commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Maryamah Karpov, berdasarkan hasil analisis terdiri dari empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, dalam novel Maryamah Karpov (b) Nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, dalam novel Maryamah Karpov (c) Nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang, dalam novel Maryamah Karpov (d) Nilai pendidikan budaya tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat, dalam novel Maryamah Karpov.
2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa metafora memiliki pengertian membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata penghubung sebagai pembanding. Penggunaan bentuk gaya bahasa metafora pada tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 206 data. Tipe gaya bahasa yang digunakan dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 9 yaitu; Being, Cosmos, Energi, Substansi, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human.
commit to user
Adapun nilai seni yang terkandung dalam novel Maryamah Karpov terdiri dari lima tingkatan atau niveaux.
Niveau Anorganis atau tingkatan pertama: pada tingkatan ini kita bisa melihat setiap diksi atau pemilihan kata yang dipakai dalam penulisan novel ini. Niveau Vegetatif atau tingkatan kedua: membaca novel ini kita bisa merasakan suasana yang tercermin dalam setiap kalimat yang dituliskan dalam novel. Niveau Animal, yaitu tingkatan seperti yang dicapai binatang, yaitu sudah ada nafsu-nafsu jasmaniah. Dalam kata atau karya sastra maka tingkatan ini berupa hasrat untuk makan, minum, nafsu seksual, nafsu untuk membunuh dan sebagainya. Niveau Human: unsur yang paling terasa dalam novel ini adalah unsur kemanusiaan. Kita bisa ikut merasakan kegembiraan, kesedihan, haru dan menyenangkan ketika membaca novel ini. Niveau Religius: tidak banyak novel yang bisa membuat kita merasakan lebih dekat pada Tuhan. Pada kesimpulannya novel ini membuat kita lebih optimis, bahwa ketika kita memiliki mimpi setinggi apapun bukan tidak mungkin kita akan bisa menggapainya dengan sebuah usaha dan keyakinan terus menerus.
Novel Maryamah Karpov ini memiliki unsur-unsur yang disebutkan di atas hal ini tercermin dalam kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel.
3. Setelah melihat ulasan di atas mengenai nilai edukasi dan seni dalam novel Maryamah Karpov bisa ditarik kesimpulan bahwa novel ini berbobot seni dan mempunyai kualitas yang mumpuni. Terlepas dari penulisnya yang tidak mempunyai latar belakang sastra, novel ini terangkai apik, mudah dibaca dan mempunyai makna yang dalam. Novel ini memberikan pelajaran, tentang cinta,
commit to user
hidup dan keadaan sosial. Selain itu juga membangkitkan kesadaran betapa pentingnya nurani manusia. Bagian yang masih membingungkan mungkin bagi saya sendiri adalah hubungan antara judul dan isi cerita. Judul novel ini adalah Maryamah Karpov, tetapi hanya sedikit sekali bagian yang bercerita tentang Mak Cik Maryamah dan catur Karpovnya, sehingga membuat berbagai pertanyaan, mengapa novel ini diberi judul Maryamah Karpov. Sub judulnya yaitu Mimpi-Mimpi Lintang lebih banyak memberi penjelasan karena di dalamnya terdapat bab yang menjelaskan mengenai hal tersebut. Bagian lain yang belum jelas adalah akhirnya yang menggantung. Apakah Ikal akhirnya pergi ke Singapura bersama A Ling ataukah tidak. Terlepas dari berbagai keraguan yang ada, novel ini memberi tema baru dalam khazanah sastra Indonesia.
B. Implikasi
Implikasi dari novel ini. Pertama, novel ini masih dalam konteks seorang pemuda yang penuh dengan mimpi. Bagaimana kekuatan mimpi yang luar biasa, dapat menghasilkan keajaiban-keajaiban yang tidak terduga. Oleh karena itu hendaknya seorang pemuda mempunyai cita-cita atau angan-angan yang setinggi-tingginya. Kedua, kerja keras, dan tidak pantang menyerah menjadi pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita petik dari Maryamah Karpov ini. Terlihat dari kerja keras Ikal menyiapkan sidang tesisnya di Perancis yang akhirnya ia dapat lulus. Lalu kerja keras Ikal dan Lintang dalam membuat perahu yang luar biasa. Sebetulnya dalam hal ini kerja keras dan pantang menyerah untuk menemukan perempuan yang telah ia cari sampai ke Rusia dan Afrika, yaitu A
commit to user
ling. Contoh kisah pantang menyerah juga ditunjukkan oleh dua tokoh baru dalam novel ini, yaitu dokter Diaz yang merupakan dokter gigi yang didatangkan dari jakarta untuk menghilangkan kejahiliahan rakyat Melayu yang masih percaya kepada dukun gigi. Bagaimana dia tidak menyerah dalam menunggu pasien pertamanya, lalu bagaimana ia membuktikan kepada masyarakat Melayu akan kemampuan dan ilmunya dalam mengurus permasalah gigi.
Satu tokoh lagi adalah Ketua Karmun. Dia adalah sesosok kepala kampung di Melayu Dalam, tempat tinggalnya Ikal. Dia seorang pemimpin yang pantang menyerah untuk membuktikan bahwa usaha ia mendatangkan dokter gigi itu tidak sia-sia. Berbulan-bulan dia menyuruh Ikal yang saat itu sedang sakit gigi untuk menjadi pasien pertama di klinik dokter Diaz. Akan tetapi Ikal punya trauma saat masa kecilnya tentang dokter, sehingga ia tidak mau ke dokter sama sekali dan telah anti dengan bau-bau rumah sakit. Sekali lagi, usaha maksimal, hasilnya pun maksimal. Berbagai cara untuk membujuk Ikal telah dia lakukan. Akhirnya dengan memanfaatkan kelemahan Ikal pada A Ling, Ikal mau juga datang berobat ke dokter Diaz.
Ketiga, Ilmu punya kekuatan yang luar biasa. Dengan ilmu, banyak permasalahan yang bisa terselesaikan. Dalam hal ini ilmu pengetahuan. Sebagai contoh , bagaimana Lintang dengan rumus-rumusnya dapat membangunkan perahu yang telah karam ke permukaan sungai. Lalu bagaiman Ikal dapat belajar bermain biola tanpa bimbingan Nurmi, ia belajar dengan melakukan pendekatan science, yaitu dengan ilmu fisika, dalam hal ini resonansi. Saya menjadi
commit to user
termotivasi untuk belajar dengan lebih giat lagi. Ingin rasanya benar-benar memahami dan dapat diaplikasikan ilmu-ilmu yang sedang saya pelajari sekarang.
Ilmu merupakan suatu permata yang sangat berharga, tak ternilai harganya. Ilmu adalah cahaya, karena dengan ilmu dapat membuka mata dan hati kita. Dengan ilmu, dapat merubah kebodohan menuju suatu peradaban yang maju.
C. Saran
Beberapa saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain.
1. Perlunya ada keterkaitan yang jelas antara judul dengan isi cerita. Hal ini dapat dilihat pada tidak ditemukannya hubungan langsung antara judul dan bangunan cerita secara keseluruhan. Maryamah Karpov di sini digambarkan sebagai seorang perempuan yang biasa dipanggil mak cik, mendapat tambahan nama belakang karena sering terlihat di perkumpulan jago-jago catur di warung kopi "Usah Kau Kenang Lagi" dan mengajari orang langkah-langkah a la Karpov. 2. Perlunya penalaran yang logis dalam cerita karena isi novel ini ada hal yang ganjil seperti; pada saat Ikal menemukan bangkai perahu lanun di dasar sungai Linggang. Keputusan untuk meng'kanibal'kan material kayu kapal lanun demi menyempurnakan haluan perahu "Mimpi-Mimpi Lintang". Ikal memberi nama perahunya seperti itu untuk menghormati sahabatnya-rasanya sesuatu yang tak masuk di akal. Mana mungkin seorang Ikal yang notabene seorang berpendidikan tinggi mengabaikan nilai historis sebuah perahu yang telah karam ratusan tahun lalu hanya demi ambisi membangun perahu baru.
commit to user
3. Kisah Ikal dapat mengangkat kapal Lanun (perampok) yang karam di sungai Linggang yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan bantuan Lintang yang dapat menguraikan rumus tekanan dan momentum juga cukup tidak masuk akal, apalagi Lintang bukan seorang berpendidikan tinggi, di sini Andrea juga seolah menyamakan pengetahuan dan ilmu pengertahuan adalah sama.
4. Novel Maryamah Karpov ini masih memiliki potensi untuk diteliti secara semiotik. Maka peneliti berharap adanya penelitian lanjutan dari peneliti lain untuk mengungkap aspek makna semiosis lain dari novel ini. Selanjutnya, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi pengkajian dengan pendekatan serupa terhadap ketiga buku tetralogi Laskar Pelangi lainnya. Penelitian dengan pendekatan yang berbedapun masih dapat dilakukan, misalnya menggunakan pendekatan sosiologi sastra, psikologi sastra, interteks, dan strukturalisme genetik.
