• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

SANTI NUR AISYAH 0905847

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Oleh Santi Nur Aisyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Santi Nur Aisyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SANTI NUR AISYAH

PERANAN PhET ABS DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA DAN MEMBANGUN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Ijang Rohman, M.Si NIP. 196310291987031001

Pembimbing II,

Drs. Rahmat Setiadi, M.Sc NIP. 196004111984031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Penelitian ini menggunakan metode

pre-eksperimen one group pre-test and post-test. Sampel merupakan siswa

kelas 3 SMA salah satu sekolah negeri di Bandung. Instrumen yang digunakan berupa test tertulis pretest-postest, LKS, dan angket. Data diuji menggunakan uji t dan uji Anova satu jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) PhET ABS memiliki peranan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran remedial, (2) PhET ABS sangat berperan dalam meningkatkan penguasaan konsep secara signifikan pada siswa kelompok rendah, (3) PhET dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA untuk empat indikator.

Kata kunci : Pembelajaran Remedial, PhET ABS, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis (KBK)

ABSTRACT

This research entitles the role of PhET ABS in remedial teaching toward the mastery of acid-base solution concept and building the skill of high school

student’s critical thingking. Purpose of this research is to obtain information

regarding the role of PhET ABS in remedial teaching toward the mastery of acid-base solution concept and building critical thinking skills of high school students. This research used a pre-experimental methods one group pre-test and post-test. Samples are high school students in grade 3 at one of public school in Bandung. Instruments used such as pretest-posttest, worksheets, and questionnaires. Data were tested using the t test and one way ANOVA test. This research found that (1) PhET ABS has a role to increase the quality of study result, so far as it can be use in remedial teaching, (2) PhET ABS has a role to increase the concept mastery significantly towards the low group students, (3) PhET ABS can build critical thinking skills of high school students for four indicator.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Remedial ... 6

B. PhET Acid Base Solutions (PhET ABS)... 8

C. Membangun Penguasaan Konsep Larutan Asam Basa Menggunakan PhET Acid Base Solutions (PhET ABS) ... 16

D. Membangun Keterampilan Berpikir Kritis Menggunakan PhET Acid-Base Solutions (PhET ABS)... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 32

(7)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Analisis Data... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dengan PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) ... 47

B. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis yang Dapat Dibangun Menggunakan Simulasi PhET Acid-Base Solution (PhET ABS ... 56

C. Pembuatan Strategi Pembelajaran dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 59

D. Pemaparan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

1. Hasil Tes Tertulis ... 63

2. Hasil LKS ... 67

3. Hasil Angket ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli

yang berbeda, tes One Tailed dengan signifikan 0,05. ... 39

Tabel 3. 2 Interpretasi Reliabilitas ... 40

Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 41

Tabel 3. 4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 42

Tabel 3. 5 Kriteria Kemampuan Siswa ... 44

Tabel 4. 1 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 61

Tabel 4. 2 Daya Pembeda Soal ... 62

Tabel 4. 3 Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Kelompok ... 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Panel Introduction pada PhET ABS ... 10

Gambar 2. 2 Tampilan Radio Group Solutions ... 12

Gambar 2. 3 Tampilan Equilibrium Concentration ... 13

Gambar 2. 4 Tampilan Liquid ... 13

Gambar 2. 5 Tampilan Pengukuran dengan pH Meter ... 14

Gambar 2. 6 Tampilan Pengukuran dengan pH Paper ... 14

Gambar 2. 7 Tampilan Panel Custom Solution ... 15

Gambar 2. 8 Tampilan Larutan dengan konsentrasi yang ditentukan (a) Larutan Asam Lemah (b) Larutan Asam Kuat ... 16

Gambar 2. 9 Tampilan Larutan Asam Kuat ... 22

Gambar 2. 10 Pengujian pH Menggunakan pH Meter (Kiri) dan pH Paper (Kanan) ... 24

Gambar 2. 11 Tampilan Penel Custom Solution untuk Membangun Konsep Konsentrasi Larutan dan pH ... 25

Gambar 2. 12 Grafik Perubahan Konsentrasi Terhadap Nilai pH Larutan Asam Lemah dengan Kekuatan Mengion Terlemah ... 26

Gambar 2. 13 Grafik Perubahan Konsentrasi Larutan Asam Terhadap Nilai pH (a) Larutan Asam Lemah, dan (b) Larutan Asam Kuat ... 27

(10)

Gambar 4. 4 Larutan Basa Kuat ... 51

Gambar 4. 5 Larutan Basa Lemah ... 51

Gambar 4. 6 Larutan Asam Lemah dengan Konsentrasi yang

Berbeda ... 54

Gambar 4. 7 Larutan Asam Kuat dalam Konsentrasi yang Berbeda ... 54

Gambar 4. 8 Larutan Basa Lemah dalam Konsentrasi yang Berbeda . 55

Gambar 4. 9 Larutan Basa Kuat dalam Konsentrasi yang Berbeda ... 55

Gambar 4. 10 Grafik Indikator Keterampilan Berpikir Kritis pada

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Data Ulangan Harian Materi Larutan Asam Basa ... 75

2. Data Hasil Wawancara Pembelajaran Remedial ... 76

Lampiran B 1. Hasil Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dari PhET ABS ... 77

2. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis yang Dapat Dibangun PhET ABS... 80

Lampiran C 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96

2. Soal Tes Tertulis ... 108

3. Lembar Kerja Siswa ... 120

4. Angket ... 127

5. Rubrik Penilaian ... 129

Lampiran D 1. Hasil Uji Reabilitas Soal, Daya Pembeda Soal, dan Tingkat Kesukaran... 135

2. Hasil Pengolahan Data Tes Tulis ... 137

3. Hasil Lembar Kerja Siswa ... 142

4. Hasil Angket ... 144

Lain-lain 1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis. ... 149

2. Kalender Pendidikan Tahun 2013/2014 ... 151

3. Silabus Kimia ... 153

4. Surat Keterangan Penelitian ... 156

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan

berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No 6 Tahun

2007 menerapkan sistem pembelajaran salah satunya sistem belajar tuntas

(Depdiknas, 2008). Artinya, setiap peserta didik harus menguasai kompetensi

yang telah ditetapkan. Jika peserta didik telah menguasai indikator pencapaian

dalam suatu Kompetensi Dasar (KD) tertentu sesuai dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan atau lebih, maka peserta didik dinyatakan

tuntas untuk KD tersebut. Namun dari data lapangan di salah satu sekolah negeri

Bandung, pada tahun 2013 untuk pelajaran kimia materi larutan asam basa

terdapat 65% peserta didik belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata 63,44

(Lampiran A.1 halaman 75). Hal ini menunjukkan, banyaknya peserta didik

belum menguasai konsep yang diberikan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan

perbaikan salah satunya dengan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial

ini diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM. Dengan adanya

perbaikan, diharapkan peserta didik mampu mencapai KKM sehingga

pembelajaran tuntas terpenuhi.

Dari hasil data lapangan, di salah satu sekolah negeri Bandung tahun 2013,

guru kimia melaksanakan pembelajaran remedial dengan bentuk penugasan. Guru

menugaskan peserta didik untuk membaca kembali atau mengerjakan latihan soal

materi yang belum mencapai KKM (Lampiran A.2 halaman 76). Akan tetapi,

penugasan bersifat mandiri ini memungkinkan tidak membantu peserta didik

dalam memperbaiki kompetensi yang belum tercapai. Semestinya, sesuai dengan

sifat pokok kegatan pembelajaran remedial yaitu menyederhanakan konsep,

menjelaskan konsep yang kabur, dan memperbaiki konsep yang salah tafsir, harus

(13)

2

kendala salah satunya waktu pelaksanaan, sehingga pembelajaran remedial

dilakukan di rumah.

Dengan kendala yang ada, perlu adanya alternatif yang dapat membantu

dalam pembelajaran remedial, salah satunya dengan pembelajaran berbasis TIK.

Menurut Alessi, et al. dalam Sutrisno (2011), ada banyak keunggulan dalam

pembelajaran berbasis TIK seperti penggunaan waktu yang lebih efektif, bahan

materi pelajaran yang lebih mudah diakses, menarik dan biaya yang murah.

Pembelajaran berbasis TIK ini yang pada dasarnya menggunakan media

komputer, memungkinkan guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta

didik tanpa perlu tatap muka, sehingga peserta didik dapat belajar mandiri.

Salah satu pembelajaran berbasis TIK adalah simulasi. Simulasi

merupakan rancangan multimedia dalam bentuk eksperimen semu. Simulasi yang

bisa digunakan contohnya virtual laboratory (virtual lab). Menurut Robeck dalam

Hassan (2008) pembelajaran secara virtual memberikan banyak faedah kepada

pelajar karena dapat meningkatkan kecenderungan pelajar dengan mengaplikasi

kemahiran proses sains (the use of science process skills), inkuiri sains (science

inquiry), pemikiran kritikal (critical thinking), kefahaman konseptual (conceptual understanding), dan kefahaman kepada sains semula (understanding the nature of science).

Virtual lab telah banyak dikembangkan, salah satunya virtual lab PhET

oleh University of Colorado at Boulder. Virtual lab PhET merupakan virtual lab

yang memiliki percobaan kimia terbanyak pada jenjang sekolah menengah atas

dan Universitas serta dapat diakses secara bebas. Virtual lab PhET telah

dioperasikan oleh lebih dari 13 juta orang di berbagai negara (Perkins, 2010). Dari

berbagai PhET yang ada, salah satunya adalah PhET Acid-Base Solution (PhET

ABS). PhET ABS ini telah dianalisis sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan

bahwaPhET ABS memiliki kesesuaian dengan Standar Kompetensi (SK) dan KD

dalam KTSP Kimia SMA kelas XI IPA semester genap (Oktaviana, 2012).

PhET ABS ini terdapat beberapa fasilitas yang dapat membantu peserta

didik dalam menemukan konsep pada materi larutan asam basa. Dalam

(14)

3

PhET ABS dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan menguasai

konsep pada kompetensi tersebut.

Di era globalisasi ini, penguasaan konsep saja tidak cukup. Lulusan SMA

yang berkualitas dan berdaya saing tinggi perlu juga memiliki keterampilan. Hal

ini berdasarkan tujuan Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Selain itu, menurut Tinio (2003),

salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa

yang datang adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)

atau sering pula disebut keterampilan berpikir kritis (critical thinking).

Keterampilan berpikir kritis harus dilatih melalui pemberian stimulus yang

menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Pemberian stimulus ini dapat melalui

penggunaan PhET. Hal ini didasarkan hasil penelitian lain bahwa PhET mampu

membangun keterampilan berpikir kritis pada materi struktur atom (Orbitha, 2012).

Dengan demikian, diharapkan PhET ABS juga dapat membangun keterampilan

berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian

dalam mengimplementasikan PhET tersebut pada pembelajaran, dengan judul

penelitian “Peranan PhET ABS dalam Pembelajaran Remedial Terhadap

Penguasaan Konsep Larutan Asam Basa dan Membangun Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa SMA”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masalah yang muncul secara umum adalah bagaimanakah peranan PhET

sebagai virtual lab dapat membantu dalam pembelajaran remedial sehingga

peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan kompetensi

yang telah dirumuskan, juga apakah dapat membangun keterampilan berpikir

kritis siswa pada materi larutan asam basa?

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(15)

4

2. Sejauh mana peranan PhET ABS terhadap penguasaan konsep pada materi

Larutan Asam dan Basa?

3. Bagaimana peranan PhET ABS dapat membangun keterampilan berpikir

kritis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai

peranan PhET ABS dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep

larutan asam-basa dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik

 Dapat menimbulkan rasa senang dan suka terhadap materi kimia khususnya materi larutan asam-basa, karena melalui pembelajaran

menggunakan simulasi PhET ABS peserta didik dapat melihat aspek

mikroskopis dari larutan asam-basa sehingga dapat lebih memahami

berbagai aspek dari meteri larutan asam-basa.

 Dapat membantu peserta didik dalam mengalami kesulitan belajar. 2. Bagi guru

 Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS dalam pembelajaran remedial.

 Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS untuk penguasaan konsep larutan asam dan basa.

 Membantu menemukan alternatif, menggunakan PhET ABS untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Bagi peneliti

Memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan PhET dalam

(16)

5

penelitian berikutnya dalam hal penggunaan media virtual pada materi yang

lain.

E. Definisi Operasional

Untuk menyatukan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan mengenai istilah-istilah

tersebut, sehingga tidak terjadi pendefinisian yang berbeda, adapun istilah-istilah

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1 Pembelajaran remedial

Pembelajaran remedial ini merupakan pembelajaran yang diberikan kepada

peserta didik dengan tujuan untuk memperbaiki sehingga dapat menguasai

konsep dengan menggunakan PhET sebagai pengganti peran guru. Dengan

demikian pembelajaran remedial menggunakan PhET ini dapat dilakukan di

rumah tanpa menghilangkan peran guru.

2 PhET (Physics Education Technology)

Merupakan sebuah aplikasi yang berisi simulasi kegiatan praktikum pada

pembelajaran kimia, fisika dan biologi. (Perkins, 2010). Penelitian ini

menggunakan PhET ABS yang berisi simulasi mengenai perhitungan pH

larutan asam-basa dan perubahan konsentrasinya.

3 Penguasaan konsep

Menurut Dahar (1989) penguasaan konsep adalah kemampuan pembelajar

dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari, yang

ditunjukan dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

4. Keterampilan berpikir kritis

Menurut Ennis dalam Costa (1985), keterampilan berpikir kritis adalah

berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang

digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan

analisis data. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut dideskripsikan secara

sistematik sebagaimana penelitian ini dilaksanakan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kota Bandung. Pemilihan

lokasi penelitian disesuaikan dengan kondisi subjek penelitian. Adapun pada

penelitian ini sampel yang diteliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu

“penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2008). Subjek penelitian dipilih secara acak yaitu siswa kelas 3 dengan jumlah 19 orang. Subjek

penelitian dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok berdasarkan nilai

pretest yaitu yang memiliki keterampilan tinggi (kelompok tinggi), kelompok

yang memiliki keterampilan sedang (kelompok sedang), dan kelompok yang

memiliki keterampilan rendah (kelompok rendah). Kelompok tinggi yaitu

kelompok yang memiliki nilai pretest lebih besar dari rata-rata pretest ditambah

standar deviasi pretest, kelompok sedang yaitu kelompok yang memiliki nilai

pretest diantara rata-rata pretest ditambah standar deviasi pretest dengan rata-rata

pretest dikurangi standar deviasi pretest, dan kelompok rendah yaitu kelompok

yang memiliki nilai pretest lebih rendah dari rata-rata pretest dikurang standar

deviasi pretest.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah one group pre-test and

post-test. Penelitian ini dilakukan pada satu kelompok yang sebelumnya diberikan

(18)

33

diberikan tes kembali. Desain dengan bentuk one group pre-test and post-test

memiliki pola sebagai berikut :

Keterangan :

O1 : pre-test

O2 : post-test

X : Perlakuan pada kelompok eksperimen

Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen. Penelitian ini

dilakukan dengan maksud melihat penerapan satu model pembelajaran, sehingga

hanya dilakukan pada satu kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol.

Penelitian ini termasuk penelitian yang masih baru dan perlu dilakukan penelitian

berikutnya untuk pengembangan. Pada penelitian ini peneliti memberikan suatu

perlakuan terhadap kelompok tersebut dengan pembelajaran menggunakan PhET

ABS.

Pretes yang dilakukan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengukur

penguasaan konsep yang telah diterima sebelumnya. Postest dilakukan untuk

mengukur penguasaan konsep setelah dilakukan perlakuan.

Adapun alur penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Rincian tahap-tahap dari alur penelitian sesuai dengan Gambar 3.2 adalah sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Melakukan analisis konsep yang dapat dibangun menggunakan PhET

ABS yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi

pelajaran kimia SMA kelas XI.

b. Melakukan analisis keterampilan berpikir kritis yang dapat dibangun

menggunakan PhET ABS.

c. Membuat strategi pembelajaran melalui rencana pelaksanaan

pembelajaran menggunakan PhET ABS pada materi pokok larutan asam Gambar 3. 1 Diagram Desain Penelitian

(19)

34

basa. Pembelajaran ini menggunakan pendekatan konsep, model induktif,

dan metode praktikum menggunakan PhET.

d. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes tertulis berupa soal untuk

pretets dan posttest, Lembar Kerja Siswa, dan angket.

e. Melakukan validasi instrumen penelitian.

f. Melakukan perbaikan instrumen penelitian.

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Analisis hasil evaluasi pembelajaran tanpa menggunakan PhET.

2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada subjek penelitian.

b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan PhET ABS dan LKS pada

materi pokok larutan asam basa.

c. Memberikan posttes pada subjek penelitian.

d. Memberikan lembar angket pada subjek penelitian.

3. Tahap akhir

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari pretest, LKS,

posttes, dan lembar angket.

(20)

35

Gambar 3. 2 Alur Penelitian

(21)

36

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel penelitian (Sugiyono, 2008). Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu tes tertulis berupa soal Pretest/Postest, LKS, dan lembar

angket

(pretest) dan tes akhir (posttest) bertujuan untuk mengetahui peranan PhET

terhadap pembelajaran remedial dilihat dari nilai rerata pretest dan posttest

serta mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki siswa sebelum dan setelah

penerapan pembelajaran menggunakan PhET.

2. LKS

LKS atau Lembar Kerja Siswa digunakan untuk menuntun pengerjaan

PhET. LKS ini juga berperan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis

siswa dari jawaban-jawaban siswa serta membantu siswa dalam menemukan

konsep. Perintah dalam LKS ini berdasarkan hasil analisis keterampilan

berpikir kritis selain itu berhubungan juga dengan pertanyaan-pertanyaan

yang mengacu pada konsep-konsep yang dapat dibangun dengan PhET.

Pertanyaan-pertanyaan dibuat untuk mendapatkan kesimpulan, sehingga

strategi pembelajarannya menggunakan model pembelajaran induktif.

3. Lembar Angket

Angket berisi beberapa pernyataan terkait tanggapan siswa terhadap

pelajaran kimia, metode belajar, motivasi belajar, penggunaan LKS, dan

penggunaan PhET terhadap materi. Setiap siswa diminta untuk menjawab

pernyataan dengan pilihan jawaban yaitu ya (Y) dan tidak (T). Hasil dari

(22)

37

D. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu instrumen yang

dibuat harus valid (tepat) dan reliabel (ajeg). Uji coba instrumen tes tertulis

dilakukan pada kelas yang telah memperoleh materi dari soal yang diuji cobakan.

Berikut penjabaran analisis uji tes tertulis yang terdiri dari validitas, realibilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

1. Validitas

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, maka instrumen harus

valid. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2008). Adapun jenis validitas yang digunakan

adalah validitas isi. Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara

isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2011).

Validitas isi dapat diuji menggunakan kisi-kisi instrumen yang meliputi indikator

sebagai tolak ukur, nomor item tes berupa pertanyaan yang sesuai dengan

indikator, dan tingkatan soal sesuai taksonomi bloom. Validitas isi ini dilakukan

oleh 5 guru dari sekolah yang berbeda. Cara menghitungnya menggunakan CVR.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Kriteria penelitian tanggapan responden

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Dengan Ya

berbobot 1, sedangkan tidak berbobot 0.

b) Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR.

Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah.

1) Menghitung nilai CVR (Rasio Validitas konten)

ne = jumlah responden yang menyaakan ya

N = total responden

Ketentuan:

(a) Saat jumlah responden yang menyatakan ya kurang dari ½ total

(23)

38

(b) Saat jumlah responden yang menyatakan ya ½ dari total

responden maka nilai CVR = 0

(c) Saat seluruh responden menyatakan ya, maka nilai CVR = 1 (hal

ini diatur menjadi 0,99 disesuaikan dengan jumlah responden)

(d) Saat jumlah responden yang menyatakan ya lebih dari ½ total

responden, maka niali CVR = 0- 0,99

2) Menghitung nilai CVI (indeks validitas konten)

Setelah mengindentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan

menggunakan CVR. CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan

jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata

dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab ya

3) Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1.

Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

0-0,33 = tidak sesuai

0,34-0,67 = sesuai

(24)

39

Tabel 3. 1 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang

berbeda, tes One Tailed dengan signifikan 0,05.

Jumlah Ahli Nilai CVR minimum

5 0,736

Nilai CVR digunakan untuk menguji validitas tiap butir soal, sedangkan

untuk menguji validitas dari butir soal secara keseluruhan dapat dihitung

menggunakan CVI (Content Validity Index).

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu

alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Alat ukur yang

reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Hasil pengukuran itu harus

tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama

meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat

yang berbeda pula.

Pada penelitian ini menghitung realibilitas menggunakan rumus K-R 20.

Rumus

(25)

40

di mana :

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat

menggunakan tolak ukur seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Interpretasi Reliabilitas

(Arikunto, 2009)

c) Uji Tingkat/Indeks Kesukaran

Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan

sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai

1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Indikator indeks ini dapat

dilihat pada tabel 3.3. Soal dengan indeks kesukaran 1,0 menunjukkan bahwa

soalnya terlalu mudah, sebaliknya indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal

itu terlalu sukar. Rumus mencari P adalah:

(Arikunto, 2009) Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

≤ 0,20 sangat rendah 0,20 ≤ < 0,40 Rendah

0,40 ≤ <0,70 Sedang 0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

(26)

41

dengan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 - 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009)

d) Uji Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda.

Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Klasifikasi daya pembeda ini bisa

dilihat pada tabel 3.4.

Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

(Arikunto, 2009)

dengan:

D = daya pembeda

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan

benar.

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan

benar.

JA = banyaknya peserta kelompok atas.

(27)

42

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Tabel 3. 4 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

0,70 – 1,00 Baik sekali

0,40 – 0,70 Baik

0,20 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(Arikunto, 2009)

Dengan :

D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda.

D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi.

D = negatif berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal

tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap. Dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Tes tertulis

Instrumen tes yang digunakan ialah tes tertulis yaitu berupa tes pilihan

ganda dalam bentuk pretest dan posttest. Tes tertulis digunakan untuk

mengetahui peranan PhET terhadap pembelajaran remedial dilihat dari nilai

rerata pretest dan posttest serta mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki

siswa sebelum dan setelah penerapan pembelajaran menggunakan PhET.

Pretest dan posttest dilakukan seminggu sebelum pembelajaran dan setelah

(28)

43

2. LKS

LKS membantu dalam penilaian keterampilan berpikir kritis siswa. LKS

diisi ketika pembelajaran berlangsung dan dikumpulan kembali setelah

pembelajaran.

3. Angket

Angket dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan pembelajaran

bersamaan. Angket dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaan posttest.

F. Analisis Data

Dalam analisis data ini akan dibahas mengenai pengolahan data yang telah

diperoleh. Pengumpulan data dilakukan dari hasil tes tertulis, LKS dan angket.

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:

1. Tes tertulis

Data penelitian diperoleh dari tes tertulis (pretest dan postest) sebagai data

untuk melihat penguasaan konsep juga berperannya PhET dalam pembelajaran

remedial. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data

pretes dan postes yakni :

a) Menghitung skor mentah pada jawaban pretest. Jawaban benar skor 1, salah

skor 0.

b) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, kelompok sedang, dan

kelompok rendah berdasarkan hasil pretest.

Kelompok tinggi= Skor Pretes> rata-rata skor pretes+ standar deviasi

Kelompok sedang= rata-rata skor pretes+standar deviasi> skor

pretest>rata-rata skor pretest-standar deviasi

Kelompok rendah= skor pretes< rata-rata pretest- standar deviasi

c) Menghitung skor mentah pada postest. Jawaban benar skor 1, salah skor 0.

d) Mengubah skor menjadi nilai dalam bentuk persentase dengan cara:

 

%  100%

jawabansoal yang benar

(29)

44

e) Menghitung rata-rata persentase nilai pretest dan posttest.

f) Menghitung rata-rata persentase nilai per kelompok siswa.

g) Menilai penguasaan konsep siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah

berdasarkan tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Kriteria Kemampuan Siswa

Nilai Kriteria kemampuan

h) Menguji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk menggunakan aplikasi SPSS

versi 17.0

Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah:

(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka nilai pretest dan posttest berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka nilai pretest dan posttest berasal

dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

i) Menguji homogenitas dengan Levene Test menggunakan aplikasi SPSS

versi 17.0.

Pengujian ini dilakukan ketika nilai pretest dan posttest dalam kondisi

normal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua nilai

memiliki varians yang sama atau tidak.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah:

(1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berasal dari populasi yang

mempunyai varians sama.

(2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka data berasal dari populasi yang

(30)

45

j) Menguji dua rerata (uji t) untuk mengetahui peranan PhET dalam

pembelajaran remedial menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peranan PhET terhadap

penguasaan konsep larutan asam basa.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan peranan PhET terhadap

penguasaan konsep larutan asam basa.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah: (1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Atau,

(1) Jika –ttabel < thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

(2) Jika thitung > ttabel atau thitung < –ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.

(Subana, 2000).

k) Menguji ANOVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan antara kelompok

dalam penguasaan konsep larutan asam basa menggunakan PhET. Uji ini

menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada perbedaan antara ketiga kelompok siswa dalam

penguasaan konsep larutan asam basa.

H1 : ada perbedaan antara ketiga kelompok siswa dalam penguasaan

konsep larutan asam basa.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05) , kriteria pengujiannya adalah

(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Atau,

(1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

(2) Jika Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.

(31)

46

l) Menguji perbedaan antara kelompok yang lebih signifikan dalam

penguasaan konsep larutan asam basa dengan uji Scheffe menggunakan

aplikasi SPSS versi 17.0.

2. LKS

Penilaian untuk LKS ini sesuai dengan rubrik penilaian LKS.

Masing-masing pertanyaan mempunyai indikator keterampilan berpikir kritis.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengolahan LKS yaitu:

a) Menghitung skor mentah pada jawaban keseluruhan di LKS.

b) Menghitung skor mentah perindikator keterampilan berpikir kritis.

c) Mengubah skor perindikator menjadi nilai dalam bentuk presentase dengan

cara:

d) Menghitung rata-rata persentase nilai per indikator keterampilan berpikir

kritis.

3. Angket

Angket digunakan untuk melihat lima aspek, yaitu pendapat siswa

mengenai pelajaran kimia, metode belajar, motivasi belajar, penggunaan LKS,

dan penggunaan PhET terhadap materi. Data ini hanya sebagai pendukung dengan

menghitung persen yang menjawab (Y) peraspek.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini diuraikan jawaban berupa kesimpulan terhadap

masalah-masalah yang telah dirumuskan pada bab I dan berdasarkan hasil penelitian

menggunakan PhET ABS mengenai penguasaan konsep dan keterampilan berpikir

kritis yang dapat dibangun dari PhET dalam pembelajaran remedial, ditemukan

temuan-temuan yang dapat dijadikan saran untuk perbaikan penggunaan PhET

kedepannya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) memiliki peranan untuk

meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga dapat digunakan dalam

pembelajaran remedial. Penggunaan PhET dapat menggantikan peran guru

untuk mengarahkan siswa dalam pembelajaran remedial, sehingga siswa

bisa belajar mandiri.

2. PhET Acid-Base Solution (PhET ABS) memiliki peranan dalam

meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dari ketiga kelompok siswa,

PhET ABS ini sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar secara

signifikan pada siswa kelompok rendah. Hal ini berarti PhET Acid-Base

Solution (PhET ABS) dapat digunakan dalam pembelajaran remedial.

3. Berdasarkan hasil dari jawaban LKS, menunjukkan PhET Acid-Base

Solution (PhET ABS) dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa

dengan empat indikator, yaitu fokus pada pertanyaan dengan presentase

nilai rata-rata 88,79 % kategori kemampuan siswa sangat baik;

menganalisis argumen dengan presentase nilai rata-rata 88,87% kategori

kemampuan siswa sangat baik; membuat kesimpulan dari materi secara

(33)

72

menggunakan kriteria yang tepat dengan presentase nilai rata-rata 42,81%

kategori kemampuan siswa cukup baik.

B. Saran

Penggunaan PhET dalam pembelajaran dapat membantu belajar siswa di

sekolah maupun di rumah. Untuk praktisi yang akan menggunakan PhET dalam

pembelajaran di kelas, peneliti menyarankan:

1. Perbaikan-perbaikan pada LKS diperlukan untuk mendapatkan hasil yang

lebih maksimal, seperti menambahkan permasalahan awal yang harus

diselesaikan siswa, menambahkan soal aplikatif dan sebagainya.

2. Penggunaan PhET dapat digunakan dengan model pembelajaran induktif,

atau bisa juga inquary terbimbing.

Untuk praktisi yang akan mengembangkan PhET ABS, peneliti

menyarankan:

1. Warna-warna yang disajikan lebih kontras dan berbeda signifikan satu

dengan yang lain agar mempermudah pengamatan.

2. Adanya tambahan audio atau efek suara pada PhET agar bertambah

menarik.

3. Mereduksi bagian-bagian yang keluar dari SK dan KD yang berhubungan

(34)

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin. (1982). Penerapan Kemampuan dasar Intelektual Sikap dan

Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor pada FPS IKIP

Bandung: tidak diterbitkan.

Chang, R. (2010). Chemistry, 10th Edition. New York: Williams College.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thinking Curriculum. In Costa A.L. (ed).

Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria:

Association for Supervisor and Curriculum Development (ASCD).

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2008). Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Remedial. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia.

Facione, P.A. (2011). Critical Thinking: What it is and Why it Count.Millbrae. CA. Measured Reasons and The California Ascademic Press.

Faridach. (2010). Peranan Analisis Konsep dalam Pengembangan Pembelajaran.

[Online]. Avaliable at:

http://faridach.wordpress.com/2010/11/044/peranan-analisis-konsep-dalam-pengembangan-pembelajaran/ [ 30 Maret 2013]

Foundation of Critical Thinking. (2011). Defining Critical Thinking. [Online]. Avaliable at: http://www.criticalthinking.org. [2 Juli 2013]

Hassan, Arba’at. (2008). Pembelajaran Virtual. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nafsiah, I. dan Partino. (1983). Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan

Pengajaran Remedial, Jayapura: FKIP Universitas Cenderawas.

Oktaviana, Dara. (2012). Analisis PhET Acid-Base Solutions dalam Membangun

Konsep Larutan Asam-Basa dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Orbitha, Siti. (2012). Analisis PhET Build an Atom dalam Membangun Konsep

Struktur Atom dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.Skripsi pada

(35)

74

Perkins, et al. (2010). PhET: Interactive Simulation for Teaching and Learning

Physic. [Online]. Avaliable at : http://sciencemag.org [29 November 2012]

Putra, I Ketut Gede Darma. (2009). Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. [Online]. Avaliable at: http://disdikpora.baliprov.go.id/wp-content/uploads/2009/03/pembelajaran-berbasis-ict.doc. [16 Juli 2013]

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabete.

Subana, Rahadi, M., dan Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunarya, Y. dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. BSE: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sutrisno. (2011). Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Gambar

Tabel 3. 1  Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli
Gambar 4. 4
Gambar 3. 1 Diagram Desain Penelitian
Gambar 3. 2 Alur Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

Akan tetapi sebagaimana diuraikan terdahulu bahwa zakat bukan semata-mata urusan mu‘amalah , tetapi juga-- dan ini yang merupakan substansi dasarnya yaitu sebagai--

Peraturan  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor 23  Tahun

terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung. Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dilakukan langkah-langkah.

Peraturan Pemerintah Nomor  2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Contoh beberapa tipe pemborosan dalam proses jasa adalah kesalahan- kesalahan dalam melakukan suatu aktivitas, melakukan aktivitas yang tidak perlu, menunggu untuk proses

Materi yang disampaikan pada papan informasi hendaknya secara rutin diperbaharui sehingga selalu berisi informasi-informasi yang relevan dengan perkembangan kegiatan anak maupun

This paper developed an expertise-based control system using fuzzy logic to keep the trajectory target (keeping track) on the Sailing Ship Track Karang Jamuang