• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR GANJAR WAHYU AJI NUGROHO R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR GANJAR WAHYU AJI NUGROHO R"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN PADA

PEKERJAAN PANAS DI PT. BAKRIE CONSTRUCTION

SERANG BANTEN

GANJAR WAHYU AJI NUGROHO R.0009046

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)
(3)
(4)

commit to user

ABSTRAK

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN PADA PEKERJAAN PANAS DI PT.

BAKRIE CONSTRUCTION SERANG BANTEN

, , )

Tujuan: Tujuan observasi ini adalah mengetahui penerapan ijin kerja panas (Hot Work

Permit) pada pekerjaan panas untuk menanggulangi potensi bahaya peledakan dan

kebakaran.

Metode: Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang penerapan ijin kerja panas (Hot Work Permit) pada pekerjaan panas. Pengambilan data dilakukan melalui observasi di tempat kerja, wawancara dengan pembimbing, pekerja serta dokumen perusahaan yang berkaitan denganpekerjaan panas/ Hot Work serta manual penerapan ijin kerja panas.

Hasil: Hasil dalam observasi ini adalah proses fabrikasi perusahaan dalam pekerjaan panas mempunyai potensi bahaya peledakan dan kebakaran. Ijin kerja panas (Hot Work

Permit) diterapkan sebagai upaya penanggulangan.

Simpulan: Perusahaan telah menerapkan ijin kerja panas pada pekerjaan panassehingga dapat menanggulangi potensi bahaya peledakan dan kebakaran. Kata kunci: Pencegahan Kebakaran dan Peledakan, Pekerjaan Panas.

* Prodi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

commit to user

ABSTRACT

THE APPLICATION OF HOT WORK PERMIT SYSTEM AS THE ATTEMPT OF PREVENTING FIRE AND EXPLOSION IN

HOT WORK IN PT. BAKRIE CONSTRUCTION SERANG BANTEN

Ganjar Wahyu Aji Nugroho*), Yeremia R.A.*), and Seviana Rinawati*) Objective: The objective of research was to find out the application of hot work permit in hot work to cope with potential explosion and fire.

Method: This observation was conducted using a descriptive method giving a description about the application of Hot Work Permit in hot work. The data was collected using observation at workplace, interview with the consultant, worker as well as company document relevant to the hot work as well as manual of hot work permit application.

Result: The result of observation showed

hot work had potential explosion and fire hazard. The hot work permit was applied as the precaution measure.

Conclusion: The company had applied the hot work permit in hot work so that it could cope with potential explosion and fire hazard

Keywords: Fire and Explosion Prevention, Hot Work

*) Occupational Health and Safety Diploma III Study Program, Medical Faculty, Sebelas Maret University.

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, berkah, karunia, dan nikmat berupa sehat dan sempat, serta kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan khusus dengan judul Penerapan Hot

Work Permit System Sebagai Upaya Pencegahan Kebakaran dan Peledakan Pada Pekerjaan Panas Di PT. Bakrie Construction Serang, Banten

Penulisan laporan umum ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, sekaligus selaku penguji.

3. , S.Sos., M.Kes, selaku Pembimbing 1 dalam penyusunan

laporan ini.

4. Ibu Seviana Rinawati, SKM, selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

5. Bapak Gindo Sirait, selaku HRD PT. Bakrie Construction yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Bakrie Construction ini.

6. Bapak H. Dibbyo, selaku Senior Manager Operation dan Bapak H. Agus

Kusnadi, selaku QHSE ManagerPT. Bakrie Construction Yard Sumuranja yang

telah menerima dan memperkenankan penulis untuk magang selama 2.5 bulan di PT. Bakrie Construction Yard Sumuranja.

(7)

commit to user

perusahaan, terimakasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.

8. Seluruh keluarga besar PT. Bakrie Construction yard Sumuranja yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.

9. Ibu, Bapak, Kakak dan segenap keluarga besarku terimakasih atas untaian doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.

10. Orang-orang terdekat dalam hidupku yang tidak bosan untuk membantu dan memberi dukungan serta doa kepada penulis hingga laporan ini terselesaikan 11. Segenap keluarga besar angkatan 2009, yang selalu memberi semangat kepada

penulis.

12. Semua pihak yang telah bersedia membantu doa dan memberi dukungan hingga laporan ini bisa terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, 20 Juni 2012 Penulis,

Ganjar Wahyu Aji Nugroho R.0009046

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

A. Metode Penelitian ... 15

B. Lokasi Penelitan ... 15

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian... 15

D. Sumber Data ... 16

E. Teknik Pengumpulan Data ... 16

F. Pelaksanaan ... 17

G. Analisis Data ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Hasil Penelitian ... 19

B. Pembahasan ... 29

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. Simpulan ... 35

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN

(9)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 14 Gambar 2. Proses Produksi PT. Bakrie Construction ... 20

(10)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar NFPA 51B-2009 Lampiran 2. BC Yard Layout April 2012 R1 Lampiran 3. Hot Work Permit Form

(11)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi telah mendorong perkembangan industri di segala bidang, maka hal ini akan mengakibatkan semakin banyak pula risiko-risiko yang akan dihadapi, baik secara fisik maupun mental oleh tenaga kerja maupun pengusaha. Sekarang ini telah banyak industri yang menggunakan peralatan kerja dan mesin-mesin produksi yang serba canggih, sehingga dapat diharapkan memberikan hasil produksi yang maksimal. Kemajuan itu juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan kerja sekitar, karena semakin meningkat pula jumlah dan jenis bahaya yang ada ditempat kerja maka dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, dan produktivitas pada tenaga kerja

2009).

Bahaya yang ada di tempat kerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang menjadi sebab hambatan-hambatan langsung dan kerugian secara tidak langsung, yaitu kerusakan mesin dan peralatan kerja dan terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan karena kesalahan kerja, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar, baik secara langsung maupun tidak langsung, apabila diperhitungkan secara rasional maka perusahaan mengalami kerugian atau kehilangan dalam jumlah

(12)

commit to user

besar. Oleh karena itu, bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja harus secepat mungkin dihilangkan atau dikendalikan dengan penerapan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) yang 2009).

Aspek keselamatan kerja mempunyai peranan penting dalam meminimalkan resiko bahaya. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha antisipasi sejak dini agar kecelakaan kerja tidak terjadi dan tidak merugikan sumber daya manusia dan alat-alat kerja yang dimiliki perusahaan. Perhatian pemerintah dalam hal ini cukup besar yaitu dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja disebutkan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Selain itu juga dikeluarkan Undang-undang tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan produktivitas nasional. (Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1). Hal ini merupakan wujud kepedulian pemerintah atas keselamatan tenaga kerja sehingga perusahaan tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tenaga kerja

Salah satu aspek dalam keselamatan kerja yang harus diperhatikan yaitu adanya kecelakaan kerja. Kejadian atau peristiwa kecelakaan tentu ada penyebab yang menyertainya. Secara umum, ada 2 (dua) golongan penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu: 1) Tindakan atau perbuatan manusia yang tidak

(13)

commit to user

3

memenuhi keselamatan (unsafe actions). 2) Keadaan atau kondisi lingkungan

yang tidak aman (unsafe conditions 2009).

Angka kecelakaan kerja berupa kebakaran dan peledakan di Indonesia masih tinggi. dimana kecelakaan kerja tersebut mendatangkan kerugian yang besar, baik dari segi materi ataupun material, maka perlu adanya upaya pencegahan (perventif) dan meminimalkan segala kemungkinan terjadinya kecelakaan. Upaya ini lebih efektif daripada upaya kuratif.

Dari beberapa penjelasan di atas maka penulis ingin mengetahui dan

mempelajari tentang penerapan Hot Work Permit System untuk

menanggulangi kebakaran dan peledakan pada pekerjaan panas di PT. Bakrie Construction Yard Sumuranja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat disusun perumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana proses produksi di PT. Bakrie Construction?

2. Bagaimana penerapan hot work permit system di PT. Bakrie Construction dalam upaya pencegahan kebakaran dan peledakan pada pekerjaan panas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di PT. Bakrie Construction adalah sebagai berikut :

(14)

commit to user

2. Untuk mengetahui penerapan hot work permit system di PT. Bakrie Construction dalam upaya pencegahan kebakaran dan peledakan pada pekerjaan panas.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan dan hasil-hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan, tentang Peraturan Keselamatan Kerja terutama pada penerapan hot work permit

system untuk pengendalian bahaya peledakan dan kebakaran pada pekerjaan

panas di PT. Bakrie Construction guna mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja.

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang Peraturan Keselamatan Kerja terutama pada penerapan hot work permit

system sebagai langkah pengendalian bahaya peledakan dan kebakaran pada

pekerjaan panas di PT. Bakrie Contruction. 3. Perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh masukan, evaluasi serta bahan pertimbangan untuk meningkatkan proteksi terhadap bahaya kebakaran dan peledakan pada aktivitas hot work. Serta dalam pemenuhan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan proses fabrikasi

(15)

commit to user

5

khususnya hot work sebagai upaya pengendalian dan pencegahan kecelakaan kerja di PT. Bakrie Construction.

(16)

commit to user

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Produksi

Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Di dalam proses produksi akan terjadi suatu proses perubahan bentuk (transformasi) dan input yang dimasukkan baik secara fisik maupun non fisik.

Proses yang terjadi yaitu perubahan bahan baku (raw material) berupa batangan baja, pipa baja dan lempengan baja yang di proses sesuai dengan gambar perencanaan menjadi bagian-bagian yang selanjutnya di rangkai menjadi sebuah bangunan.

2. Tempat Kerja

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di

(17)

commit to user

7

permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Menurut Undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 2 ayat 2 ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana tempat-tempat tersebut merupakan :

a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, lapangan kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di

(18)

commit to user

udara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang.

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau

perairan.

j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau yang rendah.

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon.

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis.

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.

(19)

commit to user

9

lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. 3. Bahan/ Material

Tiap-tiap material mempunyai resiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan, yaitu:

1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi,

4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5) Menyebabkan kanker,

6) Mengakibatkan kelainan pada janin, 7) Bersifat racun,

8) Radioaktif.

Selain risiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun-tahun (kronis). Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan harus mengetahui sifat bahan yang digunakan sehingga mampu mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan bagi perusahaan

(20)

commit to user

Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada: 1) Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung,

2) Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut, 3) Berapa lama seseorang terpapar,

4) Susceptibilitas seseorang. 4. Manusia/ Karyawan.

Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap timbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mes

2009).

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian.

Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius dan tidak disiplin.

(21)

commit to user

11

5. Hot Work

Semua pekerjaan yang termasuk pembakaran, pengelasan, pemotongan dan aktivitas lain yang menghasilkan percikan api atau panas yang memungkinkan untuk memicu kebakaran atau peledakan (ANSI, 2005). Pekerjaan panas merupakan aktivitas kerja yang menggunakan panas maupun menghasilkan panas selama pekerjaan berlangsung, diantaranya adalah cutting, welding, soldering, brazing dan penggunaan bola lampu (Sutherland, 2000).

6. Potensi Bahaya

Potensi bahaya (hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan (OHSAS 18001, 2007).

Bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

a. Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.

b. Peledakan

(22)

commit to user

menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak.

7. Hot Work Permit System

Sistem Permit To Work (P.T.W) adalah sistem tertulis formal yang digunakan untuk mengontrol tipe pekerjaan yang dinilai berbahaya. Form ini juga merupakan komunikasi antara manajemen instalasi/site, plant

supervisors dan operator serta orang yang akan mengerjakan pekerjaan. Permit To Work System bertujuan untuk menyakinkan bahwa

perencanaan yang tepat dan mempertimbangkan risiko yang ada pada pekerjaan tertentu. Permit (izin) merupakan dokumen tertulis dimana wewenang tertentu pada orang yang menyelenggarakan kerja, pada waktu dan tempat tertentu dan mengutamakan tindakan pencegahan untuk melengkapi pekerjaan lebih aman (International Asociation of Oil and Gas

Producers, 1993).

Hal-hal yang utama pada sistem P.T.W adalah :

a) Identifikasi yang jelas atas siapa yang berwewenang pada pekerjaan tertentu (dan ada batasan terhadap wewenangnya) dan siapa yang bertanggung jawab secara khusus untuk menentukan tindakan pencegahan apabila diperlukan.

b) Pelatihan dan instuksi terhadap penggunaan permit (izin).

c) Monitoring dan auditing untuk menjamin bahwa sistem kerja direncanakan.

(23)

commit to user

13

kebakaran dan peledakan yang di sebabkan oleh pekerjaan panas. Berdasarkan NFPA 51B Tahun 2009 upaya pencegahan bahaya kebakaran dan peledakan pada pekerjaan panas perlu diperhatikan beberapa aspek, antara lain :

a) Desain tempat kerja b) Keamanan alat c) Komptensi karyawan d) Kondisi lingkungan kerja e) Alat pemadam api f) Perijinan kerja

(24)

commit to user

Proses Produksi B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.

Tempat Kerja Material Karyawan

Hot Work

Potensi bahaya: 1. Kebakaran 2. Peledakan

Hot Work Permit System

sesuai NFPA Upaya penanggulangan 1. Pre-Cutting 2. Welding 3. Drilling 4. Brazing 5. Grinding 6. Gouging 7. Assembling Pekerjaan Aman

(25)

commit to user

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran, maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar fenoma yang diselidiki.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai Implementasi Ijin Kerja Panas (Hot Work

Permit) Sebagai Pencegahan Bahaya Kebakaran dan Peledakan Di PT. Bakrie

Construction.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil oleh penulis adalah: 1. Nama Perusahaan : PT. Bakrie Construction

2. Alamat : Desa Sumuranja, Kecamatan Pulo Ampel,

Kabupaten Serang Propinsi Banten.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dan ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan pekerjaan panas/ hot work di PT. Bakrie Construction meliputi:

(26)

commit to user

1. Pekerjaan panas/ hot work

2. Potensi bahaya pekerjaan panas/ hot work

3. Pencegahan terhadap bahaya dari pekerjaan panas/ hot work. 4. Perijinan untuk pekerjaan panas/ hot work permit

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari melakukan observasi ke tempat kerja/ lapangan dan wawancara pada tenaga kerja.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai sumber data dan Perpustakaan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas

hot work di lapangan serta mengikuti alur pembuatan ijin kerja panas.

2. Studi Kepustakaan

Data diperoleh dari mempelajari manual pelaksanaan, referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan panas/ hot work dan ijin kerja panas/ hot work permit.

(27)

commit to user

17

3. Wawancara

Data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pekerja yang melakukan pekerjaan panas dan penanggung jawab pembuatan ijin kerja untuk pekerjaan panas yaitu safety officer dan safety superintendent di PT. Bakrie Construction.

F. Pelaksanaan 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan meliputi:

a. Permohonan ijin Magang di PT. Bakrie Construction Yard Sumuranja Cilegon Banten.

b. Mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Mempelajari tentang kepustakaan yang berhubungan dengan pekerjaan panas, dan perijinan kerja.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 15 Februari 2012 sampai dengan tanggal 30 April 2012, adapun kegiatan selama melakukan penelitian adalah sebagai :

a. Hari pertama masuk mengikuti safety induction program dari Departemen QHSE, kemudian menuju ke HRD untuk membuat ID Card.

b. Orientasi tentang kondisi/ gambaran umum perusahaan tempat diadakannya Magang.

(28)

commit to user

c. Mempelajari HSE manual dan Prosedur Kerja.

d. Konsultasi kepada pembimbing perusahaan untuk mendapat arahan selama pelaksanaan Magang.

e. Melakukan observasi secara langsung ke lapangan. f. Melakukan wawancara mengenai pekerjaan panas. g. Mengamati alur pembuatan ijin kerja panas.

h. Mengikuti dan membantu kegiatan di QSHE Department. 3. Tahap Pengolahan

Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan kemudian dikonsultasikan pada pembimbing lapangan, disusun selanjutnya dianalisis dan dibahas sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif, yaitu penggambaran mengenai pekerjaan panas/ hot work, berdasar potensi bahaya dari pekerjaan panas dan penerapan ijin kerja panas kerja di PT. Bakrie Construction berdasarkan prosedur BCPRD-HSE-034_00 Welding and

Oxy-Cutting Safety,BCPRD-HSE-049_00 Permit To Work, dan BC-HSE-WI13 -

Hot Work (weld&cut), selain itu juga dengan membandingkan hasil tersebut

dengan peraturan perundangan dan literatur yang ada. Adapun peraturan perundangan yang digunakan adalah:

1. Undang-Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. National Fire Protection Association (NFPA)® 51B Standard for Fire Prevention During Welding, Cutting, And Other Hot Work.

(29)

commit to user

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Proses produksi

PT. Bakrie Construction merupakan anak perusahaan dari PT. Bakrie Brothers Indonesia yang bergerak dalam bidang Engineering, Procurement and Construction (EPC) yaitu melakukan rekayasa (Engineering) dari suatu plant, melakukan pembelian (Procurement/ Purchasing) barang-barang dan equipment terkait dan mendirikan/membangun (Contruction) plant. Meskipun termasuk perusahaan EPC, PT. Bakrie Construction tidak perlu melakukan semua kegiatan tersebut, tergantug dari tender yang telah disepakati dari pihak klien.

PT. Bakrie Construction malayani jasa fabrikasi untuk beberapa sektor industri, diantaranya perusahaan minyak dan gas, tambang, power

plant, serta infrastruktur pendukung industri lainnya. Produk yang telah

dihasilkan antara lain :

1) Offshore Platform 2) Jacket

3) Container Crane Manufacture 4) Oil Storage Tank

5) Mining Conveyor 6) Ponton

(30)

commit to user

7) Conveyor Girder 8) Supply Dumb Hopper 9) Surge Bin

Secara garis besar proses produksi PT. Bakrie Construction seperti gambar berikut :

Gambar 2. Proses produksi PT. Bakrie Construction. Sumber : PT. Bakrie Construction, Maret 2012.

Dari bagan proses produksi diatas, proses fabrikasi adalah proses produksi utama dari proses produksi PT. Bakire Construction. Fabrikasi

sendiri adalah pekerjaan konstruksi baja dalam sebuah

bangunan workshop, dengan mengikuti tahapan proses produksi yang telah ditetapkan. Aktivitas yang ada dalam workshop meliputi :

a) Aktivitas Pre-Cutting ( Pemotongan material )

b) Aktivitas Drilling ( Pengeboran pada material ) c) Aktivitas Grinding ( Penggerindaan pada material ) d) Aktivitas Assembling ( Perakitan material )

e) Aktivitas Welding ( Pengelasan ) f) Aktivitas Brazing ( Pematrian )

g) Aktivitas Gauging ( Pengikisan atau membuat alur pada permukaan logam

atau memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan untuk selanjutnya

Purchase of material Engineering

Job Tender Fabrication Finishing

Packing and Delivery

(31)

commit to user

21

dikerjakan kembali )

Selain pada proses fabrikasi aktivitas welding juga ditemukan pada saat leasing material/ produk di barge atau tongkang yaitu proses pengikatan material atau produk dengan tali baja atau sling pada lantai

barge agar material atau produk tidak bergeser atau ambruk saat

pengangkutan di laut.

Dilihat dari proses produksi PT. Bakrie Construction, rata-rata aktivitas yang dilakukan adalah pekerjaan yang menimbulkan panas/ api. Pada pekerjaan yang menghasilkan panas/ api memiliki 2 potensi bahaya utama, yaitu :

a. Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi berdasarkan adanya 3 unsur dasar yang biasa disebut segitiga api. Ketiga unsur tersebut yaitu bahan bakar, oksigen dan panas.

1) Bahan bakar

Bahan bakar merupakan bahan yang mudah terbakar atau dapat terbakar. Bahan bakar banyak ditemukan di lokasi workshop, diantaranya adalah :

a) Gas LPG : Gas LPG yang biasa digunakan untuk

aktivitas cutting. Manifold Gas LPG terdapat di area workshop maupun open area. Gas LPG merupakan gas yang berbahaya karena sangat mudah terbakar.

(32)

commit to user

b) Solar : Solar digunakan untuk bahan bakar mesin

diesel pada genset. Genset biasa digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk aktivitas

welding.

c) Oli Pelumas : Oli pelumas/ minyak pelumas digunakan

untuk melumasi mesin-mesin yang berputar atau bergesek yang digunakan pada proses fabrikasi.

d) Tiner dan Cat : Tiner dan cat banyak digunakan di area

chamber, disana juga terdapat gudang

penyimpanan untuk cat dan tiner.

e) Bahan lain yang mudah terbakar, misalkan gas metan/ CH4

yang terperangkap dalam ruang terbatas dalam barge atau tongkang.

2) Oksigen

Oksigen dapat ditemukan di udara bebas yang biasa kita hirup. Di udara bebas kandungan oksigen berkisar kurang lebih 21% dari volume udara bebas.

3) Panas

Panas banyak dihasilkan dari aktivitas hot work yang berlangsung di area workshop maupun open area. Sumber panas lain juga terdapat pada instalasi listrik yang telah rusak ataupun terbuka, sehingga dapat menimbulkan spark atau percikan api.

(33)

commit to user

23

Selain itu sumber panas lainnya juga dapat ditemukan pada aktivitas pekerja yang merokok.

Ketiga unsur itu banyak ditemukan di area workshop maupun

open area. Dengan demikian potensi bahaya kebakaran dapat terjadi

kapan saja jika ketiga unsur tersebut bertemu. b. Peledakan

Potensi bahaya peledakan dapat terjadi bila terdapat gas terkonsentrasi pada satu tempat yang konsentrasinya melebihi Lower

Explosive Limit (LEL). Ketika manifold gas LPG bocor dapat

mengakibatkan terkonsentrasinya gas di lantai ruangan karena berat jenis gas lebih besar dari udara. Bila terdapat aktivitas hot work pada area tersebut maka akan terjadi peledakan.

Selain kedua bahaya utama tersebut diatas, aktivitas hot work juga memiliki potensi bahaya terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan panas dan orang lain di sekitar pekerjaan panas tersebut dilakukan. Bahaya tersebut anatara lain :

a. Luka bakar akibat lelehan metal pada aktivitas cutting. b. Luka bakar akibat percikan api saat menggerinda. c. Tergores saat menggerinda.

d. Kerusakan mata akibat radiasi non-ionizing saat aktivitas welding. e. Masuknya gram atau serbuk besi ke mata saat aktivitas

menggerinda.

(34)

commit to user

2. Penerapan Hot Work Permit System

Berdasarkan identifikasi bahaya diatas potensi bahaya terbesar dari aktivitas hot work adalah kebakaran dan ledakan. Untuk meminimalisir terjadinya bahaya tersebut PT. Bakrie Construction telah menerapkan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan. Upaya yang telah dilakukan PT. Bakrie Construction antara lain :

a. Perancangan Prosedur Pekerjaan Panas

Dalam hal pekerjaan panas PT. Bakrie Construction mengacu pada prosedur BCPRD-HSE-034_00 Welding and Oxy-Cutting Safety, dan BC-HSE-WI13 - Hot Work (weld & cut). Selain itu juga pembuatan JSA untuk masing-masing proses pekerjaan. Namun seringkali prosedur tersebut diabaikan oleh pekerja.

b. Pelatihan pekerja

Pekerja yang melakukan pekerjaan panas harus orang yang terlatih dalam bidang pekerjaan panas. Layak atau tidaknya seorang pekerja untuk pekerjaan panas dibuktikan dengan adanya sertifikat resmi.

c. Desain Tempat Kerja/ Workshop

Workshop di PT. Bakrie Construction telah di design sedemikian rupa untuk menghindari potensi bahaya kebakaran dan ledakan. Workshop PT. Bakrie Construction terdiri atas 2 bangunan utama yang digunakan untuk aktivitas fabrikasi. Bangunan pertama posisi sejajar dengan jetti dengan pintu masuk mengarah ke barat.

(35)

commit to user

25

Bangunan ini terbagi menjadi 3 workshop yang saling memanjang. Bangunan ini di desain dengan satu pintu utama yang terbuka lebar, 2 pintu di sisi gedung, serta ventilasi setinggi 2 meter didinding gedung bagian bawah.

Pada gedung kedua merupakan area pre-cutting, layout gedung tegak lurus dengan jetti. Gedung ini mempunyai 2 pintu utama yang terbuka lebar, mengarah ke jetti. Layout workshop terlampir.

Desain tersebut dibuat berdasarkan sifat gas LPG yang lebih berat dari udara. Sehingga bila terjadi kebocoran gas LPG, langsung tersapu angin dan tidak terkonsentrasi pada suatu tempat. Selain itu design tersebut disesuaikan dengan arah angin yang selalu mengarah jetti atau menjauhi jetti.

Walaupun telah didesain sedemikian rupa namun ada beberapa bagian ventilasi dinding yang ditutup karena angin terlalu kencang yang berakibat turunnya kualitas pengelasan.

d. Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan satu - satunya alat pemadam api yang terdapat di PT. Bakrie Construction. APAR tersedia di seluruh area workshop dan sebagian di open area. Di PT. Bakrie Construction menggunakan 2 jenis APAR yaitu dry-powder

chemical dan CO2. Dry-Powder Chemical ditempatkan di dekat

manifol gas, di dekat tangki bahan bakar solar dan tempat lainnya,

(36)

commit to user

Di beberapa titik penempatan APAR di PT. Bakrie Construction, ditemukan APAR yang kurang layak kondisinya. Beberapa APAR ditemukan dalam kondisi berkarat di bagian bawahnya, high presure/ low presure,pin pengaman hilang, serta

powder yang menggumpal. Di lokasi open area APAR terpapar

langsung oleh panas dan hujan karena tidak dilengkapi pelindung. e. Penggunaan Manifold Gas dan Flash Back Arrestor

Pemasangan manifold gas untuk memonitor gas yang digunakan. Sedangkan penggunaan flash back arestor adalah untuk menghentikan api yang membakar balik ke dalam peralatan.

f. APD

Alat pelindung diri merupakan pencegahan dari bahaya yang berpotensi pada pekerja. Adapun APD yang digunakan antaralain :

1. Safety Helmet : melindungi kepala dari percikan api. 2. Safety Shoes : melindungi kaki dari lelehan metal.

3. Apron : melindungi tubuh dan lengan dari percikan api dan lelehan

metal.

4. Safety Glasses : melindungi mata dari percikan api dan gram besi. 5. Hand Gloves : melindungi tangan dari percikan api dan lelahan

metal.

6. Face Sield : melindungi wajah dari percikan api dan gram besi. 7. Masker : melindungi saluran pernafasan dari gram yang mungkin

(37)

commit to user

27

8. Welding Cap : melindungi wajah dan mata dari percikan api dan

radiasi cahaya saat pengelasan.

Selain itu pekerja diwajibkan memakai celana panjang berbahan

jeans, hal ini dimaksudkan karena celana berbahan jeans tidak lebih

mudah terbakar dibandingkan dengan celana bahan. g. Pembentukan Fire Fighting Team

Pembentukan tim pemadam kebakaran dimaksudkan untuk

menanggulangi bahaya kebakaran bilamana memang terjadi

kebakaran di PT. Bakrie Construction. Setiap tahun dilakukan pembentukan fire fighting team, sedangkan pelatihan dilakukan 2 kali dalam 1 tahun.

h. Ijin Kerja Panas/ Hot Work Permit

Hot Work Permit adalah ijin/ perijinan yang dikeluarkan untuk

suatu pekerjaan dimana pekejaan tersebut mengahasilkan panas/ suhu tinggi, percikan/ bunga api, lelehan besi, dan nyala api yang dapat menyulut bahan mudah menyala dan bahan mudah terbakar.

Hot Work Permit dibuat ketika akan dilakukan suatu pekerjaan

dimana pekerjaan tersebut menghasilkan panas/ suhu yang tinggi , menghasilkan percikan api/ bunga api, lelehan besi, dan nyala api yang dapat menyulut bahan mudah menyala dan bahan mudah terbakar.

Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan panas/ hot work di PT. Bakrie Construction antara lain :

(38)

commit to user

1) Welding/ Pengelasan 2) Grinding/ Menggerinda 3) Cutting/ Pemotongan 4) Gouging 5) Assembling/ perakitan 6) Brazing/ mematri

Dengan demikian pekerjaan yang ada di workshop selalu berhubungan dengan panas dan api. Walaupun selalu berhubungan dengan panas dan api, tidak semua pekerjaan panas di PT. Bakrie Construction memakai ijin kerja panas/ hotwork permit. Ijin kerja panas dikeluarkan berdasarkan kriteria tertentu, diantaranya adalah : 1) Pekerjaan yang dilakukan termasuk pekerjaan panas yaitu

pekerjaan yang menghasilkan panas, percikan api, lelehan metal, dan nyala api.

2) Lokasi pekerjaan panas tidak dedicated atau tidak di desain untuk pekerjaan panas.

3) Lokasi pekerjaan berdekatan dengan material yang mudah menyala dan sangat mudah menyala.

4) Pekerjaan panas yang tidak secara rutin dikerjakan.

5) Pekerjaan panas yang potensi bahayanya tinggi atau critical, berdasarkan penilaian resikonya.

i. Penanggungjawab pekerjaan panas

(39)

commit to user

29

pekerjaan panas adalah menejemen, namun secara khusus tanggung jawab keamanan pekerjaan panas dibebankan kepada beberapa pihak terkait, antara lain :

1) Supervisor

Supervisor bertanggungjawab menyetujui pekerjaan panas

setelah memastikan adanya peralatan keselamatan dan prosedur kerja yang benar sebelum dilakukan pekerjaan.

2) Foreman / job leader

Foreman bertanggungjawab sebagai mandor untuk mengawasi pekerjaan supaya pekerjaan berjalan sesuai prosedur kerja.

3) Karyawan itu sendiri

Karyawan bertanggungjawab atas dirinya dan rekan kerjanya untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja.

4) Helper

Helper bertanggungjawab atas keamanan peralatan yang

digunakan dalam pekerjaan.

B. Pembahasan 1. Proses Produksi

Tahapan proses fabrikasi di PT. Bakrie Construction meliputi : a) Aktivitas Pre-Cutting ( Pemotongan material )

(40)

commit to user

c) Aktivitas Grinding ( Penggerindaan pada material ) d) Aktivitas Assembling ( Perakitan material )

e) Aktivitas Welding ( Pengelasan ) f) Aktivitas Brazing ( Pematrian ) g) Aktivitas Gauging

Aktivitas tersebut diatas termasuk dalam kriteria pekerjaan panas dikarenakan pada aktivitas-aktivitas tersebut menghasilkan cukup panas, percikan api, lelehan metal, dan nyala api yang dapat menyulut bahan mudah menyala dan bahan mudah terbakar. Selain itu proses leasing juga termasuk aktivitas hotwork karena saat proses leasing terdapat aktivitas pengelasan pad eyes pada lantai ponton sedangkan dibawah lantai ponton merupakan ruang terbatas yang kemungkinan didalamnya terdapat gas yang mudah terbakar sehingga berpotensi terjadinya ledakan.

Potensi bahaya utama pada aktivitas hot work adalah kebakaran dan ledakan seperti yang tertera dalam NFPA 51B 2009 poin 3.3.2 mengenai definisi hot work yang berbunyi

termasuk pembakaran dan pengelasan serta aktivitas lain yang dapat ejadian kecelakaan yang mendasari dibuatnya peraturan NFPA 51B 2009 yang tercantum dalam NFPA 51B 2009 lampiran Annex B menyebutkan tentang berbagai kejadian kecelakaan berupa kebakaran dan ledakan akibat pekerjaan panas.

(41)

commit to user

31

2. Penerapan Hot Work Permit System

Potensi bahaya terbesar dari aktivitas hot work adalah kebakaran dan ledakan. Untuk meminimalisir terjadinya bahaya tersebut PT. Bakrie Construction telah menerapkan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan.

Pengendalian terhadap bahaya sesuai dengan NFPA 51B 2009

Chapter 5 tentang fire prevention precaution. Pengendalian terhadap

bahaya juga sesuai dengan UU NO.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja, karena pengendalian tersebut dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya kebakaran maupun ledakan yang dapat

membahayakan pekerja, peralatan dan meterial. Pengendalian yang dilakukan antara lain :

a. Perancangan Prosedur Pekerjaan Panas

Dalam hal pekerjaan panas PT. Bakrie Construction mengacu pada prosedur BCPRD-HSE-034_00 Welding and Oxy-Cutting Safety, dan BC-HSE-WI13 - Hot Work (weld & cut).

Perancangan/ pembuatan prosedur kerja panas sesuai dengan NFPA 51B 2009 poin 3.2.6 mengenai standar. Dijelaskan dalam standar bahwa harus ada prosedur dalam melakukan pekerjaan panas b. Pelatihan pekerja

Pekerja yang melakukan pekerjaan panas harus orang yang terlatih dalam bidang pekerjaan panas.

Pekerja yang menangani pekerjaan panas diharuskan orang yang bersertifikat resmi, hal ini sesuai dengan standar NFPA 51B 2009 poin

(42)

commit to user

4.1.6.1 yaitu setiap individu yang terlibat dalam pekerjaan panas harus orang yang terlatih.

c. Desain Tempat Kerja/ Workshop

Workshop di PT. Bakrie Construction telah di design sedemikian rupa untuk menghindari potensi bahaya kebakaran dan ledakan.

Desain tempat kerja/ workshop sesuai dengan NFPA 51B 2009 poin 5.2.2.1 tentang disignated area for hot work. Disignated area merupakan lokasi yang telah didesain khusus untuk pekerjaan panas dengan mempertimbangkan potensi bahaya yang ada.

d. Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan satu - satunya alat pemadam api yang terdapat di PT. Bakrie Construction. APAR tersedia di seluruh area workshop dan sebagian di open area.

Alat pemadam api ringan tersedia di lokasi pekerjaan panas sesuai dengan NFPA 51B 2009 poin 7.4.1 tentang fire extinguisher.

e. Penggunaan Manifol Gas dan Flash Back Arrestor

Pemasangan manifold gas untuk memonitor gas yang digunakan. Sedangkan penggunaan flash back arestor adalah untuk menghentikan api yang membakar balik ke dalam peralatan.

Penggunaan manifold gas dan flashback arrestor telah memenuhi standart NFPA 51B 2009 poin 7.5.6 tentang valve caps. Sebagai perlindungan atas peralatan berupa selang (hose) dan tabung gas dari api yang membakar balik ke selang.

(43)

commit to user

33

f. Pembentukan Fire Fighting Team

Pembentukan tim pemadam kebakaran dimaksudkan untuk

menanggulangi bahaya kebakaran bilamana memang terjadi

kebakaran di PT. Bakrie Construction. Tim ini juga bertugas mengadakan drill kebekaran di tempat kerja.

Pembentukan fire fighting team telah sesuai dengan NFPA 51B 2009 poin 7.4.3 tentang tim pemadam kebakaran.

g. Ijin Kerja Panas/ Hot Work Permit

Hot Work Permit dibuat ketika akan dilakukan suatu pekerjaan

dimana pekerjaan tersebut menghasilkan panas/ suhu yang tinggi , menghasilkan percikan api/ bunga api, lelehan besi, dan nyala api yang dapat menyulut bahan mudah menyala dan bahan mudah terbakar.

Adanya ijin kerja panas sesuai dengan standar NFPA 51B 2009 poin 5.4 tentang hotwork permit. Tidak semua pekerjaan panas yang dilakukan harus memakai permit, untuk kriteria dibuatnya hotwork

permit tersebut sesuai dengan standar NFPA 51B 2009 Lampiran

A.5.4 Hot Work Permit Decision Tree. h. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri merupakan pencegahan dari bahaya yang berpotensi pada pekerja.

Alat pelindung diri yang digunakan telah sesuai dengan standar NFPA 51B 2009 poin 5.1 tentang personal protective clothing.

(44)

commit to user

Pakaian pelindung harus dapat melindungi operator dari percikan api, nyala api, dan lelehan metal.

i. Penanggung jawab

Secara umum yang bertanggung jawab atas keamanan pekerjaan panas adalah menejemen, namun secara khusus tanggung jawab keamanan pekerjaan panas dibebankan kepada beberapa pihak terkait

Penanggung jawab pekerjaan panas di PT. Bakrie Construction telah sesuai dengan standar NFPA 51B 2009 Chapter 4 tentang

Responsibility for hotwork. Dalam peraturan dijelaskan bahwa yang

bertanggung jawab atas pekerjaan panas adalah manajemen dan pihak yang terkait dalam pekerjaan panas tersebut.

(45)

commit to user

35 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di PT. Bakrie Construction yang termasuk dalam pekerjaan panas antara lain : Job tender, Engineering,

Purchase of Material, Fabrication, Finishing, Packing and Delivery. Dari

tahapan proses tersebut dapat diketahui aktivitas hot work terdapat dalam proses fabrikasi meliputi :

a. Aktivitas Pre-Cutting ( Pemotongan material ) b. Aktivitas Drilling ( Pengeboran pada material ) c. Aktivitas Grinding ( Penggerindaan pada material ) d. Aktivitas Assembling ( Perakitan material )

e. Aktivitas Welding ( Pengelasan ) f. Aktivitas Brazing ( Pematrian ) g. Aktivitas Gauging

Pada proses fabrikasi memiliki 2 potensi bahaya utama yaitu kebakaran dan peledakan.

2. Penerapan hot work permit system yang dilakukan di PT. Bakrie Construction telah sesuai dengan NFPA 51B 2009 tentang Standard Fire

Prevention During Welding, Cutting, and Other Hot Work, meliputi :

(46)

commit to user

dengan standar, akan tetapi masih ada pekerja yang mengabaikan prosedur dalam melakukan pekerjaan panas.

b. Pelatihan pekerja dalam bidang pekerjaan panas telah dilaksanakan, ditunjukkan dengan adanya sertifikat resmi.

c. Desain tempat kerja/ workshop, telah didesain dengan ventilasi yang lebar sebagai antisipasi kebocoran gas LPG.

d. Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), telah tersedia akan tetapi ada beberapa yang kondisinya kurang layak.

e. Penggunaan Manifold Gas dan Flash Back Arrestor, pemasangan

Manifold Gas berfunngsi untuk memonitor gas yang digunakan

sedangkan Flash Back Arrestor berfungsi untuk menghentikan api yang membakar balik ke dalam peralatan.

f. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada pekerjaan panas di PT. Bakrie Construction adalah safety helmet, safety shoes, apron,

safet glasses, hand gloves, face shield, masker, welding cap.

g. Pembentukan Fire Fighting Team, telah dibentuk dan telah dilakukan pelatihan untuk menanggulangi bahaya kebakaran.

h. Ijin Kerja Panas/ Hot Work Permit, dibuat ketika akan dilakukan suatu pekerjaan panas untuk mengendalikan faktor penyebab terjadinya bahaya kebakaran dan peledakan.

i. Penanggungjawab pekerjaan panas di PT. Bakrie Construction yaitu : supervisor, foreman / job leader, pekerja itu sendiri, dan

(47)

commit to user

37

B. Saran

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Mengadakan training mengenai prosedur kerja untuk meningkatkan kedisiplinan pekerja.

2. Mengembalikan fungsi ventilasi pada dinding workshop di bagian bawah. 3. Mengganti APAR yang kondisinya sudah tidak layak pakai.

4. Memberikan penutup pada APAR yang berada di open area.

5. Penggantian APAR di area tangki solar dengan APAR yang lebih efektif untuk memadamkan kebakaran bahan bakar minyak yaitu fume atau busa. 6. Meningkatkan sistem pemadam kebakaran.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pemikiran  ....................................................................
Gambar 1. Kerangka Pemikiran.
Gambar 2. Proses produksi PT. Bakrie Construction.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Segitiga api tersebut meliputi bahan bakar,udara (O2) dan panas. Ketiga unsur tersebut merupakan syarat proses pembakaran tanpa salah satu unsur segitiga api pembakaran

Model Komputer tunggal yang melayani seluruh tugas-tugas komputasi telah diganti dengan sekumpulan komputer berjumlah banyak yang terpisah-pisah tetapi saling berhubungan

Dari segi fungsi secara khusus fungsi pada projek ini berupa pelatihan seperti kursus piano dan juga workshop piano yang dapat juga membantu memberikan

Nilai  strike dan dip  pada pekerjaan rekayasa batuan  berhubungan dengan prediksi stabilitas massa batuan dan arah penggalian, serta sangat berperan untuk memberikan

Sedangakan implementasi yang dilakukan pada partisipan 2 adalah dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan dan kerusakan integritas

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun sehingga terbentuklah suatu Tugas Akhir yang

untuk menjadi seorang crew juga mengingat pekerjaan yang langsung berhubungan dengan pelanggan/ pembeli memerlukan skills sifat ramah tamah, agar tamu merasa disambut atau dilayani

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MASYARAKAT ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO FRUIT AND VEGETABLE CONSUMPTION BEHAVIOR IN THE