• Tidak ada hasil yang ditemukan

PILEK MENAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PILEK MENAHUN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PILEK MENAHUN

(TUTORIAL 1)

KELOMPOK III

TUTOR : dr. Dwita A. Deo.,M.Sc.

KETUA : Reinaldo V. Yunatan

SEKRETARIS 1 DAN 2 : Ernilinda Djawa &

Sri S. N. P. W. Kusumo

(2)

PENDAHULUAN

SKENARIO PERTANYAA N & PEMBAHAS AN KATA KUNCI & SULIT KESIMPULA N

(3)

SKENARIO

Seorang laki-laki umur 15 tahun

datang ke puskesmas dengan riwayat

menderita pilek selama kira-kira 1

tahun.

Kadang-kadang

pilek

ini

disertai lendir pada tenggorokkan

yang dirasakan berasal dari belakang

hidung. Pada waktu kecil ia sering

menderita sesak napas.

(4)

KATA SULIT DAN KATA KUNCI

Kata sulit:

Pilek: Penyakit infeksi saluran nafas yang

disebabkan oleh virus.

Kata Kunci:

Laki-laki 15 tahun

Pilek selama setahun

Lendir pada tenggorokkan

Lendir dari belakang hidung

(5)

PERTANYAAN

 Pertanyaan:

 Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi THT!  Mengapa terbentuk lendir?

 Faktor apa yag mempengaruhi terbentuknya gejala pilek?  Bagaimana diferensial diagnosis dari masalah pada

skenario?

 Bagaimana patomekanisme dari gejala penyakit pada

skenario?

 Bagaimana respon imun terhadap penyakit?

(6)

PERTANYAAN

 Apa itu hipersensitivitas? Dan bagaimana pembagiannya?

 Bagaimana perubahan histpatologis jaringan pada masalah di

skenario?

 Mengapa lendir dirasakan berasal dari belakang hidung?  Bagaimana pencegahan pada masalah di skenario?

 Adakah pengaruh perilaku, umur, lingkungan, dan jenis kelamin

terhadap pilek menahun? Dan jika ada, bagaimanakah pengaruhnya?

 Penyakit apa saja yang memiliki gejala pilek?

 Apakah hubungan pilek menahun dengan sesak nafas waktu kecil?  Adakah hubungan hipersensitivitas dengan pilek menahun? Dan

jika ada tipe berapa?

  

LO: Nomor 4

Tambahan LO: Mengapa obat anti inflamasi diberikan untuk

penderita hipersensitivitas, padahal obat anti inflamasi dapat menurunkan sistem imun?

(7)

PEMBAHASAN

1. ANATOMI TELINGA, HIDUNG DAN

TENGGOROKAN

(8)

HISTOLOGI

Histologi Telinga:

 Telinga luar terdapat tulang rawan elastis

 Telinga tengah terdapat epitel berlapis gepeng tidak bertanduk  Telinga dalam terdapat organon korti

Histologi hidung:

 Epitel torak bersilia dan bertingkatTerdapat epitel olfaktorius dengan

4 jenis sel yaitu sel olfaktorius,sel sustentakuler,sel basal,sel sikat.

 Lamina propria dan kelenjar mukosa tipis di daerah yang dilalui aliran

udara lambat

 2 jenis kelenjar mukosa pada hidung, yaitu mukosa respiratori

(merah muda) dan mukosa olfaktori (kuning kecoklatan)

 Silia di permukaan epitel  Histologi tenggorokkan:

 Pada mukosa terdapat epitel bertingkat kolumnair bersilia dengan

beberapa jenis sel yaitu sel torak bersilia,sel goblet,sel basal,sel sikat,sel bergranula.

(9)

FISIOLOGI

Fisiologi telinga:

 Alat pendengaran dan keseimbangan  Fisiologi hidung:

 Jalan napas

 Alat pengatur kondisi udara (mukus)

 Penyaring udara, mukus befungsi sebagai penyaring dann pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama silia dan rambut halus  Indra penghidu

 Resonansi udara (sinus paranasal)  Turut membantu proses bicara  Refleksi nasal

Fisiologi tenggorokkan:

(10)

PEMBAHASAN

2. MENGAPA KELUAR LENDIR?

Lendir tejadi karena:

 Alergi

 Salah 1 bentuk pertahanan tubuh. Tubuh menaikkan produksi lendir oleh sel

goblet untuk mengeluarkan virus pilek dari dari saluran

pernapasan.Terbentukknya lendir disebabkan karena pertahan kimia tubuh dan pengaruh mediator histamin yang disekresikan oleh sel mast yang memicu peningkatan sekresi mukus dari sel goblet untuk menghadapi allergen.

3. Faktor apa yag mempengaruhi terbentuknya gejala pilek?  Lingkungan  System imun  Kebugaran  Alergi  Infeksi virus/bakteri

(11)

PEMBAHASAN

5. Patomekanisme dari gejala pada kasus:

Allergen masuk dalam tubuh kita ditangkap oleh APC

dan didisplay ke sel T kemudian sel T mengeluarkan

IL-1 sehingga menjadi Th2. Th2 akan merangsang sel B

membentuk sel Plama sehingga menghasilkan

antibody yaitu IgE. IgE akan melekat pada Fc-R pada

sel mast dan akan merangsan g sel mast untuk

bergranulasi. Granulanya mengantung medior utama

berupa histamine dan leukotriene yang menyebabkan

vasokonstriksi otot polos dalam hal ini bronkus

sehingga menyebabkan sesak nafas.Mediator tersebut

juga meningkatkan sekresi mukus yang menyebabkan

terbentuknya lendir.

(12)

PEMBAHASAN

6. Respon imun:

 Primer: proses eliminasi dan fagositosis (non spesifik). Jika respon imun primer ini

gagal, maka dilanjutkan dengan respon imun sekunder.

 Sekunder: respon imun spesifik. Dapat terjadi imunitas humoral, selular, maupun

keduanya

 Tersier: respon imun ini tidak menguntungkan tubuh. Bersifat sementara atau

tetap tergantung daya eliminasi antigen oleh tubuh.

7. Penatalaksanaan kasus diatas:

 Terapi yang paling ideal adalah dengan mengindari kontak dengan alergen

penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.

 Simtomatis:

 Medikamentosa: pemberian anti histamin  Operatif: Konkotomi (operasi konka inferior)

 Imunoterapi: tujuannya pembentukan Ig G blocking antibodi dan penurunan Ig E.

(13)

PEMBAHASAN

8.

Hipersensitivitas

merupakan peningkatan

reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.

Pembagian reaksi hipersensivitas menurut waktu timbulnya reaksi

 Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik,menghilang dalam

2 jam. Ikatan silang antara allergen dan IgE pada

permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik dan anafilaksis local.

 Reaksi intermediate terjadi setelah beberapa jam dan

menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan permukaan komplek IgG dan keusakan jaringan melalui aktivasi

komplemen dan atau sel NK/ADCC.

 Reaksi lambat terlihat sampai 48 jam setelah terjadi

(14)

PEMBAHASAN

Pembagian reaksi hipersensivitas menurut Cell dan Coombs

 Tipe I: reaksi IgE

 Terjadi iaktan silang antara antigen dengan IgE yang diikat

oleh sel mast dan basophil melepaskan mediator vasoaktif.

 Tipe II : reaksi sitotoksik (IgG dan IgM)

 Ab terhadap antigen permukaan sel menimbulkan destruksi

sel dengan bantuan komplemen atau ADCC

 Tipe III : reaksi Kompleks Imun

 Kompleks Ag-Ab mengaktifkan komplemen dan respon

inflamasi melalui infiltrasi masif neutrophil.

 Tipe IV : Reaksi Seluler

 Sel Th1 yang disensitasi melepas sitokin yang mengaktifkan

makrofag atau sel Tc yang berperan dalam kerusakan jaringan. Sel Th2 dan Tc menimbulkan respons sama.

(15)

PEMBAHASAN

9. Perubahan Histopatologis :

 Dilatasi pembuluh darah dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk

mukus

 Pembesaran ruang intrasel  Penebalan membran sel

 Infiltrasi sel-sel eosinophil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung

10. Lendir dihasilkan dari sel mukus yang berada pada epitel olfaktorius.

Epitel olfaktorius ini berada di sinus paranasal. Pasien merasakan lendir dari belakang hidung karena mukus dihasilkan dari sinus paranasalis yang terdapat epitel olfaktorius yang menghasilkan mukus sebagai pertahanan pertama

imunitas tubuh.

11. Pencegahan:

 Gaya hidup sehat, Rajin berolahraga, stirahat cukup, Menjaga kebersihan

lingkungan, Edukasi, Gizi seimbang, Avoidance: menghindari segala sesuatu yang sebelumnya telah menyebabkan gejala hipersensitivitas

(16)

PEMBAHASAN

12. Umur: pilek menahun lebih sering menyerang

anak-anak yang dikarenakan sistem imun mereka

masih rendah terhadap mikroorganisme.

Perilaku: perilaku hidup yang kurang baik atau

tidak sehat dapat menyebabkan seseorang mudah

terserang pilek menahun

Jenis kelamin: Pilek menahun dapat menyerang

siapa saja baik laki-laki maupun perempuan

Lingkungan: lingkungan yang kurang bersih dapat

menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit

infeksi.

(17)

PEMBAHASAN

13. Penyakit dengan gejala pilek:

Rinitis Alergi:

Rinitis Vasomotor:

Rinitis Medikamentosa:

Polip nasal:

(18)

PEMBAHASAN

14. Pengaruh sesak napas saat kecil dengan pilek:

Sesak napas sewaktu kecil bisa berpengaruh terhadap pilek menahun. Asma bisa menyebabkan hipersensitivitas mukosa pada saluran napas yang berakibat pada perubahan struktur sel yang ada pada mukosa saluran napas termasuk mukosa hidung. Selain itu reseptor histamin pada mukosa hidung sama dengan yang ada di saluran napas. Meskipun sesak napas yang didiagnosis sebagai asma telah sembuh reseptor histamin kemungkinan masih ada di hidung. Saat terpapar oleh alergen terjadilah rinitis alergi. Selain itu pilek menahun pun dapat berpengaruh pada sesak napas. Akibat peradangan saluran napas yang kronik maka saluran napas dapat menyempit akibat bronkokonstriksi yag dipicu histamin prostaglandin dan leukotrien. Selain itu saluran napas juga dapat terisi cairan lendir (sputum) yang berasal dari peningkatan sekresi kelenjar mukosa sehingga menghambat inspirasi dan ekspirasi.

(19)

PEMBAHASAN

15. Hipersensitivitas merupakan penyebab pilek

menahun. Hipersensistivitas tipe 1.

Jawaban dari LO:

16. Obat anti inflamasi diberikan untuk penderita

hipersensitivitas untuk menurunkan reaksi

hipersensitivitasyang berlebihan kembali ke

reaksi normal. Sehingga obat anti inflamasi

diberikan dengan tujuan mengurangi

peradangan dan mengurangi reaksi imun

berlebihan dari hipersensitivitas.

(20)

KESIMPULAN

Hipersensitivitas merupakan penyebab pilek

menahun. Hipersensistivitas tipe 1.

Rinitis Alergi

: rinits alergi adalah penyakit

inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi

dengan alergen yang sama serta dilepaskan suatu

mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan

alergen spesifik tersebut. Rinitis alergi adalah

kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,

keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, rasa

gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar

alergen yang diperantarai oleh Ig E.

(21)

4. DIFERENSIAL

DIAGNOSTIK

Penyakit Sesak Napas Pilek

Menahun Lendir dari belakang hidung Alergi Rhinitis Alergi + + + + Rhinitis Vasomotor + + + -Sinusitis + + + -Rhinitis Medikamento sa - - + -Polip + + + +

(22)

Referensi

Dokumen terkait

RA adalah penyakit inflamasi pada mukosa hidung yang disebabkan reaksi alergi dengan dilepaskannya mediator kimia, ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik, pada

Rinitis alergika adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya

Latar Belakang: Rinitis alergi (RA) adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atropi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama

Latar Belakang: Rinitis alergi (RA) adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atropi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen

Pada individu yang telah tersensitisasi, paparan berulang dengan alergen yang sama memulai langkah kedua pada proses respon alergi, yaitu suatu reaksi alergi cepat,

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta