• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman - USD Repository"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

GODEAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ani Galih Pratiwi

NIM: 151134044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

GODEAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ani Galih Pratiwi

NIM: 151134044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Peneliti persembahkan karya tulis ini

kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan

semangat spiritual dalam mengerjakan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai “Bapak Sri Widodo dan Ibu Haniah” yang telah memberikan kasih sayang dan cinta kasihnya dengan

penuh ketabahan dan kesabaran, serta selalu memberikan semangat dan

dukungan berupa material maupun spiritual.

3. Adikku Intan Berliana dan Adik Sepupuku Jelita Dinda Paulina yang selalu

memberikan dukungan dan semangat dalam membuat karya tulis ini.

4. Dosen pembimbing Bu Ika dan Bu Kintan yang telah sabar dan tekun dalam

membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.

5. Teman-teman kelompok payung.

6. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dalam susah

maupun senang.

(6)

v MOTTO

“Tidak ada orang sukses yang bermalas-malasan, sebab keberhasilan hanya ada di tangan orang-orang yang menjalani hidup dengan penuh kesungguhan”.

(Ani Galih Pratiwi)

“Sopo sing temen bakal Tinemu”. (Falsafah Jawa)

“Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal hari ini”. (Will Rogers)

“Jangan menunggu.Takkan pernah ada waktu yang tepat”. (Napoleon Hill)

“Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil harus lebih besar dari ketakutanmu akan kegagalan”.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Februari 2019

Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ani Galih Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 151134044

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 12 Februari 2019 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

GODEAN KABUPATEN SLEMAN Ani Galih Pratiwi

Universitas Sanata Dharma 2019

Latar belakang penelitian ini adalah lemahnya karakter anak bangsa sehingga dirancanglah program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat, kelas, dan budaya sekolah oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, 2) mendeskripsikan upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kebupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan VI Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman yang berjumlah 132 guru. Sampel dalam penelitian ini adalah 97 guru yang ditetapkan melalui tabel Krejcie dan Morgan dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sekolah dasar se-Kecamatan Godean sudah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat. Berdasarkan pada instrumen checklist Implementasi yang tertinggi terjadi pada kerjasama sekolah dengan orang tua siswa atau paguyuban orang tua siswa sebesar 90% responden, sedangkan implementasi yang terendah terjadi pada kerjasama sekolah dengan masyarakat sipil pegiat pendidikan sebesar 28% responden, 2) Upaya yang dilakukan sekolah dasar se-Kecamatan Godean dalam mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat masih ditemukan beberapa aspek yang belum dilaksanakan secara maksimal. Berdasarkan pada data, upaya sekolah dalam mengimplementasikan program PPK berbasis masyarakat antara lain kerjasama dengan orangtua siswa membentuk paguyuban wali murid, komunitas keagamaan, pengelola kebudayaan, lembaga pemerintah seperti kepolisian dan puskesmas, masyarakat sipil pegiat pendidikan, dengan lembaga bisnis dan perusahaan, dan lembaga penyiaran media.

(10)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTING COMMUNITY-BASED CHARACTER EDUCATION SUPPORT PROGRAM IN ELEMENTARY SCHOOLS OF GODEAN DISTRICT, SLEMAN

REGENCY

Ani Galih Pratiwi Sanata Dharma University

2019

The conduct of the study is encouraged by the fact that the character education in the national level has been weak. Therefore, in order to strengthen the character education a community-based, school-based and school culture-based character education support program should be designed by government. With regards to the premise, the study aims at: 1) identifying the implementation of Community-Based Character Education Support Program in elementary schools of Godean District, Sleman Regency; and 2) describing the efforts of implementing the Community-Based Character Education Support Program in elementary schools of Godean District, Sleman Regency.

The nature of the study is descriptive quantitative research using survey method. When the study was conducted, the population was 132 teachers from Grade I until Grade VI of elementary schools throughout Godean District, Sleman Regency. Then, 97 teachers were selected as the sample by means of Krejcie and Morgan table with simple random sampling technique. The data were gathered by means of questionnaire distribution and the questionnaire itself consisted of open-ended and closed-ended questions. After the data had been gathered, the data were analysed by means of descriptive analysis.

The results of the study show two main findings. First, all elementary schools in Godean District, Sleman Regency, have implemented the Community-Based Character Education Support Program. Based on the checklist instrument, the highest implementation is found in the cooperation between the schools and the parents and also in the cooperation between the schools and the school committee (as having been stated by 90.00% of the respondents). On the contrary, the lowest implementation is found in the cooperation between the schools and educational activists (as having been stated by 28.00% of the respondents). Second, within the implementation of Community-Based Character Education Support Program throughout the elementary schools in Godean District, Sleman Regency, there are several aspects that have not been maximally performed. Based on the data that have been gathered, the efforts of the schools in implementing the Community-Based Character Education Support Program are reflected in the cooperation between the schools and the parents through the establishment of school committee, the cooperation between the schools and the religion communities, the cooperation between the schools and cultural institution caretakers, the cooperation between the schools and the state institutions such as police departments and public health centres, the cooperation between the schools and the educational activists, the cooperation between the schools and the business institutions and the companies and also the cooperation between the schools and the broadcast media.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman” dengan lancar.

Adapun skripsi ini ditulis guna memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S.Pd.) di Universitas

Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa tanpa ada bantuan, bimbingan, arahan

dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat disusun, maka dari itu

dalam kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Univeristas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh kesabaran dan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

memberikan dorongan, nasihat, dan memberikan motivasi dalam penelitian

skripsi ini.

5. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran

(12)

xi

6. Bapak Odo Hadinata, M.Pd. Selaku Tim Pengembangan Program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk

masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

8. Kepala Sekolah dan guru SD Negeri kelas 1 sampai dengan 6 se- Kecamatan

Godean, yang telah memberikan izin dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Kedua orangtua saya Bapak Sri Widodo dan Ibu Haniah serta bulek, paklek,

bude dan pakde yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan banyak dukungan baik materi maupun moril berupa doa, kasih

sayang, semangat dan perhatian untuk mendorong saya dalam penelitian ini.

10.Adik-adik yang luar biasa Intan Berliana dan Jelita Dinda Paulina serta kakak

sepupu saya Dewi Novitasari serta Keluarga peneliti yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih

sayang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik

(DPA) dan dosen-dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang telah

membimbing dan mengajarkan beberapa matakuliah yang sangat membantu

saya dalam menyusunan skripsi ini.

12.Rekan-rekan payung kecil saya Dwita Safitri dan Richardo Wahyu Tharindra

yang terus saling menguatkan, memberi motivasi dan saling membantu dalam

menyelesaikan penelitian ini.

13.Teman-teman satu bimbingan skripsi yang menjadi teman diskusi dan berbagi

(13)

xii

14.Teman-teman terbaikku Anis, Vivi, Uul, Tata, Sasa, Agatha, Rana, Anggun,

Yosie yang selalu mendukung dengan kritik dan saran, memberikan perhatian,

dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

15.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2015

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan

pengalaman di masa perkuliahan saya.

16.Seluruh teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang

selalu berbagi informasi dan pengalamannya dalam penyusunan skripsi.

17.Teman-teman Kelatnas Perisai diri Yogyakarta.

18.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 12 Februari 2019

Peneliti

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

HALAMAN MOTTO……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. vii

ABSTRAK……….. viii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah………. 9

C. Batasan Penelitian……… 9

D. Rumusan Masalah……… 10

E. Tujuan Penelitian………. 10

F. Manfaat Penelitian………... 10

G. Definisi Operasional……… 11

BAB II LANDASAN TEORI……… 14

A. Kajian Pustaka………. 14

1. Karakter………. 14

2. Pendidikan……….. 15

3. Pendidikan Karakter………... 17

4. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)………... 19

5. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat………. 21

6. Nilai Karakter………. 24

7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK……… 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan………. 32

C. Kerangka Berpikir……… 39

D. Hipotesis Penelitian………. 41

BAB III METODE PENELITIAN………... 43

A. Jenis Penelitian………. 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 44

1. Waktu Penelitian……… 44

2. Tempat Penelitian……….. 45

C. Populasi dan Sampel……… 47

1. Populasi……….. 47

(15)

xiv

D. Variabel Penelitian………... 53

E. Teknik Pengumpulan Data………... 53

1. Kuesioner………... 53

2. Wawancara………. 54

3. Studi Dokumenter……….. 55

F. Instrumen Penelitian……… 56

G. Teknik Pengujian Instrumen……… 63

H. Teknik Analisis Data……… 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 74

A. Hasil Penelitian……… 74

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian……….. 74

2. Deskripsi Responden Penelitian……… 76

3. Deskripsi Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean……… 77

B. Pembahasan……….. 98

BAB V PENUTUP……….. 105

A. Kesimpulan………... 105

B. Keterbatasan Penelitian……… 106

C. Saran………. 106

DAFTAR PUSTAKA………. 108

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi nilai Pendidikan Karakter Nasional……... 28

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………... 44

Tabel 3.2 Daftar Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean………… 46

Tabel 3.3 Populasi Penelitian………. 47

Tabel 3.4 Krejcie dan Morgan………... 49

Tabel 3.5 Sampel Penelitian dan Populasi Tiap Sekolah………... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan soal Checklist Instrumen Penelitian……. 58

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pertanyaan Soal Essai Instrumen Penelitian……….. 59

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara………. 61

Tabel 3.9 Daftar Cek Dokumentasi………... 62

Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima……… 65

Tabel 3.11 Modifikasi Nilai Skala Lima..……….……….. 65

Tabel 3.12 Kriteria Skor Skala Lima..………. 67

Tabel 3.13 Rekapitulasi Validitas Instrumen………... 68

Tabel 3.14 Hasil Validasi Muka……….. 69

Tabel 4.1 Daftar SD yang diteliti………... 75

Tabel 4.2 Instrumen Soal Checklist……….. 78

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, dan Olah

Rasa/Karsa……….... 20

Gambar 2.2 Kegiatan Wajib Kunjungan Museum ke Museum Bahari…………. 23 Gambar 2.3 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan……… 38 Gambar 4.1 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Masyarakat di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar

Se-Kecamatan Godean………... 79

Gambar 4.2 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 1……… 80

Gambar 4.3 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 2………. 81

Gambar 4.4 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 3………. 82

Gambar 4.5 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 4………. 82

Gambar 4.6 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 5………. 83

Gambar 4.7 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 6………. 84

Gambar 4.8 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

soal 7………. 85

Gambar 4.9 Persentase Implementasi Program PPK berbasis Masyarakat Aitem

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma……….. 113

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik……….. 114

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kecamatan Godean………... 115

Lampiran 4. Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik………... 116

Lampiran 5. Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman………..……… 117

Lampiran 6. Coding Data 20 Sekolah Dasar Negeri………..……….. 118

Lampiran 7. Rekap Data Implementasi Instrumen Checklist……… 120

Lampiran 8. Rekap Data Implementasi Instrumen Essai………. 123

Lampiran 9. Kisi-kisi Instrumen Soal Checklist………. 127

Lampiran 10. Kisi-kisi Instrumen Soal Essai………... 128

Lampiran 11. Identitas Responden dan Surat Pengantar Instrumen…..…… 129

Lampiran 12. Soal Checklist dan Essai………... 131

Lampiran 13. Permohonan Izin Validasi Ahli………... 135

Lampiran 14. Data Mentah 10 Validasi Ahli………..…... 136

Lampiran 15. Hasil Rekap Validasi Instrumen Soal………..……... 166

Lampiran 16. Hasil Validasi Instrumen Soal Checklist dan Essai………… 168

Lampiran 17. Daftar Cek Dokumentasi Data……… 170

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan

penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu dari misi

berdirinya Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Usaha untuk mewujudkan tujuan nasional

tersebut telah tercantum dalam Undang-Undang Nasional Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui sekolah-sekolah

formal, informal maupun sekolah non-formal (Kurniawan, 2013: 103-104).

Secara hakikat, pendidikan adalah proses pembentukan manusia muda

menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah pikir, olah rasa, olah

jiwa, dan olah raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik dan dilaksanakan dalam suasana keterbukaan, kebebasan dan

menyenangkan. Pengembangan pendidikan bukan hanya mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja,

(20)

sebagai manusia yang memiliki dimensi individual dan sosial, memiliki akal

budi, kehendak bebas dan hati nurani (Samho, 2013: 14), sehingga pendidikan

merupakan salah satu wadah yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dimana pendidikan mampu memanusiakan manusia (Prayitno, 2009: 24).

Rendahnya mutu pendidikan di tanah air ini cenderung

dibesar-besarkan dan kurang didalami faktor-faktor yang melatarbelakanginya

(Prayitno, 2009: 1). Masalah-masalah pendidikan tersebut hanya diangkat

kepermukaan tetapi tidak diidentifikasi secara mendalam sehingga mutu

pendidikan akan terus mengalami penurunan. Sistem pendidikan yang lebih

menekankan aspek intelektualitas, tetapi kurang memperhatikan aspek

pembentukan karakter pribadi, pendidikan nilai, dan kepekaan serta tanggung

jawab sosial. Akibatnya para lulusan hanya memiliki keunggulan di bidang

akademis, tetapi miskin karakter, buta nurani, tidak memiliki kepedulian

terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Samho, 2013: 13).

Pendidikan karakter merupakan sebuah bentuk kegiatan maupun

aktivitas manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik

untuk mencapai perilaku dan sikap yang sesuai di masyarakat diperuntukkan

bagi generasi selanjutnya. Peran keluarga sebagai pendidik karakter akan

digantikan oleh peran guru dimana anak tersebut melaksanakan pendidikan.

Kohlberg (dalam Adisusilo, 2011: 1), menyatakan perkembangan kognitif

seseorang yang dibentuk oleh orangtua atau keluarga. Hal tersebut sangat

berhubungan dengan tingkat inteligensi, pengetahuan tentang moral,

kecenderungan harapan akan kondisi moral yang lebih tinggi dan kecakapan

(21)

Salah satu butir di dalam Nawacita menyebutkan bahwa Presiden Joko

Widodo akan melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan

kembali kurikulum pendidikan nasional (Soleman dan Noer, 2017: 1964).

Nawacita merupakan sembilan program prioritas Presiden Joko Widodo dan

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang disampaikan saat Pilpres 2014, sehingga

Presiden Joko Widodo menyadari akan pentingnya dan urgensi dari

Pendidikan Karakter di Indonesia. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang

membantu peserta didik memperoleh pengetahuan yang benar dan lengkap

mengenai karakter; mengenai peran karakter dalam hidup pribadi, bersama

oranglain, dalam komunitas, masyarakat, bangsa dan negara; dan mendapatkan

kecakapan, kemampuan, kompetensi dan profesionalitas untuk melaksanakan

dalam bidang tertentu untuk dilaksanakan dalam hidup nyata

(Mangunhardjana, 2016: 19-20).

Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Manusia

tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Penguatan

pendidikan karakter dalam konteks sekarang menjadi sangat relevan untuk

mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Bangsa kita

belakangan ini menunjukkan gejala kemerosotan moral yang amat sangat

parah, mulai dari kasus narkoba, kasus korupsi, ketidakadilan hukum,

pergaulan bebas dikalangan remaja, pelajar bahkan mahasiswa, maraknya

kekerasan, kerusuhan, tindakan anarkis, dan sebagainya, mengindikasi adanya

pergeseran kearah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa (Kurniawan,

2013: 9-10). Pendidikan karakter telah menjadi program nasional dalam

(22)

masyarakat Indonesia saat ini yang menyebabkan suburnya penyimpangan

norma hukum, norma sosial hingga norma budaya. Semua ini merupakan

cermin terjangkitnya penyakit sosial yang tengah melanda bangsa Indonesia

sehingga menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan karakter bangsa yang

bersendikan nilai-nilai Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika (Soetanto, dkk,

2013: 1-2).

Kemerosotan nilai-nilai karakter bangsa ini dapat terlihat dalam salah

satu berita yang termuat dalam Tempo.com pada Kamis, 14 September 2017

yang memberitakan bahwa seorang siswa sekolah dasar kelas 6 di Kendari

tewas setelah mengonsumsi obat yang diduga narkoba. Hampir 50 orang yang

mengonsumsi obat diduga narkoba mengalami kejang-kejang dan halusinasi

setelah mengonsumsi obat tersebut. Dalam berita online Sindonews.com pada

Rabu, 15 November 2017 yang memberitakan bahwa Badan Narkotika

Nasional (BNN) menyebut pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta

orang, dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40 persen diantaranya berasal

dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka umumnya pelajar SD hingga

perguruan tinggi. Dari berbagai kejadian dan fenomena yang terjadi,

masyarakat hendaknya juga mengambil bagian penting dalam proses

pendidikan karakter.

Pendidikan nasional harus ditata kembali atau ditransformasi

sedemikian rupa (Hendarman, dkk, 2017: 3). Penataan kembali atau

transformasi pendidikan nasional tersebut dapat dimulai dengan menempatkan

kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional

(23)

dibentuklah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan tiga

pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis

masyarakat (Hendarman, dkk, 2017: 4). Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

menyebutkan bahwa pendidikan karakter menjadi sebuah pembelajaran yang

wajib diinternalisasikan sejak dini di semua jenjang pendidikan termasuk dari

tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pembentukan pendidikan karakter

selain dibebankan pada sekolah atau perguruan tinggi. Keluarga dan

masyarakat seharusnya juga punya tugas dan tanggungjawab yang sama dalam

penguatan pendidikan karakter (Kurniawan, 2013: 12). Permendikbud Nomor

20 pasal 1 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan

pendidikan formal menyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk

memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,

olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerjasama antara satuan

pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional

Revolusi Mental (GNRM). Maka dari itu, pendidikan karakter harus terarah

dan terencana, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di

lingkungan masyarakat (Kurniawan, 2013: 13).

Dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 mengatur tentang adanya penguatan

pendidikan karakter. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Satuan

Pendidikan mencangkup tiga basis yaitu berbasis kelas, budaya sekolah, dan

masyarakat. PPK berbasis kelas merupakan sebuah program yang menyisipkan

muatan karakter pada setiap pembelajaran di kelas misalnya melalui integrasi

(24)

PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan

iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK antara lain dalam

mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan

pelaku pendidikan dalam menumbuhkan serta mengembangkan budaya

karakter di satuan pendidikan, sedangkan PPK berbasis masyarakat merupakan

sebuah kegiatan yang mengajak dan melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut

mengembangkan serta berkolaborasi dalam pendidikan (Hendarman, dkk,

2017: 27-35). PPK berbasis masyarakat akan menjadi fokus dalam penelitian

ini. Satuan pendidikan diharapkan merancang dan mengimplementasikan

Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat untuk

mencapai tujuan dari Program PPK. Implementasi program penguatan

pendidikan karakter berbasis masyarakat merupakan sebuah program sekolah

di satuan pendidikan yang berkolaborasi dan bekerjasama dengan masyarakat,

dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), komunitas dan lembaga pemerintahan

lain dalam upaya mencapai visi dan misinya. Melalui pelibatan masyarakat

diharapkan peserta didik dapat belajar banyak hal yang tidak diajarkan secara

langsung dalam pelajaran di sekolah. Kerjasama tersebut antara lain pengadaan

penyuluhan dari dinas atau lembaga terkait, kunjungan ke cagar budaya dan

museum, melihat budaya atau seniman yang ada di sekitar mereka. Semua hal

tersebut dapat menumbuhkan dan memperkuat karakter anak bangsa, sebab

bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan

dengan kompetensi yang dicapai dengan optimal, yang tumbuh dalam

(25)

kehidupan yang baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara

(Hendarman, dkk, 2017: 41).

Lickona (2014: 513), keberhasilan jangka panjang pendidikan karakter

bergantung pada kekuatan-kekuatan di luar sekolah, pada seberapa besar

keluarga dan masyarakat bergabung dengan sekolah dalam upaya bersama

untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan mendukung perkembangan

kesehatan mereka. Masyarakat ikut andil dalam membangun karakter

anak-anak, penting bagi sekolah yang sedang melaksanakan pendidikan nilai untuk

melibatkan tidak hanya orang tua. Keterlibatan masyarakat secara luas sangat

membantu, keterlibatan tersebut membantu mengidentifikasi dan

mendapatkan dukungan untuk nilai-nilai yang harus diajarkan, keterlibatan

tersebut membuka jalan bagi terbentuknya keahlian etis yang berharga di

dalam masyarakat, dan keterlibatan tersebut menginformasikan kepada publik

dan menciptakan publisitas positif atas berbagai upaya yang dilakukan sekolah

dalam bidang ini (Lickona, 2014: 514).

Kekuatan karakter yang dibentuk dalam lingkungan keluarga, sekolah,

dan perguruan tinggi akan semakin baik jika ada dukungan dan dorongan dari

lingkungan masyarakat sekitar. Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan

yang lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan

karakter. Satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar

untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter, misalnya mengadakan sosialisasi

mengenai bahaya narkoba dari Kepolisian sehingga peserta didik mengetahui

bahaya dari narkoba. Berpijak dari tanggungjawab tersebut, lingkungan

(26)

mendukung tumbuh kembangnya karakter. Di Indonesia dikenal adanya

konsep pendidikan berbasis masyarakat sebagai upaya untuk memberdayakan

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (Kurniawan, 2013: 193).

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat mampu memberikan

bekal karakter yang bermanfaat bagi peserta didik saat ini dan untuk masa

depan dari peserta didik. Program PPK sangat penting untuk peserta didik

dikarenakan dengan adanya program PPK peserta didik mampu beradaptasi

dengan baik di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, menghargai

perbedaan antara sesama teman di sekolah, mencintai kejujuran dan percaya

diri saat adanya tes evaluasi, dan melatih peserta didik menjadi peserta didik

yang memiliki daya juang, kreatifitas, keberanian serta menjadi pembelajar

sepanjang hayat.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk membuat penelitian

mengenai program penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar dengan

mengambil sebuah judul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.” Penelitian ini membahas mengenai kerjasama sekolah

dasar dengan masyarakat di luar lingkungan sekolah dan tidak membahas

mengenai prinsip-prinsip pengembangan dan implementasi Program

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), karena penelitian ini meneliti ada atau

tidaknya dan bagaimana implementasi dari Program PPK berbasis masyarakat.

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Godean. Kecamatan

Godean berada di sekitar 10 km sebelah barat daya dari ibukota Kabupaten

(27)

Kecamatan Seyegan, Kecamatan Gamping, dan Kecamatan Moyudan. Peneliti

mengambil lokasi di Kecamatan Godean dikarenakan belum ada penelitian

mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis

masyarakat di Kecamatan Godean.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari

penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Karakter anak generasi sekarang mengalami tingkat penurunan yang cukup

memprihatinkan berdasarkan banyaknya anak-anak yang sudah terjerat

kasus kriminalitas.

2. Sistem pendidikan Indonesia yang masih mengutamakan akademis.

C. Batasan Penelitian

Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlalu luas maka masalah yang

diteliti akan dibatasi sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 sampai dengan 6 di satuan

pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean Kabupaten

Sleman.

2. Penelitian ini tidak terlepas dari kendala yaitu keterbatasan tenaga dan

waktu, maka dari itu peneliti membatasi sampel. Peneliti membatasi sampel

menggunakan teknik simple random sampling.

3. Fokus penelitian pada Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis

(28)

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan penelitian yang dikemukakan

melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Masyarakat di

sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman sudah

terimplementasi?

2. Bagaimana upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter

berbasis Masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten

Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter

berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean Kabupaten

Sleman.

2. Mendeskripsikan upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan

Karakter berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Godean

Kebupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian program penguatan pendidikan karakter berbasis

(29)

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan dapat

membantu sekolah dalam meningkatkan implementasi program penguatan

pendidikan karakter di sekolah, sehingga anak memiliki karakter sesuai

yang dicita-citakan.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam menyusun rencana

kegiatan dalam program penguatan pendidikan karakter berbasis

masyarakat, sehingga terbentuknya program-program yang dapat

menunjang terlaksananya penguatan pendidikan karakter.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sarana menambah pengalaman dan

informasi peneliti mengenai program penguatan pendidikan karakter

berbasis masyarakat. Peneliti pula dapat belajar dan mengembangkan

pengetahuan mengenai PPK dalam proses penelitian.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Karakter

Karakter merupakan sebuah watak yang dimiliki secara alamiah

oleh seorang individu tanpa dapat terintervensi manusiawi tetapi dapat

(30)

benar dimana karakter merupakan sebuah proses yang membentuk nilai

kebaikan itu sendiri.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan

manusia dengan tujuan membimbing dan mengarahkan untuk mencapai

manusia yang bermoral, berbudi pekerti, dan memiliki perilaku serta sikap

yang menjadi kebiasaan yang baik sehingga mampu membangkitkan

penghayatan tentang nilai-nilai (etos) dan bahkan sampai pada

pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter

Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program

lanjutan dari Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter yang

dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2017

dengan lima (5) kristalisasi nilai karakter.

4. PPK berbasis Masyarakat

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat

merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan pegiat seni

dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, komite sekolah, orangtua,

LSM, dan dunia industri untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter.

5. Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan

(31)

6. Kecamatan Godean

Kecamatan Godean merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten

Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia yang berbatasan

dengan Kecamatan Minggir di sebelah Barat, Kecamatan Mlati dan Seyegan

di sebelah Utara, Kecamatan Gamping di sebelah Timur dan Kecamatan

(32)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tiga bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu teori

yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis

penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka 1. Karakter

Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi

manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang

menyertainya. Oleh karena itu, manusia yang berhadapan dengan manusia

yang memiliki karakter tidak dapat ikut campur tangan terhadap pemilik

karakter tersebut (Maksudin, 2013: 1).

Rutland (dalam Hidayatullah, 2010: 12), mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata Bahasa latin yang berarti “pahat”. Karakter,

gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup

tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Secara harfiah karakter

artinya kualitas mental atau moral nama atau reputasi, sedangkan kamus

lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.

Karakter merupakan salah satu dari lingkup pendidikan yang

memiliki nilai operatif yaitu nilai dalam tindakan. Manusia berproses dalam

(33)

yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut

moral itu baik. Karakter tersebut memliki tiga bagian yang saling

berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.

Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal

yang baik, dan melakukan hal yang baik yang meliputi kebiasaan dalam cara

berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan. (Lickona,

2012: 81-82)

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa karakter adalah

sebuah watak yang dimiliki secara alamiah oleh seorang individu tanpa

dapat terintervensi manusiawi tetapi dapat diarahkan dan dapat berkembang

melalui bimbingan dan pengarahan yang benar dimana karakter merupakan

sebuah proses yang membentuk nilai kebaikan itu sendiri.

2. Pendidikan

Definisi pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu definisi

pendidikan secara luas yang mana pendidikan berlaku untuk semua orang

dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan, dan definisi

pendidikan secara sempit yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk

anak dan hanya dilakukan di lembaga atau institusi khusus dalam rangka

mengantarkan kepada masa kedewasaan. Namun dari perbedaan tersebut

ada dua kesamaan yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi.

Dengan demikian apabila definisi tersebut dikomprehensif, pendidikan

adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh

pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan

(34)

nonformal yang berjalan terus menerus untuk mencapai kebahagiaan dan

nilai yang tinggi (Kurniawan, 2013: 26-27).

Pendidikan merupakan sebuah fenomologi antropologis yang

usianya hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri. Secara etmologis,

kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu dari kata

educare dan educere. Educere dalam Bahasa Latin berarti melatih atau

menjinakkan dan menyuburkan. Jadi, pendidikan merupakan sebuah proses

yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang

tidak tertata atau liar menjadi tertata, semacam proses penciptaan kultur dan

tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain (Koesoema, 2007:

52-53).

Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Dari definisi itu terlihat bahwa pendidikan merupakan suatu

proses pembelajaran terhadap manusia secara terus menerus, agar sang

manusia itu menjadi pribadi yang kamil (sempurna) lahir dan batin. Oleh

sebab itu, jika pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi yang lemah,

Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), tidak bertanggungjawab, tidak

bermoral, dan tidak mandiri, maka program pendidikan tersebut gagal.

(35)

filosofis maupun manajemen pendidikan sehingga hasilnya tidak sesuai

dengan cita-cita pendidikan itu sendiri (Soedijarto, 2008: xvii).

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa pendidikan

merupakan upaya sadar dan terencana pendidik kepada peserta didik untuk

menumbuhkan, mengembangkan dan mendewasakan dengan mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya.

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ditentukan oleh tegaknya pilar karakter dan

metode yang digunakan. Hal ini penting sebab tanpa identifikasi karakter,

pendidikan karakter hanya akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta,

tiada tujuan. Selain itu, tanpa metode yang tepat, pendidikan karakter hanya

akan menjadi makanan kognisi dan hanya mampu mengisi wilayah kognisi

anak didik. Pendidikan karakter dinilai berhasil apabila anak telah

menunjukkan habit atau kebiasaan perilaku yang baik. Perilaku berkarakter

tersebut akan muncul, berkembang dan menguat pada diri anak hanya

apabila anak mengetahui konsep dan ciri-ciri perilaku berkarakter,

merasakan dan memiliki sikap positif terhadap konsep karakter yang baik

serta terbiasa melakukannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus

ditanamkan melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis

(Arismantoro, 2008: 26-27).

Pendidikan karakter sungguh-sungguh sangat diperlukan. Karena,

pendidikan karakter dapat menahan kemerosotan karakter dalam hari-hari

(36)

karakter generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut filsafat manusia,

hakikat manusia itu ada tiga, yaitu: (1) manusia sebagai makhluk moral,

yaitu berbuat sesuai dengan norma-norma susila; (2) manusia sebagai

makhluk individual; dan (3) manusia sebagai makhluk sosial. Ketiga

hakikat manusia itu harus berkembang dan mendapat bimbingan dan

pengarahan yang benar semenjak kecil sampai usia lanjut (Mustari, 2014:

viii).

Pendidikan karakter bukan sekedar mengenalkan nilai-nilai kepada

siswa (logos), akan tetapi pendidikan karakter juga harus mampu

menginternalisasikan nilai-nilai agar tertanam dan berfungsi sebagai

muatan hati nurani sehingga mampu membangkitkan penghayatan tentang

nilai-nilai (etos) dan bahkan sampai pada pengamalannya dalam kehidupan

sehari-hari (patos). Nilai-nilai yang telah menjadi muatan hati nurani inilah

yang pada waktunya akan berfungsi sebagai penyaring dan penangkal

manakala terjadi pertemuan antarnilai yang saling berbenturan. Menurut

Sawali Tuhusetya, substansi (isi) materi pendidikan karakter seyogyanya

berupa tema-tema strategis yang tidak hanya terapung-apung dalam

bentangan slogan dan retorika belaka jika tidak diimbangi dengan tindakan

nyata dan serius untuk mengimplementasikannya dalam ranah pendidikan

karakter (Maksudin, 2013: 83).

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa pendidikan

karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia dengan tujuan

membimbing dan mengarahkan untuk mencapai manusia yang bermoral,

(37)

yang baik sehingga mampu membangkitkan penghayatan tentang nilai-nilai

(etos) dan bahkan sampai pada pengamalannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Pendidikan karakter kini semakin dibutuhkan dan mendesak untuk

segera dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan di Indonesia.

Pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik

sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang

bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Hal tersebut juga didukung dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional

Pendidikan yang menyebutkan bahwa terdapat kompetensi karakter di

samping intelektualitas, sehingga terbentuklah Gerakan Penguatan

Pendidikan Karakter (Hendarman, dkk, 2017: 4). Karakter individu

merupakan makna dari hasil keterpaduan dari empat bagian yaitu olah hati,

olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Adapun keterpaduan dari nilai-nilai

karakter yang terkandung dalam prinsip empat olah adalah sebagai berikut

(38)

Gambar 2. 1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, dan Olah Rasa/Karsa Gambar 2.1 merupakan penjabaran mengenai keterpaduan

nilai-nilai karakter yang terkandung dalam empat prinsip olah yaitu olah pikir,

olah raga, olah hati dan olah rasa, sehingga dalam penerapan kegiatan yang

memuat karakter menimbang empat prinsip olah tersebut.

Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan program yang

dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2017

dengan lima (5) kristalisasi nilai karakter. Program ini telah didukung oleh

pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat. Program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) ingin memperkuat Pembentukan Karakter siswa

yang selama ini sudah dilakukan di berbagai sekolah. Program penguatan

pendidikan karakter terdiri dari 3 basis yaitu sebagai berikut.

a. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Kelas

PPK berbasis kelas merupakan pengintegrasian karakter dalam

proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata

pelajaran, memperkuat manajemen kelas dan mengembangkan muatan

lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah. Olah

(39)

b. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah

PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan

untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung

praksis PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh

sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

c. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat

PPK berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan

oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas

pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga

pemerintahan, lembaga atau komunitas yang menyediakan

sumber-sumber pembelajaran, komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas

keagamaan, komunitas seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan

perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia

pendidikan, dan lembaga penyiaran media (Hendarman, dkk, 2017: 6 &

35-42).

Dari ketiga basis yang ada dalam Penguatan Pendidikan Karakter

yaitu basis kelas, budaya sekolah dan masyarakat, peneliti tidak membahas

mengenai ketiga basis tersebut melainkan membahas mengenai Penguatan

Pendidikan Karakter berbasis masyarakat yang dijelaskan pada poin

selanjutnya.

5. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Masyarakat Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan

berkolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar

(40)

sebagai lingkungan dimana sekolah itu berada dan lingkungan dimana

peserta didik tinggal, sehingga Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

memerlukan adanya kerjasama dalam berbagai bentuk kolaborasi antara

sekolah dan komunitas di luar sekolah (Hendarman, dkk, 2017: 41).

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di

sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan,

transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan

cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir

(literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah Pancasila.

Dalam program PPK terdapat tiga basis yaitu berbasis kelas, berbasis

budaya, dan berbasis masyarakat (Hendarman, dkk, 2017: 15-17). Peneliti

membahas mengenai PPK berbasis masyarakat. Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan

oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas

pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan,

lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran,

komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, komunitas

seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki

relevansi dan komitmen dengan dunia pendidikan, dan lembaga penyiaran

media untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter (Hendarman, dkk, 2017:

42).

Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut

berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan karakter. Setiap

(41)

dalam menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung tumbuh

kembangnya karakter individu-individu di masyarakat. Ketika anak berada

di lingkungan masyarakat yang kurang baik, lingkungan masyarakat yang

kurang baik akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadian atau

karakter anak. Berpijak dari tanggung jawab tersebut, sepantasnya

lingkungan masyarakat yang baik dapat melahirkan berbagai kegiatan

kemasyarakatan yang mendukung tumbuh kembangnya karakter. Selain itu

pula, pentingnya peran lingkungan masyarakat sebagai salah satu di antara

pusat pendidikan karakter, setiap individu yang menjadi anggota

masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi

keberlangsungan proses pendidikan karakter yang terjadi di dalamnya. Di

Indonesia dikenal adanya konsep pendidikan berbasis masyarakat sebagai

upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan (Kurniawan, 2013: 197-198). Adapun gambar mengenai

kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat adalah

sebagai berikut.

Gambar 2. 2 Kegiatan Wajib Kunjungan Museum ke Museum Bahari Gambar 2.2 merupakan salah satu bentuk kegiatan program

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat. Kegiatan

(42)

Yogyakarta. Siswa-siswi yang terdapat pada gambar 2.2 adalah siswa-siswi

dari SDN Caturtunggal 3. Peneliti mendapatkan dokumentasi tersebut dari

dokumentasi pribadi saat melaksanakan program magang PGSD

Universitas Sanata Dharma yaitu program Pengakraban dengan Lingkungan

(Probaling) 1.

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa Program

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat merupakan program

kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan pegiat seni dan

budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, komite sekolah, orangtua, LSM,

dan dunia industri untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter. Dimana

setiap individu yang menjadi anggota masyarakat harus menciptakan

suasana yang nyaman demi keberlangsungan proses pendidikan karakter

yang terjadi di dalamnya.

6. Nilai Karakter

Nilai-nilai individual nilai dipilih, diterima, ditemukan, dihayati dan

diwujudkan dalam sikap dan perbuatan riil setiap individu manusia. Nilai

individu ini merupakan corak dan ciri khusus masing-masing dan menjadi

karakter baginya. Nilai karakter individual ini akan di klaim menjadi nilai

karakter bangsa jika nilai karakter terwujud dalam perilaku sosial, kolektif

sebagai contoh tindak kekerasan massal, perilaku sosial yang merugikan

dan sebagainya (Maksudin, 2013: 43-44).

Dalam Mustari (2014: 1-10), ikrar pendidikan karakter mencakup

nilai terdapat religius, jujur, bertanggungjawab, bergaya hidup sehat,

(43)

karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ikrar pendidikan karakter

menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang

diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan atau ajaran

agamanya.

