Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 1
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO
D I N A S S O S I A L
Jln. Sawit Kelurahan Tuladenggi Kec. Dungingi Telp/Fax. 0435-827061 Kota Gorontalo
RENCANA STRATEGIS
2012 – 2017
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah melaksanakan pembangunan di daerah masing-masing harus menyusun rencana pembangunan. Rencana pembangunan menurut undang-undang tersebut menjadi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk rencana kerja tahunan.
RPJMD yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Gubernur terpilih yang memuat sasaran dan strategi pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun masa pemerintahan. Untuk menjabarkan serta mewujudkan amanat pembangunan jangka menengah, diperlukan dokumen perencanaan pembangunan Daerah yang dapat menjadi acuan bagi Perangkat Daerah untuk mendukung pencapaian program prioritas Gubernur.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 151 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan bersifat indikatif. Renstra SKPD tersebut dirumuskan dalam bentuk Rencana Satuan Kerja Perangkat Daerah yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 2
Keterkaitan antar dokumen perencanaan dalam sistem perencanaan pembangunan dan sistem keuangan Daerah dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Bagan di atas menunjukkan alur penyusunan Renstra SKPD yang berpedoman pada RPJMD, dan kemudian menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja-PD). Dokumen Renstra SKPD adalah penjabaran RPJMD, terkait dengan program dan kegiatan SKPD dalam mendukung prioritas Gubernur. Sementara penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika pembangunan yang belum diakomodasi dalam RPJMD dapat dimutakhirkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
1.2. Landasan Hukum
Rencana Strategis Dinas Sosial Provinsi Gorontalo disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1) Undang Undang Dasar 1945, Pasal 27, 28 B, 33 dan 34. 2) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian
3) Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang
4) Undang – Undang Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan
Gambar 1. Bagan Alur keterikatan Dokumen Perencanaan
Pemerint ah Daerah RPJMD RKPD RKA RKA Renja Renstra DIPA RPJMN DPA
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 3
5) Undang – Undang Nomor 33 PRPS Tahun 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan Terhadap Pahlawan.
6) Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak.
7) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
8) Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. 9) Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. 10) Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Psikotropika. 11) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
12) Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
13) Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo
14) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
15) Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
16) Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
17) Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
18) Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
19) Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.
20) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan.
21) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.
22) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Fakir Miskin.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 4
23) Keppres Nomor 11 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin.
24) Keppres Nomor 3 Tahun 2001 Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi.
25) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga-Lembaga Teknis Daerah Provinsi Gorontalo
26) Peraturan Daerah Nomor tahun 20 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 – 2017.
27) Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 23 Tahun 2008 tentang Tugas dan Fungsi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi Gorontalo.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud penyusunan Renstra Dinas Sosial adalah :
a. Sebagai dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman dalam menyusun Rencana Kinerja (Renja) Tahunan;
b. Sebagai dasar dan tolok ukur penilaian kinerja;
c. Tersedianya program dan prioritas kegiatan yang dapat dijadikan pedoman oleh Sekretariat dan Bidang-Bidang dalam mewujudkan optimalisasi kinerja;
d. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun kedepan;
e. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif dan efisien, berkeadilan dan berkelanjutan;
f. Untuk menjamin terciptanya integritas, sinkronisasi dan sinergi antara Sekretariat dan Bidang-Bidang yang ada.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 5
1.3.2. T u j u a n
Tujuan penyusunan Rencana Strategis 2012 -2016 adalah terjabarkannya visi, misi serta program Gubernur , melalui pelaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial 5 (lima) tahun ke depan, yang penyusunannya mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.2. Maksud dan tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN PELAYANAN
1.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 1.2. Sumber Daya
1.3. Kinerja Pelayanan
1.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
BAB III ISU-ISU STRATEGIS
1.1. Indentifikasi Permasalahan
1.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah 1.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra
1.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
1.5. Penentuan Isu-Isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. Visi, Misi
1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah 1.3. Strategi dan Kebijakan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 6
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA
BAB VII PENUTUP
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 7
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD 1.1. Tugas, Fungsi dan Struktur
Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2000 tentang terbentuknya Provinsi Gorontalo maka dibentuklah Badan, Dinas dan Biro dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Dinas Sosial Provinsi Gorontalo merupakan salah satu dinas yang dibentuk sebagai realisasi pelaksanaan prinsip desentralisasi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga-Lembaga Teknis Daerah Provinsi Gorontalo dan Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 23 Tahun 2008 tentang Tugas dan Fungsi Organisassi dan Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi Gorontalo.
Adapun Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, yang membawahi : a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 3. Kepala Bagian Keuangan, yang membawahi:
a. Sub Bagian Anggaran
b. Sub Bagian Perbendaharaan c. Sub Bagian Akuntansi
4. Kepala Sub Dinas Pemberdayaan Sosial, yang membawahi : a. Seksi Pemberdayaan Keluarga
b. Seksi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil c. Seksi Kelembagaan dan Kemitraan
5. Kepala Sub Dinas Perlindungan dan Jaminan Sosial, membawahi ; a. Seksi Korban Bencana Alam
b. Seksi Bencana Sosial c. Seksi Jaminan Sosial
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 8
a. Seksi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia b. Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
c. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Napza. Sebagai salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah, maka Dinas Sosial Provinsi Gorontalo mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dekonsentrasi dan desentralisasi dibidang sosial.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Sosial Provinsi Gorontalo mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Menyusun kebijakan teknis dibidang sosial;
b. Menyusun rencana program /kegiatan tahunan tingkat provinsi sejalan dengan perencanaan nasional dalam bidang sosial;
c. Pembinaan, pelayanan dan rehabilitasi, pemberdayaan sosial serta pemberian bantuan dan jaminan sosial;
d. Pemantauan dan evaluasi program dibidang sosial; e. Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas.
Dalam melaksanakan fungsinya Dinas Sosial Provinsi Gorontalo mempunyai kewenangan sebagai berikut :
a. Menyusun rencana strategis Dinas, Program/Kegiatan Tahunan bidang sosial dengan melaksanakan pengumpulan dan mengolah data, penyusunan dan pengelolaan keuangan;
b. Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan tugas dibidang sosial; c. Menyiapkan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan tata usaha Dinas Sosial.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana tersebut diatas, Kepala Dinas dibantu oleh :
a. Sekretaris, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis
administrasi kepada semua unit kerja dilingkungan dinas. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris dibantu oleh :
1) Sub Bagian Program, mempunyai tugas mengumpulkan serta menyusun rencana kegiatan dinas yang telah dibuat oleh masing-masing subdin;
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 9
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas inventarisasi, penataan dan pemeliharaan aset, serta mengelola administrasi kepegawaian.
b. Bagian Keuangan, mempunyai tugas menjalankan kebijakan
pengelolaan keuangan; menyusun anggaran keuangan tahunan; mengendalikan penerimaan PAD, Pajak, Penerimaan Pihak Ketiga serta penyetoran ke kas daerah, negara; mengendalikan penatausahaan pelaksanaan anggaran; menyusun analisa kinerja keuangan; menyusun analisa kinerja keuangan; menyampaikan laporan keuangan.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bagian Keuangan dibantu oleh: 1) Sub Bagian Anggaran
2) Sub Bagian Perbendaharaan 3) Sub Bagian Akuntansi
c. Sub Dinas Pemberdayaan Sosial, mempunyai tugas merumuskan
kebijakan teknis dibidang pemberdayaan fakir miskin dan peran keluarga, komunitas adat terpencil serta kelembagaan dan kemitraan. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Sub Dinas Pemberdayaan Sosial dibantu oleh :
1) Seksi Pemberdayaan Keluarga, mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis pemberdayaan fakir miskin dan keluarga;
2) Seksi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis Komunitas Adat Terpencil; 3) Seksi Kelembagaan dan Kemitraan, mempunyai tugas untuk
melaksanakan bimbingan teknis Karang Taruna, Organisasi Sosial, Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), dan Kerjasama Lintas Sektor dan Dunia Usaha;
d. Sub Dinas Bantuan dan Jaminan Sosial, mempunyai tugas
merumuskan kebijakan teknis dibidang bencana alam, bencana sosial dan jaminan sosial Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Sub Dinas Bantuan dan Jaminan Sosial dibantu oleh :
1) Seksi Bencana Alam, mempunyai tugas dibidang penanggulangan korban bencana alam dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana alam.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 10
2) Seksi Bencana Sosial, mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis penanggulangan bencana sosial, Korban Tindak Kekerasan (KTK) dan Pekerja Migran (PM).
3) Seksi Jaminan Sosial, mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis Asuransi Kesejahteraan Sosial dan Pengelolaan Sumber Dana Sosial.
e. Sub Dinas Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas melaksanakan
merumuskan kebijakan teknis dibidang kesejahteraan anak, lanjut usia, penyandang disabilitas, tuna sosial, korban penyalahgunaan napza serta lembaga kesejahteraan sosial.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Sub Dinas Rehabiltasi Sosial dibantu oleh :
1) Seksi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis anak dan lanjut usia;
2) Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi terhadap penyandang cacat.
3) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban
Napza, mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan
rehabilitasi tuna sosial dan korban napza.
Kemudian diakhir tahun 2013, Dinas Sosial Provinsi Gorontalo mengalami perubahan struktur organisasi dan tata kerja dinas. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Provinsi Gorontalo. Adapun struktur organisasi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo berdasarkan perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, yang membawahi :
a. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi b. Sub Bagian Keuangan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 11
3. Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial dan Fakir Miskin, yang
membawahi :
a. Seksi Pemberdayaan Keluarga
b. Seksi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil c. Seksi Pelestarian Nilai K2KS
4. Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, membawahi ;
a. Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam b. Seksi Jaminan Sosial dan Bencana Sosial
Seksi Jaminan Sosial dan Bencana Sosial dalam struktur organisasi dan tata kerja dinas sosial lama terpisah, dan pada organisasi dan tata kerja dinas sosial yang baru digabung menjadi 1 (satu) seksi. Adapun seksi ini mempunyai tugas tugas melaksanakan bimbingan teknis Asuransi Kesejahteraan Sosial dan Pengelolaan Sumber Dana Sosial, bimbingan teknis penanggulangan bencana sosial, Korban Tindak Kekerasan (KTK) dan Pekerja Migran (PM).
c. Seksi Identifikasi PMKS, Pengolahan Data dan Penyuluhan Sosial.
Seksi Identifikasi PMKS, Pengolahan Data dan Penyuluhan Sosial mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan program dan teknis kegiatan identifikasi dan pengolahan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), dan Penyuluhan Sosial.
5. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, yang membawahi:
a. Seksi Penyandang Disabilitas, Tuna Sosial dan Korban Napza
Seksi Penyandang Disabilitas, Tuna Sosial dan Korban Napza dalam struktur organisasi dan tata kerja dinas sosial sebelumnya terpisah, namun pada organisasi dan tata kerja yang baru ini digabung yang secara otomatis seksi ini bertanggug jawab terhadap 3 (tiga) kegiatan dimaksud.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 12
c. Seksi Pembinaan Lembaga Kesejahteraan Sosial
Seksi Pembinaan Lembaga Kesejahteraan Sosial merupakan struktur baru yang bertanggung jawab melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang rehabilitasi sosial dibidang rehabilitasi sosial pemberdayaan lembaga kesejahteraan sosial. Adapun salah satu fungsi seksi ini adalah melaksanakan pembinaan dan peningkatan sarana/prasarana dan kualitas manajerial Lembaga Kesejahteraan Sosial.
6. Kepala Bidang Kelembagaan dan Kemitraan, yang membawahi :
Bidang Kelembagaan dan Kemitraan merupakan bidang baru yang sebelumnya melekat pada Sub Dinas Pemberdayaan Sosial yang dipimpin oleh eselon IV. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis dan pembinaan kepada Pekerja Sosial dan pengembangan SDM Kesos, bimbingan kepada Karang taruna, Organisasi Sosial, Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), dan Kerjasama Lintas Sektor dan Dunia Usaha. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Kelembagaan dan Kemitraan dibantu oleh :
a) Seksi Pembinaan Pekerja Sosial dan Pengembangan SDM Kesos, mempunyai tugas melakukan bimbingan dan pembinaan serta pendampingan kepada pekerja sosial serta mengembangkan sumber daya manusia yang berlatarbelakang kesejahteraan sosial.
b) Seksi Kelembagaan c) Seksi Kemitraan
1.2. Sumber Daya
Dalam rangka melaksanakan kesejahteraan sosial terutama bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menuju kearah kemandirian dan keberfungsian sosial, peningkatan produktifitas PMKS dan masyarakat miskin sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan maka diperlukan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS). PSKS apabila digali dan dikembangkan dapat mendukung secara
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 13
berkelanjutan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dimotori oleh pemerintah. Potensi dan sumber kesejahteraan sosial dimaksud meliputi :
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Integritas dan kompetensi sumber daya manusia kesejahteraan sosial merupakan potensi utama dalam menjawab tuntutan pembangunan dan kualitas permasalahan kesejahteraan sosial. Adapun potensi pegawai Dinas Sosial Provinsi Gorontalo periode 2011 dapat dilihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1
Jumlah Pegawai Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Berdasarkan Golongan Tahun 2011
Golongan Jenis Kelamin Jumlah L P Golongan I - - - Golongan II 20 16 36 Golongan III 20 44 64 Golongan IV 5 3 8 Jumlah 45 63 108 Tabel 2
Jumlah Pegawai Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah L P SD - - - SLTP - - - SLTA 21 20 41 D I/D III 1 - 1 D IV / S1 18 39 57 S2 6 3 9 Jumlah 46 62 108
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 14
b. Pilar-Pilar Kesejahteraan Sosial
Pilar-pilar kesejahteraan sosial yang merupakan bentuk partisipasi sosial masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial telah banyak memberikan dukungan dalam penanganan permasalahan kesejahteraan sosial yang ada dimasyarakat. Pilar-pilar kesejahteraan sosial yang meliputi Karang Taruna, Orsos, PSM, WKSBM, Tagana, TKSK dan Kerjasama Kelembagaan dan Dunia Usaha diharapkan dapat menjadi ujung tombak dan mitra pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial. Adapun jumlah pilar-pilar kesejateraan sosial (PSKS) tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Tahun 2011
No. Jenis PSKS Jumlah 1 TKSM 414 orang 2 Orsos/LSM UKS 74 Orsos 3 Karang Taruna 116 KT 4 WKSBM 46 puskesos
Sumber : Kasie Kelembagaan dan Kemitraan
c. Sarana dan Prasarana
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dinas Sosial Provinsi Gorontalo perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sampai dengan saat ini, Dinas Sosial masih kurang dalam hal prasarana perkantoran. Oleh karena itui ke depan sangat diharapkan ada dukungan untuk pembangunan prasarana perkantoran.
Adapun sarana prasarana penunjang lainnya, Dinas Sosial dengan baik dengan bantuan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial RI telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 15
Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud diatas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Sarana dan Prasarana Dinas Sosial Provinsi Gorontalo
No Jenis Barang Kondisi Jumlah 1 Gedung Gudang Logistik Bencana Baik 1 unit 2 Gedung pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Baik 3 unit 3 Mobil Rescue Baik 2 unit 4 Mobil Dapur Umum Lapangan Baik 2 unit 5 Mobil Truck Baik 1 unit 6 Mobil Tangki air Baik 2 unit 7 Perahu dolphin Baik 3 unit 8 Perahu Karet Baik 3 unit 9 Motor rescue Baik 1 unit 10 Mobil UPSK Baik 2 unit 11 Komputer Baik 6 unit 12 AC Baik 2 unit 13 Meja Baik 43 buah 14 Kursi Baik 47 buah 15 Laptop Baik 4 unit 16 Brankas Baik 2 unit 17 Televisi Baik 1 unit 18 Printer Baik 2 unit 19 Camera Digital Baik 3 buah 20 Handycam Baik 1 buah 21 Infocus Baik 1 buah 22 Kipas Angin Baik 3 buah 23 Kulkas Baik 1 buah
d. Legislasi Kesejahteraan Sosial
Payung hukum pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial serta peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 maka penyelenggaraan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 16
pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial dapat dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
e. Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial merupakan potensi spiritual dan komitmen bersama serta jati diri bangsa. Kesetiakawanan sosial merupakan jiwa bangsa Indonesia yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang dilandasi pengertian, kesadaran, keyakinan, tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan semangat kebersamaan, rela berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
1.3. Kinerja Pelayanan
Pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan terutama bagi warga masyarakat yang kurang beruntung dan rentan termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menuju ke arah kemandirian dan keberfungsian sosial. Berbagai pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh pemerintah semakin meningkat, namun upaya pelayanan tersebut masih jauh dari yang diharapkan apabila dibandingkan dengan populasi PMKS yang menunjukkan adanya peningkatan baik jumlah maupun kompleksitas permasalahannya.
Penanganan permasalahan kesejahteraan sosial dan potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang dilaksanakan Dinas Sosial selama ini dibiayai melalui dana APBN, APBD dan Tugas Pembantuan. Adapun kondisi umum penyelenggaraan kesejahteraan sosial periode 2007 – 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 17
Tabel 2.1
Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Gorontalo 2007 - 2011
No Indikator Kinerja Capaian Kinerja Jumlah 2007 2008 2009 2010 2011
1. Jumlah keluarga fakir miskin yang dapat
memperoleh aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar.
2.320 KK 1.520 KK 2.600 KK 3.600 KK 3.660 KK 13.700 KK
2. Jumlah Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang ditangani melalui Program Pemberdayaan KAT.
225 KK 135 KK 100 KK 100 KK 100 KK 660 KK
3. Jumlah Lanjut Usia yang mendapatkan pelayanan melalui panti dan non panti.
280 org 185 org 278 org 60 org 150 org 953 org
4. Jumlah anak-anak yang mendapat pelayanan dan perlindungan sosial
428 anak 670 anak 414 anak 35 anak 140 anak 1.687 anak 5. Jumlah Penyandang Cacat
yang memperoleh pelayanan sosial
95 org 125 org 0 60 org 35 org 315 org
6. Jumlah tuna sosial yang memperoleh pelayanan sosial.
100 org 107 org 120 org 32 org 0 359 org
7. Jumlah Korban
Penyalahgunaan Napza yang memperoleh pelayanan sosial
100 org 66 org 0 0 0 166 org
8. Jumlah Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran yang memperoleh pelayanan sosial
30 org 144 org 56 org 56 org 55 org 341 org
9. Jumlah korban bencana alam yang memperoleh pelayanan sosial
243 KK 150 KK 171 KK 84 KK 220 KK 868 KK
10. Jumlah korban bencana sosal yang memperoleh pelayanan sosial
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 18
No. Indikator Kinerja
Capaian Kinerja
Jumlah 2007 2008 2009 2010 2011
11. Jumlah Organisasi Sosial/LSM yang melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)
20 10 5 15 24 74 orsos/ LSM UKS 12. Jumlah Karang Taruna yang
aktif melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)
50 25 - 20 21 116 KT
13. Jumlah TKSM yang diberdayakan
120 120 30 76 68 414 TKSM
14. Jumlah WKSBM yang
memperoleh akses terhadap program pemberdayaan
20 6 6 6 8 46 Puskesos
1. Program Pemberdayaan Sosial a) Pemberdayaan Fakir Miskin
Selama kurun waktu 2007-2011 jumlah keluarga fakir miskin yang telah ditangani oleh Dinas Sosial Provinsi Gorontalo melalui dana Dekonsentrasi maupun dana APBD mencapai 13.700 KK.
Penanganan fakir miskin dilakukan melalui mekanisme kelompok atau yang dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dimana setiap kelompok beranggotakan sepuluh orang.
b) Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT)
Komunitas adat terpencil (KAT) merupakan kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik (Keppres Nomor 111/1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil). Komunitas Adat Terpencil yang telah ditangani dari tahun 2007-2011 berjumlah 660 KK.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 19
2. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial a) Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pelayanan sosial bagi lanjut usia diarahkan kepada pelayanan kesejahteraan sosial berbasis keluarga dan komunitas atau masyarakat. Disamping tetap memperhatikan kenyataan dilapangan bahwa masih banyak lanjut usia terlantar sekalipun masih memiliki keluarga namun memilih panti sosial sebagai pilihan dengan pelayanan gratisnya.
Secara garis besar, pelayanan sosial lanjut usia dilaksanakan melalui 2 sistem pelayanan yaitu pelayanan melalui panti sosial dan pelayanan melalui sistem luar panti sosial. Pelayanan melalui panti sosial diberikan kepada lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pelayanan luar panti sosial meliputi pelayanan asuhan keluarga, pelayanan harian dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, lanjut usia yang telah ditangani Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Sosial sebanyak 953 orang.
b) Pelayanan Sosial Anak
Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial melalui Pelayanan Sosial Anak adalah anak yang meliputi balita, anak terlantar, anak putus sekolah, anak jalanan, anak nakal, anak cacat, dan anak yang memerlukan perlindungan khusus; dan anak yang menyandang cacat. Adapun pelayanan sosial yang diberikan melalui sistem panti dan non panti.
Data tahun 2005 diperkirakan terdapat 3.924 anak terlantar, 580 anak nakal, 947 anak cacat dan 115 anak yang berhadapan dengan hukum. Selama periode lima tahun terakhir jumlah anak yang mengalami permasalahan sosial tersebut yang telah mendapat pelayanan sosial berjumlah 1.687 anak.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 20
c) Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
Kecacatan dapat diartikan sebagai hilangnya atau abnormalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi maupun fisiologi seseorang. Kecacatan menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau keleluasan aktifitas fisik, kepercayaan dan harga diri, hubungan dengan orang lain maupun dengan lingkungan. Kondisi seperti ini juga berakibat pada keterbatasan kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja, dan bahkan menimbulkan perlakuan diskriminatif dari mereka yang tidak cacat. Sisi lain dari kecacatan adalah adanya pandangan sebagian orang yang menganggap kecacatan sebagai kutukan, sehingga mereka perlu disembunyikan oleh keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkan hak penyandang cacat untuk berkembang dan berkreasi sebagaimana orang-orang yang tidak cacat tidak terpenuhi. Masalah kecacatan akan semakin berat bila disertai dengan masalah kemiskinan, keterlantaran dan keterasingan.
Penyandang cacat yang menjadi sasaran garapan Dinas Sosial adalah seseorang yang karena kecacatannya mengalami hambatan dalam melakukan peran dan tugas-tugas kehidupannya. Pelayanan sosial yang telah diberikan berupa pemberian bantuan UEP, pemberian stimulan kelangsungan hidup bagi penyandang cacat eks kusta, jaminan sosial penyandang cacat, loka bina karya. Jumlah penyandang cacat yang telah menerima pelayanan sosial selama lima tahun terakhir sebanyak 315 orang dari 4.927 penyandang cacat yang ada di Provinsi Gorontalo.
d) Rehabilitasi Tuna Sosial
Upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas Sosial Provinsi Gorontalo selama periode 2007-2011 dalam penanganan tuna sosial meliputi kegiatan bimbingan sosial, bimbingan keterampilan dan pemberian bantuan stimulan UEP dalam rangka pembinaan lanjut yang diarahkan pada pemberdayaan tuna susila (wanita dan waria tuna susila), gelandangan dan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 21
pengemis serta eks narapidana. Adapun hasil penanganan sebanyak 359 orang telah memanfaatkan bantuan dan dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.
e) Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza
Pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza dilaksanakan melalui rehabilitasi sosial terpadu atau pemulihan terpadu yang mencakup aspek psikososial dan spiritual, dan vocasional. Dalam upaya rehabilitasi sosial ini dilaksanakan juga upaya peningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban napza, terutama upaya pencegahan dan/atau rehabilitasi sosial berbasis masyarakat, peningkatan koordinasi intra dan inter instansi dan partisipasi masyarakat.
Capaian kinerja Dinas Sosial selama kurun waktu lima tahun terakhir adalah terlayaninya 116 orang korban penyalahgunaan napza.
3. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial a) Bantuan Sosial Korban Bencana Alam
Indonesia memiliki tingkat intensitas dan frekuensi bencana yang cukup tinggi dihampir seluruh wilayah termasuk Provinsi Gorontalo. Bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung dan kemarau panjang. Hampir setiap tahun berbagai bencana seperti diatas selalu terjadi dan mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda dalam jumlah yang tidak sedikit.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Dinas Sosial memiliki tanggungjawab dalam penanggulangan korban bencana alam sebagai upaya perlindungan dan penyelamatan untuk meminimalisasi jumlah korban dan mencegah terjadinya permasalahan sosial baru. Adapun upaya-upaya yang telah
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 22
dilakukan selama periode 2007-2012 diantaranya pemberian bantuan stimulan Bahan Bangunan Rumah (BBR) 868 KK serta melatih masyarakat untuk menjadi relawan sosial ketika terjadi bencana yang dikenal dengan Taruna Siaga Bencana (Tagana) dengan jumlah 1.044 orang, dan penyediaan bantuan tanggap darurat (lauk pauk).
b) Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial
Permasalahan sosial yang berkaitan dengan penanganan masalah korban bencana sosial yang menonjol di Provinsi Gorontalo adalah korban kebakaran. Sampai kurun waktu lima tahun terakhir korban bencana sosial yang telah ditangani sebanyak 111 KK melalui pemberian bantuan stimulan Bahan Bangunan Rumah (BBR).
Sementara itu, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya konflik sosial maka dilaksanakan kegiatan keserasian sosial yang bertujuan untuk mewujudkan integrasi sosial dan penerimaan sosial korban konflik sosial; dan penggalian kearifan lokal yang bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap potensi disintegrasi sosial yang memicu konflik sosial.
c) Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
Permasalahan kesejahteraan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran menjadi perhatian mengingat dampak sosial jangka panjang yang dirasakan oleh para korban maupun keluarganya. Penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran pada dasarnya dilakukan untuk terwujudnya keberfungsian sosial dan pemulihan sosial. Sampai dengan tahun 2011 jumlah korban tindak kekerasan dan pekerja migran yang berhasil dibantu melalui bantuan stimulan UEP sebanyak 341 orang.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 23
4. Program Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Masyarakat
Dalam pengembangan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS), selama lima tahun terakhir Dinas Sosial melakukan upaya pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial masyarakat yang merupakan infrastruktur pembangunan kesejahteraan sosial seperti Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), Karang Taruna, Organisasi Sosial/LSM yang bergerak dalam Usaha Kesejahteraan Sosial, dan kelompok-kelompok sosial masyarakat yang tergabung dalam Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Msyarakat (WKSBM) dalam bentuk pelatihan manajemen pengelolaan dan pengembangan UEP, pelatihan guna meningkatkan kemampuan dan kinerja organisasi. Adapun PSKS yang telah diberdayakan meliputi : Orsos/LSM sebanyak 74 Orsos/LSM, Karang Taruna sebanyak 116 KT, TKSM sebanyak 414 TKSM, dan WKSBM sebanyak 46 puskesos.
1.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
Pada kurun waktu 2012 – 2017, pemerintah dan masyarakat Gorontalo akan dihadapkan pada sejumlah tantangan sebagai berikut :
a. Integrasi pembangunan kesejahteraan sosial dan pembangunan lainnya.
Adanya pandangan yang melihat bahwa pembangunan kesejahteraan sosial merupakan sektor yang terpisah dengan pembangunan lainnya khususnya pembangunan ekonomi dan politik. Hal ini dapat kita lihat dari kenyataan dan pengalaman yang terjadi selama ini dimana pembangunan ekonomi kurang mempertimbangkan aspek pembangunan kesejahteraan sosial, sehingga sering terjadi pembangunan ekonomi dan politik menjadi sumber permasalahan sosial. Oleh karena itu pengintegrasian sektor - sektor pembangunan menjadi agenda penting dan prioritas dimasa -masa mendatang.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 24
b. Pelayanan pengembangan (developmental service).
Fungsi ini bertujuan untuk menggali dan menumbuhkan berbagai sumber dan potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat baik yang bersifat individu, kelompok maupun yang bersifat sosial termasuk pengembangan keserasian berbagai peraturan perundang-undangan, standarisasi dan akreditasi. Fungsi ini disamping berperan sebagai fungsi pengembangan juga berperan sebagai fungsi pencegahan.
c. Pendekatan masyarakat sejahtera.
Dimasa mendatang Dinas Sosial hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan kemampuan masyarakat baik individu, kelompok maupun kelembagaan sosial untuk tumbuh dan berkembang serta berperan dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
d. Pendekatan modal sosial (social capital)
Dimasa-masa mendatang pelayanan sosial harus berupaya menggali modal sosial yang ada dalam masyarakat. Banyak permasalahan sosial yang belum terjangkau pelayanan karena kemampuan modal ekonomi pemerintah yang sangat terbatas. Disisi lain, permasalahan sosial cenderung semakin meningkat baik jumlah maupun kompleksitas masalahnya. Untuk itu pengembangan pelayanan sosial yang mengandalkan modal sosial melalui kemampuan mayarakat menjadi prioritas utama dalam penanganan permasalah sosial tersebut.
e. Tantangan yang bersifat teknis operasional :
1) Semakin beragamnya permasalahan yang berimplikasi pada meningkatnya jumlah penyadang masalah kesejahteraan sosial. 2) Kecenderungan kerawanan sosial yang timbul dari kurangnya
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 25
3) Akurasi data populasi sasaran, target dan hasil program masih mengalami kendala.
4) Peningkatan motivasi, pemahaman, kemampuan SDM kesejahteraan sosial belum secepat tuntutan terhadap peningkatan kinerja.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 26
BAB III ISU-ISU STRATEGIS 1.1. Identifikasi Permasalahan
a. Kemiskinan
Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatian serius semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Kemiskinan dalam hal ini diartikan sebagai keadaan dimana kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan interaksi sosial tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kemiskinan dapat menjadi sumber atau penyebab munculnya permasalahan kesejahteraan sosial lainnya seperti kecacatan, keterlantaran, ketertinggalan/keterpencilan dan ketunaan sosial, yang pada umumnya berkenaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan umum.
Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo menurut data BPS per 2011 berjumlah 1.038. 585 jiwa. Pada tahun 2010 angka kemiskinan mencapai 23,19 % dan pada tahun 2011 terjadi penurunan kemiskinan menjadi 18,75 %.
Meskipun terjadi penurunan jumlah, namun kemiskinan merupakan masalah yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih serius, karena mayoritas termasuk dalam kategori kemiskinan kronis yang terjadi terus menerus. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai fakir miskin termasuk kemiskinan kronis yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan.
Dalam keadaan penduduk miskin tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari serta kebijakan publik yang tidak berpihak kepada penduduk miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial, maka masalah kemiskinan yang dialaminya akan semakin sulit ditangani. Dalam keadaan kritis seperti ini mereka cenderung akan melakukan tindakan asusila, antisosial, perilaku destruktif, dan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 27
terlibat permasalahan hukum. Pada akhirnya kemiskinan akan melahirkan masalah sosial lainnya yang dapat mengganggu keberfungsian sosial manusia.
b. Keterlantaran
Keterlantaran disini dimaksudkan sebagai penelantaran Anak dan Lanjut Usia karena berbagai sebab. Anak merupakan asset dan generasi penerus bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Cukup banyak anak-anak yang mengalami keterlantaran karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kewajibannya atau memang mereka melalaikan kewajiban itu, sehingga kebutuhan dan hak anak tidak dapat terpenuhi secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial sebagaimana disebutkan dalam UU No 4 Tahun 1979.
Pada tahun 2011 jumlah permasalahan sosial anak di Provinsi Gorontalo yang belum tertangani sebanyak 4.360 anak, yang terdiri anak terlantar, anak nakal, anak cacat, anak yang berhadapan dengan hukum. Saat ini kita dihadapkan juga pada kenyataan semakin banyaknya anak yang mendapat perlakuan salah dan anak yang terpaksa bekerja di tempat-tempat yang memiliki resiko tinggi. Seperti halnya anak terlantar, masalah utama yang dihadapi oleh anak yang diperlakukan salah dan yang beresiko tinggi, adalah pemenuhan kebutuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.
Aspek lain yang perlu diperhatikan dari masalah keterlantaran adalah populasi lanjut usia yang mengalami kecenderungan semakin meningkat jumlah dan kompleksitas permasalahannya padahal keberhasilan pembangunan tercermin pada semakin meningkatnya jumlah lanjut usia dalam struktur kependudukan. Jumlah Lanjut Usia pada tahun 2011 berjumlah 3.760 orang. Kenyataan demikian akan berdampak pada tuntutan peningkatan kemampuan keluarga. Tantangan yang dihadapi adalah diperlukan peningkatan pelayanan sosial bagi lanjut usia agar dapat hidup bahagia dalam suasana aman
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 28
melalui usaha pelembagaan kehidupan lanjut usia dalam kehidupan bangsa.
c. Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku
Ketunaan sosial mengindikasikan tidak mampunya seseorang untuk melaksanakan fungsi sosialnya, yakni terganggungnya salah satu atau lebih fungsi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, konsep diri dan juga kebutuhan religius, rekreasi dan pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan terganggunya pembentukan pribadi secara normal yang pada dasarnya sangat dibutuhkan dalam pembangunan SDM yang bertaqwa, profesional dan handal.
Peningkatan permasalahan ketunaan sosial dapat dilihat antara lain dari semakin bertambah dan kompleksnya masalah seperti eks narapidana, gelandangan dan pengemis, serta wanita dan waria tuna susila. Data terakhir menunjukkan jumlah tuna sosial sebanyak 1.055 orang.
Potret permasalahan lain yang dapat disimak dari ketunaan sosial adalah semakin marak dan terbukanya penyimpangan perilaku seks komersial. Hal ini terjadi disegala tingkatan usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi, bahkan cenderung semakin banyak pelaku yang terdorong oleh gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan pola penghasilan yang mereka miliki.
Kehancuran ekonomi telah memperlebar jurang antara masyarakat mampu dan tidak mampu, dan mereka yang tidak mampu berusaha untuk tetap hidup meskipun dengan cara yang tidak layak. Mereka hidup dengan cara mengemis, menggelandang, menjual diri bahkan terjerumus menggunakan napza karena ketidakmampuan dan tidak utuhnya pertumbuhan konsep diri dan kepribadiannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat sedang mengalami masalah dan memerlukan pertolongan yang sifatnya tidak saja fisik tetapi lebih kepada pertolongan yang sifatnya pembinaan mental/sosial.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 29
d. Kecacatan
Kecacatan dapat diartikan sebagai hilangnya atau abnormalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi maupun fisiologi seseorang. Kecacatan menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau keleluasan aktifitas fisik, kepercayaan dan harga diri, hubungan dengan orang lain maupun dengan lingkungan.Kondisi seperti ini juga berakibat pada keterbatasan kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja, dan bahkan menimbulkan perlakuan diskriminatif dari mereka yang tidak cacat.
Sisi lain dari kecacatan adalah adanya pandangan sebagian orang yang menganggap kecacatan sebagai kutukan, sehingga mereka perlu disembunyikan oleh keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkan hak penyandang cacat untuk berkembang dan berkreasi sebagaimana orang-orang yang tidak cacat tidak terpenuhi. Masalah kecacatan akan semakin berat bila disertai dengan masalah kemiskinan, keterlantaran dan keterasingan.
Data terakhir menunjukkan jumlah penyandang cacat di Provinsi Gorontalo sebanyak 5.411 orang yang terdiri dari anak cacat 795 anak, dan penyandang cacat dewasa 4.616 orang.
e. Keterpencilan/Ketertinggalan
Masalah kesejahteraan sosial lain yang terkait dengan kemiskinan, adalah masalah isolasi alam yaitu keterpencilan dan keterasingan yang berakibat pada ketertinggalan yang dialami oleh 3.245 KK Warga Komunitas Adat Terpencil (KAT). Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa dalam tata kehidupan masyarakat masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang belum sepenuhnya terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan, baik karena isolasi alam maupun isolasi sosial budaya. Hal ini dapat menghambat proses pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kearah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masalah keterpencilan dan ketertinggalan serta keterasingan yang selama ini dikaitkan dengan soal kemiskinan; dalam arus
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 30
perubahan yang cepat, telah menjadi masalah kompleks. Ketertinggalan dan keterpencilan berjalan seiring dengan masalah yang terkait HAM, lingkungan, Integrasi sosial, dan berbagai kerentanan terhadap eksploitasi dan perlakuan salah.
f. Korban Bencana Alam dan Sosial
Kondisi wilayah Provinsi Gorontalo memiliki daerah-daerah rawan bencana alam akibat banjir terutama daerah-daerah disekitar Sungai Bolango, Sungai Bone dan sekitar Danau Limboto serta sungai-sungai yang berada di Kabupaten Pohuwato dan Boalemo.
Upaya penanggulangan bencana harus dilaksanakan sebelum, pada saat dan setelah terjadinya bencana. Namun demikian terbatasnya sarana komunikasi dan angkutan menjadi kendala dalam upaya penanggulangan bencana yang berpusat pada suatu wilayah dengan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Selain permasalahan yang bersifat konvensional, permasalahan sosial yang bersifat kontemporer juga memerlukan perhatian yang cukup serius. Bencana sosial merupakan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia (man made disasters) antara lain karena jurang perbedaan ekonomi, diskriminasi dan ketidakadilan, kelalaian, ketidak tahuan, maupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat. Termasuk dalam ruang lingkup bencana sosial adalah kebakaran rumah penduduk, pelintas batas, orang terlantar, dan orang terdampar akibat kecelakaan perahu.
Guna menghindari kerugian yang lebih besar dan mencegah agar masalah yang sama tidak terjadi lagi, maka penanganan terhadap korban bencana sosial perlu mendapat perhatian khusus dan menyeluruh. Penanganan bencana sosial perlu dilakukan secara profesional sistemik dan berkelanjutan dengan sebanyak mungkin melibatkan partisipasi masyarakat. Proses tersebut mencakup berbagai kegiatan pada tataran hulu berupa pencegahan dan kesiapsiagaan untuk menghindari dan memperkecil kemungkinan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 31
terjadinya masalah, serta berbagai kegiatan pada tataran hilir berupa rehabilitasi dan rekonstruksi sosial bagi dampak-dampak yang ditimbulkannya.
1.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah a. V I S I
TERWUJUDNYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN BERBAGAI BIDANG SERTA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT YANG
BERKEADILAN DI PROVINSI GORONTALO
“Merupakan sebuah frame strategis dalam tanggung jawab menjalankan amanah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat”
Penjelasan visi
1. Mewujudkan Percepatan Pembangunan diberbagai bidang:
Merupakan suatu target dari kinerja pemerintah Provinsi untuk sebuah konteks pembangunan lebih merata, melalui optimalisasi segala sumber daya yang ada artinya semua pihak harus lebih berinovasi, sekaligus membangun sinkronisasi antar daerah Kabupaten/Kota guna mengjar target pertumbuhan pembangunan, dengan membandingkan hasil sekarang dengan hasil sebelumnya.
2. Peningkatan Ekonomi Masyarakat Yang Berkeadilan:
Merupakan suatu tindakan yang mengedepankan produktivitas dan nilai tambah masyarakat, dengan menyediakan tuntutan kebutuhan dasar, membangkitkan etos kerja wirausaha, meningkatkan sector unggulan daerah, meningkatkan laju investasi, mengurangi pengangguran, serta peningkatan infrastruktur ekonomi. Dan semua itu semata dikaryanyatakan untuk kesjahteraan masyarakat Provinsi Gorontalo tercinta.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 32
b. MISI
1. Memfokuskan peningkatan ekonomi atas dasar optimalisasi potensi kewilayahan, mendorong laju investasi, percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan, sekaligus mengembangkan potensi unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan Kesehatan.
3. Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi sumber daya Kelautan, Pertanian, Peternakan, kehutanan, Danau Limboto dan potensi lingkungan lainnya yang lebih baik, saling terintegrasi serta lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat.
4. Mengembangkan nilai-nilai religi, dalam kehidupan beragama yang rukun penuh kesejukan sekaligus memelihara keragaman budaya. Serta memperkuat peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan terhadap anak, termasuk issue kesetaraan Gender dalam Pembangunan.
5. Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus untuk meningkatkan kinerja pelayanan public, menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan sistem tata pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi.
Visi dan misi Gubernur Gorontalo yang telah ditetapkan
merupakan landasan berpijak bagi semua perangkat daerah dalam melaksanakan program-programnya. Dinas Sosial merupakan salah satu perangkat daerah dengan tugas pokok meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama bagi masyarakat yang kurang beruntung, hal ini tentunya sejalan dengan visi dan misi Gubernur periode 2012-2017.
1.3. Telaahan Renstra K/L
Melihat visi, misi dan tujuan Kementerian Sosial RI maka terdapat
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 33
akan dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Gorontalo pada lima tahun kedepan, yaitu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat baik masyarakat yang menyandang masalah kesejahteraan sosial maupun masyarakat mampu pada umumnya. Hal ini juga sejalan dengan visi dan misi Gubernur Gorontalo.
1.4. Isu-Isu Strategis
a. Kecenderungan semakin meningkatnya jumlah maupun jenis permasalahan sosial yang ada dimasyarakat yang harus segera ditangani.
b. Tuntutan keadilan dibidang ekonomi di daerah semakin gencar didukung oleh munculnya berbagai gerakan separatis disebagian wilayah menjadi ancaman disintegrasi;
c. Sistem multi partai menyebabkan terjadinya kooptasi eskalasi politik mulai dari akar rumput hingga pada tingkat elit politik, yang akan menjadi potensi meluasnya kepentingan kelompok yang pada akhirnya akan merapuhkan kohesi sosial dan akhirnya mengancam stabilitas nasional ;
d. Semakin hilangnya identitas dan pembudayaan simbol-simbol integralistik seperti nasionalisme, patriotisme dan penghargaan serta penghormatan terhadap simbol integrasi yang terefleksi pada Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Dan selanjutnya bermunculan simbol-simbol kedaerahan, kesukuan, agama yang kesemuanya mengarah kepada sikap etnocentrisme; e. Munculnya gejala kebebasan yang miskin kontrol, saling curiga,
stigmatisasi kelompok atas kelompok lainnya, serta terjadinya kristalisasi kelompok atas dasar kepentingan. Yang lebih membahayakan bagi kepentingan integrasi nasional manakala sikap tersebut merambah pada akar rumput seperti konflik antar kampung, antar massa partai tertentu, antar golongan, konflik antar suku yang merupakan contoh betapa hilangnya simbol-simbol integralistik nasional pada akar rumput, yang pada akhirnya akan memperburuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 34
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dalam upaya meningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, kedepan unsur masyarakat merupakan faktor sentral dalam pelaksanaannya sehingga peran serta masyarakat baik sebagai penyandang masalah sosial maupun sebagai potensi dan sumber kesejahteraan sosial.
1.1. V i s i
TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT YANG DILANDASI NILAI KEBERSAMAAN DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL
Visi tersebut mengandung makna bahwa :
a. Kesejahteraan sosial adalah hak setiap warga negara,
b. Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak cukup dilaksanakan oleh pemerintah saja.
c. Nilai kebersamaan dan kesetiakawanan jati diri bangsa yang perlu dikembangkan.
Prinsip dasar pelayanan kesejahteraan sosial adalah :
“TO HELP PEOPLE TO HELP THEM SELF, MENOLONG ORANG AGAR MAMPU MENOLONG DIRINYA SENDIRI”
M i s i :
a. Meningkatkan pelayanan kesejahteraan sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui optimalisasi sumber pelayanan dan pemberdayaan sosial.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam kesejahteraan sosial serta memperkuat nilai-nilai kepahlawanan, kejuangan, dan kesetiakawanan sosial.
c. Meningkatkan penyelenggaraan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS.
d. Meningkatkan pelayanan kesejahteraan PMKS melalui upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 35
e. Meningkatkan pelayanan administrasi perkantoran serta meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur dalam upaya memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah a. Tujuan
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo maka tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang ingin dicapai pada lima tahun mendatang adalah :
1) Peningkatan jumlah layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial.
2) Peningkatan cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin.
3) Peningkatan layanan rehabilitasi terhadap penyandang disabilitas, tuna sosial, lanjut usia, anak bermasalah sosial, korban penyalahgunaan napza dan LKS.
4) Peningkatan cakupan layanan dan pembinaan terhadap organisasi-organisasi sosial seperti Karang Karuna, LSM, dan TKSK.
Untuk mengukur capaian indikator tujuan maka dilakukan pengukuran kinerja berdasarkan rumusan pada sasaran strategis Dinas Sosial Provinsi Gorontalo.
b. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2012-2017 sebagai berikut :
1) Meningkatnya jumlah layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial.
2) Meningkatnya cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin.
3) Meningkatnya layanan rehabilitasi terhadap penyandang disabilitas, tuna sosial, lanjut usia, anak bermasalah sosial, korban penyalahgunaan napza dan LKS.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 36
4) Meningkatnya cakupan layanan dan pembinaan terhadap organisasi-organisasi sosial seperti Karang Karuna, LSM, dan TKSK.
Target sasaran pelayanan yang akan dilaksanakan pada lima tahun kedepan baik melalui APBD dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 38
1.3. Kebijakan dan Strategi a. Kebijakan
Kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada : 1) Meningkatkan dan memeratakan pelayanan sosial yang adil
dalam arti bahwa setiap orang khususnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial berhak memperoleh pelayanan sosial.
2) Meningkatkan profesionalisme SDM kesejahteraan sosial berbasis pekerjaan sosial dalam penanganan masalah dan potensi kesejahteraan sosial.
3) Memantapkan manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan koordinasi.
4) Menciptakan iklim dan sistem yang mendorong peningkatan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
5) Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan berdasarkan keragaman dan keunikan nilai sosial budaya serta mengedepankan potensi dan sumber sosial keluarga dan masyarakat setempat.
b. Strategi
1) Pemberdayaan Sosial, yang mengandung makna pembinaan bagi aparatur pelaku pembangunan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya, serta pemberian kepercayaan dan peluang pada masyarakat, dunia usaha dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial untuk mencegah dan mengatasi masalah yang ada dilingkungannya. 2) Kemitraan Sosial, yang mengandung makna adanya
kerjasama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan, kolaborasi dan jaringan kerja yang menumbuhkembangkan kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 39
3) Partisipasi Sosial, mengandung makna adanya prakarsa dan peranan dari penerima pelayanan dan lingkungan sosialnya dalam pengambilan keputusan serta melakukan pilihan terbaik untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial.
4) Advokasi Sosial, mengandung makna adanya upaya-upaya untuk mendukung, membela dan melindungi masyarakat sehingga dapat melakukan tindakan dan perubahan sosial yang mendorong mereka memenuhi kesejahteraan sosial dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
5) Jaminan Sosial, mengandung makna adanya upaya-upaya untuk memberikan perlindungan sosial dalam bentuk pemberian jaminan kelangsungan hidup bagi penyandang cacat ganda (cacat fisik dan mental) dan lanjut usia yang tidak potensial.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 40
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Program-program pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan indikator dampak :
a. Peningkatan keberfungsian sosial dan kemandirian kelayan.
b. Peningkatan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.
c. Peningkatan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Guna mencapai kondisi tersebut maka dalam periode 2012-2016 program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh Dinas Sosial meliputi :
1. Program Pemberdayaan Sosial
a. Pemberdayaan Fakir Miskin
Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menarik perhatian semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Kemiskinan pada dasarnya berkisar pada kurang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Masalah kemiskinan dapat memunculkan berbagai dimensi seperti ; ketergantungan, ketunaan sosial, kecacatan, keterlantaran, serta keresahan sosial, yang pada umumnya berkaitan dengan keterbatasan kemampuan mengakses berbagai pelayanan sosial dasar.
Masalah kemiskinan masih sulit ditanggulangi karena mayoritas termasuk kategori kemiskinan kronis (chronic proverty) yang terjadi terus menerus atau disebut juga kemiskinan struktural sehingga membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan. Selain itu terdapat sejumlah penduduk yang dikategorikan mengalami kemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai dengan menurunnya pendapatan
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 41
dan kesejahteraan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani dapat menjadi kemiskinan kronis.
Tujuan :
1) Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga fakir miskin
2) Mewujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi keluarga miskin 3) Meningkatkan aksesibilitas keluarga fakir miskin terhadap
pelayanan sosial dasar
4) Meningkatkan kualitas kondisi perumahan keluarga fakir miskin 5) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat
dalam pennggulangan kemiskinan.
Sasaran :
1) Keluarga fakir miskin yang tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian namun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar serta tinggal di daerah hutan kemasyarakatan, perdesaaan, perkotaan, pesisir/pantai, kepulauan terpencil dan perbatasan antar negara. 2) Keluarga fakir miskin yang mengalami penurunan pendapatan
dan kesejahteraan secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, seperti korban bencana alam, korban bencana sosial/konflik, terkena PHK, dan masalah lainnya yang menyebabkan terhentinya penghasilan keluarga.
Komponen kegiatan :
1) Bimbingan sosial dan pemberian bantuan stimulan UEP melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
2) Rehabilitasi sosial daerah kumuh, untuk mendorong partisipasi sosial masyarakat agar peduli dan tetap memelihara kegotongroyongan dan kesetiakawanan sosial terhadap keluarga-keluarga miskin dilingkungannya.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 42
1) Pemberdayaan, mengandung makna adanya partisipasi seluruh sasaran pelayanan dan komunitas serta masyarakat pada umumnya. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan menggali kemampuan sasaran pelayanan, mendayagunakan potensi dan sumber yang tersedia dimasyarakat dengan memberikan pelatihan keterampilan, pendampingan dan bimbingan sosial serta pengembangan UEP dan usaha kesejahteraan sosial.
2) Kemitraan, dilaksanakan karena adanya visi dan misi dalam penyelenggaraan program pemberdayaan fakir miskin, sehingga potensi dan sumber sosial yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan. Kemitraan dapat dilaksanakan melalui pembentukan jaringan kerja usaha kesejahteraan sosial yang memiliki hubungan fungsional satu sama lain.
3) Pengembangan budaya kewirausahaan, mengandung makna adanya sikap mental mau maju semaksimal mungkin dalam melakukan usaha ekonomi produktif. Strategi kewirausahaan ini dilaksanakan untuk mengantisipasi dampak negatif dari bantuan sosial kepada keluarga miskin agar tidak memiliki ketergantungan terus menerus menyadari bahwa bantuan yang diterima merupakan stimulan untuk modal usaha untuk selanjutnya harus mampu dikembangkan atas dasar kekuatan sendiri atau potensi kelompok usaha bersama.
4) Penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan, mengandung makna peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku program
pemberdayaan fakir miskin. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan program pemberdayaan fakir miskin dapat dilaksanakan secara profesional sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas, efisiensi, efektifitas dan kesinambungan program.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 43
Indikator kinerja :
1) Meningkatnya taraf kesejahteraan keluarga fakir miskin.
2) Berkurangnya jumlah pemukiman fakir miskin yang tidak layak huni
3) Meningkatnya aksesibilitas keluarga fakir miskin terhadap pelayanan sosial dasar.
4) Meningkatnya KUBE dengan kategori mandiri sebanyak 10 % 5) Meningkatnya kepedulian masyarakat (orsos/LSM dan dunia
usaha) dalam program penanggulangan kemiskinan.
b. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT)
Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan kelompok sosial budaya dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik (Keppres Nomor 111/1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil). Kriteria KAT pada umumnya adalah berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen; pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan; pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi sub sistem; terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau; peralatan dan teknologinya sederhana; ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Permasalahan KAT meliputi kesenjangan sistem sosial budaya dengan masyarakat pada umumnya; ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi dan ideologi; sangat kurang memadainya pemenuhan kebutuhan dasar; belum atau sangat sedikit menerima pelayanan pembangunan; belum efektifnya pemanfaatan waktu dalam kehidupan sehari-hari; belum mantapnya integrasi sosial KAT kedalam sistem institusi kemasyarakatan disekitarnya; serta mengurang citra bangsa , karena dibalik laju pembangunan disegala bidang dalam kenyataan masih ada kelompok masyarakat yang hidup tertinggal.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 44
Komunitas Adat Terpencil yang merupakan bagian dari masyarakat mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk hidup sejahtera dan maju serta meningkatkan taraf kesejahteraan kearah terwujudnya integrasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keterasingan dan keterpencilan yang ketertinggalan yang berakibat lebih lanjut pada kerawanan mereka terhadap berbagai eksploitasi sehingga issue KAT terkait pula dengan issue HAM, lingkungan dan integrasi sosial.
Tujuan :
Meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan warga KAT
Sasaran :
Komunitas Adat Terpencil pada umumnya dengan prioritas KAT yangberada di daerah perbatasan antar negara, rawan bencana, kawasan industri dan pemekaran wilayah.
Komponen kegiatan :
1) Persiapan pemberdayaan (melalui kegiatan pemetaan sosial, penjajagan awal, study kelayakan dan pemantapan kesiapan masyarakat).
2) Pelaksanaan pemberdayaan (Tahun I, II, dan III) baik secara insitu maupun eksitu.
3) Stimulus pengembangan masyarakat (insitu) bagi KAT yang sudah b ertempat tinggal menetap dan memiliki mata pencaharian. 4) Pemantapan kelompok kerja (pokja) dan forum konsultasi
pemberdayaan KAT.
5) Penempatan petugas lapangan ( pendamping sosial).
6) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) baik pengelola, pendamping sosial maupun warga dampingan sosial.
7) Perlindungan dan advokasi sosial KAT. 8) Monitoring dan evaluasi.
Rencana Strategis Dinas Sosial 2012-2017 45
Strategi :
1) Membuka dan meningkatkan akses komunikasi dan pelayanan sosial dasar warga KAT; mengandung makna bahwa KAT dapat menjalin hubungan dengan komunitas atau lingkungan luar, dan memperoleh berbagai pelayanan sosial dasar antara lain pelayanan kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan dan ekonomi
2) Pemberdayaan sosial; mengandung makna adanya partisipasi seluruh sasaran pemberdayaan KAT, lingkungan sekitarnya dan masyarakat umum; adanya peningkatan kemampuan KAT dan penguatan kemampuan manajemen pengelolaan sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya sosial.
3) Kemitraan dan keterpaduan mengandung makna adanya kerjasama kepedulian, kesbersamaan dan jaringan kerja yang saling menguntungkan dalam pemberdayaan KAT antara pemerintah baik dengan Orsos/LSM, dunia usaha maupun perguruan tinggi
4) Perlindungan dan advokasi sosial, mengandung makna adanya upaya memberikan pendampingan sosial, perlidungan sosial dan pembelaan terhadap hak-hak KAT, termasuk akses terhadap pelayanan sosial dasar guna peningkatan kualitas hidup.
5) Mengembangkan pendekatan partisipatif dengan pola pengelolaan sumber-sumber komunitas (communty based resources management); mengandung makna bahwa pemeberdayaan KAT dilakukan melalui optimalisasi sumber daya lokal sesuai dengan karakteristik sosial budaya setempat, pemberdayaan dengan sistem stimulus, keterpaduan lintas sektor/program dan peran aktif masyarakat.