• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN

TARAF PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP DAYA HASIL UBI JALAR (

Ipomoea batatas

(L.) Lam.) BERKADAR

BAHAN KERING TINGGI

(The effect of Fungy Mycorrhiza Arbuscular and Phosporus Application to Storage Root Yield of High Dry-matter Sweetpotato)

Oleh:

Munif Ghulamahdi1), Asep Setiawan2), dan Dian Kuswaryanti3)

1 dan 2) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 3) Alumnus S1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

ABSTRACT

The objective of this experiment was to determine the effect of Fungy Mychorrhiza Arbuscular (FMA) and phosporus fertilizer to storage root yield. The experiment was conducted in Sukadana, Lampung from Februar to July 2001. This experiment used split plot design with three replication. The mainplot was phosphorus fertilizer consisted of 0, 9, 18, and 36 kg/ha P2O5. The subplot was

FMA consisted of 0, 5 g/plant, and 10 g/plant of Entrophospora colombiana (41-3). FMA and phosporus as single factors significantly increased length, diameter, and fresh weight dan dry weight of storage root, however no interaction effect was found.

Key words: Sweetpotato, Fungy Mycorrhiza Arbuscular, and Phosphorus

Abstrak

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan pengaruh FMA dan pupuk fosfor terhadap hasil ubi. Percobaan dilaksanakan di Sukadana, Lampung dari bulan Pebruari sampai Juli 2001. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama adalah pupuk fosfor yang terdiri dari 0, 9, 18, dan 36 kg/ha P2O5. Anak petak adalah FMA yang terdiri dari 0, 5 g/plant,

dan 10 g/tanaman Entrophospora colombiana (41-3). FMA dan fosfor sebagai faktor tunggal nyata meningkatkan panjang, diameter ubi, bobot basah dan bobot kering ubi, tetapi tidak ada pengaruh interaksi ditemukan.

(2)

PENDAHULUAN

Ubi jalar merupakan merupakan komoditi penting yang memiliki prospek sebagai penghasil karbohidrat , bahan pewarna alami, obat anti kanker, obat anti diabetik dan anti oksidatif, anti darah tinggi, dan mengurangi kerusakan hati (Yamakawa and Yoshimoto, 2002). Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai produk makanan seperti mie instan, tepung granula, saos, keripik, kue, roti, sirup, dan makanan bayi (Juanda dan Cahyono, 2000). Dari data rata-rata produksi dunia untuk tanaman tropis, ubi jalar mampu menghasilkan 48 x 106 kal/ha.hari sedangkan padi menghasilkan 33 x 106 kal/ha.hari (De vries dan Braun, 1967). Ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan maupun pangan pokok substitusi dan suplemen beras (Wargiono et al., 1999). Ubi jalar juga banyak dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan.

Pada tanah-tanah marginal yang miskin kandungan hara, petani cenderung memberikan masukan pupuk yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini berakibat meningkatnya biaya produksi. Selain pemberian pupuk, perbaikan

kemampuan tanaman mengabsorsi hara oleh akar dan pengurangan pengaruh buruk lingkungan terhadap tanaman dapat menjadi jalan keluar untuk

meningkatkan produktivitas (Leiwakabessy dan Sutandi,1998)

Fosfor merupakan salah satu hara penting. Walaupun jumlah unsur fosfor yang diangkut tanaman sedikit, tetapi karena keefisienan penggunaan fosfor dari pupuk sangat rendah, maka pemupukan fosfor menjadi sangat penting. Dalam kondisi demikian maka peningkatan ketersedian fosfor yang sudah ada dalam tanah dan mengurangi kemungkinan pengikatan fosfor oleh tanah merupakan hal-hal yang harus diperhatikan. Ketersediaan fosfor inorganik bagi tanaman sangat ditentukan oleh faktor-faktor berikut (1) pH tanah; (2) besi, Al, dan Mn terlarut; (3) adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn; (4) tersedianya kalsium; (5) jumlah dan dekomposisi bahan organik; dan (6) kegiatan jazad mikro (Soepardi, 1983)

FMA yang bersimbiosis dengan akar tanaman membentuk hifa eksternal yang berfungsi seperti akar (Fakuara, 1988). Hal ini menyebabkan tanaman mampu meningkatkan jangkauan untuk menyerap hara

(3)

terutama hara-hara yang terfiksasi dalam tanah.

Berbagai jenis organisme tanah dalam hal ini mikoriza dapat dimanipulasi dan diperbaiki tingkat efektivitasnya sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman lebih baik terutama pada lahan-lahan marginal yang tidak produktif. Usaha ini dalam jangka panjang dapat memperbaiki lahan-lahan tersebut (Setiadi, 1992).

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan pengaruh FMA dan pupuk fosfor terhadap hasil ubi. Perlakuan ini diharapkan juga dapat meningkatkan daya hasil ubi jalar varietas Sukuh terutama untuk lahan– lahan yang tergolong marginal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di lahan petani, kecamatan Sukadana, kabupaten Lampung Timur, propinsi lampung dari bulan Februari 2001 hingga bulan Juli 2001. Jenis lahan percobaan adalah Podzolik merah Kuning (Ultisol).

Metode pelaksanaan

Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan ulangan 3 kali. Sebagai petak utama

adalah pemupukan fosfor yang terdiri dari 0, 9, 18, 36 kg/ha P2O5. Sebagai anak petak adalah inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular yang terdiri dari 0, 5, dan 10 g/tanaman. Dalam percobaan terdapat sebanyak 36 plot percobaan yang berukuran 4 x 5 m. Dalam setiap plot terdapat 4 guludan masing-masing sepanjang 5 m. Guludan dibuat membujur timur-barat dengan ukuran lebar 60 cm dan tinggi 30 cm.

Bahan tanaman yang digunakan yaitu setek bibit ubi jalar galur CIP-2 atau Sukuh dengan panjang setek 30 cm. Inokulum FMA yang digunakan yaitu endomikoriza strain Entrophospora colombiana (41-3) yang diperoleh dari Laboratorium Biologi Jurusan Ilmu Tanah IPB.

Mikoriza diberikan pada saat penanaman sesuai dosis perlakuan dengan cara menaburkan inokulan ke dalam lubang tanam. Penanaman ubi jalar dilakukan 7 hari setelah olah tanah. Bibit ditanam I bibit per lubang dengan jarak tanam 25 x 100 cm.

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan pembumbunan. Dosis pemupukan ubi jalar pada percobaan ini adalah 60 kg N/ ha (133,3 kg urea/ ha), 80 kg K20/ha

(4)

(133,3 kg KCl/ha) dan SP36 sesuai dengan perlakuan.

Pemupukan nitrogen dan kalium dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam (1/3 dosis) dan 6 minggu setelah tanam (2/3 dosis). Pupuk diaplikasikan pada alur yang berjarak 7 cm dari tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam kemudian diulang lagi pada saat tanaman berumur 50-60 hari.

Peubah yang diamati adalah panjang ubi, diameter ubi, jumlah ubi per tanaman, bobot per ubi, bobot basah ubi per petak, dan bobot kering ubi per petak yang dilakukan pada saat tanaman berumur 20 MST (Minggu Setelah Tanam).

HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Ubi dan Diameter Ubi

Pemupukan P nyata meningkatkan panjang ubi dan diameter ubi. Pemupukan P sebesar 9, 18, dan 36 kg P2O5/ha telah

meningkatkan panjang ubi sebesar 6.1 %, 19.8 %, dan 21.0 % serta meningkatkan diameter ubi sebesar 12.5 %, 16.5 %, dan 14.4 % bila dibandingkan tanpa pemupukan P. Panjang ubi tidak berbeda nyata pada perlakuan 18 dan 36 kg

P2O5/ha, sedangkan diameter ubi tidak

berbeda nyata pada perlakuan 9, 18, dan 36

kg P2O5/ha (Tabel 1).

Tanggap yang positif peubah panjang ubi dan diameter ubi terhadap pemupukan P disebabkan jenis tanah pada lahan percobaan merupakan jenis Podzolik Merah Kuning (Ultisol). Jenis tanah ini mempunyai tingkat kandungan P tanah rendah. Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, kandungan P tanah tersebut hanya 15.2 ppm dengan pH 4.4. Menurut Soepardi (1983) pada kemasaman tanah tinggi, P akan banyak terfiksasi oleh Al, Fe, dan liat sehingga P dalam tanah rendah.

Tabel 1. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Panjang Ubi dan Diameter Ubi

Pupuk (kg P2O5/ha) Panjang Ubi (cm) Diameter Ubi (cm)

0 12.35c 5.62b

9 13.15b 6.32a

18 14.79a 6.55a

36 14.94a 6.43a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

(5)

Inokulasi FMA nyata meningkatkan panjang ubi dan diameter ubi. Inokulasi FMA sebesar 5 dan 10 g/tanaman telah meningkatkan panjang ubi sebesar 6.8 % dan 11.4 %, sedangkan inokulasi FMA sebesar 10 g/tanaman telah meningkatkan diameter ubi sebesar 17.2 % bila dibandingkan tanpa inokulasi FMA.

Panjang ubi tidak berbeda nyata pada perlakuan FMA 5 dan 10 g/tanaman, tetapi diameter ubi tidak berbeda nyata pada perlakuan FMA 0 dan 5 g/tanaman (Tabel 2). Tidak ada pengaruh interaksi perlakuan pupuk P dan inokulasi FMA terhadap panjang ubi dan diameter ubi

.

Tabel 2. Pengaruh Inokulasi FMA terhadap Panjang Ubi dan Diameter Ubi

FMA g/tanaman Panjang Ubi (cm) Diameter Ubi (cm)

0 13.02b 5.82b

5 13.91a 6.05b

10 14.50a 6.82a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

Tanggap yang postif FMA pada peubah panjang ubi dan diameter ubi diduga karena FMA membantu penyerapan hara dengan memperluas bidang perakaran. Menurut Setiadi (1992) fungsi mikoriza adalah : 1) meningkatkan penyerapan unsur hara dalam tanah , dan 2) meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Demikian pula Fakuara (1988) menyebutkan adanya mikoriza akan meningkatkan serapan P tanah oleh tanaman. Menurt Karamoy (1988) pemupukan P dapat menghasilkan ubi lebih panjang, lebih manis serta memperbaiki tekstur ubi.

Panjang ubi dan diameter ubi yang merupakan ukuran ubi selanjutnya akan menentukan besarnya ubi, sehingga mempengaruhi bobot per ubi. Oleh karena itu bobot per ubi juga selanjutnya dipengaruhi oleh pemupukan P dan inokulasi FMA.

Jumlah Ubi per Tanaman dan Bobot per Ubi

Pemupukan P tidak nyata mempengaruhi jumlah ubi per tanaman, tetapi nyata meningkatkan bobor per ubi. Pemupukan P sebesar 9, 18, dan 36 kg P2O5/ha telah

meningkatkan bobot per ubi sebesar 62.1 %, 80.5 %, 98.4 % bila dibandingkan tanpa

(6)

pemupukan P (Tabel 3). Pemupukan P sebesar 36 kg P2O5/ha merupakan

pemupkan terbaik yang menghasilkan

bobot per ubi terbesar dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 3. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Jumlah Ubi per Tanaman dan

Bobot per Ubi

Pupuk (kg P2O5/ha) Jumlah Ubi per Tanaman Bobot per Ubi

0 1.50 171.4c

9 1.50 277.6b

18 1.57 309.4ab

36 1.50 340.0a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

Inokulasi FMA juga tidak nyata mempengaruhi jumlah ubi per tanaman, tetapi nyata meningkatkan bobot per ubi. Boot per ubi antara perlakuan FMA 5 g/tanaman dan tanpa perlakuan FMA tidak berbeda nyata, tetapi antara perlakuan FMA 10 g/tanaman dan tanpa FMA berbeda

nyata. Inokulasi FMA 10 g/tanaman telah meningkatkan bobot per ubi sebesar 35.0 % bila dibandingkan tanpa perlakukan FMA (Tabel 4). Tidak ada pengaruh interaksi perlakuan pupuk P dan inokulasi FMA terhadap jumlah ubi per tanaman dan bobot per ubi.

Tabel 4. Pengaruh Inokulasi FMA terhadap Jumlah Ubi per Tanaman dan Bobot

per Ubi

FMA g/tanaman Jumlah Ubi per Tanaman Bobot per Ubi (g)

0 1.58 233.5b

5 1.42 275.0ab

10 1.55 315.3a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

Bobot Basah dan Kering Ubi

Pemupukan P nyata meningkatkan bobot basah ubi dan bobot kering ubi. Bila dibandingkan dengan tanpa pemupukan P, maka pemupukan sebesar 9, 18, dan 36 kg

P2O5/ha telah meningkatkan bobot basah

ubi sebesar 56.5 %, 80.6 %, dan 87.5 % serta meningkatkan bobot kering ubi sebesar 60.7 %, 78.1 %, 81.0 %. Bobot basah ubi dan bobot kering ubi tidak

(7)

berbeda nyata pada perlakuan 9, 18, dan 36

kg P2O5/ha (Tabel 5).

Pemupukan P secara nyata meningkatkan hasil ubi. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Djazuli (1982) dan Karamoy (1998). Karamoy (1998) mengemukakan bahwa salah satu peranan fosfor pada

tanaman adalah merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, bila fosfor yang tersedia dalam tanah sedikit pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman akan terhambat. Pada percobaan ini pemupukan fosfor nyata meningkatkan bobot basah ubi dan bobot kering ubi.

Tabel 5. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Basah dan Kering Ubi

Pupuk (kg P2O5/ha) Bobot Basah Ubi (g/m 2

) Bobot Kering Ubi (g/m2)

0 1068.5b 484.1b

9 1672.2a 778.0a

18 1929.6a 862.4a

36 2003.7a 876.3a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama atau kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

Inokulasi FMA nyata meningkatkan bobot basah ubi dan bobot kering ubi. Bobot basah dan bobot kering ubi antara perlakuan inokulasi FMA 5 g/tanaman dan tanpa FMA tidak berbeda nyata, sedangkan antara perlakuan FMA 10 g/tanaman dan tanpa FMA berbeda nyata. Inokulasi FMA sebanyak 10 g/tanaman telah meningkatkan bobot

bash ubi dan bobot kering ubi sebesar 28.7 % dan 27.8 % jika dibandingkan tanpa perlakuan FMA (Tabel 6). Menurut Artika (1999) pemberian inokulasi endomikoriza spesies Entrophospora colombiana pada tanaman bangkuang hanya meningkatkan bobot umbi sebesar 11.1 % dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 6. Pengaruh Inokulasi FMA terhadap Bobot Basah dan Kering Ubi

FMA g/tanaman Bobot Basah Ubi (g/m2) Bobot Kering Ubi (g/m2)

0 1493.1b 675.0b

(8)

10 1922.2a 862.8a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf α = 5 %.

Pada percobaan ini menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi perlakuan pupuk P dan inokulasi FMA terhadap bobot basah ubi dan bobot kering ubi.

Kesimpulan

1. Pemupukan fosfor tidak nyata mempengaruhi jumlah ubi per tanaman, tetapi nyata meningkatkan panjang ubi, diameter ubi, bobot per ubi, bobot basah ubi per petak , dan bobot kering ubi per petak . 2. Pemupukan P sebesar 9, 18,

dan 36 kg P2O5/ha telah

meningkatkan bobot basah ubi sebesar 56.5 %, 80.6 %, dan 87.5 % serta meningkatkan bobot kering ubi sebesar 60.7 %, 78.1 %, 81.0 % bila dibandingkan tanpa pemupukan P.

3. Inokulasi FMA tidak nyata mempengaruhi jumlah ubi per tanaman, tetapi nyata meningkatkan panjang ubi, diameter ubi, bobot per ubi, bobot basah ubi per petak , dan bobot kering ubi per petak. 4. Inokulasi FMA sebanyak 10

g/tanaman telah meningkatkan bobot basah ubi dan bobot

kering ubi sebesar 28.7 % dan 27.8 % jika dibandingkan tanpa perlakuan FMA

5. Tidak ada interaksi antara pemupukan P dan inokulasi FMA terhadap semua peubah yang diamati.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada ”International Potato Center” yang telah memberikan bantuan dana penelitian , dan menyediakan tempat penelitian di Kecamatan Sukadana, Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

Artika, A.D. 1999. Pengaruh Inokulasi Cendawan

Endomikorizaterhadap

Pertumbuhan Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dan Singkong (Manihot esculenta). Skripsi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

De Fliert, E.V. dan A. R. Braun. 1997. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu untuk Ubi jalar. CIP-ESAEP Region. Bogor. 231 hal.

Djazuli, M. 1982. Pengaruh Pemupukan NPK Terhadap Pertumbuhan dan Senyawa

(9)

jalar. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal.

Fakuara, M.Y.1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan Dalam Praktek. Lembaga Sumberdaya dan Informasi. IPB. Bogor. 123 hal.

Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 92 hal.

Karamoy, L. T. 1998. Pengaruh Pemupukan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi beberapa varietas Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.). Tesis. Program Pasca Sarjana, KPK-Institut Pertanian Bogor Universitas Sam Ratulangi. Manado. 37 hal.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pumupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 214 hal.

Setiadi, Y. 1992. Mengenal Mikoriza, Rhizobium dan Aktinorizas untuk tanaman kehutanan. Laboratorium Silvikultur. Fakultas kehutanan. IPB 88 hal.

Soepardi, G.1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.IPB. Bogor. 591 hal.

Yamakawa, O., Yoshimoto, M. 2002. Sweetpotato as new food material with physiological functions. Food and health for the future. Proc. 1st International Conference on Sweetpotato, Food and Healt for the Future. Acta Hort. 583: 179 - 185 .

Wargiono, J., Harnoto, J.R. Hidajat dan M. Yusuf. 1999. Teknologi Produksi Benih Ubi kayu dan Ubi jalar . Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Vol IV : 4-7.

Referensi

Dokumen terkait

Promotion Mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling , dan alat promosi yang lain, yang

Meningkatkan akses layanan PAUD yang bermutu melalui penyelenggaraan layanan PAUD yang mampu mendorong kecerdasan anak dalam arti luas dan memberikan kesiapan mengikuti

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menetapkan batasan permasalahan yaitu mengenai perbandingan perhitungan harga jual yang dilakukan CV.Mardonuts dan perhitungan harga

[r]

(2) Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor O4 Tahun 2}ll Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kesatuan Bangsa

didanai tahun anggaran 2014, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, akan melaksanakan Seminar Usulan / Desk

Kompetensi Khusus Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang : (1) masalah- masalah pokok organisasi ekonomi, 2) metodologi

[r]