• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI MINYAK CENGKEH UNTUK ANASTETIK IKAN BAWAL TAWAR (Colossoma macropomum) DAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI MINYAK CENGKEH UNTUK ANASTETIK IKAN BAWAL TAWAR (Colossoma macropomum) DAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

15

©2016-BI Ambon. All right reserved

DAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

THE EFFECT OF CLOVE OIL CONCENTRATE TO ANAESTHETIC

OF TAMBAQUI (Colossoma macropomum) ANDCRAY FISH (Cherax

quadricarinatus)

Adrianus O. W. Kaya

1)

, Jacoba M. Louhenapessy

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNPATTI Ambon

1)

E-mail: adrianuskaya_belso@yahoo.com

Received: 16/02/2016 ; revised: 08/12/2016 ; accepted: 28/12/2016

Published online: 30/12/2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak cengkeh terhadap daya imotilisasi ikan bawal air tawar dan lobster air tawar. Penelitian ini menggunakan tiga konsentrasi essens cengkeh pada dua kondisi suhu yang berbeda yaitu konsentrasi 0,05 ml/menit pada suhu 20oC, konsentrasi 0,05 ml/menit pada suhu ruang dan konsentrasi 1 ml/10 menit pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik untuk daya imotilisasi ikan bawal adalah 1 ml/10 menit pada suhu ruang sedangkan untuk lobster air tawar adalah 0,05 ml/menit pada suhu ruang.

Kata kunci : Minyak Cengkeh, Anastetik, Ikan Bawal Air Tawar, Lobster Air Tawar. ABSTRACT

The aimed of this researchwasknowing theeffectiveness ofclove oil concentrationfor stunning methodof tambaqui (Colossoma macropomum) and crayfish (Cherax quadricarinatus). The experiment was used clove essence in three concentrate in different temperature: 0,05 ml/minute in 20oC, 0,05 ml/minute in room temperature and 1 ml/ 10 minute in room temperature. The resultof this research shown that the concentration of clove oil for stunning tambaqui is using 1 ml/10 minutes of clove essence on room temperature while cray fishis using 0,05 ml/minute of clove oil on room temperature.

Key Wor : Clove Oil, Anaesthetic,Colossoma macropomum, Cherax quadricarinatus

PENDAHULUAN

Ikan dan udang merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami kerusakan. Untuk mencegah proses kerusakan dan kemunduran mutu maka berbagai cara penanganan telah dilakukan baik secara alami maupun dengan menggunakan bahan-bahan pengawet dengan tujuan untuk mendapatkan ikan dan udang dalam kondisi segar sampai ke tangan konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen maka ikan dan udang harus melalui suatu tahapan pengangkutan yang hati-hati dan cermat untuk mendapatkan ikan dan udang yang

sesuai dengan keinginan konsumen. tanpa mengakibatkan kematian ikan dan udang yang cukup tinggi sehingga secara ekonomis menguntungkan baik dipihak produsen sebagai penyedia ikan dan udang maupun pihak konsumen selaku pengguna hasil tangkapan atau panen.

Pada dasarnya pengangkutan ikan dan lobster hidup merupakan tindakan memaksa menempatkan ikan dan lobster dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya, dimana akan terjadi perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak (Purwaningsih, 1998).

(2)

16

Salah satu kunci dalam transportasi hidup agar derajat kematiannya kecil bagi ikan dan lobster yang akan diangkut yaitu menggunakan teknik imotilisasi (dipingsankan) sehingga diharapkan aktivitas metabolisme ikan dan lobster berada dalam kondisi basal pada kondisi ini tingkat respirasi dan metabolisme sangat rendah sehingga ikan dan lobster dapat diangkut dalam waktu yang lama dengan derajat kematian kecil. Ada beberapa cara imotilisasi yaitu penggunaan suhu rendah atau dengan menggunakan bahan antimetabolite alami atau buatan sebagai bahan anastesi untuk pemingsangan ikan dan udang yang akan diangkut (Suryaningrum et al. 2005 dan Wibowo 1993).

Anastesi adalah kondisi tidak sadar yang dihasilkan oleh proses terkendali dari sistem syaraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut (Djazuli dan Handayani 1992 dalam Utomo 2001 dalam Suwandi et al. 2011). Prinsip anastesi adalah menurunkan metabolisme suatu organisme sehingga dalam kondisi lingkungan yang minimum mampu mempertahankan hidupnya lebih lama (hibernasi) (Schoemaker 1991 dalam Suryaningrum et al. 2005). Keuntungannya adalah menurunkan tingkat laju konsumsi oksigen dan tingkat laju ekskresi karbondioksida, amoniak dan buangan lain yang bersifat racun serta ikan tidak banyak bergerak selama pengangkutan sehingga memperkecil resiko ikan terluka (Junianto 2003).

Penggunaan bahan anastesi sudah banyak digunakan dalam penanganan dan pengangkutan ikan dan hasil perikanan. Salah satu yang banyak digunakan adalah minyak cengkeh yang berasal dari ekstraksi gagang dan bunga tanaman cengkeh (Euogenol aromatic) yang mempunyai sifat yang khas karena semua bagian pohonnya mengandung minyak. Kandungan minyak cengkeh terbesar berasal dari bunga cengkeh yaitu sekitar 20% sedangkan bagian batang dan daun mengandung 4-6% minyak (Ketaren 1985).

Cengkeh merupakan tanaman dengan bunga atau kembang yang tidak mekar dengan bentuk kecil berwarna hijau atau merah dari pulau Maluku. Cengkeh mengandung 14-20% minyak volat, 10-13% tannin, asam olet dan vanillin. 70-90% kandungan dari minyak volat berupa eugenol yang berfungsi sebagai antiseptic dan antimikroba, aromaterapi

sehingga dapat digunakan dalam mengurangi stres (Daniel 2005 dalam Suwandi et al. 2011)

Hasil penelitian tentang penggunaan minyak cengkeh sebagai bahan anastesi dengan kandungan eugenol dalam minyak cengkeh sekitar 70-79% sudah dapat memingsankan ikan (Hikasa et al. 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Rafael (1996), ternyata eugenol merupakan komponen zat aktif dalam minyak cengkeh dengan konsentrasi sebesar 10-20 ppm sudah dapat memingsankan ikan.. Imanpoor et al (2010), efek anastesi minyak cengkeh dengan konsentrasi 400 ppm dan kombinasi suhu pada 24oC dapat memingsankan juvenil ikan Persian

sturgeon dengan berat 148.7433±22.62g.

Penggunaan minyak cengkeh sebagai bahan anastesi dalam pemingsanan lobster air tawar dikarenakan lobster air tawar merupakan salah satu komoditi hasil perikanan air tawar yang relatif sangat mudah dibudidayakan, tidak mudah stres dan terkena penyakit, harga lobster konsumsi dengan jumlah 9-11 ekor/kg dijual dengan harga Rp 300.000 (Kurniasih 2008).

Potensi ikan bawal air tawar ukuran badan cukup besar, dagingnya gurih dan tidak banyak duri, dari sisi rasa ikan bawal air tawar tidak kalah lezat dengan ikan bawal air laut. Setiap bulan dihasilkan 2-3 juta ekor bawal anakan sementara permintaan pasar berkisar antara 3-5 juta anakan tiap bulan dengan harga jual ikan sebesar Rp 16.000/kg (Azahari 2007).

Berdasarkan hal tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan minyak cengkeh sebagai bahan anastesi terhadap ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum), dan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) sehingga diharapkan dari penelitian ini diperoleh data dan informasi tentang penggunaan bahan anastesi dalam penanganan dan transportasi hasil perikanan. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Baku Teknologi Hasil Perairan, dan Laboratorium Bahan Baku Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan Maret 2015. Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah ikan bawal tawar (Olossoma.

macropomum) yang diperoleh dari kolam

budidaya Ciherang Bogor dengan bobot 190-256 gram sebanyak 6 ekor dan lobster air tawar (Cherax.quadricarinatus) yang diperoleh dari

(3)

17

14-21 gram sebanyak 6 ekor, minyak cengkeh, hancuran es. Alat-alat yang digunakan adalah aquarium atau toples, thermometer, pipet tetes, gelas ukur, timbangan, stopwatch, baskom, kantong plastik, ember plastik. tangguk.

Perlakuan imotilisasi dengan minyak cengkeh yang dicobakan terdiri atas konsentrasi essens cengkeh 0,05ml/menit dan 1 ml/10 menit pada suhu ruang dan 0,05 ml/menit pada suhu 20oC. Parameter yang diukur adalah total bahan anastesi, waktu pingsan/induksi (detik), lama

(detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan imotilisasi biota perairan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas perlakuan bahan anastesi dan perlakuan kombinasi suhu, namun perlu ditekankan bahwa penggunaan bahan anastesi yang menjadi fokus penelitian ini dengan penggunaan minyak cengkeh sebagai bahan anastesi (Tabel 1).

