61 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Persiapan Penelitian
Sebelum turun ke lapangan penelitian, peneliti terlebih
dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada Fakultas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar memudahkan peneliti mengambil
data yang akan diolah. Peneliti tiba di kota Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 2 Desember 2011.
Pada tanggal 4 Desember peneliti mendatangi rumah key
informan penelitian. Key informan merupakan kepala
Puskesmas Lewa yang rumahnya tidak jauh dari rumah peneliti
di kota Waingapu. Dalam pertemuan tersebut peneliti
menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan informasi dari key informan ternyata daerah
Kecamatan dari Puskesmas yang dipimpinnya telah mengalami
pemekaran Kecamatan. Semula tempat penelitian yang
direncanakan adalah Puskesmas Lewa Kecamatan Lewa,
namun kini telah menjadi Puskesmas Nggaha Oriangu,
62
mengurus ijin penelitian daerah ke kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 6 Desember 2011.
Perijinan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu prosedur penelitian daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah. Setelah surat ijin penelitian tersebut
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat, key informan dan
peneliti mulai merancang strategi untuk menuju tempat
penelitian dan berjumpa dengan para partisipan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memperoleh
dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam bentuk
disediakannya kendaraan di hari pertama peneliti berkunjung
ke desa tempat penelitian. Di samping itu dukungan lain yang
peneliti terima adalah disediakannya satu orang tenaga
pendamping yang merupakan tenaga kesehatan.
Key informan mempelajari kriteria partisipan yang
dibutuhkan oleh peneliti dan membantu mencari riset partisipan
yang tepat sebagai partisipan penelitian. Pada tanggal 9
Desember 2011 peneliti diijinkan ikut dalam kegiatan
Puskesmas berkeliling ke desa-desa di Kecamatan Nggaha
Oriangu. Dalam kegiatan tersebut peneliti dan tenaga
kesehatan lainnya mengunjungi ibu-ibu hamil, beberapa
63
oleh Puskesmas tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan dalam
rangka membagikan kelambu untuk ibu–ibu hamil. Peneliti ikut
terlibat dalam setiap kegiatan tersebut secara aktif dengan
tujuan peneliti dapat memastikan para calon riset partisipan
yang ditemui benar benar memenuhi setiap kriteria yang
dibutuhkan. Kegiatan tersebut berlangsung sejak pukul 09.00
WITA sampai dengan 15.00 WITA. Dengan menggunakan
mobil Puskesmas keliling, kegiatan berlangsung dari satu desa
ke desa yang lainya, dan pada saat itulah key informan
memperkenalkan 3 calon partisipan kepada peneliti.
Pada saat pertemuan pertama tersebut peneliti
mengutarakan maksud dan tujuan penelitian ini. Calon
partisipan I bernama Ny. I (19 th), setelah berkenalan dan
berbincang cukup lama pada (pukul 10.00 WITA), penelitipun
yakin untuk menetapkannya sebagai partisipan I. Bersedianya
Ny. I menjadi partisipan penelitian, diwujudkan dengan
menandatangani informed concent yang peneliti berikan.
Kemudian peneliti melanjutkan pertemuan dengan menemui
calon partisipan II yang rumahnya terbilang cukup jauh dari
jalan raya. Untuk sampai ke rumah calon partisipan, peneliti
dan key informan harus turun dari mobil dan berjalan kaki
64
partisipan kedua bernama Ny. K (32th). Dalam pertemuan ini
peneliti mengutarakan tujuan peneliti datang berkunjung, dan
Ny. K bersedia untuk menjadi partisipan II dan menandatangani
informed concent yang diberikan. Pada penelitian ini tidak
hanya ibu maternal yang ditetapkan sebagai riset partisipan
tetapi ibu post partum (pasca melahirkan) juga ditetapkan
sebagai partisipan lengkap dengan riwayat kunjungan
antenatal yaitu frekuensi kunjungan Pelayanan ANC yang
kurang dari 4 kali kunjungan. Ny. K awalnya peneliti tetapkan
menjadi partisipan sebagai ibu maternal. Dengan kejadian
melahirkan yang dialami Ny. K sebelum memasuki usia 9
bulan, maka peneliti menempatkannya ke dalam kriteria
partisipan ibu postpartum. Ny. K memiliki kriteria yang tepat
sebagai partisipan menurut kriteria ke empat sebagai ibu
postpartum (pasca melahirkan) yang melakukan kunjungan antenatal care dan distribusi kunjungannya tidak sampai empat
kali kunjungan menurut Buku Panduan KIA Puskesmas.
Untuk partisipan III, peneliti berkunjung ke rumahnya
dengan perantara key informan pada hari yang sama (pukul
14.00 WITA). Partisipan III bernama Ny. ML, pada saat itu yang
bersangkutan sedang bersama suaminya yang baru pulang
65
menyutujui untuk menjadi partisipan penelitian. Persetujuannya
itu ditandai dengan ditandatanganinya informed concent. Untuk
partisipan ke IV dan V, tidak dapat ditemui pada hari itu karena
yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah. Peneliti
disarankan oleh key informan untuk mengikuti kegiatan
posyandu balita dan ibu hamil pada tanggal 20 Desember 2011
agar dapat bertemu dengan calon partisipan ke IV dan ke V.
Perkenalan peneliti dengan calon riset partisipan IV dan V
dibantu oleh perawat yang saat itu sedang bertugas. Partisipan
IV bernama Ny. RM (19thn). Ny. RM sebelumnya telah ditemui
oleh key informan dan dimintai kesediaannya untuk menjadi
partisipan penelitian peneliti. Key informan menyatakan Ny. RM
bersedia menjadi partisipan. Peneliti sebelumnya sudah
berkunjung ke rumah Ny. RM dua kali dan tidak pernah
bertemu dengannya. Pada kesempatan itulah Ny. RM secara
langsung mengutarakan pada peneliti bahwa bersedia menjadi
Partisipan IV dan diwawancarai pada saat itu juga. Sebelum
mewawancara Ny. RM, Peneliti memintanya menandatangani
informed concent sebagai bukti bahwa Ny. RM bersedia
menjadi riset partisipan. Perawat Puskesmas juga
memperkenalkan peneliti dengan calon partisipan V.
66
peneliti baru pertama kali berbicara dengan Ny. RK mengenai
kesediaannya menjadi partisipan V dalam penelitian ini.
Setelah berbincang-bincang cukup lama seputar kehamilan
yang dijalaninya secara umum dan kesediaan untuk
diwawancarai, akhirnya Ny. RK bersedia menjadi partisipan V
dan menandatangani informed concent yang diberikan
kepadanya.
Berikut adalah data riset partisipan yang terlibat dalam
penelitian ini :
Tabel 4.1 Data lengkap Riset partisipan
Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Data Kunjungan Riwayat
Kehamilan
Partisipan I Ny I 19
Tahun SMA Pedagang
I. 23 Agustus 2011
II. 20 Desember 2011 G1PA0
Partisipan II Ny K 32
Tahun SMA Guru SD
I. 12 Juli 2011 II. 3 Oktober 2011 Tanggal Partus 15 Desember 2011 G3P3A0 Partisipan III Ny ML 31 Tahun SD Petani I. 12 Juni 2011
II. 19 September 2011 G5P1A2
Partisipan IV Ny
RM 19
Tahun SMP -
I. 14 juni 2011
II. 20 Desember 2011 G1p1A
Partisipan V Ny RK 26
Tahun SMP Petani
I. 20 Desember 2011
G2P1A0 Keterangan :
1. Sumber data Kunjungan : Data Register Kunjungan Pelayanan KIA Puskesmas Nggaha Oriangu 2011
2. Riwayat kehamilan : dinyatakan dalam jumlah kehamilan (G), Jumlah Partus (P), Jumlah Abortus (A) dan Lahir hidup (L).
67 4.1.2 Profil Daerah Penelitian
Daerah Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu
kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), letaknya di
bagian selatan dari kesatuan Republik Indonesia yang secara
astronomis membentang antara 119° 45-120° 52 bujur
timur(BT) di sebelah timur dan 9° 16- 10° 20 lintang selatan
(LS) di sebelah selatan. Secara georafis kondisi daerah Sumba
Timur merupakan daerah yang berbukit bukit dengan rata-rata
kemiringan yang tertinggi ± 40 persen luas wilayah, dan pada
bagian utara merupakan daerah yang datar dan berbatu serta
kurang subur, sedangkan pada bagian selatan merupakan
daerah dengan berbukit terjal, pada lereng-lereng bukit
tersebut merupakan lahan yang cukup subur. Iklim yang tidak
menentu merupakan hambatan atau masalah yang cukup
klasik bagi masyarakat di Kabupaten Sumba Timur. Batas
Wilayah Kabupaten Sumba Timur, di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Sumba Tengah, sebelah timur berbatasan
dengan laut Sabu, sebelah utara berbatasan dengan Selat
Sumba dan sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Hindia
(Sumba Timur dalam Angka 2007, BPS Kab. Sumba Timur).
Kecamatan Nggaha Oriangu mengalami proses pemekaran
68
Kecamatan Nggaha Oriangu masih dalam wilayah Kecamatan
Lewa, dan sekarang wilayah Kecamatan Nggaha Oriangu telah
memiliki daerah administratif sendiri. Kecamatan ini berada di
sebelah barat Kabupaten Sumba Timur, dan kondisi
topografinya sebagian besar berbukit terjal serta jarak
jangkauan desa-desa yang cukup jauh dari pusat pemerintahan
Kecamatan.
Kondisi ekonomi masyarakat Kecamatan Nggaha Oriangu
sebagian besar masih terbilang golongan ekonomi menengah
ke bawah. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar
adalah petani dan pedagang. Luas Kecamatan Nggaha
Oriangu adalah 773,7 km2 atau 77.370 hektar dan jumlah
penduduk di Kecamatan ini adalah 12.450 jiwa. Jarak
kecamatan ini dari kota Waingapu adalah 42 km2.
Desa Tandula jangga adalah salah satu desa dari
sembilan desa yang tergabung dalam wilayah administratif
kecamatan Nggaha Oriangu. Luas desa Tandula jangga adalah
63,2 km2 atau 6320 hektar. Jarak Desa Tandula jangga dari
pusat pemerintahan Kecamatan adalah 15 km, termaksud jarak
menuju ke Puskesmas Nggaha Oriangu.
Kegiatan rutin Puskesmas di desa Tandula jangga adalah
69
desa yang lain, kegiatan Puskesmas di desa ini berjalan
dengan cukup baik. Posyandu di desa Tandula jangga
membawahi 4 desa yang ada di kecamatan Nggaha Oriangu
yaitu desa Praipaha, Kahiri, Pulu panjang dan Tandula jangga.
Salah satu Puskesmas Pembantu dari Kecamatan Nggaha
Oriangu juga berada di desa Tandula jangga. Di desa Tandula
jangga angka usia rata-rata pernikahan pasangan usia subur
berkisar usia 15 tahun sampai 35 tahun pada tahun 2010
hingga 2011.
4.1.3 Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan di rumah partisipan dan
di Posyandu Desa Tandula jangga serta data pendukung
lainnya di Puskesmas Nggaha Oriangu. Pengambilan data
dimulai pada tanggal 11 Desember sampai akhir bulan
Desember 2011. Alat yang peneliti gunakan adalah panduan
wawancara (interview guide) dan alat perekam suara.
Penggunaan alat perekam suara sudah mendapat persetujuan
dari partisipan. Ada beberapa partisipan yang diwawancarai
peneliti secara berkala, karena peneliti belum mendapatkan
70
partisipan tersebut untuk kedua kalinya dan melengkapi
informasi yang diperlukan.
4.1.4 Gambaran Umum Riset Partisipan a. Partisipan I
Wawancara pertama dilakukan di rumah Ny I (19th).
Wawancara berlangsung di teras rumah yang menurut
peneliti sedikit berantakan dan tidak rapi. Bentuk rumah
Ny. I berupa rumah panggung tradisional daerah Sumba.
Rumah tersebut sangat sederhana, lantainya beralaskan
bambu yang disusun memanjang dan berdinding papan
dan gedek. Atapnya dari seng yang disusun memanjang
ke arah atas. Di dinding teras tempat wawancara
berlangsung terpampang beberapa poster bergambar
anak-anak dan kalender. Meskipun peneliti tidak memasuki
rumah Ny. I, peneliti sempat melihat ke dalam rumah dari
pintu dan nampak bahwa bagian dalam rumah kurang
mendapat pencahayaan matahari, sehingga membuat
bagian dalam rumah nampak gelap.
Saat akan diwawancarai Ny. I ditemani oleh ibunya
dan juga adik bungsunya. Ketika peneliti meminta ijin untuk
71 informan seputar lingkungan rumahnya, peneliti dan Ny.I
agak bergeser ke arah ujung teras untuk memulai
wawancara. Pada saat wawancara berlangsung peneliti
cukup terganggu dengan lingkungan di sekitar tempat
peneliti mewawancarai Ny.I karena sopir mobil Puskesmas
keliling yang membawa peneliti bersama key informan
memutar musik dengan volume yang agak keras sehingga
peneliti kesulitan mendengar yang dikatakan oleh Ny. I,
dan kejadian ini berlangsung selama wawancara
dilakukan. Dengan kondisi bising seperti itu sempat
membuat peneliti tidak konsentrasi untuk bertanya. Peneliti
meminta kesediaan waktu dari Ny. I di kemudian hari jika
peneliti berkunjung kembali ke desa tersebut, dengan
tujuan melengkapi informasi yang dianggap peneliti
kurang, dan peneliti berkesempatan untuk mewawancarai
Ny. I lagi pada tanggal 17 Desember 2011 jam 13.00
WITA. Pada saat itu Ny. I memakai baju kaos oblong
berwarna coklat dan celana pendek berwarna hijau,
rambut pendek berwarna hitam dan diikat, perutnya
tampak agak membesar, kulitnya berwarna sawo matang.
72
Ny. I masih berstatus siswa yang terdaftar di salah
satu sekolah menengah kejuruan di Desa Makamenggit
Kecamatan Nggaha Oriangu. Dengan kondisi seperti ini
membuatnya berhenti bersekolah sementara. Hal itu
dilakukan sebagai persyaratan yang diberikan oleh
sekolah. Kebijakan dari sekolah itu diberikan karena Ny. I
sekarang duduk di bangku kelas 3 Menengah Kejuruan
dan dalam waktu beberapa bulan akan mengikuti ujian
kelulusan, pihak sekolah memberi kebijakan kepada Ny. I
untuk cuti sekolah dan merawat kehamilannya sampai Ia
melahirkan dan dapat melanjutkan sekolah di tahun 2012
tanpa harus dikeluarkan dari sekolah.
Ny. I dan suaminya tinggal di tempat terpisah karena
urusan perkawinan mereka yang belum sah secara adat.
Ny. I masih tinggal bersama orang tuanya di desa Tandula
jangga sedangkan suaminya tinggal di desa Kahiri atau
desa sebelahnya. Keluarga belum sepenuhnya menyetujui
hubungan Ny. I dengan suaminya, meskipun urusan adat
perkawinan sedang berjalan, ia masih sulit berkomunikasi
dengan suaminya. Ny. I cukup tegar dalam menghadapi
permasalahan keluarganya, ia tampak menjawab dengan
73
senang dengan kehamilannya sekarang. Hal ini terlihat
dari kesungguhannya menceritakan kondisi keluarganya
sekarang serta kebesaran hatinya menerima keadaan
keluarganya.
Ny. I melihat kehamilannya adalah suatu kejadian
yang tidak ia rencanakan, dan baru menyadari
kehamilannya pada saat memasuki usia kehamilan 3
bulan. Pada saat itu ia tidak tahu kalau sedang hamil dan
merasa hanya pusing-pusing dan mual di pagi hari. Ny. I
mengatakan pada dasarnya ia tidak tahu gejala kehamilan
itu sendiri seperti apa. Dengan bantuan dari tantenya yang
seorang bidan, akhirnya Ny. I memeriksakan dirinya ke
Puskesmas dan pada saat itulah kehamilannya diketahui.
Ny. I terakhir masuk sekolah pada bulan September
2011, setelah itu ia membantu ibunya berjualan sayur di
pasar sampai siang hari, dan kegiatan tersebut masih
dilakukan sampai sekarang. Ny. I pun sudah diberitahu
tafsiran bulan saat ia harus melahirkan, Ny. I mengatakan
ia siap untuk melahirkan di bulan Maret tahun 2012 untuk
itulah Ia selalu menjaga kandungannya dengan baik
walaupun tanpa suami yang mendampinginya. Kepada
74
berkumpul dengan suaminya dan bisa bersama-sama
merawat anak yang akan dilahirkannya nanti.
b. Partisipan 2
Wawancara berlangsung di rumah Ny. K (32 tahun).
Rumahnya sedikit sulit untuk dijangkau dari tepi jalan
pinggiran desa. Peneliti dan key informan turun dari mobil
yang diberhentikan di jalan raya, dan mengikuti jalan
setapak dan menyusuri sungai desa Tandula jangga yang
jaraknya ±100 meter menuju rumah Ny. K. Peneliti dan key
informan juga menyeberangi sungai kecil tersebut dengan
berjalan kaki, karena arusnya tidak terlalu deras, maka
tidak terlalu menyulitkan peneliti untuk sampai ke tempat
tujuan.
Rumah Ny. K tidak terlalu jauh dari tempat ia
bekerja. Ny. K bekerja sebagai guru SD di salah satu
sekolah dasar di Desa Tandula jangga. Wawancara
berlangsung di dalam kamar, karena Ny. K masih dalam
kondisi yang sangat lemah setelah melahirkan. Rumah Ny.
K berdinding papan kasar dari jati yang disusun melintang
membentuk dinding rumah dan bagian belakangnya
tertutupi gedek serta tidak berlantai atau langsung beralas
75
ada penerangan dari sinar matahari ataupun lampu di
dalam rumah. Rumah tersebut hanya mempunyai 2 kamar,
yakni kamar Ny. K bersama suami dan kamar Ibu dari
Ny.K dan kedua anak perempuannya. Kamar Ny. K
tampak gelap dan tidak ada alat bantu penerangan yang
ada pada saat peneliti datang ke sana. Ny. K terbaring
lemah di atas tempat tidur yang terbuat dari potongan
bambu, hanya beralas beberapa kain panjang sambil
menyusui bayinya. Ny. K dengan senang hati menerima
kedatangan peneliti ke rumahnya pada saat itu.
Pada saat wawancara Ny. K memakai baju tidur
yang berupa kaos dan celana berwarna putih dan kuning
bercorak boneka. Ny. K memiliki rambut yang panjang,
hitam dan tebal, kulit berwarna sawo matang dan postur
tubuh yang tinggi. Pada saat peneliti hendak melakukan
wawancara, Ny. K tampak sangat lemah dan kusam serta
sedikit berkeringat, dikarenakan kondisi kamar yang cukup
panas meskipun udara sedang mendung pada saat itu. Ny.
K menyambut dengan ramah serta mempersilahkan
peneliti duduk di atas tempat tidur, serta mengambil tempat
duduk di bawah kakinya yang pada saat itu sedang duduk
76
dan komunikatif ketika peneliti mulai menanyakan seputar
kehamilannya, ia meminta maaf pada peneliti terkait
kondisi rumah yang menurutnya tidak memadai untuk
menerima tamu, kemudian peneliti juga membalas
pembicaraan Ny. K dengan ucapan terimakasih karena
bersedia menjadi partisipan.
Suami Ny. K sering berpergian untuk berdagang di
pasar perbatasan Sumba Tengah dan Sumba Barat dan
pulangnya ke rumah setiap dua hari sekali. Kehamilannya
kini merupakan pengalaman ketiga dari Ny. K, sebelumnya
ia telah memiliki dua putri yang kini berusia 8 tahun dan 1
tahun 6 bulan. Ny. K mengetahui kehamilan ketiganya
semenjak usia kehamilannya memasuki usia 3 bulan.
Sebelumnya ia tidak menyangka akan mempunyai anak
lagi, apalagi pada saat itu Ny. K sedang sibuk mengurusi
pekerjaannya dalam rangka menuntaskan program
pendidikan Guru Sekolah yang di programkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Dalam satu minggu
Ny. K dapat pergi ke Kota Waingapu sebanyak 2 sampai 3
kali.
Ny. K mengakui selama kehamilannya yang kedua
77
Puskesmas terdekat karena kesibukannya dalam bekerja
dan melanjutkan pendidikan ke kota Waingapu. Ny. K
tampak cukup menyesal dengan keadaannya pada saat ia
menceritakan harus bolak-balik kota Waingapu dalam
keadaan hamil. Raut wajahnya tampak sedih ketika
menceritakan kejadian saat ia melahirkan sendiri pada
tengah malam (pukul 02.00 WITA), tanpa dibantu oleh
dukun bayi ataupun tenaga kesehatan lainnya. Di samping
itu suaminya sedang tidak ada di rumah karena masih
berada di tempat kerjanya. Jarak Puskesmas Nggaha
Oriangu dari rumah Ny. K adalah 10 KM. Saat terakhir dia
memeriksakan kehamilannya yaitu pada bulan Oktober
pada saat usia kehamilannya memasuki 6 bulan. Dengan
aktifitas pergi ke kota Waingapu dan pulang pada sore
harinya membuat Ny. K sangat keletihan ditambah
kondisinya yang pada saat itu sedang hamil membuat dia
harus lebih kuat dalam menjalani kesehariannya.
Ny. K mengetahui tanggal penafsiran hari
melahirkannya yaitu pada pertengahan bulan Januari,
tetapi tidak memahami mengapa ia harus melahirkan lebih
awal dari jadwal seharusnya yang sudah diberitahukan.
78
anaknya mengatakan bahwa ia sangat menyesal dengan
keadaannya harus melahirkan seperti ini. Ny. K sangat
kasihan melihat anaknya yang lahir tanpa pertolongan
tenaga terlatih, tetapi dari ungkapan rasa sedihnya itu Ny.
K masih rasa bersyukur karena anaknya masih bisa
dilahirkan dengan selamat.
c. Partisipan 3
Wawancara berlangsung di rumah Ny. ML dan
berlangsung sore hari pukul 15.50 WITA. Pada saat
peneliti datang, Ny. ML sedang duduk di teras depan
rumah bersama suami, anak, orang tua dari Ny. ML dan 2
orang saudaranya yang lain. Rumah Ny. ML sedikit jauh
dari pinggiran jalan raya sekitar ± 50 M. Untuk sampai ke
sana harus melewati jalan berbatu dan berlumpur. Rumah
Ny. ML cukup besar untuk ditempati sekeluarga, dan
bertipe tradisional yaitu rumah panggung yang masih
berciri khas suku Sumba. Rumah itu berlantai bambu yang
tersusun melintang dan rapi, dinding rumahnya dari
anyaman gedek yang tersusun memanjang di bagian
belakang rumah, dan terdapat satu ruangan kecil yang
menyambung dengan teras rumah, ruangan tersebut
79
Ny. ML dan suaminya menyambut kedatangan
peneliti dan key informan, mereka tampak senang karena
dikunjungi oleh key informan yang pada dasarnya
bertindak sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas pada
saat itu. Pada saat wawancara Ny. ML menggunakan baju
kaos berwarna biru dan sarung kain panjang. Kulitnya
berwarna kuning langsat, tinggi badan ± 158 CM ,
rambutnya hitam agak kemerahan, berombak, dan
panjangnya sebahu. Ny. ML tampak sangat sehat dan
sangat menjaga kehamilannya, ia tidak banyak berpindah
tempat atau berjalan di rumah. Jika akan berpindah
tempat, ia selalu dibantu oleh salah seorang anggota
keluarganya.
Ny. ML menceritakan kehamilannya dengan sangat
antusias. Sambil tersenyum Ia mengatakan bahwa
kehamilannya saat ini sangat ia harapkan dan merupakan
bakal anak yang dinantikan sejak lama. Sesekali ia
berekspresi sedih saat menceritakan tentang keguguran
yang pernah dialami selama 2 kali kehamilan sebelumnya.
Ny. ML telah menantikan kelahiran anak keduanya
ini selama 7 tahun. Dalam masa penantiannya itu, ia
80
membuatnya depresi. Suami Ny. ML yang bekerja sebagai
pedagang di pasar desa Makamenggit juga sangat
menantikan kelahiran anak kedua ini. Untuk itulah Ny ML.
sangat jarang keluar rumah karena takut kandungannya
bermasalah lagi.
Ny. ML memiliki seorang anak perempuan yang
bernama L yang kini berusia 8 tahun, Ny. ML dan
keluarganya sangat menyayangi L. Ketika ditanya tentang
kehamilan ibunya, L hanya senyum dan tampak sedikit
malu dalam menjawab pertanyaan peneliti, tetapi ia sangat
senang menantikan kelahiran adiknya. Ny. ML memiliki
harapan yang besar akan keberhasilan kehamilannya dan
ia menantikan dengan sangat bahagia kelahiran anaknya
yang ditafsirkan akan lahir pada bulan Januari tahun 2012.
d. Partisipan 4
Wawancara berlangsung di Posyandu desa Tandula
jangga, pada saat itu kegiatan rutin Puskesmas yaitu
Posyandu bulanan untuk Balita dan ibu hamil sedang
berlangsung. Partisipan hadir dalam kegiatan tersebut.
Melalui salah seorang perawat Puskesmas yang bertugas
pada saat itu peneliti dapat berkenalan dan berbincang
81
bertemu dengan peneliti dan lebih sering menunduk ketika
bersama peneliti.
Kegiatan Posyandu berlangsung di teras rumah
salah seorang kader Posyandu di desa Tandula jangga.
Peneliti mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Ny.
RM, dan ia membalas menjabat tangan peneliti sambil
tersenyum dan menyebutkan namanya. Setelah berbicara
dan mengutarakan maksud peneliti, Ny. RM bersedia
menjadi partisipan pada saat itu dan bersedia untuk
diwawancarai. Peneliti mengajak Ny. RM untuk melakukan
wawancara di ruang tamu rumah tempat Posyandu
tersebut berlangsung. Wawancara berlangsung di dalam
rumah warga yang semi permanen, berlantai semen kasar,
dindingnya setinggi 1 m yang terbuat dari batu bata yang
belum dicat dan sisi atasnya dari anyaman gedek,
berjendela dan atapnya dari seng. Ruangan tempat
wawancara tersebut penuh dengan dus berisi buku dan
peralatan Posyandu.
Pada saat wawancara, Ny. RM menggunakan kemeja
berwarna coklat muda dan celana pendek selutut berwarna
abu- abu. Ny. RM memiliki kulit sawo matang, rambut
82
agak sedikit sulit memulai pembicaraan dan lebih sering
terdiam dan masih terlihat tertutup untuk di wawancara.
Untuk mencairkan suasana dan kekakuan sikap riset
partisipan, peneliti memulai pembicaraan seputar
kehidupan keluarganya, dan kemudian menanyakan
tentang keadaan kehamilannya. Ny. RM akhirnya dapat
mampu bercerita sendiri tentang keadaan kehamilannya,
meskipun terkadang masih sering tertunduk dan malu. Ia
sangat senang dengan kehamilan pertamanya ini. Pada
usia 19 tahun, tepatnya pada bulan Januari 2011, Ia
menikah dengan ITA. Suaminya adalah adalah seorang
petani di desa Tandula jangga yang biasa berdagang juga
di pasar desa Makamenggit.
Ny. RM juga tidak mengetahui kehamilannya pada
saat itu. Ia memeriksakan kondisinya pada saat itu ketika
merasa ada yang aneh pada tubuhnya dan sering merasa
pusing. Setelah ia memeriksakan diri ke Puskesmas
barulah ia tahu sedang hamil dan usia kehamilannya 2
bulan. Ny. RM cukup jelas dalam memberi informasi
mengenai dirinya dan keluarganya. Ny. RM juga sudah
mengetahui tafsiran kelahiran bayinya yaitu pada awal
83
Ny. RM kini tinggal bersama mertuanya, ia merasa
sangat senang dan siap dengan kelahiran anaknya
meskipun suaminya jarang ada di rumah karena harus
pergi bekerja. Ny. RM cukup tenang karena di rumah ada
ibu mertuanya yang senantiasa membantu jika dia
memerlukan bantuan terkait kehamilannya.
e. Partisipan 5
Wawancara pertama dengan Ny. RK berlangsung di
tempat Posyandu desa Tandula jangga, yang
bersangkutan merupakan partisipan terakhir yang peneliti
wawancarai. Pada saat itu adalah pertemuan pertama
peneliti dengannya. Peneliti dengan dibantu oleh perawat
yang ada di Posyandu menjelaskan maksud peneliti untuk
mewawancarai Ny. RK. Setelah berkenalan ia langsung
menawarkan diri untuk diwawancarai pada saat itu juga.
Peneliti melihat Ny. RK cukup tertarik dengan
kedatangan peneliti. Hal ini terlihat ketika peneliti sedang
berbicara dengan perawat maupun partisipan lain, Ny. RK
selalu mengikuti pembicaraan dan ikut berpindah tempat
kemanapun peneliti berpindah. Ny. RK cukup komunikatif
84
Ny. RK berpendapat kehamilan yang dialaminya
sekarang memasuki usia 5 bulan. Ny. RK belum pernah
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau
posyandu sebelumnya, caranya ia menerka kehamilannya
dari tanggal terakhir ia mendapatkan menstruasi yaitu
bulan Juli. Pada bulan Agustus ia tidak mendapatkan
menstruasi. Pada saat itulah Ny. RK meyakini kalau ia
sedang hamil. Ny. RK merasa mampu untuk menjaga
kehamilannya tanpa harus datang Puskesmas. Tantenya
adalah seoarang dukun bayi yang masih aktif melayani di
desa Tandula jangga. Ny. RK dan suaminya tinggal agak
jauh dari Posyandu tersebut, ia merasa Puskesmas tempat
pemeriksaan kehamilannya itu cukup jauh dan tidak punya
kendaraan untuk ditumpangi. Suaminya bekerja sebagai
tukang ojek (sepeda motor) yang beroperasi di jalan
desa-desa Nggaha Oriangu, meskipun demikian suaminya sulit
untuk menjemput Ny. RK dikarenakan rumah mereka yang
sangat jauh dari jangkauan jalur motor karena letaknya
yang di atas bukit dan hanya bisa ditempuh dengan
berjalan kaki. Ny. RK sudah mempunyai seorang anak laki-
laki yang berusia 4,5 tahun. Ny. RK juga jarang melakukan
85
hanya pada saat ia akan melahirkan barulah Ny. RK
datang ke Puskesmas dan melahirkan di sana. Ny. RK
mengatakan ia datang berkunjung hari ini ke Posyandu
karena tetangganya mengingatkan kalau pada hari ini ada
Posyandu di balai desa dan kebetulan pada saat itu suami
Ny. RK ada di rumah dan mengantarkannya ke Posyandu.
Ny. RK cukup hati-hati dalam menjaga
kehamilannya, ia mengurangi aktifitasnya ke sawah saat
mulai merasakan gerakan janin dalam perutnya. Sama
halnya dengan partisipan lain Ny. RK sangat bahagia
dengan kehamilan keduanya dan sangat berharap anak
keduanya yang akan lahir adalah anak perempuan, karena
sebelumnya anak pertamanya adalah laki-laki. Suami Ny.
RK yang pada saat itu menemaninya ke Posyandu ikut
berbaur dengan istrinya yang pada saat itu sedang
diwawancarai oleh peneliti.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian memaparkan setiap faktor predisposisi,
faktor pemungkin (enabling factors) serta faktor penguat
(reinforcing factors) ibu hamil dalam menggunakan pelayanan
86
penelitian ini data yang ditemukan dikelompokkan dan
dianalisa berdasarkan teori faktor perilaku dasar manusia dan
faktor di luar perilaku seperti keluarga, lingkungan sosial
berdasarkan tingkat kesehatan dikemukakan oleh Green
(1980). Teori tersebut dikombinasikan dengan sub faktor teori
perilaku kesehatan, dalam hal ini perilaku mengunjungi dan
menggunakan pelayanan antenatal care oleh ibu hamil dari
Notoadmodjo (1993). Teknik pengumpulan data yang
digunakan yakni In depth interview kepada seluruh riset
partisipan dan data pendukung lainnya yang diambil di
puskesmas dan key informan.
4.2.1 Deskripsi Hasil 1. Partisipan I
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan menyatakan bahwa ia tidak mengetahui
kehamilannya sejak pertama janin tersebut tumbuh, ia baru
mengetahuinya setelah merasakan beberapa gejala
kehamilan. Partisipan menceritakan keadaannya kepada
salah satu saudaranya yang bekerja sebagai perawat
87
tersebut ke Puskesmas. Ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“saya sakit pusing-pusing hampir tiap hari. Saya tidak ke sekolah juga waktu itu, awal Agustus begitu, terus saya pergi ke tempat saudaranya saya. Kebetulan dia perawat di puskesmas (W1/PI, 11-13)” “Saya cerita ke saudaranya saya..tentang
saya pusing – pusing, mual-mual”(W1/P1,
18-19)
“saya ditemani sama dia ke
Puskesmas untuk periksa. Dari situ baru saya tahu kalau saya hamil”(W1/P1,22-24)
Riset partisipan tidak hanya tidak memahami gejala awal
kehamilan yang ia rasakan, namun juga tidak rutin dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan :
“ehh tidak juga ibu. Saya kan bajual di pasar
sampai siang, kadang – kadang saya lupa kalau harus pergi priksa..saya punya mama juga takut saya keluar rumah sendiri. Mereka takut saya pergi ketemu dengan saya punya suami”(WI/PI, 36-38)
“priksa terakhir tu Agustus ibu. Itu baru satu
kali.ini tanggal 20 ini ada lagi Posyandu”(W1/PI, 42-43)
Riset partisipan mengetahui tempat pelayanan ANC yang
berada di desanya serta mempunyai keinginan untuk
berkunjung ke tempat pelayanan ANC :
“ di sini yang paling dekat ya cuman
Posyandu saja ibu. Kalau rumah sakit
(Puskesmas) masih lumayan
jauh”(W1/PI,44-45)
“sebenarnya saya ingin pergi priksa ke posyandu juga, saya juga ingin tahu kesehatannya saya bagaimana, terus
88 banyak juga yang saya mau tanya dibidan tentang masalah hamil”(W1/PI, 54-56)”
Partisipan juga mampu menjelaskan setiap tindakan atau
mampu mengingat hal–hal apa saja yang ia jalani pada
saat pertama kali datang berkunjung ketempat pelayanan
ANC :
“ada priksa darah, dong priksa perut juga,
ukur perut punya panjang(W1/PI,26), ibu bidan yang priksa. Katanya untuk tahu perkembangannya ini anak (W1/PI,28), ukur LILA (Lingkar Lengan Atas).Supaya tau gizi yang saya punya(W1/PI,30), ada vitamin tambah darah, dong suru beli susu di Apotik Puskesmas, dengan suru datang priksa tiap bulan di Posyandu di desa(W1/PI,32-33) 2). Sikap terhadap pengetahuan
Partisipan mampu menyikapi kehamilannya dengan baik.
Namun dalam pelaksanaannya ia terkendala dalam
melakukan kunjungan ANC akibat larangan orang tuanya
yang menyuruhnya untuk tidak berpergian walaupun pergi
ke Posyandu. Berikut adalah pernyataan partisipan :
“saya punya mama yang tidak lepas saya
pergi, walaupun untuk pergi Posyandu..bagaimana ya ibu..namanya orang tua pasti dia sedikit rasa malu dengan tetangga gara gara saya. Lagian mereka tidak mau juga sebelum urusan adat selesai, saya tidak boleh ketemu-ketemu dulu dengan suami. Tapi sebenarnya saya ingin pergi priksa ke posyandu juga”
89 3). Perilaku Kesehatan
Partisipan menyatakan bahwa ia merasa sehat tanpa
harus melakukan pemeriksaan ANC. Perilaku tersebut
dilihat dari kesehariannya yang terus bekerja (berjualan) di
pasar sampai siang hari. Partisipan mulai merasakan
perubahan yang terjadi dalam dirinya, dan yang paling ia
rasakan adalah kondisi dalam perutnya yang mulai ada
gerakan berpindah, ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“ia ibu, saya mulai rasa gerakan gerakan dalam perut, kadang kalau saya tidur siang mulai rasa dia bergerak”(W1/PI,64-65) “Ya selama ini memang saya tidak pernah
priksa hamil tapi saya yakin saya sehat ibu, saya masih kuat untuk pergi jualan sampai siang siang di pasar... (sambil tertawa)(W1/PI,65-67)
4). Komponen Predisposisi (Demografi, Struktur sosial, kepercayaan keluarga dan dukungan keluarga
Partisipan dan suaminya tinggal terpisah. Suaminya
bekerja sebagai petani yang tinggal di desa lain dan
menurut partisipan yang bersangkutan adalah seorang
pekerja keras. Meskipun urusan adat perkawinan mereka
90
karena dilarang oleh keluarga. Ini seperti yang dikatakan
partisipan :
“untuk sekarang ini saya susah untuk bisa
bertemu dengan suami ibu, dia masih tinggal di Kahiri (Desa sebelahnya) di tempat orang tuanya dia. Saya punya suami nama Umbu Tamu ( Nama Samaran) dia sekarang kalau kerja masih di Praipaha jadi petani. Keluarga masih marah sama dia ibu jadi kita masih sulit untuk ketemu tapi sedang mau urusan adat”(W1/PI,72-76)
Partisipan pernah bertemu dengan suaminya satu kali
semenjak ia hamil dan hal tersebut diketahui keluarganya.
Suaminya senantiasa memberikan dukungan dan
mengingatkannya untuk bersabar dan menjaga
kesehatannya :
“jadi sempat kita ketemu satu kali. dia cuma bilang sabar saja, urusan adat masih panjang, dia hanya suru jaga kesehatan dan sabar tunggu sampai urusan adat ini selesai”(W1/PI,76-79)
Partisipan berbesar hati menerima kondisi keluarganya
sekarang, ia mengerti akan kemarahan keluarganya saat
itu. Dengan dukungan dari suaminya ia selalu bersabar
menjalani keadaannya sekarang, dan selalu menjaga
kondisi kesehatannya. Harapan yang besar dari partisipan
adalah ia dan calon anaknya akan tetap sehat.
“saya hanya sabar saja ibu, pasti ini masalah akan selesai juga, orang tua juga lama lama juga kan mengerti kalau kami sudah punya
91 anak. Saya tidak terlalu pikir juga kasihan saya punya anak nanti. Saya hanya mau nanti pada saat saya melahirkan saya sehat, anak juga sehat”(W1/PI,82-85)
” ya karena saya sudah siap punya anak, jadi saya harus kuat untuk saya punya anak ibu, ditambah lagi saya punya suami orang cukup dewasa, kalau ada kesempatan ketemu dia selalu bilang untuk sabar, jangan melawan orang tua, kita sudah salah wajar kalau orang tua marah jadi kita juga setidaknya perlu bersabar untuk orang tua punya keputusan bagaimana yang baik nanti. Itu yang buat saya lebih kuat ibu. Bahkan hampir saya tidak pernah menangis (W1/PI,88-94)
b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan
(ANC)
Tempat pelayanan Antenatal care (ANC)
berlangsung di Puskesmas, selain itu di desa Tandula
jangga juga disediakan layanan ANC yang berlangsung
di Posyandu desa yang merupakan program rutin dari
Puskesmas. Berikut pernyataan partisipan :
“kalau Puskesmas kan memang jauh jadi mereka sediakan layanan kontrol kehamilan di Posyandu sini..biar gampang pergi ke situ”(W1/PI,98-99)
Dari hasil kunjungan pelayanan ANC pertama kali,
partisipan hanya mendapat vitamin penambah darah dan
dilakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuran Lingkar
92
kontrol KIA yang diakuinya sebagai patokan untuk
mengetahui kesehatannya selama hamil. Berikut seperti
yang dikatakan partisipan :
“kemarin ukur LILA, trus dikasih vitamin tambah darah saja”(W1/PI,101), ada buku kontrol hamil yang dikasih waktu saya ke Posyandu. itu supaya kita tau perkembangan kesehatan kita selama kehamilan”(W1/PI,104-105)
Partisipan merasa pelayanan yang ia terima ketika ia
datang berkunjung pertama kali ke tempat pelayanan
ANC sangat sesuai dengan yang ia butuhkan. Partisipan
juga tidak memungkiri bahwa ia puas dengan pelayanan
tersebut sebab saat ia datang berkunjung banyak hal
baru yang ia ketahui seputar kehamilannya :
“saya rasa sudah ibu. Saya sehat-sehat saja. Tidak ada sakit apapun” (W1/PI,107) “iya ibu sejauh ini, ya pelayanannya baik-baik
saja. Kalau masalah puas atau tidaknya pelayan itu saya rasa puas, cukup banyak yang saya tahu ketika pertama saya datang ke Posyandu.(W1/PI,110-112)
2).Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan
kunjungan ANC, ia hanya membayar satu kali pada saat
datang pertama kali mengecek kebenaran kehamilannya
93
uang yang harus dibayar pada saat, ia yakin bahwa biaya
tersebut tidak mahal dan sangat terjangkau untuknya. Ini
seperti yang dikatakan partisipan :
“tidak ibu, kalau kontrol setahu saya tidak bayar. Hanya periksa di Puskesmas itu yang bayar waktu itu”(W1/PI,131-132)
“hanya waktu cek hamil atau tidak itu saja ibu. saya bayar berapa ya..waktu itu saya lupa juga bayar berapa. Tapi tidak mahal kok bu..saya bisa bayar” (W1/PI,134-135)
Partisipan menggunakan ojek untuk ke tempat pelayanan
ANC di Puskesmas dan berjalan kaki ke Posyandu desa :
“ya naik ojek ibu.. kalau ke puskesmas. Kalau ke posyandu jalan kaki saja”(W1/PI,138)
“ya pergi posyandu palingan Cuma 2 kilo saja dari sini ibu. Tidak apa apa ibu kita orang kampung sudah biasa jalan kaki jauh jauh”(W1/PI,141-142)
Partisipan akan dijemput oleh pihak Puskesmas pada
saat mendekati hari melahirkannya untuk melakukan
persalinan di Puskesmas. Partisipan menyetujui hal
tersebut karena membantunya agar tidak kerepotan pergi
ke Puskesmas pada saat ia melahirkan.
“nanti mereka jemput pas sudah dekat hari melahirkan. Saya sudah dikasih tanggal penafsiran melahirkan”(W1/PI,146-147) “jemput untuk melahirkan ke Puskesmas ibu, nanti mereka jemput pakai oto (mobil) Puskesmas, ya ada baiknya juga seperti itu. Jadi kita tidak repot mau pergi ke sana
94 harus pakai apa. Belum lagi kan jauh sekali”(W1/PI,149-151)
c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Para petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan
yang baik kepada partisipan. Dalam hal berkomunikasi,
para petugas kesehatan mampu berkomunikasi dengan
baik walaupun terkadang cara penyampaiannya dengan
volume suara yang agak keras. Tetapi partisipan
menganggap hal tersebut hanyalah peringatan keras dari
para petugas agar ia sering memeriksakan kehamilannya
ke Posyandu :
“ya bidannya baik-baik saja ibu. Cuma ya biasa mereka agak keras kalau suruh kita pergi periksa. Tapi mereka baik ibu”(W1/PI,115-116).
“ya..waktu pertama mereka ingatkan supaya datang periksa agak nada tinggi sedikit ibu, kayak orang marah begitu apalagi yang datang saya. (sambil tersenyum) jadi mereka hanya kasi tegas kalau datang priksa hamil itu penting. Tapi saya anggap itu bukan marah. Mungkin supaya kita tu rajin datang priksa begitu
ibu(W1/PI,118-122)
“iya ibu. Memang kalau bidan dengan ibu kader di sini agak keras kalau mereka
95 bicara. Jadi orang yang tidak mengerti mereka punya bahasa atau cara bicara sangkanya mereka pasti ada berkelahi atau ada marah”(W1/PI,126-128)
2). Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga maupun dengan para tetangga di sekitar
rumahnya, mereka dapat berkomunikasi dengan baik
dan di saat-saat tertentu mereka dapat meluangkan
waktu untuk berkumpul bersama.
“kalau keluarganya saya ya komunikasi
baik-baik saja ibu, kita sering kumpul di rumah atas (rumah nenek) kalau sore sore...biasa kumpul bacrita crita dengan keluarga semua, datang makan dirumah nenek sama-sama. Tidak hanya keluarganya saya saja ibu..tetangga dekat-dekat rumah juga kan kenal sama nenek jadi mereka juga kalau sore-sore sering ke rumahnya nenek duduk-duduk cerita sama-sama”(W1/PI,163-168)
Keluarga partisipan juga menaruh perhatian yang lebih
terhadap kehamilan partisipan. Bahkan ada beberapa
saran yang harus di ikuti oleh partisipan termaksud
larangan pergi ke Puksesmas.
“ya.. komunikasi baik ibu..kalau lagi hujan saya dilarang keluar..nanti licin takut saya jatuh, suruh banyak istirahat, tapi jangan
96 terlalu tidur di tengan hari juga”(W1/PI,171-173). kalau tidur siang banyak jam 12 nanti kaki bengkak katanya (W1/P1,175)
“iya.. kalau mau pergi cek, pergi ke tante dukun yang rumahnya di belakang rumahnya nenek...kalau untuk pergi ke Posyandu dorang masih belum kasih saya pergi”(W1/PI,177-179)
Lingkungan sekitar partisipan juga memberi perhatian
khusus terhadap kehamilannya. Ketua Rukun Tetangga
(RT) di lingkungan tempat tinggal partisipan
memberinya saran untuk memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas
“....ada juga yang kasih ingat kalau sakit
perut atau rasa bagaimana begitu jangan pergi urut. Perginya ke Puskesmas saja. tempatnya dorang jelaskan ulang lagi sama saya”(W1/PI,184-187)“Pak RT yang bilang (W1/P1,189)
Selain itu perhatian juga diterima partisipan dari
beberapa orang tetangga yang berkunjung ke
rumahnya, saran yang ia terima adalah beberapa
pantangan makanan untuk ibu hamil menurut para
orang tua di desa itu dan kepercayaan dari orang tua
akan kegiatan di dalam rumah yang tidak boleh
partisipan lakukan. Ini seperti yang dinyatakan oleh
partisipan :
“tante dong ada bilang jangan sering duduk dekat pintu, nanti pas mo melahirkan anak
97 setengah mati keluar. Supaya jan terlalu rasa sakit juga ibu”(W1/PI,196-198)
“iya..kalau di kampung sini..orang hamil tidak boleh..makan jantung pisang..nanti
ari-arinya (Placenta) lengket katanya
ibu..”(W1/PI,210-211)
“...nangka juga tidak boleh. Nanti anak dengan ari-ari susah keluar...lama sekali jadi rasa sakit terus nanti..terus tidak boleh makan terong bakar juga nanti anak keluar langsung bisul-bisul kayak koreng begitu.(W1/PI,213-216)
Dari berbagai saran yang partisipan terima, ada
beberapa yang ia percayai karena pengalaman hamil
dan melahirkan yang dimiliki tetangganya. Saran ini
bertolak belakang dengan saran yang partisipan terima
dari tenaga kesehatan waktu ia datang berkunjung ke
Posyandu pertama kali. Partisipan disarankan untuk
memakan jenis makanan apa saja asalkan baik untuk
kehamilannya dan dapat menambah gizi ibu hamil.
“ya percaya saja ibu...kan saya punya tante sudah punya anak 6..ya dia lebih pengalaman sudah..”(W1/PI,200-201)
“tidak juga ibu. Kalau ibu bidan malah bilang kalau kita ada ngidam sesuatu, atau ada kepingin makan apa begitu..ya makan saja...jangan di tahan-tahan... selama tidak ganggu kehamilan” (W1/PI,204-206)
“ya namanya orang tua yang bilang..ya saya percaya tidak percaya juga..kalau saya kepingin makan nanti mereka marah lagi ibu”(W1/PI,218-219)
98 2. Partisipan II
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan menyatakan bahwa ia tidak
mengetahui kehamilannya sejak awal. Partisipan tidak
mendapat menstruasi selama dua bulan dan
memasuki bulan ketiga, ia memeriksakannya ke
Puskesmas. Pada saat itulah ia tahu akan
kehamilannya. Ini seperti penyataan partisipan :
“waktu itu saya sudah tidak mens 2 bulan sampai masuk 3 bulan ibu saya cek langsung di bidan Puskesmas. Jadi di situ saya tahu kalau saya hamil”(W2/P2,13-14)
Partisipan mengakui bahwa kehamilan yang
dijalaninya merupakan kehamilan ketiga, sebelumnya
ia telah memiliki dua orang anak perempuan yang
berusia 8 tahun dan 1,6 tahun.
“ini yang ketiga sudah ibu...”(W2/P2,23). ia dua-duanya perempuan..yang sulung sudah 8 tahun kelas 4 SD sudah dia ibu..yang nomor dua 1 tahun 6 bulan..badekat dengan yang bungsu ini...”(W2/P2,27-28)
Partisipan sudah dua kali mengunjungi tempat
pelayanan ANC selama kehamilannya. Pertama pada
99
bulan Juli dan yang kedua pemeriksaan kehamilan di
Posyandu pada bulan Oktober.
“awal bulan Juli sudah cek hamil
itu”(W2/P2,16) bulan Oktober kemarin..hmm dua kali sudah ibu..”(W2/P2,32)
Partisipan menjelaskan cara ia merawat kehamilannya
selama ini dan menjelaskan setiap tindakan yang
dilakukan di tempat pelayanan ANC :
“ya sama kayak orang hamil biasanya ibu..makan lebih banyak..minum susu..saya juga minum vitamin ibu biar badan juga jangan drop sekali..gara gara ni pendidikan yang harus selesai ni..harus kerja gila juga kita ibu..”(W2/P2,40-43)
Partisipan menerangkan perbedaan tindakan
pemeriksaan ibu hamil ketika ia datang memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas dan Posyandu :
“ya.. kalau di Posyandu mereka kurang periksanya mendetail begitu..bagusnya kita langsung ke Puskesmas
saja.”(W2/P2,51-52)
“iya di Posyandu paling datang tu..kita registrasi.. terus mereka para bidan tanya keluhan abis..kalau sakit atau ada keluhan lain yang memang butuh obat.. baru dong kasi obat..abis itu selesai”(W2/P2,55-57) “kalau di Puskesmas mereka periksanya lengkap, periksa perut, ukur besarnya perut..sama ukuran janin..dengan suara janin ...saya kan dulu dengan anak pertama kedua saya beberapa kali cek ke Puskesmas(W2/P2,59-61)
100 2). Sikap Terhadap Pengetahuan
Partisipan cukup kaget sewaktu menyadari
kehamilannya. Ia tidak menyangka akan hamil lagi,
karena kesibukan ia bekerja dan melanjutkan
pendidikan sebagai guru sekolah dasar membuat ia
kurang memperhatikan pemeriksaan kehamilannya. Ini
pernyataan partisipan :
“ya.. sa kaget juga ibu kalau saya benar hamil...soalnya ya...saya sudah ada rencana lagi mau lanjut program guru di Waingapu..ini kalau sudah hamil begitu yang agak sedikit repot
sudah”(W2/P2,18-20)
“iya ibu..saya tau.tapi kan saya tidak bisa juga ke sana setiapa saat. saya ni harus mengajar belum lagi harus ke Waingapu juga 4 bulan terakhir ini..ya yang penting saya itu makan yang teratur saja...pasti sehat juga”(W2/P2,36-38)
“iya begitu juga baik ibu pergi periksa..tapi kan saya sesuaikan juga dengan waktu ibu..waktu waktu itu memang susah ke sana..”(W2/P2,46-47)
Selain itu partisipan menyatakan Puskesmas sangat
jauh dan sangat susah untuk pergi ke sana, suaminya
tidak dapat mengantarkannya karena yang
bersangkutan bekerja di daerah yang cukup jauh dari
101 “....;waktu tidak ada..ditambah lagi Puskesmas dari sini juga jauhnya minta ampun, 10 kilo dari sini..kalau dulu suami masih kerja di sini ,masih bisa jemput dengan motor baru periksa kesana..”
(W2/P2,64-66)
3). Perilaku Kesehatan
Partisipan meyakini kondisi kehamilannya pada saat
itu dalam keadaan sehat, hanya saja ia merasa
keletihan. Partisipan masih sering berpergian dengan
kendaraan bermotor atau bus (angkutan umum)
dengan jarak tempuh yang cukup jauh, padahal usia
kehamilan sudah memasuki usia trimester III.
“sehat saja.ibu tapi yah.capek juga..tiap hari dengan motor, bis lagi hamil besar begini”(W2/P2,80)
4). Komponen Predisposisi (Demografi, Struktur sosial, kepercayaan keluarga dan dukungan keluarga)
Partisipan kesulitan pergi memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas karena suaminya tidak
dapat mengantarnya. Suaminya bekerja di daerah
perbatasan Kabupaten yang jaraknya cukup jauh dari
102 “...dulu suami masih kerja di sini, masih bisa jemput dengan motor baru periksa ke sana..sekarang suami sudah di Langgaliru..bertani dengan jualan di sana..ya agak susah mau ke sana” (W2/P2,65-67)
Suami dari partisipan sangat memperhatikan
kehamilannya. Suami partisipan sangat kasihan dan
menyayangkan kondisi istrinya yang harus bekerja dan
pergi dengan kendaraan bermotor atau menggunakan
bus angkutan umum ke kota Waingapu dalam
keadaan hamil
“kadang pi dengan bus kadang suami saya antar pakai motor sampai Waingapu...terus sorenya dia jemput”(W2/P2,70-71)
“iya suami kasihan lihat saya..kadang-kadang dia tinggal pekerjaannya yang di sana untuk liat saya ke sini..kalau bisa sebenarnya dia yang mau antar jemput saya ke Waingapu tapi ya..karena dia juga harus kerja buru setoran juga..ya..jadi tidak bisa setiap saat”(W2/P2,75-78)
Suaminya juga selalu mengingatkannya untuk
memeriksakan kehamilannya ke Posyandu dan sangat
mendukung apapun yang dikerjakan istrinya serta
mengerti akan keadaan istrinya :
“selalu ia kasi ingat priksa ibu.kasi dukungan untuk jaga ni kehamilan jangan sampai sakit...Cuma dia juga mengerti dengan keadaannya saya”(W2/P2,83-84)
Anggota keluarga partisipan yang lain yang turut
103
yaitu ibu dari riset partisipan yang juga tinggal
serumah dengan partisipan. Ia membantu mengasuh
kedua anak partisipan dan membantu mengurus
pekerjaan rumah tangga :
“saya tinggal di mama juga di sini jadi mama juga bantu-bantu saya liat anak-anak kalau saya ke Waingapu..bantu masak..pokoknya yang bantu-bantu di rumah begitu”(W2/P2,87-89)
Selain membantu mengasuh, ibu partisipan juga turut
memperingatkan partisipan setiap bulan agar
memeriksakan keadaan kehamilannya di Posyandu
Desa.
“ya..posyandu di sini ni kan rutin tiap
bulan..jadi kalau sudah dekat hari Posyandu biasa mama juga kasi ingat...tetangga yang punya anak kecil juga untuk bawa ke posyandu juga mereka
kasi ingat kalau ada
Posyandu...”(W2/P2,92-95)
b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC)
Riset partisipan menjelaskan layanan ANC yang
diterimanya di Posyandu tidak maksimal dan masih
kurang bentuk pelayanannya. Berikut pernyataan
104 “kalau Posyandu paling sering sudah tu obat-obatan..kalau di Puskesmas tambah periksa lengkap...”(W2/P2,103-104)
“kalau menurut saya bu...masih sangat kurang ya..ibu untuk yang di Posyandu...tidak sesuai pemeriksaanya yang waktu di Puskesmas..bidan ada tapi kayak pelayanannya tidak maksimal begitu. Kayak kita datang hanya registrasi
nama. Abis itu pulang
sudah..”(W2/P2,107-110)
Riset partisipan sudah menerima tafsiran tanggal
melahirkan yaitu pada bulan Januari awal. Bahkan Ia
sudah diberitahu akan dijemput oleh pihak Puskesmas
ketika akan melahirkan, tetapi dengan kejadian
melahirkan sendiri yang dialaminya membuat dia
cukup menyesal karena harus melahirkan bayinya
sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan atau tenaga
dukun terlatih. Ini seperti yang dikatakan partisipan :
“nanti dari Puskesmas jemput pagi oto (Mobil) Puskesmas kalau dekat harinya”(W2/P2,135)
“....saya sangat menyesal sekali.. saya melahirkan sendiri tengah malam. Mau panggil sapa lagi sudah jam 2 malam. Tidak ada orang lagi bangun jam begitu. Suami juga pas lagi tidak ada di rumah masih di Langgaliru..”(W2/P2,117-120) “jadi saya malam itu rasa buang air saja..saya mencret itu sampai 7–8 kali..tidak lama begitu perut sini sudah saya rasa sakit..tidak sampai 5 menit langsung keluar sudah ni anak.... sudah
105 malam sekali lagi sapa yang mau tolong yang ada cuma mama dengan anak sulung saya saja”(W2/P2,122-125)
“tidak ada sama sekali dukun. perkiraan Januari.. jadi sekitar Januari begitu baru dari Puskesmas jemput saya tapi bidan bilang..bisa juga bulan Desember karena saya sering naik motor..goncangan terus ni perut turun jadi bisa longgar atau keluar cepat begitu tapi saya yakin saja bulan Januari baru melahirkan ni anak...ya...memang kondisinya sulit sekali ibu..saya kasihan sekali anaknya saya harus lahir seperti ini.tidak ada yang bantu” (W2/P2,127-133)
2). Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC)
Partisipan dalam menjangkau tempat pelayanan ANC
tidak sulit. Jarak Posyandu dari rumahnya kurang lebih
1 KM, ia dapat berjalan kaki atau diantar suaminya.
Sedangkan jarak Puskesmas dari rumahnya 10 KM
dan ketika memasuki minggu terakhir usia
kehamilannya, pihak Puskesmas akan menjemputnya.
“nanti dari Puskesmas jemput pake oto (mobil) kalau dekat harinya.dari sini 10 kilo bu”(W2/P2,136)
“ya...tergantung ibu...kalau pas suami ada di rumah, ya saya diantar pake motor..tapi kalau tidak saya jalan kaki saja ibu..tidak jauh juga...Posyandu skitar 1 kilo dari sini..”(W2/P2,139-141)
106
Partisipan juga tidak kesulitan dalam hal pembayaran
karena secara umum layanan ANC di Puskesmas
ataupun Posyandu diberikan secara gratis tanpa
dipungut biaya apapun :
“tidak bayar juga kalau pergi periksa jadi tidak repot sekali” (W2/P2, 141-142)
Partisipan mengatakan ia dan suaminya sama-sama
bekerja untuk membiayai keperluan sehari-hari,
termasuk biayanya selama kehamilan. Partisipan tidak
menerima upah kerja setiap bulan melainkan 3 bulan
sekali untuk itu suaminya yang lebih sering
mengeluarkan biaya untuk keperluan sehari-hari :
“kalau biaya hari-hari sama saja ibu,biar dua-dua kerja yang paling sering kasi keluar uang ya suami sudah...kalau saya terima 3 bulan sekali. Itu juga nanti separuh kasi di mama buat urus keperluan rumah”(W2/P2,
185-187)
c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan
Partisipan mengemukakan beberapa tenaga
kesehatan dalam memberi pelayanan dan
bekomunikasi cukup baik terhadap partisipan, serta
tidak memungkiri ada petugas yang bersikap kasar
107
membawa buku kontrol KIA. Ini seperti pernyataan
partisipan :
“...ada juga bidan yang marah-marah sedikit ibu..tapi rata-rata baik semuanya komunikasinya juga baik. Mungkin agak sedikit keras saja”(W2/P2,113-115)
“kalau sikap ya..mereka biasa saja..dalam melayani.. tetapi terkadang memang agak kasar cara pelayanannya..kalau suru kita datang periksa terus lupa bawa buku catatan kesehatan..comel terus sepanjang kita periksa..kalau marah sekali..kita juga pasti ingat ibu...kalau pelayanan dengan muka tidak pernah senyum juga kan...pastinya kita sedikit bagaimana begitu ya..tapi tidak semuanya seperti itu..ada juga yang ramah...”(W2/P2,146-152)
Riset partisipan tidak sepenuhnya memahami tindakan
pemeriksaan yang biasa ia terima dari tempat
pelayanan ANC. Partisipan juga merasa malu untuk
bertanya tentang pemeriksaan yang dilakukan, namun
ia tetap percaya apapun tindakan yang dilakukan
terhadapnya adalah demi kesehatannya dan
kehamilannya :
“kalau periksa itu ...terus terang ibu saya tidak terlalu mengerti..jadi apapun yang dilakukan saya biarkan saja..pastinya juga
baik untuk saya punya
kehamilan..”(W2/P2,155-157)
“ya.saya juga malu kalau tanya ibu..tapi kadang-kadang mereka kasih tau juga kok...”(W2/P2,159-160)
108 2). Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,
Peraturan tertulis/non tertulis
Partisipan juga sering diingatkan oleh tetangga sekitar
rumahnya yang sedang hamil, agar bersama sama
pergi ke Posyandu. Tetapi oleh tokoh masyarakat di
lingkungan rumahnya tidak pernah mendukung
partisipan agar datang berkunjung ke tempat
pelayanan ANC :
“kalau tetangga.. ingatkan juga ibu..kan ada juga tetangga yang sementara hamil..kalau pas mau dekat tanggal Posyandu kadang ..mereka ingatkan saya
juga...”(W2/P2166-168)
“ya biasa saja ibu..kan rumah tangga masing-masing juga...pak RT kalau untuk ingatkan tidak pernah juga ibu..palingan kita yang berkunjung ke sana...pas ada hajatan atau disuruh ke sana bantu- bantu kalau ada acara..ketemu pas waktu hamil iya.. Cuma ditanya berapa bulan sudah hamilnya. jangan keluar-keluar rumah dulu...tapi tidak anjurkan pergi periksa ....”(W2/P2,171-176)
Riset partisipan juga mengakui kalau ia jarang sekali
ke gereja akibat kesibukannya dan jarak gereja yang
cukup jauh dari rumah sehingga membuatnya jarang
bertemu dengan tokoh agama di desanya :
“tidak pernah ibu..saya juga jarang gereja...karena agak jauh juga ibu..tambah saya juga harus urus anak sekolah lagi..jadi ya sa yang jarang juga pergi ke sana..apalagi kalau ketemu juga jarang sekali..”(W2/P2,179-181)
109 3. Partisipan III
a. Faktor Predisposisi
1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC
Riset partisipan mengetahui kehamilannya sejak usia
kandungannya memasuki empat bulan, dan
membuktikannya dengan memeriksakan
kehamilannya ke Puskesmas. Di samping itu
partisipan juga merasakan beberapa perubahan yang
terjadi dalam dirinya seperti adanya gerakan
berpindah dalam perutnya dan tidak suka dengan bau
pelembab kulit dan sabun mandi yang dipakai
orang-orang disekelilingnya. Ini seperti pernyataan partisipan
“masuk empat bulan baru saya tahu..saya rasa ada gerakan di perut yang pindah-pindah terus aneh sekali. sering rasa mual-mual kalau lihat orang pakai handbody dengan bau sabun mandi saya langsung pikiran ke sana. saya langsung cek ke Puskesmas sudah...dari situ baru saya tahu sudah hamil lagi..”(W3/P3, 16-20)
110
Partisipan mengakui dalam keadaan hamil kegiatan
kesehariannya tidak banyak berubah, ia tetap bekerja
membantu suaminya di sawah. Memasuki usia tujuh
bulan kehamilan, partisipan mulai mengurang
aktifitasnya bersawah. Ia sering merasa kelelahan dan
memperbanyak waktu istirahatnya :
“perubahan sih tidak ada bu. waktu pertama
saya tahu sudah hamil, saya tetap kerja bantu suami di sawah. pokoknya sehari-hari lah...sama seperti biasanya. Cuma ya...waktu sudah 7 bulan perut sudah agak besar mulai capek..ya saya kurangi pergi ke sawah... jaga juga ni perut ibu..kan saya juga pernah miskram dulunya...”
(W3/P3,23-27)
Partisipan mengatakan pernah mengalami kegagalan
kehamilannya sebanyak 3 kali. Ia mulai rutin
memeriksakan kehamilan setelah usia kandungan
memasuki enam bulan. Partisipan memilih untuk
memeriksakan kandungannya ke Puskesmas bukan
ke Posyandu dengan alasan jaraknya lebih dekat
dengan tempat tinggal serta pemeriksaaannya
ditangani langsung oleh bidan. Ini seperti pernyataan
partisipan :
“iya saya pernah keguguran 3 kali ibu. waktu
itu saya stres pikir ini tidak jadi terus…setiap kali hamil keguguran kayak hilang terus ni anak dari perutnya saya. kalau sekarang pergi periksa mulai 6 bulan itu saya rutin