• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu

Rencana Pengembangan Lanskap Pantai Tanjung Baru sebagai Kawasan Wisata Berbasis Ekologis ini dilaksanakan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian adalah area wisata pantai di Pantai Tanjung Baru/PTB. Gambar 3 adalah peta orientasi lokasi penelitian. Kegiatan studi perencanaan lanskap pantai wisata ini dilakukan selama enam bulan efektif, yaitu dari Februari 2010-Juli 2010 dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan.

Gambar 2. Peta Orientasi Perencanaan RTH

PETA JAWA BARAT U

DESA PASIRJAYA

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Penelitian

TANPA SKALA KEC.CILAMAYA KULON KEC.CILAMAYA WETAN KEC.LEMAHABANG KEC.TEMPURAN TANPA SKALA LAUT JAWA DESA PASIRJAYA U U KABUPATEN KARAWANG KAB.SUBANG KAB.BOGOR KAB.BEKASI TANPA SKALA LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.PURWAKARTA LOKASI STUDI

(2)

3.2. Batasan Studi

Batas kawasan studi dari penelitian ini yaitu batas kawasan Pantai Tanjung Baru berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh Pemda Kabupaten Karawang. Studi ini dibatasi sampai terciptanya sebuah produk arsitektur lanskap berbentuk perencanaan lanskap (landscape plan) kawasan wisata pantai berbasis ekologis di Pantai Tanjung Baru Karawang dan dilengkapi dengan gambar detail kawasan, gambar ilustrasi/perspektif serta jalur wisata.

3.3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain: alat gambar manual, kamera digital, peta tematik (bahan dalam menganalisis aspek-aspek tertentu), dan komputer dengan software yang menunjang (Microsoft Office 2007, AutoCad 2006, Adobe Acrobat 7.0 Profesional, Adobe Photoshop CS3, SketchUp 6) seperti terlihat pada Tabel 3. Bahan yang dipergunakan dalam perencanaan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil di lapangan berupa foto, kuisioner, dan informasi hasil wawancara. Adapun data sekunder didapatkan dari berbagai pustaka dan informasi dari pihak-pihak terkait.

Tabel 3. Alat pengambilan data beserta kegunaan dan keluarannya

Alat Kegunaan Keluaran

Kamera digital Dokumentasi objek/tapak Foto Alat gambar manual Mengolah draft perencanaan Peta Komputer dan Aplikasi: • Microsoft Office 2007 • AutoCAD 2006 • Adobe Acrobat 7.0 Profesional • Adobe Photoshop CS3 • SketchUp 6 

Mengolah data tulisan (deskriptif), tabular, seluruh penulisan pelaporan

Membuat gambar rencana lanskap, potongan, dan berbagai gambar yang berhubungan dengan spasial Mengkonversi format file

Membuat ilustrasi gambar dan memperhalus tampilan gambar yang telah dibuat dengan AutoCAD dan Sketch Up

Membuat ilustrasi dari rencana yang dibuat

Laporan tertulis Peta

Gambar format PDF

Peta dan gambar

Gambar perspektif

(3)

3.4. Metode dan Pendekatan Perencanaan

Metode studi yang digunakan adalah tahapan perencanaan menurut Gold (1980) dengan modifikasi sampai pada tahap perencanaan. Pendekatan yang dipergunakan berdasarkan pendekatan terhadap sumberdaya alam (ekologis). 3.4.1. Tahapan Studi/Penelitian

Tahapan perencanaan terdiri dari persiapan, pengumpulan data/inventarisasi, analisis dan sintesis untuk melihat kesesuaian tapak terhadap konsep yang akan dikembangkan, serta perencanaan lanskap untuk area wisata berbasis ekologis seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tahapan Proses Perencanaan (Modifikasi Gold, 1980) Data Teknik: -Rencana Penataan Area Wisata Pantai -TGL Data Sosial Budaya: -Demografi (jumlah, kepadatan, dan keinginan penduduk) Peta Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Berbasis Ekologis Block Plan Wisata Pantai Berbasis Ekologis -Zona Ekologis -Zona Wisata Rencana Area Wisata Pantai Berbasis Ekologis Alternatif Pengembang-an Potensi Kendala Konsep Wisata Pantai Berbasis Ekologis Data Bio-Fisik: -Geografi -Batas Tapak -Administratif -Jenis Tanah -Tofografi dan kemiringan -Iklim -Vegetasi - Satwa -Hidrooceanografi -Area Pantai -Aksesbilitas dan Sirkulasi -Pengunjung -Fasilitas Existing -Sumberdaya Wisata (Objek dan Atraksi Wisata) -Latar Belakang -Tujuan Studi -Kegunaan Studi -Rencana Kerja -Anggaran Biaya -Administrasi /Perijinan Persiapan Studi

Pengumpulan Data Analisis Sintesis Perencanaan

(4)

3.4.1.1. Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan penetapan latar belakang, tujuan, kegunaan studi, rencana kerja dan anggaran biaya yang dibutuhkan serta administrasi dan perijinan. Pendekatan studi terhadap sumberdaya alam, untuk mendapatkan kesesuaian tapak terhadap konsep.

3.4.1.2. Pengumpulan Data/Inventarisasi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah pengumpulan data dan informasi pembentuk tapak, serta informasi lain yang mempengaruhi tapak dan perencanaan yang akan dibuat. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder seperti terlihat pada Tabel 4. Metode yang dipergunakan dalam pengambilan data primer adalah survei lapang, berupa pengamatan, dokumentasi, penyebaran kuisioner dan wawancara. Pengambilan data sekunder diperoleh dari studi pustaka sesuai dengan tujuan studi.

Wawancara dilakukan terhadap instansi terkait di Pemerintah Daerah Karawang dan masyarakat PTB, untuk mengetahui perilaku dan keinginan stake holder (masyarakat dan wisatawan) terhadap rencana pengembangan kawasan wisata pantai berdasarkan panduan yang telah disusun sebelumnya. Wawancara1 terhadap instansi tersebut dilakukan terhadap pihak yang memiliki peranan terhadap PTB atau terkait secara tidak langsung dengan upaya/kegiatan pesisir dan mangrove. Jumlah responden sebanyak 45 orang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja yang sedang berada di kawasan PTB. Jumlah responden tersebut terbagi atas 15 orang penduduk di sekitar Pantai Tanjung Baru dan 30 orang responden adalah wisatawan di kawasan tersebut. Wawancara sejarah kawasan dilakukan terhadap 3 orang warga di Pantai Tanjung Baru yang rata-rata telah tinggal >10 tahun di kawasan PTB. Hasil wawancara terhadap responden akan dijadikan salah satu acuan untuk rencana pengembangan PTB masyarakat sekitar kawasan PTB.

1 Narasumber dalam wawancara dengan aparat Pemda Kabupaten Karawang:

(1) Bapak H. Mamat (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang), (2) Bapak Adit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang),

(3) Bapak Yan Suryana (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang), (4) Dinas Cipta Karya Kabupaten Karawang,

(5) Bapak Permadi (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karawang), (6) Bapak Zaenudin Sofyan (Kepala Desa Pasirjaya), dan

(5)

Tabel 4. Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data

No. Jenis Data Bentuk

Data Sumber Data Cara Pengambilan

I BIO-FISIK 1 Lokasi • Geografi • Batas tapak • Administratif  Deskriptif

dan Spasial RDTR PTB (DCK Kab. Karawang), lapangan

Survei, Studi Pustaka/peta 2 Jenis tanah Deskriptif Instansi terkait Studi Pustaka/peta 3 Topografi/Kemiringan Lahan Deskriptif RDTR PTB (DCK Kab. Karawang) Survei, Studi Pustaka/peta 4 Iklim

Curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan, dan arah angin

Deskriptif dan Tabular

BMG Bogor,

lapangan Survei, Studi Pustaka/peta 5 Ekologi a. Kualitas Akuatik • Hutan Mangrove b. Kualitas Terestrial • Kemiringan Lahan • Bahaya abrasi, penggunaan lahan, penggunaan lahan Deskriptif dan Spasial Deskriptif Deskriptif dan Spasial Dinas Kehutanan,

DLH, lapangan Survei, Studi Pustaka/peta

6 Hidro-oceanografi • Batimetri

• Pasang Surut • Arus dan gelombang  • Air Tanah dan Sungai

Deskriptif RDTR PTB (DCK Kab. Karawang), DKP Kab.Karawang Survei, Studi Pustaka/peta II SOSIAL BUDAYA Demografi Jumlah dan kepadatan penduduk

Perilaku dan keinginan penduduk Deskriptif dan Tabular BPS, Bappeda Lapangan Studi Pustaka Survei, wawancara

III OBJEK DAN WISATA

a. Fasilitas existing b. Pengunjung

c. Kondisi Fisik • Kecerahan perairan,

kecepatan arus, dan kedalaman dasar perairan

• Tipe pantai, penutupan lahan, dan variasi kegiatan)

d. Sumberdaya Wisata (Objek/ Atraksi Wisata)

Deskriptif/ Tabular Deskriptif Deskriptif dan spasial Deskriptif Bappeda, Disbudpar RDTR PTB (DCK Kab. Karawang), lapangan Survei, Studi Pustaka/peta Keterangan:

BMG : Badan Meteorogi dan Geofisika BPS : Biro Pusat Statistik DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan DCK : Dinas Cipta Karya RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RDTR : Rencana Detail Tata Ruang DLHPE : Dinas Lingkungan Hidup,

(6)

3.4.1.3. Analisis

Tahap analisis dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis secara spasial. Data dan informasi yang diperoleh dari inventarisasi, dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berupa analisis data secara tertulis, serta analisis secara spasial dengan melakukan overlay terhadap peta tematik untuk tujuan pengembangan area wisata di Pantai Tanjung Baru yang berbasis ekologis.

Analisis dengan melakukan overlay (Gambar 5) peta tematik secara garis besar dibagi berdasarkan dua aspek yaitu aspek ekologis dan aspek wisata. Hasil analisis dari kedua aspek tersebut merupakan peta komposit yang merupakan hasil akhir dari analisis. Hasil analisis kemudian digunakan sebagai dasar tahap selanjutnya yaitu tahap sintesis.

Analisis aspek ekologis dilakukan untuk mengetahui karakteristik kawasan yang direncanakan. Analisis dilakukan terhadap seluruh sub aspek, baik secara deskriptif maupun analisis secara spasial. Aspek ekologis yang dianalisis yaitu kualitas terestrial dan kualitas akuatik. Kualitas terestrial mencakup variabel penutupan lahan pantai, bahaya alam, kemiringan, dan penggunaan lahan. Adapun kualitas akuatik hanya mencakup aspek kesejarahan tapak yaitu dari segi tebal/lebar mangrove. Analisis secara spasial dilakukan terhadap kualitas terestrial

(7)

(penutupan lahan, bahaya, dan penggunaan lahan) dan kualitas akuatik, sedangkan aspek lainnya tidak dianalisis secara spasial karena kriteria yang didapat secara umum menunjukkan kesamaan kriteria/homogen (seperti kemiringan lahan). Walaupun tidak dianalisis secara spasial aspek tersebut akan dipertimbangakan pada saat pembuatan block plan (analisis secara deskriptif). Analisis kualitas akuatik berdasarkan wawancara dengan penduduk di PTB (berdasarkan rata-rata penduduk terlama yang tinggal di tapak) akan turut mempengaruhi hasil akhir yaitu peta kualitas ekologi.

Pada aspek wisata juga tidak semua variabel akan dianalisis secara spasial karena adanya homogenitas data di dalam tapak. Pada aspek ini yang dianalisis secara spasial yaitu variabel tipe pantai, variasi kegiatan, dan penutupan lahan pantai. Variabel lainnya dianalisis secara deskriptif sebagai bahan pertimbangan pada saat penyusunan block plan.

Dalam penelitian dibuat kriteria penilaian di PTB berdasarkan modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) dalam Sevita (2007), Modifikasi Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001), Modifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001) serta hasil analisis data yang diperoleh selama penelitian dan dapat dilihat pada Tabel 5.

Penggunaan nilai/skor dari terbaik-terburuk yaitu 4-1. Nilai ini mewakili kriteria dari masing-masing area eksisting pada tapak, baik pada aspek ekologi dan aspek wisata. Misalnya pada variabel penutupan lahan, area kosong dimasukkan kedalam kriteria penutupan lahan alami sehingga mendapatkan skor/nilai 4. Sedangkan area terbangun seperti permukiman, termasuk kedalam kriteria penutupan lahan non-alami sehingga mendapatkan nilai 2 dan seterusnya untuk kriteria dan variabel lainnya yang terdapat pada Tabel 5. Penggunaan nilai/skor tersebut tidak melihat kualitas dari area/zona pada tapak, misalnya mangrove yang rusak akan sama nilainya dengan mangrove yang kondisinya baik. Hal ini berkaitan dengan tidak ditemukannya kondisi yang berbeda pada zona yang sama dengan kualitas/kondisi yang berbeda pada tapak.

(8)

Tabel 5. Standar kriteria penilaian/skoring aspek ekologi dan aspek wisata

Aspek Variabel Bobot % Kriteria Skor

EKOLOGI 1. Penutupan Lahan ¹ 25 60 Alami 4 Semi Alami 3 Non Alami 2 Campuran 1

2. Bahaya¹ 10 Tidak Bahaya 4

Agak Bahaya 3 Bahaya 2 Sangat Bahaya 1 3. Tata Guna Lahan (TGL) ² 25 Rencana mendukung 4 TGL mendukung 3

Belum ada TGL /tata guna lingkungan

tidak sesuai 2

TGL tidak sesuai 1

WISATA 1. Tipe

Pantai³ 15

40

Berpasir putih kecoklatan 4 Berpasir putih kecoklatan, sedikit karang 3 Berpasir putih kecoklatan, berkarang,

sedikit terjal 2

Lumpur 1 2. Penutupan

Lahan Pantai³

15 Lahan terbuka, mangrove 4

Semak, belukar rendah, savana 3

Belukar tinggi 2

Permukiman, fasilitas wisata 1 3. Variasi Kegiatan (Jumlah) ² 10 Lebih dari 6 4 Ada 5-6 3 Ada 3-4 2 Ada 1-2 1

Sumber : ¹Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) dalam Sevita (2007) ²Modifikasi Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001) ³Modifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001)

Penentuan bobot aspek ekologi (60%) lebih tinggi daripada aspek wisata (40%) karena tanpa adanya kualitas ekologi yang ideal bagi pantai (misalnya mangrove) yang direncanakan, maka obyek dan atraksi wisata pun dapat terancam/semakin berkurang akibat terjadinya bahaya alam jika ekosistem pantai tanpa buffer zone alamiah. Selain itu, objek yang rencananya akan dikembangkan pada tapak juga berdasarkan kondisi ekologi pantai itu sendiri. Pada aspek ekologi dan aspek wisata yang masing-masing terdiri dari 3 variabel (yang dianalisis secara spasial). Ketiga variabel tersebut memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat keterkaitannya dengan kegiatan wisata di PTB.

Aspek ekologi yang mengacu pada modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) dalam Sevita (2007) serta hasil analisis data yang diperoleh selama penelitian untuk menganalisis secara spasial variabel penutupan lahan dan bahaya. Adapun variabel tata guna lahan/perencanaan mengacu pada modifikasi

(9)

Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001). Variabel penutupan lahan memiliki empat kriteria, yaitu alami, semi alami, non-alami, dan campuran. Kriteria alami meliputi lahan kosong, sungai/kali, dan pasir pantai. Kriteria semi alami mencakup tambak dan sawah, sedangkan kriteria non alami berupa area terbangun yang tidak sesuai dengan aturan sempadan pantai. Adapun kriteria campuran berupa kebun.

Variabel bahaya terdiri dari empat kriteria, yaitu tidak bahaya, agak bahaya, bahaya, dan sangat bahaya. Kriteria tidak bahaya adalah area yang tidak terdapat kemungkinan bahaya gelombang. Kriteria agak bahaya adalah area pengamanan bahaya. Adapun kriteria bahaya berupa area waspada gelombang laut, abrasi, dan tsunami. Kriteria sangat bahaya berupa area bahaya gelombang, abrasi, dan tsunami.

Variabel tata guna lahan (TGL)/perencanaan dibagi menjadi empat kriteria, yaitu rencana mendukung, TGL mendukung, belum ada TGL /tata guna lingkungan tidak sesuai, dan TGL tidak sesuai. Kriteria rencana mendukung adalah tertata sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) PTB. Kriteria TGL mendukung adalah berupa penggunaan lahan berupa vegetasi pantai, pasir pantai, dan sungai. Adapun kriteria belum ada TGL /tata guna lingkungan tidak sesuai berupa lahan kosong, tambak, dan sawah. Kriteria TGL tidak sesuai berupa permukiman dan fasilitas wisata (tidak sesuai zonasi ekologi pantai).

Aspek wisata mengacu pada modifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) untuk variabel tipe pantai dan penutupan lahan, sedangkan variabel variasi kegiatan mengacu pada Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001). Variabel tipe pantai dibagi menjadi empat, yaitu pantai berpasir putih kecoklatan, pantai berpasir putih kecoklatan dan sedikit karang, pantai berpasir putih kecoklatan dan berkarang serta sedikit terjal, dan pantai berlumpur. Tipe pantai akan dinilai sesuai dengan empat kriteria tersebut dan batasan wilayah pantai sesuai dengan batas pasang surut tertinggi (maksimal) pada tapak.

Variabel penutupan lahan (Land Cover/LC) terdiri dari empat kriteria penilaian, yaitu LC berupa lahan terbuka dan mangrove; LC berupa semak, belukar rendah, dan savana; LC berupa belukar tinggi; dan LC berupa permukiman dan fasilitas wisata. Keempat kriteria tersebut akan berpengaruh

(10)

terhadap keterbatasan, keamanan, dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan wisata.

Variabel variasi kegiatan berwisata terkait dengan jumlah atraksi wisata pada area-area tertentu dan terdiri dari empat kriteria, yaitu lebih dari 6, ada 5-6, ada 3-4, dan ada 1-2 atraksi wisata yang dapat dinikmati. Variasi kegiatan eksisting yang dapat dinikmati oleh wisatawan adalah wisata kuliner, viewing, berenang, duduk-duduk, bermain pasir, dan jalan-jalan/fotografi.

Analisis terhadap aspek ekologi dan aspek wisata secara spasial dilakukan dengan metode skoring. Hasil analisis aspek ekologis dan aspek wisata akan menghasilkan peta komposit sehingga dapat diketahui kriteria kesesuaian lahan dilihat dari kedua aspek tersebut. Peta komposit hasil overlay ini sebagai dasar pembentukan block plan. Dalam menentukan kriteria dari peta tersebut akan dicari selang/interval kriteria berdasarkan klasifikasi penilaian akan dihitung dengan menggunakan persamaan berdasarkan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dalam Mulyati (2007):

Keterangan:

S : Selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian Smaks : Skor maksimal

Smin : Skor minimal

K : Banyaknya klasifikasi

Rumus di atas digunakan untuk mencari selang kualitas aspek ekologi, kualitas aspek wisata, serta kualitas aspek ekologi dan wisata (hasil overlay kedua aspek). Pada studi ini banyaknya klasifikasi (K) yaitu 4. Hal ini untuk mendapatkan tingkat kedetailan pada penilaian kualitas masing-masing aspek.

Selain rumus untuk menghitung selang digunakan juga rumus untuk menghitung daya dukung kawasan wisata. Penghitungan daya dukung kawasan wajib dilakukan dan direncanakan sejak awal.

(11)

Perhitungan jumlah pengunjung maksimal untuk rekreasi menggunakan rumus:

1

Keterangan:

DD = daya dukung

A = luas area yang digunakan untuk rekreasi (m²)

B = luas area yang dibutuhkan oleh seorang pengunjung untuk berekreasi dengan tetap memperoleh kepuasan (m²/individu)

Rf = faktor rotasi

Penghitungan daya dukung pada kawasan ekologi, termasuk rencana wisata pantai berbasis ekologis di PTB pada akhirnya hanya 40% dari hasil penghitungan daya dukung normal. Sehingga kelestarian tapak, kenyamanan, dan keamanan wisatawan dapat terjaga.

3.4.1.4. Sintesis dan Konsep

Peta komposit hasil overlay yang diperoleh pada tahap analisis selanjutnya dijadikan dasar untuk menghasilkan solusi berupa alternatif pengembangan ruang yang direncanakan dalam bentuk rencana blok/block plan. Hasil dari tahap ini adalah konsep dasar perencanaan berupa konsep dasar rencana lanskap wisata pantai berbasis ekologis. Konsep dasar dijadikan sebagai dasar pengembangan selanjutnya, yaitu berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, dan konsep aktivitas serta fasilitas.

3.4.1.5. Perencanaan Lanskap

Tahap perencanaan ini adalah tahap pengembangan konsep yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Selain itu, konsep merupakan pedoman dalam rencana pembentukan ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas, serta rencana daya dukung pada tapak. Rencana lanskap ini difokuskan pada rencana lanskap (landscape plan) area wisata pantai berbasis ekologi.

Gambar

Gambar 2. Peta Orientasi Perencanaan RTH
Tabel 3. Alat pengambilan data beserta kegunaan dan keluarannya
Gambar 4. Tahapan Proses Perencanaan (Modifikasi Gold, 1980)
Tabel 4. Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

3. Terdapat hubungan interaksi sosial dengan hasil prestasi belajar mahasiswa semester IV Prodi DIII Kebidanan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang,

Empat demplot ini dijalankan oleh 4 (empat) kelompok demplot masing-masing dengan jumlah anggota 10 orang. Selain ingin memperkenalkan sistem kebun campur agroforestri, program

Faktor-faktor dibawah ini yang tidak diperlukan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan pada penderita Diabetes Mellitus :.. Berat badan penderita saat

tingkat suku bunga deposito adalah jumlah uang yang beredar (inflasi).. serta penetapan tingkat suku

Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh antara post-test pada kelompok eksperimen, kelompok kontrol 1 dan kelompok kontrol 2 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Sumbu horizontal merupakan nilai input dari variabel negatif, sedangkan sumbu vertikal merupakan tingkat keanggotaan dari nilai input, dimana tingkat keanggotaan diinisialisasikan

Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian, khususnya mengenai pengaruh kepemilikan manajerial,