i
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Ika Susanti
4517021041
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2021
ii
Judul : Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo
Nama Mahasiswa : Ika Susanti Nomor Stambuk : 4517021041
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Adminstrasi Negara
Telah Memenuhi Syarat Untuk Mengikuti Seminar Proposal Guna Memperoleh Gelar Sarjana Negara (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar dan Dinyatakan Memenuhi Persyaratan Akademik yang telah Ditetapkan.
Menyetujui, Pembimbing I
Drs. Natsir Tompo, M.Si NIDN. 0901065901
Pembimbing II
Nining Haslinda Zainal, S.Sos.,M.Si NIDN. 0915098603
Mengetahui, Dekan FISIP
Universitas Bosowa Makassar
Arief Wicaksono, S.IP,MA NIDN. 0927117602
Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Nining Haslinda Zainal, S.Sos.,M.Si NIDN. 0915098603
iii
Judul : Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo
Nama Mahasiswa : Ika Susanti Nomor Stambuk : 4517021041
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Adminstrasi Negara
Telah diperiksa dan dinyatakan memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar.
PANITIA UJIAN Ketua
Arief Wicaksono, S.IP.,M.A NIDN. 0927117602
Dekan Fisipol Universitas Bosowa
Sekretaris
Nining Haslinda Zainal, S.Sos.,M.Si NIDN. 0915098603
Ketua Program Studi Ilmu AdministrasiNegara
TIM PENGUJI
1. Drs. Natsir Tompo, M.Si
( )
2. Nining Haslinda Zainal, S.Sos., M.Si
( )
3. Dr. Nurkaidah, MM
( )
4. Dr. Syamsul Bahri, S.Sos.,M.Si
( )
iv
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bosowa Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul Skripsi : Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo
Saya menyatakan bawah yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri bukan dari orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat ahli dan rujukan lain (Penelitian sebelumnya, dan jurnal terdahulu) ini dikutip atau dirujuk berdasarkan Kode Etik Ilmiah.
Apabila karya atau penulisan skripsi ini terbukti merupakan duplikat ataupun plagiasi dari hasil karya penulisan lain atau dengan segaja mengajukan karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar dan saksi hukum yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawab ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dai pihak manapun juga.
Makassar, Maret 2021 Penulis,
v
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Sistem Pelayanan BPJS di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan skripsi pada Universitas Bosowa Makassar dan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Bapak Arief Wicaksono, SIP., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik. 2. Bapak Drs. Natsir Tompo M.Si selaku Dosen Pembimbing 1, dan ibu Nining
Haslinda Zainal S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
3. Bapak Dr. Syamsuddin Maldun, M.Pd selaku Penasehat Akademik.
4. Seluruh jajaran Dosen jurusan Administrasi Negara yang telah memberikan
ilmunya kepada saya.
5. Seluruh staff lantai 7 Fak. Ilmu Sosial Politik yang selalu bersedia membantu dalam pengurusan berkas-berkas perkuliahan baik KRS, Transkip Nilai dan berkas-berkas lainnya.
vi ini.
8. Sahabat-sahabat saya terutama kepada Iswar dan Haris yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman di Berkah Komputer yang selalu sabar mengedit dan memprint skiripsi saya.
10. Teman-teman angkatan, adik-adik serta senior yang telah mewarnai hari-hari saya di kampus.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skirpsi ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Makassar, Februari 2021 Penulis,
vii
Negara, Faklutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo. Dibimbing oleh Natsir Tompo dan Nining Haslida Zainal.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kualitas sistem pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara.Sumber data yaitu data primer dan data skunder. Teknik analisis data melalui pengumpulan data, redukasi data, panyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Hasil penelitian dengan fokus 1) Kualitas sistem pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kab. Wajo: (a) Transparansi, dari indikator ini sudah berjalan cukup baik(b) Akuntabilitas, dilihat dari indikator ini belum sepenuhnya berjalan optimal, (c) Partisipatif sudah cukup baik (d) Kondisional sudah berjalan dengan baik, namun belum optimal, (e) Kesamaan hak, sudah berjalan cukup baik. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kab. Wajo, yaitu a. Faktor pendukung, yiatu dengan adanya (a) Sumber Daya Aparatur/karyawan yang cukup profesional dan handal (b) Sarana dan prasarana dengan fasilitas cukup memadai yang menunjang pelaksanaan pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kab. Wajo, b. Faktor penghambat, yaitu: (a) Sistem rujukan yang berjenjang, (b) Fasilitan kesehatan yang tidak sebanding.
viii
Lamadukelleng Hospital, Wajo Regency.Guided by Natsir Tompo and Nining Haslida Zainal.
This objective is to see the quality of the BPJS Kesehatan service system at Lamaddukkelleng Hospital, Wajo Regency and the factors that influence it. This type of research is descriptive qualitative, data learning methods through observation, documentation and interviews. Data sources are primary data and secondary data. Techniques for analyzing data through information, data education, data analysis, data retrieval and leverage.
The results of the study focused on 1) The quality of the BPJS Health service system in Lamaddukkelleng District Hospital. Wajo: (a) Transparency, from this indicator has been running quite well (b) Accountability, seen from this indicator is not yet fully optimal, (c) Participatory is good enough (d) Conditional has been running well, but not optimal, (e) Equal rights, has been going quite well 2) Factors that influence BPJS Health services at Lamaddukkelleng District Hospital. Wajo, namely a. Supporting factors, namely the presence of (a) sufficient professional and reliable Apparatus / employee resources (b) Facilities and infrastructure with adequate facilities that support the implementation of BPJS Health services at Lamaddukkelleng District Hospital, Kab. Wajo, b. Inhibiting factors, namely: (a) tiered referral system, (b) disproportionate health facilities.
ix
HALAMAN PENERIMAAN ... iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Teori ... 10
1. Pengertian Sistem ... 10
2. Pengertian Pelayanan ... 12
3. Konsep Sistem Pelayanan ... 17
4. Respon ... 28
5. BPJS Kesehatan ... 31
B. Penelitian Terdahulu ... 52
C. Kerangka Konseptual ... 54
D. Fokus Penelitian ... 56
E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 59
C. Jenis Penelitian... 60
D. Informan Penelitian ... 60
E. Jenis Data ... 61
F. Teknik Pengumpulan Data ... 61
G. Analisis Data ... 62
H. Teknik Pengabsahan Data ... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65
B. Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo ... 66
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
xi
Tabel 2. Observasi Indikator Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD La Maddukkelleng Kab. Wajo ... 83
xii
Gambar 2. Prosedur Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama ... 47
Gambar 3. Alur Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan ... 48
Gambar 4. Alur Pelayanan Rujukan Antar Faskes Tingkat Lanjutan ... 49
Gambar 5. Penjaminan Pelayanan Emergensi Pada PPK Non Provider ... 50
Gambar 6. Alur Peminjaman dan Prosedur Klaim Pelayanan Ambulan ... 51
Gambar 7. Sumber Pendapatan BPJS ... 52
1
Kesehatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan kehidupan setiap manusia. Seperti yang tertera dalam UU Nomor 36 Ttahun 2009, mengenai kesehatan yang dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan atau kondisi, baik fisik, mental, spritual maupun kondisi sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dan kondisi secara ekonomi. Sehat menurut ahli World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa keadaan normal pada setiap orang adalah merupakan hak hidup masing-masing. Kesehatan jasmani dan rohani, termasuk sehat yang berkaitan dengan alam atau lingkungan sekitar dengan mengatur jiwa, tubuh, dan lingkungan berupa oksigen, diet seimbang, olahraga dan bekerja, istirahat, mengatur kebersihan serta pikiran, membiasakan pola hidup bersih dan seimbang.
Organisasi dalam bidang kesehatan dunia WHO (World Health
Organization), pada tahun 1948 telah menjelaskan bahwa kesehatan dapat
diukur dengan keadaan kondisi fisik, kondisi mental, maupun kondisi sosial, bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan. Konsep sehat, WHO telah memberikan indikator dan ruang lingkup yang luas dalam sebuah rumusan bahwa keadaan atau kondisi dikatakan sehat dan sempurna secara fisik, mental dan sosial, bukan karena terbebas dari penyakit atau cacat.
Konsep kesehatan menurut Kementerian Kesehatan berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 1992 bahwa kesehatan adalah keadaan yang normal dan sejahtera pada anggota tubuh, baik jiwa dan sosial pada diri setiap orang yang dapat melaksanakan aktivitas/kegiatan tanpa ada gangguan, dalam artian adanya keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani termasuk dalam melakukan segala interaksi pada lingkungan sekitarnya.
Kesehatan adalah dari hak asasi setiap manusia serta bagian dari unsur kesejahteraan yang wajib dipenuhi berdasarkan cita-cita bangsa sebagaimana amanat konstitusi UUD 1945. Pemerintah pusat dan daerah sepatutnya memperhatikan setiap masyarakat dari segala aspek bidang, antara lain dalam bidang kesehatan. Pemerintah harus memberikan fasilitas dan menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang layak bagi setiap masyarakat.
Berdasarkan data Kemenkes Republik Indonesia, bahwa pada akhir tahun 2018 Rumah Sakit di Indonesia berjumlah 2.813 (2.269 RS Umum dan 544 RS Khusus). Rumah Sakit Swasta berjumlah 1.787 RS, atau sekitar 63,5% dari jumlah rumah sakit yang ada di Indonesia, sedangkan 529 Rumah Sakit adalah milik pemerintah di daerah Kabupaten/Kota dan 141 milik Pemda Provinsi. Sedangkan Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat sebanyak 33 unit RS. Selain fasilitas Rumah Sakit, pemerintah juga telah menyelenggarakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
BPJS kesehatan merupakan program pemerintah nasional untuk memberikan perlindungan dan jaminan kesehatan, ekonomi dan sosial bagi
setiap warga negara. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah penyelenggara atau badan yang dibentuk pemerintah dan terdiri dari dua bagian yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dengan tujuan mengambil alih program-program yang sebelumnya dikelola Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan Askes.
Program BPJS kesehatan yang dibentuk pemerintah adalah hasil dari peralihan program yang sebelumnya telah dikelola oleh Asuransi Kesehatan (Askes), Jamkesmas dan Jamkesda serta program Jamsostek yaitu Jamian Pemeliharaan Kesehatan(JPK). BPJS Kesehatan, dibentuk pada tahun 2004 di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Puti, dengan lahirnya Undang-undang tentang Sistem Jaminan Sosial. Selain itu, payung hukum BPJS yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang penyelenggra jaminan sosial. Pada tanggal 31 Desember 2013 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PT ASKES resmi diganti nama menjadi BPJS Kesehatan dan pada tanggal 1 Januari 2014 program-program BPJS antara lain Kartu Indonesis Sehat (KIS) mulai direalisasikan kepada masyarakat.
Hasil transformasi dalam upaya untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, selain BPJS Kesehatan juga dikenal dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan yang dimiliki para pekerja yang sebelumnya terdaftar dan status aktif di Jamsostek, yang sebagian besar iuran ditanggung oleh perusahaan tempat pekerja/karyawan bekerja, diambil alih oleh BPJS dan secara otomatis menjadi peserta di BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), telah mewajibkan setiap warga negara dan penduduk untuk mendaftar dan menjadi peserta BPJS, hal ini sesuai amanat Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS, bahwa BPJS Kesehatan mewajibkan seluruh warga negara dan penduduk di wilayah Indonesia agar kiranya dapat menjadi peserta di BPJS (Badan Penyelanggara Jaminan Sosial) kesehatan.
Program pemerintah dalam bidang kesehatan merupakan program nasional yang dikenal dengan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), mulai direalisasikan pada masyarakat luas pada tahun 2014 (Tanggal 1 Januari 2014). BPSJ sebagai badan yang dibentuk sebagai pelaksan program jaminan kesehatan secara nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat yang layak dan sebagai bentuk perwujudan dalam melindungi dan memenuhi hak-hak dasar hidup dibidang kesehatan bagi setiap warga negara.
Sistem kepesertaan BPJS Kesehatan terdiri dari dua jenis tipe kepesertaan, yaitu anggota atau kelompok kepesertaan BPJS kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari negara yang diperuntukkan untuk masyarakat miskin dan orang yang memiliki cacat total/permanen atas rekomendsi dan data Dinas Sosial. Pembayaran atau iuran bulanan untuk penerima bantuan iuran ditanggung sepenuhnya oleh Negara/Pemerintah dan setiap peserta berhak mendapatkan pelayanan klaster III. Bagi peserta yang berasal atau sebelumnya terdaftar dari program Jamkesmas dan Jamkesda, telah beralih untuk menjadi peserta BPJS kesehatan pada kepesertaan PBI.
Kepesertaan kedua adalah BPJS-NON-PBI. Peserta BPJS-NON-PBI di wajibkan membayar biaya iuran bulanannya secara mandiri.
Rumah Sakit yang merupakan salah satu instansi yang didirikan dan dibentuk untuk menyelenggarakan dan memberikan pelayanan serta perawatan dalam bidang kesehatan berdasarkan fungsi utama dan tugas-tugasnya, yaitu berkewajiban melaksanakan dan memberikan pelayanan secara medis dan penunjang medis serta berupaya menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, berkualitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan bagi setiap masyarakat yang membutuhkan. Hal ini berdasarkan amanat Konstitusi UUD 1945 yang tertuang dalam pasal 28H ayat (1), bahwa “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Seiring dengan itu, lanjut
pada pasal 28H ayat (3), dikemukakan bahwa “Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.
Pelayanan kesehatan sesuai dengan fakta di lapangan belum sepenuhnya berbanding lurus dengan amanat Konsititusi UUD 1945, disebabkan masih terdapat beberapa pihak penyedia layanan kesehatan termasuk pihak Rumah Sakit, belum optimal dalam menjalankan amanat yang digariskan UUD 1945. Salah satu contoh masih terdapat diskriminasi dikalangan masyarakat dalam memberikan pelayaan kesehatan. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang pengaturan penyelenggraan Rumah Sakit,
pada pasal 3 dijelaskan bahwa pelayanan pihak Rumah Sakit bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, pihak Rumah Sakit memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien dan masyarakat, lingkungan rumah sakit serta sumber daya manusia di rumah sakit. Meningkatkan mutu dan standar pelayanan rumah sakit. memberikan kepastian hukum kepada pasien dan masyarakat serta SDM di rumah sakit.
Permasalahan yang muncul tidak hanya dari RS, masalah juga muncul dari kurangnya kesadaran peserta BPJS untuk membayar tagihan setiap bulannya. Menurut Menteri Kesehatan Sri Mulyani, pada tahun 2014 defisit dari BPJS Kesehatan mencapai Rp. 9 Triliun sebelum akhirnya disuntik oleh Pemerintah sebesar Rp. 5 Triliun. Lalu pada 2016 defisit BPJS membaik karena hanya Rp. 6 Triliun. Pada tahun 2017 defisit dari BPJS Kesehatan kembali naik mencapai Rp. 13 Triliun. Selanjutnya pada tahun 2018 juga mengalami kenaikan kembali menjadi Rp. 19 Triliun. Dan pada tahun 2019 defisit BPJS kembali membengkak mencapai Rp. 32 Triliun.
Kabupaten Wajo merupakan salah satu daerah atau kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah menunjukan kemajuan secara signifikan dalam hal pembangunan fisik, seperti pada bidang pertanian telah di bangun Bendungan Paselloreng yang akan segara rampung. Bidang kesehatan adanya penambahan gedung super VIP di RSUD Lamadukkeleng. Serta di bidang infrastruk yang semakin membaik.
Dengan semua pembangunan itu harapkan pula oleh seluruh
dalam hal pelayanan publik karena masyarakat Kabupaten Wajo bukan hanya membutuhkan kepuasan dari segi pembangunan fisik, tetapi juga membutuhkan kepuasan dari pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Wajo.
Setiap instansi di Kabupaten Wajo yang menyenggarakan pelayanan publik secara langsung kepada lapisan masyarakat diharapkan mampu menunjukkan kualitas pelayanan yang prima supaya keluhan - keluhan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat diminimalisir bahkan tidak ada lagi keluhan dari masyarakat.
Salah satu rumah sakit yang menjadi mitra BPJS kesehatan adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng di Kab. Wajo. Salah satu pasien mengeluhkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng di Kab. Wajo, yaitu proses pengambilan obat di ruang instalasi farmasi rawat jalan, terlalu lama. Menurut Edy, pelayanan obat di rumah sakit itu belum maksimal. “Saya sudah berjam-jam menunggu obat sejak pagi. Lambatnya pelayanan membuat sejumlah warga, keluhkan pelayanan RSUD Lamaddukelleng,” ujarnya, keluhan itu disampaikan, Selasa (10/3/2020).
Antrian pasien di RSUD Lamaddukelleng masih saja menjadi keluhan bagi pasien yang akan berobat di poli maupun di rawat inap. Pasalnya, pasien dalam kondisi sakit tak mampu lagi menunggu lama di loket, sistem teknologi juga belum mampu memanimalisir membludaknya antrian. Bukan hanya antrian di loket pendaftaran poli dan rawat inap banyak dikeluhkan, bahkan
antrean pasien untuk pengambilan obat di ruang layanan Instalasi Farmasi juga banyak dikeluhkan pasien. Minimnya petugas melayani tak luput dari protes pasien (Kliksulsel.com, Kamis, 10 Maret 2020).
Selain antrian yang banyak dikeluhkan pasien RSUD Lamaddukelleng Sengkang. Yakni loket pendaftaran yang mengharuskan pemohon menunduk jika bicara dengan petugas. Dan sejumlah alat pendingin di ruang-ruang rawat juga banyak yang tak berfungsi dengan baik (Rakyatku.Com, Rabu, 11 Maret 2020).
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan mengenai pentingnya sistem pelayanan maka peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang bagaimana „Sistem Pelayanan BPJS Kesehatan RSUD Lamadukelleng di Kab. Wajo‟. Alasan peneliti ingin meneliti tentang hal tersebut di karenakan banyaknya keluhan masyarakat tentang kurang maksimalnya sistem pelayanan di RSUD Lamadukelleng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas pelayanan BPJS kesehatan di RSUD Lamaddukelleng di Kab. Wajo ?
2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam sistem pelayanan di RSUD Lamadukelleng Kab. Wajo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan BPJS kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Kab. Wajo.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat sistem dalam pelayanan di RSUD Lamadukelleng Kab. Wajo.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik
a. Sebagai tambahan literatur dan bahan kajian dalam pengembangan studi ilmu administrasi negara.
b. Sebagai tambahan refrensi atau informasi ilmiah bagi peneliti lainnya kedepan yang ingin mengetahui respon masyarakat pengguna BPJS kesehatan terhadap pelayanan RSUD Lamadukelleng di Kab. Wajo. 2. Manfaat Institusiat
Hasil dalam penelitian ini diharapkan untuk dapat menjadi bahan masukan serta evaluasi terhadap pihak-pihak rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.
3. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Kab. Wajo dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat pengguna/peserta BPJS.
10 1. Pengertian Sistem
Sistem adalah merupakan suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubungan dan disusun berdasarkan skema secara menyeluruh untuk pelaksanaan suatu kegiatan atau fungsi dari perusahaan yang dihasilkan oleh suatu proses tertentu dengan tujuan untuk menyediakan informasi internal dalam membantu pengambilan keputusan-keputusan pada manajemen operasi perusahaan serta penyediaan informasi secara eksternal.
Menurut M.c. Leod (2001:11), menjelaskan tentang sistem yang merupakan suatu kelompok unsur yang memiliki integrasi yang mempunyai maksud dalam mewujudkan tujuan yang sama. Suatu perusahaan/organisasi memiliki unsur-unsur yang berkaitan langsung untuk pekerjaan dalam mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini pula dalam suatu sistem terdapat beberapa sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Pada suatu sistem pelayanan sub-sub sistem (misalnya pegawai/karyawan dan HD) saling berhubungan dan mempengaruhi dalam mewujudkan layanan sesuai yang diharapkan.
Amsayh (2003:27), telah mengemukakan bahwa suatu sistem sebagai unsur yang berkaitan dalam membuat suatu kesatuan dalam
perusahaan/organisasi. Oleh karena itu sistem bukan merupakan suatu perangkat unsur yang dirakit secara sembarangan tetapi terdiri dari berbagai unsur yang dapat diartikan sebagai penyatuan karena memiliki tujuan atau sasaran yang sama. Pendapat tersebut disimpulkan, bahwa organisasi/perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang berada dalam satu kelompok organisasai/perusahaan dan memiliki hubungan satu sama lainnya.
Jagiyanto (2003:34) telah membagi suatu sistem pada 2 pendekatan, yaitu komponen dan prosedur. Jika dilihat pada pendekatan dari prosedur sistem yang telah didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur yang memiliki tujuan tertentu, sementara bila dilihat pada pendekatan dalam komponen sistem, yaitu merupakan sekumpulan terhadap komponen berkaitan dari yang dengan yang lain dalam membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Menurut Mulyadi (2005:5), bahwa sistem berarti sebuah jaringan/sistem prosedur disusun berdasarkan kerangka secara terpadu dalam pelaksanaan kegiatan organisasi atau perusahaan. Maka sesuatu prosedur merupakan kegiatan/tindakan klerikal yang biasanya akan melibatkan sekelompok orang (secara internal) dalam suatu departeman datau oraganisasi atau lebih yang disusun untuk memberikan jaminan dalam pelaksanaan transaksi suatu perusahaan secara berulang. Pandangan/pendapat ini, dapat dipahami bahwa suatu sistem meliputi jaringan prosedur, dan jaringan prosedur merupakan urutan dalam suatu kegiatan.
Menurut (Mulyadi, 2010:5), bahwa ada 2 kelompok/komponen dasar dalam pendekatan untuk mendefinisikan suatu sistem, yaitu melalui pendekatan prosedur dan pendekatan komponen, yaitu :
a. Sistem pada pendekatan prosedurnya, yaitu suatu sistem jaringan dan prosedur yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam melaksanakan suatu rangkaian pekerjaan atau penyelesaian masalah tertentu.
b. Sistem pada pendekatan komponennya, yaitu suatu kelompok yang terdiri dari beberapa elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi secara teratur dalam membentuk sesuatu secara utuh dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian atau sub-sub sistem yang dirancang dan dijadikan satu kesatuan dalam upaya mencapai suatu tujuan.
2. Pengertian pelayanan
Pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah merupakan suatu cara melayani baik jasa maupun kemudahan dalam jual beli barang dan jasa. Pelayanan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan melayani berbagai kebutuhan orang lain dengan sebuah imbalan materi ataupun non materi (uang atau jasa).
Pelayanan merupakan suatu proses pemenuhan suatu kebutuhan orang lain melalui sebuah aktivitas orang lain secara langsung (Moenir,
2005 : 16). Sedangkan menurut Agus Sulastiyono, bahwa pelayanan adalah merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkan seperti konsumen, pelanggan, klien, pasien, penumpang dan lain sebagainya, yang keberhasilannya diukur dari tingkat kepuasan orang yang dilayani. Perilaku atau tindakan dalam bentuk pemberian layanan seorang karyawan adalah tindakan individu seorang karyawan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumen. Pelayanan yang optimal dapat memberikan suatu kepuasan kepada pelanggan atau orang lain, yang dapat diukur dari kualitas dan penilaian pelanggang, tamu atau orang lain itu sendiri, (Agus Sulastiyono, 2002:41).
Menurut Fandi Tjiptno (2012 : 4) bahwa service (pelayanan) dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu
service operations yang kerap tidak diketahui keberadaannya oleh
pelanggan dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan (front office atau frontstage).
Dari uraian definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pada suatu pelayanan yang di dalamnya selalu ada aspek-aspek interaksi antara produsen dan konsumen, meskipun kadang tanpa disadari. Pelayanan adalah suatu proses aktivitas yang tidak berwujud seperti barang. Pelayanan dalam pandangan suatu biro perjalanan adalah menyelenggarakan pelayanan yang sesuai standar prosedur dalam pelayanan, antara lain senyum, amanah, luwes, melayani dan antusias serta
siap siaga dalam memberikan penjelasan dan pemahaman terkait alur perjalanan dan siap dan bijaksana dalam menerima complain dari setiap pelanggang yang tidak merasa puas.
Pada dasarnya pelayanan adalah suatu tindakan dalam kegiatan organisasi atau perorangan yang ditawarkan kepada pihak-pihak/konsumen untuk dilayani dan memiliki sifat yang tidak berwujud/nyata dan tidak dapat dimiliki. Hal ini sejalan ungkapan Morman (dalam Suyanto, 2003 : 8), bahwa ciri khas suatu pelayanan, yaitu bersifat tidak mampu diraba, tetapi pelayanan dalam faktanya terdiri dari suatu tindakan yang merupakan pengaruh yang memiliki sifat dari tindakan sosial dan poduksi serta komsumsi dari suatu pelayanan yang tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena secara umum terjadi secara bersamaan diwaktu dan tempat yang sama.
Karakteristik atau ciri khas tersebut dapat dijadikan suatu dasar untuk memberikan pelayanan yang optimal dan yang terbaik. Lebih luas terkait pengertian pelayanan dikemukanan Utal dan Daviddow (dalam Suryanto dan Sutopo, 2003:9), bahwa pelayanan adalah suatu usaha atau kegiatan yang berorientasi pada apa yang dapat membuat pelanggan merasa puas. Kepuasan pelanggan dapat dicapai dan diwujudkan dalam suatu pelayanan yang berkualitas, melalui pendekatan, sebagai berikut : 1) Mengurangi atau meminimalkan suatu kesenjangan yang sering terjadi
antar para pihak terkait, yaitu pihak manajemen dan pihak pelanggan, misalnya melaksanakan penelitian atau pengamatan untuk menilai
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang didapatkan dari para pegawai karyawan dalam perusahaan sebagai pemberi pelayanan. 2) Perusahaan/organisasi dituntut untuk mampu membangun komunikasi
dan komitmen secara bersama dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita dalam visi pada perbaikan suatu proses dalam pelayanan, termasuk membangun pola pikir, perilaku, kemampuan dan pengetahuan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
3) Memberikan kesempatan terhadap setiap pelanggan untuk dapat menyampaikan keluh kesahnya dan hal-hal yang dibutuhkan sesuai standar yang ditetapkan perusahaan atau organisasi.
Menurut Munir (2006 : 26-27), mengemukakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan sekelompok orang atau secara individu dengan dasar imbalan (faktor meterial) dari prosedur serta cara-cara tertentu, sebagai upaya mewujudkan kebutuhan khalayak/pelanggan berdasarkan hak-haknya. Suatu pelayanan bisa diwujudkan dengan optimal dan baik, apabila didukung faktor-faktor, antara lain sebagai berikut :
1) Kesadaran terhadap tanggung jawab, baik pihak pelaksana maupun pejabat/pimpinan.
2) Adanya standar prosedur pelayanan dan aturan-aturan yang cukup memadai.
3) Mekanisme dalam sebuah organisasi yang memiliki sistem yang dinamis.
4) Standar gaji/penghasilan minimum karyawan pelaksana untuk memenuhi kebutuhan/biaya hidupnya.
5) Memiliki keterampilan dan kemampuan yang sejalan dengan fungsi dan tugas dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan.
6) Memiliki sarana dan prasarana pelayanan yang sesuai tugas dan fungsinya, (Munir, 2000:124-125).
Menurut Kodtler (2001:61) mengungkapkan bahwa servisces atau jasa yaitu suatu kegiatan dan manfaat yang ditawarkan dari satu pihak terhadap pihak lain yang bersifat tidak nyata dan tidak dapat mengasilkan bentuk untuk dimiliki.
Menurut Haywood Farmer dan Parasuraman et.Al. (dalam Warella, 1997:18), bahwa terdapat 3 karakteristik/ciri khas utama dalam pelayanan jasa, yaitu :
1) Intangibility, yaitu pada dasarnya pelayan yang bersifat performance hasil dari suatu pengalaman bukan hasil dari suatu objek. Mayoritas pelayanan tidak mampu diukur dan dihitung serta diraba atau diuji sebelum disampaikan atau dirasakan dalam menjamin kulaitas.
2) Heterogenity, yaitu pengguna jasa atau pelanggan yang memiliki kebutuhan beragam. Para pelanggan yang sama, namun bisa mendapat pelayanan berbeda, demikian halnya performance kadang terjadi secara bervariasi dari suatu prosedur terhadap prosedur lain, dan sering terjadi dari masa ke masa.
3) Inseparability, yaitu suatu produksi dan komsumsi kegiatan pelayanan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Konsekuensi dan akibat dalam sebuah industri jasa pelayanan, kualitasnya tidak dapat direkayasa seperti produksi dalam bidang pabrik, lalu disampaikan kepada pelanggan, akan tetapi kualitas terjadi secara langsung dalam proses pelayanan dan interaksi terhadap penerima manfaat dan pemberi jasa pelayanan.
3. Konsep Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan merupakan rangkaian kegiatan dan tindakan yang terjadi melalui interaksi secara langsung antara individu seseorang dengan yang lain ataupun mesin secara fisik dengan menyiapkan sarana untuk kepuasan pelanggan (Sinambela, 2008 : 5).
Sistem pelayan, yaitu satu kinerja yang cepat hilang dan tidak berwujud, namun lebih pada hal-hal yang dapat dirasakan dari pada dimiliki secara materil. Para pelanggan dapat lebih berperan aktif untuk menilai dan menguji suatu proses atau konsumsi jasa tesebut, (Kotler, 1994 : 465).
Pelayanan dalam KBBI adalah suatu usaha dalam membantu menyediakan atau mengurus kebutuhan orang lain. Menurut UU No. 25 Tahun 2009 terkait Pelayanan Publik, telah dikemukakan bahwa pelayanan adalah rangkaian suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sosial sesuai peraturan yang berlaku untuk seluruh warga negara dan
penduduk terhadap barang dan jasa pelayanan administrasi yang disiapkan penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Kemenpan RB bahwa pelayanan yaitu merupakan segala aspek kegiatan pelayanan yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan ataupun pelaksana sesuai ketentuan peraturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu kegiatan atau tindakan dalam melayani masyarakat baik dalam interaksi langsung maupun tidak langsung.
Birokrasi (KEMENPAN RB) Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan, bahwa publik berasal dari kata atau Bahasa Inggris, berarti negara, masyarakat dan umum. Kata publik juga telah dipakai menjadi Bahasa Indonesia yang baku menjadi publik berarti orang banyak secara umum. Padahal seharusnya kata yang tepat untuk digunakan yaitu Praja yang bermakna rakyat sehingga lahirlah istilah pamong praja yang mempunyai arti pemerintah yang berfungsi melayani kepentingan seluruh rakyat. Kata lain yang memberi makna sama dengan kata publik ialah koinon yang berasal dari bahasa Yunani yang diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi common.
Definisi pelayanan publik dalam keputusan Kemenpan RB No. 25 tahun 2004 menjelaskan bahwa segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. Sementara Keputusan Kemenpan RB No. 54 Tahun 2002, menjelaskan dengan membagi dalam 3 kelompok pelayanan dari Instansi dan BUMN serta BUMD. Jenis kelompok tersebut berdasarkan pada ciri-ciri dan sifat kegiatan dan produk pelayanan yang dihasilkan (pelayanan, administrasi, pelayanan barang dan jasa).
Menurut Kurniawan (2005:6), telah mengemukakan bahwa pelayanan publik merupakan pemberian layanan kepada kebutuhan orang lain/masyarakat yang berkepentingan terhadap organisasi sesuai aturan pokok. Sedangkan moenir (2003:16) mengemukakan bahwa pelayanan adalah merupakan suatu proses terhadap pemenuhan kebutuhan secara langsung kepada aktivitas orang lain.
Menurut Albercht (dalam Sidarmayanti 2011:242), bahwa pelayanan merupakan suatu pendekatan organisasi secara total yang akan menjadi kualitas dalam pelayanan yang telah diterima pengguna/pelanggan jasa, sebagai kekuatan utama dalam operasi bisnis.
Menurut Gronsros (dalam Atik Septi Winarsih dan Ratminto, (2013:2), bahwa pelayanan adalah merupakan suatu aktivitas yang bersifat tidak nyata/tidak kasat mata dan tidak dapat diraba, terjadi sebagai bagian dari akibat sebuah interaksi antara karyawan dan konsumen atau dalam hal-hal lain yang telah disediakan perusahaan/organisasi pemberi dan penyedia pelayanan yang bertujuan untuk menemukan solusi permasalahan pelanggan atau konsumen.
Sedangkan menurut Sinambela (2008:51), bahwa pelayanan publik adalah bagian setiap tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan sekelompok orang yang mempunyai aktivitas untuk memberikan keuntungan terhadap suatu kesatuan, ataupun suatu kumpulan dan menawarkan kepuasan, walaupn hasil tidak berhubungan dengan produk secara fisik.
Menurut Kurniawan (dalam Pasolog Harbani. 2013:128) mengemukakan bahwa pemberian layanan publik merupakan kegiatan yang melayani kebutuhan orang lain/masyarakat yang berkepentingan pada organisasi atau perusahaan tersebut yang sesuai tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.
a. Standar dan Kepuasan Pelayanan Publik
Menurut Keputusan KEMENPAN RB Nomor 63 Tahun 2003 mengenai pedoman secara umum dalam penyelenggaraan pelayanan publik, bahwa standar pelayanan wajib meliputi :
a) Prosedur terkait pelayanan b) Waktu penyelesaian pelayanan c) Biaya terkait pelayanan
d) Produk dan jenis pelayanan
e) Fasilitasi sarana dan prasarana pelayanan
Kepuasan dalam pelayanan sebagaimana persamaan tingkat setiap orang sesudah memberikan perbandingan kinerja yang telah dirasakan dan yang diharapkan (Lukman, 2000:118). Sementara
menurut Yulk dan Wexley (1998), menjelaskan bahwa kepuasan pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kepentingan setiap orang atau pelanggan, apabila kebutuhan/kepentingan orang tersebut terpenuhi, maka akan merasa puas, begitu juga sebaliknya. Sedangkan menurut Tjiptonno (1996:45), bahwa kepuasan seorang pelanggang dapat mewujudkan sebuah loyalitas dan kesetiaan terhadap organisasi/perusahaan tersebut.
Berdasarkan pada beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya kepuasan seorang pelanggan, yaitu meliputi perbedaan antara kenyataan dan apa yang diharapkan, serta fakta/hasil yang telah dirasakan. Pendapat ini didasarkan kepada
disconfirmastion paradigma (Olver dalam Parrwitra,1993).
Kepuasan seseorang atau masyarakat pada pelayanan organisasi publik sangatlah penting, disebabkan adanya suatu hubungan terkait kepercayaan pelanggan atau masyarakat.
b. Asaz hukum pelayanan publik
Pelayanan publik memiliki payung atau dasar hukum dari pemerintah yang memiliki kewenangan sebagai pelaksana dan masyarakat diberikan jaminan dalam UU No. 25 Tahun 2009 terkait Pelayanan Publik. Hal tersebut, menggambarkan bahwa masyarakat mempunyai hak-hak untuk mendapatkan pelayanan publik yang berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingannya, baik yang sifatnya administrasi maupun yang lainnya. Sementara pemerintah
dalam UU tersebut berkewajiban memberikan pelayanan sesuai standar dan prosedur yang ada.
c. Jenis-jenis pelayanan publik
Dalam pelayanan publik terdapat berbagai jenis bentuk pelayanan untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini, UU No. 25 Tahun 2009 dan Keputusan Kemenpan RB Nomor 63/KEP/MENPAN/07/2003, sebagai turunan UU tersebut terkait Pelayanan Publik, sebagai berikut :
a) Pelayanan bentuk barang b) Pelayanan administratif. c) Pelayanan pembangunan. d) Pelayanan utilitas.
e) Pelayanan kebutuhan pokok. f) Pelayanan kemasyarakatan. d. Tujuan dan kualitas pelayanan
Pelayanan publik bertujuan untuk menyediakan umum yang sesuai dengan yang diharapkan atau yang dikehendaki terkait kebutuhan secara publik. Pihak pelaksana menyampaikan dengan tepat terhadap masyarakat atau pelanggan terkait layanan publik dengan syarat-syarat dan cara-cara serta akses yang telah dirancang dan disiapkan oleh pemerintah. Sedangkan pelayanan yang memiliki kualitas menurut Gebleer dan Osbomee (1995) dan Blom (1981), yaitu mempunyai ciri-ciri misalnya tidak prosedural atau terlalu
birokratis, dapat didistribusi dan secara desentralisasi yang berorintasi terhadap masyarakat/pelanggan.
Menurut Sinambela (2008:6) dalam sebuah bukunya “Reformasi pelayanan public: teori, kebijakan dan implementasi” secara konsep dan teori, pelayanan publik memiliki tujuan yang pada hakikatnya untuk memberikan kepuasan terhadap masyarakat/pelanggan. Untuk mewujudkan suatu kepuasan, maka penting adanya kualitas pelayanan secara prima, yang didasarkan pada 5 indikator, sebagai berikut :
1) Transparan
Maksud pelayanan yang transparan adalah pelayanan yang memiliki sifat mudah, terbuka serta dapat dijangkau pada semua kalangan atau pihak yang berkepentingan serta disiapkan dengan cara yang cukup memadai serta mudah dipahami.
2) Akuntabilitas
Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang dapat dibuktikan kebenarannya yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh aturan yang ada.
3) Kondisi
Pelayanan ini merupakan suatu bentuk layanan yang selaras dengan keadaan sekitar serta kemampuan pemberi serta penerima pelayanan dengan tetap menjunjung kepada prinsip evisiensi serta efektifitas.
4) Partisifatif
Pelayanan ini merupakan pelayanan yang mampu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut serta dalam suatu proses dalam pelaksanaan pelayanan publik dan tetap mempehatikan kebutuhan, keluhan dan harapan masyarakat.
5) Kesamaan hak
Pelayanan ini adalah pelayanan secara merata dan tidak ada unsur diskriminasi terhadap agama, golongan, suku, ras dan status sosial, dan lain sebagaianya.
Program dalam pelayanan terhadap publik/masyarakat atas dasar kepedulian terhadap pelanggan/konsumen yang harus terus dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial untuk dapat bersaing dalam percaturan dunia yang semakin ketat. Teori dan konsep kepedulian suatu organisasi atau perusahaan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan/ konsumennya hendaklah didasarkan pada kesadaran tentang pentingnya komunikasi dua arah antara produsen dan konsumen dalam suatu perusahaan, dan memperhatikan aspirasi pelanggan guna untuk mewujudkan kebutuhan pelanggan yang lebih optimal. Keterlibatan konsumen/pelanggan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu perusahaan/organisasi. Kelangsungan hidup suatu perusahan tergantung pada konsumen atau pelanggannya. Kepedulian atas keberadaan konsumen atau pelanggan sejalan dengan konsep manajeman secara modern yang dikembangkan
dalam sebuah kerangka layanan efektif yang disebut service
excellence (pelayanan prima)
Menurut Batara (2004:28) bahwa pelayanan secara prima merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap konsumen atau pelanggan dengan berupaya semaksimal mungkin dalam memberikan yang terbaik dengan berbagai fasilitas dan dapat diakses yang mudah, guna untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan pada setiap pelanggan, sehingga melahirkan sikap loyalita dalam diri para pelanggan/konsumen terhadap organisasi/perusahaan. Pola-pola dalam suatu pelayanan secara prima dikenal dengan konsep/istilah A3, yaitu
attitude (sikap), attention (perhatian) dan action (tindakan). Konsep
inilah yang akan dijadikan sebuah indikator. 1) Sikap (attitude)
Menurut WJ. Thomas, bahwa attitude (sikap) merupakan kesadaran seseorang sebagai penentu tindakan atau perbuatan yang dimungkinkan akan terjadi dalam pekerjaan atau kegiatan sosial. Lebih lanjut Himmerflb dan Eagly (dalam Batara, 2004:208), menjelaskan bahwa “Sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relative berlangsung lama dan ditujukan kepada orang, ide, objek dan kelompok orang tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa sikap terdiri dari 3 unsur, yaitu unsur keyakinan (kognitif), unsur perasaan (efektif), dan perilaku (konatif).
Pelayanan secara prima atas dasar konsep sikap yaitu merupakan sebuah pelayanan kepada konsumen dengan mengedepankan sikap yang menarik dan baik (Barata, 2004:202), antara lain terdiri dari :
a) Pelayanan/melayani dengan penampilan serasi dan menarik Penampilan serasi adalah gaya penampilan seseorang yang ditonjolkan secara fisik dengan memadukan keadaan sosok diri, citra diri, mode, dan kepantasan atau kepatutan. Penampilan serasi biasanya berhubungan dengan keselarasan atau harmoni antara sosok diri seseorang dengan “keharusan” atau “kebiasaan” atau “kepatutan” dalam berbusana dan berhias.
b) Pelayanan/melayani dengan mengedepankan pikiran positif Berpikir positif (positive thinking) adalah pola pikir yang tidak dipengaruhi oleh praduga buruk, segala sesuatu dihadapi dengan rasional. Pola pikir positif didasarkan atas logika yang sehat. Dalam menghadapi para pelanggan, kita harus selalu berpikir secara positif karena kita tahu bahwa pelanggan adalah salah satu penunjang (stakeholder) kelangsungan berdirinya perusahaan atau organisasi. Kita tidak boleh bersikap apriori (buruk sangka), mencari kelemahan, dan memanfaatkan kelemahan pelanggan.
c) Mengahargai setiap pelanggang
Menghargai adalah sikap “memanusiakan” dan “menempatkan” diri pelanggan sebagai orang yang paling penting bagi kelangsungan hubungan antara organisasi atau perusahaan dengan mereka. Sikap sopan santun, ramah dengan tutur kata yang sopan sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap konsumen/pelanggan.
2) Perhatian
Perhatian merupakan suatu sikap yang menonjolkan bentuk sikap peduli terhadap oarang lain pada sesuatu yang dibutuhkan. Bentuk peduli setiap orang, pada umumnya akan timbul daya tarik dalam perasaan atas dorongan sanubari hati yang disebabkan situasi dan kondisi yang dihadapi. Perhatian (attention) merupakan bentuk kepedulian terhadap konsumen, baik sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan dan keinganan konsumen ataupun pemahaman terkait aspirasi konsumen (Barata, 2004:230). 3) Tindakan
Menurut Barata (2004:262) menjelaskan bahwa, “Tindakan (action) adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk menghasilkan sesuatu”. Apabila dihubungkan dengan penyelenggaran suatu pelayanan, maka makna tindakan dalam teori tersebut, yaitu suatu upaya dan
perbuatan yang nyata telah ditujukan terhadap pemberian layanan secara wajar dan baik. Hal ini dapat dicapai dalam sebuah layanan apabila terdapat sense of servive yang mengutamakan sikap perhatian dengan ditunjang oleh suatu kemampuan untuk melayani
(service abiliy) serta tampilan dalam sebuah layanan (service appearance) secara baik.
4. Respon
Respon atau tanggapan pada umumnya diartikan sebagai kesan atau sebuah hasil yang didapat dari suatu pengamatan terkait subjek. Kejadian atau peristiwa dan hubungan yang terkait terdapat di dalamnya untuk disimpulkan terkait informasi dengan menafsirkan pesan-pesan.
Respon yang berasal dari akar kata response, yang memiliki arti jawaban atau tanggapan aksi dari sesuatu problem terhadap orang lain/khalayak (KBBI, 2008 : 1170). Sedangkan menurut Effendy (1986:19) bahwa respon adalah suatu tanggapan atau seperangkat reaksi terhadap kumunikasi usai diterpa suatu pesan.
Menurut Kartono (2014 : 431) mengemukakan bahwa respon sebagai suatu jawaban dari sebuah pertanyaan dalam suatu kuesioner atau seberang perilaku, baik nyata maupun yang tidak nyata (samar-samar dan tersembunyi). Istilah respon dilihat dari psychology adalah suatu yang umum dan istilah yang paling populer digunakan bersamaan dengan ppemberi atau penyedia sifat.
Menurut Jalaluddin Rahmat (2011 : 171), bahwa respon adalah suatu tindakan dari organism itu sendiri, bukan sekedar gerakan yang positif, tetapi setiap jenis kegiatan atau tindakan yang ditimbulkan dari suatu perangsang dapat pula disebut sebagai respon.
Istilah respon dalam sebuah komunikasi, yaitu merupakan kegiatan dalam komunikasi yang diharapkan memiliki sebuah hasil yang dinamakan efek. Tindakan komunikasi itu dapat memberikan suatu efek sebagai respon dari komunikasi tersebut terhadap sebuah pesan yang dilancarkan oleh pihak komunikator. (Djoenarsih S.Soenajo, 1983:25)
Sementara menurut Ahmad Subandi, bahwa mengemukakan respon adalah istilah balik (feedback) yang memunyai peranan atau pengaruh yang besar terhadap penentuan baik atau buruknya suatu kegiatan komunikasi yang telah atau sedang berjalan. (1982:50)
Penyampaian respon oleh komunikan terhadap komunikator, maka dapat menetralisir kekeliruan tafsiran dalam proses komunikasi. Sementara menurut Poedawirmita bahwa respon dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau tanggapan dan jawaban. Respon muncul atas penerima pesan setelah terjadi rangkain komunikasi. Beberapa kalangan pakar menafsirkan respon antara satu dan yang lain berbeda, akan tetapi pada dasarnya para ahli, walaupun menafsirkan dalam sudut pandang yang berbeda-beda, namun memiliki titik kesamaan pada subtansinya.
Respon dalam pemahaman yang luas dapat dimaknai bahwa sessorang telah memberikan reaksi melalui sikap, pikiran dan perilaku.
Sikap seseorang akan mewarnai perilaku dan perbuatannya. Secara umum tanggapan atau respon dapat dimaknai/diartikan sebagai akibat/hasil atau yang diperoleh dari suatu pengamatan. Maksud dari tanggapan adalah hasil pengamatan tentang subjek, peristiwa yang didapat dengan memberikan kesimpulan pada informasi dan menafsirkan pesannya.
Pada umumnya tanggapan atau suatu respon adalah sebuah bayangan dari sesuatu yang telah diamati dan dikenali. Setiap tanggapan itu berada didalam bawah sadar, sehingga dikenal dengan sebutan tanggapan laten (murni), sementara sebuah tanggapan dalam kesadaran dikenal dengan sebuatan aktual.
Uraian tentang konsep terkait respon, maka juga membahas tentang efek media massa, sebagai contoh yang dijelaskan Donald K.Robert (Robert dan Schram, 1997:359), dikutip Jalaluddin Rakhmat pada bukunya “Psikologi Komunikasi”, berpandangan bahwa sebuah efek itu hanyalah sebuah perubahan dari perilaku manusia setelah diterpa pesan dari media massa.
Berdasarkan teori dan konsep yang ditawarkan oleh Steven M.Cgaffe, bahwa respon terdiri dari tia bagian, sebagai berikut :
1) Kognitif, adalah sebuah respon berhubungan pada suatu keterampilan dan pengetahuan serta berita yang terkait suatu masalah. Respon tersebut akan muncul apabila ada sesuatu yang dipahami atau perubahan pada khlayak ramai.
2) Afektif, adalah sebuah respon yang berkaitan dengan perasaan (emosi) dan sikap serta penilaian pada seseorang.
3) Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan tingkah laku secara nyata berupa perbuatan dan kebiasaan.
Respon, jawaban/tanggapan muncul karena adanya sebuah tanda-tanda atau gejala dalam suatu kejadian/peristiwa yang telah terjadi sebelumnya.
5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
BPJS Kesehatan merupakan badan milik pemerintah yang berkewajiban untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap masyarakat yang menjadi pesertanya mulai dari tingkat puskesmas, rumah.sakit, dokter praktek swasta dan lainnya.
Pelaksanaan dalam program jaminan sosial yaitu salah satu kewajiban dan tangung jawab Pemerintah/Negara dalam menyediakan jaminan perlindungan sosial dan ekonomi kepada rakyat yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kemampuan keuangan Negara.
a. Pengertian BPJS Kesehatan
Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS terkait pelaksanaan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem BPJS kesehatan yang merupakan suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah agar melaksanakan penyelenggarakan kegiatan terkait jaminan sosial terhadap masyarakat. Program nasional pemerintah yang di kenal dengan istilah JKN (Jaminan Nasional Kesehatan) merupakan salah satu program dan tanggung jawab yang dibebankan pada BPJS kesehatan yang telah resmi dijalankan pada tanggal 1 Januari 2014.
b. Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS
Berdasarkan UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS dalam pasal 9 ayat (1), bahwa fungsi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, yaitu memiliki tujuan untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan tersebut juga berdasarkan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dilaksanakan sebagai program nasional berdasarkan prinsip-prinsip ekuitas dan asuransi sosial, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta mendapatkan manfaat perlindungan dan pemeliharaan kesehatan sebagai hak dan kebutuhan dasar dibidang kesehatan. Sejalan dengan hal tersebut BPJS kesehatan juga memiliki tugas dan wewenang berdasarkan amanat UU No. 24 Tahun 2011, yaitu BPJS Kesehatan berfungsi untuk melaksanakan dan/atau menerima pendaftaran para peserta, memberikan informasi tentang program-program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat pada umumnya, membayar biaya manfaat atau membayarkan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang ada pada program jaminan sosial, menerima atau mengumpulkan iuran dari para peserta maupun dari pemberi kerja, serta mengelola dan data peserta program jaminan sosial, mengelola dana jaminan sosial bagi kepentingan para pesertanya, serta menerima bantuan iuran dari pemerintah.
Berdasarkan tugas tersebut, BPJS Kesehatan juga memiliki kewenangan, sebagai berikut :
1) Melaksanakan atau menjalin kerjasama terhadap pihak-pihak lain dalam upaya menunjang pelaksanaan program BPJS. 2) Melaporkan pemberian kerja terhadap organisasi terkait tentang
kelalaian dalam pembayaran iuran untuk melaksanakan kewajiban lain sesuai aturan yang ditetapkan.
3) Mengenakan sanksi administrasi terhadap peserta maupun pemberi atau pelaksana kerja yang tidak memenuhi dan melaksanan kewajibannya berdasarkan ketentuan yang ada. 4) Menyusun atau membuat dan memutuskan kontrak kerja
dengan pihak-pihak yang terkait pemberi fasilitas kesehatan. 5) Melakukan kerjasama dengan pihak fasilitas kesehatan
mengenai dana pembayaran/biaya fasilitas kesehatan dengan merujuk pada ketetapan biaya/tarif yang telah ditetapkan sesuai aturan yang berlaku.
6) Melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan terhadap kepatuhan peserta maupun pemberi kerja didalam memenuhi kewajibannya yang sesuai aturan pada jaminan sosial nasional. 7) Menempatkan biaya yang ada pada jaminan sosial sebagai
tabungan jangka pendek maupun jangka panjang. 8) Menagih pembayaran iuran.
c. Manfaat Jaminan Kesehatan BPJS Kesehatan 1. Pelayanan jaminan kesehatan tingkat I
Pelaksanaan layanan kesehatan ditingkat I, yaitu pelayanan perorangan bersifat non primer (spesialistik) yang meliputi pelayanan terhadap rawat inap dan rawat jalan, yaitu:
1) Puskesmas
2) Klink Dokter/Praktik Mandiri 3) Klinik Dokter Gigi/Praktik Mandiri
4) Klinik pertama atau klinik setara termasuk fasilitas kesehatan milik TNI dan Polri tingkat pertama
5) RS kelas D pratama atau setara
6) Fasilitas kesehatan penunjang (Laboratorium dan Apotik). 2. Rawat jalan tingkat pertama
a. Tanggungan/Manfaat
1) Pelaksanaan layanan promosi kesehatan juga terhadap pencegahan (promotif preventif), yaitu:
a) Penyuluhan dibidang kesehatan untuk skla individu; b) Imunisasi secara rutin untuk penerima manfaat
c) KB (Keluarga Berencana) yang meliputi bimbingan dan pelayanan alat kontrasepsi, antara lain tubektomi dan vasektomi dengan kerjasama BKKBN.
d) Skrining terhadap riwayat kesehatan serta pelaksanaan pelayanan skrining kesehatan tertentu untuk mendeteksi dan mencegah risiko penyakit
e) Peningkatan pemeliharaan kesehatan dengan pemberian pelayanan bagi peserta penderit pada penyakit secara kronis.
2) Pelayanan pengobatan (rehabilitatif) dan kuratif , yang meliputi :
a) Pelayanan adminitrasi
b) Pemeriksaan dan pengobatan serta konsultasi medis. c) Tindakan medis non spesialistik operatif serta non
operatif.
d) Pelayanan atau pemberian obat dan alat kesehatan serta bahan-bahan medis yang habis pakai.
e) Pemeriksaan untuk penunjang diagnostik dari laboratorium ditingkat satu.
3) Pemeriksaan dan pengobatan serta tindakan pelayanan terhadap kesehatan gigi ditingkat satu.
b. Prosedur pelayanan BPJS
1) Peserta mendadatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), dimana tempat peserta tersebut telah terdaftar dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu identitas/kartu peserta (KIS digital –
JKN) dengan status aktif, dan/atau kartu identitas lain seperti (KTP/SIM/KK).
2) Para peserta mendapatkan pelayanan kesehatan ditingkat pertam pada tempat peserta telah terdaftar
3) Bagi pesert yang berada di luar domisili karena kunjungan atau tujuan tertentu dan kegiatan rutinitas atau dalam keadaan darurat secara medis, maka peserta dapat mengakses pelayanan RJTP di FKTP setempat/ yang terdekat dengan maksimal tiga kali kunjungan dalam waktu satu bulan di FKTP yang sama
4) Setelah peserta mendapat pelayanan, maka peserta diharuskan menandatangani bukti pelayanan pada lembaran yang telah disediakan masing-masing FKTP
5) Apabila indikasi medis peserta memerlukan pelayanan kesehatan ke tingkat lanjutan, maka peserta akan dirujuk kepada FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan) yang telah kerjasama dengan BPJS Kesehatan berdasarkan sistem rujukan berjenjang secara online/digital. 3. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Manfaat atau tanggungan
a. Pendaftaran/pelayanan administrasi b. Fasilitas akomodasi rawat inap
d. Tindakan medis non spesialistik (operatif dan non operatif) e. Pelayanan kebidanan bagi ibu/bayi dan balita, antara lain:
a) Persalinan pervaginam yang bukan risiko tinggi
b) Persalinan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam pada Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatus Esssensial Dasar (PONED).
c) Pertolongan neonatal komplikasi.
f. Pelayanan/pemberian obat serta bahan-bahan medis habis pakai.
g. Pemeriksaan terhadap penunjang diagnostik LAB. ditingkat satu.
4. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Pelayanan terhadap kesehatan rujukan ditingkat lanjutan, yaitu upaya pemberian layanan kesehatan secara individu yang bersifat spesialistik/sub spesialistik, antara lain rawat jalan ditingkat lanjutan dan rawat inap ditingkat lanjutan serta rawat inap di ruang perawatan khusus.
5. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
Tanggungan atau manfaat yang diterima peserta, yaitu: a. Pelayanan administrasi.
b. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan serta konsultasi medis dasar yang dilakukan di UGD/IGD;
c. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan serta konsultasi secara spesialistik.
d. Pelayanan tindakan secara medis /spesialistik, baik berupa bedah ataupun non bedah sesuai dengan indikasi secara medis. e. Pelayanan dan pemberian obat dan alat-alat kesehatan, serta
bahan-bahan medis habis pakai.
f. Pemberian pelayanan sebagai bentuk penunjang diagnostik secara lanjutan (Radiologi, LAB dan penunjang diagnostik lainnya) sesuai indikasi medis.
g. Pehabilitasi secara medis. h. Pemberian/Pelayanan darah. 6. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
Tanggungan/manfaat
a. Pelayanan perawatan secara inap non intensif.
b. Perawatan secara inap intensif (ICCU, ICU, NICU, PICU). d. Peserta
Penduduk dan setiap warga negara Indonesia, baik WNA yang telah bekerja minimal 6 bulan berada dan bekerja di wilayah Indonesia. Pada hakekatnya wajib ikut serta untuk menjadi peserta dalam program JKN atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan atas nama Pemerintah. Peserta BPJS terdiri dari beberapa jenis-jenis kepesertaan, antara lain sebagai berikut :
1. Kepesertaan PPU (Pekerja Penerima Upah)
Pekerja penerima upah dalam kepesertaan BPJS kesehatan, yaitu terdiri dari :
a. PPU sebagai aparatur Negara (PNS/ASN) yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan yang ditentukan dan berikan upah/gaji sesuai peraturan yang berlaku. PNS terdiri dari :
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS) tingkat pusat, yaitu PNS yang diberi upah dari APBN.
2) PNS yang diperbantukan di instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah dan BUMD yang digaji oleh instasi tempat diperbankkan.
3) PNS yang dipekerjakan di instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah dan gajinya bersumber atau dibayar instansi induk.
4) PNS Pemda, baik Provinsi maupun Kabupaten da Kota, yang upah/gaji yang diperoleh dari APBD setempat.
5) PNS di kalangan TNI AD/AU/AL, yang gaji/upahnya dibebankan atau bersumber dari APBN.
6) PNS dikalangan Polri yang upah/gaji yang diperoleh dibebankan /bersumber dari APBN.
Kepesertaan BPJS Kesehatan bagi kalangan pekerja penerima upah, juga ditanggung anggita keluarganya
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Anggota keluarga yang ditanggung terdiri dari istri/suami dan 3 orang anak. Adapun persyaratan/kriteria, sebagai berikut :
a) Anggota keluarga (anak) yang belum pernah melangsungkan pernikahan dan belum memiliki penghasilan secara mandiri.
b) Belum mencapai usia 21 tahun dan belum berumur 25 tahun bagi sedang menempuh pendidikan formal.
c) Jika anak pertama sampai anak ketiga, tidak lagi memenuhi kriteria tanggungan, makan dapat dapat digantikan anak berikutnya yang memenuhi persyaratan. d) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka
semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.
b. Kepesertaan bagi parajurit/personil yang memiliki pekerjaan sebagai anggota TNI dan POLRI.
Kepesertaan BPJS Kesehatan bagi kalangan TNI dan POLRI, juga ditanggung anggota keluarganya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Anggota keluarga yang ditanggung terdiri dari istri/suami dan 3 orang anak. Adapun persyaratan/kriteria, sebagai berikut :
a) Anggota keluarga (anak) belum pernah melangsungkan pernikahan dan belum memiliki penghasilan secara mandiri.
b) Belum mencapai usia 21 tahun dan belum berumur 25 tahun bagi sedang menempuh pendidikan formal.
c) Jika anak pertama sampai anak ketiga, tidak lagi memenuhi kriteria tanggungan, makan dapat digantikan anak berikutnya yang memenuhi persyaratan dan berhak memilih kelas perawatan dengan fasilitas yang tinggi. d) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka
semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.
c. Pejabat Pemerintah/Negara dan pimpinan/anggota lembaga negara berdasarkan UUD 1945, yaitu terdiri dari :
1) Presiden dan Wapres 2) Ketua dan anggota MPR RI
3) Ketua dan anggota DPR dan DPD RI
4) Ketua atau hakim dilingkungan peradilan di bawah naungan Mahkamah Agung (MA)
5) Ketua dan para anggota BPK 6) Menteri/jabatan setingkat Menteri
8) Gubernur dan wakil Gubernur;
9) Bupati/Walikota dan wakil Bupati/wakil Walikota 10) Pejabat Negara lainnya yang ditetapkan UU 11) Pimpinan dan anggota DPRD
Kepesertaan BPJS Kesehatan bagi kalangan pekerja penerima upah, juga ditanggung anggita keluarganya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Anggota keluarga yang ditanggung terdiri dari istri/suami dan 3 orang anak. Adapun persyaratan/kriteria, sebagai berikut :
a) Anggota keluarga (anak) yang belum pernah melangsungkan pernikahan dan belum memiliki penghasilan secara mandiri.
b) Belum mencapai usia 21 tahun dan belum berumur 25 tahun bagi sedang menempuh pendidikan formal.
c) Jika anak pertama sampai anak ketiga, tidak lagi memenuhi kriteria tanggungan, makan dapat digantikan anak berikutnya yang memenuhi persyaratan.
d) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.
e) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah
oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.
d. Kepesertaan bagi parajurit/personil yang memiliki pekerjaan sebagai anggota TNI dan POLRI.
Kepesertaan BPJS Kesehatan bagi kalangan pejabat negara, juga ditanggung anggota keluarganya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Anggota keluarga yang ditanggung terdiri dari istri/suami dan 3 orang anak. Adapun persyaratan/kriteria, sebagai berikut :
a) Anggota keluarga (anak) belum pernah melangsungkan pernikahan dan belum memiliki penghasilan secara mandiri.
b) Belum mencapai usia 21 tahun dan belum berumur 25 tahun bagi sedang menempuh pendidkan formal.
c) Jika anak pertama sampai anak ketiga, tidak lagi memenuhi kriteria tanggungan, makan dapat digantikan anak berikutnya yang memenuhi persyaratan dan berhak memilih kelas perawatan dengan fasilitas yang tinggi. d) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka
semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.
e. Lurah/Kades dan perangkat Desa yang terdiri dari:
a) Sekdes, unsur staf sekretaris desa (tata usaha, bendahara atau bagian Keuangan dan perencanaan)
b) Pelaksana wilayah (Kepala Dusun)
c) Pelaksana teknis (seksi pemerintahan dan kesejahteraan/ pelayanan)
Kepesertaan BPJS Kesehatan bagi kepala desa dan prangkat desa, juga ditanggung anggota keluarganya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Anggota keluarga yang ditanggung terdiri dari istri/suami dan 3 orang anak. Adapun persyaratan/kriteria, sebagai berikut :
a) Anggota keluarga (anak) yang belum pernah melangsungkan pernikahan dan belum memiliki penghasilan secara mandiri.
b) Belum mencapai usia 21 tahun dan belum berumur 25 tahun bagi sedang menempuh pendidikan formal.
c) Jika anak pertama sampai anak ketiga, tidak lagi memenuhi kriteria tanggungan, makan dapat digantikan anak berikutnya yang memenuhi persyaratan dan berhak memilih kelas perawatan dengan fasilitas yang tinggi. d) Apabila suami dan istri sama-sama pekerja PNS, maka
semua wajib didaftarkan sebagai peserta penerima upah oleh pihak pemberi kerja dan wajib membayar iuran yang ditetapkan.