Tabel 1. Perlakuan imotilisasi biota perairan dengan pemberian bahan anestesi

Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel 2) memperlihatkan bahwa untuk ikan bawal air tawar, perlakuan yang terbaik adalah pada perlakuan bawal e yaitu konsentrasi minyak cengkeh 1 ml/10 menit pada suhu ruang dengan total bahan anastesi sebesar 0,205 ml L-1 dengan waktu induksi selama 600 detik, lama waktu pingsan adalah 5640 detik dan waktu

recoverynya/pemulihan adalah 144 detik. Perlakuan e menjadi perlakuan yang dianggap terbaik untuk ikan bawal karena dari semua perlakuan yang dilakukan ternyata perlakuan e memiliki waktu lama pingsan yang terlama dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan waktu recovery/pemulihan yang cepat. Hal tersebut sangat menguntungkan dalam proses transportasi hasil perikanan khususnya ikan bawal karena memiliki waktu pingsan yang lama sehingga dapat menjangkau daerah distribusi yang lebih luas. Hasil yang diperoleh ternyata untuk konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan sampai menyebabkan pemingsanan ikan bawal masih sangat kecil jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hajek et

al (2006) dimana konsentrasi minyak cengkeh

yang terbaik digunakan untuk memingsankan ikan mas adalah berkisar antara 30-40 mg L-1 dengan solusi konsentrasi terendah yang dapat menyebabkan pingsan pada ikan mas adalah 40 mg L-1 dengan waktu kurang dari 3 menit. Charoendat et al 2009. mengemukakan bahwa eugeunol ternyata sangat efektif sebagai bahan anastesi terhadap ikan mujair dengan dosis penggunaan sebesar 20 ppm dengan waktu induksi 3 menit namun mempunyai waktu pemulihan (recovery) yang relatif sangat singkat/cepat selanjutnya dikatakan pula oleh

(Gomulka et al. 2008) cengkeh apabila digunakan sebagai zat anastesi untuk biota laut ternyata dapat menyebabkan terjadinya stres pada biota akibat perubahan kondisi lingkungan yaitu dapat menyebabkan peningkatan kandungan eritrosit dan terjadinya haemolisis pada biota tersebut. Kondisi seperti ini mengakibatkan biota menjadi pingsan hal tersebut mengakibatkan kandungan globulin, konsentrasi triasilgliserol dan aktivitas enzim

alanin aminotransferase dalam plasma darah

ikut meningkat.

Daerah utama masuk dan ekskresi anestesi pada ikan adalah melalui insang dan tingkat dari bagian melalui insang tergantung terutama pada derajat ionisasi dan kelarutan lipid (Keene et al. 1998).

Sedangkan untuk Lobster air tawar perlakuan terbaik dihasilkan oleh perlakuan c yaitu konsentrasi cengkeh 0,05 ml/menit pada suhu ruang dengan total bahan anastesi sebesar 1,25 ml L-1 dengan waktu induksi selama 4500 detik, lama waktu pingsan 3240 detik dan waktu

recoverynya/pemulihan adalah 600 detik. Lamanya waktu induksi yang terjadi pada lobster disebabkan karena lobster memiliki pertahanan yang bagus terhadap pengaruh lingkungan yaitu adanya kulit/cangkang yang dapat melindunginya dari pengaruh perubahan lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbhari et

al. (2010) tentang penggunaan eugenol sebagai

bahan anstesi pada transportasi larva udang menunjukkan bahwa kombinasi antara konsentrasi efisien dari eugenol untuk tahapan induksi dari sedasi selama 12 jam transportasi dan 12hLC50 (konsentrasi letal) dari eugenol

Bahan anestesi

Konsentrasi Bahan Anastesi

Suhu 20 oC Suhu ruang Suhu ruang

Minyak Cengkeh 0,05 ml /menit (A) 0,05 ml/ menit (B) 1 ml/ 10 menit (C)

(4)

18

pada Indicus F, menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 1,3 mg/l eugenol dapat digunakan sebagai konsentrasi yang tepat sebagai bahan anastesi. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbulut et al (2011) terhadap larva Russian sturgeon (Acipenser

gueldenstaedtii) menunjukkan bahwa dengan

dosis yang lebih tinggi dari minyak cengkeh dapat menghasilkan induksi anestesi secara signifikan lebih pendek dan waktu pemulihan lebih lama.

Perlakuan e dan c untuk ikan bawal air tawar dan lobster air tawar dipilih karena kedua perlakuan tersebut dilaksanakan pada kondisi suhu ruang. Hal ini dapat menjadi langkah awal suatu pemikiran tentang rancangan pengiriman bawal maupun lobster air tawar tanpa menggunakan perlakuan perubahan suhu dari suhu ruang ke suhu dingin yang selama ini dijadikan sebagai acuan untuk mempertahankan kondisi biota biota selama transportasi berlangsung. Disamping itu juga semakin ekonomis karena dapat mengurangi biaya penggunaan es atau ruang pendingin sehingga hanya memanfaatkan eugenol sebagai bahan anastesi. Eugenol (2-metoksi-4-(2-propenil)

fenol) telah diteliti khasiat sebagai bahan anastesi untuk banyak spesies ikan. Anestesi ini memiliki berbagai manfaat, seperti tidak diperlukan waktu penarikan, non-karsinogenik dan non-mutagenik, digunakan dalam konsentrasi rendah dan murah. Selain itu, anestesi ini dapat digunakan sebagai

narcoanesthetic, obat penenang dan relaksasi

otot atau obat paralitik pada manusia (Guenette

et al. 2007).

Hasil penimbangan berat ikan bawal dan lobster sebelum dan setelah pemingsanan menunjukan terjadi pengurangan berat untuk kedua sampel penelitian tersebut. Penurunan berat tersebut disebabkan oleh terjadinya stres akibat penggunaan bahan anastesi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya stres yang membutuhkan energi yang besar dan berpotensi menurunkan daya tahan tubuh individu (Hjeltnes

et al. 2008), selanjutnya dikemukakan juga oleh

Ikasari et al. (2008), penurunan berat ikan/lobster kemungkinan disebabkan rasa panik akibat proses aklimatisasi terhadap lingkungan yang baru yang membutuhkan energi yang lebih besar.

Tabel 2. Data waktu pingsan, lama pingsan dan waktu recovery/pemulihan ikan bawal tawar dan lobster dengan

pemberian minyak cengkeh

Keterangan : A (minyak cengkeh 0,05 ml/menit pada suhu 20oC); B (minyak cengkeh 0,05 ml/menit pada suhu ruang); C (minyak cengkeh 1 ml/10 menit pada suhu ruang); Wo; (Berat Awal Sampel)

Wt; (Berat Akhir Sampel)

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk imotilisasi/ pemingsangan dengan menggunakan bahan anastesi minyak cengkeh memperlihatkan bahwa perlakuan terbaik yang diperoleh adalah perlakuan c yaitu penggunaan minyak cengkeh dengan konsentrasi 0,05 ml/menit pada suhu ruang untuk lobster air tawar dengan lama waktu pingsan 4380 detik dan perlakuan e yaitu

konsentrasi minyak cengkeh 1 ml/10 menit pada suhu ruang untuk ikan bawal air tawar dengan lama waktu pingsan 5640 detik, sehingga dalam proses transportasi untuk jarak tertentu akan semakin baik.

Perlakuan Jenis Wo (g) Wt (g) Total bahan

anestesis (ml/l) Waktu pingsan (dtk) Lama Pingsan (dtk) Waktu recovery (dtk) A Bawal (a) 256 251 0,19 1140 1500 120 Lobster (b) 14 12 2,22 2421 133 324 B Bawal (c) 190 187 0,18 1080 4380 300 Lobster (d) 21 20 1,25 4500 3240 600 C Bawal (e) 245 240 0,21 600 5640 144 Lobster (f) 19 17 3,67 6300 2640 229

(5)

19

Akbulut B, Çavdar,Y. Çakmak,E. Aksungur, N. 2011. Use of clove oil to anaesthetize

larvae of Russian sturgeon (Acipenser gueldenstaedtii). Journal of applied ichthyology. 27 (2) : 618-621.

Akhbari S, Khoshnod, M.J, Rajaian, H, Afharnasab, M. 2010. The Use of

eugenol as an anesthetic in transportation of with indian shrimp (fenneropenaeus indicus) post larvae. Turkish journal of fisheries and aquatic sciences 10 : 423-429.

Azahari Z. 2007. Pengangkutan benih patin dalam kantung plastik dengan kepadatan berbeda. Buletin penelitian

perikanan darat. 6 (2) : 110-113

Charoendat U, Areechon, N , Srisapoome, PChantasart, D. 2009. The efficacy of synthetic eugenol as an anesthetic for tilapia (Oreochromis niloticus Linn.) Fry Gomulka P, Wlaslow T, Velisek J, Svobodova Z,

Chemielinska, E. 2008. Effect of eugenol

and ms-222 anaesthesia on siberian sturgeon acipencerbaerii brandt. Acta vet. Brno. 77 : 447-453.

Guenette, SA, Uhland,FC. Helie,P. Beaudry, F,Vachon, P. 2007. Pharmacokinetics of

eugenol in rainbow trout (oncorhynchus mykiss). Aquaculture. 266 : 262-265.

Hajek GJ, Klyszjko, B,Dziaman, R. 2006. The

anaesthetic effect of clove oil on COMMON CARP, Cyprinus carpio L. Acta chtyologicaet piscatori. 36 (2) :

93-97.

Hikasa, Y., Takase, K, Ogasawara, T. 1986.

Anesthesia and recovery with tricaine methyanosulfonate, eugenol and thiofental sodium in the carp, cyprinus carpio, Japanese Journal of veterinary science. 48 : 341-351.

Hjeltnes B, Waagbo R, Finstad B, Rosseland BO, Stefanson S. 2008. Transpotration

of fish within clossed system, opiniom of the panel on animal health and welfare of

food safety. Norwegian.

Ikasari D, Syamdidi, Suryaningrum TD. 2008. Kajian fisiologgis lobster air tawar(cherax quadricarinatus)pada suhu dingin sebagai dasar untuk penanganan dan transportasi hidup sistem kering.

Jurnal pasca panen bioteknologi kelautan dan perikanan 3:1

Imanpoor MR, Bagheri T,Seyed AAHedayati. 2010. The anesthetic effects of clove

essence in persian sturgeon, acipenser persicus. World journal of fish and marine sciences 2 (1) : 29-36

Junianto 2003. Teknik penanganan ikan. Jakarta : Penebar Swadaya

Keene, JL, Noakes,DLG, Moccia, RD, Soto, CG. 1998. The Efficacy Of Clove Oil as an Anaesthetic For Rainbow Trout,

Oncorhynchus mykiss (Walbaum).

Aquacul. Res. 29: 89-101.

Ketaren S. 1985. Pengantar teknologi minyak atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.

Kurniasih T. 2008. Lobster air tawar (parastacidae : cherax), aspek biologi, habitat, penyebaran dan potensinya. Bogor : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.

Purwaningsih S. 1998. Sistim transportasi ikan hidup. buletin teknologi hasil perikanan. 5 (1). Departemen Teknologi Hasil Perikanan, FPIK, IPB

Suryaningrum, TD, Utomo BSD, Wibowo S. 2005. Teknologi penanganan dan transportasi krustacea hidup. Jakarta : Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Rafael, FJ. 1996. Obat bius ikan, pengaruh dan

pemakaiannya. Jakarta : Media Informasi Perikanan. Balai Riset Kelautan dan Perikanan.

Suwandi R, Saputra D, Zulfahmy, KR. 2011. Teknologi pananganan dan transportasi biota perairan. Departemen Teknologi Hasil Perairan. FPIK, IPB

Wibowo S. 1993. Penerapan teknik penanganan dan transportasi ikan hidup di indonesia. Jakarta : Sub.BPPI. Slipi.

Gambar

Tabel 1. Perlakuan imotilisasi biota perairan dengan pemberian bahan anestesi
Tabel 2. Data waktu pingsan, lama pingsan dan waktu recovery/pemulihan ikan bawal tawar dan lobster dengan  pemberian minyak cengkeh

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode krisis mata uang ( currency crisis ) dengan menghitung indek tekanan spekulatif pasar valas ( Index of

Maka itu, untuk memaksimalkan kerja pencatatan piutang maka diperlukan perancangan sistem aplikasi yang dapat menampilkan data pelanggan yang telah jatuh tempo pada tanggal

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir dengan judul “Efektivitas

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman sawi caisim pada media pupuk cair kotoran kelinci 500 ml dan kotoran kambing 500 ml terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sawi caisim yaitu

Tujuan dari ETA adalah untuk menentukan apakah suatu kejadian akan berkembang menjadi sebuah kecelakaan serius atau jika peristiwa tersebut dapat dikendalikan oleh

Untuk menganalisis apakah variabel Return On Asset, Return On Equity, dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan secara bersamaan terhadap Harga Saham...

Hasil besaran suhu pada saluran bersirip yang diambil mulai dari input, dinding saluran masuk (wall kiri), sirip 1 (wall 1) sampai sirip 11 (wall 11), dinding saluran

Kemasan Budaya lokal ini diaplikasikan dalam bentuk produk dekoratif yang memanfaatkan limbah (sisa konveksi) menjadi produk baru yang bernilai jual sebagai inovasi ekonomi