• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIR TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE SEGMEN HULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIR TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE SEGMEN HULU"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN

PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIR TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

CISADANE SEGMEN HULU

HAYATUL FITHRIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

26

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN

PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIR TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

CISADANE SEGMEN HULU

HAYATUL FITHRIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

Hayatul Fithria. Pengaruh Perubahan tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Terhadap Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai Cisadane Segmen Hulu. Dibimbing oleh Agus Priyono dan Omo Rusdiana.

Peningkatan jumlah penduduk di wilayah DAS Cisadane segmen hulu menyebabkan tingginya pemanfaatan air sungai dan terjadinya perubahan tutupan lahan. Hal ini berdampak negatif pada timbulnya beban pencemaran dan sumber pencemar/limbah yang dapat mempengaruhi kualitas air sungai dan secara tidak langsung mempengaruhi tingkat pencemaran air sungai. Kualitas air sendiri sangat menentukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan air untuk masing-masing kegunaan. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh perubahan tutupan lahan dan pemanfaatan sumberdaya air terhadap kualitas air sungai di DAS Cisadane segmen hulu ini perlu dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di wilayah DAS Cisadane segmen hulu dari bulan Juni hingga Agustus 2009. Bahan yang digunakan diantaranya data kualitas air, tutupan lahan, kependudukan, pemanfaatan air sungai, debit, dan peternakan. Alat yang digunakan adalah program Arcview 3.2 dan program MINITAB release 14. Pengolahan data dilakukan dengan analisis perubahan tutupan lahan, analisis perubahan kualitas air, beban pencemaran, daya tampung beban pencemaran, analisis pemahaman masyarakat, dan kajian pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air.

Selama kurun waktu 2005-2008 terjadi perubahan tutupan lahan di wilayah DAS Cisadane segmen hulu yang ditunjukkan oleh penurunan luas hutan (72,88%), semak belukar (88,18%), tanah terbuka (91,14%), dan ladang (97,52%), serta peningkatan luas perkebunan (102,46%), dan pemukiman (34,21%). Pemanfaatan air sungai di wilayah DAS Cisadane segmen hulu tergolong cukup tinggi. Sebesar 93 % dari 190 KK yang diwawancarai memanfaatkan Sungai Cisadane untuk MCK. Sumber pencemar yang dapat dilihat adalah sampah (16%) dan limbah cair (30%). Beban pencemaran dominan berasal dari limbah domestik (4067,86 ton/bulan BOD dan 4129,80 TSS) serta limbah ternak (3,24 ton/bulan BOD dan 17,05 ton/bulan TSS). Beban pencemaran ini melebihi daya tampung beban pencemaran untuk BOD setiap bulannya yaitu berkisar dari 2484 ton/bulan hingga 3801 ton/bulan, sedangkan untuk TSS beban pencemaran belum melebihi daya tampung beban pencemaran setiap bulannya.

Perubahan tutupan lahan dan pemanfaatan air sungai mempengaruhi kualitas air sungai. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan TDS (18 mg/l), BOD (20,8 mg/l), fosfat (0,303 mg/l), dan COD (38 mg/l) yang cenderung melebihi baku mutu air. Jika dilihat berdasarkan parameter kunci kualitas air (BOD, COD, TSS), dari hasil uji korelasi pada taraf α 0,1 juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan kualitas air, walaupun tingkat signifikansinya relatif kecil. Peningkatan beberapa parameter kualitas air menyebabkan penurunan Indeks Kualitas Air dari 85,58 menjadi 73,66, namun kondisi perairan masih tergolong sedang hingga baik.

(4)

SUMMARY

HAYATUL FITHRIA. The Influence of Land Cover Cange and Water Resource Utilization of Water Quality in Cisadane River Watershed Upstream. Under Supervision of AGUS PRIYONO and OMO RUSDIANA.

Increasing the number of residents in the Cisadane watershed area upstream segment cause high river water use and land cover changes. This negative impact on the incidence of pollution load and the source of pollutants/waste that may affect the water quality of rivers and indirectly affect the level of river water pollution. The water quality is very depend on the effort to meet the needs of water for each utility. Therefore, research on the effects of land cover change and water resources utilization of river water quality in the Cisadane watershed upstream segment needs to be done.

This research was conducted in the Cisadane watershed area upstream from June to August 2009. Equipments used, such as water quality data, land cover, population, utilization of river water, debit, and livestock. The instrument used is a Arcview 3.2 program and MINITAB release 14. Data processing is done by analysis of land cover change, analysis of changes in water quality, pollution load, pollution load carrying capacity, the analysis of public understanding, and study the influence of land cover changes on water quality.

During the period 2005-2008 land cover changes in the Cisadane watershed area upstream shown by the decrease of forest area (72.88%), shrubs (88.18%), open land (91.14%), and the fields ( 97.52%), and increasing plantation area (102.46%), and residential (34.21%).Utilization of river water in the Cisadane watershed area upstream was quite high. For 93% of the 190 families interviewed using Cisadane River for MCK. Pollutant sources that can be seen is garbage (16%) and wastewater (30%). The dominant pollution load comes from domestic waste (4067.86 tons/month 4129.80 BOD and TSS) and livestock waste (3.24 tons/month of BOD and 17.05 tons/month TSS). This pollution load exceeds the capacity for BOD pollution load of each month and it ranged from 2484 tons/month to 3801 tons/month, while for TSS pollution load capacity not exceeding pollution load for each month.

Changes in land cover and use of river water affects river water quality. This can be demonstrated by increasing in TDS (18 mg/l), BOD (20.8 mg/l), phosphate (0.303 mg/l), and COD (38 mg/l) which tends to exceed water quality standards. If viewed based on key parameters of water quality (BOD, COD, TSS), the correlation of test results on the α level 0.1 also could be concluded that there is a relationship between changes of land cover with water quality, although the significance level is relatively small. The icreasing of water quality parameters caused the decrease of Water Quality Index from 85,58 to 73,66, but the condition of the waters is still relatively moderate to good.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Terhadap Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai Cisadane Segmen Hulu adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Hayatul Fithria NRP E34051445

(6)

30

Judul Skripsi : Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air terhadap Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai

Cisadane Segmen Hulu Nama : Hayatul Fithria

NIM : E34051445

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Agus Priyono, MS Dr.Ir.Omo Rusdiana, MSc NIP:19610812 198601 1 001 NIP: 19630119 198903 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Prof. Dr. Ir. H. Sambas Basuni, MS NIP: 19580915 198403 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Terhadap Kualitas Air sungai di Daerah Aliran Sungai Cisadane Segmen Hulu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan.

Skripsi ini disusun dengan maksud memberikan pengetahuan dan informasi terkait dengan isu perubahan tutupan lahan sebagai salah satu bentuk degradasi lingkungan akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk di wilayah DAS Cisadane segmen hulu. Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini juga menyebabkan peningkatan aktivitas pemanfaatan air sungai di wilayah DAS. Kedua hal ini dapat mempengaruhi kondisi kualitas air Sungai Cisadane akibat timbulnya limbah/sumber pencemar.

Dalam skripsi ini diuraikan tentang perubahan tutupan lahan selama periode 2005-2008, perubahan kualitas air selama periode 2004-2008 dan bentuk pemanfaatan air sungai, sumber pencemaran air sungai, beban pencemaran, daya tampung beban pencemaran air sungai serta pemahaman masyarakat tentang pencemaran air sungai Cisadane. Selain itu, juga diuraikan tentang kajian pengaruh/hubungan antara perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air yang dilihat terhadap parameter kunci kualitas air (BOD, COD, dan TSS).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan sripsi ini. Semoga apa yang disajikan di dalam skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

Bogor, Januari 2010 Penulis

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Hayatul Fithria dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat pada tanggal 30 Mei 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. H. Amri Suza dan Diati. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA N 1 Sijunjung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di mayor Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan mengambil minor Agroforestry.

