DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK
SEKTOR USAHA PERIKANAN
Tantangan dan Hambatan
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
PEMBERANTASAN ILLEGAL, UNREPORTED, AND UNREGULATED FISHING
Direktorat Jenderal Pajak
O U T L I N E
I.
PENERIMAAN NEGARA
II.
TANTANGAN DAN HAMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Direktorat Jenderal Pajak
I.1. Penerimaan Negara
330,4 353,3 354,8 398,6 255,6 262 874 980 1.077 1.147 1.240 1.285 72,5% 73,6% 75,5% 74,2% 82,9% 83,1% 27,5% 26,4% 24,5% 25,8% 17,1% 16,9% 0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% 120,0% 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PNBP Penerimaan Perpajakan Kontribusi Penerimaan Perpajakan Kontribusi PNBP
(dalam triliun rupiah)
Direktorat Jenderal Pajak
I.2. Kontribusi Pajak dan PNBP Sektor Usaha Perikanan
Sumber: Dashboard Penerimaan DJP pertanggal 6 Juli 2017
No Uraian 2016 2015
1 Penerimaan Sumber Daya Alam 25% 40%
a Pendapatan Minyak Bumi 12.01% 18.78%
b Pendapatan Gas Alam 4.83% 11.81%
c Pendapatan Pertambangan Umum 6.02% 6.92%
d Pendapatan Kehutanan 1.43% 1.63%
e Pendapatan Perikanan 0.14% 0.03%
f Pendapatan Pertambangan Panas Bumi 0.36% 0.35% 2 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 14% 15%
3 Penerimaan Badan Layanan Umum 16% 14%
4 PNBP Lainnya 45% 32%
Total Nasional 100% 100%
No Uraian 2015 2016 2017*)
1 Industri Pengolahan 27% 26% 28%
2 Perdagangan 15% 15% 17%
3 Jasa Keuangan dan Asuransi 15% 12% 14% 4 Pertambangan dan Penggalian 10% 7% 9%
5 Konstruksi 6% 5% 4%
6 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2% 1% 2%
a Pertanian 1.76% 0.86% 1.76%
b Kehutanan 0.22% 0.13% 0.22%
c Perikanan 0.02% 0.01% 0.02%
7 Sektor Lainnya 25% 34% 26%
Total Nasional 100% 100% 100%
PENERIMAAN PERPAJAKAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
Direktorat Jenderal Pajak 163 184 211 245 289 317 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDB Sektor Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku (dalam triliun rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik, MPN dan Pajak Dalam Angka, DJP
Catatan :
*) Total penerimaan pajak perikanan lainnya adalah dari Wajib Pajak KLU Perikanan (Industri Pengolahan dan Perdagangan Perikanan)
**) Total Penerimaan Pajak Sektor Perikanan dibandingkan PDB Sektor Perikanan.
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Penerimaan Pajak Sektor Perikanan - Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya - Perikanan Lainnya* 286,0 M 18,9 M 28,5 M 238,6 M 386,1 M 44,6 M 51,6 M 289,9 M 502,5 M 69,3 M 42,6 M 391,2 M 730,1 M 90,9 M 71,5 M 567,7 M 941,8 M 75,1 M 86,2 M 780,5 M 839,5 M 49,0 M 76,8 M 713,7 M
Tax Ratio Perikanan** 0,18% 0,21% 0,24% 0,30% 0,33% 0,26% Tax Ratio Nasional 11,2% 11,4% 11,3% 10,8% 10,7% 10,3%
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Direktorat Jenderal Pajak
SUMATERA
27.312
472
II.1. Wajib Pajak yang Tersebar di Seluruh Indonesia
SULAWESI
12.870
151
JAKARTA
3.780
581
KALIMANTAN
7.975
48
PAPUA & MALUKU
1.474
63
JAWA NON JAKARTA40.799
438
Sumber : Masterfile Wajib Pajak
BALI & NUSRA
3.755
97
97.965 WP dengan KLU Perikanan meliputi: Perikanan Tangkap, Budidaya, Industri Pengolahan dan Perdagangan Perikanan
Direktorat Jenderal Pajak
II.2. Kepatuhan Pelaporan Pajak yang Masih Rendah
13505 13992 16105 19448 18780 86310 85823 83710 80367 81035 2012 2013 2014 2015 2016
Lapor SPT Tidak Lapor
16% 86% 14% 14% 19% 19% 86% 84% 81% 81% 2016 KB NIHIL NIHIL 60% KB 40% Pelaporan SPT Tahunan PPh
Direktorat Jenderal Pajak
II.3. Jumlah WP yang Mengikuti Program Tax Amnesty, Masih Sangat Rendah
24.720 miliar 85 miliar 1.940 miliar
Pengungkapan Harta
26.74 Triliun
Deklarasi DN Deklarasi LN Repatriasi
7294 SPH
6903 Wajib Pajak
(6.92% dari WP Perikanan)
268.5 Miliar Uang Tebusan
Direktorat Jenderal Pajak
II.4. Keterbatasan Data Perpajakan
No. Jenis Data (dari KKP) Periode Jumlah Data
1. Perizinan – SIPI dan SIKPI ( di atas 30
Gross Tonage) 2010-2015 22.541 Baris
2. Data Pungutan Hasil Perikanan (PNBP) 2011-2015 23.112 Baris atau 2.369 Subjek
3. Data Pendaratan Ikan 2014-2015 127.270 baris atau 1.740 Subjek
4. Data Pendaratan Ikan 2011-2016 7 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
5. Data Kepemilikan Kapal Ikan 2010-2014 9.459 Baris
Catatan:
Belum seluruh data penangkapan ikan atas seluruh Wajib Pajak yang bergerak di sektor usaha perikanan, diperoleh Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak
II.6. Modus Penghindaran Pajak
No. Proses Bisnis Jenis Modus
1. Perizinan (Pra Operasi)
- Menggunakan NPWP tidak valid/pihak lain - Mengajukan izin atas nama pihak lain
- Markdown harga perolehan kapal
- Sumber dana perolehan kapal/pemilik kapal (pemodal) yang tidak jelas - Markdown ukuran kapal
2. Penangkapan - Tidak membuat dan atau melaporkan Logbook
- Penerapan metode bagi hasil yang tidak tepat 3. Pendaratan Ikan - Tidak mendaratkan di pelabuhan yang ditunjuk
- Markdown Volume dan atau Nilai Produksi 4. Pemasaran Ikan - Tidak ada identitas pada Bukti Potong PPh 22
- Industri/Eksportir tidak memungut PPh 22 - Ekspor menggunakan nama pihak lain
5. Laporan Keuangan - Markup biaya harga pokok produksi/penjualan (Pembelian, Biaya BBM, Biaya Logistik, dll)
- Pembebanan biaya Non-Deductable (Biaya Sumbangan, Biaya Bagi Hasil)
- Tidak melaporkan penghasilan diluar usaha (keuntungan penjualan Aktiva)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Direktorat Jenderal Pajak
III.1. Sinergi Pengawasan
1. Due Diligence
• Program Due Diligence atas permohonan baru
/
perpanjangan
ijin
perikanan
dengan
melibatkan Direktorat Jenderal Pajak, telah
dilaksanakan sebanyak 5 kali pada periode
Agustus 2016 – Januari 2017 atas 331 Wajib
Pajak dan 160 Kapal;
• Temuan
Due Diligence
telah diturunkan ke
KPP dan sebagian WP telah ikut program
Amnesti Pajak.
