4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT Pertamina
Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan Pemerintah untuk mengelola kegiatan migas dan panas bumi di Indonesia. Terbentuknya Pertamina berlangsung melalui serangkaian proses panjang dan tidak terlepas dari semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Pada zaman penjajahan Belanda abad XIX yaitu tepatnya pada tahun 1871, dimulai proses pencarian dan penemuan minyak di wilayah Indonesia. Berawal dengan proses pemboran minyak bumi di lereng Gunung Ceremai Jawa Barat selama tiga tahun oleh Jan Reenink tidak membuahkan hasil yang memuaskan dari pemboran tersebut. Bangsa Indonesia menjadikan hal ini sebagai proses eksplorasi pertama minyak bumi di Indonesia.
Beberapa tahun kemudian, seorang Belanda yang bernama Aelko Jans Zijlker menemukan ladang minyak pertama di Indonesia yaitu sumur Telaga Said, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pemboran yang dilakukan oleh Zijlker pada tanggal 15 Juni 1885 itu menjadi sejarah awal produksi minyak bumi di Indonesia. Setelah keberhasilan ini, ladang-ladang minyak bumi lain ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, antara lain di Wonokromo-Jawa Timur, Cepu-Jawa Tengah, Muara Enim, Talang Akar, dan Plaju-Sumatera Selatan, Sanga-sanga (Kalimantan Timur), Banyu dan Jambi, serta Lapangan Teluk Aru (Sumatera Selatan). Selama masa penjajahan tersebut, perusahaan asing milik Belanda, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat saling memperebutkan kekuasaan untuk mengurus minyak bumi yang dimiliki Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali keutuhan negara Indonesia dari tangan penjajah berhasil pada tahun 1945.
Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak terhenti begitu saja, perjuangan untuk menguasai kembali ladang-ladang minyak pun terus berjalan. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa asing tidak lagi menjadi penjajah melainkan mitra kerja.
Segera setelah Jepang menyerahkan ladang-ladang minyak yang dulu dikuasainya, dibentuklah Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI) pada bulan Januari 1951. PTMRI mempunyai daerah kerja yang meliputi Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Hadirnya PTMRI ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pemerintah dan golongan politisi mengenai nasib tambang minyak Sumatera Utara. Setelah dipelajari permasalahannya, dikeluarkanlah mosi DPR oleh Teuku Mohammad Hasan yang saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi Perdagangan dan Industri Dewan Perwakilan Rakyat. Mosi DPR ini berisi sebagai berikut :
1. Mengusulkan kepada pemerintah agar dalam jangka waktu satu bulan membentuk komisi negara urusan pertambangan.
2. Menyarankan kepada pemerintah supaya menunda pemberian izin konsensi dan eksploitasi menunggu hasil kerja komisi negara urusan pertambangan.
Pada bulan April tahun 1954, pemerintah menunjuk koordinator dan memutuskan untuk memberikan subsidi guna merehabilitasi lapangan minyak Sumatera Utara dalam rangka mencapai target produksi satu ton per tahun. Pada tahun itu juga lapangan minyak Sumatera Utara, Langkat dan Langsa (Aceh) digabungkan di bawah satu perusahaan yang diberi nama Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Pada tanggal 22 Juli 1957 pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Kepala Staff Angkatan Darat (KASAD). Seluruh saham TMSU berdasarkan Keputusan Pemerintah, pengusahaannya diserahkan kepada KASAD yang kemudian diubah menjadi PT Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU).
PT Pertamina (Persero) yang sekarang ini berdiri kokoh telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Selain perubahan nama, perkembangan ini juga ditandai dengan perkembangan tugas yang dijalaninya. Berikut beberapa kronologis perkembangan hingga menjadi PT Pertamina (Persero) antara lain :
a. PN Permigan
Peraturan Pemerintah Nomor 199 Tahun 1961 (Tanggal 5 Juni 1961) Pemerintah Republik Indonesia membentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN Permigan). Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan PTMRI dilebur ke dalam PN Permigan termasuk hak dan kewajiban, perlengkapan serta kekayaan dan usaha PTMRI ditetapkan beralih kepada PN Permigan.
b. PN Permina
Menegaskan bahwa minyak bumi adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk itu bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan, maka diadakan pergantian nama. Sebuah nama baru diusulkan dan sejak tanggal 10 Desember 1957 PT ETMSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT Permina). Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahir perusahaan minyak nasional yang setiap tahun diperingati oleh Pertamina.
Kemudian pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 dan mencabut keputusan Nomor 17 Tahun 1975, terhitung sejak tanggal 1 Juli 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 198 Tahun 1961 agar PT Permina dilebur menjadi Perusahaan Negara Minyak Nasional (PN Permina).
Pada tahun PN Permina membeli aset PT Shell Indonesia, sejak itu bangsa Indonesia memiliki kilang di Plaju dan Balikpapan. Pada bulan Maret 1966 Menteri Minyak Bumi dan
Gas telah menetapkan lima daerah eksplorasi dan produksi PN Permina, yaitu :
1) Unit I meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor pusat di Pangkalan Brandan.
2) Unit II meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju.
3) Unit III meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di Jakarta.
4) Unit IV meliputi daerah Kalimantan termasuk Tarakan dan Bunyu dengan kantor pusat di Balikpapan.
5) Unit V meliputi daerah Irian Jaya, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara dengan kantor pusat di Sorong.
c. PN Pertamin
Perusahaan minyak Pertamin bermula dari perusahaan campuran Nederlandsche Indische Aardolic Maatschappij (NIAM) yang didirikan pada tahun 1921, yang sahamnya dipegang pemerintah Hindia Belanda dan BPM.
Pada tanggal 1 Januari 1959 NIAM diubah namanya menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (Permindo). Pemerintah Indonesia tidak bersedia melanjutkan usaha bersama ini ketika kegiatan Permindo berakhir. Maka, perusahaan tersebut dilikuidasi dan kekayaan menjadi hak pemerintah Indonesia dijadikan sebagai bagian modal perusahaan minyak baru, yaitu Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamin).
PN Pertamin ini di bentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1961 sebagai landasan usaha pertambangan PN Pertamin meliputi eksplorasi pemurnian, pengolahan, pengangkutan, dan penjualan.
d. PN Pertamina
Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1968 telah dibentuk “Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Nasional (PN Pertamina)” yang menampung segala kegiatan pengurusan dan perusahaan minyak dan gas bumi dari PN Permina dan PN Pertamin. Pada tahun 1969 PN Pertamina berhasil memiliki kilang sungai Gerong.
Maksud dan tujuan penyatuan ini adalah agar benar-benar dapat ditingkatkan baik produktivitas maupun efektivitas serta efisiensi di bidang perminyakan nasional dalam wadah suatu integrated oil company dengan suatu manajemen yang sempurna. e. Pertamina
Perkembangan dan kemajuan pesat yang dicapai PN Pertamina mendorong diperlukannya dengan segera landasan kerja baru guna meningkatkan kemampuan dan menjamin usaha.
Pada tanggal 15 September 1971 telah diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 mengenai Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Undang-undang Pertamina). Sejak saat itu PN Pertamina berubah menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina). Modal Pertamina adalah kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar yang ditanam dalam PN Pertamina sampai saat diundangkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971.
Perjalanan rekonstruksi Pertamina sejak tahun 1994 telah menghasilkan milestone dan yang terakhir adalah yang tumbuh dan berkembang menuju Pertamina baru ditahun 2010. Untuk itu setiap langkah, daya dan upaya rekonstruksi yang dilakukan harus membantu mewujudkan visi, misi, dan tata nilai Pertamina yang dicita-citakan dan telah disahkan oleh Direksi Pertamina melalui surat keputusan Direksi Nomor 120/C0000/2000-SO pada tanggal 8 Desember 2000.
f. PT Pertamina (Persero)
Terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 adalah yang mengubah status badan hukum Pertamina menjadi persero
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Juni 2003. Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.
Pada 17 September 2003 Pertamina resmi menjadi PT. Pertamina (Persero). Tanggal 10 Desember 2005 Pertamina hadir dengan logo baru dan semangat baru yang “Selalu Hadir Melayani”. Persiapan menuju pasar terbuka, dimulai dengan melepaskan peran regulator, menjamin pasokan BBM selama transisi, dan tetap sebagai supplier of last resort. Dampak dari perubahan UU Pertamina tersebut adalah Pertamina bukan pemegang kuasa pertambangan migas dan bukan pelaku usaha migas satu-satunya baik di Sektor Hulu maupun Hilir di Indonesia. Kemudian, perusahaan swasta nasional dan asing juga bebas masuk ke Sektor Migas Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina menyadari perlunya bersaing dengan semua itu dan meningkatkan kualitas produk serta layanannya terhadap masyarakat Indonesia. Di dalam setiap perubahannya, Pertamina juga melakukan perubahan terhadap logo atau simbol yang mencirikan perusahaannya. Berikut digambarkan evolusi logo Pertamina hingga saat ini.
Logo PT Pertamina (Persero) berubah sejak 10 Desember 2005. Elemen logo Pertamina saat ini menggambarkan bentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Setiap warna yang membangunnya mengandung makna tersendiri sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnis Negara. Warna-warna yang berani menunjukan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna biru melambangkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Warna hijau melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Sedangkan warna merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
4.1.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai PT Pertamina
Dalam menjalanan usahanya PT Pertamina memiliki visi dan misi agar perusahaan memiliki arah tujuan dimasa yang akan datang. Adapun visi perusahaan yaitu Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. Sedangkan Misi perusahaan yaitu Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. PT Pertamina memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Nilai perusahaan dalam rangka mencapai visi dan misinya tersebut, antara lain :
• Clean (Bersih): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
• Competitive (Kompetitif): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. • Confident (Percaya Diri): Berperan dalam pembangunan ekonomi
nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
• Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan): Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
• Commercial (Komersial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
• Capable (Berkemampuan): Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan 4.1.3. Struktur Organisasi
Sejak PT Pertamina (Persero) diresmikan pada tanggal 10 Desember 1957, berbagai perubahan direksi telah dilakukan dalam rangka memajukan bisnis perusahaan sebagai perusahaan BUMN. Berdasarkan Keppres No. 169/M/2000 yang diresmikan pada tanggal 11 Desember 2000 yang berlaku mulai 1 Januari 2001 maka struktur organisasi Pertamina terdiri dari: Direktur Utama, Wakil Direktur Utama, Sekertaris Perseroan, Kepala Satuan Pengawasan Internal (SPI), Kepala Bidang Usaha Lingkungan, Kepala Hukum Korporat, Direktur Hulu, Direktur Pengolahan, Direktur Pemasaran dan Niaga, Direktur Umum dan SDM, Direktur Keuangan, berbagai Divisi, dan Staf.
Berdasarkan SK DIRUT No. 40/C00000/2008-S0 Tanggal 4 Agustus 2008 dan SK No. 42/C00000/2008-S Tanggal 12 Agustus 2008 dan SK DIRUM No. 10/I00000/2008-S Tanggal 10 September 2008, Divisi yang berada langsung dibawah Sekertaris Perseroan antara lain: Wakil Pimpinan Komunikasi, Wakil Pimpinan Hubungan, Manajer Compliance, Manajer CSR, Manajer BOD Support, dan Manajer BOC Support.
Sudah sejak lama perusahaan memiliki kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) tetapi namanya berbeda. Kegiatan ini lebih dikenal Community Development yang merupakan kegiatan-kegiatan sosial berupa permintaan langsung dari masyarakat. Kegiatan Community Development dilaksanakan oleh Divisi Kelembagaan pada unit
Hubungan Masyarakat (Humas). Semakin berkembangnya kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina dan sejak ditetapkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 Pasal 74, menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan secara resmi dimana perusahaan harus menyadari kondisi masyarakat Indonesia dan membantu tanpa perlu diminta oleh masyarakat. Akhir tahun 2008, tanggung jawab sosial Pertamina membentuk divisi sendiri menjadi Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang posisinya langsung berada dibawah Direktorat Sekertaris Perseroan (Sekper) yang mana memiliki salah satu tugas pokok dalam membangun dan meningkatkan citra perusahaan secara korporat sesuai Visi, Misi, dan Tata Nilai perusahaan. Sehingga memiliki tujuan terlaksananya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat.
Pada divisi Corporate Social Responsibility (CSR), terdapat berbagai posisi dan jabatan, yakni : manajer CSR dan sekertarisnya, asisten manajer pada posisi Administrasi dan Pelaporan, asisten manajer CSR bidang Pendidikan, asisten manajer CSR bidang Lingkungan, asisten manajer CSR bidang Kesehatan, asisten manajer CSR bidang Infrastruktur dan Bencana Alam, serta masing-masing bidang didampingi oleh staf. Pada divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terdiri dari 7 orang dengan tugas dan tanggung jawab yang sama seperti pada divisi CSR.
4.1.4. Fungsi Organisasi CSR a. Manajer CSR
Fungsi Manajer CSR antara lain : Memutuskan, mengendalikan dan mengarahkan program-program kegiatan bidang Pendidikan, Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, Sarana Prasarana Umum dan Manajemen Bencana serta Pelaporan kegiatan CSR yang tepat sasaran dan efektif, untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
Berikut Tugas dan tanggung jawab jabatan Manajer CSR, antara lain :
1. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang pendidikan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal.
2. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Kesehatan Masyarakat antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal.
3. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Lingkungan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal.
4. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Sarana Prasarana Umum dan Manajemen Bencana antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal.
5. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu Pelaporan kegiatan CSR sesuai ketentuan perusahaan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal.
b. Asisten Manajer Bidang Pendidikan
Fungsi asisten manajer bidang Pendidikan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Pendidikan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
c. Asisten Manajer Bidang Lingkungan
Fungsi asisten manajer bidang Lingkungan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Lingkungan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai
tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
d. Asisten Manajer Bidang Kesehatan
Fungsi asisten manajer bidang Kesehatan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Kesehatan Masyarakat yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
e. Asisten Manajer Bidang Infrastruktur dan Bencana Alam
Fungsi asisten manajer bidang Infrastruktur dan Bencana Alam antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Infrastruktur dan manajemen bencana yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi PT Pertamina (Persero) dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
f. Asisten Manajer Posisi Administrasi dan Pelaporan
Fungsi asisten manajer posisi Administrasi dan Pelaporan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Administrasi dan Pelaporan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.
4.1.5. Fungsi Organisasi PKBL
Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan badan yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan struktur sosial, meningkatkan kesejahteraan/kemakmuran rakyat yang semakin rata, pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabilitas yang mantap, serta memperkokoh tata hubungan dan kerjasama saling menguntungkan antara perusahaan dengan unit usaha kecil dan Koperasi. Divisi ini berada langsung dibawah Direktorat Keuangan yang berperan sebagai pengawas dan pengontrol. Berikut merupakan klasifikasi struktur organisasi PKBL, antara lain :
a. Manajer PKBL
Berfungsi mengkoordinasikan hubungan kegiatan perusahaan dengan mitra binaan, melakukan analisis bentuk hubungan-hubungan dengan masyarakat sekitar, serta melakukan pengawasan terhadap Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
b. Pembinaan PKBL
Fungsi jabatan ini adalah melaksanakan program yang telah direncanakan perusahaan, membina hubungan secara langsung dan bersama-sama mitra binaan menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan optimal.
c. Administrasi dan Keuangan
Fungsi jabatan Administrasi dan Keuangan adalah merencanakan, mengkoordinasi, mengontrol, mengawasi, melaksanakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan, serta kegiatan yang berhubungan dengan keuangan untuk menunjang kelancaran program PKBL, khususnya dalam hal tata tertib administrasi, filling system, pembayaran, dan sebagainya. 4.2. Konsep CSR
4.2.1. Gambaran Umum CSR
Keberadaan PT Pertamina (Persero) di tengah masyarakat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat disekitarnya, sehingga masyarakat tumbuh dan berkembang. Sebagai bagian dari masyarakat, Pertamina menyadari bahwa keberhasilan bisnis Pertamina tidak terlepas dari kondisi masyarakat itu sendiri, masyarakat Indonesia yang sejahtera akan mendukung pertumbuhan bisnis Pertamina.
Peran perusahaan untuk mendukung Pemerintah dalam upaya menyejahterakan masyarakat tentunya tidak hanya dilaksanakan dalam koridor bisnis semata. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), secara langsung Pertamina juga mendukung upaya-upaya untuk memajukan masyarakat baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan terutama pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, Pertamina juga peduli terhadap penderitaan
masyarakat akibat bencana alam yang terjadi diberbagai tempat di Indonesia.
Beikut ini digambarkan keterlibatan CSR Pertamina dengan Pemerintah dan masyarakat :
Sumber : Laporan Tahunan PT Pertamina (Persero), 2008
Gambar 4. CSR keterlibatan dengan tiga pihak
Kehadiran Pertamina merupakan kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun pendatang, juga memicu tumbuhnya pengusaha-pengusaha lokal pemasok barang dan jasa serta terbentuknya pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan perekonomian masyarakat lokal dan terciptanya transaksi bisnis juga mengakibatkan hadirnya sektor jasa keuangan seperti bank di daerah-daerah sekitar Pertamina. Peran Pertamina sangat besar dalam mengembangkan dan memajukan wilayah-wilayah sekitar daerah operasinya.
Dalam pengelolaan kegiatan CSR, Pertamina memanfaatkan dua fungsi yakni Divisi PKBL dan Divisi CSR. Kedua divisi ini menjalankan tugas yang sama yakni tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dengan harapan mampu meningkatkan citra perusahaan dan membantu program Pemerintahan. Berikut ini digambarkan bagan pengelolaan CSR Pertamina :
Gambar 5. Bagan Pengelolaan CSR Pertamina Keterangan :
: Anggaran : Fokus Program : Pelaksana : Rincian Program
4.2.1.1. Kebijakan CSR Pertamina
Komitmen Pertamina untuk mendukung dan membantu upaya pemerintah dan masyarakat dalam membangun masyarakat Indonesia yang berdaya secara ekonomi, sosial, dan budaya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) dengan kebijakan sebagai berikut :
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Corporate Social Responsibility (CSR)
PKBL PKBL / CSR CSR
Pendidikan Kesehatan Lingkungan Infrastruktur dan Bencana Alam Cerdas Bersama Pertamina : Beasiswa Peduli Pendidikan : Bantuan Peralatan Sekolah, Renovasi Sekolah Pertamina Goes To Campus Pertamina Yourth Program Pertamina SEHATI Bright With Pertamina Clino Gigi Sehat Pengobata n Massal Donor Darah Peduli Kesehatan Penghijauan Lahan Kritis Pertamina Bersih Pantai Pertamina Untuk Anak Indonesia Biopori Green Festival Pengukuran Emisi Gas Buang Peduli Lingkungan Revitalisasi Taman Rumah Pintar Cilodong Penyediaan Ekoteknologi Renovasi Taman Pintar Yogyakarta Pertamina Peduli Bencana Alam
KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI’s)
Pemberdayaa n ekonomi masyarakat Pinjaman modal usaha Pelatihan kewirausah-aan Bantuan promosi dan pemasaran1. Penerapan CSR Pertamina merupakan refleksi nilai dan budaya perusahaan terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan masa kini dan mendatang yang memberikan manfaat bagi Pertamina, shareholder, dan stakeholder.
2. Mengingat kondisi nyata masyarakat Indonesia, penerapan CSR saat ini lebih diprioritaskan untuk membantu masyarakat dan Pemerintah dalam memecahkan permasalahan sosial di sekitar kegiatan Pertamina.
3. Pelaksanaan kegiatan CSR Pertamina dikendalikan sepenuhnya oleh Perusahaan dengan bekerja sama dengan Pemerintah dan masyarakat setempat dan bila perlu dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya.
4. Program-program CSR Pertamina diprioritaskan dibidang pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4.2.1.2. Misi dan Tujuan CSR Pertamina
Dalam menjalankan program CSR, Pertamina memiliki Misi dan Tujuan dari setiap kegiatan yang memberi manfaat kepada masyarakat. Misi dan tujuan tersebut antara lain :
1. Misi :
Mengimplementasikan komitmen perusahaan terhadap CSR untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung kemajuan perusahaan.
Mewujudkan kepedulian sosial perusahaan dan kontribusi perusahaan terhadap perkembangan masyarakat yang berkelanjutan.
2. Tujuan :
Membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
Memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan sosial.
Meningkatkan nilai dan budaya perusahaan yang terintegrasi dalam strategi bisnis perusahaan.
Bagian dan upaya membangun citra dan reputasi peusahaan.
Berikut ini merupakan sasaran pelaksanaan program CSR kedepan.
Tabel 1. Sasaran Pelaksanaan Program CSR Kedepan Keterangan Persepsi dulu Ekspektasi Manfaat Tidak berdampak Dirasakan masyarakat
luas Pelaksanaan Dilakukan
sendiri-sendiri
Terintegrasi
Publikasi Minim Optimal
Kepentingan Jangka pendek Jangka panjang
Orientasi Kepentingan sosial Sosial dan Lingkungan Monitoring Tanpa evaluasi hasil Audit Program
Jenis Program
Bersifat bantuan Terencana dan terprogram Loyalitas
Pelanggan
Tidak diukur Terukur
4.2.1.3. Kriteria Program Tanggung Jawab Sosial
Adapun setiap kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) yang dilakukan oleh Pertamina tidak begitu saja diberikan, tetapi memiliki kriteria tertentu yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang benar-benar menjadi sasaran dari program CSR. Kriteria tersebut antara lain :
1. Kebutuhan masyarakat
Program CSR Pertamina disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
2. Inovasi dan spesifik
Program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang spesifik dan dilakukan dengan pendekatan yang inovatif.
3. Potensial
Dalam jangka panjang, secara potensial akan mengatasi isu-isu sosial.
4. Strategis
Program secara strategis ditujukan untuk mengantisipasi masalah sosial dan akan mempertegas pencapaian tujuan. 5. Kemitraan
Perencanaan program serta implementasinya dapat bermitra dengan pemerintah, LSM, dan perguruan tinggi.
4.2.2. Program Tanggung Jawab Sosial
Kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina dilaksanakan sejak Pertamina berdiri. Kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina awalnya merupakan bagian dari kegiatan Hupmas Pertamina. Seiring kondisi rill masyarakat dan kebijakan Pemerintah, pada tahun 1993 Pertamina membentuk unit Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dibawah Direktorat Keuangan dan diresmikan pada tanggal 27 Juni 1994. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 316/KMK.016/1994 bahwa BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil dan Koperasi dalam rangka mendukung program pemerintah seperti mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, menciptakan pemerataan pembangunan, mengembangkan potensi usaha kecil dan Koperasi, dan mendorong kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil dan Koperasi. PUKK mengemban misi untuk membantu pinjaman modal usaha dengan bunga ringan bagi Usaha kecil dan Koperasi sebagai dana bergulir, dan bantuan hibah untuk pelatihan dan pemasaran dengan memanfaatkan dana sebesar 1-5% dari keuntungan perusahaan yang menjadi bagian pemerintah. Perkembangan selanjutnya sejak tahun 2003, unit PUKK berubah menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang didirikan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tanggal 27 Juni 2003 dan kemudian direvisi oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 dengan tetap berada dibawah Direktorat Keuangan.
Sebagaimana misinya, PKBL dititikberatkan pada pengembangan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Dana untuk program Kemitraan sebesar maksimal 2% dari keuntungan bersih perusahaan dan dana untuk Program Bina Lingkungan maksimal 2% dari keuntungan bersih perusahaan. Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN dimaksud, pelaksanaan kegiatan PKBL telah diprioritaskan bagi masyarakat yang berada disekitar wilayah binaan perusahaan.
Seiring terbentuknya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 yang menyebutkan bahwa setiap perseroan wajib memiliki tanggung jawab sosial perusahaan, maka CSR Pertamina mulai berkembang dan pada akhir tahun 2008 secara resmi dibentuk divisi CSR Pertamina. Sumber dana divisi CSR berasal dari dana yang dianggarkan atau termasuk biaya operasional sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 2 yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dalam menjalankan kegiatannya, CSR Pertamina banyak melakukan program-program bermanfaat untuk masyarakat terutama masyarakat sekitar perusahaan. Divisi ini melakukan kerjasama dengan Divisi PKBL pada unit Bina Lingkungan dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan.
Berikut program-program tanggung jawab sosial PT Pertamina antara lain :
1. Pendidikan
Kepedulian perusahaan akan kecerdasan bangsa dan Negara tercermin dalam kegiatan CSR perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang pendidikan dengan tema “Cerdas Bersama Pertamina”
melingkupi 2 pilar utama yaitu : Pertama, Peningkatan Kualitas Pendidikan melalui Pembangunan/Rehabilitasi Sekolah seperti membantu renovasi bangunan sekolah dari tingkat SD sampai dengan SMP di sekitar kegiatan Pertamina, beserta perlengkapan pendidikan (seperti peralatan laboratorium, sarana komputer, olahraga, dan lainnya). Kedua, Meningkatkan Kecerdasan dan Wawasan Pengetahuan Masyarakat melalui Penyediaan Buku-buku Bacaan untuk Perpustakaan Sekolah/Komunitas Taman Baca Anak yakni penyediaan buku-buku yang memadai baik dari segi koleksi maupun jumlah, diharapkan dapat menumbuhkembangkan minat baca khususnya dikalangan anak-anak dan pelajar. Program Pendidikan tersebut antara lain:
a. Pertamina Youth Program (PYP)
Program kepemudaan merupakan program yang didasari oleh minimnya wawasan masyarakat Indonesia tentang pengelolaan sumberdaya minyak dan gas bumi Indonesia khususnya dan global pada umumnya, serta minimnya pemahaman tentang Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi Nasional. Program ini diharapkan membuat generasi muda sebagai calon pemimpin Indonesia lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya serta menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki terhadap Pertamina yang selama ini berperan penting dalam pembangunan nasional. Setiap tahunnya perusahaan mengundang intelektual muda/aktivis kampus dari berbagai penjuru Indonesia untuk mengikuti program kepemudaan. Mereka mendapatkan wawasan baru tentang kegiatan minyak dan gas bumi serta energi terbarukan dari bisnis minyak dan gas bumi serta energi terbarukan, mengunjungi lapangan eksplorasi/eksploitasi minyak dan gas bumi serta energi terbarukan, mengunjungi kilang minyak untuk melihat bagaimana minyak mentah diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non-BBM, serta Depot BBM untuk
mengetahui bagaimana penyediaan dan pendistribusian BBM dilakukan sampai ke pelosok-pelosok daerah Indonesia.
b. Pertamina Goes to Campus (PGTC)
Menumbuhkembangkan wawasan dan pengetahuan generasi muda kampus tentang Pertamina beserta bisnisnya. Program ini tidak hanya bagian dari program komunikasi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholder, khususnya bagi generasi muda kampus.
c. Beasiswa
Bantuan beasiswa diberikan untuk membantu masyarakat dalam upaya memperoleh pendidikan formal, terutama memenuhi program wajib belajar 12 tahun serta memberikan beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi yang berprestasi namun memiliki kesulitan biaya untuk menempuh pendidikan. Beasiswa diberikan mulai SD sampai dengan Perguruan Tinggi.
2. Kesehatan
Kepedulian perusahaan akan kesehatan masyarakat terutama anak dibawah umur tercermin dalam program CSR perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang kesehatan melingkupi 2 pilar utama yaitu Peningkatan Kualitas Layanan dan Peningkatan Akses Masyarakat pada Pelayanan Kesehatan. Pada tahun 2009 peran CSR Pertamina di bidang kesehatan semakin meluas seperti program Pertamina Sehati yang ditujukan bagi kesehatan anak dan ibu, Clino gigi, bantuan kacamata, katarak, dan Pertamina Peduli Kesehatan. Program Pertamina Sehati meliputi peningkatan pelayanan kesehatan dan mempermudah akses kesehatan bagi anak balita dan ibu. Program ini meliputi pembinaan posyandu serta pemeriksaan kesehatan gizi balita dan ibu hamil/menyusui, bantuan pelayanan peningkatan kesehatan dengan melakukan renovasi fasilitas kesehatan yang tidak memadai, melakukan penyuluhan gizi dan kesehatan, serta memberikan asupan bergizi untuk anak balita dan pemeriksaan kesehatan.
3. Lingkungan
Kepedulian perusahaan terhadap kelestarian dan kualitas lingkungan untuk generasi yang akan datang terintegrasi dalam sebuah tanggung jawab sosial perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang lingkungan antara lain program konservasi lingkungan mencakup : a. Penghijauan seperti Green Planet
Melakukan penanaman pohon diberbagai tempat diseluruh Indonesia. Hal ini dilakukan karena keanekaragaman hayati dan hewani yang ada di hutan-hutan Indonesia semakin terancam oleh perusakan yang dilakukan manusia yang tidak bertanggungjawab dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.
b. Pertamina Coastal Clean Up (pembersihan pantai)
Kegiatan pembersihan pantai di Indonesia yang kotor dan tercemar limbah padat yang mana sampah-sampah berserakan seperti halnya pantai disekitar kegiatan operasi perusahaan khususnya unit-unit pengolahan yang berlokasi di pinggir pantai. c. Pertamina Peduli Lingkungan seperti uji emisi, Biopor, Green
Festival.
4. Infrastruktur dan Bencana Alam
Merupakan upaya kepedulian perusahaan terhadap sarana dan prasarana umum, sarana ibadah, dan bencana alam yang melanda Indonesia. Kegiatan ini ditunjukan dengan melakukan pengembangan sarana dan prasarana umum, peningkatan sarana ibadah, serta penanganan saat sebelum dan sesudah bencana alam terjadi.
5. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor informal seperti pedagang, petani, nelayan, dan wirausahawan yang hasilnya belum tentu secara konsisten memberikan rasa aman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya meningkatkan nilai ekonomi sektor informal tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peluang, kemampuan bisnis, serta akses permodalan
dan pasar. Kondisi ini menyebabkan ekonomi masyarakat terpuruk. Keterbatasan pemerintah dalam menyiapkan sektor formal untuk menampung kebutuhan masyarakat akan pekerjaan merupakan dorongan bagi Pemerintah untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan di sektor informal. Oleh karena itu salah satu kebijakan pemerintah adalah mendorong dan membina usaha-usaha kecil dan koperasi diseluruh Indonesia untuk tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan ekonomi masyarakat yang sesungguhnya. Bagi Pertamina, majunya usaha kecil dan koperasi diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mencari kesempatan kerja dan peluang usaha sehingga tidak tergantung pada lapangan kerja sektor formal yang terbatas.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Pertamina ditangani oleh Program Kemitraan dengan program-programnya sebagai berikut :
a. Penyaluran pinjaman modal usaha
Program ini merupakan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan usaha dan membuka peluang kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan usaha yang dibantu/dibina meliputi : industri rumah, usaha pertanian, usaha peternakan, jasa katering, tenun, dan sebagainya. b. Bantuan hibah untuk pembinaan dan pelatihan
Kelemahan dalam manajemen usaha, proses produksi, pengemasan, dan manajemen pemasaran merupakan kelemahan lain disamping masalah permodalan dan juga menjadi faktor penyebab kegagalan berwirausaha. Oleh sebab itu, bantuan permodalan saja tidak cukup untuk menghasilkan wirausahawan yang andal, tangguh, dan sukses. Dengan demikian selain membantu memberikan pinjaman modal usaha dengan bunga ringan, Pertamina juga memberikan bantuan hibah bagi mitra binaanya dengan memberikan pelatihan kewirausahaan, usaha,
dan keterampilan dalam bidang pertanian, peternakan, dan lain-lain.
c. Pembentukan pasar atau jaringan pasar
Keberhasilan usaha kecil dan koperasi untuk mengembalikan pinjaman pinjaman modal usaha tergantung pada keberhasilannya menuai hasil usahanya melalui pemasaran berbagai produk maupun jasa. Tidak semua pelaku usaha mampu menciptakan pasar atau lemah dalam mengakses pasar. Oleh karena itu, Pertamina memberikan bantuan hibah untuk mengembangkan pasar atau memudahkan akses para mitra binaannya untuk mendapatkan pasar melalui keikutsertaan mitra binaan Pertamina dalam pameran-pameran yang dilaksanakan di Indonesia maupun di luar negeri. Lebih dari 119 mitra binaan telah mendapatkan kesempatan memasuki pasar, dan memungkinkan terjadinya transaksi, atau membuka pasar baru lewat pameran tersebut. 4.2.3. Anggaran Dana Tanggung jawab Sosial
Berdasarkan buku Petunjuk Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina tahun 2004 dimaksudkan untuk menjamin adanya tertib administrasi khususnya tertib anggaran dalam rangka melaksanakan operasi perusahaan serta upaya meningkatkan efisiensi selama periode tahun anggaran Januari sampai dengan Desember, maka perlu ditetapkannya suatu keputusan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
Berdasarkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance), penyusunan dan pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) antara lain :
1. Penyusunan RKAP didasarkan pada penjabaran Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk satu tahun, mencakup berbagai program kegiatan tahunan Perusahaan yang lebih rinci.
2. Penyusunan RKAP dilakukan oleh Direksi beserta jajaran manajemen Perusahaan dengan mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up dengan memperhatikan arahan Komisaris.
3. Direksi wajib menyampaikan rancangan RKAP kepada RUPS selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran Perusahaan.
4. Pengesahan RKAP dilakukan oleh RUPS setelah dibahas bersama oleh Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi.
5. Pengesahan RKAP ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan. Dalam hal permohonan persetujuan RKAP belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu yang ditentukan, maka RKAP dianggap sah untuk dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penyusunannya.
4.3. Faktor-faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero)
Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang mempengaruhi kondisi perusahaan, bahwa dalam penyusunan anggaran hendaknya ada suatu kerjasama dan koordinasi antar setiap bagian yang terkait dengan kegiatan perusahaan agar penyusunan anggaran perusahaan lebih akurat.
Anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) disusun setiap tahun dengan sasaran bahwa anggaran dapat direncanakan, dijalankan, dan diawasi secara efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan operasional. Dalam penyusunan anggaran biaya CSR menggunakan kombinasi dua prosedur penyusunan anggaran yaitu Bottom up (dari bawah ke atas) dimana anggaran disusun dan disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan program tersebut, dengan pertimbangan bahwa bagian tersebut lebih mengetahui apa yang diperlukan oleh bagiannya dan Top down (dari atas ke bawah) dimana anggaran ditentukan oleh pimpinan atau direksi dengan melakukan konsultasi dengan bawahan, dengan disesuaikan dengan kondisi perusahaan serta tujuan dan prioritas utama dari program tanggung jawab sosial. Dengan demikian penyusunan anggaran akan sesuai dengan kondisi, fasilitas, dan kemampuan masing-masing bagian secara terpadu karena adanya partisipasi dan komunikasi aktif antar manajer dengan asisten manajer tiap bidang. Proses penyusunan anggaran
dana tanggung jawab sosial pada PT Pertamina (Persero) dimulai dari para asisten manajer melakukan penganggaran atas program kerja masing-masing, kemudian dilakukan rapat internal divisi CSR untuk dilaporkan kepada dewan direksi. Hasil rapat yang telah disepakati disampaikan kepada dewan direksi untuk diberikan anggaran yang sesuai dengan rencana kerja. Dewan direksi melakukan rapat internal untuk memutuskan pencairan dana anggaran yang diajukan divisi CSR. Tidak semua anggaran yang diajukan disetujui oleh direksi. Anggaran yang disetujui mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan perusahaan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil keputusan dewan direksi disampaikan kepada Direktorat Keuangan perusahaan untuk pemberian dana program CSR yang telah disetujui. Dana yang telah sampai kepada divisi CSR dibagikan kepada asisten manajer sesuai dengan persentase masing-masing bidang yang telah ditentukan oleh direksi. Setelah dana tersalurkan kepada masing-masing bidang, program kerja mulai dijalankan sesuai dengan anggaran yang ditentukan. Seiring dengan berjalannya program kerja, manajer memiliki kendali untuk mengatur dan memonitori setiap kegiatan yang dilaksanakan. Begitu pula pada divisi PKBL, proses penyusunan anggaran dilakukan dengan sistem bottom up kemudian menggunakan sistem top down.
Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran program CSR PT Pertamina (Persero), terdiri atas :
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dan disebabkan dari dalam perusahaan.
a. Kebijakan Dewan Direksi
Kebijakan dewan direksi merupakan keputusan yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi perusahaan. Direksi PT Pertamina (Persero) membuat suatu pertimbangan dan memutuskan besaran anggaran dana yang diperbolehkan untuk kegiatan CSR beserta persentase masing-masing program yang dijalankan disesuaikan dengan tujuan dilaksanakannya tanggung jawab sosial serta manfaat yang dapat diterima perusahaan. Prioritas perusahaan untuk tanggung
jawab sosial adalah dibidang pendidikan dengan tujuan agar meningkatkan kecerdasan rakyat Indonesia dan menuai manfaat mampu mengembangkan usaha dibidang minyak dan gas.
b. Kebijakan manajemen
Kebijakan manajemen merupakan keputusan dari manajer atas program yang lebih diprioritaskan dengan pertimbangan kondisi rill masyarakat yang paling utama untuk dibantu. Kebijakan manajemen merupakan kebijakan yang dapat dikendalikan oleh organisasi perusahaan. Kebijakan manajemen dapat berubah sewaktu-waktu yang mampu dipengaruhi oleh dewan direksi dan para asisten manajer. Berdasarkan kebijakan manajemen tersebut, semua bagian pada fungsi CSR dan PKBL harus merencanakan programnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tujuan perusahaan. c. Sumber dana
Sumber dana yang diberikan untuk program tanggung jawab sosial berasal dari dua sumber yaitu dana yang dianggarkan atau merupakan biaya operasional perusahaan dan dari laba perusahaan. Besarnya dana yang dianggarkan berdasarkan realisasi program tanggung jawab sosial tahun lalu dan disesuaikan dengan kondisi ekonomi perusahaan saat ini. Anggaran untuk divisi CSR berasal dari dana yang dianggarkan dan mampu dikendalikan oleh organisasi perusahaan, sedangkan anggaran untuk divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebesar 2% dari laba perusahaan sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Anggaran dana akan diberikan oleh Direktorat Keuangan atas perintah dari Dewan Direksi.
d. Kekuatan sumberdaya manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang mampu dikendalikan oleh perusahaan. Sumber daya manusia pada divisi CSR dan PKBL masih minim sehingga dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial peusahaan banyak melakukan kerjasama dengan pihak ke III seperti Yayasan, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Kepala Daerah, dan pihak lainnya. Kemampuan pihak ke III
dalam mengalokasikan dana CSR sangat menentukan efektivitas program tanggung jawab sosial.
e. Integrasi dengan anak perusahaan
Kerjasama dengan anak perusahaan yang tersebar di berbagai propinsi sangat membantu kelancaran program tanggung jawab sosial yang telah direncanakan. Hal ini terkait dengan rencana kerja yang telah diprogramkan di seluruh Indonesia sehingga program tersebut terlaksana secara efektif dan efisien dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Integrasi dengan anak perusahaan merupakan faktor yang masih dalam kendali perusahaan sehingga dapat dilakukan pengawasan dan upaya perbaikan dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial.
f. Rencana Jangka Panjang Perusahaan
Rencana Jangka Panjang Perusahaan merupakan serangkaian kegiatan yang diupayakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan dan keberlanjutan dari bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Rencana Jangka Panjang Perusahaan merupakan salah satu faktor yang mampu dikendalikan oleh perusahaan karena seluruh rangkaian kegiatan merupakan hasil kesepakatan direksi dan anggotanya. Anggaran yang akan diberikan untuk kegiatan tanggung jawab sosial harus disesuaikan dengan rencana jangka panjang perusahaan ke arah pencapaian hasil serta peningkatan nilai/pertumbuhan dan produktivitas perusahaan dalam jangka panjang. Dalam hal ini tujuan dilaksanakannya tanggung jawab sosial untuk membentuk citra positif perusahaan dibenak masyarakat luas. 2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang muncul dan disebabkan dari luar organisasi perusahaan.
a. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah merupakan salah satu faktor eksternal yang mampu dikendalikan. Hal tersebut disebabkan karena kebijakan
pemerintah muncul karena dipengaruhi lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat luas.
Berdasarkan Undang-undang Perseroan Terbatas pasal 74 yang mewajibkan setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang terkait dengan sumber daya alam untuk menganggarkan dana tanggung jawab sosial. Dan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Tahun 1994 yang mewajibkan BUMN untuk menyisihkan 2 % dari laba perusahaan untuk pembinaan terhadap usaha kecil dan Koperasi.
b. Keadaan penduduk sekitar perusahaan.
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Gambar 6. Grafik Penyebaran Penduduk Propinsi DKI Jakarta Keadaan penduduk sekitar perusahaan merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan dan sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Tingginya jumlah penduduk DKI Jakarta menyebabkan dampak pada masalah ketenagakerjaan sehingga menimbulkan angka pengangguran yang tinggi. Tanggung jawab sosial Pertamina memberikan anggaran untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat yakni dengan membentuk mitra binaan yang dilaksanakan oleh divisi PKBL.
c. Letak geografis
Letak geografis merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Letak geografis untuk wilayah Jakarta Pusat yaitu
1420388
1634781
1885302 2592940
19835 930674
Grafik Penyebaran Penduduk
Propinsi DKI Jakarta
Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Kep. Seribu
dengan luas wilayah 48,2 km2 dengan letak geografis pada Bujur 106o22’42” BT - 106o58’18” BT dan pada Lintang 5o19’12” LS - 6o23’54” LS. Letak perusahaan yang berada di tengah-tengah kota Jakarta membuat perusahaan perlu menganggarkan dana tanggung jawab sosial untuk kegiatan penyediaan air bersih, pipa saluran limbah yang melewati rumah warga dan bertanggung jawab atas terjadinya bencana yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan. d. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berada di luar kendali perusahaan ataupun pemerintah karena lingkungan ini timbul dengan sendirinya di lingkungan masyarakat secara umum.
1. Pendidikan
Tingkat kecerdasan masyarakat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia yang akan diserap di masa yang akan datang. Dengan demikian hal ini menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial.
2. Kesehatan
Masalah kesehatan semakin memburuk di negara Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat yang lemah sehingga perlunya kepedulian perusahaan terhadap kesehatan masyarakat.
3. Bencana
Banyaknya bencana alam yang ada di Indonesia dan semakin tingginya tingkat bencana akibat teror, perusakan rumah ibadah, penggusuran, dan sebagainya yang mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami masyarakat Indonesia mempengaruhi dalam penyusunan anggaran tanggung jawab sosial Pertamina. Pertamina merencanakan bantuan untuk rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana umum.
4.4. Analisis Penyimpangan dengan Menggunakan Analisis Varians
Pada realisasinya pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan
dalam program rencana kerja baik dalam hal anggaran biaya maupun dalam bentuk kegiatannya. Banyak anggaran dana yang tidak terealisasi dengan baik sehingga banyak terjadi kelebihan dana. Banyak anggaran yang tidak teralokasi pada program kerja yang telah dibuat. Adapun penyimpangan anggaran tersebut disebabkan karena program kerja tanggung jawab sosial Pertamina kurang proaktif dalam menjalankan program kerjanya. Perusahaan bersifat proaktif hanya di wilayah operasional perusahaan saja. Hal ini terjadi agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar dengan dukungan dari masyarakat sekitar perusahaan. Disamping itu, banyaknya terjadi penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial disebabkan pula oleh sumberdaya manusia yang dimiliki kurang mencukupi untuk mengaktifkan program tanggung jawab sosial sampai ke seluruh wilayah sasaran di Indonesia.
Dengan menggunakan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dapat dilakukan evaluasi terhadap ketidaksesuaian antara anggaran dengan realisasi program yang telah dijalankan dengan melakukan pengukuran terhadap biaya tanggung jawab sosial perusahaan melalui metode analisis varians yang dapat dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel 2007.
4.4.1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada Divisi Corporate Social Responsibility, program CSR dikategorikan kedalam empat program yaitu program Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Bantuan Pihak ke III, serta Infrastruktur dan Bencana Alam. Berikut hasil analisis varians untuk masing-masing kegiatan :
1. Program Corporate Social Responsibility tahun 2007 i. Pendidikan
Anggaran untuk program pendidikan pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.025.970.000 dengan realisasi sebesar Rp. 625.861.760. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 400.108.240 dengan persentase penyimpangan sebesar 38,99 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh banyak pengajuan proposal ditujukan untuk kunjungan ke
bagian pengolahan. Hal tersebut sangat sulit disetujui karena tingginya aktivitas pengolahan kilang minyak sehingga mengkhawatirkan akan menimbulkan gangguan. Bantuan pendidikan yang dilakukan antara lain : bantuan operasi penyelenggaraan work shop pembuatan Taman Bacaan, penggantian biaya pengumpulan buku, bantuan pengadaan buku untuk SDN RBS 02 dan 06 Petang, Pertamina Youth Program dengan dana yang dikeluarkan sebesar Rp. 291.493.150 untuk transportasi, pengadaan identitas dan perlengkapan lain seperti pengadaan souvenir berupa notes, bolpoin, tas, dan kaos, penginapan serta kunjungan lapang (bila memungkinkan). Selain itu melakukan kegiatan Pertamina Goes To Campus ke universitas UNPAD, UNDIP, UNES, UNSRI, UNCEN, ITB, UDAYANA, UNMUL dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 293.614.110. Tabel 2. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2007
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Analisis Varians (Rp) U/F Penyimpangan (%) Pendidikan 1.025.970.000 625.861.760 400.108.240 F 38,99 Kesehatan 100.000.000 14.500.000 85.500.000 F 85,5 Lingkungan 400.000.000 368.500.000 31.500.000 F 7,88 Pihak ke III 1.500.000.000 4.393.992.380 (2.893.992.380) U -192,93 ii. Kesehatan
Kegiatan program kesehatan tahun 2007 mempunyai anggaran sebesar Rp. 100.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 14.500.000. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 85.500.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 85,5 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi program CSR Pertamina bidang kesehatan, sehingga masyarakat pun tidak cepat tanggap akan kehadiran
CSR kesehatan dan sedikit masyarakat yang mengajukan permohonan bantuan kepada perusahaan. Kurang proaktifnya kegiatan bidang kesehatan ini mengakibatkan hanya sebagian kecil masyarakat sekitar perusahaan yang mengetahui bahwa Pertamina memiliki kegiatan CSR pada bidang kesehatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007 antara lain : Clino
Dental dan pengobatan masal yang bekerjasama dengan PT Pertamedika.
iii. Lingkungan
Kegiatan program lingkungan tahun 2007 mempunyai anggaran
sebesar Rp. 400.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 368.500.000. Berdasarkan hasil analisis varians,
penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 31.500.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 7,88 % dan dikategorikan favorable. Bantuan yang telah diberikan hampir 9000 batang pohon yang ditaman di wilayah Indonesia serta melakukan program sekolah kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah. Program bidang lingkungan lainnya antara lain : program pemulihan pencemaran Pulau Biawak dengan dana sebesar Rp. 57.500.000, Pertamina untuk Anak Indonesia yakni kegiatan perbaikan sanitasi, WC, dan lingkungan sekolah yang dilakukan di SDN 02 Rawa Badak dan MTs Al Hidayah RBU yang menghabiskan dana sebesar Rp. 311.000.000.
iv. Bantuan Pihak ke III
Kegiatan untuk bantuan pihak ke III tahun 2007 mempunyai anggaran sebesar Rp. 1.500.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 4.393.992.380. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp. 2.893.992.380 dengan persentase penyimpangan sebesar 192,93 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan pihak ke III adalah bantuan yang diberikan perusahaan kepada pihak-pihak seperti yayasan,
lembaga, kepala daerah, dan pihak lain yang dijadikan sebagai perantara dalam pemberian dana CSR untuk disampaikan kepada target sasaran. Bantuan pihak ke III meliputi kegiatan program pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Pada realisasinya bantuan ini melebihi anggaran yang diberikan. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan renovasi dan rehabilitas sekolah, rumah ibadah, serta sarana dan prasarana lingkungan masyarakat.
Total anggaran untuk kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada Divisi Corporate Social Responsibility
(CSR) tahun 2007 sebesar Rp. 3.025.970.000 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 5.402.854.140. Berdasarkan analisis varians
penyimpangan yang terjadi bernilai negatif sebesar Rp. 2.376.884.140 dengan persentase penyimpangan anggaran
sebesar 78,55 %. Kekurangan dana yang telah dianggarkan diperoleh dari kelebihan dana pada divisi PKBL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa realisasi dari kegiatan CSR pada tahun 2007 tidak terlaksana sesuai dengan anggaran rencana kerja. Hal ini disebabkan banyaknya permohonan dana bantuan pihak ketiga yang sebagian besar layak dan sesuai dengan rencana kerja. Disamping itu, banyaknya masyarakat yang perlu diberikan bantuan terutama untuk pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
2. Program Corporate Social Responsibility Tahun 2008 i. Pendidikan
Anggaran CSR bidang pendidikan pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 1.200.000.000. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp. 200.000.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 20 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan banyak diberikan untuk program beasiswa, kunjungan mahasiswa, olimpiade, pembuatan taman pintar Yogyakarta, bantuan pemberdayaan komunitas perpustakaan, dan
bantuan lainnya. Selain itu banyaknya proposal permohonan bantuan kegiatan kemahasiswaaan yang masuk dan sebagian besar dipenuhi oleh perusahaan. Kekurangan dana diambil dari hasil kelebihan dana pada program-program CSR lainnya atau subsidi silang antar program.
Tabel 3. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2008
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Analisis Varians (Rp) U/F Penyimpangan (%) Pendidikan 1.000.000.000 1.200.000.000 (200.000.000) U -20 Kesehatan 550.000.000 144.000.000 406.000.000 F 73,82 Lingkungan 800.000.000 653.000.000 147.000.000 F 18,38 Pihak ke III 2.400.000.000 1.905.042.500 494.957.500 F 20,62 ii. Kesehatan
Kegiatan program kesehatan tahun 2008 mempunyai anggaran sebesar Rp. 550.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 144.000.000. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 406.000.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 73,82 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar permohonan bantuan yang datang tidak sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan dan tidak sesuai dengan wilayah sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu tingkat kebutuhan yang diajukan pemohon kurang memiliki manfaat penting yang telah diprioritaskan oleh perusahaan sehingga banyak permohonan yang tidak dipenuhi.
iii. Lingkungan
Kegiatan program CSR Pertamina di bidang lingkungan tahun 2008 mempunyai anggaran sebesar Rp. 800.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 653.000.000. Berdasarkan hasil analisis varians,
penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 147.000.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 18,38 % dan dikategorikan favorable. Pertamina telah menanam pohon sebanyak lebih dari 75.000 batang pohon (berbagai jenis) diseluruh wilayah operasi di Indonesia atau sama dengan menghijaukan lahan kurang lebih 7,5 hektar. Penanaman pohon tersebut melibatkan masyarakat sekitar, mahasiswa, dan Karang Taruna. Pertamina secara konsisten menjadi mitra Taman Nasional Kutai, mendukung kegiatan penghijauan yang dilakukan berbagai lembaga termasuk mahasiswa. Program pembersihan pantai juga dilaksanakan dengan kerjasama dengan Pemerintah, masyarakat, dan instansi lainnya. Program Coastal Clean Up (Pembersihan Pantai) telah dilakukan disekitar kilang UP-IV Cilacap dan kilang UP-V Balikpapan. iv. Bantuan Pihak ke III
Bantuan kepada pihak ke III tahun 2008 mempunyai anggaran
sebesar Rp. 2.400.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 1.905.042.500. Berdasarkan hasil analisis varians,
penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi sebesar Rp. 494.957.500 dengan persentase penyimpangan sebesar 20,62 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pengajuan permohonan dari pihak ke III. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain bantuan renovasi sekolah SDN 01 Pagi dan 02 Rawa Badak Selatan, bantuan sarasean dan pameran foto Bung Karno oleh Yayasan Gemalsani, bantuan dana rumah singgah Yayasan Gema Nusantara, dan bantuan lainnya.
Total anggaran untuk kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) tahun 2008 sebesar Rp. 4.750.000.000 dengan nilai realisasi sebesar Rp. 3.902.042.500. Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 847.957.500 dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar 17,85 % sehingga penyimpangan dikategorikan favorable. Pada tahun 2008 sebagian besar kegiatan telah terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan rencana kerja serta anggarannya. Dapat dikatakan bahwa fungsi CSR mengalami peningkatan kinerja dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam penyusunan anggaran diharapkan manajemen dan asistennya dapat mengidentifikasi anggaran secara lebih jelas mengenai bentuk-bentuk kegiatan dan besarnya dana yang akan diberikan.
3. Program Corporate Social Responsibility Tahun 2009 i. Pendidikan
Anggaran bantuan pendidikan pada tahun 2009 sebesar Rp. 28.800.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 30.439.000.000.
Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp. 1.639.000.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 5,69 % dan dikategorikan unfavorable. Besarnya anggaran dana untuk bidang pendidikan sebesar 32 % dari total keseluruhan dana CSR peusahaan. Program yang dilakukan pada tahun 2009 antara lain : beasiswa sebesar Rp 6.603.000.000 diberikan untuk 25 pekerja DESDM, 10 mahasiswa ITB, beasiswa S2 bagi 25 PNS, 100 mahasiswa Poltek UNAND, S2 Luar Negeri, 1.000 anak yatim piatu Jabotabek, 100 mahasiswa Poltek UNS Solo, 100 siswa Madrasah di Bantargebang, 100 mahasiswa Poltek UNSRI, dan 1.450 orang Jabodetabek (Kerjasama dengan PWP Pusat). Kegiatan pendidikan lainnya yaitu program kepemudaan yang dilakukan di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi dengan dana sebesar Rp. 1.440.000.000, Pertamina Goes To Campus sebesar Rp. 750.000.000 di UNRI dan UNILA, kompetisi OSN-PTI 2009 sebesar Rp. 7.200.000.000, program renovasi dan program peduli pendidikan lainnya sebesar Rp. 14.446.000.000.
ii. Kesehatan
Kegiatan program kesehatan tahun 2009 mempunyai anggaran
sebesar Rp. 18.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 15.005..454.400. Berdasarkan hasil analisis varians,
penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 2.994.545.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 16,64 % dan dikategorikan favorable. Besarnya anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan program kesehatan sebesar 20 % dari total keseluruhan dana CSR sebesar Rp. 120.000.000.000. Kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian kacamata sebanyak 11.000 buah kacamata yang dilaksanakan di Medan, Palembang, Plaju, Prabumulih, Bekasi, Indramayu, Cilacap, Surabaya, Malang, Makasar, dan Tomohon. Program Clino Gigi Sehat dilaksanakan di 24 SD di Plumpang, Cikampek, dan Bekasi. Program SEHATI yang ditujukan untuk kesehatan anak dan ibu dilaksanakan di 13 Kecamatan di wilayah Jabar, Jateng, NTT, Makasar, Jayapura, Medan, dan Tanjung Uban Riau. Program Pertamina Peduli Kesehatan antara lain pengadaan inkubator di 10 Kecamatan, asuransi kesehatan mekanik, bantuan operasi jantung bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu, program perinatologi bagi 200 bayi, bantuan ambulance di Cilacap, dan pemeriksaan DM.
Tabel 4. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2009
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Analisis Varians (Rp) U/F Penyimpangan (%) Pendidikan 28.800.000.000 30.439.000.000 (1.639.000.000) U -5,69 Kesehatan 18.000.000.000 15.005.454.400 2.994.545.600 F 16,64 Lingkungan 18.000.000.000 6.117.000.000 11.883.000.000 F 66,02 Infrastruktur & Bencana Alam 22.500.000.000 20.839.900.012 1.660.099.988 F 7,38 Program Unit Operasi 30.000.000.000 18.453.360.520 11.546.639.480 F 38,49
iii. Lingkungan
Kegiatan program CSR Pertamina di bidang lingkungan tahun 2009 mempunyai anggaran sebesar Rp. 18.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 6.117.000.000. Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 11.883.000.000 dengan persentase penyimpangan sebesar 66,02 % dan dikategorikan favorable. Kegiatan yang dilakukan antara lain Costal Clean Up di pantai Lamarau Balikpapan dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 300.000.000, dana untuk Biopori sebesar Rp. 2.376.000.000 dengan menanam pohon sebanyak 6.300 di DKI Jakarta, 5.000 di Jateng dan Yogyakarta, 1.000 di Tangsel. Penanaman bibit pohon dilaksanakan di Tangsel sebanyak 2.500 buah dan 2.000 buah ditanam pada acara Car Free Day di Jakarta Pusat dengan anggaran yang dihabiskan sebesar Rp. 280.000.000. Pembangunan taman kota dilaksanakan di Pasir impun Bandung dengan dana sebesar Rp. 1.300.000.000, 21 unit becak motor sampah di Medan, 500-1.000 unit kendaraan motor di DKI untuk pengukuran emisi gas buang, serta program tebar dan tanam – SIKIB dengan total dana yang digunakan sebesar Rp. 1.861.000.000. Program Lingkungan pada tahun 2009 memiliki penyimpangan yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena banyaknya proposal yang masuk tidak sesuai dengan rencana kerja program lingkungan, kegiatan yang telah direncanakan tidak terealisasi, dan banyak kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana kerja karena adanya kesalahpahaman informasi di antara manajer dan asisten di bidang lingkungan.
iv. Infrastruktur dan Bencana Alam
Kegiatan program CSR Pertamina bidang Infrastruktur dan Bencana Alam merupakan program yang baru dibentuk seiring terbentuknya fungsi CSR sesuai UU PT Nomor 40 dan dianggap sangat berperan penting dalam membantu kehidupan sosial masyarakat. Anggaran program Infrastruktur dan Bencana Alam