NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA
KARYA VANNY CHRISMA W.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ALI MUSTOFA
11112O31
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA
KARYA VANNY CHRISMA W.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ALI MUSTOFA
11112O31
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vii MOTTO
Semua akan indah pada waktunya.
Jangan ditanya kapan, sabar dan ikhlaskan, cukup nikmati proses dan rasakan, ketetapan-Nya sungguh tak diragukan, janji Allah tak pernah salah
.
PERSEMBAHAN
Teruntuk kedua orang tuaku yang menjadi pemicu semangatku. Ibuku yang saat
ini tidak setiap hari bertemu denganku, namun doa beliau sangat terasa di sini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
skripsi dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL
GADIS KECIL DI TEPI GAZA Karya Vanny Chrisma W. bisa diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Sang teladan utama, Nabi
Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istiqomah
mengikuti petunjuknya.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara
penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih setulusnya kepada:
1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Siti Rukhayati, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Drs. Bahroni, M.Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Achmad Agus Su’aidi, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang
membantu dan memberi motivasi kepada penulis selama menuntut ilmu di
ix
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
7. Ayah dan ibuku (Bapak Muhammad Sholeh Rahimahullah dan Ibu Suwarni),
adik-adikku (Diantina Basiroh, Falid Reza Mustofa,dan Farkhan Isa Ansori)
yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual.
8. Ibu Vanny Chrisma W. selaku penulis novel Gadis Kecil di Tepi Gaza.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih
atas bantuan dan dorongannya.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah
mencatatnya sebagai amal salih yang akan mendapatkan balasan terbaik. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di
masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 15 September 2016
Penulis
Ali Mustofa
x ABSTRAK
Mustofa, Ali. 2016. Pendidikan Akhlak dalam Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd
Kata Kunci: Nilai, Pendidikan, Akhlak
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Pendidikan akhlak merupakan inti dari pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan bisa didapat dari mana saja, seperti halnya melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Diantaranya adalah novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak.
Fokus penelitian ini adalah: 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. 2. Bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam. 3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. pada kehidupan sehari-hari. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan jenis penelitian kepustakaan (Library Research), sedangkan sumber data primer dari penelitian ini adalah novel Gadis Kecil di Tepi Gaza dan sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian... 8
F. Penegasan Istilah ... 11
xii BAB II BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Vanny Chrisma W. ... 16
B. Karya-karya Vanny Chrisma W. ... 18
C. Gambaran Umum Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ... 19
D. Unsur Intrinsik Novel ... 19
E. Sinopsis Novel ... 29
F. Kelebihan Dan Kekurangan Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ... 31
BAB III HASIL TEMUAN A. Nilai-nilai Pendidikan Islam ... 31
B. Karakteristik Tokoh Dalam Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ... 31
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak... 50
A. Karakteristik Tokoh Yang Sesuai Dengan Nilai-nilai akhlak Islam ... 82
B. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Cover Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
B. Percakapan dengan Penulis Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
C. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
D. Daftar nilai SKK
E. Lembar Bimbingan Skripsi
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah awal mula titik temu seorang manusia mengalami
perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Pendidikan meningkatkan derajat
manusia baik di dunia maupun di akhirat. Inti dari semua pendidikan di dunia
ini adalah pendidikan akhlak, yang mana dalam setiap tindakan manusia,
akhlak merupakan tolak ukur penting dalam keseharian hidup manusia.
Membahas pendidikan memang tidak ada habisnya, namun jika kita bisa
mengupas satu persatu jalan menuju pendidikan tersebut bukan tidak mungkin
kita bisa mendapati cara yang paling pas untuk menyalurkan cara mendidik
tersebut dengan objek pendidikan.
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dia hidup.
Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan
untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005:2).
Menurut Poerwadarminta (1991: 916), pendidikan secara etimologi
dapat diartikan sebagai perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan
berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan
dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya. Pada hakikatnya pendidikan
2
yang melibatkan guru, murid, serta kurikulum, dan yang kedua yaitu
pendidikan nonformal yang melibatkan pendidikan di luar kelas yang mana
pendidikan dapat didapatkan dari banyak hal, bisa melalui lingkungan, tempat
berbeda dan hal-hal benda mati seperti buku koran dan sebagainya.
Adapun pendidikan akhlak menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Hasbullah, 2009: 1)
Adapun akhlak secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq
(penciptaan). (Ilyas, 2007: 1)
Pendidikan akhlak merupakan inti dari pendidikan Islam itu sendiri.
Makbulloh (2011: 142) menjelaskan sedikit tentang akhlak. Akhlak adalah
suatu sikap yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu
perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pemikiran dan
pertimbangan yang terlalu lama. Jika sifat tersebut memunculkan tindakan atau
3
itu disebut dengan akhlak yang baik. Akan tetapi jika dari sifat tersebut muncul
perbuatan yang buruk lagi jahat, maka disebutlah darinya memiliki akhlak
yang buruk.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah
laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan
terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Berkualitas
atau tidaknya seorang manusia tergantung pada bagaimana akhlaknya.
Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia
terlebih di hadapan Allah SWT. Sebaliknya, semakin buruk akhlaknya maka
akan semakin hina dia di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT.
Seperti yang telah diriwayatkan dalam hadits di bawah ini.
Dari berbagai uraian diatas telah kita ketahui bahwa kunci kebahagiaan
dunia dan akhirat adalah pendidikan, terutama pendidikan akhlak. Pada zaman
sekarang ini, telah kita ketahui bahwasannya semakin sulitnya kompetisi
kehidupan menjadikan pola hidup yang semakin sembarangan. Kegagalan
suatu target kehidupan sering dijadikan sebuah alasan untuk melakukan suatu
4
diri seseorang yang apabila cobaan, bencana dan kegagalan telah menimpanya.
Banyak orang yang tertimpa cobaan entah dalam belajar, karir, jodoh dan lain
sebagainya yang menyebabkannya sedih, frustasi ataupun depresi bahkan
adapula yang mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Perlu kita ketahui
bahwasannya kehidupan tidak pernah sepi dari berbagai cobaan, bencana dan
kesedihan. Dengan berbekal pendidikan akhlak yang baik kita akan senantiasa
bijaksana dalam menjalani dan menanggapi semua takdir kehidupan, seberapa
kerasnya kehidupan yang kita lalui akan teratasi dengan selalu berpegang teguh
pada kebenaran.
Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. berisi kisah-kisah inspiratif seputar bagaiman cara sikap dan upaya dalam menjalani
kehidupan yang penuh dengan cobaan ini. Berbagai kisah yang disuguhkan
memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi, terutama pendidikan akhlak bagi
mereka yang sedang dilanda bencana, cobaan kegelisahan agar supaya tegar
dalam menghadapinya. Karena sesungguhnya bencana dan cobaan yang
menimpa diri kita pasti ada hikmah dibalik semua itu, keindahan dan
kebahagiaan pasti akan menyertainya entah besok atau lusa. Kalaupun
kebahagiaan itu tidak didapatkan setelah berbagia bencana yang melanda
secara bertubi-tubi yakinilah bahwa kelak Allah akan menggantinya yang jauh
lebih baik diakhirat nanti, hal ini yang digambarkan dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W.
Beralih pada novel, novel bahwasanya termasuk dalam karya sastra.
5
Kosasih (2006:60), novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh
dari problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Sedangkan
menurut Burhan (1988: 3), karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam
interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri dan interaksinya dengan
Tuhan. Novel adalah cerita fiksi yang imajinatif namun didasari kesadaran dan
tanggung jawab, dan tentunya juga dapat memberikan hiburan bagi sang
pembaca.
Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza merupakan novel yang menceritakan tentang Palestin yang digambarkan sebagai gadis kecil berusia 11 tahun, yang
hidup sebatang kara akibat kekejaman agresi militer israel di Gaza pada
tanggal 27 Desember 2008 .
Kisah novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. ini bercerita tentang perjuangan dalam melewati rintangan kehidupan dalam
menjadi manusia mandiri, yang terus berusaha untuk bertahan hidup dalam
pengungsian. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan
bahwasanya kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras, dengan
begitu Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi hambanya yang mau
berusaha dan berjuang di jalannya. Insyaallah, ada jalan adalah mantra utama
dari novel ini. Dalam novel ini tentunya juga banyak nilai-nilai pendidikan
Islam yang dapat diambil pelajaran dan dapat dipetik hikmah dari setiap jalan
ceritanya.
Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka penulis tertarik
6
Gadis Kecil di Tepi Gaza dalam sebuah skripsi yang berjudul “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA
KARYA VANNY CHRISMA W. karena dalam novel tersebut banyak
terkandung nilai-nilai pendidikan akhlak. Keihlasan dalam menjalani hidup,
dan terus berusaha menapaki kerasnya kehidupan.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang diatas maka, penulis memfokuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Akhlak pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. ?
2. Bagaimana karakter tokoh dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya
Vanny Chrisma W. yang meneladani akhlak Rasul ?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung
dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. pada kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat pada
novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W.
7
3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. pada kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapan memberikan
kontribusi positif bagi pendidikan pada umumnya dan khususnya
pengembangan nilai-nilai pendidikan pada umumnya, dan pendidikan
Akhlak khususnya, melalui pemanfaatan seni sastra terutama novel.
2. Manfaat praktis
secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada
3 yaitu:
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi sang pembaca khususunya pelajar akan manfaat dari
membaca novel, khususnya yang mengandung pendidikan Islam di
dalamnya.
b. Bagi civitas academica , penelitian ini diharapkan Dapat menjadi bahan wacana keilmuan bagi media sebagai sarana yang baru
dalam menunjang pendidikan yang lebih baik dan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan
8
c. Bagi dunia sastra, diharapkan dapat menjadi alternatif dalam
memahami nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
karya sastra (khususnya novel) terlebih bagi penyuka karya sastra
pada umumnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian perpustakaan, data dan
sumber penelitian dapat diperoleh dari buku maupun artikel sumber
terkait. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis
(descriptive of analyze research). Menurut Moleong (2005: 29), deskripsi analisis ini mengenai bibiliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan
ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis membuat
interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang
dilakukan.
Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama
analisis, yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudia
dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks
dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam dengan
menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas
teks-teks yang dideskripsikan
.
9
Penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode
dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dan
sebagainya. (Arikunto, 2002 : 206).
Dalam dokumentasi ini dilakukan dalam beberapa buku dan
sumber yang lain seperti: majalah, artikel dan sebagainya yang
berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelusuran dokumentasi ini
berguna bagi penyususnan skripsis ini. Melalui dokumentasi sang penulis
dapat mendeskripsikan apa yang terdapat dalam sumber penelitian, dan
menghubungkannya dengan teori-teori yang bisa dijadikan bahan
pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini. Dalam penelitian ini
penulis berusaha mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai
novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. sebagai sumber data primer. Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil
beberapa data dari beberapa artikel yang terkait, karya tulis yang lain, hasil
diskusi yang berkaitan dengan penelitian demi memperkaya manfaat untuk
kajian dan analisis.
3. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
10
dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang
terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. (Ratna, 2007:48)
Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi
dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata termasuk volume ruangan
yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis dan sebagainya,
sehingga dapat diketahui isi pesan secara tepat. (Ratna, 2009:49)
Adapun tahapan-tahapan yang peneliti gunakan dalam pengolahan
isi adalah:
a. Tahapan deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
b. Tahapan interpretasi, yaitu tahapan dimana peneliti menjelaskan
teksteks dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
c. Tahapan analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari pembahasan
dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
11
Supaya pembaca dapat memahami beberapa istilah yang terdapat dalam
tulisan ini, maka peneliti akan menjabarkan beberapa pengertian istilah yang
terkandung dalam tulisan yaitu:
1. Nilai
Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi
kemanusiaan (Purwadarminta, 1991: 677), nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut
sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang
kompleks sehingga sulit ditentukan batasannya. (Muhaimin, 1993:109)
Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat dengan pengertian-pengertian
dan aktivitas manusia yang kompleks sehingga sulit ditentukan batasannya
(Muhaimin, 1993:109).
2. Pendidikan
Soerganda Poerbakawatja (1981: 257), mengatakan pendidikan
adalah suatu perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengelihkan
pengetahuannya, pengelamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya
kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi
fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan menurut Muhaimin (2004: 21-22), pendidikan dari
perspektif perkembangan manusia adalah :
12
berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan dapat diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan.
Dari dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia
sempurna, yang dapat berguna bagi manusia yang lain. Terlebih lagi
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha membatu mengarahkan anak
oleh generasi tua (pendidik) supaya dapat berkembang sesuai tujuan yang
diimpikan, yaitu menjadi manusia yang sempurna, manusia yang
berkepribadian baik dan bermanfaat bagi sesamanya.
3. Akhlak
Secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). (Ilyas, 2007: 1).
Dengan demikian, maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang
digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian
diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan
untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri.
(Halim, 2000: 8-9)
Di samping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral.
Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan
13
Bagi akhlak, standarnya adalah Al Qur’an; bagi etika standarnya
pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang
umum berlaku di masyarakat. (Ilyas, 2007: 3)
4. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126), novel merupakan
salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur
pokok, yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan, media penyampaian
isi berupa bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik
yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana.
Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan
memaparkannya melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun
monolog, dan melalui perbuatan atau action (Aminuddin, 1991:66).
Dari segi struktur sebuah novel sastra maupun novel populer
mengandung unsur-unsur yang paling lengkap. Novel menyediakan cerita
dengan peristiwa, tokoh dan latar sehingga penulis dianggap berdialog
dengan orang lain (Ratna 2004: 314). Nurgiantoro (2007: 4), mengatakan
bahwasanya novel sebagai sebuah karya fiksi yang diidealkan, dunia
imajinatif yang dibangun dengan berbagai unsur intrinsiknya, seperti
peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, dan sudut pandang yang bersifat
imajinatif. Selanjutnya memang dalam sebuah novel terkadang cerita
dibuat-buat dengan sedemikian rupa agar sang pembaca dapat
membayangkan sebuah cerita kehidupan yang terasa benar adanya. Hal ini
14
semirip-miripnya dan dianalogikan seperti di dunia nyata, lengkap dengan
cerita-cerita, kejadian dalam novel yang disamakan dengan berbagai sudut
pandang dan latar yang sesuai.
G. Sitematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri
dari 5 bab, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN: Bab ini akan membahas mengenai latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II BIOGRAFI NASKAH: Pada bab ini akan diuraikan mengenai:
Biografi Vanny Chrisma W., karya-karya Vanny Chrisma W.,
unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Gadis Kecil di Tepi Gaza, dan keunggulan dari novel Gadis Kecil di Tepi Gaza.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN : Pada bab ini akan menjelaskan
tentang deskripsi pemikiran dan hasil temuan penulis mengenai:
Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza dan karakter tokoh utama dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza.
BAB IV PEMBAHASAN: Pada bab ini penulis akan memberikan
pembahasan tentang: nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
novel Gadis Kecil di Tepi Gaza dan karakter tokoh utama dalam novel
15
BAB V PENUTUP : Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, dan
16 BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Vanny Chrisma W.
Nama Vanny Chrisma W. merupakan nama seorang penulis berbakat di
Indonesia. Nama sebenarnya Vanny Chrisma W. adalah Fani Krismawati.
Meskipun Vanny Chrisma W. adalah salah satu penulis yang telah banyak
menghasilkan karya-karya best seller. Akan tetapi sangat sulit sekali mencari biodata atau biografi Vanny Chrisma W. Karena Vanny Chrisma W. tidak
pernah sekalipun memasukkan foto atau biografi di setiap karyanya. Berbeda
dengan penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap
akhir karyanya. Vanny Chrisma W. memang sepertinya tidak ingin di
publikasikan kepada umum terkait kehidupan pribadinya. Itulah cara yang
Vanny Chrisma W. pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan
tulus dan sederhana.
Berikut ini sedikit informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi
Vanny Chrisma W. dari berbagai sumber di internet baik di blog atau di
fanpage Vanny Chrisma W.. Adapun data yang penulis dapatkan sebagian dari wawancara via WhatsAap, berikut biografinya. Vanny Chrisma W. adalah seorang penulis novel berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 4 desember
1983 di Sidoharjo, Jawa Timur. Anak keempat dari lima bersaudara, ia berasal
dari keluarga yang biasa-biasa saja pemahaman agamanya, ayahnya pun
17
Surabaya lulus tahun 1996. Kemudian melanjutkan SMP di SMP 2 Weru,
Surabaya lulus tahun 1999. Setelah lulus SMP Vanny Chrisma W. melanjutkan
sekolah di sebuah SMK yaitu SMK Negeri 1 Surabaya lulus tahun 2002. Tahun
2002-2005 ia kuliyah di STIE Perbanas, Surabaya jurusan S1 manajemen.
Ketika dibangku kuliyah Vanny Chrisma W. aktif di Unit Kegiatan Kerohanian
Islam di Kampus STIE Perbanas Surabaya . Untuk kegiatan kerohanian yang
pernah ia ikuti sejak kecil ia belajar BTQ di masjid ataupun mushola tempat ia
tinggal dan sekarang ia mengikuti kegiatan pengajian seperti layaknya
penduduk kampung yang memiliki rutinitas kegiatan pengajian disetiap
minggunya.
Dari riwayat pendidikan yang penah dilalui oleh Vanny Chrisma W.
memang ia belajar disekolah umum, namun walaupun ia tidak pernah mondok
ataupun belajar di madrasah ia memiliki pengalaman sepiritual yang tinggi.
Pada saat usianya menganjak 15 tahun Vanny Chrisma W. pernah bermimpi
bertemu Rasulullah SAW. Berikut cuplikan wawancara via WhatsAap: Penulis: “Hhh
Tp yg religious itu bu
Terinspirasi saking pundi ???
Kn background school ny umum kog banyak karya yg gtu”, y yg tdi religius…??”
Pengarang: “Aq suka duni spiritual sejak kkecil”
“saat usia 15 tahun aq pernah mimpi bertemu rasulullah sawm”
“Dari sana lahirnyaa spiritual. Meski ga lulusan agama tp mendalami spiritual senang sekali”
Mulai saat itu ia tertarik dengan dunia sepiritual. Mulai dari saat itu
18
bertujuan untuk dakwah melalui tulisan-tulisannya. Walaupun ia tidak pernah
belajar sastra, karya-karyanya menarik untuk dijadikan bahan penelitian
mahasiswa. Ada satu buku yang pernah dijadikan sebuah diskusi dalam acara
seminar ataupun bedah buku yaitu novel yang berjudul Mencarimu ke Tibet Lost on Everes, pada tanggal 15 Mei 2016 di Gramedia Royal Plaza Surabaya.
B. Karya-Karya Vanny Chrisma W
Vanny Chrisma W. adalah salah satu penulis di Indonesia yang sangat
produktif dalam menghasilkan karya sastra yang sebagian besar diantaranya
adalah best seller dan berulang kali dicetak termasuk novel yang menjadi bahan penelitian ini.
Berikut ini penulis sedikit menuliskan karya-karya Vanny Chrisma
yang telah diterbitkan dan sudah tersebar di seluruh Indonesia yang
mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral adalah: Déjà vu, Wo Ai Ni Allah, Madah Cinta Shalihah, Hati Jasmi, Maimunah, Cantik, Menjadi Tua Dan Tersisih, Mendengarkan Suara Hati, Sarrafona, Cerita Sebuah Pensil, Kisah Keluarga Tikus, Surat Dari Sang Maha Pencipta, Mr. Alasan!, Perjalanan 1000 Mil Pertama, Bumi Makkah; Wanita Agung Itu Bernama Khadidjah, dan
Mimpi Jameelah.
C. Gambaran Umum Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
Cerita ini luar biasa menggugah, bagaimana gadis berumur 11 tahun
19
saat membacanya. Penulis juga menceritakan bagaimana awal terjadinya agresi
militer ini serta jejak Bani Israil pada zaman Nabi. Kekejaman dan kebengisan
para tentara Israel tergambar dari cerita ini. Miris, mengenaskan dan bakal
membuat hati bergetar hebat. Namun seberapa sulit kehidupan yang dialami
oleh tokoh utama tidak sedikitpun membuatnya gentar untuk sealu berjuang
dan terus berjuang. Hal yang akan membuat pembaca kagum terhadap seorang
gadis kecil mampu hidup dikehidupan yang penuh dengan duka namun tak
sedikitpun ia putusasa dan terus yakin terhadap kebesaran Allah SWT.
Sungguh sebuah pembelajaran yang sangat baik dan perlu untuk kita tiru dan
kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa pahitnya takdir kehidupan
yang menimpa seseorang tidak lain adalah kehendak mutlak Allah SWT, pahit
untuk dijalani namun Allah akan ganti jauh lebih baik dikemudian hari.
Pelajaran semacam inilah yang akan dirasakan jika membaca novel cerdas dan
mengharukan ini. Sungguh sebuah novel yang siap menggedor-gedor sisi
kemanusiaan pembaca.
D. Unsur Intrinsik Novel
Menurut Efendi (2012: 19), mengatakan bahwa unsur intinsik dalam
novel seperti organ-organ penting dalam tubuh novel, jika salah satu elemen
tidak hadir atau berfungsi dengan baik, maka keseluruhan novel tersebut
berpotensi menjadi timpang. Dari pendapat di atas dapat kita ambil penjelasan
bahwasanya unsure intrinsik adalah suatu unsur utama yang membangun
terbentuknya suatu karya sastra terutama novel. Unsur intrinsik dalam novel
20
seberapa bagusnya novel tersebut terbuat. Dari uraian di atas dapat kita
jabarkan tentang unsur-unsur pembangun novel antara lain:
1. Tema Novel
Tema adalah gagasan yang membangun suatu cerita (Kosasih,
2012: 60). Menurut Efendi (2012: 22), tema juga bisa disebut genre dalam penulisan. Genre dilihat dari fungsinya yaitu suatu identitas yang biasanya sering digunakan untuk mendiskripsikan seorang penulis. Dari beberapa
penjelasan di atas tentang penjelasan tema dalam novel, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa tema adalah gagasan suatu cerita yang dibangun oleh
masing masing pengarang cerita tersebut. Bagaimana cerita itu ada dan
karakter apa yang ada dalam cerita tersebut adalah bagian dari sebuat tema
dalam pembentukan suatu novel.