2. Joint Analysis
• Pada tahap awal (
Pilot Project
) terdapat 76
Wajib Pajak yang akan dilakukan analisis
bersama dengan Satgas Pemberantasan
Illegal
Fishing
115
• Kegiatan
pengamatan
lapangan
akan
dilakukan bersama antara DJP dengan Satgas
115 dan Tim KKP serta Tindak lanjut atas hasil
analisis tersebut dilaksanakan oleh DJP dan
KKP sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing
Direktorat Jenderal Pajak
III.2. Sinergi Pengawasan (
Due Diligence
)
Due Diligence
• Due Dilegence adalah kegiatan pengujian tuntas dan penilaian atas kelayakan pemohon usaha perikanan dengan 3 (tiga) kriteria : Aspek Integritas, Aspek Kepatuhan Perpajakan dan Aspek Keuangan / Permodalan;
• Program Due Diligence atas permohonan baru / perpanjangan ijin perikanan dengan melibatkan Direktorat Jenderal Pajak, telah dilaksanakan sebanyak 5 kali pada periode Agustus 2016 – Januari 2017 atas 331 Wajib Pajak dan 160 Kapal;
Temuan
• Semua pemohon izin telah memiliki NPWP;
• Sebagian besar pemohon izin melaporkan SPT Tahunan PPh hanya sebatas kepatuhan formal, sedangkan secara material terdapat pelaporan penghasilan dan harta yang tidak wajar;
• Beberapa kapal bukan milik sebenarnya pemohon izin. Pemilik sebenarnya (Benefecial
Owner) adalah suami/ saudara/ paman/
keluarga/ pihak lainnya;
• Terdapat mark down harga perolehan kapal dan
mark down gross tonnage (GT) kapal sehingga berpengaruh pada pencatatan jumlah penghasilan dan pelaporan harga perolehan kapal di SPT Tahunan PPh.
Direktorat Jenderal Pajak
III.3. Sinergi Pengawasan (Joint Analysis)
PROGRAM
• Pada
tahap
awal
(
Pilot
Project
)
terdapat 76 Wajib Pajak yang akan
dilakukan analisis bersama dengan
Satgas
Pemberantasan
Illegal
Fishing
115
• Kegiatan pengamatan lapangan akan
dilakukan
bersama
antara
DJP
dengan Satgas 115 dan Tim KKP
serta Tindak lanjut atas hasil analisis
tersebut dilaksanakan oleh DJP dan
KKP sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing
ANALYSIS
• Terdapat 10%-20% Wajib Pajak yang
belum
melaporkan
SPT
Tahunan
PPh dalam 5 tahun pajak terakhir.
• Rata-rata
presentase
Net
Profit
margin
(NPM)
5
tahun
terakhir
adalah 5%-6% kecuali pada tahun
2015 rata-rata NPM adalah minus
5%.
• CTTOR hanya sebesar 0,7%-1,3%
dalam periode 5 tahun terakhir.
Direktorat Jenderal Pajak
IV. U S U L A N
1. Tax Cleareance (Surat Keterangan Fiskal) perlu diterapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
pada proses perizinan baru maupun perpanjangan perizinan baik ditingkat pusat maupun daerah.
2. Untuk Optimalisasi Penerimaan Pajak sektor perikanan diperlukan data dan informasi sebagai alat uji kewajaran pelaporan SPT Tahunan PPh, antara lain :
a. Sebelum Penerbitan Izin:
- Data dan informasi kepemilikan kapal yang sebenarnya (Benefecial Owner) baik di tingkat pusat maupun daerah;
- Ukuran Gross Tonnage(GT) kapal yang sebenarnya;
- Harga riil kapal dan sumber dana perolehan kapal (modal sendiri, usaha bersama/patungan, modal pinjaman bank/pihak ketiga).
b. Setelah Penerbitan Izin (Saat Kapal Beroperasi) :
Data produksi penangkapan ikan baik di level pusat maupun daerah yang meliputi data antara lain :
- Data Logbook (Lembar isian oleh Nahkoda Kapal tentang aktifitas kapal penangkapan dan
pengangkutan ikan dalam melakukan operasional kegiatannya);
- Data Hasil Pendaratan Ikan;
- Data Laporan Kegiatan Penangkapan (LKP); - Data Laporan Kegiatan Usaha (LKU);
- Data Pungutan Hasil Perikanan PNBP*).
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK