• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post a0709ddbc6597009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post a0709ddbc6597009"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

UNSY MINAN

NIM : 111 06 128

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

iii

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

UNSY MINAN

NIM : 111 06 128

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : -

Hal : Pengajuan Skripsi Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Unsy Minan NIM : 11106128 Jurusan/ Progdi : Tarbiyah/ PAI

Judul : Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding

School SMP Islam Raden Paku Blotongan

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb.

Salatiga, 13 September 2012 Pembimbing

(5)

v SKRIPSI

KUALITAS BELAJAR SISWA DALAM SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP Islam Raden Paku Blotongan

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012)

DISUSUN OLEH

UNSY MINAN NIM: 11106128

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag Sekretaris Penguji : Drs. Djoko Sutopo

Penguji I : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag Penguji II : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag Penguji III : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd

Salatiga, 5 November 2012 Ketua STAIN Salatiga

(6)

vi Nama : Unsy Minan NIM : 11106128 Jurusan : Tarbiyah

Program studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 16 September 2012 Penulis

(7)

vii

Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah

dikerjakan.

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji bagi Allah SWT

Aku persembahkan skripsi ini, untuk ibuku tercinta Wahyuti yang

telah mencurahkan segala pengorbanan dan do’a restunya tanpa tiada

henti, adikku Adam yang telah membangkitkan motivasi di saat aku

lelah, dan dukungan dari teman-teman SULI-Tech, Green-Net &

BTW neTT, dan teman-teman PAI D ‘06

(8)

viii

memberikan rahmat dan hidayah-NYA. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Program Studi PAI.

4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selaku memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Ibuku Wahyuti yang telah mencurahkan pengorbanan dan do’a restu yang

tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

7. Adikku Adam Mu’ti, yang telah membangkitkan semangat penulis.

(9)

ix penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

(10)

x

Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd

Kata kunci: Kualitas belajar siswa dan sistem boarding school

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kualitas belajar siswa, dan sistem boarding school. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, Bagaimanakah kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Kedua, Bagaimanakah sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Ketiga, Bagaimanakah Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Keempat, Bagaimanakah usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif dari sistem boarding school.

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah semua siswa SMP Islam Raden Paku beserta Pengasuh, dewan guru, dan karyawan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan perpanjangan penelitian, meningkatkan ketekunan dan observasi lebih mendalam.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem boarding school membawa pengaruh positif terhadap kualitas belajar siswa. Dalam bidang keagamaan siswa mampu menguasai materi agama seperti berbahasa Arab, membaca kitab kuning, dan menguasai hukum Islam. Pencapaian penguasaan siswa pada materi pelajaran umum sudah baik, bahwa 70% siswa kelas VII (tujuh), 71,4% siswa kelas VIII (delapan), dan 63% siswa kelas IX (sembilan) mendapatkan nilai antara 7,50 – 10,00. Selain materi pelajaran umum dan agama siswa juga dibekali dengan beberapa ketrampilan hidup (life skill) seperti membuat tempe, kerajinan membuat besek, peternakan, dan merakit komputer.

(11)

xi

LEMBAR LOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Belajar ... 19

1. Pengertian Kualitas Belajar ... 19

(12)

xii

3. Sistem Boarding school ... 29

a. Kurikulum Boarding school ... 30

b. Keunggulan dan Kelemahan Boarding school ... 31

c. Fasilitas dan Biaya Boarding school... 33

d. Problematika Boarding school ... 34

C. Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding school... 36

D. Pesantren Sebagai Sistem Boarding school... 37

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Raden Paku... 39

1. Sejarah Singkat SMP Islam Raden Paku ... 39

2. Profil Sekolah ... 40

3. Visi dan Misi ... 41

4. Tujuan Sekolah ... 42

5. Sarana dan Prasarana ... 42

6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 43

7. Keadaan Siswa... 44

8. Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku... 45

B. Data Tentang Sistem Boarding school Raden Paku... 45

1. Kurikulum SMP Islam ... 45

(13)

xiii

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Belajar Siswa dalam

Sistem Boarding school ... 58

BAB IV ANALISIS DATA A. Kualitas Belajar Siswa ... 62

1. Peningkatan Pengetahuan... 62

2. Peningkatan Ketrampilan ... 63

3. Perubahan Sikap dan Perilaku ... 64

4. Peningkatan Kemampuan Beradaptasi ... 65

5. Peningkatan Partisipasi ... 65

B. Sistem Boarding school SMP Islam Raden Paku ... 65

1. Kurikulum yang diterapkan... 65

2. Karakteristik Siswa ... 65

3. Sarana dan Prasarana ... 66

4. Metode Pembelajaran... 66

5. Sistem Evaluasi Pembelajaran... 66

6. Program Pembelajaran ... 67

7. Aktivitas dan Tata Tertib Siswa ... 67

C. Kualitas belajar Siswa dalam Sistem Boarding school ... 67

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Boarding school... 69

(14)

xiv

(15)

xv

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 42

Tabel 3.2 Data Siswa SMP Islam Raden Paku Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 43

Tabel 3.3 Alokasi Waktu Mata Pelajaran di SMP Islam Raden Paku ... 46

Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian... 47

Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan ... 49

Diagram 3.1 Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan ... 44

Tabel 4.1 Prestasi Siswa SMP Islam Raden Paku dalam Bidang Keagamaan.. 67

Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Semester I SMP Islam Raden Paku... 69

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi orang tua agar putra-putrinya berilmu pengetahuan dan wawasan luas, berkepribadian baik, serta memiliki life skill yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan. Pendidikan merupakan kunci pembuka ke arah kemajuan suatu bangsa, dimana pendidikan yang maju akan mempercepat terjadinya perubahan sosial. Namun sebaliknya, jika pendidikannya mundur akan menghambat jalannya proses perubahan sosial, dan justru akan menimbulkan ketidakharmonisan tatanan sosial.

Diakui atau tidak, tolok ukur bangsa berkualitas dipandang dari sejauh mana pendidikan mampu melahirkan manusia-manusia yang handal. Suatu Bangsa akan menjadi berkualitas apabila manusianya juga berkualitas. (Yamin, 2009: 261) Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:





















Artinya :

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al Mujadalah: 11)

Pentingnya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara inilah yang menuntut kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, meningkat pula tantangan bagi

(17)

perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak. Seperti meluasnya peredaran obat terlarang, pergaulan bebas, tawuran remaja yang akhir-akhir ini menumbuhkan kekhawatiran orang tua. Anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar, akan mengantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari ajaran agama dan mengakibatkan krisis moral pada anak bangsa. Dari hal itulah diperlukan suatu pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan umum saja, tetapi juga pengetahuan keagamaan sebagai panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran Sang Khalik. Ini berarti perlu adanya keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.

Namun, kenyataan yang ada hingga saat ini adalah bahwa porsi pendidikan agama di sekolah umum hanya dua jam pelajaran dalam satu minggunya. Hal ini menggambarkan bahwa sekolah hanya mempersiapkan peserta didik memenuhi kemampuan pengetahuan umum saja, sedangkan dimensi ajaran agama, sosial, dan susila dianggap kurang penting. Akibatnya setelah menjadi orang yang berhasil, tidak semua individu memiliki kepribadian yang tidak sehat. Misalnya, seorang direktur yang arogan, pejabat korupsi, orang kaya yang tidak peduli tetangganya, pengusaha tidak peduli lingkungan, dosen/ guru yang bermoral kurang baik, dan sebagainya.

(18)

dipandang negatif karena terlalu mempertahankan tradisi dan kurang tanggap terhadap perkembangan dan perubahan zaman. Namun, belakangan ini ada aspek tertentu yang secara jujur diakui sebagai kelebihan pesantren. Meskipun tidak ada pengakuan secara eksplisit dari pakar pendidikan di Indonesia, karakter budaya pendidikan pesantren telah diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional.(Qomar : 81-82) Gejala ini terlihat jelas pada kemunculan sekolah-sekolah dengan sistem asrama (boarding school) yang melaksanakan pendidikan lebih komprehensif, ilmu dunia (pendidikan umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai.

Kehadiran boarding school merupakan alternatif pendidikan bagi orang tua yang tidak ingin mengalami kegagalan dalam menyekolahkan anaknya. Terutama bagi mereka yang dalam satu keluarga tidak hanya suami saja yang bekerja, melainkan istri juga bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik. Dalam keadaan tersebut maka boarding school adalah pilihan terbaik untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dengan maksud agar anak mendapatkan pendidikannya yang sempurna.

(19)

melainkan juga mengikuti pola pembelajaran di asrama pondok pesantren dengan bimbingan pengasuh pesantren dan dewan asatidz. Dengan letaknya yang strategis diharapkan dalam perkembangannya SMP ini mampu menjadi sekolah yang berkualitas dan unggulan. Namun kesemuanya itu juga tergantung pada bagaimana penyelenggaraan sistem pendidikan (boarding school), manajemen sekolah, dan manajemen pondok pesantren sebagai

asrama siswa.

Berangkat dari permasalahan di atas, penulis terdorong untuk melakukan tindakan penelitian dengan judul: “Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding School (Studi Kasus di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul di atas, maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012?

2. Bagaimanakah sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012?

(20)

4. Bagaimanakah usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif dari sistem boarding school?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.

2. Untuk mengetahui sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor dari sistem boarding school yang mempengaruhi kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.

4. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan faktor positif dan menanggulangi faktor negatif dari sistem boarding school.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Bagi Peneliti

(21)

melatih diri dalam menganalisa masalah-masalah kependidikan, khususnya mengenai sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.

2. Bagi Pengembang Ilmu Pengetahuan

Bagi pengembang ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut yang terkait dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.

3. Bagi Lembaga Pendidikan

Sedangkan bagi lembaga pendidikan, hasil dari penelitian ini merupakan alat ukur dari pelaksanaan sistem boarding school, dan kaitannya terhadap kualitas belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam menggunakan kata-kata pada judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian.

1. Kualitas Belajar Siswa a. Kualitas

Kualitas adalah derajat atau taraf kepandaian, kecakapan dan sebagainya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 532) b. Belajar

(22)

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecapakan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain sebagainya. (Hakim, 2005: 1)

c. Siswa

Menurut Hamalik siswa (murid) adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, intelek dan masalah-masalah tertentu, yang bersifat aktif dan unik. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 951)

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kualitas belajar siswa disini adalah pencapaian hasil belajar siswa yang berupa penghargaan atau nilai yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dengan pemahaman tersebut, maka dapat dikemukakan indikator dari kualitas belajar sebagai berikut :

1) Peningkatan pengetahuan, 2) Peningkatan ketrampilan, 3) Perubahan sikap dan perilaku ,

(23)

2. Sistem Boarding School a. Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. (Susilo, 2007 : 30)

b. Boarding School

Boarding school adalah sekolah dasar atau menengah dengan

asrama. (Shadily, 1976 : 72)

Jadi, sistem boarding school yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah sekumpulan elemen yang terkait dan saling mempengaruhi dalam penyelenggaraan sekolah asrama.

Adapun indikator sistem boarding school meliputi :

1) Karakteristik siswa, guru, karyawan, dan tenaga kependidikan 2) Kurikulum yang terapkan; jadwal belajar, jadwal kegiatan siswa, dll. 3) Sarana dan prasarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar 4) Metode pembelajaran yang digunakan

5) Sistem evaluasi pembelajaran F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

(24)

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku secara utuh. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 : 90).

Penelitian ini secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia (peneliti) dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengarahkan sasaran peneltiiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar, bersifat deskriptif.(Mulyasa, 2007: 27)

2. Jenis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yang dianggap atau diketahui. Menurut Lofland dan Lofland (1984:47)) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, seelebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Molelong, 2010 : 157) Menurut jenisnya data dalam penelitian ini dibagi menjadi data kualitatif dan kuantitatif :

a. Data Kualitatif

(25)

(Moleong, 2010: 3) Data inilah yang menjadi data primer (utama) dalam penelitian, diantaranya adalah:

1) Gambaran umum SMP Islam Raden Paku 2) Konsep Sistem Boarding School

3) Kurikulum Boarding School 4) Sarana dan prasarana

5) Gambaran tentang kualitas belajar siswa

6) Gambaran tentang kegiatan siswa sehari-harinya 7) Dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian b. Data Kuantitatif

Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini data statistik hanya bersifat pelengkap, dikarenakan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif.

3. Sumber Data

Menurut sumber datanya, maka dalam penelitian ini jenis data dibedakan menjadi dua macam, yakni :

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti, di antaranya adalah:

1. Kepala SMP Islam Raden Paku 2. Wakil Kepala bagian Kurikulum

(26)

4. Pengasuh pondok pesantren Raden Paku

5. Dewan Pembina Asrama Siswa (Ustadz/ Ustadzah) 6. Segenap siswa SMP Islam Raden Paku

b. Data Sekunder

Yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, seperti dokumentasi mengenai pelaksanaan sistem boarding school kualitas belajar siswa.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Beberapa metode dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah sebuah pengamatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti. (Hadi, 1995: 136) Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mendapatkan data tentang sistem boarding school dan gambaran kualitas belajar siswa.

b. Metode Wawancara (interview)

(27)

Jenis wawancara yang akan penulis lakukan adalah wawancara terstruktur. Yaitu wawancara yang mengacu pada pedoman wawancara yang berisi serangkaian pertanyaan yang telah disusun secara urut dan sistematis. (Mulyasa, 2002 : 128)

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 1998 : 236)

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dalam bentuk dokumentasi yang berkaitan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.

5. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa, kemudian membuat

kerangka pikir atau bahan untuk memulai penelitian. b. Pengembangan desain

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang sistem boarding school, dan kualitas belajar siswa. Kemudian penulis melakukan

observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.

(28)

Penulis melakukan tindakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

6. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Moleong, 2010: 248) Analisis data dilakukan secara simultan yang meliputi:

a. Pengumpulan Data

Artinya peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data yang diperoleh di lapangan kemudian dicatat atau direkam dan dijadikan sebagai komentar bagi peneliti.

b. Reduksi data

(29)

Proses reduksi data ini tidak dilakukan pada akhir penelitian saja, tetapi dilakukan secara terus-menerus sejak proses pengumpulan data berlangsung karena reduksi data ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses analisis itu sendiri.

c. Sajian data (display data)

Display data merupakan suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah dianalisis dan disimpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk uraian narasi serta dapat diselingi dengan gambar, tabel, rumus, dan lain-lain. Hal ini disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul dalam proses pengumpulan data, baik dari hasil observasi, wawancara mendalam, maupun studi dokumentasi.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

(30)

7. Rencana Pengujian Validitas Data

Uji validitas data ini dilakukan untuk mengukur keabsahan data yang diperoleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa cara sebagai pengujian validitas data, yakni:

a. Perpanjangan Pengamatan

Agar data yang diterima lebih valid, maka peneliti melakukan perpanjangan pengamatan sehingga hubungan antara peneliti dan nara sumber lebih akrab, semakin terbuka, saling mempercayai dan tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini maka kepastian data akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dalam penelitian ini, peneliti akan membaca berbagai referensi baik berupa buku, artikel-artikel di surat kabar maupun internet yang berkenaaan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa sehingga wawasan peneliti akan lebih tajam untuk memeriksa data yang dipercaya. c. Observasi Mendalam

(31)

B. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar skripsi ini terarah sesuai dengan judul, maka pembahasan dalam peneltian ini penulis susun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum. Terdiri dari sub-sub bab tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi oprasional variabel penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini mengkaji tentang sistem boarding school, antara lain: pengertian sistem boarding school, kurikulum boarding school, keunggulan dan kelemahan boarding school, fasilitas (sarana dan prasarana) boarding school dan membahas tentang keberadaan pesantren sebagai sistem boarding

school. Kemudian kajian teori mengenai kualitas belajar siswa yang meliputi

pengertian kualitas belajar siswa, faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa, serta bagaimana kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school. BAB III : LAPORAN PENELITIAN

(32)

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang intrepretasi penulis terhadap data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Salatiga.

BAB V : PENUTUP

(33)

A.

Kualitas Belajar Siswa

1.

Pengertian Kualitas Belajar

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan.

Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni, 1964). Efektivitas

merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam

maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian kualitas tidak hanya dapat

dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi

persepsi atau sikap orangnya.

Dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang berkualitas terlibat

berbagai input, seperti bahan ajar, metode mengajar yang bervariasi, sarana

prasarana sekolah, dukungan administrasi dan sumber daya lainnya serta

penciptaan suasana yang kondusif.

http://www.qtulis.net/read/kualitas-belajar-mempengaruhi-hasil-belajar.html

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu

perubahan dalam hal tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Slameto, 1991 : 2)

(34)

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan nilai sikap. (Hasan, 1994: 84)

Dalam kaitan ini, maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua

gejala yang saling terkait, yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai

bukti dari hasil yang diproses.

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,

dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dsb. (Hakim, 2005 : 1)

Dari beberapa pengertian di atas, yang perlu kita digarisbawahi adalah

bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas belajar seseorang diperlihatkan

dalam bentuk bertambahnya kemampuan orang itu dalam berbagai bidang.

Jika dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu

peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan orang

tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain

mengalami kegagalan dalam proses belajar.

2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Belajar

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar

itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor

(35)

a.

Faktor Internal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu

itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor

psikologis.

1)

Faktor Biologis (Jasmaniah)

Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan, kebugaran tubuh.

(Daulay, 2004 : 80) Faktor biologis meliputi segala hal yang

berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang

bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan

dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut :

Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang

normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai

sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan

keberhasilan belajar seseorang.

Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi kesehatan fisik

yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar seseorang. (Hakim, 2005: 11)

2)

Faktor Psikologis (Rohaniah)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar

ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

(36)

yang positif dalam proses belajar itu misalnya saja adalah kerajinan

dan ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau frustasi

dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak mudah

terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan dari pada

belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya,

dan selalu percaya pada diri sendiri. (Hakim, 2005 : 12)

b.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan

keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan

faktor waktu. (Hakim, 2005 : 17)

1)

Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan

pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama

dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan

belajar seseorang di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis

di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan

belajar, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan

yang tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap

(37)

2)

Faktor Lingkungan Sekolah

Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk

menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut

harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang

bersangkutan, guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya.

Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan

baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki

kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak

hanya patuh dan senang kepada guru- guru tertentu.

Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi

kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam

jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang

ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah

yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang

baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di

antara semua personil sekolah.

3)

Faktor Lingkungan Masyarakat

Jika kita perhatikan dengan saksama lingkungan masyarakat

sekitar, ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang

keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang

(38)

yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah

lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan

kursus-kursus tertentu, seperti kursus-kursus bahasa asing, bimbingan belajar, kursus-kursus

pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah,

sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti remaja

masjid, karang taruna dan lain sebagainya.

Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat

keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang

banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau

hura-hura seperti bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang merangsang

kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya

yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat

seperti judi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.

4)

Faktor Waktu

Bahwa waktu (kesempatan) memang berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar seseorang, tentunya telah kita ketahui bersama.

Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau

tidak adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu

yang tersedia. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana mencari dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya

agar di satu sisi siswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar

(39)

yang bersifat hiburan atau rekreasi yang bermanfaat pula untuk

menyegarkan pikiran.

Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan

yang bersifat hiburan atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya tidak

lain agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa

pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran.

B.

Sistem Pembelajaran Boarding School

1.

Pengertian Sistem Pembelajaran

Secara garis besar sistem dimaknai sebagai sebuah kesatuan yang

terdiri dari beberapa unsur yang saling kait-mengait menuju tercapainya

tujuan sistem. (Arikunto, 2010: 38)

Susilo (2007: 29) menyatakan bahwa sistem adalah sehimpunan

komponen atau sub-sistem yang terorganisir dan berkaitan sesuai dengan

rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan

siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran tedapat kegiatan

memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil

pengajaran yang diinginkan.(Uno, 2006: 2) Pembelajaran sebagai suatu sistem

artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan

berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk

(40)

Dari beberapa definisi tersebut, maka sistem pembelajaran adalah

sekumpulan elemen yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain

yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Suatu sistem pembelajaran terdiri dari komponen yang terkait dan

bekerjasama secara efisien dan dapat diandalkan untuk memberikan aktivitas

belajar yang diperlukan demi tercapai tujuan belajar.

2.

Komponen Sistem Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang pendidik pada

dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu kegiatan

yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran

merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Hal ini

perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran,

minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang

diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan

setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.

Sistem pembelajaran bukan hanya sekedar merupakan cara, melainkan

juga mencakup keterlibatan seluruh komponen-komponen pembentuknya,

yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

(http://willzen.blogspot.com/pengertian-sistem-pembelajaran.html)

Agar dapat tercapai tujuan dari sistem pembelajaran, maka diperlukan

(41)

sistem tersebut. Adapun komponen-komponen dari sistem pembelajaran

meliputi (Uno, 2006: 16) :

a.

Kondisi pembelajaran, yaitu faktor yang mempengaruhi efek metode

dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

b.

Strategi pembelajaran, yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

c.

Hasil pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah

kondisi yang berbeda.

Sedangkan Maimun menegaskan beberapa elemen yang membentuk

sistem pembelajaran, yaitu siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana atau

alat, evaluasi, dan lingkungan. Masing-masing komponen dari sistem

pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut : (Maimun, 2010: 123)

a.

Siswa

Siswa

merupakan

obyek

utama

dalam

pendidikan

dan

pembelajaran, karena proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung

tanpa adanya siswa. Tujuan dari pada pembelajaran adalah agar mereka

dapat belajar yang didukung oleh guru, fasilitas, biaya dan sebagainya.

b.

Guru

Guru adalah salah satu faktor pendidikan yang memiliki peranan

strategis, sebab gurulah ‘pemain’ yang paling menentukan dalam proses

(42)

di kelas tidak dapat digantikan dengan media apapun. Hal ini sebagaimana

yang dikemukakan oleh KH. Abdullah Syukri bahwa :

"

ﹸﺔﹶﻘﻳِﺮﱠﻄﻟﹶﺃ

ﺎﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ

ﺩ

ﺱﺭﺪﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻜﹶﻟﻭ ،ِﺓ

ِﺱﺭﺪﹸﳌﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ ﺱﺭﺪﻤﹾﻟﺍ ﺡﻭﺮﻟﺍﻭ ،ِﺔﹶﻘﻳِﺮﱠﻄﻟﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ

"

(Metode itu lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting dari

metode, dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri) (Maimun,

2010: 125)

c.

Tujuan

Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang

mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan

kurikuler, tujuan umum pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran.

d.

Materi

Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang

tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup

keseluruhan materi pembelajaran.

e.

Metode

Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyempaian materi

pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan

berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak.

f.

Media

Pembelajaran akan lebih sukses lagi apabila peserta didik terlibat

(43)

merupakan suatu bagian yang integral dari suatu proses pendidikan di

sekolah.

g.

Evaluasi

Istilah evaluasi dalam pendidikan Islam, biasanya lebih dikenal

dengan sebutan “imtihan” atau “khataman” yang sering digunakan

dalam pendidikan non-formal seperti di pesantren. Evaluasi dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik, sehingga ada penanda

simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak.

h.

Lingkungan

Lingkungan pembelajaran merupakan komponen yang sangat

penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup

lingkungan fisik, lingkungan sosial, alam, lingkungan psikologis pada

waktu proses belajar mengajar berlangsung.(Maimun, 2010: 188)

3.

Sistem Boarding School

Term boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks

pendidikan di Indonesia, karena sudah lama lembaga-lembaga pendidikan di

Indonesia menghadirkan konsep boarding school dengan nama “Pondok

Pesantren”.

Boarding school terdiri dari kata “boarding” yang berarti papan atau

tempat tinggal dan kata “school” yang berarti sekolah. Boarding school dapat

diartikan sebagai “sekolah dasar atau menengah dengan asrama”.

(44)

Boarding school dapat dimaknai sebagai sekolah dengan sistem

asrama (pondok pesantren), atau sekolah yang menyediakan fasilitas tempat

tinggal bagi siswa-siswinya. (Purnama, 2010: 60)

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

sistem boarding school merupakan suatu sistem pembelajaran dimana siswa

atau peserta didik mengikuti proses pembelajaran dan tinggal di asrama serta

dalam pengawasan pihak sekolah.

a.

Kurikulum Boarding School

Tidak berbeda dengan sekolah reguler lainnya, kurikulum sekolah

asrama mengacu pada kurikulum nasional. Semenjak diterapkannya

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), umumnya kurikulum

inilah yang digunakan. Kebanyakan sekolah asrama (boarding school)

dibangun dengan semangat tertentu, sehingga wajar kalau ada kurikulum

tambahan yang disusun masing-masing sekolah. (Purnama, 2010 : 67)

Saat ini sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri

kurikulum yang akan digunakan. Kurikulum sekolah asrama (boarding

school) terdiri dari kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum

yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri

khas satuan pendidikan sekolah yang bersangkutan. (Maimun, 2010: 53)

Sehingga, jika sekolah asrama tersebut berbasiskan nilai-nilai Islam

(pondok pesantren), maka selain materi standar nasional juga akan banyak

(45)

Program-program pembelajaran disisipkan untuk memperkuat

kurikulum nasional yang dirancang dan dikembangkan sebagai program

unggulan sekolah. (Maimun, 2010: 54) Program unggulan maksudnya

program yang dikembangkan sebagai faktor daya tarik suatu sekolah dan

merupakan karakteristik umum lulusan suatu madrasah/ sekolah.

b.

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Pembelajaran Boarding School

1)

Keunggulan Boarding School

Diantara keunggulan dari sekolah dengan sistem asrama

(boarding school) adalah sebagai berikut :

a)

Hidup Mandiri. Tinggal jauh dari orang tua memaksa siswa untuk

hidup mandiri. Hidup mandiri bukan berarti segala sesuatu

dilakukan secara individual, karena tinggal di lingkungan asrama

juga mengharuskan siswa untuk beradaptasi dengan komunitas

baru, seperti; teman satu kamar, seasrama, guru, dan pembimbing

yang akan menjadi keluarga baru selama tinggal di asrama.

b)

Hidup lebih teratur. Pihak sekolah sudah memiliki jadwal kegiatan

sehari-hari, mulai dari waktu bangun tidur, makan, belajar,

mengerjakan tugas, hingga waktu senggang. Ini jelas berbeda

dengan jika tinggal di rumah sendiri, dimana waktu makan,

(46)

c)

Ada pendamping. Di sekolah berasrama biasanya ada dua/ lebih

pemimpin. Seorang pemimpin sekolah (kepala sekolah) dan

pemimpin asrama (kepala asrama).

d)

Risiko terlambat sekolah sangat minim. Bahkan dapat dikatakan

hampir tidak mungkin untuk terlambat ke sekolah, karena biasanya

sekolah dan asrama berada dalam satu kompleks dengan jarak

yang tidak terlalu jauh.

e)

Lebih aman. Berada di lingkungan asrama memang lebih aman

dibanding jika berada di luar, misalnya bila tinggal di kost. Tidak

sembarang orang bisa keluar-masuk seenaknya ke dalam

lingkungan asrama.

f)

Fasilitas lebih lengkap. Fasilitas sekolah asrama biasanya juga

lebih lengkap. Karena fasilitas tersebut yang akan mengakomodir

kegiatan siswa tanpa harus meninggalkan lingkungan asrama.

(Purnama, 2010 : 63-66)

2)

Kelemahan Boarding School

Di samping keunggulan-keunggulan di atas, sekolah dengan

sistem boarding school (asrama) juga mempunyai kekurangan atau

kelemahan, diantaranya adalah :

a)

Perasaan jenuh. Kondisi ini akan lebih cepat dirasakan jika

keinginan bersekolah di sekolah asrama bukan keinginan sendiri,

(47)

sekolah dan asrama berada dalam satu lokasi sehingga timbul

perasaan berada di lingkungan yang 'itu-itu saja'. Perasaan ini juga

bisa muncul karena rutinitas yang sudah terjadwal setiap harinya.

b)

Makanan asrama belum tentu sesuai selera. Kalau tinggal di rumah

bisa makan apa pun, maka jika di asrama hal itu tidak mungkin.

Bahkan sekalipun makanan yang disediakan asrama tidak sesuai

selera, siswa harus belajar beradaptasi.

c)

Tidak ada privasi. Ini jelas karena di asrama siswa tinggal bersama

dan menggunakan fasilitas bersama, termasuk kamar tidur.

d)

Kurang mengenal lingkungan di luar asrama. Ini akan diperparah

jika pihak sekolah tidak memiliki agenda keluar sehingga siswa

sulit berinteraksi dengan orang-orang di luar asrama. Bukan

mustahil siswa tidak mengenal lingkungan sekitar, bahkan bisa

saja menjadi asing saat tiba-tiba siswa keluar dari lingkungan

asrama. (Purnama, 2010 : 66-67)

c.

Fasilitas dan Biaya Sekolah Asrama (Boarding School)

Disini letak perbedaan antara sekolah asrama dan non-asrama,

fasilitas sekolah asrama terbilang lebih lengkap dibandingkan sekolah

sistem reguler. Beberapa sekolah asrama memang membatasi fasilitas

yang bisa digunakan oleh para siswanya. Namun, ada juga yang memberi

fasilitas spesial seperti jasa pencucian baju (laundry). Fasilitas sekolah

(48)

sekolah reguler, lapangan olahraga, klinik kesehatan, dapur, aula, layanan

internet, dan tentu saja gedung asrama. (Purnama, 2010 : 69)

Logikanya, biaya sekolah asrama akan lebih mahal. Hal ini karena

sekolah asrama menanggung biaya hidup siswa sehari-hari, mulai dari

makan, mencuci, listrik, pemondokan (kamar), telepon, dan biaya sekolah,

sehingga biaya operasional yang dikeluarkan sekolah pun akan lebih

besar. Biaya ini meliputi listrik hingga gaji guru dan pembimbing.

Sedangkan di sekolah reguler, siswa biasanya hanya akan dikenai biaya

operasional sekolah, biaya tahunan, biaya buku, dan biaya-biaya lain.

(Purnama, 2010 : 69)

d.

Problematika Sekolah Asrama (Boarding School)

Sampai saat ini sekolah berasrama masih banyak mempunyai

persoalan yang belum dapat diatasi, sehingga banyak sekolah berasrama

layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada boarding school perintis.

Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:

1)

Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas

Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau

corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau

nasionalis-religius. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan

secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari

(49)

2)

Dikotomi Guru Sekolah dengan Guru Asrama (Pengasuhan)

Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang

cocok untuk sekolah berasrama. Guru sekolah (mata pelajaran)

bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru

pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal

idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah

berasrama.

3)

Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku

Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama

dengan sekolah umum adalah kurikulumnya. Kalau bicara kurikulum

academiknya dapat dipastikan sangat sedikit perbedaannya. Semuanya

mengacu kepada kurikulum KTSP dengan ditambah pengayaan atau

suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara

tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer

sampai ada yang terlalu lunak.

4)

Sekolah dan Asrama Terletak dalam Satu Lokasi

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi

dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak

berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah

asrama.

(50)

C.

Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding School

Pendidikan dengan sistem boarding school dinilai lebih unggul dari model

pendidikan lainnya karena memiliki konsep pendidikan terpadu selama 24 jam.

(Qomar : 81) Kurikulum pendidikan tidak hanya seperangkat pengajaran yang

terdiri dari beberapa pelajaran-pelajaran di kelas saja, akan tetapi apa yang

didengar, dilihat, dan dirasakan oleh santri adalah rententan pendidikan.

Pendidikan adalah penugasan, pengajaran, dan pembiasaan selama satu hari

semalam santri tinggal di lingkungan pendidikan.

Dari sudut pertimbangan ini sistem pendidikan boarding school lebih

dipercaya orang tua dari pada sistem pendidikan formal, terutama bagi mereka

yang berkarier dan memiliki komitmen tinggi untuk menanamkan akhlak pada

putra-putrinya. Pendidikan dengan sistem asrama dinilai mampu membentengi

siswa dari pengaruh-pengaruhi negatif arus globalisasi yang menghadirkan

kebudayaan Barat di tengah-tengah kebudayaan kita.

Kualitas hasil pendidikan tidak hanya diukur dari kemajuan intelektualnya

saja, tetapi juga harus ditinjau dari segi mental, misalnya etos kerja, disiplin

semangat belajar, kemandirian, dan sebagainya, juga dari sudut ini output (hasil)

pendidikan. (Daulay, 2004: 66) Pesantren tetap survive dan mampu beradaptasi

dengan modernitas pendidikan. Bahkan ketika pendidikan yang cenderung sekuler

(51)

D.

Pesantren Sebagai Sistem Boarding School

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang pada tahap

awal sebelum masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia

semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk

ulama, kiai yang kompeten dalam bidang ilmu-ilmu Diniyah. (Daulay, 2004 : 36)

Sesuai dengan arus kemajuan zaman serta diiringi dengan masuknya ide-ide

pembaharuan pemikir Islam ke Indonesia, maka pesantren telah mengalami

perubahan dinamika. Dinamika itu dapat dilihat dari segi; dinamika materi (bahan

yang diajarkan), dinamika administrasi dan manajemen, serta dinamika sistem

dari non klasikal menjadi klasikal.

Dulunya orang menilai bahwa Pesantren merupakan sarana pendidikan

Islam tradisional yang berfungsi dan bertujuan menjadi tempat syiar Islam.

Tempat mendidik santri jadi ulama (orang berilmu) juga sebagai lembaga sosial

kemasyarakatan yang berusaha memajukan status sosial keagamaan, pendidikan,

kebudayaan bahkan perekonomian masyarakat sehingga pesantren merupakan

suatu lembaga pendidikan yang terbuka dan mau menyesuaikan diri dengan

perkembangan masyarakat secara terbuka pula.

Namun saat ini telah seiring dengan berkembangnya zaman, banyak

berdiri Pondok Pesantren berbasis modern atau sering juga disebut Isamic

Boarding School. Bahkan saat ini banyak sekolah umum atau madrasah yang

menggunakan sistem berasrama untuk menjadikan peserta didiknya lebih unggul

(52)

Pondok atau asrama, meskipun dalam batas tertentu ada perbedaannya

secara mendasar dapat memberikan alternatif dalam proses pembelajaran bila

diberdayakan secara optimal sehingga menjadi kecenderungan sekolah-sekolah

unggulan. Kehidupan pondok pesantren atau asrama memberikan berbagai

manfaat antara lain :

1.

Interaksi antara murid dengan guru bisa berjalan secara intensif.

2.

Memudahkan kontrol terhadap kegiatan murid.

3.

Pergesekan sesama murid yang memiliki kepentingan sama, mencari ilmu.

4.

Menimbulkan stimulasi atau rangsangan belajar, dan

5.

Memberi kesempatan yang baik bagi pembiasaan sesuatu. (Qomar : 83)

Pada manfaat pemberian kesempatan bagi pembiasaan sesuatu ini, pondok

atau asrama terbukti menjadi sasaran yang efektif bagi penerapan pembiasaan

sesuatu kegiatan seperti pembentukan lingkungan bahasa (biah lughawiyyah).

Hanya saja, motif pembangunan pondok bagi pesantren dengan asrama bagi

sekolah unggulan cukup berbeda. Menurut akar sejarahnya pondok dibangun agar

santri tidak jauh-jauh menempuh perjalanan untuk belajar pada kiai atau agar

santri bisa menginap di dekat rumah kiai. Sedangkan asrama dibangun oleh

sekolah unggulan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, menyangkut

berbagai komponen yang terkait. Dengan pengertian lain, jika pondok dibangun

lantaran faktor darurat, maka asrama dibangun atas dasar perencanaan

(53)

A. Gambaran Umum SMP Islam Raden Paku 1. Sejarah Singkat SMP Islam Raden Paku

Ide awal pendirian SMP Islam Raden Paku berangkat dari keprihatinan terhadap lulusan/ tamatan sekolah yang akhir-akhir ini hanya mengandalkan materi pelajaran umum dan mengesampingkan pendidikan agama (Islam). Banyak lulusan sekolah yang kurang dalam pemahaman ilmu keagamaan, terkontaminasi dengan gaya hidup yang serba modern dan cenderung mempunyai akhlak yang kurang sesuai dengan nilai-nilai dan norma agama Islam, serta kurangnya keterampilan anak didik yang sebenarnya sangat dibutuhkan ketika anak didik hidup bermasyarakat. (Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Raden Paku tanggal 13 Juli 2012)

Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar, berdirilah SMP Islam Raden Paku tepatnya pada tanggal 11 Juli 2009, Sebuah Sekolah Menengah Pertama yang dihadirkan untuk umum dengan berciri khas Islam. (Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP I Raden Paku pada tanggal 13 Juli 2012). SMP Islam Raden Paku merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan yayasan pondok pesantren Raden Paku. Lembaga pendidikan ini didirikan dengan harapan bukan hanya sekedar mencetak kader ulama', melainkan juga

(54)

untuk mendidik generasi muda yang berintelektual, baik dalam masalah agama, kehidupan sosial serta kehidupan berbangsa dan bernegara. (Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Raden Paku tanggal 13 Juli 2012)

2. Profil Sekolah

SMP Islam Raden Paku berlokasi di jalan Fatmawati 04 kelurahan Blotongan kecamatan Siderejo kota Salatiga. Gambaran umum mengenai Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Raden Paku Blotongan adalah sebagai berikut :

1. Nama Sekolah : SMP Islam Raden Paku 2. Ijin Operasional : Disdikpora kota Salatiga

Tertanggal : 31 Oktober 2009

Nomor : 421.3/4544/101 NIS : 200230 3. Alamat Sekolah : Jl. Fatmawati 04

Kelurahan : Blotongan Kecamatan : Sidorejo Kabupaten/Kota : Salatiga Propinsi : Jawa Tengah 4. Status sekolah : Swasta (Yayasan) 5. Tahun berdiri/ beroprasi : 2009

6. Telepon/ Hp/ Fax : (0298) 313766

(55)

Kehadiran sekolah yang di kelurahan Blotongan ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok pesantren maupun masyarakat luas, khususnya mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu (agama) ukhrawi serta tidak lepas dari ilmu pendidikan umum (duniawi). 3. Visi dan Misi

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, Visi dari SMP Islam Raden Paku Blotongan adalah sebagai berikut :

Ilmu-Terampil-Beriman-Amal (ITBA')

a. Ilmu atau Berilmu, dalam artian memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang luas.

b. Terampil, yaitu memiliki keahlian (kemampuan) dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman.

c. Beriman adalah mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), dan menjadikan ridha-Nya sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan mereka dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. d. Amal atau Mengamalkan dalam artian mau mengamalkan apa yang

telah diketahui dan mau mengajarkan kepada orang lain yang belum tahu dengan niat tulus di jalan Allah.

(Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)

(56)

d. Membina terwujudnya kualitas akhlaqul karimah peserta didik. e. Membina terwujudnya kualitas keterampilan dan life skill siswa. f. Membina sikap mental kepedulian sosial peserta didik.

g. Mewujudkan keseimbangan ilmu umum dan agama peserta didik. (Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)

4. Tujuan Sekolah

Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan SMP Islam Raden Paku. Berdirinya sekolah ini bertujuan untuk: a. Menciptakan sekolah dengan sarana prasarana pembelajaran yang

lengkap dan memadai.

b. Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang bersih dan nyaman. c. Menciptakan lingkungan yang sehat.

d. Meningkatkan semangat belajar para peserta didik. e. Meningkatkan daya kreativitas para peserta didik.

f. Meningkatkan kepercayaan dan keterampilan praktis para peserta didik g. Menanamkan sikap kepedulian sosial bagi peserta didik.

h. Menciptakan atmosfer kompetisi dan semangat belajar peserta didik. i. Menambah perhatian para siswa berkaitan dengan ilmu umum dengan

tetap tidak melupakan ilmu agama.

(Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012) 5. Keadaan Sarana dan Prasarana

(57)

Laboratorium PAI (asrama pondok pesantren), Ruang Kelas, Perangkat Pembelajaran, dan lain sebagainya. Sarana pendukung pembelajaran yang ada dapat dibilang cukup mendukung proses belajar mengajar. Adapun keberadaan ruang Kepala Sekolah, ruang Guru, dan ruang Tata Usaha belum representatif.

(Wawancara dengan Kepala SMP, Drs. Tulusmono, S.Pd., M.SI, tanggal 13 Juli 2012)

6. Keadaan Guru dan Karyawan Tabel 3.1

Daftar Guru Dan Karyawan SMP Islam Raden Paku Blotongan Tahun Pelajaran 2011/2012

No Nama L/P Jabatan Struktural/ Fungsional

1. Drs. Tulusmono, S. Pd., M.SI L Kepala Sekolah, Guru Matematika 2. Drs. Sugeng Riyanto, MPd.I L Guru Pendidikan Agama Islam 3. Amin Alrosid, S.Pd L Guru Pendidikan Kewarganegaraan 4. Drs. Wagimin L Koordinator BP

5. Fahroni, S. Pd.I L Waka Sarana Prasarana, Guru SBK, Guru IPA (Biologi)

6. Budi Hartono. Amd L Waka Humas, Guru IPS (Ekonomi, Geografi)

7. Heriyanto, S.Pd L Waka Kesiswaaan, Guru IPS (Sejarah), Guru Penjaskes 8. Muhammad Fikri A., S.Pd.I L Guru SBK

9. Muhammad Haris L Guru Penjaskes

10.Rona Ratna Pribadi L Guru Bahasa Jawa, Guru Fisika 11.Raniya Tri Susanti, S. Pd P Bahasa Inggris, Wali kelas 7 12.Siti Rodliyah, S. Pd P Wali kelas 9, Bendahara, Guru

(58)

13.Puspo Nugroho, S. Pd I L Guru Akidah Akhlak, Guru Fiqih, Wali Kelas 8

14.Rozikin S.Pd.I L Waka Kurikulum, Guru TIK, Guru SKI

15.Muhamad Zulfal Arif L Guru Bahasa Arab

16.Sidiq L Guru Quran Hadis

17.Miftah Nur Ilmi L Karyawan 18.Novi Lestari, S.Pd P Karyawati 19.Nur Imam Yuwono L Karyawan

(Observasi dan Dokumentasi tanggal 23 Februari 2012) 7. Keadaan Siswa SMP Islam Raden Paku

Sebagai sekolah yang baru 4 tahun didirikan, SMP Islam Raden Paku tergolong cukup berhasil dalam menarik minat siswa untuk sekolah disana. Berikut paparan data siswa yang diperoleh pada saat observasi :

Tabel 3.2

Data Siswa SMP Islam Raden Paku Tahun Pelajaran 2011/2012

No Tahun Ajaran Jumlah Siswa 1 2009/ 2010 (awal pendirian) 5 siswa

2 2010/ 2011 11 siswa

3 2011/ 2012 21 siswa

4 2012/ 2013 10 siswa Jumlah

(59)

menjadi 10 siswa dan pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah mencapai 21 siswa. (Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)

8. Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku

Struktur organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan dapat digambarkan sebagai berikut :

Diagram 3.1

Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan

B. Data tentang Sistem Boarding School SMP Islam Raden Paku 1. Kurikulum SMP Islam Raden Paku

Dari keterangan WAKA Kurikulum, Fahroni, S.Pd.I kurikulum dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran SMP Islam Raden Paku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan kurikulum Boarding School khas pondok pesantren yang berbasis karakter.

Waka Sarana Prasarana Rozikin, S. Pd I Waka Humas

Budi Hart ono. Amd

Waka Kesisw aaan Heriyant o, S. Pd Kepala Sekolah

Drs. Tulusmono, S. Pd., M SI

Waka Kurikulum Fahroni, S.Pd.I St af TU

Novi Lest ari, S.Pd Koordinat or BP

Dr s. Wagimin

Wali Kelas 8 Puspo Nugroho, S. Pd I

Guru Kelas Wali Kelas 7

Raniya Tri Susant i, S. Pd

(60)

Sistem pendidikan terpadu antara pondok pesantren dengan

sekolah yaitu dengan cara peserta didik hidup berasrama dan

mengikuti pola pendidikan di bawah bimbingan para pengasuh,

dewan asatidz/ asatidzah dan dewan tutor. Pembelajaran

dilaksanakan dengan sistem klasikal, belajar kelompok dan belajar

individual dengan menggunakan cara belajar siswa aktif yang

Islami, manusiawi dan menyenangkan. Kurikulum pelajaran

agama (Islam) dan pelajaran umum dimasukkan bersama-sama

dalam satu kesatuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Selain

itu, sistem pembelajaran yang dipakai dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM) menggunakan kurikulum yang up to date dengan

berbasis pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

(Wawancara Waka Kurikulum, tanggal 7 Juli 2012)

Kepala SMP Islam Raden Paku, Drs. Tulusmono, S.Pd., M.SI. juga menegaskan bahwa :

Kelulusan siswa-siswi tidak hanya ditentukan dengan Standar

Nilai Ujian Nasional saja, tetapi juga harus memenuhi kriteria

tuntas dari beberapa item materi Pendidikan Agama Islam.

(Wawancara dengan Kepala SMP, tanggal 11 Maret 2012) 2. Program Pembelajaran SMP Islam Raden Paku

(61)

tambahan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Mengenai daftar mata pelajaran dan alokasi waktu pembelajaran di SMP Islam Raden Paku dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3

Alokasi Waktu Mata Pelajaran di SMP Islam Raden Paku

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu 1 Al Qur'an dan Al Hadits 1 jam

2 Aqidah Akhlak 1 Jam

3 Fiqih 1 Jam

4 Sejarah Kebudayaan Islam 2 Jam 5 Pendidikan Kewarganegaraan 2 Jam

6 Bahasa Indonesia 2 Jam

7 Matematika 4 Jam

8 Fisika 6 Jam

9 Biologi 4 Jam

10 Geografi 4 Jam

11 Sejarah 2 Jam

12 Ekonomi 2 Jam

13 Kertangkes 2 Jam

14 Penjask

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Guru Dan Karyawan SMP Islam Raden Paku Blotongan
Tabel 3.2 Data Siswa SMP Islam Raden Paku Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan ... Landasan Hukum Koperasi ... Pengertian Credit

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... Latar Belakang Masalah ... Batasan Penelitian ... Rumusan Masalah ... Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan ... Pengertian Kinerja

DAFTAR TABEL ... Latarbelakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Definisi Operasional Variabel... KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU... Pengertian

DAFTAR GAMBAR ... Latar Belakang ... Indentifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penulisan ... Manfaat Penulisan ... Metode Penulisan

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Tujuan Penulisan ... Manfaat Penulisan ... Metode Penulisan ... Sistematika

Bab I : Bab pendahuluan yang pembahasannya meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian

Penegasan Istilah atau Definisi Operasional .... Sistematika Penulisan

DAFTAR GAMBAR ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Manfaat Teoritis ... Manfaat Praktis .... Sistematika Penulisan ... Penyesuaian Diri