Selama kuliah, penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai Bendahara Umum HIMAKOVA periode 2007-2008 dan anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE). Selain itu juga aktif sebagai pemandu Agroedutourism IPB. Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Nasional Gunung Ciremai dan KPH Indramayu, Praktek Konservasi Eksitu di Pusat Penangkaran Rusa Jonggol dan Kebun Raya Bogor dan Praktek Kerja Lapang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul”Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Terhadap Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai Cisadane Segmen Hulu” dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS dan Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih setinggi-tingginya kepada orang-orang yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Ir. Agus Priyono, MS dan Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, masukan dan dorongan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop, Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc dan Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak, ibu dan adik tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya serta dukungan moral dan materi kepada penulis hingga tugas akhir ini selesai.

4. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, BPSDA Ciliwung-Cisadane, BPDAS Ciliwung Citarum, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, Kantor Lingkungan Hidup Kota Bogor, Dinas Peternakan Kabupaten dan Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Kota Bogor serta Dinas Kependudukan Kabupaten Bogor yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data.

5. Bapak Salahuddin, Bapak Yudi, Bapak Wahyudin, Bapak Yus, Bapak RT Yani, serta segenap staf dan aparat Kecamatan Caringin, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Rumpin, Desa Pasir Buncir, Desa Muara Jaya, Desa Cimande Hilir, Kelurahan Gunung Batu, Kelurahan Semplak, Kelurahan Bubulak, Desa Sukasari, Desa Rumpin, dan Desa Kampung Sawah yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan.

6. Bapak Dadan Mulyana S.Hut dan Veve Pramesti S.Hut atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan.

7. Keluarga besar DKSHE’42 dan HIMAKOVA atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin selama ini. Untuk Reni, Evi, Safinah, Arman,

(10)

Neneng, Nina, Ino, Ainah, Wulan, Uci, ,Ika, Itink, Cimut, Ardi, Ozy terima kasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan.

8. Keluarga besar Wisma Eidelweis atas kebersamaan dan keceriaan selama 4 tahun ini. Untuk Trya, mbak Reni dan mbak Vidya terima kasih atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan.

9. Keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) dan Himpunan Mahasiswa Sawah Lunto Sijunjung dan Sekitarnya (HIMASWISS) atas kebersamaan yang terjalin selama ini.

Mohon maaf atas pihak-pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

Bogor, Januari 2010 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Manfaat ... 2

1.4 Ruang Lingkup Studi ... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 4

2.2 Pencemaran Air ... 5

2.3 Parameter Kualitas Air ... 6

2.4 Kriteria dan Baku Mutu Air ... 12

2.5 Pemanfaatan Sumberdaya Air ... 13

2.6 Perubahan Tutupan Lahan ... 14

III.METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Peralatan dan Objek Kajian ... 16

3.3 Kerangka Pemikiran ... 16

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data... 18

3.5 Analisis Data ... 20

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas DAS Cisadane Segmen hulu ... 25

4.2 Klimatologi ... 25

4.3 Karakteristik Topografi ... 27

4.4 Jenis Tanah ... 27

(12)

4.6 Kependudukan ... 29

4.7 Tutupan Lahan ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tutupan Lahan di DAS Cisadane Segmen Hulu ... 31

5.2 Pemanfaatan Sungai dan Air Sungai serta Pemahaman Masyarakat terhadap Pencemaran Air Sungai di DAS Cisadane Segmen Hulu .... 35

5.3 Perubahan Kualitas Air di DAS Cisadane Segmen Hulu ... 45

5.4 Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan terhadap kualitas air (BOD, TSS, COD) dan Indeks Kualitas Air di DAS Cisadane Segmen Hulu ... 53

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik

berdasarkan parameter kualitas air ... 5

2. Klasifikasi kualitas air sungai berdasarkan konsentrasi DO ... 12

3. Titik pantau dan waktu pengukuran kualitas air Sungai Cisadane di DAS Cisadane segmen hulu ... 18

4. Bobot parameter awal dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI dan hasil modifikasi ... 21

5. Kriteria Indeks Kualitas Air-National Sanitation Foundation ... 22

6. Faktor koversi beban limbah dari domestik dan ternak ... 23

7. Tabel kerja untuk perhitungan beban pencemaran ... 24

8. Kondisi Klimatologi tahun 2008 di stasiun iklim Darmaga ... 26

9. Sebaran kelas lereng di DAS Cisadane segmen hulu ... 27

10. Debit rata-rata setengah bulanan air Sungai Cisadane di bendung Cisadane-Empang tahun 2004-2008 (m3/detik) ... 28

11. Luas, jumlah, dan kepadatan penduduk di DAS Cisadane segmen hulu tahun 2005 dan 2008 ... 29

12. Tipe, luas, dan persentase tutupan lahan di DAS Cisadane segmen hulu tahun 2005, 2007, 2008 ... 31

13. Perubahan tutupan lahan selama kurun waktu 2005-2008... 33

14. Perubahan setiap jenis tutupan lahan dari tahun 2005 sampai tahun 2008 ... 34

15. Persentase pemanfaatan sungai dan air sungai di DAS Cisadane segmen hulu ... 35

16. Persentase bentuk penanganan sampah ... 38

17. Potensi beban pencemaran berdasarkan limbah pencemar ... 40

18. Daya tampung beban pencemaran ... 41

19. Kualitas air yang dilihat dari beberapa parameter selama kurun waktu 2004-2008 ... 45

(14)

21. Jenis tutupan lahan yang dominan dapat mempengaruhi parameter kunci kualitas air dilihat berdasarkan sumber pencemar ... 54

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 17

2. Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu ... 25

3. Curah hujan per bulan pada tahun 2008 di Stasiun Empang ... 26

4. Jumlah hari hujan per bulan pada tahun 2008 di Stasiun Empang ... 27

5. Pemanfaatan air sungai untuk MCK ... 36

6. Pemanfaatan sungai untuk penggalian pasir ... 36

7. Pembuangan sampah ke sungai... 37

8. Pembuangan limbah rumah tangga ke sungai ... 38

9. Gambaran kondisi Sungai Cisadane di Kecamatan Caringin ... 42

10. Gambaran kondisi Sungai Cisadane di Kecamatan Bogor Barat ... 43

11. Gambaran kondisi Sungai Cisadane di Kecamatan Rumpin ... 43

12. Fluktuasi suhu air Sungai Cisadane di tiga titik pantau tahun 2004-2008 ... 46

13. Fluktuasi TDS dan TSS di tiga titik pantau tahun 2004-2008 ... 47

14. Fluktuasi DO di tiga titik pantau tahun 2004-2008... 49

15. Fluktuasi BOD dan COD di tiga titik pantau tahun 2004-2008 ... 50

16. Fluktuasi pH di tiga titik pantau tahun 2004-2008 ... 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Peta tutupan lahan DAS Cisadane segmen hulu

tahun 2005, 2007, 2008 ... 68

2. Peta tanah dan lokasi identifikasi pemanfaatan air sungai ... 71

3. Kuesioner indentifikasi pemanfaatan air sungai ... 73

4. Perhitungan modifikasi bobot parameter (Wi)... 75

5. Hasil pengukuran kualitas air per titik pantau pada 11 x pengukuran .... 76

6. Hasil pengukuran dan perhitungan IKA-NSF WQI ... 77

7. Hasil uji korelasi variabel jenis tutupan lahan dengan parameter kualitas air ... 83

8. Potensi beban pencemaran air sungai ... 85

9. Kurva sub indeks nilai IKA ... 89

10. PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ... 92

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk merupakan suatu faktor yang cukup berperan dalam peningkatan masalah lingkungan. Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan terjadinya berbagai degradasi lingkungan sebagai dampak dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Perubahan tutupan lahan merupakan salah satu bentuk degdaradasi lingkungan yang diartikan sebagai bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spritual (Arsyad 2006). Perubahan tutupan lahan ini terjadi di beberapa wilayah termasuk di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang memiliki fungsi gabungan beberapa faktor yaitu vegetasi, topografi, tanah dan manusia (Suripin 2002). Perubahan tutupan lahan dapat menyebabkan beberapa faktor tersebut mengalami perubahan, akibatnya fungsi DAS pun terganggu dan dapat menurunkan kualitas lingkungan salah satunya berdampak pada kualitas air sungai.

Daerah Aliran Sungai Cisadane segmen hulu yang mencakup wilayah administrasi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor adalah salah satu DAS yang mengalami perubahan tutupan lahan yang cukup besar. Selama kurun waktu 2005 sampai 2008 di DAS Cisadane segmen hulu ini telah terjadi perubahan tutupan lahan. Lahan yang awalnya berhutan berubah menjadi pemukiman, kebun campuran, tegalan dan persawahan. Penurunan luasan hutan megakibatkan terjadinya. peningkatan terhadap jenis tutupan lahan yang lainnya. Hal ini dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap lingkungan berupa terbentuknya lahan kritis, terjadinya erosi dan pencemaran air sungai.

Tingginya aktivitas pemanfaatan air sungai di wilayah DAS Cisadane juga dapat menimbulkan pencemaran yang mempengaruhi kualitas air sungai. Sungai Cisadane dimanfaatkan oleh penduduk sekitar unrtuk berbagai keperluan seperti bahan baku air minum, mandi, mencuci, pengairan/irigasi pertanian, peternakan, perindustrian, perikanan, transportasi dan rekreasi. Akibatnya beberapa parameter

(18)

kualitas air akan mengalami peningkatan yang dapat mengindikasikan bahwa air sungai telah tercemar berat, ringan atau sedang. Hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup diketahui bahwa kualitas air Sungai Cisadane mengalami penurunan dan terdapat beberapa parameter yang cenderung melebihi baku mutu air.

Oleh karena itu analisis pengaruh perubahan tutupan lahan dan pemanfaatan sumber daya air terhadap kualitas air perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh berubahnya suatu jenis tutupan lahan terhadap tingkat pencemaran air sungai. Besarnya tingkat pencemaran ini dapat dilihat dari parameter kunci kualitas air yaitu BOD, TSS dan COD dan besarnya dampak juga dapat dilihat dari pengaruh tinggi rendahnya laju pertumbuhan penduduk. Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan tata lahan DAS agar pencemaran air sungai dapat dikurangi.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Menganalisis perubahan tutupan lahan tahun 2005-2008 2. Menganalisis perubahan kualitas air tahun 2004-2008

3. Mengidentifikasi pemanfaatan air sungai terkait dengan dampak pencemaran yang ditimbulkan.

4. Mengkaji hubungan perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air dan Indeks Kualitas Air (IKA-NSF WQI).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Teridentifikasinya dampak pencemaran air Sungai Cisadane yang ditimbulkan oleh perubahan tutupan lahan.

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan pembangunan yang menyebabkan perubahan pola tutupan lahan dan dampaknya terhadap kualitas air Sungai Cisadane.

(19)

1.4 Ruang Lingkup Studi 1. Lingkup lokasi

Lokasi studi penelitian adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane segmen hulu yang meliputi wilayah administrasi Kabupaten Bogor dan sebagian Kota Bogor.

2. Sumber pencemar

Sumber pencemar yang didentifikasi dan dikaji berupa sampah dan limbah cair dari penduduk, peternakan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan air sungai.

3. Beban pencemaran

Identifikasi beban pencemaran di DAS Cisadane segmen hulu dihitung berdasarkan kontribusi jumlah penduduk terkait dengan limbah domestik dan kontribusi jumlah ternak.

(20)

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sungai merupakan sumber air bagi kehidupan manusia. Sungai dicirikan dengan arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan berkisar antara 0,1-1,0 m/detik dan sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai terjadi percampuran massa air secara menyeluruh, kecepatan arus, erosi dan sedimentasi adalah tiga faktor yang mempengaruhi kehidupan flora fauna di dalamnya (Effendi 2003).

Umumnya aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Bagian hulu adalah aliran yang melalui lembah-lembah di daerah pegunungan, aliran tengah adalah bagian hilir setelah turun dari daerah pegunungan ke daerah yang mulai datar sehingga alirannya mulai lambat geraknya. Sedangkan bagian hilir adalah bagian dengan aliran air yang tidak deras lagi dan volume air tergolong besar (Prawirodihardjo 2003).

Ekosistem sungai mencakup segala sesuatu komponen yang berkaitan dengan sungai tersebut. Adanya daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) sangat mempengaruhi ekosistem sungai dari kuantitas dan kualitasnya. Menurut Suripin (2002) DAS merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti punggung, bukit atau gunung maupun batas buatan seperti jalan, tanggul yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke laut, didalamnya terjadi interaksi antara faktor biotik, abiotik dan manusia.

Secara sederhana Verbist et al. (2009) mendefenisikan DAS sebagai suatu daerah yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melaluinya. DAS sebagai suatu wadas besar membentuk sistem yang kompleks untuk memproses input air dan mengeluarkannya dalam bentuk air pula melalui muara sungai, mata air, sumur arthesis dan lainnya (Suryanta 2007). Komponen masukan DAS adalah curah hujan sedangkan komponen keluarannya adalah debit air dan muatan sedimen. Wilayah DAS ini terbagi tiga yaitu DAS bagian hulu, bagian tengah dan hilir. Kualitas dari masing-masing DAS tersebut tergantung dari interaksi berbagai

(21)

komponen di dalamnya yang mampu mendukung fungsi perlindungan terhadap DAS tersebut. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air (DKKSA 2004) menyatakan kondisi DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria :

a. Debit sungai konstan dari tahun ke tahun b. Kualitas air baik dari tahun ke tahun

c. Fluktuasi debit antara debit maksimum dan minimum kecil. d. Ketinggian muka air tanah konstan dari tahun ke tahun.

2.2 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya (Fardiaz 1992). Pencemaran air menyebabkan terjadinya gangguan pada kuantitas dan kualitas air tersebut. Pencemaran air dapat juga didefenisikan sebagai suatu penyimpangan dari keadaan normal perairan yang terutama disebabkan oleh hasil aktivitas manusia dalam bentuk limbah yang masuk keperairan. Limbah ini dibedakan oleh Katz 1971 diacu dalam Warouw (1986) menjadi 4 tipe yaitu:

1. Limbah domestik 2. Limbah industri 3. Limbah pertanian 4. Limbah radioaktif

Tingkat pencemaran dari limbah domestik dapat dikelompokkan berdasarkan parameter kualitas air seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 1 Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan parameter kualitas air

No Parameter Tingkat pencemaran

Berat Sedang Ringan

1 Padatan total (mg/l) 1000 500 200

2 Bahan padatan terendapkan (mg/l) 12 8 4

3 BOD (mg/l) 300 200 100 4 COD (mg/l) 800 600 400 5 Nitrogen total (mg/l) 85 50 25 6 Amonia-nitrogen (mg/l) 30 30 15 7 Klorida (mg/l) 175 100 15 8 Alkalinitas(mg/l CaCO3) 200 100 50

9 Minyak dan lemak 40 20 0

(22)

Keadaan normal air masih tergantung pada kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Ukuran air disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh kemurnian air (Wardhana 2001).

Pencemaran air menurut Darmono (2006) terdiri dari beberapa jenis, antara lain pencemaran mikroorganisme dalam air, pencemaran air oleh bahan inorganik nutrisi tanaman, pencemaran oleh limbah organik, pencemaran oleh bahan kimia organik dan inorganik, pencemaran oleh sedimen, bahan tersuspensi dan substansi radioaktif. Mulyanto (2007) menyatakan bahwa pencemaran air dapat berasal dari sumber terpusat yang membawa pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik, instansi pengolah limbah dan tanker minyak dan sumber tak terpusat yang ditimbulkan jika hujan dan salju cair mengalir melewati lahan dan menghanyutkan pencemar-pencemar diatasnya, sumber ini berperan utama menimbulkan pencemaran pada sungai-sungai.

Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran. Fardiaz (1992) mengelompokkan polutan air atas 9 grup berdasarkan perbedaaan sifat-sifatnya, polutan tersebut yaitu :

1. Padatan

2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen 3. Mikroorganisme

4. Komponen organik sintetik 5. Nutrien tanaman,

6. Minyak

7. Senyawa anorganik dan mineral 8. Bahan radioaktif

9. Panas.

2.3 Parameter Kualitas Air

Kelayakan suatu sumber air untuk digunakan dapat dilihat dan diuji dari kualitas airnya. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (Suripin 2002). Kualitas air juga dapat didefenisikan sebagai sifat air dan kandungan makhluk

(23)

hidup, zat,energi, atau komponen lain di dalam air yang dinyatakan dalam tiga parameter yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi (Effendi, 2003).

Artiola et al. (2004) menyatakan kriteria yang bisa digunakan untuk ketiga parameter tersebut adalah 1) parameter fisika terdiri dari parameter utama (temperatur dan Total Suspensi Padatan/TSS) dan proses utama (aliran arus berupa aliran limbah/buangan masuk dan infiltrasi, perubahan keadaan oleh proses evapotranspirasi, kondensasi, solidfikasi dan sublimasi, serta campuran dari beberapa proses tersebut), 2) parameter kimia terdiri dari parameter utama {pH, total padatan terlarut (TDSs), kesadahan (total Ca+Mg), alkalinitas, total oksigen terlarut, kation terlarut(Ca, Mg, Na, K, NH4), anion terlarut (Cl, So4, HCO3, CO3, PO4, H2S, NO3), total karbon organik, dan BOD}, Bahan kimia inorganik {anion (Se,As,Cr (VI),V,Mo,B), kation (Fe, Al,Cu, Zn, Mn, Ba, Be, Co, Ni, Cd, Hg, Pb, Cr (III), Li, Sn, Th), netral (Si) dan radionuklida (U, Ra, Rn)}, 3) Fraksi karbon organik terdiri dari substansi alami (lignin, asam humik, klorofil, asam amino, asam lemak jenuh, fenol, poliaromatik dan hidrokarbon alifatik), proses utama (oksidasi, reduksi, disolusi, presipitasi) dan substansi antropogenik (hidrokarbon terklorisasi, Volatil organik hidrokarbon dan semi volatil hidrokarbon), 3) Parameter biologi dilihat dari indikator berupa mikrooganisme seperti bakteri, virus, protozoa, helmint, dan alga.

Fardiaz (1992) menyebutkan bahwa sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air antara lain : nilai pH, keasaman, suhu, warna, bau dan rasa, total padatan, nilai BOD dan COD, pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan kandungan bahan radioaktif.

2.3.1 Parameter fisika 2.3.1.1 Suhu

Suhu air menentukan kelarutan oksigen dan secara tidak langsung mempengaruhi komposisi dan produktivitas ekosistem budidaya air (Lee 1988). Air buangan dari industri yang dibuang ke sungai dapat meningkatkan suhu air sungai. Fardiaz (1992) menyatakan kenaikan suhu air akan menimbulkan:

(24)

1. Jumlah oksigen terlarut dalam air akan menurun 2. Kecepatan reaksi kimia meningkat

3. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya akan terganggu

4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.

Suhu air sungai yang tinggi dapat ditandai dengan munculnya ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. Suripin (2002) menyatakan suhu air tergantung dari sumbernya, untuk sistem air bersih suhu ideal berkisar antara 5°C sampai 10°C.

2.3.1.2 Warna, bau, dan rasa air

Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya pencemaran. Warna air dibedakan menjadi dua yaitu warna sejati yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dan warna semu yang selain disebabkan oleh bahan-bahan terlarut juga disebabkan oleh bahan tersuspensi (Fardiaz 1992). Wardhana (2001) menyatakan bahan buangan dan limbah pabrik dapat memyebabkan perubahan warna air dan menimbulkan bau yang menyengat pada hidung. Secara umum bau air ini tergantung dari sumbernya. Air yang normal umumnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang sering dikaitkan dengan bau yang tidak normal yang secara langsung menunjukkan adanya pencemaran.

2.3.1.3 Total padatan

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA 1976 diacu dalam Effendi 2003). Bahan padatan ini secara keseluruhan mempengaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi (Suripin 2002). Menurut Fardiaz (1992) air yang tercemar selalu mengandung padatan dimana Fardiaz membedakannya atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya terutama kelarutannya yaitu: padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi dan koloid (TSS), padatan terlarut (TDS), minyak, dan lemak.

Padatan terendap (sedimen) terjadi akibat proses erosi yang mengangkut tanah lapisan atas yang subur yang mengalami sedimentasi dibagian hilir badan

(25)

air sehingga mengakibatkan pendangkalan. Kebanyakan sungai dan DAS selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan oleh erosi alamiah dari pinggir sungai. Namun untuk kandungan sedimen yang terlarut selalu terjadi peningkatan pada sungai akibat erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan (Darmono 2006). Hal ini mempengaruhi kualitas air berupa penurunan nilai kecerahan serta peningkatan nilai kekeruhan.

Total Padatan Terlarut (TDS)

Zat padat terlarut (TDS) adalah zat organik dan anorganik serta ion-ion terlarut dalam air (DTLH 2003). Rao (1992) diacu dalam Effendi (2003) menambahkan bahwa TDS adalah bahan terlarut yang berdiameter < 10-6 mm dan koloid yag berdiameter 10-6 mm-10-3 mm yang berupa senyawa-senyawa kimia serta bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 μm. Nilai TDS dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan tanah dan pengaruh antropogenik. Baku mutu untuk nilai TDS pada suatu perairan berdasarkan SK. Gub. KDH TK./Jabar No. 38/1991 diacu dalam DTLH (2003) adalah 1000 ppm.

Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Jenis padatan lainnya adalah zat padat tersuspensi (TSS). Padatan tersuspensi didefenisikan oleh Effendi (2003) sebagai bahan tersuspensi yang berdiameter > 1μm yang terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik yang disebabkan oleh kikisan tanah dan erosi yang terbawa oleh badan air. Zamrin (2007) menambahkan bahwa padatan ini menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak dapat mengendap lansung, adanya peningkatan penggunaan lahan untuk pemukiman, menurunnya luasan hutan dapat meningkatkan erosi yang berdampak pada peningkatan padatan tersuspensi. Klein (1971) menyatakan bahwa padatan tersuspensi mengandung bahan organik yang dapat mengalami pemubusukan, mudah mengendap dan menutupi dasar sungai sehingga dapat mengganggu tumbuhan dan kehidupan hewan aquatik seperti tidak sesuainya dasar sungai untuk tempat bertelur ikan. Berdasarkan SK. Gub. KDH TK./Jabar No. 38/1991 diacu dalam DTLH (2003) baku mutu untuk nilai TSS di perairan adalah sebesar < 200 ppm.

(26)

2.3.2 Parameter kimia 2.3.2.1 pH

Nilai pH untuk air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan adalah berkisar antara 6,5-7,5 (Wardhana 2001). Sedangkan nilai pH untuk air yang tercemar menurut Fardiaz (1992) berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Umumnya bakteri tumbuh baik pada pH netral dan alkalis sedangkan jamur lebih menyukai pH rendah (Effendi 2003). Selain itu Lee (1988) menyatakan sungai-sungai yang mengalir dari kawasan dimana batuan-batuan tahan terhadap pelapukan dan miskin akan ion penyebab alkalinitas maka penambahan asam terhadap sungai tersebut akan mengakibatkan pengurangan pH secara serius.

2.3.2.2 BOD

William Dibdin (1882) diacu dalam Mayer (2001) menyatakan variabel BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah mg oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang dinyatakan dalam satu liter sampel air. Bahan organik tersebut adalah bahan biologis yang membusuk atau mengalami dekomposisi menjadi substansi sederhana oleh dekomposer seperti bakteri dan jamur.

Peningkatan jumlah bahan organik dalam lingkungan aquatik menstimulasi pertumbuhan populasi dekomposer. Sejak dekomposer membutuhkan oksigen untuk respirasi, tumbuh menjadi jumlah yang besar sehingga meningkatkan permintaan untuk oksigen terlarut. Pengaruh dari BOD di sungai berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai DO dari nilai limbah yang ditambahkan. Perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5-7,0 mg/l (Jeffries dan mills 1996, diacu dalam Suripin 2002). Perairan yang memiliki nilai BOD lebih dari 10 mg/liter dianggap telah mengalami pencemaran.

Sementara itu Hill (2004) menyatakan bahwa BOD yang sifatnya alami seperti sisa tumbuhan dan kotoran satwa liar hampir selalu ada. Sedangkan sekarang, tingginya nilai BOD sering diindikasikan dengan tingginya hasil aktivitas manusia seperti kotoran ataupun limbah. Aktivitas manusia yang mudah menimbulkan limbah dan berpengaruh terhadap BOD meliputi pengolahan limbah

(27)

di perkotaan, industri makanan, pengolahan kimia tumbuhan, industri pulp dan kertas, penyamak kulit dan rumah pemotongan hewan.

Nilai BOD yang tinggi bisa mengurangi ketersediaan oksigen dalam air yang secara umum dapat mempengaruhi ekosistem aquatik bahkan dapat menyebabkan kematian pada organisme aquatik. Hasil penelitian Zamrin (2007) tentang kualitas air sungai Cisadane juga menjelaskan bahwa penduduk dan peternakan memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap peningkatan nilai BOD. Dengan asumsi bahwa semua penduduk di DAS Cisadane menggunakan septic tank maka diduga penduduk menyumbangkan bahan buangan yang meningkatkan BOD sebesar 9.442 ton/tahun, ternak sapi 3.939,2 ton/tahun, ternak kambing 2.162,9 ton/tahun, ayam 5.164,7 ton/tahun.

2.3.2.3 COD

COD adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang terdegradasi secara biologis maupun yang sukar terdegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O (Effendi 2003).

Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/liter, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (UNESCO/WHO/UNEP 1992, diacu dalam Effendi 2003).

2.3.2.4 Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting sebagai indikator dalam kemurnian air. Konsentrasi DO di air ini juga merupakan kebutuhan dasar bagi organisme aquatik untuk keberlangsungan hidupnya. Organisme air seperti ikan biasanya memerlukan DO sebesar 5,8 mg/l (Palmeri 2001, diacu dalam Kurniawan 2005). Menurut Klein (1971), faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi DO secara signifikan antara lain jumlah dan sifat bahan organik, temperatur, aktivitas bakteri, pengenceran, fotosintesis dan reaeration dari atmosphere. Klasifikasi kualitas air sungai berdasarkan konsentrasi

(28)

DO dalam % saturasi (tingkat kejenuhan oksigen dikaitkan dengan suhu) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Klasifikasi kualitas air sungai berdasarkan konsentrasi DO

Sumber: Klein 1971

2.3.2.5 Fosfat

Fosfat merupakan senyawa yang mengandung unsur fosfor. Menurut Mahida (1984) diacu dalam Pribadi (2005), fosfor merupakan komponen yang sangat penting dalam permasalahan air, sumber-sumber fosfor berupa pencemaran industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik dan mineral-mineral fosfat. Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil dengan kadar lebih sedikit dari nitrogen karena sumber fosfor lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu perairan oligotrofik yang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0-0,02 mg/l; perairan mesotrofik yang memiliki kadar fosfat total 0,0021-0,005 mg/l; dan perairan eutrofik yang memiliki kadar fosfat total 0,051-0,2 mg/l (Effendi 2003).

2.4 Kriteria dan Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang harus ada atau unsur pencemar yang masih diperbolehkan dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya (Effendi 2003). Baku mutu air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Mutu air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

Tipe air sungai DO (% saturasi)

Bagus >90

Sedang 75-90

Agak tercemar 50-75

(29)

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.5 Pemanfaatan Sumberdaya Air

Pemanfaatan sumberdaya air berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah dan pengetahuan penduduk. Dalam perkembangannya terjadi variasi dalam penggunaan air berdasarkan jenis aktivitas manusia. Awalnya air hanya digunakan untuk kebutuhan minum dan pertanian. Namun dewasa ini air juga digunakan untuk keperluan perikanan, rekreasi, industri, pelayaran dan sebagainya. Air permukaan digunakan di kawasan insitu untuk rekreasi, perikanan, pelayaran, pembangkit listrik dan apresiasi estetika.

Pemanfaatan air untuk berbagai macam akivitas ini dapat menimbulkan limbah/sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas air. Berdasarkan penelitian Pramesti (2007) juga dijelaskan bahwa menurunnya kualitas air disebabkan oleh beberapa sumber pencemar diantaranya penduduk, ternak, industri, lahan kritis yang berupa erosi dan zat organik dan pertanian, semakin tinggi jumlah penduduk yang ada di suatu DAS maka semakin tinggi pula pencemar yang dihasilkan oleh penduduk tersebut.

Wardhana (2001) menyatakan dalam pemanfaatan sumberdaya air diperlukan adanya standar air bersih guna menentukan kualitas air yang layak untuk berbagai keperluan. Namun hal ini tergantung pada faktor penentu berupa kegunaan air dan asal sumber air sebagai berikut :

a. Kegunaan air

1. Air untuk minum

2. Air untuk keperluan rumah tangga 3. Air untuk industri

(30)

4. Air untuk mengairi sawah

5. Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain b. Asal sumber air

1. Air dari mata air di pegunungan 2. Air danau

3. Air sungai 4. Air sumur

5. Air hujan, dan lain-lain

Air bersih harus mempunyai kualitas tinggi secara fisik, kimiawi maupun biologi.

2.6 Perubahan Tutupan Lahan

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan lahan juga meningkat. Hal ini mendorong terjadinya pemanfaatan lahan yang berupa eksploitasi atau konversi lahan secara berlebihan di beberapa tempat tidak terkecuali wilayah DAS. Arwindrasti (1997) menyatakan bahwa pemanfaatan lahan di DAS Cisadane dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu pertanian, industri dan pemukiman. Kondisi ini menunjukkan terjadinya perubahan tutupan lahan di wilayah DAS yang awalnya berupa hutan menjadi lahan dengan beragam jenis tutupan sepeti lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, lahan kosong dan lain-lain.

Kondisi tutupan lahan ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas air di DAS tersebut. Marsono (2004) menyatakan bahwa air yang dihasilkan oleh suatu DAS sangat ditentukan oleh karakteristik ekosistem dan dipengaruhi oleh teknik pemanfaatan lahannya. Keberadan hutan dengan beragam vegetasi adalah suatu jenis tutupan lahan yang terdapat di DAS yang secara langsung mendukung fungsi suatu ekosistem DAS.

2.6.1 Pengaruh perubahan tutupan/penggunaan lahan terhadap kualitas air Hasil penelitian (Rasyidin 1995) menjelaskan bahwa perubahan tata guna lahan atau tanah mempengaruhi kualitas air pada musim hujan dan musim kemarau. Berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan lahan menyebabkan

(31)

peningkatan parameter kualitas air seperti TSS, BOD dan COD pada musim penghujan dan musim kering. Hal yang serupa juga diperoleh Zamrin (2007) bahwa perubahan tutupan lahan mengakibatkan terjadinya peningkatan laju erosi yang berdampak pada nilai kekeruhan dan TSS air sungai.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspaningsih (1997) jenis tutupan lahan memiliki laju erosi yang berbeda tergantung pada persen tutupan tanah dan vegetasi. Laju erosi di tipe penggunaan lahan berupa kebun campuran lebih kecil daripada tipe penggunaan lahan berupa pemukiman karena banyaknya lahan pemukiman dengan tanah yang ditutupi bangunan dan jaringan jalan yang menyebabkan aliran permukaan besar. Prediksi erosi di hutan lindung, sawah dan kebun campuran dengan kerapatan tinggi lebih kecil daripada nilai erosi yang masih diperbolehkan tetapi tingkat erosi di semak belukar, tegalan, hutan tanaman dan pemukiman lebih besar daripada nilai erosi yang diperbolehkan.

Sementara itu Lee (1988) mengemukakan bahwa adanya kegiatan konversi hutan berupa penggundulan, pemangkasan, pembalakan dan penebangan hutan akan cenderung mengurangi produksi air, meningkatkan erosi, pemakaian bahan kimia untuk kegiatan tersebut akan mempengaruhi kualitas air. Perubahan tutupan lahan tersebut juga akan berakibat buruk pada pola hidrologi DAS Cisadane (Arwindrasti 1997). Senada dengan hal tersebut, Marsono (2004) menyimpulkan secara umum bahwa jika ekosistem DAS tidak mengalami kerusakan akibat pemanfaatan yang berlebihan, maka jumlah, sebaran air dan kualitas airnya sepanjang tahun akan berjalan normal dan optimal sesuai dengan karakteristik DAS yang bersangkutan.

(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Caringin, Kecamatan Bogor Barat, dan Kecamatan Rumpin untuk identifikasi pemanfaatan air Sungai Cisadane.

3.2 Peralatan dan Objek Kajian

Peralatan yang digunakan adalah kuesioner, alat tulis menulis, kamera digital, perangkat lunak berupa MINITAB release 14.1 dan Microsoft Excel 2007 untuk pengolahan data statistik serta program Arcview 3.2 untuk pengolahan peta. Objek kajian adalah penduduk sekitar DAS Cisadane segmen Hulu yang secara langsung maupun tidak langsung memanfaatkan sumberdaya air Sungai Cisadane untuk berbagai aktivitas.Wawancara dilakukan secara fleksibel dan terbuka yang mengarah pada sasaran penelitian.

3.3 Kerangka Pemikiran

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane segmen hulu merupakan ekosistem sungai yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air dalam upaya konservasi sumber air. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan tingginya pemanfaatan air sungai dan konversi lahan di DAS sehingga secara tidak langsung berdampak pada kualitas air sungai. Identifikasi sumber pencemar dari aspek pemanfaaatan sumber daya air sungai dan perubahan tutupan lahan di DAS ini perlu dilakukan untuk mengetahui sumber pencemar yang berpengaruh terhadap kualitas air di DAS Cisadane segmen hulu. Untuk kemudian dapat dianalisis pengaruh dari kedua aspek tersebut terhadap kualitas air sungai.

Dalam melakukan identifikasi sumber pencemar dan analisis hubungan pemanfaatan air dan perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air dibutuhkan data dan informasi mengenai bentuk pemanfaatan sumberdaya air oleh masyarakat dan data perubahan tutupan lahan setiap tahunnya. Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi dan analisis berdasarkan metode tertentu.

(33)

mempengaruhi

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. DAS Cisadane

segmen hulu

Pemanfaatan sungai dan air sungai

- domestik - pertanian - industri - peternakan

- rekreasi dan lain-lain - dan lain lain-lain

Perubahan tutupan lahan selama kurun waktu 2005-2008 Identifikasi limbah dan beban pencemar Sungai Cisadane Nilai IKA-NSF

WQI Kualitas air (2004-2008)

Parameter kualitas air (TSS, BOD dan COD) mengalami perubahan

Analisis korelasi dan deskriptif

(34)

3.4Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :

1. Kondisi umum DAS Cisadane meliputi bentuk dan luas wilayah DAS, kondisi fisik (air, suhu kelembaban, iklim, topografi, geologi, tanah dll.), hidrologi, kondisi tutupan lahan, dan kependudukan.

2. Data kualitas air selama kurun waktu 2004-2008

3. Peta tutupan lahan tahun 2005, 2007, 2008 DAS Cisadane 4. Data jumlah penduduk

5. Data peternakan dan perikanan

Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur. Studi literatur merupakan cara untuk mendapatkan data dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku, jurnal, laporan kegiatan dan sumber lainnya terkait dengan topik penelitian.

Data kondisi umum DAS Cisadane diperoleh dari data BPDAS Citarum-Ciliwung, BPSDA Ciliwung-Cisadane, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Data kualitas air selama 2004 -2008 diperoleh dari data hasil pengukuran yang dilakukan oleh BPSDA Ciliwung-Cisadane dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3 Titik pantau dan waktu pengukuran kualitas air Sungai Cisadane di DAS Cisadane segmen hulu

No Titik Pantau Tahun Bulan Sumber

1 2 3 Cisalopa Batubeulah Rumpin/jembatan

2004 Juni, September, November KNLH 2005 Mei, Agustus, November KNLH

2006 Juni KNLH

2007 Juni, Agustus, Oktober KNLH

2008 Agustus BPSDA

Ciliwung-Cisadane

Peta tutupan lahan DAS Cisadane secara keseluruhan tahun 2005, 2007 dan 2008 diperoleh dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Data jumlah penduduk diperoleh dari data statistik Kabupaten Bogor dan Kota Bogor yang dikeluarkan oleh BPS Kota Bogor dan Dinas Kependudukan serta BPS Kabupaten Bogor tahun 2005 dan 2008. Data peternakan sepeti jumlah dan jenis

(35)

ternak pada tahun 2008 diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.

3.4.2 Data primer

Data primer yang dikumpulkan berupa data pemanfaatan air sungai dan pemahaman masyarakat tentang kualitas air sungai di wilayah DAS Cisadane segmen hulu. Bentuk pemanfaatan dilihat dari beberapa aktifitas penduduk seperti pertanian, MCK, peternakan dan lainnya.

Data ini diperoleh melalui kegiatan wawancara secara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner dan melalui pengamatan lapang. Kuesioner merupakan suatu cara interview tertulis yang menghubungkan peneliti dengan responden melalui suatu daftar pertanyaaan (Balitbang Depdagri dan Otonomi Daerah 2000). Daftar pertanyaan pada kuesiner mengarah pada tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi tingkat pemanfaatan air sungai di DAS Cisadane segmen hulu yang juga berisi pendapat dan pemahaman responden dalam kaitannya dengan perubahan kualitas air sungai, dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengamatan lapang bertujuan untuk memverifikasi antara data yang telah diperoleh dari studi literatur dan hasil informasi kegiatan wawancara dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pengamatan lapang dilakukan terhadap kondisi umum kawasan dan kondisi sungai dilihat dari pemanfaatan air sungai oleh penduduk setempat.

Wawancara dan pengamatan lapang dilakukan di tiga kecamatan dengan masing-masing tiga desa. Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Caringin (Desa Pasir Buncir, Desa Muara Jaya, Desa Cimande Hilir), Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Gunung Batu, Kelurahan Semplak, Kelurahan Bubulak) dan Kecamatan Rumpin (Desa Sukasari, Desa Rumpin, Desa Kampung Sawah). Penentuan dan pemilihan kecamatan, desa serta kepala keluarga (KK) sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu menggunakan persyaratan lebih ketat dalam menentukan jumlah, kriteria dan kemudahan pengambilan sampel (Ariestonandri 2006). Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini didasarkan atas informasi kunci yang telah didapat sebelumnya yang diduga dapat mewakili perubahan tutupan lahan yang terjadi, mewakili kondisi kualitas air dan mewakili tingkat pemanfaatan air sungai. Selain itu juga disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemampuan biaya dan waktu yang dimiliki

(36)

peneliti. Setiap desa dalam setiap kecamatan dipilih beberapa RT kemudian dilakukan pemilihan responden (KK) sehingga diperoleh 190 KK.

3.5 Analisis Data

1. Analisis perubahan tutupan lahan

Perubahan tutupan lahan diperoleh melalui overlay peta tutupan lahan dengan peta administrasi wilayah penelitian menggunakan program Arcview 3.2 dan Microsoft Excel 2007. Besarnya persentase perubahan dihitung dengan rumus :

x 100%

Keterangan : n1 = luas tutupan lahan tahun I n2 = Luas tutupan lahan tahun II

Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan membandingkan luas setiap jenis tutupan lahan dari tahun ke tahun. Kemudian hasil perbandingan ditabulasikan dalam bentuk grafik /tabel dan dianalisis secara deskriptif.

2. Analisis status mutu kualitas air Analisis data dilakukan dengan cara :

1. Analisis kualitas air tahun 2004-2008 dilakukan dengan membandingkan nilai maksimum dan minimum dari masing-masing parameter untuk setiap titik pantau dari tahun ke tahun dengan baku mutu air sungai yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kemudian dievaluasi perubahan mutu kualitas air sungai Cisadane dari tahun 2004-2008 untuk setiap titik pantau tersebut.

2. Kondisi kualitas air sungai dari tahun ke tahun dapat dianalisis dengan menggunakan indeks kualitas air-National sanitation Foundation (NSF-WQI) berdasarkan Ott (1978) diacu dalam Nugroho (2003) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat mutu kualitas perairan setiap titik pantau.

Parameter yang digunakan dalam analisa data menggunakan IKA-NSF WQI adalah suhu air, kekeruhan, kandungan padat tersuspensi, kandungan padat terlarut, pH, oksigen terlarut, BOD, nitrat, dan fecal

(37)

coli. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan 6 parameter disesuaikan dengan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan BPSDA Ciliwung Cisadane. Enam parameter tersebut yaitu oksigen terlarut, pH, BOD, suhu, fosfat, dan padatan total (total zat padat terlarut).

Tahapan analisis data :

a. Menentukan bobot (W) untuk masing-masing parameter dan nilai sub indeks (I) untuk tiap parameter dengan membaca kurva fungsi sub indeks IKA-NSF WQI (Lampiran 8). Analisa data dalam penelitian ini hanya menggunakan 6 parameter sehingga untuk nilai bobot ini harus dilakukan modifikasi yang dapat dihitung dengan rumus :

NKPmodifikasi = { Σ y} + NKPawal

(Kurniawan 2005) Keterangan :

NKPmodifikasi = Bobot parameter ke-I yang telah dimodifikasi

NKPawal = Bobot parameter awal yang dicari

Σx = Σ NKP dari enam parameter yang digunakan Σy = Σ NKP dari enam parameter yang tidak digunakan

Hasil modifikasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Bobot parameter awal dalam perhitungan IKA-NSF WQI (Ott 1978 diacu dalam Nugroho 2003) dan hasil modifikasi

No Parameter Satuan Bobot parameter ke i(Wi a)

Bobot parameter ke-i modifikasi (Wib)

1 Oksigen terlarut % saturasi 0.17 0.25

2 pH 0.12 0.18 3 BOD mg/l 0.1 0.15 4 Nitrat mg/l 0.1 – 5 Fosfat mg/l 0.1 0.15 6 Suhu °C 0.1 0.15 7 Kekeruhan NTU 0.08 – 8 Padatan Total (TDS) mg/l 0.08 0.12 9 Fecal coli MPN/100 ml 0.15 – Total 1 1

Keterangan:Wia = Bobot parameter menurut Ott 1978

Wib= Bobot parameter hasil modifikasi (langkah perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.

(38)

b. Menghitung nilai Indeks Kualitas air dengan menggunakan rumus IKA-NSF WQI ( Ott 1978, diacu dalam Nugroho 2003)

IKA-NSF = Σ Wib .Ii

IKA-NSF = Indeks kualitas air-National Sanitation Foundation Wib = Bobot akhir masing-masing parameter setelah

disesuaikan

Ii = Sub Indeks kualitas air tiap parameter yang didapat dari hasil analisis dan hasil pengukuran yang dibandingkan dengan kurva sub indeks

n = Jumlah parameter

Selanjutnya dari nilai IKA tersebut dapat ditentukan tingkat kualitas air, sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel 5 Kriteria Indeks Kualitas Air-National Sanitation Foundation

No Nilai Kriteria 1 0-25 Sangat buruk 2 26-50 Buruk 3 51-70 Sedang 4 71-90 Baik 5 91-100 Sangat baik

Sumber: Ott 1978 diacu dalam Kurniawan 2005

3. Analisis hubungan atau pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air Hubungan atau pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air dianalisis dengan menggunakan uji korelasi dan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara beberapa variabel jenis perubahan tutupan lahan yang dominan berpengaruh terhadap parameter kualitas air yang terdiri dari BOD, TSS, COD dan nilai indeks kualitas air. Faktor yang mengurangi pencemaran seperti curah hujan dan lain- lain diabaikan.

Besarnya korelasi dapat dilihat dari derajat korelasi yang dinyatakan dalam koefisien korelasi (r). Pudjirahardjo et al. (1993) menyatakan bahwa nilai r selalu berkisar antar -1 dan +1. Nilai yang positif menunjukkan perubahan antar variabel pada arah yang sama dan nilai korelasi yang negatif menunjukkan perubahan antar variabel yang berbanding terbalik. Menurut Santoso (2005), umumnya jika korelasi diatas 0,5 terdapat hubungan yang erat antar variabel dan

(39)

sebaliknya. Disamping nilai r, ada tidaknya pengaruh juga dilihat dari signifikansi hasil korelasi

Hipotesis :

Ho = tidak ada korelasi yang nyata antar variabel H1 = ada korelasi yang nyata antar variabel Dasar pengambilan keputusan :

Jika Pvalue > α, maka Ho diterima berarti belum dapat dibuktikan adanya hubungan antar variabel (tidak signifikan)

Jika Pvalue < α, maka Ho ditolak berarti ada hubungan antar variabel (signifikan) Analisis korelasi ini dilakukan dengan menggunakan sofware Minitab 14.

4. Analisis beban pencemar terhadap kualitas air

Analisis data melalui pendekatan Rapid Assesment of Source of Air, Water and Land Polution yaitu perhitungan beban pencemaran dari setiap unit penghasil limbah masing-masing dari pemukiman dan peternakan. Sumbangan sumber pencemar dilihat berdasarkan BOD dan TSS.Tahapan analisis data :

a. Mengidentifikasi sumber pencemar

b. Menghitung jumlah dan jenis bahan pencemar dari sumber pencemar

c. Mengkoversi beban pencemar ke nilai parameter BOD dan TSS dengan menggunakan faktor konversi beban limbah.

Tabel 6 Faktor konversi beban limbah dari domestik dan ternak

Sumber limbah Unit BOD5

(Kg/unit/tahun)

TSS (Kg/unit/tahun)

Limbah Cair domestik orang 19,7 20

Ternak

Sapi potong/kerbau ekor 250 1716

Sapi perah ekor 539 -

Ayam/itik ekor 1,4 14,6

-ayam petelur ekor 4,6 -

Kambing ekor 36,6 201

(40)

d. Menyusun dalam sebuah tabel kerja sebagai berikut. Tabel 7 Tabel kerja untuk perhitungan beban pencemaran

Sumber pencemar Satuan

Beban pencemaran Total Faktor konversi BOD (kg/unit/tahun) Potensi BOD (kg/unit/tahun) Faktor konversi TSS (kg/unit/tahun) Potensi TSS (kg/unit/tahun) Domestik orang 19,7 20 Ternak 1. kerbau 2. sapi potong 3. kambing 4. ayam/itik ekor Total beban pencemaran ….kg/tahun ….ton/bulan

e. Daya tampung pencemaran dihitung dengan mengalikan debit perbulan pada tahun 2008 dengan nilai baku mutu kelas air.

Rumus : DT = Q x BMA

Keterangan : DT = Daya tampung beban pencemaran (ton/bulan) Q = Debit air sungai (m3/detik)

BMA= Baku mutu kelas air (mg/l)

5. Analisis pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan air sungai dianalisis secara deskriptif.

(41)

IV. KONDISI UMUM

4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17’-107º BT dan 6º02’-6º54’LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan pembagian oleh kementerian lingkungan hidup sendiri memiliki luas 110.481,91 ha sebagian besar termasuk wilayah Kabupaten Bogor (Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Cijeruk, Caringin, Megamendung, Cigombong, Ciawi, Kemang, Taman sari, Sukajaya, Parung, Rancabungur, Gunung Sindur, Rumpin, Cigudeg, Dramaga dan Ciomas) dan sebagian kecil Kota Bogor (Kecamatan Bogor Barat, Bogor Selatan dan Bogor Tengah). Wilayah ini terbagi menjadi 5 sub-DAS yaitu sub-DAS Cisadane Hulu, Ciapus, Ciampea, Cianten, dan sub-DAS Citempuan.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

4.2 Klimatologi

Iklim di DAS Cisadane segmen hulu menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, digolongkan kedalam tipe A, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis sedangkan menurut klasifikasi Oldeman digolongkan kedalam tipe A1, yaitu sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks surya radiasi surya rendah sepanjang tahun.

(42)

Tabel 8 Kondisi klimatologi tahun 2008 di stasiun iklim Darmaga Bulan Temperatur rerata bulanan RH (%) Kecepatan angin (km/hari) Penyinaran matahari (%) Penguapan (mm/hari/) Januari 25,7 84,5 1,96 60,8 4,0 Februari 24,5 89,8 1,90 18,3 2,6 Maret 25,1 87,1 1,79 53,4 4,1 April 25,6 86,5 1,61 65,1 4,1 Mei 25,8 82,2 1,59 81,5 3,8 Juni 25,6 83,4 1,44 79,2 3,6 Juli 25,3 77,6 1,70 93,1 4,0 Agustus 25,6 81,1 1,60 71,7 3,8 September 26,0 80,2 1,90 82,4 4,6 Oktober 25,8 84,4 1,69 70,3 4,4 November 25,8 86,3 1,96 56,8 3,9 Desember 25,5 87,6 1,91 32,5 3,6 Rata-rata 25,53 84,23 1,75 63,76 3,88

Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung

Curah hujan secara umum berkisar antara 81-526 mm/bulan. Curah hujan yang terukur selama beberapa bulan pada tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 3 Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret sebesar 602 mm/tahun dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 50 mm/tahun.

Gambar 3 Curah hujan per bulan pada tahun 2008 di Stasiun Empang.

Jumlah hari hujan juga dapat diketahui setiap bulannya. Berdasarkan gambar, terlilhat musim hujan cenderung terjadi dari bulan Oktober sampai April dengan jumlah kejadian hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari dan Maret sedangkan musim kemarau cendrung terjadi selam 5 bulan dari bulan Mei sampai bulan Agustus dengan jumlah kejadian hari hujan terkecil terjadi pada bulan Juli.

(43)

Sumber: BPSDA Ciliwung-Cisadane 2008

Gambar 4 Jumlah hari hujan per bulan pada tahun 2008 di Stasiun Empang

4.3 Karakteristik Topografi

Wilayah DAS Cisadane segmen hulu memiliki topografi yang bervariasi. Sebaran kelas lereng di DAS Cisadane segmen hulu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9 Sebaran kelas lereng di DAS Cisadane segmen hulu

No Kelas lereng Deskripsi Luas (ha)

1 <2 Datar 1100,49 2 2-8 Agak Landai 22260,55 3 8-15 Landai 3576,37 4 15-25 bergelombang 34898,63 5 25-40 Curam 4080,54 6 40-60 Sangat Curam 44565,32

Sumber : Peta topografi diolah

DAS Cisadane segmen hulu mempunyai ciri sungai pegunungan yang berarus deras, banyak tebing curam dengan dasar batuan pasir, berkerikil dan alur sungai yang berkelok-kelok, mempunyai hidrograf aliran dengan puncak-puncak yang tajam waktu menaik (rising stage) dan menurun (falling stage).

4.4 Jenis Tanah

Wilayah DAS Cisadane segmen hulu terdiri dari 3 jenis tanah yang mendominasi, yaitu Asosiasi Latosol Coklat & Regosol Kelabu, Kompleks Rensina, Litosol dan brown soil; kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat, podsolik merah kekuningan & Litosol.

(44)

4.5 Hidrologi

Sungai Cisadane memiliki hulu di kawasan Sukabumi. Beberapa anak sungai Cikaniki di bagian Barat, sungai Cianten dan Cihideung di bagian Tengah dan sungai Ciapus di bagian Timur. Disamping itu masih ada beberapa sungai kecil lain yang bermuara baik langsung ke sungai Cisadane maupun pada anak-anak sungainya, karena itu kawasan hulu sungai Cisadane ini meliputi kawasan yang sangat luas sehingga aliran Cisadane merupakan kumulatif dari seluruh sungai-sungai tersebut.

Berdasarkan hasil pengukuran debit air sungai Cisadane yang diamati di bending Cisadane-Empang diketahui bahwa debit maksimum setengah bulanan Sungai Cisadane

sebesar 197,024 m3/detik yang terjadi pada bulan Maret tahun 2008 dan debit minimum

sebesar 3,243 m3/detik yang terjadi pada bulan Mei tahun 2007. Debit rata-rata setengah

bulanan Sungai Cisadane yang diamati di stasiun pengamatan Empang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 10 Debit rata-rata setengah bulanan air sungai Cisadane di bendung Cisadane-Empang tahun 2004-2008 (m3/detik)

Bulan Debit (m 3 /detik) 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 61,710 31,650 11,853 5,344 168,937 Februari 36,402 8,799 13,742 41,020 185,021 Maret 17,554 14,377 8,179 8,518 197,024 April 23,192 7,355 9,722 8,681 125,694 Mei 21,062 9,255 7,593 3,243 86,350 Juni 9,762 8,166 5,232 6,386 76,817 Juli 9,643 13,762 5,451 5,336 57,167 Agustus 5,432 9,680 4,640 5,028 33,132 September 7,691 7,380 4,152 4,134 77,779 Oktober 7,328 7,485 4,374 5,006 111,942 November 16,161 6,643 6,527 8,592 189,981 Desember 14,184 10,697 9,591 17,376 157,802

Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane

Besarnya debit menunjukkan kemampuan air dalam proses pengenceran bahan pencemar yang masuk. Debit air sendiri dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan. Debit akan mencapai maksimum pada musim hujan dan mencapai minimum pada musim kemarau. Menurut Arsyad (2006), rasio antara debit maksimum dan debit minimum menunjukkan keadaan DAS yang dilalui sungai. Semakin kecil rasio yang terjadi maka tata guna lahan dan keadaan vegetasi masih baik, begitu pun sebaliknya.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 7  Tabel kerja untuk perhitungan beban pencemaran
Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.
Tabel 8  Kondisi klimatologi tahun 2008 di stasiun iklim Darmaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

skripsi ini memuat tentang kemampuan citra Landsat dalam mendeteksi kelas- kelas lahan di Daerah Aliran Sungai Cisadane Bagian Hulu dengan menggunakan klasifikasi terbimbing

Model perubahan parameter kualitas air dapat digunakan untuk memprakirakan nilai kualitas air setiap segmen dari hulu sampai hilir dengan adanya baku mutu air di Daerah Aliran

Perubahan tutupan lahan terbesar pada tahun 1990 – 2005 adalah hutan lahan kering primer menjadi kebun sawit dengan perubahan seluas 1.806,03 Ha.Sedangkan tahun 2005 – 2015

Mengetahui perubahan tutupan lahan DAS Lepan tahun 2005 sampai 2015. Mengetahui perubahan tingkat kerapatan vegetasi pada kelas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas tutupan lahan yang ada di DAS Wampu dan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Wampu antara tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas tutupan lahan yang ada di DAS Wampu dan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Wampu antara tahun

Pada Gambar 5, terlihat nilai komponen prosentase perubahan komponen neraca air jika tutupan lahan hutan (pada luasan sempit, sedang dan lebar) dikonversi menjadi

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan parameter kualitas air yang terdiri dari BOD, COD, dan Fecal coli di bagian hulu, tengah, dan hilir Daerah Aliran Sungai