Child. Merkantilisme adalah teori ekonomi yang secara jelas menyatakan bahwa kesejahteraan dan kekayaan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya asset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan. Secara tidak langsung teori ini menyatakan bahwa besarnya volume perdagangan global memegang peranan sangat penting.

Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap bahwa

(28)

penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi uang emas ataupun perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional.

Pada saat merkantilisme lahir, sistem masyarakat pada saat itu berdasarkan feodalisme. Sistem feodal pada dasarnya menanggapi kebutuhan penduduk akan perlindungan terhadap gangguan perampok. Jaminan keselamatan dapat diberikan oleh para raja terhadap para bangsawan, kerabat dan bawahannya. Sistem inilah yang melahirkan tuan tanah, bangsawan, kaum petani dan raja-raja kecil yang diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Saat merkantilisme mulai berkembang, sistem feodalisme sedikit demi sedikit mulai terkikis. Hak-hak istimewa yang dimiliki oleh para tuan tanah dan para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial yang melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara produksi dan distribusi gaya feodal pun ditinggalkan. Menurut kaum merkantilis, untuk mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi, jumlah ekspor harus lebih besar dari jumlah impor. Setiap negara harus melakukan kebijakan 1) pemupukan logam mulia dan 2) menciptakan neraca perdagangan aktif (Ekspor > Impor).

2. Teori keunggulan absolut dari Adam Smith

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua begara didasarkan pada keunggulan absolut.ketika satu negara lebih efisien daripada atau memilki keunggulan absolut atas yan lain dalam produksi satu komoditas tetapi kurang efiisien daripada atau memilki kelemahan absolut terhadap negara lain dan memproduksi komoditas yang kedua, kedua negara dapat mendapatkan manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang memilki keunggulan absolut dan bertukar hasil dengan negara lain untuk

(29)

15

komoditas yang memilki kelemahan absolut. Dengan proses ini, sumber daya yang digunakan dengan cara yang paling efisien dan hasil dari kedua komoditas akan naik. Peningkatan dalam hasil komoditas keduanya merupakan ukuran keuntungan dari spesialisasi dalam produksi yang tersedia untuk dibagi antara kedua negara tersebut (Salvatore, 2014).

Jadi, menurut teori absolute advantage dari Adam Smith, jika suatu negara lebih efisien dan memiliki keunggulan absolut dari pada negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara melakukan spesialisasi dalam memproduksi suatu komoditi. Kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor.

3. Teori keunggulan komparatif

David Ricardo memperkenalkan hukum keunggulan komparatif. Dia mendalilkan bahwa bahkan jika satu negara kurang efisien dibandingkan negara lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan (asalkan kelemahan absolut negara pertama yang berkaitan dengan yang kedua adalah tidak dalam proporsi yang sama di kedua komoditas).

Negara yang kurang efisien harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor dari komoditas yang punya kelemahan absolut lebih kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif). Hukum keunggulan komparatif inilah yang menjadi dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan komoditi melalui ekspor dan impor (Salvatore, 2014).

(30)

4. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) ini sering disebut dengan teori proporsi dan intensitas faktor produksi. Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) menyatakan bahwa penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, selanjutnya faktor produksi menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu, teori modern H-O ini dikenal sebagai The Proportional Factor Theory. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

Dalam perkembangannya, Teori Heckscher-Ohlin (H-O) merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh dalam teori perdagangan murni dan mampu menjelaskan pola perdagangan. Teori ini mengajukan premis bahwa suatu negara akan mengekspor barang yang memiliki faktor produksi yang berlimpah secara intensif. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Suatu negara dikatakan memiliki faktor produksi berlimpah (untuk tenaga kerja misalnya) jika rasio dari tenaga kerja terhadap faktor lainnya lebih besar dibandingkan rasio dari negara mitranya. Sedangkan suatu barang dikatakan padat tenaga kerja, jika biaya tenaga kerja merupakan bagian terbesar dari nilai barang tersebut dibandingkan dengan biaya faktor produksi lainnya. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) mencoba

(31)

17

menjelaskan pola perdagangan dunia dengan pengungkapan lebih spesifik mengapa terjadi perbedaan harga di antara negara-negara sebelum negara tersebut melakukan perdagangan. Secara teoretis, perdagangan terjadi karena ada perbedaan harga. Ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab perbedaan harga, misalnya faktor permintaan atau perbedaan teknologi. Namun Heckscher- Ohlin (H-O) meragukan hal ini, dan sebagai gantinya ia mengajukan konsep tentang faktor proporsi dalam penggunaan faktor produksi sebagai dasar dari perbedaan biaya komparatif.

2.2.2. Teori Impor

Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan jasa yang masuk ke suatu negara. Pada hakikatnya perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada suatu negara pun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.

Dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan negara lain. Suatu negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri. Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, di mana semakin besar impor dari satu sisi baik

(32)

kebutuhan penduduk suatu negara, namun di sisi lain bisa mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendapatan negara yang bersangkutan.

Menurut Armaini (2016) berdasarkan laporan indikator Indonesia, komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dari pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.

2. Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas serta suku cadang dan perlengkapan.

3. Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan alat angkut untuk industri.

Secara umum fungsi impor ditunjukkan :

M = mY Keterangan :

M = impor

m = MPm (marginal proporsity to impor)

MPm mempunyai arti berapa besar peningkatan impor akibat peningkatan pendapatan nasional

(33)

19

Y = Tingkat pendapatan

Dengan mengaitkan tambahan pendapatan dengan tambahan impor, kecenderungan impor marginal menunjukkan sejauh mana tambahan kemakmuran merembet pada permintaan impor, yang dapat memperburuk neraca pembayaran.

Dalam suatu perekonomian diusahakan penekanan impor agar neraca perdagangan suatu negara mengalami surplus atau nilai ekspornya lebih tinggi dari nilai impornya. Dengan demikian suatu perekonomian perlu mengetahui perkembangan nilai ekspor dan nilai impor dari tahun ketahun agar diketahui posisi neraca perdagangan negara tersebut.

Permintaan impor suatu negara terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor, diantara faktor-faktor tersebut yang paling penting yaitu:

1. Produksi

2. Jumlah Penduduk 3. Harga

4. Konsumsi 5. Selera 6. Trend

7. Ramalan yang akan terjadi di masa yang akan datang

(34)

2.2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia 1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Kurs)

Nilai tukar Dollar terhadap Rupiah (kurs) mempengaruhi tinggi rendahnya impor karena dalam melakukan perdagangan internasional tiap negara menggunakan mata uang yang berbeda maka kurs bertindaksebagai fasilitator untuk membandingkan nilai mata uang antar negara. Menguatnya kurs dollar Amerika terhadap mata uang dalam nengeri (rupiah) menyebabkan konsumen dalam negeri mempunyai daya beli lebih sedikit sehingga aktivitas importir dalam negeri menurun (Oluwarotimi Odeh, et al, 2003).

2. Permintaan Gula Dalam Negeri (Domestic Demand)

Jumlah barang yang diminta semestinya tidak sama dengan jumlah barang yang benar-benar dibeli. Kadang jumlah yang diminta melebihi jumlah barang yang tersedia, sehingga jumlah yang dibeli kurang dari jumlah yang diminta.Banyak faktor yang mempengaruhi rencana pembelian dan salah satunya adalah harga.Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga terdapat dalam hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan : ketika hal-hal yang lain tetap sama, semakin tinggi jumlah yang diminta dan semakin rendah harga suatu barang, semakin besar jumlah yang diminta (Parkin, 2017).

3. Produksi Gula Indonesia (Indonesian Sugar Prodouction)

Baouhi Song., et al (2009) menyatakan bahwa impor dipengaruhi oleh produksi dalam negeri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Penurunan jumlah produksi tanamana pangan disebabkan oleh banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi non pertanian dan konstruksi sehingga memengaruhi impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri (Rosetti, 2009)

(35)

21

4. Volume Impor Tahun Sebelumnya (Lagged Import)

Volume impor gula satu tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap volume impor gula. Hal ini disebabkan semakin banyakgula yang diimpor maka dapat menyebabkan peningkatan pada volume impor gula tahhun sebelumnyadengan adanya penurunan volume dari sisi produksi dan persediaan gula dalam negeri.

Terdapat asumsi yang menyatakan bahwa :data speak to themselves” yang berarti nilai data pada masa sekarang dipengaruhi oleh nilai data pada masa sebelumnya (Winarmo, 2009).

2.2.4. Teori Permintaan

Menurut Raharja (2010) permintaan adalah keingginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Pengertian lain dari Nasution (2006) permintaan adalah ketika bersedia untuk membeli suatu barang dan jasa pada berbagai tingkat harga dan periode waktu tertentu. Jadi disimpulkan permintaan adalah keingginan seseorang ketika bersedia membeli suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya pada tingkat harga dan periode tertentu.

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan

“makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”. (Sadono Sukirno, 2010:76).

(36)

Permintaan jika ditinjau dari jumlah orang yang meminta maka permintaan ini dibedakan menjadi 2 :

1. Permintaan individu

Permintaaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan individu, harga komoditi lain, dan citarasa individu

2. Permintaan Pasar

Permintaan pasar adalah suatu komoditi menunjukan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu, pada berbagai harga alternatif oleh semua individu di dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu dan selanjutnya pada jumlah pembeli komoditi tersebut di pasar.

Kurva permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli pada waktu per unit barang berubah (Pindyck dan Rubinfeld, 2009:26).

Kurva permintaan dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Sumber : (Pindyck dan Rubinfeld, 2009:26) Gambar 2.2 Pergerakan Kurva Permintaan

(37)

23

Kurva permintaan dapat terjadi perubahan yaitu apabila terjadi perubahan harga, maka hanya akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta, sehingga pergerakan akan selalu berada di sepanjang kurva permintaan. Tetapi apabila terjadi dalam perubahan determinan permintaan selain harga seperti pendapatan, harga barang lain maupun selera maka akan mengakibatkan terjadinya pergeseran kurva permintaan. Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa perubahan faktor permintaan selain harga menyebabkan kurva permintaan bergeser. Misalkan jika pendapatan individu meningkat menyebabkan bertambahnya tingkat permintaan karena daya beli meningkat sehingga menggeser kurva permintaan ke kanan dari DD ke D’D’ dan sebaliknya jika pendapatan berkurang akan menyebabkan daya beli turun sehingga tingkat permintaan berkurang yang menyebabkan kurva bergeser ke kiri dari DD ke D”D”.

Sumber : Sadono Sukirno (2010:26) Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu:

1. Harga barang itu sendiri 2. Harga barang lain yang terkait

(38)

3. Tingkat pendapatan per kapita 4. Selera atau kebiasaan

5. Jumlah penduduk

6. Pekiraan harga di masa mendatang 7. Distribusi pendapatan

8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

Jumlah barang yang diminta semestinya tidak sama dengan jumlah barang yang benar-benar dibeli. Kadang jumlah yang diminta melebihi jumlah barang yang tersedia, sehingga jumlah yang dibeli kurang dari jumlah yang diminta.Banyak faktor yang mempengaruhi rencana pembelian dan salah satunya adalah harga.

Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga terdapat dalam hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan : ketika hal-hal yang lain tetap sama, semakin tinggi jumlah yang diminta dan semakin rendah harga suatu barang, semakin besar jumlah yang diminta (Parkin, 2017).

Menurut Raharja (2010) Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama yaitu perubahan harga dan perubahan faktor ceteris paribus, misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya (faktor nonharga). Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Ini yang disebut pergeseran permintaan sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve).

2.3. Penelitian Terdahulu

1. Menurut penelitian Fahrudin Sutrino yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Volume Impor Gula Indonesia Tahun 1972-

(39)

25

2003, dalam penelitian tersebut dikaji untuk menganalisis pengaruh dari variabel-variabel independen yaitu Produksi gula nasional (PRG), harga gula internasional (HRG), jumlah penduduk (PDK) nilai tukar rupiah terhadap dollar (KURS) dan untuk mengetahui pengaruh sistem nilai tukar rupiah terhadap variabel dependen yaitu volume impor gula (IMP). Sistem nilai tukar kurs sebagai variabel dummy (D1) yang mana 1 = sistem managed floating exchange rate, 0 = sistem lainnya dan variabel dummy (D2) yang mana 1 = floating exchange rate, 0=sisem lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan regresi doble log variabel PRG, HRG, PDK, KURS dan variabel dummy (D1 dan D2) secara bersama- sama berpengaruh secara signifikan, tetapi secara parsial hanya variabel HRG, PDK, dan D2 yang berpengaruh secara signifikan. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 59,454% artinya variasi variabel IMP dapat dijelaskan oleh variabel PRG, HRG, PDK, KURS dan variabel dummy (D1 dan D2), sedangkan sisanya 40,5455% dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar model. Berdasarkan pengujian asumsi klasik terdapa maslah multikolinearitas antara variabel PDK dan KURS dengan variael D2.

Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dari hasil analisis rehresi double log menunjukkan bahwa variabel PRG mempunyai hubungan yang negatif (inelastis) terhadap variabel IMP, variabel HRG mempunyai hubungan positih (elastis) hal ini tidak konsisten dengan eori dan tidak sesuai dengan hipotesis, variabel PDK berhubungan positif (elastis) terhadap IMP, variabel KURS berhubungan negatif (elastis) terhadap IMP,

(40)

variabel D1 berhubungan positif (inelastis) dan variabel D2 berhubungan positif (elastis) terhadap IMP.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Christianto (2017) dengan judul penelitian “Analisis Trend Daya Saing Gula Lokal dan Gula Import di Indonesia Tahun 2012-2016”. Dengan menggunakan metode analisis efisiensi, analisis profitabilitas, analisis komparatif dan analisis kompetitif.

Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula di Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap impor gula di Indonesia adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula, dan harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita dan stok gula domestik. Elastisitas pada variabel stok dalam negeri, impor tahun sebelumnya, perubahan pendapatan perkapita dan konsumsi guala terhadapa impor gula di Indonesaia bersifat inelastis. Sedangkan nilai elastisitas harga gula internasional terhadap impor gula di Indonesia bersifat elastis.

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ade Ayu Triyani (2016) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Gula di Indonesia Tahun 1985-2014”. Data diolah menggukan progran SPSS.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan, dalam jangka pendek menunjukan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan tidak signifikan, PDB dalam jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan, dalam jangka pendek menunjukan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan, harga gula domestik dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan, dalam jangka pendek menunjukan bahwa

(41)

27

harga gula berpengaruh positif dan tidak signifikan, Kurs dalam jangka panjang dan jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan.

4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsara Bayu Aji (2006) dengan judul penelitian “Anlisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula Provinsi Jawa Tengah Tahun 1984-2003”. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Data diolah menggunakan program eviews 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan produksi gula di Jawa Tengah tahun 1984-2003 mengalami penurunan yang berfluktuasi.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda biasa, variabel produksi gula tebu di Jawa Tengah berpengaruh terhadap volume impor gula Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,0103. Konsumsi gula penduduk Jawa Tengah berpengaruh terhadap volume impor gula Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,2256. Konsumsi gula penduduk Jawa Tengah tidak berpengaruh terhadap volume impor gula Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,1970. Harga gula lokal Jawa Tengah berpengaruh terhadap volume impor gula Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,0055. Harga gula lokal Jawa Tengah tidak berpengaruh terhadap volume impor gula Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,2554.

5. Berdasarkan penelitian Swasinto Hernokoro (2007) dengan judul penelitian

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula Nasional Tahun 1995-2005”. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan regresi linear sederhana. Data diolah dengan menggunakakn program SPSS. Hasil penelitian ini produksi gula (X1), konsumsi gula (X2), harga

(42)

gula (X3), bea masuk (X4) ternyata 99% secara bersama-sama mempengaruhi impor gula dan % dipengaruhi oleh faktor lain.

6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratri Indah Hariani, et al (2014) dengan judul penelitian “Analisis Trend Produksi dan Impor Gula serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia”. Dengan menggunakan analisis trend dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Trend produksi gula dan impor gula di Indonesia selama kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 2012-2016 cenderung meningkat, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula di Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap impor gula di Indonesia adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula, dan harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita dan stok gula domestik, (3) Elastisitas pada variabel stok dalam negeri, impor tahun sebelumnya, perubahan pendapatan per kapita, dan konsumsi gula terhadap impor gula di Indonesia bersifat inelastis, sedangkan nilai elastisitas harga gula internasional terhadap impor gula di Indonesia bersifat Elastis.

7. Berdasarkan penellitian yang dilakukan oleh Nungsri Tri Hapsari (2007) dengan judul penelitan “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia Periode 1983-2006”. Dengan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Data diolah menggunakan profram Eviews 4.0 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima faktor yang diteliti semuanya berpengaruh signifikan terhadap impor gula Indonesia pada taraf nyata lima persen (α=5%).

(43)

29

8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farialdi Samsikin (2013) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula di Provinsi Jawa Timur Tahun 1998-2012”. Dengan menggunakan metode analisis trend linear dan analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Pada tahun 1998-2012 ternd impor gula mengalami peningkatan, dan untuk 5 tahun kedepan impor gula juga mengalami peningkatan, 2) Terdapat pengaruh signifikan variabel permintaan sedangkan variabel penawaran tidak berpengaruhi signifikan terhadap impor gula di Jawa Timur, 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula di Provinsi Jawa Timur antara lain produksi, jumlah penduduk, pendapatan penduduk, kurs valuta asing dan harga gula impor.

2.4. Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang kaya akakn tumbuh- tumbuhan. Iklim ini cocok bagi tanaman tebu untuk dapat berkembang, oleh sebab itu banyak jenis tanaman lain yang mampu hidup dan bertahan di Indonesia.

Gula merupakan salah satu kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat.

Baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk industri makan dan minuman.

Peningkatan permintaan gula tidak diimbangi oleh produksi nasional yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor beberapa gula untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Kerena produksi yang semakin menurun menjadikan Indonesia menjadi negara pengimpor gula terbesar kedua setelah Kuba.

Hal yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia yaitu Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Domestic Demand,

(44)

digunakan sebagai variabel independen dalam model yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia.

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah :

Keterangan :

= Menyatakan Pengaruh

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh positif dan sigifikan antara Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Domestic Demand, Indonesian Sugar Production, Lagged Import terhadap volume impor gula Indonesia dalam periode 1979-2018, Indonesian Rupiah-US$ Exchange

Rate

Sugar Domestic Demand

Volume Impor Gula

Indonesian Sugar Production

Lagged Import

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

(45)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan dengan metode sengaja (Purposesive Sampling), artinya metode penentuan lokasi penelitian ditentukan sendiri oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (disengaja). Berdasarkan pertimbangan penelitian ini dilakukan di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor gula terbesar di dunia.

3.2. Metode Penentuan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari waktu ke waktu (time series) dari tahun 1979-2018. Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi/perusahaan dalam bentuk yang sudah diolah yang berupa publikasi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Badan Pusat Statistik, Asosiasi Gula Indonesia (AGI), literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini dan instansi terkait lainnya. Data sekunder yang digunakan meliputi data Luas Areal Perkebunan Tebu, Produksi, Konsumsi, Jumlah Penduduk, Impor Gula, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Domestic Demand, Indonesian Sugar Production, Lagged Import dalam periode 1979-2018.

3.3. Metode Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Untuk identifikasi masalah pertama yaitu, bagaimana perkembangan volume impor gula di Indonesia dilakukan dengan menggunakan Analisis kualitatif yang berupa metode deskriptif. Metode analisis deskriptif menggunakan semua data

(46)

yang diperlukan dan data dari tahun ke tahun (Time Series) dalam kurun waktu 1979-2018 yang diestimasi menggunakan Microsoft Excel.

Untuk identifikasi masalah kedua, yaitu apa saja faktor yang mempengaruhi volume impor gula di Indonesia dilakukan dengan menggunkan Analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi Robust menggunakan model Estimasi-M.

Regresi Robust diperkenalkan oleh Andrew (1972). “Regresi robust merupakan metode regresi yang digunakan ketika distriibusi dari error tidak normal dan atau adanya beberapa outlier yang berpengaruh pada model “ (Olive, 2003:3).

“Regresi robust digunakan untuk mendeteksi outlier dan memberikan hasil yang resisten terhadap adanya outlier” (Chen. 2002:1). Wilcox (2005: 51) menjelaskan

“Estimasi-M pertama kali diperkenalkan oleh Huber pada tahun 1973 dan merupakan penggambaran dari suatu percobaan yang menggabungkan sifat efisiensi OLS dan ketahanan dari estimasi LAV (LAD)”. Lav merupakan estimasi yang meminimumkan jumlah nilai mutlak dari residual.

∑|𝑒𝑖|

𝑛

𝑖=𝑙

= min ∑ |𝑦𝑖 − ∑ 𝑥𝑖𝑗𝛽𝑗

𝑘

𝑗=0

|

𝑛

𝑖=𝑙

Metode LAV lebih resisten terhadap outlier daripada OLS karena pengaruh dari outlier dibatasi. Hal ini dapa dilihat dari bentuk fungsi influence sebagai berikut.

Ψ(𝑢𝑖) = {

1, 𝑢𝑖 ≤ 0 0, 𝑢𝑖 = 0

−1, 𝑢𝑖 ≤ 0 dimana 𝑢𝑖 nilai skala residual.

(47)

33

Penggabungan LAV dan OLS dalam Estimasi-M dapat dilihat dari fungsi influence dari Estimasi-M berikut.

Ψ(𝑢𝑖) = {

𝑐, 𝑢𝑖 > 𝑐 𝑢𝑖, |𝑢𝑖| ≤ 𝑐

−𝑐, 𝑢𝑖 < −𝑐

Estimasi-M mempunyai sifat seperti OLS pada fungsi tengah, tetapi pada nilai ekstrim, Estimasi-M seperti LAV. Estimasi-M dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan yang tidak robust terhadap outlier pada variabel prediktor maupun pada variabel prediktor. Sehingga Estimasi-M resisten terhadap outlier pada variabel respon sama seperti LAV, dan tidak resisten terhadap outlier pada variabel prediktor. Estimasi-M merupakan suatu metode robust yang luas dan terkenal serta dapat dianalisis dengan mudah secara teoritis maupun komputer.

Estimasi-M mempunyai breakdown point sebesar nol (0).

Estimasi-M merupakan estimasi yang meminimumkan suatu fungsi residual ρ.

𝛽̂𝑚 = min ∑ 𝜌(𝑒𝑖)

𝑛

𝑖=𝑙

= min ∑ 𝜌 (𝑦𝑖− ∑ 𝑥𝑖𝑗𝛽𝑗

𝑘

𝑗=0

)

𝑛

𝑖=𝑙

Fungsi ρ dipilih sebagai representasi pembobot dari residual. Solusi di atas bekan merupakan skala equivariant. Oleh karena itu untuk memperoleh skala residual harus distandarkan dengan sebuah skala estimasi robust σ. Sehingga persamaannya menjadi:

𝛽̂𝑚 = min ∑ 𝜌 (𝑒𝑖

𝜎̂) = min ∑ 𝜌 (𝑦𝑖− ∑𝑘𝑗=0𝑥𝑖𝑗𝛽𝑗

𝜎̂ )

𝑛

𝑖=𝑙

dimana 𝛽̂0, 𝛽̂1, 𝛽̂2, ..., 𝛽̂𝑘, merupakan nilai estimasi-M dari 𝛽0, 𝛽1, 𝛽2, ..., 𝛽𝑘 yang meminimumkan

∑ 𝜌(𝑢𝑖) = ∑ 𝜌(𝑒𝑖 )

(48)

Dipilih estimasi yang popular untuk 𝜎̂ adalah

𝜎 ̂ =

0.6745 𝑀𝐴𝐷

=

𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 {|𝑒1 – 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 (𝑒1)|}

0,6745

Dimana MAD adalah Median Absolute Deviation. Pemilihan konstan 0,6745 membuat 𝜎̂ merupakan suatu estimasi yang mendekati tak bias dari σ jika n besar dan residu bersdistribusi noemal” (Fox, 2002:2).

Prosedur estimasi-M sebagai berikut.

(1) Dihitung penaksir β, dinotasikan b menggunakan metode kuadrat terkecil, sehingga didapatkan 𝑦̂𝑖′0 dan 𝜀𝑖′0 = 𝑦𝑖 - 𝑦̂𝑖′0, (i = 1, 2, ... n) yang diperlakukan sebagai nilai awal.

(2) Menghitung nilai 𝜎̂

𝜎 ̂ =

0.6745 𝑀𝐴𝐷

=

𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 {|𝑒1 – 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 (𝑒1)|}

0,6745

(3) Mencari nilai skala residual (𝑢𝑖) 𝑢𝑖 = (𝑦𝑖 − 𝑦̂𝑖0)

𝜎̂ = 𝑒1 𝜎̂

(4) Mendefenisikan pembobot berdasarkan fungsi pembobot 𝑤𝑖 = w(𝑢𝑖), dengan konstanta untuk pembobot Huber sebesar 1,345 dan Turkey Bisquare sebesar 4,685.

(5) Memperbaiki estimasi 𝛽̂ berdasarkan metode Weighted Least Squares (WLS) dengan pembobot 𝑤𝑖 sehingga diperoleh 𝛽̂ yang baru pada iterasi ke-1.

(6) Selanjutnya ulangi langkah 2 sampai langkah 5 sehingga nilai 𝑤𝑖 akan berubah pada tiap iterasinya sehingga diperoleh 𝛽̂𝑚 yang konvergen.

Estimasi kuadrat terkecil dapat digunakan sebagai nilai permulaan 𝛽̂0.

(49)

35

Setelah memasukkan variabel-variabel penelitian, maka bentuk persamaan regresi Robustnya dapat ditulis sebagai berikut:

I = 𝜷𝟎+ 𝜷𝟏 𝐊𝐔𝐑𝐒𝒕 + 𝜷𝟐 𝐃𝐃𝒕+ 𝜷𝟑 𝑷𝑹𝑶𝒕 + 𝜷𝟒 𝐈𝒕−𝟏 + 𝜺𝒕 Dimana :

I = Volume impor gula di Indonesia

KURS = Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (Kurs Indonesian Rupiah – US$ ) DD = Permintaan gula domestik (Domestic Demand)

PRO = Produksi Gula Indonesia (Indonesian Sugar Production) 𝐼𝑡−1 = Impor tahun Sebelumnya (Lagged Import)

𝛽0 = Intersep

𝛽1 - 𝛽7 = Koefisien regresi t = Tahun

ε = Kesalahan pengganggu

3.3.1. Uji Stasioner (Unit Root Test)

Dalam analisis data time series sangat penting dilihat stasioneritas data series.

Proses munculnya suatu fenomena setiap bulan, kuartalan atau tahunan merupakan proses stokastik (random). Jika kita akan melihat hubungan antara variabel ekonomi maka perlu dilihat stasionerita data series tersebut. Bila tidak maka mungkin akan terjadi hubungan yang spurius (semu).

Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah data yang menunjukkan mean, varians dan autovarians (pada variabel lag) tetap sama pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya dengan data yang

(50)

stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada yang tidak stasioner, maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression.

Spurious regression adalah regresi yang memiliki 𝑅2 yang tinggi, namun tidak ada hubungan yang bebrarti dari keduanya.

Salah satu konsep formal yang dipakai untuk mengetahui stasioneritas data adalah melalui uji akar unit (unit root test). Uji ini merupakan pengujian yang populer, dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller dengan sebutan Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test. Jika suatu data time series tidak stasioner pada orde nol, I(0), maka stasioneritas data tersebut bisa dicari melalui order berikutnya sehingga diperoleh tingkat stasioneritas pada order ke-n (first difference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan sterusnya.

3.3.2. Uji Kointegrasi

Uji kontegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel- variabel bebas dan terikat. Uji iji merupakan kelanjutan dari uji stasionary.

Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasionary atau tidak. Apabila variabel terjointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang dan sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang.

Gambar

Gambar 2.1. Komposisi Gula dalam tanaman tebu
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1 Trend Volume Impor Gula Indonesia Tahun 1979-2018
Tabel 4.2 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) untuk Analisis Robust  Variabel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Peningkatan kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat pada prinsipnya dapat dilakukan melalui penambahan Sumber Daya Manusia

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Dari hasil buku dan beberapa skripsi di atas, dapat diketahui yang menjadi perbandingan dengan penelitian saya adalah perkembangan fisik Kota dari tahun 1993-2018,

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Untuk model tanpa waktu tunda diperoleh tiga titik tetap yang bersifat sadel dan simpul/spiral stabil, sedangkan titik tetap pada model dengan waktu tunda terdapat titik tetap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi