• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 1, 2, 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 1, 2, 3"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA

ANIMASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS V DI SD NEGERI 2 MANUKAYA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Pt. Sri Sulisthia

1

, I Wyn Wiarta

2

, IB Surya Manuaba

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ssthia@ymail.com

1

, wayan.wiarta@yahoo.com

2

,

ibsm.co.id@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar Matematika melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media animasi komputer, (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media animasi komputer. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang motivasi dan hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan tes. Data dianalisis dengan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian pada motivasi belajar siswa menunjukkan persentase nilai rata-rata pada siklus I 69,4% berada pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,3% tergolong pada kategori tinggi. Sementara, persentase nilai rata-rata hasil belajar pada pra siklus sebesar 64,43% berada pada kriteria rendah, pada siklus I sebesar 71,60% berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,62% berada pada kriteria tinggi. Ketuntasan belajar pada pra siklus mencapai 50% berada pada kriteria rendah, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I mencapai 73,08% berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 88,46% yang berada pada kategori tinggi. Simpulan dari penelitian ini, penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media animasi komputer dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya .

Kata Kunci: Model Inkuiri Terbimbing, Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika.

Abstract

The purpose of this research (1) to know the increase of Mathematics motivation study by using guide inquiry model help by computer animate, (2) to know the increase of learning result of Mathematics study by using guide inquiry model help by computer animate. This research design is classroom action research in two cycles. The subject is the fifth grade students of SD Negeri 2 Manukaya in academic year 2013/2014. The research data of motivation and learning result are organized by questioner and test. The data is analyzed by descriptive quantitative. The result of this research is showed that the motivation percentage is 69.4% in first cycles it’s in medium criteria, increasing in second cycles to be 80.3% that’s in high criteria. Whereas, the percentage of the learning result in pre-cycles is 64.43%, in low criteria, in first cycles to be 71.60% is in medium criteria, it is increasing in second cycles to be 80.62%, that’s in high criteria. The learning completeness in pre-cycles is 50%, in low criteria, when repaired the learning process in first cycles the percentage to be 73,08% in medium criteria, it is increasing in the second cycles to be 88,46%, in high criteria. The conclusion of this research is guide inquiry model help by computer

(2)

animate can increase the motivation and learning result of Mathematics of the fifth grade students in SD Negeri 2 Manukaya.

Key words: Guide Inquiry Model, Motivation of learning and learning result of

Mathematics. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini memungkinkan semua pihak dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Informasi yang diperoleh tidak lagi terfokus pada teks dari buku tetapi lebih luas dari itu. Untuk memperoleh informasi dengan cepat dan mudah peranan pendidikan sangat penting karena pendidikan mendorong terjadinya alih teknologi, adaptasi teknologi maupun penyebarannya.

Seperti yang tertuang dalam pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak guna untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka proses pembelajaran akan kurang bermakna. Guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai model dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, perhatian, dan keaktifan siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Joyce (dalam Trianto, 2010:5) mengemukakan bahwa suatu model

pembelajaran akan lebih sempurna apabila didukung dengan penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, informasi dapat pula disajikan secara jelas dan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran bukan hanya sekedar dirancang namun harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan menyusun dan menyempurnakan kurikulum, meningkatkan sarana dan prasarana serta usaha lainnya. Namun, dalam penerapannya masih belum mencapai hasil yang optimal. Guru hanya mengandalkan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar, interaksi guru dan siswa hanya sekedar transfer pengetahuan dari seorang guru kepada siswa, sehingga siswa di kelas hanya mendengarkan, mencatat dan melakukan kegiatan sesuai perintah guru. Kegiatan pembelajaran seperti itu akan menjadi kurang efektif dan siswa merasa jenuh serta kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Rabu, 29 Mei 2013 di Sekolah Dasar Negeri 2 Manukaya khususnya di kelas V pada mata pelajaran Matematika diperoleh informasi tentang permasalahan sebagai berikut:

Pertama, dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, keterlibatan siswa masih kurang karena pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Guru hanya menggunakan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi membosankan.

(3)

Kedua, pada pembelajaran Matematika guru membiasakan siswa hanya mencatat apa yang disampaikan tanpa menggunakan media yang menarik saat pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami apa yang sedang dipelajari dan siswa enggan untuk bertanya meskipun siswa belum paham tentang apa yang disampaikan guru. Siswa cenderung diam dan bersikap tak peduli terhadap pelajaran. Selain itu kebiasaan siswa yang cenderung masih menunggu jawaban dan instruksi dari guru masih dibiarkan tumbuh dan berkembang pada diri siswa. Evaluasi terhadap pembelajaran sudah dilakukan, tetapi masih terbatas pada pengerjaan soal-soal sedangkan evaluasi pada aspek keterampilan dan sikap yang juga menjadi tuntutan kurikulum dalam penilaian pembelajaran dikelas belum dilakukan secara optimal. Hal tersebut terlihat dari hasil ulangan siswa 80% dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, yaitu 67.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Manukaya, perlu adanya penyempurnaan atau perbaikan terhadap proses pembelajaran Matematika agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Adapun alternatif dari permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model inkuiri terbimbing bermedia animasi komputer.

Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu mengangkat topik penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Manukaya Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Manukaya, Kecamatan Tampaksiring. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah tindakan yang terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan dengan memperbaiki kinerja sebagai guru untuk dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Peneliti mengadakan suatu penelitian tindakan kelas guna memperbaiki strategi dalam proses pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya.

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 2 Manukaya tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 26 orang, terdiri dari 14 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah motivasi belajar Matematika dan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Menurut Annas Sudijono (2009:76) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (= data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya keterampilan membaca permulaan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung.

Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria tertentu (Endang Poerwanti, 2008:4-3). Metode tes pada hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta tes, dan hasil dari tes berupa skor atau bersifat interval. Mengetes pada intinya sama dengan mengukur dan setiap kegiatan mengukur pada umumnya akan menghasilkan data yang bersifat skor (interval).

Untuk memperoleh data tentang motivasi belajar Matematika dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap siswa yang diberikan pada setiap akhir

(4)

siklus. Pada dasarnya, kuisioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden (Koyan, 2011). Ciri-ciri kuisioner adalah: 1) dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain, 2) hasilnya berupa deskriptif, 3) biasanya berupa angket sikap (attitude questionaires). Alat ukur motivasi belajar ini menggunakan skala tipe Likert dengan 5 range jawaban dimulai (1) dari sangat setuju (SS), (2) setuju S, (3) kurang setuju (KS), (4) tidak setuju (TS), (5) sangat tidak setuju (STS).

Instrumen penelitian berupa tes digunakan karena peneliti ingin mengumpulkan data tentang hasil belajar Matematika siswa. Tes yang digunakan berupa tes objektif berupa pilihan ganda biasa (PGB) dengan empat option. Tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia/dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan/ simbol. Dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2010:76) metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Adapun Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data statistik deskriptif yaitu menghitung mean (M) dengan membandingkan jumlah nilai keseluruhan siswa (

X

) dibagi dengan jumlah siswa (N).

Metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:76).

Untuk mengetahui daya serap siswa dihitung dengan membagi nilai rata-rata

seluruh siswa (

X )

dengan nilai standar

minimal ideal (SMI) dikalikan 100%.

Untuk melihat peningkatan hasil belajar persiklusnya digunakan ketuntasan belajar (KB) setiap akhir siklus dengan membandingkan jumlah siswa tuntas (n) dengan jumlah siswa (N) kemudian dikalikan 100%. Tingkatan motivasi dan hasil belajar siswa dapat ditentukan dengan membandingkan DS (Daya Serap) ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut: 1) Tingkat penguasaan 0% - 54% berada pada kriteria sangat rendah. 2) Tingkat penguasaan 55% - 64% berada pada kriteria rendah. 3) Tingkat penguasaan 65% - 79 berada pada kriteria sedang. 4) Tingkat penguasaan 80% - 89% berada pada kriteria tinggi. 5) Tingkat penguasaan 90% - 100% berada pada kriteria sangat tinggi.

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas, yang dirancang dalam bentuk siklus pembelajaran. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi.

Pada Tahap perencanaan dilakukan analisis kurikulum,sosialisasi tentang model pembelarajan inkuiri terbimbing, sampai pada penyusunan scenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sedangkan pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan yaitu melaksanakan skenario model pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah direncanakan. Secara garis besarnya, tahapan pelaksanaan model pembelajaran inkuiri dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa. (2) Menetapkan jawaban sementara/lebih dikenal dengan istilah hipotesis. (3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis.

(4) Menarik kesimpulan

jawaban/generalisasi. (5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.

(5)

Pada tahap observasi/evaluasi dilaksanakan observasi terhadap pembelajaran serta evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada setiap pertemuan dan akhir pembelajaran dengan memberikan tes berupa lembar observasi / evaluasi hasil belajar kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Sedangkan pada tahap refleksi dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.

Tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditentukan dari kriteria keberhasilan. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah : (1) Persentase motivasi belajar Matematika siswa kelas V minimal 80% atau berada pada kriteria minimal tinggi. (2) Persentase hasil belajar Matematika siswa kelas V minimal 80% atau berada pada kriteria minimal tinggi. (3) Ketuntasan klasikal yang diharapkan pada pembelajaran ini yaitu minimal 80% siswa mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah (≥67).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakanlah tindakan dengan menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah subjek sebanyak 26 orang siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai motivasi dan hasil belajar Matematika.

Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dicatat keadaan kelas untuk dapat dilihat motivasi dan hasil belajar siswa kelas V. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa terdapat masalah mengenai motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih rendah.

Adapun hasil belajar Matematika siswa yang tercatat dari dokumen nilai ulangan harian Matematika yang dilaksanakan oleh guru kelas V sebelum penelitian atau pra siklus PTK didapat hasil sebagai berikut.

Pencapaian nilai rata-rata hasil belajar siswa pra siklus adalah sebesar 64,43. Sedangkan presentasi nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 64,43%. Pencapaian ini berada pada criteria sedang. Ketuntasan klasikal yang dicapai siswa sebelum penelitian adalah sebesar 50%, karena dari 26 siswa hanya 13 siswa yang tuntas dan mencapai nilai KKM yaitu 67, sedangkan 13 siswa lainnya hanya mencapai nilai dibawah KKM.

Dengan demikian pengulangan materi remedial dilakukan secara klasikal, agar tercapai ketuntasan maksimal. Data ini selanjutnya menjadi refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi

Perencanaan tindakan pada siklus I diawali dengan melakukan analisis terhadapkurikulum yang akan digunakan, diantaranya menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai. Selanjuutnya dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai model pembelajaran ikuiri terbimbing. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun kuisioner, lembar kerja siswa, soal-soal latihan serta mengupayakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai. Pada tahap perencanaan juga dilakukan diskusi dengan teman sejawat, dan penyusunan jadwal penelitian.

Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pemebelajar yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing yang telah disusun. Secara

(6)

singkat urutan proses pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama sebagai berikut.

(a)Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. (b) Mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan memperlihatkan media animasi tentang operasi hitung bilangan bulat. (c) Mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 siswa yang memperioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas. (d.) Menyampaikan materi tentang operasi hitung bilangan bulat. (e) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. (f) Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan

masing-masing memberikan

kontribusi.(g) Selama bekerja dalam kelompok, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, motivasi dan bantuan bila diperlukan. (h) Memilih perwakilan kelompok secara acak untuk membacakan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan atas presentasi temannya. (i) Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep yang benar.(j) Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru sesuai dengan materi yang dipelajari. (k) Menentukan skor kemajuan masing-masing siswa berdasarkan skor evaluasi yang diperoleh siswa, selanjutnya skor individu akan dijumlah untuk menentukan skor akumulatif kelompok. (l) Berdasarkan skor yang diperoleh, guru memberikan penghargaan berupa predikat kepada kelompok yang memenuhi kriteria.

Langkah-langkah pembelajaran ini dilakukan dalam setiap pertemuan, pada pertemuan ke tiga dilakukan tes untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan di siklus I.

Berdasarkan observasi pada siklus I yang dilakukan diperoleh presentasi nilai rata-rata motivasi belajar siswa mencapai 69,4%. Secara umum motivasi belajar siswa berada pada kriteria sedang. Sedangkan persentasi nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 71,6%. Persentase ketuntasan klasikal siswa

mencapai 73,08%, dan belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%.

Dari perolehan data tersebut, selanjutnya menjadi refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dilakukan pengamatan terhadap segala aktivitas pembelajaran. Dari kegiatan pengamatan dapat dicatat kelebihan dan kelemahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V Matematika. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran diperoleh persentase nilai rata-rata (

X

) yaitu 71,6 yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 65-79 dengan kriteria sedang. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 73,08% dimana baru 19 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 26 siswa. Karena hasil analisis data dari siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran Matematika di kelas V pada siklus I belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II.

.

Pelaksanaan tindakan dengan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada siklus ini, masih diperlukan adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Maka dilakukan refleksi dan berdiskusi dengan guru pamong untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan merancang kegiatan selanjutnya agar kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Berdasarkan data di atas, motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa sudah ada peningkatan dari pra siklus ke siklus I namun rata-rata kelas dan ketuntasan belajar secara klasikal belum memenuhi kriteria yang ditargetkan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, peneliti bersama teman sejawat guru kelas V mendiskusikan perbaikan

(7)

tindakan untuk selanjutnya diterapkan pada siklus II. Untuk siklus II tetap melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka dalam perencanaan siklus II ini dilakukan beberapa persiapan sebagai berikut. (a) Menyusun RPP dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan membandingkan RPP pada siklus I untuk memperbaiki kelemahan yang muncul pada siklus I. (b) Menyusun kuesioner motivasi belajar Matematika, lembar kerja siswa (LKS), soal-soal latihan, serta mengupayakan berbagai sumber dan media belajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. (c) Menyiapkan kuesioner motivasi belajar Matematika siswa serta tes hasil belajar siklus II (d) Membuat jadwal pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 2 Manukaya.

Pelaksanaan penelitian menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya yang berjumlah 26 orang. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Secara singkat urutan proses pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama pada siklus II sebagai berikut: (a) Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan salam pembuka dan mengabsensi siswa. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang masih ingat, apa saja sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat?” lalu siswa menjawab berdasarkan pengetahuan awalnya, selanjutnya mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari. (b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mensosialisasikan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan langkah-langkah pembelajarannya. (c) Guru membimbing siswa membentuk kelompok belajar menjadi 5 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang siswa berdasarkan pertimbangan menurut

tingkat prestasi dan jenis kelamin. (d) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat. (e) Dalam diskusi kelompok ditunjuk ketua kelompok yang memiliki prestasi lebih dari temannya sebagai tutor membantu teman yang belum paham. (f) Siswa dalam kelompok diarahkan untuk melakukan interaksi antar anggota kelompok dengan memanfaatkan sumber belajar untuk menemukan konsep pembelajaran sesuai dengan tujuan dan menyelesaikan tugas pada LKS yang dibagikan. (g) Guru memantau diskusi siswa, melakukan bimbingan secara individu maupun kelompok dan membantu memfasilitasi siswa dengan media atau sumber belajar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. (h) Setelah selesai diskusi kelompok, guru memanggil perwakilan kelompok secara acak untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas. Siswa yang lain dari kelompok berbeda menanggapi siswa penyaji. (i) Guru bersama siswa menanggapi hasil diskusi yang telah dibuat siswa, hasil yang belum tepat diberikan motivasi dan dibimbing sedangkan untuk hasil kelompok yang baik diberikan penguatan. (j) Kegiatan pada akhir pembelajaran, siswa dibimbing merangkum pembelajaran yang berlangsung. Untuk mengetahui penguasaan materi, siswa diberikan tes, dan sebagai tindak lanjut menugaskan siswa mengerjakan latihan soal untuk pertemuan selanjutnya.

Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil hasil belajar Matematika pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas (

X

) yaitu 80,62 sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu (

X

) ≥ 80, daya serap (DS) yaitu 80,62% sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu DS ≥ 80%, ketuntasan belajar (KB) secara klasikal yaitu 88,46% sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu KB ≥ 80%. Penelitian ini tidak dilanjutkan karena rata rata kelas sudah mencapai 80,46 dan ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai 88,46%. Karena hasil analisis data dari siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan,

(8)

maka penelitian ini sudah dapat dihentikan.

Dari hasil observasi dalam proses pembelajaran dapat diketahui bahwa hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II ini, upaya guru dalam mengkondisikan kesiapan belajar siswa untuk mengerjakan tugas dalam kelompoknya sudah dilakukan dengan baik. Hal ini tentunya berdampak pada meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa dapat mencapai hasil yang optimal. Dari uraian di atas adanya peningkatan hasil yang diperoleh motivasi

dan hasil belajar pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan serta dengan

mempertimbangkan hasil refleksi, maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian ini dilaksanakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari persentase rata-rata dan ketuntasan yang diperoleh. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Data Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 2 Manukaya Siklus I dan Siklus II

Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan Motivasi Belajar Siswa 69,4% 80,3% 10,9% Hasil Belajar Siswa 71,6% 80,62% 9,02% Ketuntasan Klasikal 73,08% 88,46%. 15,38%

Dari tabel diatas dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilaksanakan baik pada motivasi, hasil belajar dan ketuntasan klasikal. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah tercapai. Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh, yakni motivasi belajar siswa sudah mencapai persentase nilai rata-rata yang diharapkan yakni 80,3%. Bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 80-89 dengan kriteria “tinggi” dan hasil belajar Matematika siswa sudah memperoleh persentase nilai rata-rata 80,62% yang berada pada interval 80-89 dengan kriteria “Tinggi”. Sedangkan ketuntasan klasikal sudah mencapai persentase yang diharapkan yakni 80 %, pada siklus kedua mencapai 88,46%.

Dari uraian di atas adanya peningkatan hasil yang diperoleh motivasi dan hasil belajar pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan serta dengan

mempertimbangkan hasil refleksi, maka diputuskan tidak melakukan siklus

berikutnya. Artinya penelitian ini dilaksanakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya.

Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I persentase nilai rata-rata motivasi siswa mencapai 69,4% yang berada pada kriteria “sedang” dan menjadi 80,3% yang tergolong kriteria “tinggi” pada siklus II. Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing mengarahkan siswa untuk membiasakan diri aktif dan berinteraksi bersama kelompoknya.

Hasil belajar siswa siklus I mengalami peningkatan dari 71,6% menjadi 80,62% pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

(9)

peningkatan hasil belajar siswa dari kriteria “sedang” menjadi kriteria “tinggi”. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan yakni 80% siswa memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu 67,00. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 26 siswa hanya 19 siswa yang tuntas yaitu baru mencapai 73,08% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 88,46%, dimana 23 siswa sudah tuntas dan memenuhi nilai sesuai KKM.

Mencermati peningkatan yang terjadi baik ditinjau dari motivasi maupun hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kontribusi positif untuk peningkatan kualitas pendidikan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pembentukan kelompok secara heterogen, memungkinkan siswa saling bertukar pikiran dan ide sehingga siswa yang mampu dapat membantu siswa yang kurang mampu.

Dari uraian di atas, terdapat beberapa temuan yang menonjol dan berpengaruh langsung dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dibahas secara singkat sebagai berikut: 1) Dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas V karena siswa diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya. 2) Adanya kegiatan diskusi kelompok sebelum pelaksanaan tes, dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang telah dipelajari. Hal tersebut disebabkan karena dalam kegiatan diskusi siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat berinteraksi dan saling berbagi pengetahuannya dalam mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. 3) Penghargaan yang diberikan kepada kelompok/individu pada saat pembelajaran sangat efektif untuk tujuan pemahaman konsep terhadap materi Matematika bukan merupakan materi hapalan melainkan ditemukan sendiri oleh siswa sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi bermakna dan akan

berdampak pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media animasi komputer dapat meningkatan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya.

SIMPULAN DAN SARAN

Analisis dari hasil penelitian diperoleh bahwa; 1)Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran Matematika secara efektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya. Hal ini terlihat nilai rata-rata motivasi belajar pada siklus I mencapai 69,4 berada pada kriteria sedang dan rata-rata motivasi belajar pada siklus II mencapai 80,3 berada pada kriteria tinggi. Hal ini berarti, bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media animasi komputer baik digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar. 2) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media animasi komputer pada mata pelajaran Matematika secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya. Hal ini terlihat nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 71,6 berada pada kriteria sedang dan rata-rata hasil belajar pada siklus II mencapai 80,62 berada pada kriteria tinggi. Hal ini berarti, bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Disarankan kepada guru-guru menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbingberbantuan media animasi komputer dalam mata pelajaran lainnya. Dikarenakan model pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran. 2) Diharapkan kepada sekolah untuk selanjutnya lebih menambah variasi media dalam proses pembelajaran agar lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan siswa.

(10)

Daftar Rujukan

Agung, A.A. Gede. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arikunto, Suharsimi,dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Dibia, I Ketut & I Putu Mas Dewantara. 2012. Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Emzir. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali

Furoidah.2009. Pengertian Animasi dan Contohnya. Tersedia pada http://komputertopan.blogspot.co m/2011/12/pengertian-animasi-dan-contohnya.html (diakses tanggal 30 Januari 2013)

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendididkan Ganesha Munir.2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Niawati, Ni Luh Putu. 2011. Penerapan Model Inkuiri

Terbimbing Bermedia Komputer Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 di Sekolah Dasar Nomor 1 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng. Singaraja: Undiksha

Nurhadi dan Senduk, Adus Gerrad. 2003. Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Surabaya: Universitas Negeri Malang.

Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD 3 SKS. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suprihatiningrum, Jamil.2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahyudin, Din.2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1. Data Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 2 Manukaya  Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

aplikasi ini di kembangkan untuk membantu penentuan dalam menetapkan seseorang karyawan terbaik, perhitungan pada sistem ini dilakukan dengan cara mencari nilai

Semakin besar Aspek kognitif dan Kemandirian belajar akan mengurangi kesulitan mahasiswa dalam mengerjakan soal ujian semester mata kuliah akuntansi pengendalian

‫الباب الرابع‬ ‫خامتة‬ ‫أ‪ .‬اخلالصة‬ ‫وبعد أن قام الباحث بتقدمي وتعبري البنية السردية عند عالء األسواين يف روايته‬ ‫عمارة يعقوبيان

Hasan Sadikin Bandung dengan metode penelitian deskriptif rektrospektif dan mengambil data sekunder melalui data rekam medis pasien pada 1 Mei 2016–30 April 2017 menunjukkan

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Besarnya utang advanced countries dibanding emerging countries yang ternyata tidak diiringi oleh lebih besarnya beban bunga dalam anggaran disebabkan bunga utang

Nilai rata-rata kisaran ammonia pada beberapa stasiun pengamatan masih berada dalam batas normal untuk kehidupan biota laut sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh

Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pengawasan harus lebih diperketat namun tidak membatasi kebebasan karyawan dalam memilih