• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU

(Composite Board Quality Of Sago Fiber and Polypropilena Plastic (PP) With Finir and Bamboo Layer)

Tajul Umam, Dina Setyawati, Farah Diba

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Daya Nasional Pontianak 78124 E-mail: umamtajul@gmail.com

Abstrack

This research aim to determine of immersion types and the addition of layer materials on the physical and mechanical composite board and to determine the best treatment. Composite board made with size 30 cm x 30 cm x 1 cm with 0,7 gr/cm3 density target. Physical and mechanical testing based on JIS A 5908 – 2003 standard. This research using factorial experiments pattern on completely random design with 2 treatment factor, namely immersion factor which consist of two sub factor (hot water immersion and cold water immersion) and composite board layer factor which consist of 3 sub factor (without layer, finir layer and bamboo layer). Materials mixing doing manually with Polypropylena distribution is divided into 3 parts, each of face and back is 15 %, and core is 70 % from plastic weight. Hot press conducted on temperature 1800C with ± 25kgf/cm2 during 10 minutes. Research result showed that every composite board is according to JIS A 5908 – 2003 standard, except water content value is lower than standard. Finir layer composite board with hot water immersion during 2 hours is the most optimal.

Keyword : Composite Board, Immersion, Layer, Physical and Mechanical, Polypropylena Plastic

PENDAHULUAN

Perkembangan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat dan otomatis kebutuhan akan kayu semakin meningkat pula. Produksi kayu sebagai bahan baku industri tahun 2012 mencapai 49,1 juta m3 per tahun, sedangkan Departemen kehutanan memberi jatah produksi kayu secara nasional mencapai 9,1 juta m3 per tahun (Kementeri Kehutanan, 2013). Kelangkaan kayu pada saat ini mengakibatkan industri memanfaatkan kayu yang berkualitas rendah, mengingat semakin berkurang nya bahan baku yang tersedia maka di usahakan alternatif lain

yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang sama dengan kayu. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan pemanfaatan bahan berlignoselulosa lainnya untuk dijadikan bahan baku pengganti kayu agar lebih efisien dalam penggunaan kayu dalam bentuk papan komposit.

Sagu (Metroxylon sp.) merupakan tumbuhan palem wilayah tropika basah, yang tumbuh di Indonesia dengan luas areal sekitar 1.128 juta Ha atau 51,3% dari luas areal sagu dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,

(2)

Maluku dan Papua. Sekitar 90% areal sagu di Indonesia terdapat di Papua (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2010). Penelitian Idral et al (2012) menyatakan kulit batang sagu memiliki kandungan kimia yaitu, selulosa 65.86%, lignin 37.70%, zat ekstraktif 8.31% dan kadar abu 4.73%.

Setyawati at al., (2006), mengemukakan bahwa plastik polipropilena dapat digunakan sebagai bahan dasar maupun pengganti perekat dalam pembuatan papan komposit yang memiliki stabilitas dimensi yang tinggi, tetapi keteguhan lenturnya masih rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas serta penampilan papan komposit yaitu dengan menambahkan bahan pelapis pada kedua permukaan papan komposit. Berbagai penelitian papan komposit menggunakan bahan pelapis untuk meningkatkan kualitas. Penelitian Sudijono dan Subiyakto (2002) menggunakan bilah bambu sebagai bahan pelapis papan partikel. Ronika Rita (2015) menggunakan finir sebagai pelapis papan komposit dari batang singkong. Setyawati at

al., (2006) menggunakan finir sebagai bahan

pelapis papan komposit dan pada penelitian Setyawati at al., (2008) menggunakan anyaman bambu sebagai pelapis pada permukaan papan komposit. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan pelapis dapat memperbaiki sifat mekanis papan komposit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan komposit serat kulit batang sagu dan plastik polipropilena

berlapis finir dan bambu, sehingga dapat ditentukan pelapisan yang paling baik untuk pembuatan papan komposit. Dimasa mendatang, penelitian ini diharapkan dapat memberi alternative substitusi kayu yang berkualitas dan dalam rangka efisiensi penggunaan kayu dan pengendalian limbah plastik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Wood Workshop, Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura Pontianak sebagai tempat persiapan bahan baku dan Laboratorium PT. Duta Pertiwi Nusantara sebagai tempat untuk pembuatan papan komposit dan pengujian sifat fisik dan mekaniknya. Penelitian dilakukan selama ± 3 (tiga) bulan, yaitu mulai dari persiapan, pengerjaan, pengujian hingga pengolahan data.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serat kulit batang sagu yang dipotong sepanjang 30 cm, plastik jenis polipropilena (pp), finir meranti putih dan bambu tali yang dibelah setebal kurang lebih 1 mm dan sepanjang 30 cm. papan komposit dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm dan tebal 1 cm dengan target kerapatan 0,7 gr/cm3. Papan komposit dengan pelapis, serat kulit batang sagu dan limbah plastik dimanfaatkan sebagai core, sedangkan finir dan bambu dimanfaatkan sebagai pelapis depan dan belakang permukaan papan komposit.

Setelah semua bahan ditimbang, kemudian dilakukan pencampuran secara manual. Distribusi plastic polipropilena

(3)

dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian muka dan belakang masing-masing sebanyak 15%, dan bagian tengah 70% dari berat plastik (Setyawati et al., 2008). Bahan-bahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berukuran 30 cm x 30 cm x 10 cm yang sudah diberi alas plat seng dan diberi finir dan bambu pada sisi muka dan belakang. Selanjutnya permukaan ditutup dengan cetakan dan diberi tekanan pendahuluan selama 2 menit, sedangkan pada papan komposit berlapis diberikan lapisan finir dan bambu pada kedua permukaan papan. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan dan keempat sisinya diberi plat baja setebal 1 cm. Selanjutnya pengempaan dilakukan dengan menggunakan kempa panas (hot pressing), yang mengacu pada penelitian Setyawati (2003, 2006) dengan suhu 180 ºC dan tekanan ± 25 kgf/cm2 selama 10 menit. . Papan komposit yang telah jadi kemudian

dikondisikan selama 14 hari sebelum dipotong menjadi contoh uji. Pengujian papan komposit dilakukan dengan mengacu pada standar JIS A 5908 (2003) meliputi : kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, modulus elastisitas (MOE), modulus patah (MOR), keteguhan rekat, dan kuat pegang sekrup. Penelitian ini menggunakan pola Percobaan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu perendaman sebagai faktor A yang terdiri dari 2 subfaktor dan pelapisan sebagai faktor B yang terdiri dari 3 subfaktor dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga didapat 18 kombinasi perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Papan Komposit

a. Kerapatan

Nilai rerata kerapatan yang diperoleh hampir seragam berkisar 0,7633 gr/cm3 sampai 0,7733 gr/cm3. (Gambar 1)

Gambar 1. Nilai Rerata Kerapatan Papan Komposit Berdasarkan Perendaman Bahan Baku dan Pelapisan Papan Komposit (Average of Composite Board

Density Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

Kerapatan (gr/cm3) 2 jam 48 jam Keterangan JIS A 5908-2003 0,4 - 0,9 0.7664 0.7633 0.7659 0.7733 0.7724 0.7711

(4)

Hasil kerapatan papan komposit pada penelitian ini relatif sama. Hal ini disebabkan jumlah bahan baku yang digunakan pada setiap papan komposit relatif sama pada setiap lapisan yang berbeda. Semua papan memiliki kerapatan yang lebih tinggi dari target kerapatan, hal ini disebabkan oleh penambahan spilasi dengan kadar 5% dan sedikitnya plastic serta serat sagu yang terbuang pada saat pembuatan papan komposit. Semua kerapatan papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar.

Berdasarkan analisis keragaman faktor pelapisan tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan komposit dan nilai pengujian dikonversikan dengan nilai kerapatan sasaran yang ditetapkan, sehingga semua nilai yang tercantum merupakan nilai pengujian pada kerapatan 0,7 gr/cm3.

b. Kadar air

Nilai kadar air papan komposit berkisar antara 2,1614% sampai 5,3773% (Gambar 2).

Gambar 2. Nilai Rerata Kadar Air Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Moisture Content

Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Nilai kadar air papan komposit berpelapis pada penelitian ini masih di bawah standar JIS A 5908-2003. Perlakuan papan komposit tanpa pelapis menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan papan komposit berpelapis, ini dikarenakan semakin banyak bahan baku serat sagu yang digunakan maka kadar air papan komposit yang dihasilkan semakin

tinggi. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku berlignoselulosa yang sel-selnya dipengaruhi oleh air. Hasil analisis keragaman menunjukkan faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata.

c. Daya serap air

Nilai rerata daya serap air papan komposit berkisaran antara 17,8673% sampai 33,8660%. (Gambar 3) 0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 6,0000 7,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

Kadar Air (%) 2 jam 48 jam Keterangan JIS A 5900-2003 5%-13% 4,6813 5,3773 2,2549 2,1614 2,66792,4544

(5)

Gambar 3. Nilai Rerata Daya Serap Air Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan Bahan Baku. (Average of Composite Board Water

Absorbtion Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa daya serap air papan komposit berpelapis finir maupun bambu memiliki nilai daya serap air lebih tinggi dari pada papan komposit tanpa pelapis. Pada papan komposit berpelapis daya serap airnya kebih tinggi karena permukaan papan komposit tidak tertutup oleh plastik sehingga bahan pelapis mudah menyerap air. Hal ini sejalan dengan penelitian Setyawati et al (2008) yang mengatakan bahwa daya serap air papan komposit dengan bahan pelapis cenderunglebih tinggi dari pada control. Hal ini disebabkan pada saat direndam, bahan

pelapis bersifat lebih mudah menyerap air . Pada standar JIS A 5908-2003, tidak mensyaratkan nilai daya serap air, akan tetapi uji daya serap air ini dapat digunakan untuk menentukan aplikasi penggunaan papan komposit untuk pemakaian eksterior atau interior. Berdasarkan analisis keragaman interaksi dari kedua faktor berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air.

d. Pengembangan tebal

Nilai rerata pengembangan tebal papan komposit berkisar antara 4,7740% sampai 8,9081%. (Gambar 4) 0,0000 10,0000 20,0000 30,0000 40,0000 50,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

Daya Serap Air (%)

2 jam 48 jam Keterangan 22,3769 23,8327 17.8673 33.8660 28.509129.4065

(6)

0,0000 10000,0000 20000,0000 30000,0000 40000,0000 50000,0000 60000,0000 70000,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

MOE (Kg/cm2) 2 jam 48 jam Keterangan 20742,5434 15376,8030 47821,0711 27957.1440 64424.9049 61105.3022 JIS A 5908-2003 tipe 30-15 Min 40800 kg/cm2 JIS A 5908-2003 Dekoratif min 20400 kg/cm2

Gambar 4. Nilai Rerata Pengembangan Tebal Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan. (Average of Composite Board Thickness Swelling Based on

Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Dari Gambar 4 nilai tersebut dapat diketahui bahwa papan komposit berlapis finir menghasilkan nilai pengembangan tebal yang lebih rendah, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai pengembangan tebal papan komposit berlapis finir tidak berkolerasi positif dengan daya serap air. Menurut Haygreen and Bowyer (1993) apabila menyerap air, finir akan mengembang terutaman adalah pada arah transversal (lebar). Sedangkan bambu, pengembangan cenderung kearah

tebal, karena pada bambu tidak terdapat sel jari-jari yang dapat menahan pengembangan ke arah tersebut (Nuriyati, 2000).

Sifat Mekanik Papan Komposit

a. Modulus lentur (Modulus of Elastisitas / MOE)

Nilai MOE papan komposit berkisar antara 15376,8030 kg/cm2 sampai 64424,9049 kg/cm2.. (Gambar 5)

Gamabr 5. Nilai Rerata Modulus Lentur (MOE) Papan Komposit Berdsarkan Perendaman dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Modulus of

Elastisitas Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) 0,0000 5,0000 10,0000 15,0000 20,0000 25,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

Pengembangan Tebal (%) 2 jam 48 jam Keterangan 8,4094 8,5335 4,7740 5.8952 8.9081 8.4173 JIS A 5908-2003 Maks 12%

(7)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penambahan bahan pelapis berupa finir dan bambu dapat meningkatkan nilai MOE. Menurut Suhasman et al (2005) penambahan bahan pelapis pada papan komposit dapat meningkatkan kekuatan papan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rita (2015) yang menyatakan penambahan bahan pelapis mampu meningkatkan nilai MOE papan komposit. Hal ini disebabkan karena bahan pelapis pada permukaan papan dapat menahan beban lebih besar, karena sifat mekanik bahan pelapis yang tinggi.

Berdasarkan bahan pelapis papan komposit berpelapis bambu memiliki nilai MOE lebih tinggi dari pada papan komposit berlapis finir. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk MOE papan komposit bahwa faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap MOE papan komposit.

b. Modulus Patah (Modulus of Rupture/MOR)

Nilai MOR papan komposit yang dihasilkan berkisar antara 342,8659 sampai 743,3328. (Gambar 6)

Gambar 6. Nilai Rerata Modulus Patah (MOR) papan komposit berdasarkan perendaman dan pelapisan papan komposit. (Average of Composite Board Modulus of

Rupture Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Pada penelitian ini diketahui bahwa penambahan bahan pelapis berupa finir dan bambu dapat meningkatkan nilai MOR. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rita (2015) semua nilai MOR papan komposit yang diberi bahan pelapis berupa finir dan bambu telah dapat memenuhi standar. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan MOE bahwa papan yang diberi beban

besar adalah pada bagian permukaan yang disebabkan oleh sifat mekanik bahan pelapis yang tinggidan arah serat yang lurus. Semua MOR papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk MOR papan komposit, ternyata faktor pelpisan berpengaruh sangat nyata terhadap MOR papan komposit.

c. Keteguhan rekat (Internal Bonding) 0,0000 100,0000 200,0000 300,0000 400,0000 500,0000 600,0000 700,0000 800,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

MOR (Kg/cm2) 2 jam 48 jam Keterangan 342,8659401,5586 743,3328 465,9627 660,7412 725,2479 JIS A 5908-2003 tipe 30-15 Min 306 kg/cm2 JIS A 5908-2003 Dekoratif min 81,6 kg/cm2

(8)

Nilai keteghuhan rekat papan kompoist berkisar antara 3,2233 kg/cm2

sampai 11,0103 kg/cm2. (Gambar 7)

Gambar 7. Nilai Rerata Keteguhan Rekat Papan Komposit Berdasarkan Perendaman Bahan Baku dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Internal

Bonding based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa penambahan bahan pelapis finir meningkatkan nilai keteguhan rekat papan komposit. Kerusakan papan komposit berlapis pada penelitian ini sebagian besar terjadi bukan pada bagian tengah papan tetapi pada lapisan antara bahan pelapis dengan lapisan plastik. Hal ini menggambarkan bahwa kekuatan rekat inti papan komposit yang terdiri dari serat kulit batang sagu dan plastik PP lebih besar dari pada kekuatan rekat inti

dengan bahan pelapis. Semua keteguhan rekat papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasill analisis keragaman keteguhan rekat papan komposit, ternyata faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan rekat papan komposit.

d. Kuat Pegang Sekrup

Nilai kuat pegang sekrup papan komposit yang dihasilkan berkisar antara 88,1579 sampai 129,1126. (Gambar 8) 0,0000 2,0000 4,0000 6,0000 8,0000 10,0000 12,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

IB (Kg/cm2) 2 jam 48 jam Keterangan 8,4318 8,4170 11,0103 3,2233 3,46703.9801 JIS A 5908-2003 tipe 30-15 3,1 kg/cm2 JIS A 5908-2003 Dekoratif min 1,5 kg/cm2

(9)

Gambar 8. Nilai rerata kuat pegang sekrup berdasarkan perendaman dan bahan pelapis papan komposit. (Average of Composite Board Screw Holding Power based

on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board)

Berdasarkan Gambar 8 nilai kuat pegang sekrup bervariasi. Rita (2015) menyatakan nilai kuat pegang sekrup dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh dari struktur kayu yang digunakan, ukuran serat dan atau partikel, jenis kayu (berat jenis rendah atau tinggi) dan jenis perekat yang digunakan. Semua kuat pegang sekrup papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk kuat pegang sekrup papan komposit, ternyata bahwa faktor pelapisan papan komposit berpengaruh nyata terhadap kuat pegang sekrup papan komposit.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap MOE dan kuat pegang

sekrup namun berpengaruh nyata terhadap keteguhan rekat, dan daya serap air. Adapun faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diuji kecuali kerapatan, daya serap air, dan pengembangan tebal.

2. Interaksi dari kedua faktor berpengaruh nyata terhadap MOE dan MOR.

3. Semua papan komposit hasil pnelitian ini memenuhi standar JIS A 5908-2003 kecuali nilai kadar air yang lebih kecil dari standar.

4. Papan komposit berlapis finir dengan perendaman air panas 2 jam merupakan perlakuan yang paling optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrainie O, Setyawati D, Nurhaida. 2013. Kualitas Papan Komposit dari Sabut Kelapa dan Limbah Plastik Berlapis Bambu dengan Variasi Kerapatan dan Lama Perendaman NaOH. Junal Tengkawang. 0,0000 20,0000 40,0000 60,0000 80,0000 100,0000 120,0000 140,0000

Tanpa Pelapis Berlapis Finir Berlapis Bambu

Kuat Pegang Sekrup (Kg)

2 jam 48 jam Keterangan 126,3000 120,0569 129,1126 88,1579 102,5743 89,7040 JIS A 5908-2003 tipe 30-15 51 Kg JIS A 5908-2003 Dekoratif min 31 kg

(10)

Japanese Standart Association. 2003. Japanese Industrial Standarts Particleboard (JIS A 5908-2003).

Japanese Standart Association. Japan.

Kishi H, Yoshioka M, Yamanoi A, Shiraishi N. 1988. Composites of wood and polyprophylene I. Mokuzai gakkaishi 34(2): 133-139

Mahdi F, Julianto W. 2006. Sifat Fisik dan

Mekanik Papan Partikel Pelepah Rumbia (Metroxylon sagus Rottb).

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18: 24-32.

Rita R. 2015. Sifat fisik dan mekanik papan komposit dari batang singkong dan limbah plastik berdasarkan pelapisan dan komposisi bahan baku. Jurnal

hutan lestari Vol. 3 (2) : 337 – 346.

Setyawati D, Hadi YS, Massijaya MY, dan Nugroho N. 2006. Kualitas Papan

Komposit Berlapis Finir dari Sabut Kelapa dan Plastik Polietilena Daur Ulang: Variasi Ukuran Partikel Sabut Kelapa. Jurnal Perennial, 2(2) : 5-11.

Setyawati D, Hadi YS, Massijaya MY, Nugroho M. 2008. Karakteristik

papan komposit dari serat sabut kelapa dan plastik PP daur ulang berlapis anyaman bambu. Jurnal

Teknologi Hasil Hutan 1(1) : 18-26

Setyawati D. 2009. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa Dan Plastik Daur Ulang Untuk Papan Komposit Berlapis Anyaman Bambu. Sekolah Pasca Sarjana IPB (Disertasi)

Setyawati D, Diba F, Nurhaida. 2015.

Analisis Peningkatan Kualitas

Komposit Dari Limbah Plastik Dan

Limbah Hayati Sebagai Bahan

Infrastruktur Pemukiman Hijau

Lestari Bagi Industri Perkayuan Rakyat. Laporan Akhir.

Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS. 2005. The effect of face and back layer types on composite board quality In: Dwianto W, editor. Towards Ecology and Economy Harmonization of Tropical Forest Resources.

Proceeding of the 6th International Wood Science Symposium LIPI- JSPS Core University in Field of Wood Science. August 29-31 2005. Bali

Gambar

Gambar 1. Nilai Rerata Kerapatan Papan Komposit Berdasarkan Perendaman Bahan  Baku  dan  Pelapisan  Papan  Komposit  (Average  of  Composite  Board  Density Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite  Board) 0,00,20,40,60,8
Gambar  2.    Nilai  Rerata  Kadar  Air  Papan  Komposit  Berdasarkan  Perendaman  dan  Pelapisan Papan Komposit
Gambar 3. Nilai Rerata Daya Serap Air Papan Komposit Berdasarkan Perendaman  dan  Pelapisan  Bahan      Baku
Gambar  4.    Nilai  Rerata  Pengembangan Tebal  Papan  Komposit  Berdasarkan  Perendaman  dan  Pelapisan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rencana program kerja perpusta- kaan sekolah SMA Negeri 2 Lubuklinggau yang tertuang dalam suatu program kerja perpusta- kaan sekolah yakni secara umum program

Selain itu dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Monev) dokumen standar pendidikan dan pengajaran juga menjadikurang efisien dan dapat menghambat pelaksanaan sistem

Pemilihan Alat Kontrasepsi Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan dengan Metode AHP. Raditya Danar Dana,

The aim of this study was to investigate chemical composition of grain of 20 maize hybrids, from different maturity groups, to define their nutritional quality from the point of

Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari pekerja yang terpapar getaran mekanis, pada awal bekerja para tenaga kerja memang tidak merasakan adanya gangguan kondisi

Perubahan terakhir sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan

Perencanaan peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung dimulai pada awal tahun ajaran baru, didalam perencanaan peserta didik yang direncanakan

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan oleh Cargill Tropical Palm (ISK Lake View Estate) kepada karyawan lapangan sudah besar sehingga