Menentukan nilai-nilai yang relevan bagi pendidikan karakter tidak

dapat dilepaskan dari situasi dan konteks historis masyarakat tempat

pendidikan karakter itu mau ditetapkan. Kriteria penentuan nilai-nilai ini

sangatlah dinamis, dalam arti, aplikasi praktisnya di dalam masyarakat yang

akan mengalami perubahan terus menerus, sedangkan jiwa dari nilai-nilai

itu sendiri tetap sama. Ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian

dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah yaitu

nilai keutamaan, nilai keindahan, nilai kerja, nilai cinta tanah air, nilai

demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, dan nilai-nilai

kemanusiaan (Koesoema, 2007: 205-212).

Dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada tahun

2017 menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan

yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada

lima (5) nilai utama karakter yang ingin dikembangkan dalam Penguatan

Pendidikan Karakter yaitu sebagai berikut (Hendarman, dkk, 2017: 7-8).

a. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap

Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan

ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan

(44)

agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk

agama lain.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai

perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,

kerjasama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan

kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksa kehendak,

mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, nilai religius

direvisi menjadi religiusitas pada nilai-nilai karakter pada Program

Penguatan Pendidikan Karakter.

b. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan

berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,

menjaga kebudayaan bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi,

cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati

keragaman budaya, suku, dan agama.

Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, nilai nasionalis

direvisi menjadi nasionalisme pada nilai-nilai karakter pada Program

(45)

c. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak

bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,

waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh

tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi

pembelajar sepanjang hayat. Pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018,

nilai mandiri direvisi menjadi kemandirian pada nilai-nilai karakter pada

Program Penguatan Pendidikan Karakter.

d.Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan

menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan

persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi

bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama,

inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,

tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan,

dan sikap kerelawanan.

e. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku

yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan,

memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan

(46)

Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,

setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab,

keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang

disabilitas).

Sedangkan pada Program Penguatan Pendidikan Karakter yang

dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 terdiri

dari 18 nilai karakter. Adapun 18 nilai karakter dalam program Penguatan

Pendidikan Karakter dapat dilihat pada tabel 2.1 (Hermawan, 2017: 121).

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi nilai Pendidikan Karakter Nasional No. Nilai Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran dalam pelaksanaan ibadah agama lain, hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan toleransi yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya yang

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, serta menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengusai lebih dalam dan luas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan yang didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menepatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepenting diri dan kelompok

(47)

No. Nilai Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter 12. Menghargai

prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerjasama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai macam bacaan yang memberikan kebaikan pada dirinya

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tidakan yang selalu berupaya kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan terhadap orang lain dan masyarakat yang selalu membutuhkannya.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan prilaku seseorang yang selalu melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan Tuhan yang Maha Esa.

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa nilai karakter

merupakan nilai individu yang menjadi corak dan ciri khusus

masing-masing. Terdapat beberapa nilai utama dalam karakter yaitu religiusitas,

kemandirian, gotong-royong, integritas, dan nasionalisme.

7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Dalam pengembangan dan implementasi PPK terdapat

prinsip-prinsip yang mendasarinya. Adapun prinsip-prinsip-prinsip-prinsip yang digunakan adalah

sebagai berikut (Hendarman, dkk, 2017: 10).

a. Nilai-nilai moral universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral

(48)

dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan,

sosial dan budaya.

b. Holistik

Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti

pengembangan fisik (olahraga), intelektual (olah pikir), estetika (olah

rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh menyeluruh

dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler,

kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya

sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di

luar lingkungan pendidikan.

c. Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai proses pelakasanaan pendidikan nasional

terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan

dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan

berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan progam tempelan dan

tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

d. Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan

melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan

pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik,

tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait

dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan

(49)

dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan

PPK.

e. Kearifan lokal

Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal

nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan

membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat

kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga

dapat memberi identitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa

Indonesia.

f. Kecakapan abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang

dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain

kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative

thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk

penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran

(collaborative learning).

g. Adil dan Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan

prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai

kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan

martabat manusia.

h. Selaras dengan perkembangan peserta didik

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan

(50)

maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan

maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan

peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

i. Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan

prinsip keterukuran agar dapat diamati dan diketahui proses dan

hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini, komunitas sekolah

mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas

pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat

diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program

penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan

dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat

disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat lima penelitian yang relevan dengan judul dalam penelitian

ini. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ruyadi

(2010) tentang model pendidikan karakter berbasis kearifan budaya lokal

(penelitian terhadap masyarakat adat Kampong Benda Kerep Cirebon

Provinsi Jawa Barat untuk pengembangan pendidikan karakter di sekolah).

Penelitian ini bertujuan menemukan model pendidikan karakter berbasis

kearifan budaya lokal yang dapat diterapkan secara efektif di sekolah.

Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development. Pada

Gambar

Gambar 2. 1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, dan Olah Rasa/Karsa
Gambar 2. 2 Kegiatan Wajib Kunjungan Museum ke Museum Bahari
Tabel 3. 1 Jadwal penelitian
Tabel 3.1 merupakan jadwal kegiatan peneliti yang dimulai pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Jenis data pada penelitian ini berupa; (a) proses penamaan atau pembuatan brand lembaga zakat, (b) cara yang dilakukan oleh lembaga zakat dalam sosialisasi

Dengan berkembangnya sistem pengelolaan dan pemberdayaan yayasan, sekarang Lembaga Amil Zakat sudah mencapai ditingkat Kabupaten dan Kota, seperti di Kota

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar