• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Kabupaten Gresik mempunyai luas 1.191,25 km 2. Wilayah kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Kabupaten Gresik mempunyai luas 1.191,25 km 2. Wilayah kabupaten"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Lokasi Penelitian

Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Gresik mempunyai luas 1.191,25 km2. Wilayah kabupaten Gresik juga mencakup wilayah Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas pantai Laut Jawa. Kabupaten Gresik berbatasan dengan kota Surabaya dan Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, serta Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto di sebelah selatan. Kabupaten Gresik terbagi menjadi 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa serta 26 kelurahan. Secara geografis, wilayah kabupaten Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Litang Selatan dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas permukaan air laut, kecuali kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Sebagian wilayah kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu dan Ujungpangkah. Jenis tanah di wilayah kabubaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus (Gresik Dalam Angka, 2013).

Ujungpangkah atau biasa disebut dengan warga sekitar dengan nama Pangkahwetan mempunyai kode pos 352507008. Ujungpangkah merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Gresik yang memiliki luas daerah 15,13 km2. Pangkah Wetan adalah nama desa pesisir yang berada di dekat peninsula Ujungpangkah. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di

(2)

bidang perikanan, yaitu perikanan budidaya dan tangkap. Secara administratif desa ini di kepalai oleh seorang Kepala Desa yang di pilih langsung oleh masyarakatnya. Di bidang pendidikan, di samping keberadaan sekolah negeri, di desa Pangkah Wetan terdapat sebuah yayasan pendidikan yang mengelola pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan. Yayasan tersebut bernama Al Muniroh. Pengelola pendidikan lainnya adalah Muhammadiyah yang juga mengelola pendidikan dasar hingga lanjutan.

Selain sebagai kota pantai Gresik juga menjadi kota industri, yang memberi kontribusi terhadap pencemaran perairan Gresik. Tercemarnya perairan Gresik sangat dirasakan nelayan dan para petambak ikan. Karena keberadaan ikan-ikan di laut Gresik mulai berkurang. Budidaya tambak juga tidak maksimal lagi karena daya dukung tambak terus menurun. Sumber pencemaran itu berasal dari limbah-limbah industri yang aliran limbah-limbahnya dibuang ke laut selain itu juga limbah-limbah pasar dan limbah domestik juga dibuang kesana. Selain itu juga dari limbah pembuang sampah penduduk sekitar pantai Ujungpangkah Gresik baik limbah organik maupun anorganik (Kompas, 2012).

Connel dan Meller (2006 ), menyatakan bahwa jumlah logam berat yang cukup besar disumbangkan ke dalam cairan rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik, korosi pipa-pipa air (Cu, Pb, Cd) dan produk-produk konsumer (misalnya formula detergen). Pembuangan sampah lumpur juga dapat memperbanyak kandungan logam berat dibadan perairan.

(3)

2.2 Tinjauan Jenis Kerang

2.2.1 Kerang Hijau (Perna viridis, L)

Kerang hijau (Perna viridis L) atau green mussels merupakan jenis spesies yang spesifik dibenua Asia. Spesies ini tersebar luas di sepanjang indo-pasifik, meluas ke bagian utara hingga Hongkong mulai dari perairan Propinsi Guang Dong dan Fujian ,China, selatan Jepang, Thailand, Filipina, Indonesia hingga perairan Papua nugini. Kerang hijau (Perna viridis L) adalah organisme dominan pada ekosistem litoral (wilayah pasang surut) dan sublitoral yang dangkal. Kerang hijau dapat hidup dengan subur pada perairan teluk estuaria, perairan sekitar mangrove dan muara, dengan kondisi lingkungan yang dasar perairan berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Setyobudiandi, 2000). Kerang hijau merupakan kerang yang memiliki ukuran tubuh yang cukup panjanghingga 165 mm.

Menurut Linnaeus (1758), taksonomi kerang hijau dapat diklasifikasikan secara sistematika menjadi :

Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Kelas : Bivalvia Subkelas : Pteriomorphia Ordo : Mytiloida Famili : Mytilidae Genus : Perna

(4)

Gambar 2.1 Kerang hijau (Perna viridis L) (Dokumentasi Pribadi)

Secara morfologi anggota famili Mytilidae mempunyai cangkang yang tipis. Kedua cangkang tersebut simetris dan umbonya melengkung ke depan. Persendiannya halus dengan beberapa gigi yang sangat kecil. Genus perna berbentuk pipih, cangkang padat dan mempunyai umbo pada tepi vertikal. Tipe alur cangkang kosentrik, bersinar, berwarna hijau dan terkadang dibagian tepi berwarna kebiruan. Cangkang sedikit lebih cembung dibanding yang lainnya. Kerang hijau pada umumnya hidup menempel secara bergerombol pada dasar atau substrat keras seperti kayu, bambu, batu, tanggul-tanggul pelabuhan karang dan lumpur (Nimpis, 2002).

Kerang hijau merupakan salah satu jenis kerang, termasuk golongan binatang lunak (Mollusca), bercangkang dua (Bivalviae), mempunyai insang berlapis-lapis (Lamellabranchia), berkaki kapak (Pelecypoda) dan hidup dilaut. Di Indonesia, daerah penyebaran kerang hijau belum ditemukan secara pasti, namun karakteristik perairan yang sesuai untuk pembudidayaan adalah suhu 27-37 C, salinitas 27-34 %, pH 6-8, kecerahan 3.5-4.0 m, arus dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya hidup di kedalaman 3-10 m didaerah estuaria serta kandungan

(5)

oksigen terlarut 6 mg/L (Ismail, 1999). Menurut Murtini (2005) kerang merupakan biota yang potensial terkontaminasi oleh logam berat, karena sifatnya yang filter feeder. Kerang dapat mengakumulasi logam berat lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Hewan ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme laut.

Kerang hijau (Perna viridis L) mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan karena populasinya cukup besar diperairan indonesia. Volume produksi kerang-kerangan di Indonesia dari tahun 2003-2007 berturut-turut adalah 2.869 ton, 12.991 ton, 16.348 ton, 18.896 ton dan 15.623 ton (DKP 2009). Budidaya kerang hijau relatif mudah dilakukan di perairan pantai. Kerang hijau (Perna viridis L) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekomomis, dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat, dan 4,3 % abu. Potensi kerang hijau (Perna viridis L) di perairan Gresik sangat berlimpah. Hasil produksi kerang hijau (Perna viridis L) di Ujungpangkah yaitu pada tahun 2011 sebesar 3.052,89 ton, tahun 2012 hasil tangkap desa Pangkahwetan 1.223,46 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Gresik, 2013). Pada tahun 2012 produksi kerang hijau menurun di duga adanya kebocoran pada pertambangan minyak PT X (Sugiyono, 2012).

Kerang hijau (Perna viridis L) merupakan organisme filter feeder, dimana cara mendapatkan makanan dengan memompa air melalui rongga mantel sehingga mendapatkan partikel partikel yang ada dalam air. Micro algae merupakan

(6)

makanan utamanya, sedangkan makanan tambahan berupa zat organik terlarut dan bakteri. Kerang hijau (Perna viridis L) mendapatkan makanan dengan cara menyaring partikel dari perairan termasuk di dalamnya mikroalgae. Makanan kerang hijau yang berupa mikroalga tersebut masuk ke dalam rongga mulut setelah melalui penyaringan dengan cilia yang terdapat pada labilal palpus sehingga air yang mengandung makanan terbawa masuk kedalam rongga mantel. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan kerang sangat di pengaruhi oleh kelimpahan pakan yang ada. Namun akhir-akhir ini kondisi perairan pesisir semakin tidak menyehatkan dengan semakin banyaknya buangan dari aliran sungai yang masuk ke dalam perairan yang mengandung logam berat seperti Pb dan Cu. Kondisi ini diduga berpengaruh bagi mikroalga dan kerang hijau sendiri, karena hewan ini merupakan bioakumulan bagi logam berat. Sehingga kandungan logam berat tersebut semakin meningkat dalam tubuh kerang. Tentunya dengan semakin meningkatnya kandungan logam berat dalam tubuh baik yang masuk melalui rantai makanan (food chain) atau secara kontak langsung dengan jaringan akan menyebabkan kerang hijau terganggu dalam melakukan filtrasi makanan, maka di duga kerang hijau akan mengalami penurunan dalam pertumbuhan dan bahkan mengalami kematian (Suryono, 2006).

2.2.2 Kerang Kijing ( Glauconome virens )

Kerang kijing termasuk ke dalam phylum molusca. Ciri umum dari phylum ini adalah mempunyai bentuk tubuh bilateral atau simetri, tidak beruas-ruas, tubuh lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur. Tubuhnya berbentuk pipih dan memiliki dua cangkang yang berengsel dorsal dan menutupi seluruh

(7)

tubuh membuatnya termasuk ke dalam kelas Pelecypoda. Kijing terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu mantel, insang, dan organ dalam. Mantel menggantung di seluruh tubuh, dan membentuk lembaran yang luas dari jaringan yang berada di bawah cangkang. Tepi mantel menghasilkan tiga lipatan yaitu dalam, tengah, dan luar. Otot radial dan circular terdapat pada lapisan dalam, lapisan tengah berfungsi sebagai sensori, dan lapisan luar terdapat cangkang. Seluruh permukaan mantel mensekresi zat kapur ( Suwigyono, 2001).

Menurut Carpenter dan Niem (1998) sistematika kerang kijing (Glauconome virens) adalah sebagai berikut :

Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Subclass : Heterodonta Ordo : Veneroida Superfamily : Cyrenoidea Family : Glauconomidae Genus : Glauconome

Spesies : Glauconome virens (Linneaus, 1767)

(8)

Carpenter dan Niem (1998) mendeskripsikan, Glauconome virens memiliki cangkang yang simetris, tipis, oval memanjang, dan agak renggang pada bagian pada bagian posterior. Bagian anterior berbentuk bulat lebar dan agak pendek, sedangkan pada bagian posteriornya memanjang dan agak tajam. Pada bagian luar cangkang terdapat garis membentuk alur yang tidak teratur. Warna cangkang bagian luar biru kehitaman dan bagian dalamnya putih halus. Panjang maksimum cangkang 7 cm, sedangkan umumnya di jumpai 5 cm.

2.2.2.1 Habitat dan Distribusi

Kerang kijing (Glauconome virens) hidup pada dasar lumpur di daerah kawasan hutan mangrove dan dibawah bebatuan. Hidup pada perairan payau dan sering dijumpai pada daerah dengan vegetasi nipa (Nypa fruticans). Kerang ini tersebar di daerah tropis, bagian selatan tropis pasifik, Kamboja, Philipina, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapore, Indonesia dan bagian utara Australia (Tropis Australia) (Machrizal, 2014).

2.2.2.2 Sistem Pencernaan

Bivalvia umumnya di kenal sebagai hewan yang filter feeder ( menyaring makanannya sendiri ), tidak terkecuali kijing ( Glauconome virens ). Menurut Efriyeldi (2012) umumnya bivalvia yang umumnya makan dengan menyaring akan memakan material organik yang terdapat pada kolom air sesuai ukuran yang bisa masuk ke dalam mulutnya.

Natan (2008) menjelaskan saluran pencernaan terdiri atas mulut, oesophagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar pencernaan, usus,

(9)

rectum dan anus. Usus biasanya panjang dan melingkar-lingkar melalui bagian dalam kaki dan gonad. Usus dan rektum berfungsi menjadikan sisa pencernaan (feses) kedalam bentuk pelet, dan pada dindingnya tidak terjadi absorbs makanan. Kijing memakan ditritus, alga bersel satu, dan bakteri. Proses yang terjadi terhadap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya adalah sebagai berikut :

1. Makanan masuk melalui sifon inhalant akan dijebak pada insang karena adanya mukus yang dihasilkan oleh kelenjar hypobranchial.

2. Zat makanan ini akan dialirkan ke mulut oleh sistem silia yang berkembang dengan baik, yang dikhususkan mengambil makanan dari permukaan insang menuju mulut. Kemudian makanan akan disortir oleh palp yang mengelilingi mulut yang mampu membedakan antara makanan dengan kerikil atau pasir, karena mengandung chemoreceptor.

3. Kerikil akan dikeluarkan oleh sifon exhalant, makanan ditransformasikan ke mulut.

4. Gerakan rotasi ini akan mengakiatkan bercampurnya kandungan perut dan kemudian makanan akan hancur secara mekanis. Material yang tidak dicerna akan dibuang melalui anus sebagai feses (Sembiring, 2009).

2.2.3 Kerang Darah ( Anadara granosa L )

Kerang darah (Anadara granosa L) termasuk hewan lunak yang hidup pada perairan yang berlumpur. Identifikasi dan klasifikasi kerang darah menurut Linnaeus (1758) adalah sebagai berikut :

(10)

Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Subclass : Pteriomorphia Ordo : Arcoida Famili : Archidae Genus : Anadara

Species : Anadara granosa L

Gambar 2.3 Kerang Darah (Anadara granosa L)

Morfologi kerang darah (Anadara granosa L) memiliki cangkang yang mempunyai belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat terlihat. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone) yang sangat terlihat. Setiap cangkang memiliki 19-23 rusuk. Sebagaimana pada kelas pelecypoda pada umumnya, kaki kerang berbentuk seperti pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Karena bernafas dengan dua insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan keluar masuknya air ( Marzuki, 2009).

(11)

Sistem pencernaannya dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat disaluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang adalah hewan-hewan kecil yang terdapat pada perairan berupa protozoa. Kerang darah (Anadara granosa L) hidup diperairan pantai yang memiliki pasir berlumpur dan berbatu, dapat juga ditemukan pada ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun. Kerang darah (Anadara granosa L) ini hidup secara berkelompok dan umumnya banyak ditemukan pada substrat yang kaya kadar organik. Kerang merupakan makhluk hidup filter feeder yang mengakumulasi bahan-bahan yang tersaring di dalam insangnya. Dalam prosesnya bakteri dan mikroorganisme lain yang ada disekelilingnya dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang membahayakan untuk dikonsumsi (Muhajir, 2009).

Komposisi kandungan kimia yang terdapat di dalam kerang darah adalah protein 9% - 13%, lemak hingga 2%, glikogen 1% - 7% dan memiliki 80 kalori dalam 100 gram daging segar. Karakteristik kerang darah ini adalah berbau amis, teksturnya lunak namun kenyal dan dagingnya berwarna merah kecoklatan (Retno, 2009).

2.2.4 Kerang Batik ( Paphia undulata )

Kerang batik (Paphia undulata) merupakan jenis bivalvia yang banyak di manfaatkan secara ekonomi, untuk dikonsumsi maupun sebagai hiasan. Taksonomi dari kerang batik adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Kelas : Bivalvia

(12)

Ordo : Veneroida Famili : Veneridae Genus : Paphia

Spesies : Paphia undulata ( Linnaeus, 1758)

Gambar 2.4 Kerang Batik (Paphia undulata) (Dokumentasi Pribadi)

Pada umumnya bivalvia hidup di perairan air laut yang banyak mengandung kapur yang digunakan untuk membentuk cangkangnya. Kerang batik (Paphia

undulata) mendiami pesisir pantai pada bagian litoral, perairan laut dangkal, dan

juga perairan laut dalam. Kerang batik (Paphia undulata) di kawasan pesisir sebagai penyusun komunitas makrozoobentos. Kerang tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dibanding kerang yang hidup diair tawar dan estuari (Hendrik, 2007).

Tubuh kerang batik (Paphia undulata) bilateral simetris, terlindung oleh cangkang kapur yang keras. Apabila tubuh kerang batik (Paphia udulata) ini disayat memanjang dan melintang maka akan tampak bagia-bagian sebagai berikut :

1. Bagian paling luar adalah cangkang yang berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh kerang. Cangkang kerang batik terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh ligamen sebagai pengikan yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, namun akan menutup

(13)

ketika diganggu. Cangkang tersebut membuka dan menutupnya diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam otot yaitu bagian otot anterior dan posterior. Garis konsentris yang sejajar pada tubuh kerang batik (Paphia undulata) disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis ini berselang-seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan maka semakin tua umur hewan tersebut.

2. Mantel berupa jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon yang berada di dekat anus dinamakan sifon keluar, berfungsi untuk keluar masuknya air dan zat-zat sisa, sebaliknya sifon masuk terletak dibagian bawah sifon keluar yang berfungsi untuk masuknya oksigen, air dan makanan.

3. Insang berlapis-lapis dan jumlah dua pasang, dalam insang ini banyak mengandung pembuluh darah.

4. Kaki pipih, bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior.

Makanan kerang batik (Paphia undulata) ini adalah plankton, dengan cara menyaring partikel-partikel yang terdapat dalam air. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu. Sistem pencernaan kerang batik (Paphia

undulata) dimulau dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Mulut dan

(14)

2.2.5 Kerang Bulu (Anadara antiquata)

Kedudukan kerang bulu dalam sistematika hewan dikalsifikasikan menurut Dekker. H, dan Orlin. Z,2000 digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Kelas : Pelycypoda Ordo : Arcoida Famili : Arcoidea Genus : Anadara

Spesies : Anadara antiquata

Gambar 2.5 Kerang Bulu (Anadara antiquata) (Dokumentasi Pribadi)

Ciri kerang bulu (Anadara antiquata) sebagaimana pada gambar 2.5 adalah cangkang terdiri dari 2 keping yang saling menutup dan berwarna cokelat kehitaman. Bentuk secara keseluruhan hampir bulat, tepi sisi ventral bagian dalam bergerigi, gerigi kuat dan tepat sama dengan rusuk dan alur radial di permukaan luar cangkang dan pada mulut cangkang banyak ditemukan bulu-bulu kecil. Kerang bulu (Anadara antiquata) hidup pada habitat tanah yang berlumpur dan berkarang. Secara umum tubuh kerang dibagi menjadi 5 bagian yaitu : kaki (foot), kepala (head), bagian alat pencernaan dan reproduksi (viseral mass), selaput (mantle), dan cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf

(15)

sensorik dan mulut. Bagian kaki merupakan otot yang mudah berkontraksi, dan bagian ini merupakan bagian utama alat gerak. Warna dan bentuk cangkang sangat bervariasi, tergantung pada jenis, habitat dan makanannya (Setyono, 2006).

Sumber makanan kerang bulu (Anadara antiquata) sebagian besar terdiri dari fitoplankton. Disamping itu dikatakan pula bahwa sumber makanan bagi hewan yang hidup didasar terdiri dari plankton dan detritus dari masa air dan mikroorganisme yang melekat didasar (Rinda, 2009).

2.2.6 Mekanisme Penyerapan Logam Berat Pada Kerang

Logam berat dapat masuk kedalam tubuh kerang melalui saluran pernapasan dan pencernaan. Absorbsi logam melalui saluran pernapasan biasanya lebih cukup besar dan absorbsi melalui saluran pencernaan hanya beberapa persen saja, tetapi jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar, meskipun persentasi absorbsinya relatif kecil (Darmono, 2001).

Philip (1990 dalam Connell 1995) telah membahas secara seksama penggunaan spesies monitor kimiawi, menyatakan bahwa mollusca (Gastropoda, Bivalvia) dan Makroalgae merupakan indikator yang paling tepat dan efesien untuk pencemaran logam berat, dia melaporkan bahwa sifat dasar suatu spesies monitor adalah sebagai berikut:

a. Makhluk hidup harus mengakumulasi pencemaran tanpa terbunuh pada kadar yang dihadapi dalam lingkungan.

b. Makhluk hidup harus yang senang menggali lubang agar supaya mewakili daerah studinya.

(16)

d. Makhluk hidup harus mempunyai waktu yang cukup panjang untuk hidup karena kemungkinan pengambilan sampel lebih dari satu tahun bila di kehendaki.

e. Makhluk hidup harus cukup besar, memberikan jaringan yang cukup dianalisis.

f. Makhluk hidup harus mudah disampel dan cukup kuat untuk selamat dalam laboratorium, yang memungkinkan pembersihan sebelum dianalisis bila di kehendaki, dan studi laboratorium terhadap pengambilan (up-take). g. Seluruh mahkluk hidup dari spesies tertentu yang digunakan dalam survey harus memiliki korelasi yang sama antara kandungan pencemarannya dengan rata-rata. Kepekatan pencemar dalam air sekelilingnya pada seluruh lokasi yang di pelajari.

Sebagian logam berat seperti Hg, Pb, Cd merupakan zat pencemar yang berbahaya. Logam berat mempunyai afinitas terhadap sulfur dan enzim dengan membentuk ikatan dengan group sulfur dalam enzim. Dalam enzim-enzim tertentu ada yang mengandung gugus sulfihidril (-SH). Enzim-enzim yang memiliki gugus sulfihidril ini merupakan kelompok enzim yang paling mudah terhalang daya kerjanya. Keadaan ini disebabkan oleh gugus sulfihidril yang dikandungya dengan mudah dapat berikatan dengan ion-ion logam berat yang masuk kedalam tubuh. Akibat dari ikatan yang terbentuk antara gugus (-SH) dengan ion logam berat, daya kerja yang di miliki oleh enzim menjadi sangat berkurang dan atau sama sekali tidak bekerja. Keadaan ini secara keseluruhan akan merusak sistem metabolisme tubuh (Palar, 2004).

(17)

Dalam tubuh hewan, logam diabsrobsi oleh darah, berikatan dengan protein yang kemudian di distribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam berat yang tertinggi biasanya dalam organ detoksifikasi (Hati) dan ekskresi (ginjal). Di dalam kedua jaringan tersebut biasanya logam juga berkaitan denganberbagai jenis protein baik enzim maupun protein lain yang disebut metaloenzim. Protein dan group amino, mudah membentuk ikatan dengan logam berat, misalnya dengan ion Cd, Co, Pb, Hg. Protein dan group amino mempunyai atom S, N dan O yang memiliki pasangan elektron bebas yang sangat disukai oleh logam (Yulianti, 2007).

2.2.7 Hubungan Kerang hijau (Perna viridis L) Dengan Logam Berat

Logam berat dalam air kebanyakan berbentuk ion dan logam tersebut diserap oleh kerang secara langsung melalui air yang melewati membran insang atau melalui makanan. Selain melalui insang, logam berat juga masuk melalui kulit (kutikula) dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun dalam jantung dan ginjal. Menurut Hutagalung (1991), kemampuan biota laut (ikan, udang dan mollusca) dalam mengakumulasi logam berat perairan tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi lingkungan seperti pH, suhu dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi logam berat semakin meningkat. Toksisitas logam berat pada kerang yang ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya. Sifat toksik logam Hg dalam bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian pada larva bivalvia dan konsentrasi Pb sekitar 2,75 ppm mulai bersifat letal bagi biota perairan seperti crustacea (Mulyaningsih, 2000).

(18)

Metil merkuri merupakan senyawa logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti terjadinya kasus minamata di Jepang akibat keracunan memakan kerang dan ikan yang dagingnya mengandung metil merkuri sehingga mengakibatkan kelainan susuan saraf pusat, yang dikenal dengan Minamata Disease. Keracunan yang diakibatkan logam berat merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen yang menyebabkan toksisitas akut dan kronis (Palar, 1994). Batas maksimum logam berat Hg dalam tubuh biota air yang masih cukup aman untuk di konsumsi menurut FAO/WHO (1976) sebesar 0,5 ppm dan tidak boleh melebihi 0,2 mg per 70 kg berat badan per minggu sebagai metil merkuri. Sebaliknya batas maksimum untuk kadar logam berat Pb dalam tubuh biota air yang aman di konsumsi manusia sebesar 0,7 mg atau per 70 kg berat badan per minggu (WHO, 1989).

2.3 Tinjauan Tentang Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Pallar, 2004).

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu, masuk atau dimasukkan suatu benda lain yang kemudian memberikan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian yang menyusun tatanan lingkungan hidup itu sendiri, sehingga tidak dapat lagi hidup

(19)

sesuai dengan aslinya. Pada tingkat lanjutnya bahkan dapat menghapuskan satu atau lebih dari mata rantai dalam tatanan tersebut. Sedangkan suatu pencemar atau polutan adalah setiap benda, zat ataupun organisme hidup yang masuk kedalam suatu tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang persifat negatif terhadap tatanan yang dimasukinya (Kristanto,2002).

Dapat ditinjau dari asalnya, maka bahan pencemar yang masuk kedalam ekosistem laut dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Berasal dari laut itu sendiri, misalnya pembuangan sampah air ballast dari kapal, lumpur, buangan dari kegiatan pertambangan di laut.

2. Berasal dari kegiatan-kegiatan oleh aktivitas manusia didaratan. Bahan pencemar dapat masuk ke ekosistem laut melalui udara atau terbawa oleh air (sungai, aliran limbah).

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara, dan tanah akibat berbagai kegiatan manusia.

2.3.1 Pencemaran Perairan

Pencemaran perairan khususnya laut merupakan suatu keadaan masuknya suatu zat atau unsur lain diintroduksikan ke dalam lingkungan laut yang disebabkan oleh kegiatan manusia sehingga menyebabkan terjadinya perubahan. Perubahan tersebut mengarah pada keaadan lingkungan yang tidak seimbang disebabkan adanya beberapa zat atau unsur dalam perairan air laut melebihi ambang batas sehingga

(20)

lingkungan laut tidak dapat berfungsi secara baik, bahkan mengganggu kehidupan dan keselamatan makhluk hidup di perairan laut (Heri,2009).

Banyak penyebab pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tak langsung. Sumber kontaminan langsung meliputi limbah yang keluar dari industri, TPA (tempat pembuangan akhir sampah) dan lain sebagainya. Sumber kontaminan tak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau hujan. Tanah dan air mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida, dari atmosfir juga berasal dari manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.

Untuk mengetahui apakah suatu air tercemar atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpanan batas-batas polusi air. Indikator atau tanda bahwa lingkungan tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan pH atau konsistensi ion hidrogen. 3. Adanya perubahan bau, rasa, dan warna air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. 5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radio aktif lingkungan (Wardhana, 1995).

Endapan dan koloid serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut secara secara sempurna akan mengendap di dasar sungai dan dapat larut sebagian menjadi koloidal. Apabila endapan dan koloidal tersebut berasal dari buangan organik, maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen

(21)

terlarut di dalam air akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula. Kalau bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut maka air akan mendapatkan tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti Cd, Cr, Pb, Hg dan lain sebagainya (Wardhana, 1995).

Beberapa macam aktivitas yang merupakan sumber potensial pencemaran radioaktif telah di ketahui dan berperan dalam polusi lingkungan, diantaranya yaitu: peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen radioaktif yang berguna, penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir, penggunaan bahan radioaktif untuk pengobatan, industri, dan penelitian. Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita buang setiap hari, kita juga perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita, menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana dan lain sebagainya.

Logam berat masuk ke perairan laut melalui run off air sungai, angin, proses hidrotermal, difusi dari sedimen dan kegiatan antropogenik. Jalur-jalur tersebut akan berinteraksi membentuk suatu pola yang disebut dengan siklus biogeokimia logam berat (Romimoharto, 1991). Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk kompleks dengan senyawa organik dan anorganik sedangkan logam

(22)

berat yang tidak terlarut merupakan partikel yang berbentuk koloid dan kelompok senyawa logam yang terabsorpsi pada partikel-partikel tersuspensi.

Zat Pencemar

Masuk Ke

Ekosistem Laut

Dibawah Oleh

Biota yang

bergerak

Arus Laut

Diencerkan dan

disebarkan

Adukan

terbulansi

Arus Laut

Dipekatkan Oleh

Proses

Biologis

Proses Fisika

dan Kimia

Absorpsi

oleh ikan

Absorpsi

oleh plankton

Absorpsi

oleh rumput

laut

Avetebrata

Plankton

hewani

Kerang-kerangan,

Ikan dan Manusia

Absorpsi

Pengendapan

Pertukaran

ion

Mengendap

di dasar

Gambar 2.6 Perjalanan logam berat dari kolom air menuju dasar perairan (sumber: Romimohtarto,1991)

(23)

2.3.2 Pencemaran Logam Berat Dalam Ekosistem Perairan

Pencemaran logam berat di lingkungan alam merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan oleh manusia. Pada awal digunakannya logam sebagai alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Pencemaran terjadi pada saat senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan, yang menyebabkan perubahan yang buruk terhadap fisik, kimia, biologis dan estetika.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1998. yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam air atau udara, dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2002). Sedangkan menurut Tresna (2000) menyatakan, bahwa pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian besar karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia, dan jumlah organisme. Perubahan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, perternakan, benda-benda, dan prilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas.

Keadaan laut yang tercemar tersebut akan menyebabkan terganggunya suatu faktor ekosistem kehidupan manusia yaitu faktor kesehatan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri. Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas limbah organik, logam berat, dan minyak.

(24)

Masing-masing kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat industri dan limbah perkotaan (Rinda, 2009).

Keberadaan logam di badan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan di antaranya adalah suhu, pH, dan salinitas. Absorbsi logam berat oleh kerang paling efesien terjadi pada temperatur 30ºC daripada 20ºC pada logam Hg dan Cd, sedangkan logam Pb hanya sedikit naik. Temperatur berpengaruh terhadap kelarutan merkuri di perairan. Naiknya suhu di suatu perairan akan menyebabkan penurunan konsentrasi Hg, karena senyawa Dimetil-Hg sangat mudah menguap ke udara dengan adanya proses fisika di udara seperti cahaya (pada reaksi fotolisa) sehingga akan terurai menjadi senyawa-senyawa metana, etana dan logam Hg (Palar, 2001). Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion komplek. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur.

Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara alamiah, yaitu kurang dari 1 µ/I. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam tersebut akan meningkat. Dalam perairan laut dangkal di Teluk Spencer, Australia, ditemukan konsenrasi kadmium dalam rumput laut dan epiboata yang hidup disekitarnya cukup tinggi. Adanya konsentrasi Cd yang tinggi mungkin berasal dari limbah organik dari rumput laut yang berada dalam sedimen. Dalam hal ini rupanya rumput laut merupakan biota yang pertama mengabsorpsi Cd

(25)

terlarut dalam air yang kemudian di distribusikan ke biota lainnya. Kadmium yang tinggi juga ditemukan dalam spesies hewan laut lainnya yang hidup disekitar lokasi tersebut, yaitu mollusca, crustacea, dan ikan kecil. Sedangkan hewan jenis kerang yang hidup di dekat buangan limbah dengan kandungan Cd dalam sedimen cukup tinggi, ditemukan konsentrasi Cd yang rendah. Dari hal tersebut jelaslah bahwa sedimen saja tidak dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui distribusi logam secara biologik (Darmono, 2001).

2.4 Tinjauan Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan

Standar ini menetapkan istilah dan definisi, persyaratan cemaran logam berat dalam pangan, dan batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Produk pangan yang diproduksi, diimpor dan diedarkan di wilayah indonesia harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan termasuk persyaratan batas maksimum cemaran logam berat.

2.5 Tinjauan Tentang Logam Berat

Logam berat adalah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3 , sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan. Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam

(26)

mineral “trace” atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit. Beberapa mineral trace adalah esensial karena digunakan untuk aktivitas kerja sistem enzim misalnya seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co), mangan (Mn), dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensial dan bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) (Darmono, 2001).

Keberadaan logam berat di lingkungan dapat berasal dari dua sumber. Pertama berasal dari alam dengan kadar di biosfer yang relatif kecil. Keberadaan logam berat secara alami tidak membahayakan lingkungan. Kedua, dari antropogenik dimana keberadaan logam berat tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah industri pelapisan logam, pertambangan, cat, pembuangan zat kendaraan bermotor, serta barang-barang bekas seperti baterai, kaleng dan lain sebagainya (Lubis dkk dalam Hidayat 2003).

2.5.1 Logam Berat Timbal (Pb)

Timbal atau Plumbum disimbulkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari seluruh jumlah kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Senyawa Pb yang ada dalam badan perairan dapat ditemukan dalam bentuk ion-ion divalent tetravalent (Pb², Pb4 ). Ion Pb divalent (Pb²) digolongkan ke dalam kelompok ion logam kelas antara. Sedangkan ion Pb

(27)

tetravalen (Pb4) digolongkan pada kelompok ion kelas B. Pengelompokan ion logam ini dibuat oleh Richardson. Bila didasarkan pada pengelompokan ion-ion logam Richardson, ion Pb tetravalent mempunyai daya racun yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ion Pb divalent. Akan tetapi dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa ion Pb divalent lebih berbahaya dibandingkan dengan ion Pb tetravalen (Pallar dalam Rinda 2007).

Menurut Kristanto (2002), logam Timbal (Pb) banyak digunakan untuk keperluan manusia karena sifat-sifatnya sebagai berikut:

1. Timbal (Pb) mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal. 2. Timbal (Pb) merupakan logam yang lunak sehingga mudah di ubah

menjadi beberapa bentuk.

3. Sifat kimia timbal (Pb) menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.

4. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri.

Penggunaan lainnya dari timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, dan solder, bahan kimia, pewarna, dan lainnya. Beberapa produk logam dibuat dari timbal murni yang diubah menjadi beberapa bentuk, dan sebagian besar terbuat dari alloy timbal. Komponen timbal juga digunakan sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna, yang sering digunakan adalah timbal putih yang mempunyai rumus Pb(OH)2.2PbCO3. Timbal juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut dengan glaze.

(28)

Kegunaan Timbal (Pb) yang lain adalah dalam dunia industri digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan kerajinan dari tanah karena pada temperatur yang rendah bahan pelapis dapat digunakan. Sekarang banyak juga digunakan sebagai pelapis pita-pita, karena mempunyai sifat resisten terhadap bahan korosif, dan bahan baterai, cat, dan sebagai bahan tambahan untuk bensin sebagai bahan anti letusan (antiknock) (Lidya, 2012).

2.5.2 Toksisitas Timbal (Pb) dalam Makhluk Hidup

Timbal (Pb) merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati dilingkungan dan seluruh sistem biologi. Sumber utama timbal berasal dari gugus alkyl timbal yang digunakan sebagai bahan additive bensin. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal menunjukkan beracun pada sistem syaraf, hemetologik, dan mempengaruhi kerja ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 µg/kg berat badan dan untuk bayi atau anak-anak adalah 25 µg/kg berat badan. Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm (Suhendrayatna, 2003).

Dalam tubuh manusia, timbal (Pb) terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Hal ini menyebabkan meningkatnya eksresi kopropin dalam urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb (Darmono, 2001). Pada jaringan dan atau organ tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang baik melalui udara maupun makanan ataupun minuman, karena logam ini dalam bentuk ion (Pb2+)

(29)

mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Tulang berfungsi sebagai tempat pengumpulan Pb karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan dengan Ca2+ (Fardiaz dalam Rinda 2007).

Gejala keracunan akut Pb pada anak dimulai dengan hilangnya nafsu makan (anoreksia), kemudian diikuti dengan rasa sakit perut dan muntah, tidak berkeinginan untuk bermain, berjalan sempoyongan, sulit berkata-kata, ensepalopati dan akhirnya koma. Pada waktu 1-6 minggu setelah mengkonsumsi tidak terlihat gejala tetapi segera setelah 6 minggu timbul gejala seperti di atas (Darmono, 2001).

2.5.3 Logam Berat Kadmium (Cd)

Kadmium disimbulkan dengan Cd. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan Transition Metal pada Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 48 dengan bobot atau berat atom (BA) 112.41. Logam Cd atau kadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, Kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Sedangkan berdasarkan pada sifat kimianya, logam Cd didalam persenyawaan yang dibentuknya umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses pengendapan.

(30)

Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya dalam bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih (Pallar dalam Rinda 2007).

Kadmiun (Cd) dan bentuk garamnya banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni-Cd bateri. Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses fotografi, gelas dan campuran perak, produksi foto-elektrik, foto-konduktor, dan fosforus. Kadmium asetat banyak digunakan pada proses industri porselen dan keramik. Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniaannya akan selalu memperoleh hasil sampingan kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Selain itu logam Cd atau kadmium juga dapat dijumpai pada industri eloktroplanting karena industri ini banyak melibatkan logam Cd. Pabrik pipa plastik PVC atau poly vinil chloride juga memakai Cd sebagai stabilator. Oleh karena itu logam Cd mudah dijumpai di air lingkungan yang menerima buangan limbah industri (Darmono 2001).

2.5.4 Toksisitas Logam Berat Kadmium

Kadmium merupakan salah satu logam berat yang berbahaya, karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek pada gangguan paru-paru yang akut. Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa kerusakan kerusakan pada ginjal, paru-paru, darah dan jantung (Hidayat, 2003).

(31)

Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Disamping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu ekosistem, karena salah satu mata rantainya telah hilang. Kadmium (Cd) lebih beracun bila terhisap melalui pernafasan daripada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut Kadmium kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya endema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi emfisme atau gangguan paru-paru yang jelas terlihat. Logam Cd dapat terabsorbsi oleh tubuh manusia tanpa ada yang menghalangi karena tidak ada mekanisme tubuh yang membatasinya, kecuali kalau tubuh memang memerlukannya. Sebagian besar Cd yang diabsorbsi tubuh akan dibuang keluar melaui saluran pencernaan. Keracunan kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung. Ginjal pun dapat rusak dari keracunan Cd (Pallar dalam Rinda 2007).

Kasus keracunan Cd yang pernah tercatat sebagai epidemik (wabah) pada abad ini adalah keracunan Cd yang menimpa sebagian penduduk Toyama di

(32)

Jepang. Keracunan Cd ini menjadi wabah karena sebagian penduduk Toyama mengeluh sakit pinggang selama bertahun-tahun dan sakit itu semakin lama semakin parah. Di samping itu mereka juga mengeluh sakit pada tulang punggungnya. Ternyata tulang-tulang itu mengalami pelunakan dan kemudian menjadi rapuh. Kematian yang terjadi di antara mereka terutama disebabkan oleh gagal ginjal (Wardhana, 1995).

2.5.5 Logam Berat Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan salah satu unsur logam transisi dengan nomor atom 80. Simbol merkuri pada tabel periodik kimia adalah Hg berasal dari kata hydragrium, istilah hydragyrium berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti ’cair’atau ’air’ dan ’perak’. Sesuai dengan nama latinnya, merkuri merupakan salah satu logam berwujud cair pada temperatur ruang. Selain merkuri, logam lain yang berwujud cair adalah caesium, francium, dan gallium. Logam cair berwarna keperakan ini memiliki massa jenis yang tinggi sehingga sebuah bola biliar dapat mengapung di atasnya. Karena warnanya keperakan, ia dapat digunakan sebagai cermin. Merkuri dan komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan ilmiah dan industri. Beberapa sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merkuri mempunyai kelarutan yang rendah

2. Sifat kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen

3. Mempunyai sifat yang mengikat protein, sehingga mudah terjadi biokonsentrasi pada tubuh organisme air melalui rantai makan.

(33)

4. Menguap dan mudah mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada suhu ruang.

5. Logam merkuri merupakan satu-satunya unsur logam berbentuk cair pada suhu ruang 25º C.

6. Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak.

7. Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 bulan sampai 3 tahun, sedangkan bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu (Nicodemus, 2003).

Hampir semua merkuri diproduksi dengan cara pembakaran merkuri sulfida (HgS) di udara, melalui reaksi sebagai berikut:

HgS + O2 Hg + SO2

Merkuri dilepaskan sebagai uap, yang kemudian kondensasi, sedangkan gas-gas lainnya mungkin terlepas di atmosfir atau dikumpulkan. Merkuri di alam terdapat dalam bentuk sebagai berikut:

a. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg+) dan garam-garamnya seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).

b. Merkuri organik atau organomerkuri, yang terdiri dari: pertama aril merkuri yang mengandung hidrokarbon aromatik, kedua alkil merkuri yang mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuri yang paling beracun, misalnya metil merkuri, etil merkuri, ketiga alkoksialkil merkuri (R-O-Hg) (Kristanto, 2002).

Merkuri digunakan dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai keperluan, misalnya industri khlor-alkali, ala-alat listrik, cat, instrumen, sebagai katalis,

(34)

kedokteran gigi, pertanian, alat-alat laboratorium, obat-obatan, industri kertas dan lain sebagainya. Penggunaan merkuri yang tersebar adalah dalam industri khlor-alkali, di mana diproduksi khlorin (Cl2) dan soda kausatik (NaOH) dengan cara elektrolisis larutan garam NaCl. Selain itu merkuri banyak digunakan dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperluan misalnya lampu uap merkuri dan baterai merkuri. Di laboratorium merkuri digunakan sebagai alat ukur, misalnya termometer. Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetil) bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam proses keracunan merkuri pada organisme hidup (Ferdiaz dalam Rinda, 2007).

Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai maupun lautan akan mengalami paling tidak tiga proses, yaitu pengendapan: apabila konsentrasi logam lebih besar daripada daya larut terendah komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada dalam air seperti carbonat, hydroksil atau clorida, maka logam tersebut akan diendapkan. Adsorpsi (berikatan dengan unsur-unsur lain) dan absropsi (penyerapan) oleh organisme-organisme perairan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan. Sumber-sumber pencemaran logam berat di laut dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber-sumber yang bersifat alami dan yang bersifat buatan. Secara alami logam berat masuk ke perairan laut berasal dari tiga sumber yaitu:

1. Masuknya dari daerah pantai (Coastal supply) yang berasal dari sungai-sungai dan hasil dari abrasi pantai oleh aktivitas gelombang.

(35)

2. Masuknya dari laut (deep sea supply), meliputi logam-logam yang dibebaskan oleh aktivitas gunung berapi di laut yang dalam dan logam-logam yang dibebaskan dari partikel atau sediment-sedimen oleh proses kimiawi.

3. Masuknya dari lingkungan dekat daratan pantai, termasuk logam yang ditransportasikan ikan dari atmosfer sebagai partikel-partikel debu.

Sumber-sumber buatan (man-made) adalah logam-logam yang dibebaskan oleh proses-proses industri logam dan batu-batuan (Supriharyono dalam Yudha 2008).

Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, kareana kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur. Logam dalam air cenderung membentuk ikatan dengan bahan organik ataupun bahan anorganik. Hal ini disebabkan logam memiliki sifat elektronegativitas yaitu kemampuan suatu atom untuk mengangkat elektron pada lapisan terluar. Merkuri umumnya berada dalam bentuk anorganik yaitu HgCl2- dan HgCl24-. Pada kadar garam tinggi, merkuri cenderung terikat oleh bahan organik terlarut yang mempunyai berat molekul besar. Selanjutnya Mulyanto, dkk (1993) menjelaskan bahwa batas minimum merkuri yang diperbolehkan pada air laut sesuai dengan ketentuan EPA adalah 0,1 ppb. Mutu untuk biota perairan (Budidaya Perikanan) berdasarkan Kep-02/MENKLH/1/88, yang di inginkan adalah sebesar <0,1 ppb dan diperbolehkan sebesar ≤ 3 ppb (Pagoray dalam Yudha, 2008).

(36)

2.5.6 Toksisitas Logam Berat Merkuri (Hg)

Merkuri yang terdapat dalam limbah di perairan umum diubah oleh aktivitas mikroorganisme menjadi komponen metil-merkuri (Me-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tingi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik melalui proses bioakamulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan (food chain) dalam tubuh jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut (Nicodemus, 2003).

Toksisitas merkuri pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg yaitu inorganik dan organik. Keracunan inorganik Hg di tandai dengan gejala tremor pada orang dewasa, kemudian berlanjut dengan tremor pada otot muka, yang kemudian merambat ke jari-jari dan tangan. Bila keracunan berlanjut tremor terjadi pada lidah, berbicara terbata-bata, berjalan terlihat kaku dan hilang keseimbangan. Selain toksisitas Hg inorganik, bentuk Hg organik juga menimbulkan toksisitas yang sangat berbahaya, contoh kasus toksisitas metil merkuri adalah kasus ”minamata disease” yang menimpa baik pada orang dewasa maupun anak kecil yang terjadi di Jepang. Sistem saraf pusat adalah target organ dari toksisitas metil merkuri tersebut dengan gejala yang ditimbulkan sebagai berikut:

a. Gangguan saraf sensorik; paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.

(37)

b. Gangguan saraf motorik; lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat, dan sulit berbicara.

c. Gangguan lain; gangguan mental, sakit kepala, hipersalivasi (Darmono,2001). FDA menetapkan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 pmm untuk air. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89. tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan, untuk Hg adalah 0,5 ppm (Harizal, 2006).

2.5.7 Logam Berat Kromium (Cr)

Kromium (Cr) adalah salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang tahan karat dan berwarna abu-abu. Kromium (Cr) mempunyai nomor atom 24, masa jenis 7.19 g/cm3 . Bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu +2, +3, +6 dan stabil pada bilangan oksidasi +3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang ditemukan pada logam ini. Senyawa Kromium (Cr) pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan kuat. Dalam bentuk heksavalen, kromium terdapat sebagai CrO42- dan CrO72- , sedangkan bentuk trivalen, terdapat sebagai Cr3+ [Cr(OH)]2+ , [Cr(OH)2]+ , [Cr(OH)4]. Kedua bentuk Kromium (Cr) tersebut mempunyai karakeristik kimiawi yang berbeda. Kromium (Cr) heksavalen hampir semua berbentuk senyawa anionik, sangat larut dalam perairan dan relatif stabil meskipun senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat didalam larutan asam. Kromium (Cr) trivalen stabil, dan berasal dari dikromium trioksida atau kromium trioksida (Cr2O3) (Lidya, 2012).

(38)

Kromium (Cr) banyak digunakan dengan besi membentuk baja yang tak berkarat dan berkekuatan tinggi. Logam krom dan nikel membentuk lapisan krom-nikel untuk pelapisan baja dan kawat-kawat pada alat-alat listrik. Senyawa Kromium ini banyak di pakai penyamakan kulit, pembuatan zat warna, pewarnaan gelas, industri kimia, semen, pelapis, bahan listrik, dan sebagainya. Kromium (Cr) heksavalem digolongkan sebagai karsinogenik terhadap manusia oleh United States Environmental Protection Agency (USPEA). Percobaan laboratoriu membuktikan bahwa senyawa-senyawa Kromium (Cr) heksavalen atau hasil-hasil reaksi antaranya didalam sel dapat menyebabkan masalah reproduksi. Efek kronis dari membran selaput lendir, gangguan pada hati, efek sistemik termasuk pada anak-anak dan kanker paru-paru para pekerja pada industri pewarna yang menggunakan kromium (Lidya,2012).

2.6 Metode Atomic Absroption Spectrophotometer (AAS)

Spektrofotometer serapan atom (Atomic Absroption Spectrophotometer) merupakan instrument yang menggunakan metode analisis untuk penetapan unsur logam dan metaloid berdasarkan penyerapan (absorpsi) radiasi gelombang elektromagnetik oleh atom bebas suatu unsur. Cara kerja SSA ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya di ubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Atom mempunyai dua tingkat keadaan energi, yaitu energi keadaan dasar (ground state) dan keadaan tereksitasi (exited state). Perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar keadaan tereksitasi untuk setiap unsur adalah khas, sebagai panjang gelombang setiap cahaya yang diabsropsi setiap unsur tersebut.

(39)

Metode Atomic Absroption Spectrophotometer (AAS) sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan atau mengukur itensitas yang diserap, maka konsentrasi unsur dalam larutan contoh dapat ditetapkan. Cara ini sangat selektif sebab frekuensi radiasi yang diserap adalah karakteristik untuk setiap unsur. Dasar dari teknik Atomic Absroption Spectrophotometer (AAS) adalah electron dalam suatu atom pada keadaan dasar menyerap energi cahaya pada panjang gelombang tertentu dan berubah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi). Jumlah atom-atom yang dilewati cahaya dan tereksitasi berbanding lurus dengan jumlah energy yang diserap. Dengan mengkur jumlah energy cahaya yang diserap maka dapat menentukan jumlah atau konsentrasi atom atau elemen yang diuji dalam contoh (Rohman, 2007).

Pada spektroskopi serapan atom, panjang gelombang garis absorpsi resonansi identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0,002-0,005 nm. Jelas pada teknik SSA, diperlukan sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat dan sama pada proses absopsinya. Sumber radiasi tersebut dikenal sebagai lampu hollow cathode (Khopkar, 1990).

2.7 Tinjauan Tentang Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. sumber belajar mencangkup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si belajar agar terjadi perilaku belajar, dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau

(40)

secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan (Subqi, 2013).

Menurut Association for Education and Communication Technology, Sumber belajar adalah segala sesuatu yang fungsional dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk menunjang, memelihara, dan memperkaya proses pembelajaran (Laksmi, www.file.epi,edu). Selain itu sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang secara fungsi dapat memberi kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Sumber belajar banyak terdapat dimana-mana, seperti sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan semua yang terdapat dilingkungan alam sekitar. Dengan demikian, sumber belajar dapat diartikan sebagai seuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari atau mendapatkan pengalaman belajar tertentu.

Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.

(41)

Suhardi (Kusuma, 2012) mendefinisikan sumber belajar biologi adalah suatu yang baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (Kusuma, 2012) menyatakan bahwa sumber belajar merupakan segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dala belajarnya. Abdul Majid dalam Kusuma (2012) mengartikan sumber belajar sebagai tempat atau lingkungan sekitar, benda, atau orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Sumber belajar munurut Mulyasa (2012) dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber belajar memungkinkan dan memudahkan terjadinya proses belajar. Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran biologi dapat diperoleh di sekolah ataupun di luar sekolah. Penggunaan sumber belajar sebagai bahan ajar tergantung dari macam sumber belajarnya. Pada prinsipnya sumber belajar dibedakan menjadi dua macam menurut Kusuma (2012) yaitu:

a. Sumber belajar yang siap digunakan dalam proses pembelajaran tanpa ada penyederhanaan atau modifikasi (by utilization).

b. Sumber belajar yang disederhanakan atau dimodifikasi (dikembangkan atau

(42)

2.7.1 Jenis-Jenis Sumber Belajar

Hasil dari pengertian sumber belajar, melahirkan beberapa pembagian jenis sumber belajar. Ada yang membagi menjadi enam jenis dengan rincian pertama, sumber belajar berupa pesan, kedua manusia, ketiga peralatan keempat bahan, kelima teknik atau metode dan keenam lingkungan atau setting. Sebagaian lain menjadi dua jenis, pertama seumber belajar yang dirancang (by designed) yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat dan dipergunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan tertentu, contohnya buku, slide, ensiklopedi dan film (DVD). Kedua sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar yaitu sumber belajar yang dapat digunakan (by

utilization) berada di masyarakat, museum, lembaga pemerintahan dan lain-lain.

Berbagai jenis sumber belajar pada dasarnya tidak boleh dilihat secara persial, hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam sebuah proses pembelajaran. Semua jenis sumber belajar yang sudah sesuai perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran lebih baik, dengan demikian diharapkan akan berdampak pisitif terhadap hasil pembelajaran. Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu sebagai berikut:

a. Sumber belajar yang dirancang (Learning Resources by Design) yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (Learning Resourse by Utilization) yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaan dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan keperluan pembelajaran.

(43)

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk seperti, pesan: informasi, bahan ajar, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya. Orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh, masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya. Bahan: buku, transparasi, film, slide, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya. Alat atau perlengkapan: perangkat keras, computer, radio, televise, VCD, DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin mobil, motor, alat listrik, dan sebagainya. Pendekatan atau metode atu teknik: diskusi, debat, talk shaw, dan sejenisnya. Lingkungan : ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, taman, kebun, pasar, museum, kantor dan sebagainya.

2.7.2 Fungsi dan Tujuan Sumber Belajar

Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber belajar dipilih dan digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan belajar (Sadikin, 2012). Secara umum sumber belajar memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan pemahaman yang mendalam dalam belajar. 2. Dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih bermutu.

3. Dapat membantu dalam memecahkan persoalan. 4. Dapat memberikan motivasi positif bagi peserta didik. Adapun fungsi sumber belajar adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih efektif dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan semangat belajar.

(44)

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan meningkatkan kemampuan sumber belajar, penyajian informasi, dan bahan secara lebih kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

2.7.3 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi

Penelitian umumnya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh fakta atau teori baru dan untuk pengembangan serta pelengkap teori-teori yang telah ada. Hasil penelitian dari suatu penelitian dapat menjadi bahan informasi dan menjadi tambahan-tambahan referensi teori tersebut dapat menjadi media pembelajaran karena dapat menjadi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa) (Yolana,2011).

Gambar

Gambar 2.1 Kerang hijau (Perna viridis L) (Dokumentasi Pribadi)  Secara morfologi anggota famili Mytilidae mempunyai cangkang yang tipis
Gambar 2.2 Kerang Kijing (Glauconome virens) (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.3 Kerang Darah (Anadara granosa L)
Gambar 2.4 Kerang Batik (Paphia undulata) (Dokumentasi Pribadi)  Pada umumnya bivalvia hidup di perairan air laut yang banyak mengandung  kapur  yang  digunakan  untuk  membentuk  cangkangnya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa umur instalasi pada penggunaan KWH prabayar akan mempengaruhi nilai perhitungan daya yang cenderung lebih besar daripada daya

Laporan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends untuk Meningkatkan Pemahaman Tentang Globalisasi pada Siswa Kelas IV

Melalui penampilan tokoh Hanum, Fatima, dan Marion sebagai seorang wanita muslimah yang berada di tengah negara yang masih menganggap Islam sebagai agama

Pada praktikum yang dilakukan dengan sampel lada butir, diubah menjadi lada bubuk.setelah proses pengolahan tersebut lada disimpan dalam plastik dengan tidak terkena sinar

pemrosesan, pengelolaan dan penyajian data dan informasi geospasial di bidang kartografi K7 Mampu memahami konsep teoritis perencanaan dan penyelenggaraan, pengumpulan,.

kebutuhan konsumen, keyakinan konsumen bahwa brand tersebut sesuai dari pada brand lain yang baru muncul dan keyakinan konsumen bahwa brand tersebut dapat

Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Pakaian Dengan Variasi Beban II (Saluran Udara Masuk Melalui Pipa Bagian Atas)

Untuk menguji kinerja aplikasi iRadar, dilakukan perbandingan hasil tampilan aplikasi iRadar dengan tampilan MOC Client dalam hal kemampuan menampilkan data pada