Tema yang diambil dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. yaitu kuat dan gigih dalam menghadapi cobaan hidup.
Dalam novel ini digambarkan bahwa Palestin seorang gadis berumur 11
tahun yang harus hidup sebatang kara akibat kekejaman Israel.
2. Alur Cerita
Alur adalah bagaimana cerita itu bisa mengalir (Efendi, 2012: 111),
novel menarik biasanya memiliki plot yang padat dan alur yang enak
dibaca. Plot yang padat membuat pembaca tertarik untuk mengikuti kisah
sang pelaku utama mulai dari awal hingga akhir. Sedangkan alur yang baik
membuat perpindahan adegan tidak terasa sehingga membuat pembaca
semakin menikmati pembacaannya.
21
terdapat alur maju dan alur mundur.Cerita alur maju Pada bagian ke-48,
diceritakan nasib Palestine yang berada di kampung pengungsian Al-Ram
tercatat 17 Agustus 2009, sedangkan pada bagian ke-52 tercatat tanggal 4
Mei 2010 dengan menceritakan perjuangan Palestine saat Intifadah
melawan tentara Israel. Sedangkan alur mundur pada bagian atau bab
keempat, diceritakan nasib Palestine yang sedang ada di kamp
pengungsian Jabaliyah tercatat 3 Januari 2009, sedangkan pada bagian ke
enam, mengulang tanggal 27 Desember 2008 dengan menceritakan dan
menggambarkan sosok ayah Palestine, Yahded Haidar yang ada di
perbatasan Rafah
3. Latar atau Setting
Menurut Efendi (2012: 154), setting adalah salah satu elemen
penting yang membawa pembaca masuk dalam cerita. Nurgiyantoro
(2007: 227), menjelaskan tentang setting atau latar:
a. Latar tempat yaitu lokasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerita
novel tersebut.
b. Latar waktu yaitu kapan cerita dalam novel tersebut di jalankan.
c. Latar sosial yaitu latar yang mengarah kepada hubungan social dalam
suatu tempat yang ada dalam cerita novel tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil pengertian bahwasanya
latar yaitu penjelasan mengenai tempat, waktu suasana tempat dalam cerita
dan keadaan sosial yang ada dalam cerita novel.
22 W. berlatar pada delapan tempat yaitu :
1) Rumah Palestine
“Suara sirine berhenti didepan rumahnya.” (Chrisma, 2011: 17).
2) Rumah Sakit Gaza
“Palestine jatuh terduduk, sementara di depannya tampak berlalu -lalang para dokter, suster, dan pengantar korban yang ada di ambulans menuju ruang Gawat Darurat.” (Chrisma, 2011: 19).
3) Kamp Jabaliyah
”Di area kampong pengungsian saja, ketika banyak teman-temannya tengah bermain untuk menghilangkan rasa sedih didalam hati mereka, gadis itu malah asyik menyendiri dadalam tenda pengungsian dan meringkuk diblik selimut tebalnya.” (Chrisma, 2011: 48).
4) Sekolah PBB
“Adeeba berlari-lari keluar dari dalam tenda dan masuk ke dalam sekulah PBB yang baru saja dibangun dan dikhususkan untuk anak-anak Palestinayang tak lagi bisa meneruskan sekolahnya.” (Chrisma, 2011: 76).
5) Nuseirat Gaza
“Setelah mereka selesai melihat kondisi kamp pengungsian di Nuseirat dan menemui beberapa yang tengah bertugas dan membuk kliniknya disana,” (Chrisma, 2011: 128).
6) Dirumah Nenek Hajna
“Palestine tertidur diatas sofasetelah selesai membersihkan rumah nenek Hajna dan mengasuh adik angkatnya.” (Chrisma, 2011: 266).
7) Jerussalem
Di Jerusalem Palestine dibuang oleh seorang tentara Zionis yang
pernah menembaknya bernama Hebrew.
23
bisa kembali ke Gaza.” (Chrisma, 2011:229).
8) Penjara Maskobeyya
“Suasana haru pun memenuhi ruang penjara kala itu.” (Chrisma, 2011: 257).
Dari kutipan yang lain juga dipaparkan:
“Suara gembok dan rantai besi yang mengikat pintu sel itu sedikit membuat telinga Dalaj terasa sakit dan bising. Dengan tangan yang masih terikat ia tak bisa berbut apa-apa.” (Chrisma, 2011: 322).
Kemudian Latar Suasana dalam novel ini adalah:
1) Sedih
“Ibu, Ahmeed, Zaenab, kalian jangan tinggalkan aku sendiri disini. Ibu, dimana Ayah? Dimana?” Palestine menengadahkan kepala ke atas tepat pada langit-langit rumah tengahnya telah berlubang.” (Chrisma, 2011: 16).
2) Senang
“Siap, Komandan! Hahaha….” Palestine tertawa tergalak-galak disambut tawa anak-anak yang lainnya.” (Chrisma, 2011: 307).
3) Mengerikan
“Sipir itu membuka pintu sel tahanan dan berteriak memanggil teman-temannya termasuk Blamoth. “Hai, Balamoth! Blamoth, tahanan Hamas itu mati dimakan Anjing!” (Chrisma, 2011: 331).
4) Mengharukan
“Ia menatap seraut wajah yang tengah tersenyum lebar padanya, “Ayah…kau benar ayah, kan ?” ( Chrisma, 2011: 176).
Latar waktu yang terdapat dalam novel ini sebagai berikut:
1) Malam hari
“malam hari itu, menjadikan sebuah sejarah yang tak akan pernah terlupakan.” (Chrisma, 2011: 18).
24
“Bunyi suara-suara pesawat jet dan roket yang meluncur keudara, membisingkan telinga para penduduk Gaza dimalam hari itu.” (Chrisma, 2011:164).
2) Pagi hari
“Kamp Jabaliyah, Sekolah PBB, 6 Januari 2008 pukul 06.00.” (Chrisma, 2011: 76).
Kutipan lain:
“Palestine baru saja membasuh wajahnya dengan air wudhu dan hendak mengikuti salat berjamaah di masjid saat kumandang adzan subuh tiba.” (Chrisma, 2011:41).
Dari kutipan yang lain juga dipaparkan:
“Gadis kecil yang tak bergerak itu, sama sekali belum mengambil jatah makan paginya.” (Chrisma, 2011:49).
3) Siang hari
“Pemuda itu menatap langit putih. Tak lagi terdengar dentuman bom, roket, dan rudal.” (Chrisma, 2011:219).
4. Penokohan atau Karakter dalam Novel
Penokohan adalah karakter utama dalam pembentukan dalam suatu
cerita yang ada dalam novel. Karkter juga berpengaruh dalam bagus
tidaknya novel tersebut dibaca. Penokohan atau pemberian karakter
merupakan salah satu unsur intrinsik dari karya sastra, jika ide merupakan
fondasi, maka karakter atau penokohan adalah roda yang menggerakkan
cerita. (Efendi, 2012: 54).
a. Protagonis
Protagonis atau yang sering disebut sebagai „karakter baik
yaitu karakter utama yang didukung oleh pembaca. Karakter
25
berlangsung. Karakter protagonis selalu berkembang menjadi lebih
kuat, lebih baik, dan selalu terlihat bagi sang pembaca novel. (Winna,
2012: 55). Adapun karakter protagonis dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza adalah Palestine, merupakan tokoh utama dalam novel
Gadis Kecil di Tepi Gaza adalah seorang gadis kecil berumur 11 thun yang hidup sebatang kara akibat kekejaman agresi militer Israel di
Gaza pada tanggal 27 Desember 2008. Sebuah rudal telah
menghancurkan rumah Palestine serta menewaskan ibu dan dua
saudaranya saat mereka berada didalam rumah. Sedang ayah Palestine
telah memutuskan untuk menjadi seorang Hamas sebelum terjadi
agresi pada bulan Desember.
b. Karakter pendukung
Karakter pendukung/tokoh tambahan Karakter pendukung
dalam suatu novel hanya sekelebat muncul atau disebut dan tidak
memiliki peran lebih jauh dari itu (Efendi, 2012: 57). Lebih jauh
Nurgiantoro (2007: 165), menjelaskan bahwasanya karakter
pendukung atau tambahan yaitu tokoh yang permunculannya sedikit,
tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya
dengan tokoh utama. Adapun karakter pendukung dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yaitu:
1) Yanaan
Yanaan seorang pemuda yang memimpin anak-anak pengungsi
dijabaliyah. Yanaan sangat menyukai sosok Palestine yang terkenal
26 2) Yahded Haydar
Yahded Haydar, ayah kandung Palestine yang ikut berjuang
bergabung dengan tentara Hamas. Ia sangat menyayangi
keluarganya tetapi ia rela meningglakan keluarganya demi berjihad
membela bangsanya.
3) Adeeba
Adeeba, gadis berusia delapan tahun dan memiliki indra keenam
itu dapat melihat masa depan. Dimata Adeeba, ia bisa melihat
Palestine yang nantinya akan terkena tembk oleh serdadu Israel
ketika mereka melakukan aksi lempar kotoran kuda yang dibentuk
menjadi seperti batu.
4) Sarah Hanabi
Sarah Hanabi adalah adik dari Yahded Haydar yang tak lain adalah
ayah dari tokoh utama Palestine, ia dipenjara karena diduga
menyembunyikan informasi tentang keberadaan Hamas.
5) Latief
Latief adalah tentara Hamas yang tak lain adalah teman dari ayah
Palestine. Latif adalah sosok teman yang sering memotivasi
Yahded Haydar ketika ia tengah lengah dan putus asa dalam
berjihad.
6) Abigail
Abigail adalah seorang tentara wanita Zionis Israel yang
sebenarnya tidak menyukai peperangan namun ia ikut menjadi
27
dibunuh oleh tentara Hamas. Ia tidak kejam seperti tentara-tentara
Zionis pada umumnya bahkan ia samgat menyayangi Palestine.
7) Theodore
Theodore adalah seorang aktivis yang selalu memberikan respon
negatif tentang perang antaragama dan jauh mencintai kedamaian.
8) Papillion Bonasacha
Papillion adalah seorang aktivis teman Theodore.
9) Kumari Khan
Kumari Khan adalah seorang gadis aktifis perdmaian yang berasal
dari india.
10)Resti dan Restu
Mereka berdua adalah relawan dari Surabaya, Indonesia yang ikut
serta menggalang dana untuk Palestina.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan hal yang sangat mendasar yang
dilakukan oleh pengarang dalam menjalankan suatu cerita dalam novel
yang dikarangnya.
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga
karena penulis menceritakan kehidupan Palestine yang sangat malang dan
kisah peperangan antara Israel dan Gaza.
6. Amanat
28
disampaikannya melalui novel yang ia buat. Amanat merupakan
penjelasan utuh yang terdapat dlaam novel tersebut. Terkadang amanat
secara langsung dapat ditemukan pembaca langsung ada dalam novel
tersebut. namun tak jarang sang pengarang menimbulkan amanat seperti
bayang-bayang kemana arah pembacaan dimulai dari sanalah sang
pembaca paham kemana arah suatu novel menemukan amanatnya.
Adapun amanat dari novel ini yaitu semua orang mencintai
perdamaian dan tidak boleh ada peperangan di dunia ini. Pembaca juga
dapat belajar dari tokoh Palestine, seorang gadis kecil yang sangat sabar
menghadapi cobaan dalam hidupnya. Di dalam mengarungi hidup ini, kita
harus bersabar dalam menghadapi segala cobaan dan kekerasan hidup.
Novel ini juga memotivasi pembaca untuk bisa hidup mandiri dan juga
tidak pernah menyerah dalam menjalani kehidupan.
E. Sinopsis Novel
Seorang gadis kecil berusia 11 tahun tinggal di kota Gaza bernama
Palestine. Ayahnya yang pemberani, Yahded Haidar merupakan seorang
anggota pejuang Hamas memberinya nama seperti itu. Agar Palestine tumbuh
menjadi seorang gadis Palestina yang pemberani untuk memperjuangkan nasib
bangsanya itu. Palestine jauh lebih mengerti tentang arti kehidupan dan
perjuangan yang sebenarnya dibandingkan sengan anak-anak lain seusianya.
Derita dan perjuangan Palestine dimulai sejak Israel melancarkan agresi
militer pada tanggal 27 Desember 2008. Sebuah rudal telah menghancurkan
29
Sedangkan ayahnya sedang berjuang dengan Hamas untuk melawan Israel.
Akibatnya, Palestine menjadi sebatang kara dan harus tinggal di kamp
pengungsian bersama korban lainnya. Tanpa makanan dan obat-obatan yang
cukup, tidur bergelimpangan tanpa selimut, dingin menusuk hingga ke
tulangnya. Tak hanya rumah, sekolah yang selama ini menjadi tempatnya
merajut impian pun hancur lebur di bombardir oleh tentara Israel. Hancur
sudah impian dan harapannya menimba ilmu di sekolah untuk menjadi seorang
gadis Palestina yang berguna di kemudian hari.
Di kamp pengungsian Jabaliyah Gaza, ia bertemu dengan beberapa
korban seusianya atau lebih tua darinya yang juga kehilangan anggota
keluarga. Seorang remaja bernama Yanaan yang juga telah kehilangan
keluarganya menaruh perhatian lebih pada Palestine yang terkenal kuat dan
gigih berjuang. Ia juga bertemu dengan Adeeba, gadis berusia 8 tahun yang
memiliki indera keenam dan dapat melihat masa depan, namun banyak yang
tidak mempercayai Adeeba dan malah menganggapnya gila karena kehilangan
ibu. Hanya Palestine dan Yanaan yang mempercayai indera keenam Adeeba.
Palestine ditembak oleh serdadu Israel di bagian dadanya pada saat
melakukan aksi pelemparan kotoran kuda yang dibentuk menjadi seperti batu
di kawasan perbatasan antara Gaza dan Israel. Hidupnya semakin terpuruk,
koma di rumah sakit tanpa ada keluarga yang menemani. Hanya Yanaan dan
Adeeba yang merawatnya di rumah sakit. Namun syukurlah, ia berhasil
30
Sementara itu, ayah Palestine ditangkap dan disiksa hingga sekarat oleh
tentara Israel. Tentara Israel memang memperlakukan anggota pejuang Hamas
yang tertangkap dengan sangat tidak manusiawi. Tak hanya itu, Israel juga
membunuh rakyat sipil, wanita dan anak-anak yang tidak berdosa. Palestine
pun terpaksa memberanikan diri ikut dengan seorang tentara Israel bernama
Hebrew, tentara yang bahkan pernah menembak dadanya hingga ia koma
cukup lama.
Palestine dengan luka tembakan yang masih jelas membekas dan belum
sembuh, ia dibawa ke Jerusalem dan dijanjikan akan bertemu dengan ayahnya
yang diketahui ditahan di penjara Maskobbeya, Jerusalem. Ternyata, bukannya
dipertemukan dengan ayahnya, ia malah ditelantarkan di Jerusalem dengan
mata tertutup serta tangan dan kaki terikat. Untunglah ia diselamatkan oleh
seorang wanita tua, penduduk Jerusalem. Meskipun masih belum bisa bertemu
dengan ayahnya, ia tetap mengirimkan surat kepada sang ayah, entah
bagaimana pun caranya.
Setahun lebih sudah, penderitaan Palestine semakin lama semakin
merajalela setelah bibinya tewas disiksa dan dipasung di penjara oleh tentara
Israel. Bertambah lengkap pula setelah 31 Mei 2010, ayah Palestine, Yahded
Haidar yang merupakan ‘singa’ pasukan Hamas, namun hatinya selalu luluh
saat disebut-sebut keluarganya itu meninggal dunia di penjara Maskobbeya,
Jerusalem setelah tentara Israel melepaskan anjing-anjing liar ke dalam sel
tahanan Yahded. Ia pun tewas dimakan oleh anjing-anjing kelaparan yang
31
sama Palestine terkulai lemas dan terbujur kaku di kamp pengungsian
Jabaliyah, Gaza. Gadis kecil itu, gadis pejuang intifadah yang selalu membawa
batu di dalam sakunya lalu melemparkannya sambil berkata laknat untuk Israel
kini telah tiada.
F. Kelebihan dan Kekurangan Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
Novel ini merupakan novel yang sangat menarik, penuh dengan kisah
kesedihan dan dapat membuat air mata jatuh berderai dan membuat kita
terhanyut saat membacanya. Novel ini memberi pesan dan amanat yang
mendalam agar kita tetap sabar, tabah dan pantang menyerah terhadap segala
cobaan yang mendera. Walaupun begitu berat cobaan yang menimpa diri,
janganlah sekali-kali berputus asa atas takdir yang telah Allah berikan, karena
itu tak lain hanyalah cobaan agar kita tabah dan sabar. Semua cobaan yang
menimpa seseorang, adalah bentuk kasih sayang Allah pada hambanya. Semua
kesusahan, cobaan hidup pasti ada hikmah di balik semua itu. Setiap kesusahan
pasti akan datang kelapangan sesudahnya entah kapan ?, hanya Allah lah yang
tau akan semua itu. Walaupun kita tidak mendapatkan kesenangan setelah
penderitaan itu di dunia ini, pasti Allah akan menggantinya dengan
kebahagiaan yang hakiki kelak di akhirat dengan pahala surga di sisi-Nya.
Untuk lebih menarik bagi pembacanya, gaya bahasa yang digunakan pun
sangat menarik dan berhasil menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita. Alur, sudut pandang serta penokohannya pun memang benar-benar
32
Adapun kekurangan dari novel ini, alur cerita terkesan kurang teratur
dari cerita satu kecerita yang selanjutnya. Hal ini menyebabkan cerita
seakan-akan belum selesai ataupun terputus. Namun keterputusan alur cerita dalam
novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ini sering dilanjutkan dilain bab, mungkin itulah yang trik penulis agar menjadikan cerita dalam novel tersebut lebih
33 BAB III
HASIL TEMUAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Manusia hidup di dunia tidak akan terlepas dari adanya ikatan nilai.
Karena nilai itu merekat pada manusia dan mampu memberi arti bagi manusia.
Begitu juga pendidikan yang memberi makna bagi pengembangan potensi diri
yang dimiliki manusia.
Pendidikan Islam adalah salah satu komponen inti dalam dunia
pendidikan, karena manusia membutuhkan tidak hanya pengetahuan saja
namun juga kekuatan spiritual keagamaan agar terbentuk manusia seutuhnya
(insan kamil) sesuai dengan norma Islam.
Adapun sistem nilai (formal) dalam perspektif pendidikan Islam
menurut Feisal (1995: 230), adalah sebagai supra sistem yang mempunyai tiga
bentuk norma yaitu sebagai berikut:
1. Norma aqidah atau norma keimanan seperti kepada Allah SWT, malaikat,
kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir.
2. Norma syari’ah yang mencakup norma ibadah dalam arti khusus maupun
luas (yang menyangkut aspek sosial) seperti: perumusan sistem
norma-norma kemasyarakatan, sistem organisasi ekonomi, sistem organisasi
34
3. Norma akhlak, baik yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara manusia
dengan Allah SWT, maupun yang bersifat horizontal yaitu tata krama
sosial.
Namun dalam pembahasan ini, penulis hanya akan menyampaikan tentang
norma akhlak ataupun nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanni Chrisma W.
1. Nilai Akhlak kepada Allah
Merujuk dari pendapat Feisal tersebut, maka penulis akan
menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Fanni Chrisma W. ini sebagai berikut:
a. Iman kepada Allah
Yang menujukkkan nilai akidah yaitu percaya terhadap Allah adalah
ketika Yanaan tidak mempercayai akan semua ramalan Adeeba. Berikut
cuplikannya:
“Dia bukan Allah, dia hanya anak kecil, Palestine.” (Chrisma, 2011:80)
Dari kutipan yang lain juga dipaparkan:
“Hai, Palestine! Kau harus lebih mempercayai Allah dari pada anak itu. Kau sama saja mendekati kesyirikan kalau percaya padanya.” (Chrisma, 2011:80)
b. Dzikir kepada Allah
Adapun yang menunjukkan nilai dzikir dan mengingat Allahadalah
sebagai berikut:
35
2 ‘”Allahu Akbar, dia benar- benar berkarakter gadis Palestina.”’ (Chrisma, 2011:43)
3 ‘”Astaghfirullah! Ya Allah, benarkah itu, Latief?”’ (Chrisma, 2011:62)
4 ‘”Allahu Akbar,Yahded, kau harus maju!!!”’ (Chrisma, 2011:110)
5 ‘”Allahu Akbar, Allahu akbar….!” Pekik mereka berdua bersama -sama melafalkan kalimatullah untuk yang terakhir kalinya saat melihat barisan tentara mengangkat senjata dan tembakan pun dilepaskan.’ (Chrisma, 2011:151)
6 ‘”Arrght! Allahu Akbar…. Allahu Akbar!” Jeritnya ketakutan.’ (Chrisma, 2011:152)
7 ‘”Masya Allah, katakana itu tidak benar, Ismail ?”’ (Chrisma, 2011:160)
8 ‘karena masih terlihat belum ada reaksi, Yahded mengumandangkan adzan ditelinga gadis itu.”Allahu Akbar, Allahu akbar.”’ (Chrisma, 2011:175)
9 ‘”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”’ (Chrisma, 2011:189)
10 ‘”Ya Rabbi, Ya Allah, mengapa tanah Palestina menjadi teramat hancur dan luluh lantakseperti itu?”’(Chrisma, 2011:241)
11 ‘”Allahu Akbar, apa yang kulihat ini Cuma bayangan?”’ (Chrisma, 2011:294)
12 ‘”Allahu Akbar, Allahu Akbar, tentara Israel menyerang kapal kita!”’ (Chrisma, 2011:333)
c. Berdoa
Yang menunjukkan nilai berdoa pada novel ini adalah sebagai berikut:
1 “Ya Allah, berikanlah mereka ketenangan disisi-Mu, amin….” (Chrisma, 2011:20)
36 (Chrisma, 2011:20)
3 “Diatas mobil pikup ini, bersama dengan para pengungsi, yang kulakukan hanyalah sekedar berdoa dan berdoa, berharap andai saja aku bisa menjadi pahlawan,” (Chrisma, 2011:39)
4 “Ya Allah, tolong selamatkan jiwaku.” (Chrisma, 2011:178)
5 “ Bismillahir rahmanir rahim….”(Chrisma, 2011:188)
6 “Ya Allah, Engkau pasti punya banyak malaikat pelindung. Berikanlah perlindungn padaku atas malaikat-malaikat yang Kau kirimkan untukku. Amin.” (Chrisma, 2011:230)
7 “Sembari bersiaga, bibirnya tak henti-hentinya melafalkan doa keelamatan di tengah musibah yang terjadi di negerinya, agar ia diberikan keselamatan dan ketenangan jiwa untuk hati dan pikirannya.” (Chrisma, 2011:59)
8 “Yanaan, Adeeba. Ya Allah, pertemukan aku dengan mereka berdua” (Chrisma, 2011:146)
9 “Adeeba, semoga arwahmu diterima disisi-Nya.” (Chrisma, 2011:197)
10 “Apakah Palestine dapat dibebaskan, Kita harus terus berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberi Jalan.” (Chrisma, 2011:252)
11 ‘“Jangan bersedih. Ayahku juga pasti baik-baik di sana. Kita sama-sama berdoa pada Allah agar penderitaan ini lekas berakhir”’ (Chrisma, 2011:262)
12 ”Jauh lebih baik jika ka uterus berharap dia hidup dan mendoakan nya di tiap sujudmu pada Tuhan.” (Chrisma, 2011:315)
13 “Semua orang terlihat kocar-kacir. Beberapa memunajatkan doa untuk menenngkan diri, beberapa melakukan salat dan bermunajat pada Allah agar diselamatkan dari naksi kekejian tentara-tentara Israel yang sama sekali tidak mengenal ampun.” (Chrisma, 2011:333)
37
Adapun yang menunjukkan nilai tawakal pada novel ini adalah ketika
Palestine menengadahkan wajahnya kelangit berharap Tuhan
sewaktu-waktu dapat menghentikan peperangan dan meredam amukan bom, rudal
yang membabi buta. Kutipan dalam novelnya yaitu:
“Palestine menengadahkan wajahnya ke atas langit. Kini, ia suka sekali menatap langit, tak kenalwaktu. Tak jua pagi, siang, sore, sampai malam pun ia sering kali terlihat mengankat wajahnya mengarah pada sang langit. Berharap pada Sang Khalik yang sewaktu-waktu dapat menghentikan peperangan dan meredam amukan bom, rudal yang membabi buta.” (Chrisma, 2011:23)
Dari kutipan yang lain juga dipaparkan tentang tawakal:
“Sarah hanya berharap sang Khalik memberikan perlindungan dan keselamatan untuknya. Berkali-kali ia mentasbihkan nama-nama Allah yang mana interogator-interogator itu it terus mentertawakannya.” (Chrisma, 2011:154)
Nilai-nilai tawakal yang terdapat dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
telah penulis rangkum dalam tabel di bawah ini:
1 ‘”Ini benar sumpah demi Allah yang menggenggam diriku ditangan-Nya. Pemimpin kita baru mengumumkan kabar ini.”’ (Chrisma, 2011:62)
2 “Ya Allah, apakah memang benar semua ini adalah takdir untuk kami?” (Chrisma, 2011:19)
3 “Tidak ada yang tahu tentang takdir manusia.” (Chrisma, 2011:36)
4 “Tetapi, jika Tuhan tak menghendakinya, tentunya sekeras apapun
kalian ingin berjuang dijalan Allah untuk menjadi Hamas, tk akan pernah sampai” (Chrisma, 2011:111)
5 ‘”Kak Palestine, kau akan selalu dilindungi Allah”’ (Chrisma, 2011:194)
38
1 “Janji Allah takakan pernah salah.” (Chrisma, 2011:36)
2 “Allah selalu menyertai hamba-Nya yang baik dan selalu di jalan-Nya.” (Chrisma, 2011:127)
3 ‘”Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dicintai Allah, daripada orang mukmin yang lemah”’ (Chrisma, 2011:132)
4 ‘”Janagan kak. Ruh Shahd sudah bersama Allah,”’ (Chrisma, 2011:146)
5 “Jadi, Shad sudah bersama Allah dan malaikat-malaikat” (Chrisma, 2011:147)
6 “Hanya kebesaran Allah yang memberikan warna-warni kehidupan pada awan putih, matahari, bulan, juga bintang.” (Chrisma, 2011:235)
7 “Ayah, Ali Ra. Pernah berkata,” Ketika sedang ditimpa kesulitan,
yakini bhwa jalan keluar segera tiba. Ketika musibah dan cobaan menghimpit, yakini dibelakangnya sudah menunggu kelapangan.””
(Chrisma, 2011:267)
8 “Allah melindungi anak-anak seperti mereka, calon penerus genersi Palestina. Tidak boleh mati semudh itu.” (Chrisma, 2011:313)
9 “Percayalah pada Sang Semesta bahwa aku akan bik-baik saja.” (Chrisma, 2011:320)
10 ‘”Allah telah memberikan jalan kembli untuk mu, Menantuku.”’ (Chrisma, 2011:326)
11 “Rupanya, Allah lebih menjanjikan mereka di dalam surga mengalir sungai-sungai didalamnya” (Chrisma, 2011:341)
12 “Yang dimiliki Tuhan adalah suara-suara kebaikan untuk kebaikan seluruh umat manusia.” (Chrisma, 2011:91)
39
1 “Palestine baru saja membasuh wajahnya dengan air wudhu dan hendak mengikuti salat berjamaah di masjid saat kumandang adzan subuh tiba.” (Chrisma, 2011:41)
2 ‘Palestine mendengar suara imam yang tengah bertakbir,”Allahu Akbar.”’ (Chrisma, 2011:197)
3 “Salat Tahajjud dan sunnahlainnya tak akan pernah lupa, walau ia masih merasa sedikit sakit ketika bersujudterlalu lama karena dadanya yang baru saja tertembus peluru itu rupanya belum sembuh total dan menyisakan ngilu-ngilu jika ia tengah merasa kedinginan.” (Chrisma, 2011:266)
g. Jihad fi sabilillah
1 “Melawan Bani Israel dan semua Hamas yang berjuang, berjihad untuk bangsa Palestina” (Chrisma, 2011:14)
2 “Tidak, impian Palestine tidak boleh musnah! Aku harus berjuang, walau tanpa daya” (Chrisma, 2011:15)
3 ‘”Aku, aku ingin menjadi tentara… karena aku ingin membela bangsaku.”’ (Chrisma, 2011:117)
4 “Aku akan berjihad sendiri, jika Resti tidak ingin ikut bersamaku menuju tanah suci, Palestina.” (Chrisma, 2011:243)
5 “Aku demi Allah! Restu akan berjihad untuk Palestina.” (Chrisma, 2011:244)
6 “Bismillah!
Restu kan berjihad! Mati pun tak mengapa.” (Chrisma, 2011:244)
7 “Relawan-relawan itu berani mati jika sewaktu-waktu tentara-tentara Israel menembak mereka secara membabi-buta.” (Chrisma, 2011:288)
40
1 “Ketabahan Palestine itu mengundang seorang pemuda yang kala itu juga baru saja kehilangan ayah dan ibunya.” (Chrisma, 2011:20)
2 “Palestine, jika suatu hari nanti kau saksikan anggota keluargamu mati di hadapanmu, janganlah pernah menangis sampai suaramu terdengar hingga membuat orang lain tertular untuk ikut menangis.” (Chrisma, 2011:20)
3 “jangan kau meratapi keluargamu, entah munkin ayah, ibu, ahmed serta Zaenab. Sebab jika begitu, artinya kau tidak bisa menerima kuasa Allah atas takdir yang telah diberikan kepada mereka.” (Chrisma, 2011:20)
4 “untuk apa aku harus bersedih seperti kamu dan mereka, jika aku pun tidak tahu apakah setelah menit ini dan esok masih bisa hidup.” (Chrisma, 2011:22)
5 ‘“Janagan bersedih. Ayahku juga pasti baik-baik di sana….”’ (Chrisma, 2011:262)
i. Bersyukur
Bersyukur dapat diartikan berterimakasih atas semuanya yang Allah
berikan. Tanda bersyukur dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanni Chrisma W. terdapat pada kata ”Alhamdulillah” serta “Syukurlah”.
Kutipan tanda bersyukur di antranya yaitu:
1 ‘“"Alhamdulilla. Palestine berjoget-joget senang tak karuan. Membuat Adeeba tertawa tergelak-gelak karena melihat kelucuan dari diri Palestine yang hanya bisa dilihatnya sendiri.”’ (Chrisma, 2011:162)
2 ‘”Benarkah? Alhamdulillah, kalau begitu saya akan memanggil dokter dulu.”’ (Chrisma, 2011:177)
3 ‘”Alhamdulillah. Palestine”’(Chrisma, 2011:127)
4 ‘”Syukurlah, aku cemas sekali memikirkannya.”’ (Chrisma, 2011:169)
41
2. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia
a. Mengucapkan dan menjawab salam
1 ‘”Assalamualaikum,” sapa pemuda itu sambil meringis menahan sakit ditangan dan lutut.”’ (Chrisma, 2011:21)
2 ‘“waalaikumsalam.”“dimana ayahmu? ”’(Chrisma, 2011:21)
3 ‘”Assalamualaikum, Fasakh. Aku membawa Palestine.”’ (Chrisma, 2011:190)
4 ‘”Assalamualaikum, Adeeba,” sapa Yanaan,tetapi tidak ada sahutan dari gadis kecil itu….”’ (Chrisma, 2011:190)
5 ”Hai selamat datang, Phapillion dan Theodore.” (Chrisma, 2011:206)
6 ‘”Assalamualaikum, Kak Yanaan!” sapa gadis itu kembali
melempar punggung Yanaan dengan baru kerikil.”’(Chrisma, 2011: 294)
7 ‘”Assalamualaikum,” Hai bagaimana kabarmu? Yahded apa kau
baik-baik saja?”’ (Chrisma, 2011:324)
8 ‘“Wa… waalaikumsalam, Saudaraku seiman. Kau siapa? ” (Chrisma, 2011:324)
b. Birrul Walidain
1 “Aku belum sempat mengatakan kalau aku sangat menyanginya.”
(Chrisma, 2011:276)
2 “Sebuah cincin yang selalu melekat di jari manis seorang wanita yang sangat dikagumi dan dihormatinya” (Chrisma, 2011:13).
Wanita yang memakai cincin tersebut tak lain adalah ibundanya.
3 “Baik- baik disana , Ayah, Palestine mencintaimu…, muach!”
42 c. Peduli
1 “Untuk keselamatanmu, kalau sewaktu-waktu ada tentara israel hendak mencelakaimu, Palestine.” (Chrisma, 2011:33)
2 ‘“Maaf nyonya. Putri anda sudah meninggal dunia , sudah tidak bisa diselamtakan lagi”, ucapnya pelan sambil meletakkan tangan kanannya kedada sebelah kiri untuk menyatakan rasa dukanya atas kematian bayi sang ibu.; (Chrisma, 2011:35)
3 “Tiba-tiba ia didatangi seseorng yang yang menyodorkan kain selimut padanya.” (Chrisma, 2011:37)
4 ‘”Yanaan, tolong naikkan Adeeba kepunggungku, kita harus membawanya jauh dari sini, cepat! Kita harus bersembunyi.”’ (Chrisma, 2011:78)
5 “Air matanya mengalir pelan saat melihat korban anak-anak dan balita terkena percikan bom fosfor dan jatuh tergeletak tak bernyawa,ditangisi oleh ayah dan ibu mereka.” (Chrisma, 2011:86)
6 “Kumari tidak meminta kalian untuk mejadi pejihad-pejihad yang berani mati seperti mereka, tetapi sumbangkanlah apa yang kau punya untuk mereka.” (Chrisma, 2011:86)
7 “Bahwa sebenarnya ia merasa mendapatkan bisikan didalam telinga dan hatinya dan tergerak untuk memberi rasa simpati juga empati bagi korban Palestina.” (Chrisma, 2011:100)
8 “Ayah, aku hanya menginginkan sifat kemanusiaan dan sikap kemanusiaan dari mereka. Setidaknya memberkan rasa simpatidan empati bahwa kita tak patut untuk bersenag-senang seperti ini, sementara disana ada keluarga kita yang jauh lebih menderita. Menderita sekali, kehilangan ayah dan ibu, anak mereka, semuanya!” (Chrisma, 2011:101)
9 “Tapi, aku berjnji kan melindungimu, Palestine” (Chrisma, 2011:116)
10 “Bagaimana dengan dia? Gadis itu, Palestine? Apa dia baik-baik saja?” (Chrisma, 2011:135)
43
12 ‘”Iya, Palestine. Ini ayah, bagaimana keadaanmu? Apa kau merasakan sakit?” Tanya Yahded cemas dan sedih ketika ia menatap balutan perban di dada Palestine.’ (Chrisma, 2011:176)
13 ‘”Bangun, Palestine!” bentaknya pelan. Sampai kemudian, pemuda itu memutuskan untuk membawa gadis itu keluar dari rumah sakit karena takut kalau rumah sakit itu nantinya menjadi korban ledakan bom untuk kesekian kalinya.’ (Chrisma, 2011:188)
14 ‘”Palestine, kau sudah sadar? Apa kau baik-baik saja?”’ (Chrisma, 2011:195) Yanaan mencemaskan kondisi Palestine.
15 “ Lelaki itu, Phapillion Bonasacha dan Theodore, selama hampir dua puluh hari, melakukan aksi galang dana untuk korban-korban Palestina melalui jejaring dunia maya dan mendapatkan uang sumbangan sebesar lima ratus juta dari banyak pengguna jejaring social.” (Chrisma, 2011:203)
16 “Ia memeluk Palestine dengan dengan penuh rasa kasih sayang dan menepuk punggungnya.” (Chrisma, 2011:287)
d. Memotivasi
Seorang pemimpin perang memberikan motivasi kepada Yahded berikut
kutipannya: