PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
SANTI NUR AISYAH 0905847
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Oleh Santi Nur Aisyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Santi Nur Aisyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SANTI NUR AISYAH
PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Ijang Rohman, M.Si NIP. 196310291987031001
Pembimbing II,
Drs. Rahmat Setiadi, M.Sc NIP. 196004111984031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Penelitian ini menggunakan metode
pre-eksperimen one group pre-test and post-test. Sampel merupakan siswa
kelas 3 SMA salah satu sekolah negeri di Bandung. Instrumen yang digunakan berupa test tertulis pretest-postest, LKS, dan angket. Data diuji menggunakan uji t dan uji Anova satu jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) PhET ABS memiliki peranan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran remedial, (2) PhET ABS sangat berperan dalam meningkatkan penguasaan konsep secara signifikan pada siswa kelompok rendah, (3) PhET dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA untuk empat indikator.
Kata kunci : Pembelajaran Remedial, PhET ABS, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis (KBK)
ABSTRACT
This research entitles the role of PhET ABS in remedial teaching toward the mastery of acid-base solution concept and building the skill of high school
student’s critical thingking. Purpose of this research is to obtain information
regarding the role of PhET ABS in remedial teaching toward the mastery of acid-base solution concept and building critical thinking skills of high school students. This research used a pre-experimental methods one group pre-test and post-test. Samples are high school students in grade 3 at one of public school in Bandung. Instruments used such as pretest-posttest, worksheets, and questionnaires. Data were tested using the t test and one way ANOVA test. This research found that (1) PhET ABS has a role to increase the quality of study result, so far as it can be use in remedial teaching, (2) PhET ABS has a role to increase the concept mastery significantly towards the low group students, (3) PhET ABS can build critical thinking skills of high school students for four indicator.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Remedial ... 6
B. PhET Acid Base Solutions (PhET ABS)... 8
C. Membangun Penguasaan Konsep Larutan Asam Basa Menggunakan PhET Acid Base Solutions (PhET ABS) ... 16
D. Membangun Keterampilan Berpikir Kritis Menggunakan PhET Acid-Base Solutions (PhET ABS)... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32
B. Desain Penelitian ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Analisis Data... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dengan PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) ... 47
B. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis yang Dapat Dibangun Menggunakan Simulasi PhET Acid-Base Solution (PhET ABS ... 56
C. Pembuatan Strategi Pembelajaran dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 59
D. Pemaparan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
1. Hasil Tes Tertulis ... 63
2. Hasil LKS ... 67
3. Hasil Angket ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli
yang berbeda, tes One Tailed dengan signifikan 0,05. ... 39
Tabel 3. 2 Interpretasi Reliabilitas ... 40
Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 41
Tabel 3. 4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 42
Tabel 3. 5 Kriteria Kemampuan Siswa ... 44
Tabel 4. 1 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 61
Tabel 4. 2 Daya Pembeda Soal ... 62
Tabel 4. 3 Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Kelompok ... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Panel Introduction pada PhET ABS ... 10
Gambar 2. 2 Tampilan Radio Group Solutions ... 12
Gambar 2. 3 Tampilan Equilibrium Concentration ... 13
Gambar 2. 4 Tampilan Liquid ... 13
Gambar 2. 5 Tampilan Pengukuran dengan pH Meter ... 14
Gambar 2. 6 Tampilan Pengukuran dengan pH Paper ... 14
Gambar 2. 7 Tampilan Panel Custom Solution ... 15
Gambar 2. 8 Tampilan Larutan dengan konsentrasi yang ditentukan (a) Larutan Asam Lemah (b) Larutan Asam Kuat ... 16
Gambar 2. 9 Tampilan Larutan Asam Kuat ... 22
Gambar 2. 10 Pengujian pH Menggunakan pH Meter (Kiri) dan pH Paper (Kanan) ... 24
Gambar 2. 11 Tampilan Penel Custom Solution untuk Membangun Konsep Konsentrasi Larutan dan pH ... 25
Gambar 2. 12 Grafik Perubahan Konsentrasi Terhadap Nilai pH Larutan Asam Lemah dengan Kekuatan Mengion Terlemah ... 26
Gambar 2. 13 Grafik Perubahan Konsentrasi Larutan Asam Terhadap Nilai pH (a) Larutan Asam Lemah, dan (b) Larutan Asam Kuat ... 27
Gambar 4. 4 Larutan Basa Kuat ... 51
Gambar 4. 5 Larutan Basa Lemah ... 51
Gambar 4. 6 Larutan Asam Lemah dengan Konsentrasi yang
Berbeda ... 54
Gambar 4. 7 Larutan Asam Kuat dalam Konsentrasi yang Berbeda ... 54
Gambar 4. 8 Larutan Basa Lemah dalam Konsentrasi yang Berbeda . 55
Gambar 4. 9 Larutan Basa Kuat dalam Konsentrasi yang Berbeda ... 55
Gambar 4. 10 Grafik Indikator Keterampilan Berpikir Kritis pada
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
1. Data Ulangan Harian Materi Larutan Asam Basa ... 75
2. Data Hasil Wawancara Pembelajaran Remedial ... 76
Lampiran B 1. Hasil Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dari PhET ABS ... 77
2. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis yang Dapat Dibangun PhET ABS... 80
Lampiran C 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96
2. Soal Tes Tertulis ... 108
3. Lembar Kerja Siswa ... 120
4. Angket ... 127
5. Rubrik Penilaian ... 129
Lampiran D 1. Hasil Uji Reabilitas Soal, Daya Pembeda Soal, dan Tingkat Kesukaran... 135
2. Hasil Pengolahan Data Tes Tulis ... 137
3. Hasil Lembar Kerja Siswa ... 142
4. Hasil Angket ... 144
Lain-lain 1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis. ... 149
2. Kalender Pendidikan Tahun 2013/2014 ... 151
3. Silabus Kimia ... 153
4. Surat Keterangan Penelitian ... 156
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan
berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No 6 Tahun
2007 menerapkan sistem pembelajaran salah satunya sistem belajar tuntas
(Depdiknas, 2008). Artinya, setiap peserta didik harus menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Jika peserta didik telah menguasai indikator pencapaian
dalam suatu Kompetensi Dasar (KD) tertentu sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan atau lebih, maka peserta didik dinyatakan
tuntas untuk KD tersebut. Namun dari data lapangan di salah satu sekolah negeri
Bandung, pada tahun 2013 untuk pelajaran kimia materi larutan asam basa
terdapat 65% peserta didik belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata 63,44
(Lampiran A.1 halaman 75). Hal ini menunjukkan, banyaknya peserta didik
belum menguasai konsep yang diberikan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan
perbaikan salah satunya dengan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial
ini diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM. Dengan adanya
perbaikan, diharapkan peserta didik mampu mencapai KKM sehingga
pembelajaran tuntas terpenuhi.
Dari hasil data lapangan, di salah satu sekolah negeri Bandung tahun 2013,
guru kimia melaksanakan pembelajaran remedial dengan bentuk penugasan. Guru
menugaskan peserta didik untuk membaca kembali atau mengerjakan latihan soal
materi yang belum mencapai KKM (Lampiran A.2 halaman 76). Akan tetapi,
penugasan bersifat mandiri ini memungkinkan tidak membantu peserta didik
dalam memperbaiki kompetensi yang belum tercapai. Semestinya, sesuai dengan
sifat pokok kegatan pembelajaran remedial yaitu menyederhanakan konsep,
menjelaskan konsep yang kabur, dan memperbaiki konsep yang salah tafsir, harus
2
kendala salah satunya waktu pelaksanaan, sehingga pembelajaran remedial
dilakukan di rumah.
Dengan kendala yang ada, perlu adanya alternatif yang dapat membantu
dalam pembelajaran remedial, salah satunya dengan pembelajaran berbasis TIK.
Menurut Alessi, et al. dalam Sutrisno (2011), ada banyak keunggulan dalam
pembelajaran berbasis TIK seperti penggunaan waktu yang lebih efektif, bahan
materi pelajaran yang lebih mudah diakses, menarik dan biaya yang murah.
Pembelajaran berbasis TIK ini yang pada dasarnya menggunakan media
komputer, memungkinkan guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta
didik tanpa perlu tatap muka, sehingga peserta didik dapat belajar mandiri.
Salah satu pembelajaran berbasis TIK adalah simulasi. Simulasi
merupakan rancangan multimedia dalam bentuk eksperimen semu. Simulasi yang
bisa digunakan contohnya virtual laboratory (virtual lab). Menurut Robeck dalam
Hassan (2008) pembelajaran secara virtual memberikan banyak faedah kepada
pelajar karena dapat meningkatkan kecenderungan pelajar dengan mengaplikasi
kemahiran proses sains (the use of science process skills), inkuiri sains (science
inquiry), pemikiran kritikal (critical thinking), kefahaman konseptual (conceptual understanding), dan kefahaman kepada sains semula (understanding the nature of science).
Virtual lab telah banyak dikembangkan, salah satunya virtual lab PhET
oleh University of Colorado at Boulder. Virtual lab PhET merupakan virtual lab
yang memiliki percobaan kimia terbanyak pada jenjang sekolah menengah atas
dan Universitas serta dapat diakses secara bebas. Virtual lab PhET telah
dioperasikan oleh lebih dari 13 juta orang di berbagai negara (Perkins, 2010). Dari
berbagai PhET yang ada, salah satunya adalah PhET Acid-Base Solution (PhET
ABS). PhET ABS ini telah dianalisis sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan
bahwaPhET ABS memiliki kesesuaian dengan Standar Kompetensi (SK) dan KD
dalam KTSP Kimia SMA kelas XI IPA semester genap (Oktaviana, 2012).
PhET ABS ini terdapat beberapa fasilitas yang dapat membantu peserta
didik dalam menemukan konsep pada materi larutan asam basa. Dalam
3
PhET ABS dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan menguasai
konsep pada kompetensi tersebut.
Di era globalisasi ini, penguasaan konsep saja tidak cukup. Lulusan SMA
yang berkualitas dan berdaya saing tinggi perlu juga memiliki keterampilan. Hal
ini berdasarkan tujuan Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Selain itu, menurut Tinio (2003),
salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa
yang datang adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)
atau sering pula disebut keterampilan berpikir kritis (critical thinking).
Keterampilan berpikir kritis harus dilatih melalui pemberian stimulus yang
menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Pemberian stimulus ini dapat melalui
penggunaan PhET. Hal ini didasarkan hasil penelitian lain bahwa PhET mampu
membangun keterampilan berpikir kritis pada materi struktur atom (Orbitha, 2012).
Dengan demikian, diharapkan PhET ABS juga dapat membangun keterampilan
berpikir kritis.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
dalam mengimplementasikan PhET tersebut pada pembelajaran, dengan judul
penelitian “Peranan PhET ABS dalam Pembelajaran Remedial Terhadap
Penguasaan Konsep Larutan Asam Basa dan Membangun Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masalah yang muncul secara umum adalah bagaimanakah peranan PhET
sebagai virtual lab dapat membantu dalam pembelajaran remedial sehingga
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan kompetensi
yang telah dirumuskan, juga apakah dapat membangun keterampilan berpikir
kritis siswa pada materi larutan asam basa?
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
2. Sejauh mana peranan PhET ABS terhadap penguasaan konsep pada materi
Larutan Asam dan Basa?
3. Bagaimana peranan PhET ABS dapat membangun keterampilan berpikir
kritis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep
larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peserta didik
Dapat menimbulkan rasa senang dan suka terhadap materi kimia khususnya materi larutan asam-basa, karena melalui pembelajaran
menggunakan simulasi PhET ABS peserta didik dapat melihat aspek
mikroskopis dari larutan asam-basa sehingga dapat lebih memahami
berbagai aspek dari meteri larutan asam-basa.
Dapat membantu peserta didik dalam mengalami kesulitan belajar. 2. Bagi guru
Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS dalam pembelajaran remedial.
Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS untuk penguasaan konsep larutan asam dan basa.
Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Bagi peneliti
Memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan PhET dalam
5
penelitian berikutnya dalam hal penggunaan media virtual pada materi yang
lain.
E. Definisi Operasional
Untuk menyatukan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan mengenai istilah-istilah
tersebut, sehingga tidak terjadi pendefinisian yang berbeda, adapun istilah-istilah
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 Pembelajaran remedial
Pembelajaran remedial ini merupakan pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik dengan tujuan untuk memperbaiki sehingga dapat menguasai
konsep dengan menggunakan PhET sebagai pengganti peran guru. Dengan
demikian pembelajaran remedial menggunakan PhET ini dapat dilakukan di
rumah tanpa menghilangkan peran guru.
2 PhET (Physics Education Technology)
Merupakan sebuah aplikasi yang berisi simulasi kegiatan praktikum pada
pembelajaran kimia, fisika dan biologi. (Perkins, 2010). Penelitian ini
menggunakan PhET ABS yang berisi simulasi mengenai perhitungan pH
larutan asam-basa dan perubahan konsentrasinya.
3 Penguasaan konsep
Menurut Dahar (1989) penguasaan konsep adalah kemampuan pembelajar
dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari, yang
ditunjukan dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
4. Keterampilan berpikir kritis
Menurut Ennis dalam Costa (1985), keterampilan berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang
digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan
analisis data. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut dideskripsikan secara
sistematik sebagaimana penelitian ini dilaksanakan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kota Bandung. Pemilihan
lokasi penelitian disesuaikan dengan kondisi subjek penelitian. Adapun pada
penelitian ini sampel yang diteliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu
“penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2008). Subjek penelitian dipilih secara acak yaitu siswa kelas 3 dengan jumlah 19 orang. Subjek
penelitian dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok berdasarkan nilai
pretest yaitu yang memiliki keterampilan tinggi (kelompok tinggi), kelompok
yang memiliki keterampilan sedang (kelompok sedang), dan kelompok yang
memiliki keterampilan rendah (kelompok rendah). Kelompok tinggi yaitu
kelompok yang memiliki nilai pretest lebih besar dari rata-rata pretest ditambah
standar deviasi pretest, kelompok sedang yaitu kelompok yang memiliki nilai
pretest diantara rata-rata pretest ditambah standar deviasi pretest dengan rata-rata
pretest dikurangi standar deviasi pretest, dan kelompok rendah yaitu kelompok
yang memiliki nilai pretest lebih rendah dari rata-rata pretest dikurang standar
deviasi pretest.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah one group pre-test and
post-test. Penelitian ini dilakukan pada satu kelompok yang sebelumnya diberikan
33
diberikan tes kembali. Desain dengan bentuk one group pre-test and post-test
memiliki pola sebagai berikut :
Keterangan :
O1 : pre-test
O2 : post-test
X : Perlakuan pada kelompok eksperimen
Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen. Penelitian ini
dilakukan dengan maksud melihat penerapan satu model pembelajaran, sehingga
hanya dilakukan pada satu kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol.
Penelitian ini termasuk penelitian yang masih baru dan perlu dilakukan penelitian
berikutnya untuk pengembangan. Pada penelitian ini peneliti memberikan suatu
perlakuan terhadap kelompok tersebut dengan pembelajaran menggunakan PhET
ABS.
Pretes yang dilakukan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengukur
penguasaan konsep yang telah diterima sebelumnya. Postest dilakukan untuk
mengukur penguasaan konsep setelah dilakukan perlakuan.
Adapun alur penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Rincian tahap-tahap dari alur penelitian sesuai dengan Gambar 3.2 adalah sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan analisis konsep yang dapat dibangun menggunakan PhET
ABS yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi
pelajaran kimia SMA kelas XI.
b. Melakukan analisis keterampilan berpikir kritis yang dapat dibangun
menggunakan PhET ABS.
c. Membuat strategi pembelajaran melalui rencana pelaksanaan
pembelajaran menggunakan PhET ABS pada materi pokok larutan asam Gambar 3. 1 Diagram Desain Penelitian
34
basa. Pembelajaran ini menggunakan pendekatan konsep, model induktif,
dan metode praktikum menggunakan PhET.
d. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes tertulis berupa soal untuk
pretets dan posttest, Lembar Kerja Siswa, dan angket.
e. Melakukan validasi instrumen penelitian.
f. Melakukan perbaikan instrumen penelitian.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
h. Analisis hasil evaluasi pembelajaran tanpa menggunakan PhET.
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan pretest pada subjek penelitian.
b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan PhET ABS dan LKS pada
materi pokok larutan asam basa.
c. Memberikan posttes pada subjek penelitian.
d. Memberikan lembar angket pada subjek penelitian.
3. Tahap akhir
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari pretest, LKS,
posttes, dan lembar angket.
35
Gambar 3. 2 Alur Penelitian
36
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur variabel penelitian (Sugiyono, 2008). Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu tes tertulis berupa soal Pretest/Postest, LKS, dan lembar
angket
(pretest) dan tes akhir (posttest) bertujuan untuk mengetahui peranan PhET
terhadap pembelajaran remedial dilihat dari nilai rerata pretest dan posttest
serta mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki siswa sebelum dan setelah
penerapan pembelajaran menggunakan PhET.
2. LKS
LKS atau Lembar Kerja Siswa digunakan untuk menuntun pengerjaan
PhET. LKS ini juga berperan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis
siswa dari jawaban-jawaban siswa serta membantu siswa dalam menemukan
konsep. Perintah dalam LKS ini berdasarkan hasil analisis keterampilan
berpikir kritis selain itu berhubungan juga dengan pertanyaan-pertanyaan
yang mengacu pada konsep-konsep yang dapat dibangun dengan PhET.
Pertanyaan-pertanyaan dibuat untuk mendapatkan kesimpulan, sehingga
strategi pembelajarannya menggunakan model pembelajaran induktif.
3. Lembar Angket
Angket berisi beberapa pernyataan terkait tanggapan siswa terhadap
pelajaran kimia, metode belajar, motivasi belajar, penggunaan LKS, dan
penggunaan PhET terhadap materi. Setiap siswa diminta untuk menjawab
pernyataan dengan pilihan jawaban yaitu ya (Y) dan tidak (T). Hasil dari
37
D. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu instrumen yang
dibuat harus valid (tepat) dan reliabel (ajeg). Uji coba instrumen tes tertulis
dilakukan pada kelas yang telah memperoleh materi dari soal yang diuji cobakan.
Berikut penjabaran analisis uji tes tertulis yang terdiri dari validitas, realibilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
1. Validitas
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, maka instrumen harus
valid. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2008). Adapun jenis validitas yang digunakan
adalah validitas isi. Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2011).
Validitas isi dapat diuji menggunakan kisi-kisi instrumen yang meliputi indikator
sebagai tolak ukur, nomor item tes berupa pertanyaan yang sesuai dengan
indikator, dan tingkatan soal sesuai taksonomi bloom. Validitas isi ini dilakukan
oleh 5 guru dari sekolah yang berbeda. Cara menghitungnya menggunakan CVR.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Kriteria penelitian tanggapan responden
Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Dengan Ya
berbobot 1, sedangkan tidak berbobot 0.
b) Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR.
Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah.
1) Menghitung nilai CVR (Rasio Validitas konten)
ne = jumlah responden yang menyaakan ya
N = total responden
Ketentuan:
(a) Saat jumlah responden yang menyatakan ya kurang dari ½ total
38
(b) Saat jumlah responden yang menyatakan ya ½ dari total
responden maka nilai CVR = 0
(c) Saat seluruh responden menyatakan ya, maka nilai CVR = 1 (hal
ini diatur menjadi 0,99 disesuaikan dengan jumlah responden)
(d) Saat jumlah responden yang menyatakan ya lebih dari ½ total
responden, maka niali CVR = 0- 0,99
2) Menghitung nilai CVI (indeks validitas konten)
Setelah mengindentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan
menggunakan CVR. CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan
jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata
dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab ya
3) Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI
Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1.
Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
0-0,33 = tidak sesuai
0,34-0,67 = sesuai
39
Tabel 3. 1 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang
berbeda, tes One Tailed dengan signifikan 0,05.
Jumlah Ahli Nilai CVR minimum
5 0,736
Nilai CVR digunakan untuk menguji validitas tiap butir soal, sedangkan
untuk menguji validitas dari butir soal secara keseluruhan dapat dihitung
menggunakan CVI (Content Validity Index).
2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Alat ukur yang
reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Hasil pengukuran itu harus
tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama
meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat
yang berbeda pula.
Pada penelitian ini menghitung realibilitas menggunakan rumus K-R 20.
Rumus
40
di mana :
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat
menggunakan tolak ukur seperti pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Interpretasi Reliabilitas
(Arikunto, 2009)
c) Uji Tingkat/Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Indikator indeks ini dapat
dilihat pada tabel 3.3. Soal dengan indeks kesukaran 1,0 menunjukkan bahwa
soalnya terlalu mudah, sebaliknya indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal
itu terlalu sukar. Rumus mencari P adalah:
(Arikunto, 2009) Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
≤ 0,20 sangat rendah 0,20 ≤ < 0,40 Rendah
0,40 ≤ <0,70 Sedang 0,70 ≤ < 0,90 Tinggi
41
dengan
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 - 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009)
d) Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda.
Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Klasifikasi daya pembeda ini bisa
dilihat pada tabel 3.4.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:
(Arikunto, 2009)
dengan:
D = daya pembeda
BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan
benar.
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan
benar.
JA = banyaknya peserta kelompok atas.
42
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel 3. 4 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Kategori
0,70 – 1,00 Baik sekali
0,40 – 0,70 Baik
0,20 – 0,40 Cukup
0,00 – 0,20 Jelek
(Arikunto, 2009)
Dengan :
D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda.
D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi.
D = negatif berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal
tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Tes tertulis
Instrumen tes yang digunakan ialah tes tertulis yaitu berupa tes pilihan
ganda dalam bentuk pretest dan posttest. Tes tertulis digunakan untuk
mengetahui peranan PhET terhadap pembelajaran remedial dilihat dari nilai
rerata pretest dan posttest serta mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki
siswa sebelum dan setelah penerapan pembelajaran menggunakan PhET.
Pretest dan posttest dilakukan seminggu sebelum pembelajaran dan setelah
43
2. LKS
LKS membantu dalam penilaian keterampilan berpikir kritis siswa. LKS
diisi ketika pembelajaran berlangsung dan dikumpulan kembali setelah
pembelajaran.
3. Angket
Angket dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan pembelajaran
bersamaan. Angket dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaan posttest.
F. Analisis Data
Dalam analisis data ini akan dibahas mengenai pengolahan data yang telah
diperoleh. Pengumpulan data dilakukan dari hasil tes tertulis, LKS dan angket.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:
1. Tes tertulis
Data penelitian diperoleh dari tes tertulis (pretest dan postest) sebagai data
untuk melihat penguasaan konsep juga berperannya PhET dalam pembelajaran
remedial. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data
pretes dan postes yakni :
a) Menghitung skor mentah pada jawaban pretest. Jawaban benar skor 1, salah
skor 0.
b) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, kelompok sedang, dan
kelompok rendah berdasarkan hasil pretest.
Kelompok tinggi= Skor Pretes> rata-rata skor pretes+ standar deviasi
Kelompok sedang= rata-rata skor pretes+standar deviasi> skor
pretest>rata-rata skor pretest-standar deviasi
Kelompok rendah= skor pretes< rata-rata pretest- standar deviasi
c) Menghitung skor mentah pada postest. Jawaban benar skor 1, salah skor 0.
d) Mengubah skor menjadi nilai dalam bentuk persentase dengan cara:
% 100%
jawabansoal yang benar44
e) Menghitung rata-rata persentase nilai pretest dan posttest.
f) Menghitung rata-rata persentase nilai per kelompok siswa.
g) Menilai penguasaan konsep siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan tabel 3.5.
Tabel 3. 5 Kriteria Kemampuan Siswa
Nilai Kriteria kemampuan
h) Menguji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk menggunakan aplikasi SPSS
versi 17.0
Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data.
Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah:
(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka nilai pretest dan posttest berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka nilai pretest dan posttest berasal
dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
i) Menguji homogenitas dengan Levene Test menggunakan aplikasi SPSS
versi 17.0.
Pengujian ini dilakukan ketika nilai pretest dan posttest dalam kondisi
normal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua nilai
memiliki varians yang sama atau tidak.
Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah:
(1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berasal dari populasi yang
mempunyai varians sama.
(2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka data berasal dari populasi yang
45
j) Menguji dua rerata (uji t) untuk mengetahui peranan PhET dalam
pembelajaran remedial menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peranan PhET terhadap
penguasaan konsep larutan asam basa.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan peranan PhET terhadap
penguasaan konsep larutan asam basa.
Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah: (1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Atau,
(1) Jika –ttabel < thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
(2) Jika thitung > ttabel atau thitung < –ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.
(Subana, 2000).
k) Menguji ANOVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan antara kelompok
dalam penguasaan konsep larutan asam basa menggunakan PhET. Uji ini
menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada perbedaan antara ketiga kelompok siswa dalam
penguasaan konsep larutan asam basa.
H1 : ada perbedaan antara ketiga kelompok siswa dalam penguasaan
konsep larutan asam basa.
Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah
(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Atau,
(1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
(2) Jika Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.
46
l) Menguji perbedaan antara kelompok yang lebih signifikan dalam
penguasaan konsep larutan asam basa dengan uji Scheffe menggunakan
aplikasi SPSS versi 17.0.
2. LKS
Penilaian untuk LKS ini sesuai dengan rubrik penilaian LKS.
Masing-masing pertanyaan mempunyai indikator keterampilan berpikir kritis.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengolahan LKS yaitu:
a) Menghitung skor mentah pada jawaban keseluruhan di LKS.
b) Menghitung skor mentah perindikator keterampilan berpikir kritis.
c) Mengubah skor perindikator menjadi nilai dalam bentuk presentase dengan
cara:
d) Menghitung rata-rata persentase nilai per indikator keterampilan berpikir
kritis.
3. Angket
Angket digunakan untuk melihat lima aspek, yaitu pendapat siswa
mengenai pelajaran kimia, metode belajar, motivasi belajar, penggunaan LKS,
dan penggunaan PhET terhadap materi. Data ini hanya sebagai pendukung dengan
menghitung persen yang menjawab (Y) peraspek.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini diuraikan jawaban berupa kesimpulan terhadap
masalah-masalah yang telah dirumuskan pada bab I dan berdasarkan hasil penelitian
menggunakan PhET ABS mengenai penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis yang dapat dibangun dari PhET dalam pembelajaran remedial, ditemukan
temuan-temuan yang dapat dijadikan saran untuk perbaikan penggunaan PhET
kedepannya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) memiliki peranan untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga dapat digunakan dalam
pembelajaran remedial. Penggunaan PhET dapat menggantikan peran guru
untuk mengarahkan siswa dalam pembelajaran remedial, sehingga siswa
bisa belajar mandiri.
2. PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) memiliki peranan dalam
meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dari ketiga kelompok siswa,
PhET ABS ini sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar secara
signifikan pada siswa kelompok rendah. Hal ini berarti PhET Acid-Base
Solution (PhET ABS) dapat digunakan dalam pembelajaran remedial.
3. Berdasarkan hasil dari jawaban LKS, menunjukkan PhET Acid-Base
Solution (PhET ABS) dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa
dengan empat indikator, yaitu fokus pada pertanyaan dengan presentase
nilai rata-rata 88,79 % kategori kemampuan siswa sangat baik;
menganalisis argumen dengan presentase nilai rata-rata 88,87% kategori
kemampuan siswa sangat baik; membuat kesimpulan dari materi secara
72
menggunakan kriteria yang tepat dengan presentase nilai rata-rata 42,81%
kategori kemampuan siswa cukup baik.
B. Saran
Penggunaan PhET dalam pembelajaran dapat membantu belajar siswa di
sekolah maupun di rumah. Untuk praktisi yang akan menggunakan PhET dalam
pembelajaran di kelas, peneliti menyarankan:
1. Perbaikan-perbaikan pada LKS diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
lebih maksimal, seperti menambahkan permasalahan awal yang harus
diselesaikan siswa, menambahkan soal aplikatif dan sebagainya.
2. Penggunaan PhET dapat digunakan dengan model pembelajaran induktif,
atau bisa juga inquary terbimbing.
Untuk praktisi yang akan mengembangkan PhET ABS, peneliti
menyarankan:
1. Warna-warna yang disajikan lebih kontras dan berbeda signifikan satu
dengan yang lain agar mempermudah pengamatan.
2. Adanya tambahan audio atau efek suara pada PhET agar bertambah
menarik.
3. Mereduksi bagian-bagian yang keluar dari SK dan KD yang berhubungan
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Baharudin. (1982). Penerapan Kemampuan dasar Intelektual Sikap dan
Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor pada FPS IKIP
Bandung: tidak diterbitkan.
Chang, R. (2010). Chemistry, 10th Edition. New York: Williams College.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thinking Curriculum. In Costa A.L. (ed).
Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria:
Association for Supervisor and Curriculum Development (ASCD).
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2008). Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran Remedial. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia.
Facione, P.A. (2011). Critical Thinking: What it is and Why it Count.Millbrae. CA. Measured Reasons and The California Ascademic Press.
Faridach. (2010). Peranan Analisis Konsep dalam Pengembangan Pembelajaran.
[Online]. Avaliable at:
http://faridach.wordpress.com/2010/11/044/peranan-analisis-konsep-dalam-pengembangan-pembelajaran/ [ 30 Maret 2013]
Foundation of Critical Thinking. (2011). Defining Critical Thinking. [Online]. Avaliable at: http://www.criticalthinking.org. [2 Juli 2013]
Hassan, Arba’at. (2008). Pembelajaran Virtual. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nafsiah, I. dan Partino. (1983). Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan
Pengajaran Remedial, Jayapura: FKIP Universitas Cenderawas.
Oktaviana, Dara. (2012). Analisis PhET Acid-Base Solutions dalam Membangun
Konsep Larutan Asam-Basa dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.
Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Orbitha, Siti. (2012). Analisis PhET Build an Atom dalam Membangun Konsep
Struktur Atom dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.Skripsi pada
74
Perkins, et al. (2010). PhET: Interactive Simulation for Teaching and Learning
Physic. [Online]. Avaliable at : http://sciencemag.org [29 November 2012]
Putra, I Ketut Gede Darma. (2009). Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. [Online]. Avaliable at: http://disdikpora.baliprov.go.id/wp-content/uploads/2009/03/pembelajaran-berbasis-ict.doc. [16 Juli 2013]
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabete.
Subana, Rahadi, M., dan Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunarya, Y. dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. BSE: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sutrisno. (2011). Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada Press.