IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
GODEAN KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Ani Galih Pratiwi
NIM: 151134044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
GODEAN KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Ani Galih Pratiwi
NIM: 151134044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Peneliti persembahkan karya tulis ini
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan
semangat spiritual dalam mengerjakan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai “Bapak Sri Widodo dan Ibu Haniah” yang telah memberikan kasih sayang dan cinta kasihnya dengan
penuh ketabahan dan kesabaran, serta selalu memberikan semangat dan
dukungan berupa material maupun spiritual.
3. Adikku Intan Berliana dan Adik Sepupuku Jelita Dinda Paulina yang selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam membuat karya tulis ini.
4. Dosen pembimbing Bu Ika dan Bu Kintan yang telah sabar dan tekun dalam
membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.
5. Teman-teman kelompok payung.
6. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dalam susah
maupun senang.
v MOTTO
“Tidak ada orang sukses yang bermalas-malasan, sebab keberhasilan hanya ada di tangan orang-orang yang menjalani hidup dengan penuh kesungguhan”.
(Ani Galih Pratiwi)
“Sopo sing temen bakal Tinemu”. (Falsafah Jawa)
“Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal hari ini”. (Will Rogers)
“Jangan menunggu.Takkan pernah ada waktu yang tepat”. (Napoleon Hill)
“Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil harus lebih besar dari ketakutanmu akan kegagalan”.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Februari 2019
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ani Galih Pratiwi
Nomor Mahasiswa : 151134044
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 12 Februari 2019 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
GODEAN KABUPATEN SLEMAN Ani Galih Pratiwi
Universitas Sanata Dharma 2019
Latar belakang penelitian ini adalah lemahnya karakter anak bangsa sehingga dirancanglah program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat, kelas, dan budaya sekolah oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, 2) mendeskripsikan upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kebupaten Sleman.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan VI Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman yang berjumlah 132 guru. Sampel dalam penelitian ini adalah 97 guru yang ditetapkan melalui tabel Krejcie dan Morgan dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sekolah dasar se-Kecamatan Godean sudah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat. Berdasarkan pada instrumen checklist Implementasi yang tertinggi terjadi pada kerjasama sekolah dengan orang tua siswa atau paguyuban orang tua siswa sebesar 90% responden, sedangkan implementasi yang terendah terjadi pada kerjasama sekolah dengan masyarakat sipil pegiat pendidikan sebesar 28% responden, 2) Upaya yang dilakukan sekolah dasar se-Kecamatan Godean dalam mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat masih ditemukan beberapa aspek yang belum dilaksanakan secara maksimal. Berdasarkan pada data, upaya sekolah dalam mengimplementasikan program PPK berbasis masyarakat antara lain kerjasama dengan orangtua siswa membentuk paguyuban wali murid, komunitas keagamaan, pengelola kebudayaan, lembaga pemerintah seperti kepolisian dan puskesmas, masyarakat sipil pegiat pendidikan, dengan lembaga bisnis dan perusahaan, dan lembaga penyiaran media.
ix
ABSTRACT
IMPLEMENTING COMMUNITY-BASED CHARACTER EDUCATION SUPPORT PROGRAM IN ELEMENTARY SCHOOLS OF GODEAN DISTRICT, SLEMAN
REGENCY
Ani Galih Pratiwi Sanata Dharma University
2019
The conduct of the study is encouraged by the fact that the character education in the national level has been weak. Therefore, in order to strengthen the character education a community-based, school-based and school culture-based character education support program should be designed by government. With regards to the premise, the study aims at: 1) identifying the implementation of Community-Based Character Education Support Program in elementary schools of Godean District, Sleman Regency; and 2) describing the efforts of implementing the Community-Based Character Education Support Program in elementary schools of Godean District, Sleman Regency.
The nature of the study is descriptive quantitative research using survey method. When the study was conducted, the population was 132 teachers from Grade I until Grade VI of elementary schools throughout Godean District, Sleman Regency. Then, 97 teachers were selected as the sample by means of Krejcie and Morgan table with simple random sampling technique. The data were gathered by means of questionnaire distribution and the questionnaire itself consisted of open-ended and closed-ended questions. After the data had been gathered, the data were analysed by means of descriptive analysis.
The results of the study show two main findings. First, all elementary schools in Godean District, Sleman Regency, have implemented the Community-Based Character Education Support Program. Based on the checklist instrument, the highest implementation is found in the cooperation between the schools and the parents and also in the cooperation between the schools and the school committee (as having been stated by 90.00% of the respondents). On the contrary, the lowest implementation is found in the cooperation between the schools and educational activists (as having been stated by 28.00% of the respondents). Second, within the implementation of Community-Based Character Education Support Program throughout the elementary schools in Godean District, Sleman Regency, there are several aspects that have not been maximally performed. Based on the data that have been gathered, the efforts of the schools in implementing the Community-Based Character Education Support Program are reflected in the cooperation between the schools and the parents through the establishment of school committee, the cooperation between the schools and the religion communities, the cooperation between the schools and cultural institution caretakers, the cooperation between the schools and the state institutions such as police departments and public health centres, the cooperation between the schools and the educational activists, the cooperation between the schools and the business institutions and the companies and also the cooperation between the schools and the broadcast media.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan
Karakter Berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman” dengan lancar.
Adapun skripsi ini ditulis guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S.Pd.) di Universitas
Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa tanpa ada bantuan, bimbingan, arahan
dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat disusun, maka dari itu
dalam kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Univeristas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
memberikan dorongan, nasihat, dan memberikan motivasi dalam penelitian
skripsi ini.
5. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran
xi
6. Bapak Odo Hadinata, M.Pd. Selaku Tim Pengembangan Program Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta.
8. Kepala Sekolah dan guru SD Negeri kelas 1 sampai dengan 6 se- Kecamatan
Godean, yang telah memberikan izin dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
9. Kedua orangtua saya Bapak Sri Widodo dan Ibu Haniah serta bulek, paklek,
bude dan pakde yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan banyak dukungan baik materi maupun moril berupa doa, kasih
sayang, semangat dan perhatian untuk mendorong saya dalam penelitian ini.
10.Adik-adik yang luar biasa Intan Berliana dan Jelita Dinda Paulina serta kakak
sepupu saya Dewi Novitasari serta Keluarga peneliti yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih
sayang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) dan dosen-dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang telah
membimbing dan mengajarkan beberapa matakuliah yang sangat membantu
saya dalam menyusunan skripsi ini.
12.Rekan-rekan payung kecil saya Dwita Safitri dan Richardo Wahyu Tharindra
yang terus saling menguatkan, memberi motivasi dan saling membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini.
13.Teman-teman satu bimbingan skripsi yang menjadi teman diskusi dan berbagi
xii
14.Teman-teman terbaikku Anis, Vivi, Uul, Tata, Sasa, Agatha, Rana, Anggun,
Yosie yang selalu mendukung dengan kritik dan saran, memberikan perhatian,
dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
15.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2015
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan
pengalaman di masa perkuliahan saya.
16.Seluruh teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang
selalu berbagi informasi dan pengalamannya dalam penyusunan skripsi.
17.Teman-teman Kelatnas Perisai diri Yogyakarta.
18.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Yogyakarta, 12 Februari 2019
Peneliti
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv
HALAMAN MOTTO……… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. vii
ABSTRAK……….. viii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Identifikasi Masalah………. 9
C. Batasan Penelitian……… 9
D. Rumusan Masalah……… 10
E. Tujuan Penelitian………. 10
F. Manfaat Penelitian………... 10
G. Definisi Operasional……… 11
BAB II LANDASAN TEORI……… 14
A. Kajian Pustaka………. 14
1. Karakter………. 14
2. Pendidikan……….. 15
3. Pendidikan Karakter………... 17
4. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)………... 19
5. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat………. 21
6. Nilai Karakter………. 24
7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK……… 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan………. 32
C. Kerangka Berpikir……… 39
D. Hipotesis Penelitian………. 41
BAB III METODE PENELITIAN………... 43
A. Jenis Penelitian………. 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 44
1. Waktu Penelitian……… 44
2. Tempat Penelitian……….. 45
C. Populasi dan Sampel……… 47
1. Populasi……….. 47
xiv
D. Variabel Penelitian………... 53
E. Teknik Pengumpulan Data………... 53
1. Kuesioner………... 53
2. Wawancara………. 54
3. Studi Dokumenter……….. 55
F. Instrumen Penelitian……… 56
G. Teknik Pengujian Instrumen……… 63
H. Teknik Analisis Data……… 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 74
A. Hasil Penelitian……… 74
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian……….. 74
2. Deskripsi Responden Penelitian……… 76
3. Deskripsi Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean……… 77
B. Pembahasan……….. 98
BAB V PENUTUP……….. 105
A. Kesimpulan………... 105
B. Keterbatasan Penelitian……… 106
C. Saran………. 106
DAFTAR PUSTAKA………. 108
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi nilai Pendidikan Karakter Nasional……... 28
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………... 44
Tabel 3.2 Daftar Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean………… 46
Tabel 3.3 Populasi Penelitian………. 47
Tabel 3.4 Krejcie dan Morgan………... 49
Tabel 3.5 Sampel Penelitian dan Populasi Tiap Sekolah………... 50
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan soal Checklist Instrumen Penelitian……. 58
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pertanyaan Soal Essai Instrumen Penelitian……….. 59
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara………. 61
Tabel 3.9 Daftar Cek Dokumentasi………... 62
Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima……… 65
Tabel 3.11 Modifikasi Nilai Skala Lima..……….……….. 65
Tabel 3.12 Kriteria Skor Skala Lima..………. 67
Tabel 3.13 Rekapitulasi Validitas Instrumen………... 68
Tabel 3.14 Hasil Validasi Muka……….. 69
Tabel 4.1 Daftar SD yang diteliti………... 75
Tabel 4.2 Instrumen Soal Checklist……….. 78
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, dan Olah
Rasa/Karsa……….... 20
Gambar 2.2 Kegiatan Wajib Kunjungan Museum ke Museum Bahari…………. 23 Gambar 2.3 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan……… 38 Gambar 4.1 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
Berbasis Masyarakat di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar
Se-Kecamatan Godean………... 79
Gambar 4.2 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 1……… 80
Gambar 4.3 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 2………. 81
Gambar 4.4 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 3………. 82
Gambar 4.5 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 4………. 82
Gambar 4.6 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 5………. 83
Gambar 4.7 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 6………. 84
Gambar 4.8 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
soal 7………. 85
Gambar 4.9 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma……….. 113
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik……….. 114
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kecamatan Godean………... 115
Lampiran 4. Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik………... 116
Lampiran 5. Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman………..……… 117
Lampiran 6. Coding Data 20 Sekolah Dasar Negeri………..……….. 118
Lampiran 7. Rekap Data Implementasi Instrumen Checklist……… 120
Lampiran 8. Rekap Data Implementasi Instrumen Essai………. 123
Lampiran 9. Kisi-kisi Instrumen Soal Checklist………. 127
Lampiran 10. Kisi-kisi Instrumen Soal Essai………... 128
Lampiran 11. Identitas Responden dan Surat Pengantar Instrumen…..…… 129
Lampiran 12. Soal Checklist dan Essai………... 131
Lampiran 13. Permohonan Izin Validasi Ahli………... 135
Lampiran 14. Data Mentah 10 Validasi Ahli………..…... 136
Lampiran 15. Hasil Rekap Validasi Instrumen Soal………..……... 166
Lampiran 16. Hasil Validasi Instrumen Soal Checklist dan Essai………… 168
Lampiran 17. Daftar Cek Dokumentasi Data……… 170
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan
penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu dari misi
berdirinya Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Usaha untuk mewujudkan tujuan nasional
tersebut telah tercantum dalam Undang-Undang Nasional Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui sekolah-sekolah
formal, informal maupun sekolah non-formal (Kurniawan, 2013: 103-104).
Secara hakikat, pendidikan adalah proses pembentukan manusia muda
menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah pikir, olah rasa, olah
jiwa, dan olah raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dan dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, kebebasan dan
menyenangkan. Pengembangan pendidikan bukan hanya mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja,
sebagai manusia yang memiliki dimensi individual dan sosial, memiliki akal
budi, kehendak bebas dan hati nurani (Samho, 2013: 14), sehingga pendidikan
merupakan salah satu wadah yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dimana pendidikan mampu memanusiakan manusia (Prayitno, 2009: 24).
Rendahnya mutu pendidikan di tanah air ini cenderung
dibesar-besarkan dan kurang didalami faktor-faktor yang melatarbelakanginya
(Prayitno, 2009: 1). Masalah-masalah pendidikan tersebut hanya diangkat
kepermukaan tetapi tidak diidentifikasi secara mendalam sehingga mutu
pendidikan akan terus mengalami penurunan. Sistem pendidikan yang lebih
menekankan aspek intelektualitas, tetapi kurang memperhatikan aspek
pembentukan karakter pribadi, pendidikan nilai, dan kepekaan serta tanggung
jawab sosial. Akibatnya para lulusan hanya memiliki keunggulan di bidang
akademis, tetapi miskin karakter, buta nurani, tidak memiliki kepedulian
terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Samho, 2013: 13).
Pendidikan karakter merupakan sebuah bentuk kegiatan maupun
aktivitas manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik
untuk mencapai perilaku dan sikap yang sesuai di masyarakat diperuntukkan
bagi generasi selanjutnya. Peran keluarga sebagai pendidik karakter akan
digantikan oleh peran guru dimana anak tersebut melaksanakan pendidikan.
Kohlberg (dalam Adisusilo, 2011: 1), menyatakan perkembangan kognitif
seseorang yang dibentuk oleh orangtua atau keluarga. Hal tersebut sangat
berhubungan dengan tingkat inteligensi, pengetahuan tentang moral,
kecenderungan harapan akan kondisi moral yang lebih tinggi dan kecakapan
Salah satu butir di dalam Nawacita menyebutkan bahwa Presiden Joko
Widodo akan melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional (Soleman dan Noer, 2017: 1964).
Nawacita merupakan sembilan program prioritas Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang disampaikan saat Pilpres 2014, sehingga
Presiden Joko Widodo menyadari akan pentingnya dan urgensi dari
Pendidikan Karakter di Indonesia. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan yang benar dan lengkap
mengenai karakter; mengenai peran karakter dalam hidup pribadi, bersama
oranglain, dalam komunitas, masyarakat, bangsa dan negara; dan mendapatkan
kecakapan, kemampuan, kompetensi dan profesionalitas untuk melaksanakan
dalam bidang tertentu untuk dilaksanakan dalam hidup nyata
(Mangunhardjana, 2016: 19-20).
Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Manusia
tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Penguatan
pendidikan karakter dalam konteks sekarang menjadi sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Bangsa kita
belakangan ini menunjukkan gejala kemerosotan moral yang amat sangat
parah, mulai dari kasus narkoba, kasus korupsi, ketidakadilan hukum,
pergaulan bebas dikalangan remaja, pelajar bahkan mahasiswa, maraknya
kekerasan, kerusuhan, tindakan anarkis, dan sebagainya, mengindikasi adanya
pergeseran kearah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa (Kurniawan,
2013: 9-10). Pendidikan karakter telah menjadi program nasional dalam
masyarakat Indonesia saat ini yang menyebabkan suburnya penyimpangan
norma hukum, norma sosial hingga norma budaya. Semua ini merupakan
cermin terjangkitnya penyakit sosial yang tengah melanda bangsa Indonesia
sehingga menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan karakter bangsa yang
bersendikan nilai-nilai Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika (Soetanto, dkk,
2013: 1-2).
Kemerosotan nilai-nilai karakter bangsa ini dapat terlihat dalam salah
satu berita yang termuat dalam Tempo.com pada Kamis, 14 September 2017
yang memberitakan bahwa seorang siswa sekolah dasar kelas 6 di Kendari
tewas setelah mengonsumsi obat yang diduga narkoba. Hampir 50 orang yang
mengonsumsi obat diduga narkoba mengalami kejang-kejang dan halusinasi
setelah mengonsumsi obat tersebut. Dalam berita online Sindonews.com pada
Rabu, 15 November 2017 yang memberitakan bahwa Badan Narkotika
Nasional (BNN) menyebut pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta
orang, dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40 persen diantaranya berasal
dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka umumnya pelajar SD hingga
perguruan tinggi. Dari berbagai kejadian dan fenomena yang terjadi,
masyarakat hendaknya juga mengambil bagian penting dalam proses
pendidikan karakter.
Pendidikan nasional harus ditata kembali atau ditransformasi
sedemikian rupa (Hendarman, dkk, 2017: 3). Penataan kembali atau
transformasi pendidikan nasional tersebut dapat dimulai dengan menempatkan
kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional
dibentuklah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan tiga
pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis
masyarakat (Hendarman, dkk, 2017: 4). Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwa pendidikan karakter menjadi sebuah pembelajaran yang
wajib diinternalisasikan sejak dini di semua jenjang pendidikan termasuk dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pembentukan pendidikan karakter
selain dibebankan pada sekolah atau perguruan tinggi. Keluarga dan
masyarakat seharusnya juga punya tugas dan tanggungjawab yang sama dalam
penguatan pendidikan karakter (Kurniawan, 2013: 12). Permendikbud Nomor
20 pasal 1 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan formal menyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerjasama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). Maka dari itu, pendidikan karakter harus terarah
dan terencana, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di
lingkungan masyarakat (Kurniawan, 2013: 13).
Dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 mengatur tentang adanya penguatan
pendidikan karakter. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Satuan
Pendidikan mencangkup tiga basis yaitu berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat. PPK berbasis kelas merupakan sebuah program yang menyisipkan
muatan karakter pada setiap pembelajaran di kelas misalnya melalui integrasi
PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan
iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK antara lain dalam
mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan
pelaku pendidikan dalam menumbuhkan serta mengembangkan budaya
karakter di satuan pendidikan, sedangkan PPK berbasis masyarakat merupakan
sebuah kegiatan yang mengajak dan melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut
mengembangkan serta berkolaborasi dalam pendidikan (Hendarman, dkk,
2017: 27-35). PPK berbasis masyarakat akan menjadi fokus dalam penelitian
ini. Satuan pendidikan diharapkan merancang dan mengimplementasikan
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat untuk
mencapai tujuan dari Program PPK. Implementasi program penguatan
pendidikan karakter berbasis masyarakat merupakan sebuah program sekolah
di satuan pendidikan yang berkolaborasi dan bekerjasama dengan masyarakat,
dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), komunitas dan lembaga pemerintahan
lain dalam upaya mencapai visi dan misinya. Melalui pelibatan masyarakat
diharapkan peserta didik dapat belajar banyak hal yang tidak diajarkan secara
langsung dalam pelajaran di sekolah. Kerjasama tersebut antara lain pengadaan
penyuluhan dari dinas atau lembaga terkait, kunjungan ke cagar budaya dan
museum, melihat budaya atau seniman yang ada di sekitar mereka. Semua hal
tersebut dapat menumbuhkan dan memperkuat karakter anak bangsa, sebab
bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan
dengan kompetensi yang dicapai dengan optimal, yang tumbuh dalam
kehidupan yang baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara
(Hendarman, dkk, 2017: 41).
Lickona (2014: 513), keberhasilan jangka panjang pendidikan karakter
bergantung pada kekuatan-kekuatan di luar sekolah, pada seberapa besar
keluarga dan masyarakat bergabung dengan sekolah dalam upaya bersama
untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan mendukung perkembangan
kesehatan mereka. Masyarakat ikut andil dalam membangun karakter
anak-anak, penting bagi sekolah yang sedang melaksanakan pendidikan nilai untuk
melibatkan tidak hanya orang tua. Keterlibatan masyarakat secara luas sangat
membantu, keterlibatan tersebut membantu mengidentifikasi dan
mendapatkan dukungan untuk nilai-nilai yang harus diajarkan, keterlibatan
tersebut membuka jalan bagi terbentuknya keahlian etis yang berharga di
dalam masyarakat, dan keterlibatan tersebut menginformasikan kepada publik
dan menciptakan publisitas positif atas berbagai upaya yang dilakukan sekolah
dalam bidang ini (Lickona, 2014: 514).
Kekuatan karakter yang dibentuk dalam lingkungan keluarga, sekolah,
dan perguruan tinggi akan semakin baik jika ada dukungan dan dorongan dari
lingkungan masyarakat sekitar. Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan
yang lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan
karakter. Satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar
untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter, misalnya mengadakan sosialisasi
mengenai bahaya narkoba dari Kepolisian sehingga peserta didik mengetahui
bahaya dari narkoba. Berpijak dari tanggungjawab tersebut, lingkungan
mendukung tumbuh kembangnya karakter. Di Indonesia dikenal adanya
konsep pendidikan berbasis masyarakat sebagai upaya untuk memberdayakan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (Kurniawan, 2013: 193).
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat mampu memberikan
bekal karakter yang bermanfaat bagi peserta didik saat ini dan untuk masa
depan dari peserta didik. Program PPK sangat penting untuk peserta didik
dikarenakan dengan adanya program PPK peserta didik mampu beradaptasi
dengan baik di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, menghargai
perbedaan antara sesama teman di sekolah, mencintai kejujuran dan percaya
diri saat adanya tes evaluasi, dan melatih peserta didik menjadi peserta didik
yang memiliki daya juang, kreatifitas, keberanian serta menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk membuat penelitian
mengenai program penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar dengan
mengambil sebuah judul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan
Karakter Berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.” Penelitian ini membahas mengenai kerjasama sekolah
dasar dengan masyarakat di luar lingkungan sekolah dan tidak membahas
mengenai prinsip-prinsip pengembangan dan implementasi Program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), karena penelitian ini meneliti ada atau
tidaknya dan bagaimana implementasi dari Program PPK berbasis masyarakat.
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Godean. Kecamatan
Godean berada di sekitar 10 km sebelah barat daya dari ibukota Kabupaten
Kecamatan Seyegan, Kecamatan Gamping, dan Kecamatan Moyudan. Peneliti
mengambil lokasi di Kecamatan Godean dikarenakan belum ada penelitian
mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis
masyarakat di Kecamatan Godean.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari
penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Karakter anak generasi sekarang mengalami tingkat penurunan yang cukup
memprihatinkan berdasarkan banyaknya anak-anak yang sudah terjerat
kasus kriminalitas.
2. Sistem pendidikan Indonesia yang masih mengutamakan akademis.
C. Batasan Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlalu luas maka masalah yang
diteliti akan dibatasi sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 sampai dengan 6 di satuan
pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman.
2. Penelitian ini tidak terlepas dari kendala yaitu keterbatasan tenaga dan
waktu, maka dari itu peneliti membatasi sampel. Peneliti membatasi sampel
menggunakan teknik simple random sampling.
3. Fokus penelitian pada Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis
D. Rumusan Masalah
Latar belakang masalah dan batasan penelitian yang dikemukakan
melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Masyarakat di
sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman sudah
terimplementasi?
2. Bagaimana upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
berbasis Masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman.
2. Mendeskripsikan upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan
Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean
Kebupaten Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian program penguatan pendidikan karakter berbasis
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan dapat
membantu sekolah dalam meningkatkan implementasi program penguatan
pendidikan karakter di sekolah, sehingga anak memiliki karakter sesuai
yang dicita-citakan.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam menyusun rencana
kegiatan dalam program penguatan pendidikan karakter berbasis
masyarakat, sehingga terbentuknya program-program yang dapat
menunjang terlaksananya penguatan pendidikan karakter.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini merupakan sarana menambah pengalaman dan
informasi peneliti mengenai program penguatan pendidikan karakter
berbasis masyarakat. Peneliti pula dapat belajar dan mengembangkan
pengetahuan mengenai PPK dalam proses penelitian.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Karakter
Karakter merupakan sebuah watak yang dimiliki secara alamiah
oleh seorang individu tanpa dapat terintervensi manusiawi tetapi dapat
benar dimana karakter merupakan sebuah proses yang membentuk nilai
kebaikan itu sendiri.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan
manusia dengan tujuan membimbing dan mengarahkan untuk mencapai
manusia yang bermoral, berbudi pekerti, dan memiliki perilaku serta sikap
yang menjadi kebiasaan yang baik sehingga mampu membangkitkan
penghayatan tentang nilai-nilai (etos) dan bahkan sampai pada
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Program Penguatan Pendidikan Karakter
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program
lanjutan dari Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2017
dengan lima (5) kristalisasi nilai karakter.
4. PPK berbasis Masyarakat
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat
merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan pegiat seni
dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, komite sekolah, orangtua,
LSM, dan dunia industri untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter.
5. Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan
6. Kecamatan Godean
Kecamatan Godean merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia yang berbatasan
dengan Kecamatan Minggir di sebelah Barat, Kecamatan Mlati dan Seyegan
di sebelah Utara, Kecamatan Gamping di sebelah Timur dan Kecamatan
14 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tiga bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu teori
yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
A. Kajian Pustaka 1. Karakter
Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi
manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang
menyertainya. Oleh karena itu, manusia yang berhadapan dengan manusia
yang memiliki karakter tidak dapat ikut campur tangan terhadap pemilik
karakter tersebut (Maksudin, 2013: 1).
Rutland (dalam Hidayatullah, 2010: 12), mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata Bahasa latin yang berarti “pahat”. Karakter,
gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup
tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Secara harfiah karakter
artinya kualitas mental atau moral nama atau reputasi, sedangkan kamus
lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Karakter merupakan salah satu dari lingkup pendidikan yang
memiliki nilai operatif yaitu nilai dalam tindakan. Manusia berproses dalam
yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut
moral itu baik. Karakter tersebut memliki tiga bagian yang saling
berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal
yang baik, dan melakukan hal yang baik yang meliputi kebiasaan dalam cara
berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan. (Lickona,
2012: 81-82)
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa karakter adalah
sebuah watak yang dimiliki secara alamiah oleh seorang individu tanpa
dapat terintervensi manusiawi tetapi dapat diarahkan dan dapat berkembang
melalui bimbingan dan pengarahan yang benar dimana karakter merupakan
sebuah proses yang membentuk nilai kebaikan itu sendiri.
2. Pendidikan
Definisi pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu definisi
pendidikan secara luas yang mana pendidikan berlaku untuk semua orang
dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan, dan definisi
pendidikan secara sempit yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk
anak dan hanya dilakukan di lembaga atau institusi khusus dalam rangka
mengantarkan kepada masa kedewasaan. Namun dari perbedaan tersebut
ada dua kesamaan yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi.
Dengan demikian apabila definisi tersebut dikomprehensif, pendidikan
adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan
nonformal yang berjalan terus menerus untuk mencapai kebahagiaan dan
nilai yang tinggi (Kurniawan, 2013: 26-27).
Pendidikan merupakan sebuah fenomologi antropologis yang
usianya hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri. Secara etmologis,
kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu dari kata
educare dan educere. Educere dalam Bahasa Latin berarti melatih atau
menjinakkan dan menyuburkan. Jadi, pendidikan merupakan sebuah proses
yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata atau liar menjadi tertata, semacam proses penciptaan kultur dan
tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain (Koesoema, 2007:
52-53).
Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Dari definisi itu terlihat bahwa pendidikan merupakan suatu
proses pembelajaran terhadap manusia secara terus menerus, agar sang
manusia itu menjadi pribadi yang kamil (sempurna) lahir dan batin. Oleh
sebab itu, jika pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi yang lemah,
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), tidak bertanggungjawab, tidak
bermoral, dan tidak mandiri, maka program pendidikan tersebut gagal.
filosofis maupun manajemen pendidikan sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan cita-cita pendidikan itu sendiri (Soedijarto, 2008: xvii).
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa pendidikan
merupakan upaya sadar dan terencana pendidik kepada peserta didik untuk
menumbuhkan, mengembangkan dan mendewasakan dengan mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya.
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ditentukan oleh tegaknya pilar karakter dan
metode yang digunakan. Hal ini penting sebab tanpa identifikasi karakter,
pendidikan karakter hanya akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta,
tiada tujuan. Selain itu, tanpa metode yang tepat, pendidikan karakter hanya
akan menjadi makanan kognisi dan hanya mampu mengisi wilayah kognisi
anak didik. Pendidikan karakter dinilai berhasil apabila anak telah
menunjukkan habit atau kebiasaan perilaku yang baik. Perilaku berkarakter
tersebut akan muncul, berkembang dan menguat pada diri anak hanya
apabila anak mengetahui konsep dan ciri-ciri perilaku berkarakter,
merasakan dan memiliki sikap positif terhadap konsep karakter yang baik
serta terbiasa melakukannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus
ditanamkan melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis
(Arismantoro, 2008: 26-27).
Pendidikan karakter sungguh-sungguh sangat diperlukan. Karena,
pendidikan karakter dapat menahan kemerosotan karakter dalam hari-hari
karakter generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut filsafat manusia,
hakikat manusia itu ada tiga, yaitu: (1) manusia sebagai makhluk moral,
yaitu berbuat sesuai dengan norma-norma susila; (2) manusia sebagai
makhluk individual; dan (3) manusia sebagai makhluk sosial. Ketiga
hakikat manusia itu harus berkembang dan mendapat bimbingan dan
pengarahan yang benar semenjak kecil sampai usia lanjut (Mustari, 2014:
viii).
Pendidikan karakter bukan sekedar mengenalkan nilai-nilai kepada
siswa (logos), akan tetapi pendidikan karakter juga harus mampu
menginternalisasikan nilai-nilai agar tertanam dan berfungsi sebagai
muatan hati nurani sehingga mampu membangkitkan penghayatan tentang
nilai-nilai (etos) dan bahkan sampai pada pengamalannya dalam kehidupan
sehari-hari (patos). Nilai-nilai yang telah menjadi muatan hati nurani inilah
yang pada waktunya akan berfungsi sebagai penyaring dan penangkal
manakala terjadi pertemuan antarnilai yang saling berbenturan. Menurut
Sawali Tuhusetya, substansi (isi) materi pendidikan karakter seyogyanya
berupa tema-tema strategis yang tidak hanya terapung-apung dalam
bentangan slogan dan retorika belaka jika tidak diimbangi dengan tindakan
nyata dan serius untuk mengimplementasikannya dalam ranah pendidikan
karakter (Maksudin, 2013: 83).
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia dengan tujuan
membimbing dan mengarahkan untuk mencapai manusia yang bermoral,
yang baik sehingga mampu membangkitkan penghayatan tentang nilai-nilai
(etos) dan bahkan sampai pada pengamalannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Pendidikan karakter kini semakin dibutuhkan dan mendesak untuk
segera dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan di Indonesia.
Pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik
sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Hal tersebut juga didukung dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional
Pendidikan yang menyebutkan bahwa terdapat kompetensi karakter di
samping intelektualitas, sehingga terbentuklah Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (Hendarman, dkk, 2017: 4). Karakter individu
merupakan makna dari hasil keterpaduan dari empat bagian yaitu olah hati,
olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Adapun keterpaduan dari nilai-nilai
karakter yang terkandung dalam prinsip empat olah adalah sebagai berikut
Gambar 2. 1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, dan Olah Rasa/Karsa Gambar 2.1 merupakan penjabaran mengenai keterpaduan
nilai-nilai karakter yang terkandung dalam empat prinsip olah yaitu olah pikir,
olah raga, olah hati dan olah rasa, sehingga dalam penerapan kegiatan yang
memuat karakter menimbang empat prinsip olah tersebut.
Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan program yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2017
dengan lima (5) kristalisasi nilai karakter. Program ini telah didukung oleh
pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat. Program Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) ingin memperkuat Pembentukan Karakter siswa
yang selama ini sudah dilakukan di berbagai sekolah. Program penguatan
pendidikan karakter terdiri dari 3 basis yaitu sebagai berikut.
a. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Kelas
PPK berbasis kelas merupakan pengintegrasian karakter dalam
proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, memperkuat manajemen kelas dan mengembangkan muatan
lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah. Olah
b. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah
PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan
untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung
praksis PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh
sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.
c. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat
PPK berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan
oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas
pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga
pemerintahan, lembaga atau komunitas yang menyediakan
sumber-sumber pembelajaran, komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas
keagamaan, komunitas seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan
perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia
pendidikan, dan lembaga penyiaran media (Hendarman, dkk, 2017: 6 &
35-42).
Dari ketiga basis yang ada dalam Penguatan Pendidikan Karakter
yaitu basis kelas, budaya sekolah dan masyarakat, peneliti tidak membahas
mengenai ketiga basis tersebut melainkan membahas mengenai Penguatan
Pendidikan Karakter berbasis masyarakat yang dijelaskan pada poin
selanjutnya.
5. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan
berkolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar
sebagai lingkungan dimana sekolah itu berada dan lingkungan dimana
peserta didik tinggal, sehingga Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
memerlukan adanya kerjasama dalam berbagai bentuk kolaborasi antara
sekolah dan komunitas di luar sekolah (Hendarman, dkk, 2017: 41).
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan,
transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan
cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir
(literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah Pancasila.
Dalam program PPK terdapat tiga basis yaitu berbasis kelas, berbasis
budaya, dan berbasis masyarakat (Hendarman, dkk, 2017: 15-17). Peneliti
membahas mengenai PPK berbasis masyarakat. Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan
oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas
pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan,
lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran,
komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, komunitas
seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki
relevansi dan komitmen dengan dunia pendidikan, dan lembaga penyiaran
media untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter (Hendarman, dkk, 2017:
42).
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut
berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan karakter. Setiap
dalam menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung tumbuh
kembangnya karakter individu-individu di masyarakat. Ketika anak berada
di lingkungan masyarakat yang kurang baik, lingkungan masyarakat yang
kurang baik akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadian atau
karakter anak. Berpijak dari tanggung jawab tersebut, sepantasnya
lingkungan masyarakat yang baik dapat melahirkan berbagai kegiatan
kemasyarakatan yang mendukung tumbuh kembangnya karakter. Selain itu
pula, pentingnya peran lingkungan masyarakat sebagai salah satu di antara
pusat pendidikan karakter, setiap individu yang menjadi anggota
masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi
keberlangsungan proses pendidikan karakter yang terjadi di dalamnya. Di
Indonesia dikenal adanya konsep pendidikan berbasis masyarakat sebagai
upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan (Kurniawan, 2013: 197-198). Adapun gambar mengenai
kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat adalah
sebagai berikut.
Gambar 2. 2 Kegiatan Wajib Kunjungan Museum ke Museum Bahari Gambar 2.2 merupakan salah satu bentuk kegiatan program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat. Kegiatan
Yogyakarta. Siswa-siswi yang terdapat pada gambar 2.2 adalah siswa-siswi
dari SDN Caturtunggal 3. Peneliti mendapatkan dokumentasi tersebut dari
dokumentasi pribadi saat melaksanakan program magang PGSD
Universitas Sanata Dharma yaitu program Pengakraban dengan Lingkungan
(Probaling) 1.
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa Program
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat merupakan program
kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan pegiat seni dan
budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, komite sekolah, orangtua, LSM,
dan dunia industri untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter. Dimana
setiap individu yang menjadi anggota masyarakat harus menciptakan
suasana yang nyaman demi keberlangsungan proses pendidikan karakter
yang terjadi di dalamnya.
6. Nilai Karakter
Nilai-nilai individual nilai dipilih, diterima, ditemukan, dihayati dan
diwujudkan dalam sikap dan perbuatan riil setiap individu manusia. Nilai
individu ini merupakan corak dan ciri khusus masing-masing dan menjadi
karakter baginya. Nilai karakter individual ini akan di klaim menjadi nilai
karakter bangsa jika nilai karakter terwujud dalam perilaku sosial, kolektif
sebagai contoh tindak kekerasan massal, perilaku sosial yang merugikan
dan sebagainya (Maksudin, 2013: 43-44).
Dalam Mustari (2014: 1-10), ikrar pendidikan karakter mencakup
nilai terdapat religius, jujur, bertanggungjawab, bergaya hidup sehat,
karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ikrar pendidikan karakter
menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan atau ajaran
agamanya.
Menentukan nilai-nilai yang relevan bagi pendidikan karakter tidak
dapat dilepaskan dari situasi dan konteks historis masyarakat tempat
pendidikan karakter itu mau ditetapkan. Kriteria penentuan nilai-nilai ini
sangatlah dinamis, dalam arti, aplikasi praktisnya di dalam masyarakat yang
akan mengalami perubahan terus menerus, sedangkan jiwa dari nilai-nilai
itu sendiri tetap sama. Ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian
dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah yaitu
nilai keutamaan, nilai keindahan, nilai kerja, nilai cinta tanah air, nilai
demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan (Koesoema, 2007: 205-212).
Dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada tahun
2017 menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan
yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada
lima (5) nilai utama karakter yang ingin dikembangkan dalam Penguatan
Pendidikan Karakter yaitu sebagai berikut (Hendarman, dkk, 2017: 7-8).
a. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap
Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan
ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk
agama lain.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai
perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerjasama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan
kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksa kehendak,
mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.
Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, nilai religius
direvisi menjadi religiusitas pada nilai-nilai karakter pada Program
Penguatan Pendidikan Karakter.
b. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kebudayaan bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi,
cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati
keragaman budaya, suku, dan agama.
Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, nilai nasionalis
direvisi menjadi nasionalisme pada nilai-nilai karakter pada Program
c. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,
waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018,
nilai mandiri direvisi menjadi kemandirian pada nilai-nilai karakter pada
Program Penguatan Pendidikan Karakter.
d.Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama,
inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan,
dan sikap kerelawanan.
e. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas).
Sedangkan pada Program Penguatan Pendidikan Karakter yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 terdiri
dari 18 nilai karakter. Adapun 18 nilai karakter dalam program Penguatan
Pendidikan Karakter dapat dilihat pada tabel 2.1 (Hermawan, 2017: 121).
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi nilai Pendidikan Karakter Nasional No. Nilai Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran dalam pelaksanaan ibadah agama lain, hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan toleransi yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya yang
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, serta menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengusai lebih dalam dan luas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan yang didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menepatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepenting diri dan kelompok
No. Nilai Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter 12. Menghargai
prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerjasama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai macam bacaan yang memberikan kebaikan pada dirinya
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tidakan yang selalu berupaya kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan terhadap orang lain dan masyarakat yang selalu membutuhkannya.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan prilaku seseorang yang selalu melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan Tuhan yang Maha Esa.
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa nilai karakter
merupakan nilai individu yang menjadi corak dan ciri khusus
masing-masing. Terdapat beberapa nilai utama dalam karakter yaitu religiusitas,
kemandirian, gotong-royong, integritas, dan nasionalisme.
7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK
Dalam pengembangan dan implementasi PPK terdapat
prinsip-prinsip yang mendasarinya. Adapun prinsip-prinsip-prinsip-prinsip yang digunakan adalah
sebagai berikut (Hendarman, dkk, 2017: 10).
a. Nilai-nilai moral universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral
dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan,
sosial dan budaya.
b. Holistik
Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olahraga), intelektual (olah pikir), estetika (olah
rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh menyeluruh
dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya
sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di
luar lingkungan pendidikan.
c. Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai proses pelakasanaan pendidikan nasional
terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan
berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan progam tempelan dan
tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
d. Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan
melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan
pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik,
tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait
dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan
dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan
PPK.
e. Kearifan lokal
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan
membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat
kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga
dapat memberi identitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa
Indonesia.
f. Kecakapan abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain
kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative
thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk
penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran
(collaborative learning).
g. Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai
kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan
martabat manusia.
h. Selaras dengan perkembangan peserta didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan
maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan
peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.
i. Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan
prinsip keterukuran agar dapat diamati dan diketahui proses dan
hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini, komunitas sekolah
mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas
pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat
diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program
penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan
dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat
disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat lima penelitian yang relevan dengan judul dalam penelitian
ini. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ruyadi
(2010) tentang model pendidikan karakter berbasis kearifan budaya lokal
(penelitian terhadap masyarakat adat Kampong Benda Kerep Cirebon
Provinsi Jawa Barat untuk pengembangan pendidikan karakter di sekolah).
Penelitian ini bertujuan menemukan model pendidikan karakter berbasis
kearifan budaya lokal yang dapat diterapkan secara efektif di sekolah.
Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development. Pada