PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA
BERNOMOR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS VI
SD SAWIT SEWON BANTUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : DYAH AYU SAPTA RINI
091134180
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Mengajar dengan kasih adalah panggilan hidup dan pilihanku
Segala bentuk kerja keras pasti akan berbuah manis
Dimana ada kehendak, di situ ada jalan
Semangat……Tuhan Memberkati
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1.
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku,
2.
Theresia Sumini ibu yang selalu mendoakanku,
3.
Antonius Andriyanto, suamiku tercinta yang selalu
membimbingku,
4.
Hieronymus Rangga Andryan Alfaro, malaikat kecilku yang
selalu menjadi penyemangat bunda,
5.
Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbingku selama ini,
6.
Sahabat terbaikku Anita Kusumastuti, Rohmat Nurhadi dan
Thoviub Sa’bandi yang banyak membantu dan menjadi tempat
berkeluh kesah,
7.
Bapak dan Ibu guru SD Sawit yang selalu memberikan
dukungan,
vii ABSTRAK
Dyah Ayu Sapta Rini. Peningkatan Pemahaman Belajar PKn Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Pada Siswa Kelas VI SD Sawit Sewon Bantul . Skripsi. S1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi politik luar negeri yang bebas aktif siswa kelas VI SD Sawit tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Sawit Sewon Bantul tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda dan uraian serta lembar aktifitas siswa. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data adalah teknik perbandingan, dimana peneliti membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus 1 dan siklus 2 serta membandingkan rata-rata peningkatan skor siswa pada kedua siklus yang pada kondisi awal hanya 60. Dalam penelitian ini, target pencapaian KKM pada siklus 1 yang diharapkan sebesar 75% dan pada siklus 2 sebesar 80%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas pada siklus 1 yaitu 67,9 dan pada siklus 2 menjadi 75,67. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada siklus 1 siswa yang memenuhi KKM mencapai 70%, hal ini lebih besar dari kondisi awal 60%, namun belum mencapai target yang diharapkan pada siklus 1 yaitu 75%, sehingga dilakukan siklus 2. Pada siklus 2 siswa yang memenuhi KKM mencapai 83,33%, hal ini sudah memenuhi target yang diharapkan. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dari siklus 1 ke siklus ke 2 mengalami peningkatan sebesar 13,33 %.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar PKn tentang materi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada siswa SD Sawit Tahun Pelajarn 2012/2013.
viii numbered head techniques increasing the understanding of student learning in PKn (Civics) on the subject matter of Indonesia’s Ftrr and actice foreign policy to the sixth grade student in learning year of 2012/2013.
The study presented a class action research (PTK), which used cooperative learning with numbered heads techniques. The subjects in this study were sixth grade students of Sawit Elementary School in the learning year of 2012/2013, amounting to 30 students. Instrument of accession used in this study was the multiple choice questions and description as well as student activity sheets. Data analysis techniques applied to asses the data was a comparison technique, which the researchers compared the increase in the numberof students who meet the KKM of cycle 1 and 2 and compared the average increase in student scores on the second cycle on the initial conditions that was only 60. In this study, the target of KKM achievement in cycle 1 was expected to be 75% and the second cycle by 80 %.
The results showed that the class average was 67,9 in cycle 1 and cycle 2 to 75,67. The results of this study also showed that student met KKM 1 cycle of the 70%, it was larger than the initial condition of 60%, but has not reached the expected target, from this it chould be concluded that there was increas from cycle 1 to cycle 2 by 13,33%.
From the study that has been done could be concluded that cooperative learning with numbered head teccniques could improvement in the Material of Indonesia’s Free and active Foreign Policy to the Student on Grade VI Elementary School Sawit Sewon Bantul in even Semester 2012/2013.
x
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...…...….
ABSTRAK ………...……..
C. Rumusan Masalah ………...………
D. Pemecahan Masalah ………...………
E. Batasan Pengertian ………...………
F. Tujuan Penelitian ………...………
G. Manfaat Penelitian ………...………
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Belajar Pkn ………...………
xi
C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor ………
D. Hakikat PKn ………...…………...…………
E. Ulasan KD ………...………...……...
F. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Kepala Bernomor dengan Peningkatan Pemahaman Belajar ...
G. Kerangka Berpikir ………...………
H. Hipotesis Tindakan ………...………
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ………...………
B. Desain Penelitian ………...………
C. Rencana Tindakan ………...………
D. Pengumpulan Data ………...………
E. Analisis Data ………...…………...…………
BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7
Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria capaiannya di awal, siklus I, dan Siklus II. ... Pengumpulan data ... Format lembar observasi untuk siswa ... Hasil Tes Evaluasi Siklus 1 ... Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus I ... Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus II ...
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5
Alur Model Penelitian Tindakan ......
Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 ... Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 ... Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 dan 2 ... Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 dan 2 ....
xiv RPP Siklus II Pertemuan 1 ... RPP Siklus II Pertemuan 2 ... LKS Siklus I ... LKS Siklus II ... Kisi-kisi Soal Siklus I ... Kisi-kisi Soal Siklus II ... Soal Siklus I ... Hasil Evaluasi Siswa ... Surat Permohonan ijin Penelitian ... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……..
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru
dalam mengajar tidak hanya menggunakan model ceramah, namun
menggunakan model pembelajaran yang menarik misalnya model
pembembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dalam proses belajar
mengajar di kelas. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi
belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Oleh karena itu,
guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan
rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang
siswalah subjek utama dalam belajar ( Daryanto & Rahardjo Muljo,
2012:1).
Pada jenjang pendidikan SD, PKn merupakan pelajaran yang kurang
mendapatkan perhatian dari siswa. Dari hasil observasi, pada saat
pelajaran berlangsung siwa lebih senang ngobrol dengan teman,kurang
antusias dan sibuk sendiri. Hal ini dapat terlihat dari kesulitan siswa kelas
VI SD Sawit dalam memahami materi, yang dibuktikan dengan daftar nilai
dan 2011/2012). Dari daftar tersebut dapat diketahui bahwa hasil rata-rata
ulangan harian materi “politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif”
masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 70.Pada tahun pelajaran
2011/2012 rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa adalah 60
dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah
58%.Kemungkinan penyebab rendahnya nilai siswa kelas VI SD Sawit
adalah kurang pahamnya mereka terhadap materi yang diajarkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mencoba meningkatkan
pemahaman belajar materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
aktif siswa kelas VI SD Sawit Bantul dalam pembelajaran PKn
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor.
Model pembelajaran ini dapat memberikan suasana yang menyenangkan
bagi siswa, lebih menarik dengan pemakaian mahkota, siswa dapat saling
berdiskusi dan belajar mengemukakan pendapat. Dengan model
pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memahami dan mengerti
materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif sebelum
melanjutkan materi selanjutnya.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran kooperatif teknik
kepala bernomor pada mata pelajaran PKn kompetensi dasar politik luar
negeri Indonesia yang bebas dan aktif siswa kelas VI SD Sawit Sewon
C. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala
bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada kompetensi
dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif kelas VI SD
Sawit Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013 ?
D. Pemecahan Masalah
Masalah yang muncul di dalam PTK ini akan diatasi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor,
yang pelaksanaan pembelajarannya diusahakan dalam suasana yang
menyenangkan dan semua siswa ikut berperan aktif.
E. Batasan Pengertian
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan :
1. Pemahaman belajar adalah suatu proses atau perbuatan untuk
memahami dan menanamkan pada memori otak kita tentang suatu
pengertian dan makna yang sedang disampaikan.
2. Model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi topi yang bernomor
kemudian dibuat suatu kelompok dan guru memanggil nomor dari
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam PTK ini adalah untuk mengetahui
apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
mampu meningkatkan pemahaman belajar pada mata pelajaran PKn
kompetensi dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif siswa
kelas VI SD Sawit Sewon Bantul semester genap tahun pelajaran 2012/2013?
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1) Bagi Siswa
a. Siswa mengalami perubahan yang baik dalam proses belajar.
b. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru.
c. Siswa menjadi senang dalam mengikuti pelajaran PKn sehingga
pemahaman materi juga meningkat.
2) Bagi Guru
a. Guru dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
pada mata pelajaran PKn.
b. Mendorong guru lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
3) Bagi Sekolah
4) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman berharga mengnai
penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor pada
mata pelajaran PKn kelas VI semester II dalam materi politik luar negeri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Belajar PKn
Paham berarti pengertian; pendapat; pandangan; mengerti benar
akan; tahu benar akan; pandai dan mengerti benar. Sedangkan pemahaman
adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (KBBI,
1991:714). Berdasarkan urian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman
merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar
terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam
mengetahui atau mempelajari sesuatu. Belajar dengan mengharapkan sesuatu
hasil yang baik, tidak cukup hanya sebatas kemampuan mangetahui.
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu indicator, belajar ditujukan dengan perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (W.S.Winkel,
1984:64).
Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Teori belajar Piaget membagi
perkembangan kognitif manusia dari bayi sampai dewasa menjadi empat
tahap yaitu :
1) Fase Sensori Motor ( umur 0-2 tahun )
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak
menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk
mengenal obyek.
2) Fase Intuitif atau Pra operasional (umur 2-7 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru
atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
3)Fase Operasional Konkrit (umur 7-11 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu
memecahkan masalah secara logis.
4) Fase Operasional Formal ( umur 11-16 tahun)
Periode operasi formal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis
masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran
ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
karena itu, untuk meningkatkan pemahaman diperlukan proses belajar yang
baik dan benar. Pemahaman siswa akan dapat berkembang bila proses
pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien.
B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Suparno (2006:71) menyatakan bahwa ”mengajar adalah suatu
proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
”Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa
dalam membentuk pengetahuannya tentang sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran sangatlah penting. Oleh karena itu, melalui kegiatan
pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, diharapkan hasil belajar
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Menurut Slavin (dalam Solihatin,2007:4),pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang,dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Pembelajaan kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa
untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan (Kunandar, 2007: 359). Menurut Anita Lie pada
bukunya yang berjudul “ cooperative learning “ mengatakan bahwa,
pembelajaran kooperatif learning adalah cara belajar – mengajar berbasiskan
peace – education.
Model pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai model
pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik
(academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk
interpersonal skill (Yatim Riyanto.2008:271)
Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam
pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan
menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena adanya beberapa alasan.
Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas
dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Banyak
siswa juga tidak senang disuruh bekerja sama dengan yang lain, karena siswa
yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang saja
pada hasil jerih payah mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
Kesan negatif ini sebenarnya tidak perlu muncul, karena jika prosedur
model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan benar maka akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
2. Unsur – unsur pembelajaran kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009 : 58-61 ) unsur – unsur dalam model
pembelajaran kooperatif adalah :
a. Saling ketergantungan positif
Artinya setiap anggota harus sadar bahwa keberhasilan
seseorang merupakan keberhasilan yang lain atau sebaliknya. Jadi,
keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap
siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok
dibentuk dari sumbangan setiap anggota. Beberapa siswa yang
kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan –rekan
mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. Malah mereka
akan terpacu untuk meningkatkan usaha dan motivasi. Sebaliknya,
siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena
rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian
sumbangan mereka. Hal ini akan bardampak masing-masing siswa
dapat mengukur sampai dimana kemampuan dalam memahami
tugas- tugasnya dengan baik sehingga terciptalah suasana kerja sama
yang harmonis.
b. Tanggung jawab perseorangan.
Adanya ketergantungan yang positif dalam pembelajaran
kooperatif akan memotivasi siswa untuk
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kelompoknya,
sehingga siswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif. Tujuan
utama dari pembelajaran ini bukan hanya dapat diselesaikan tugas
yang diberikan dalam kelompok, tetapi siswa mampu
membelajarkan diantara anggota kelompoknya. Sebagai
konsekuensinya guru harus menyusun tugas individual untuk
dikerjakan oleh masing-masing anggota dalam kelompok tersebut.
Sehingga masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap
pelajarannya sendiri.
c. Interaksi tatap muka
Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang, pengalaman
keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses bertukar pikiran
dalam memecahkan permasalahan. Para anggota kelompok diberi
kesempatan saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam
kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi sehingga terjalin hubungan
Dengan demikian maka di antara anggota kelompok dapat saling
menghargai perbedaan, saling memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota hal ini akan berakibat hasil yang
dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan sendiri.
d. Komunikasi Antar anggota
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana
cara berkomunikasi yang baik. Hal ini karena tidak setiap siswa
mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses panjang. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Dalam melaksanakan evaluasi proses kelompok, guru hendaknya
menjadwalkan waktu khusus. Waktu evaluasi ini tidak perlu
dilaksanakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan bisa diadakan
selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam
pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bermacam-macam,
3. Keterampilan pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi
saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut
(Lundgren,1994).
a. Keterampilan kooperatiftingkat awal, meliputi
1). Menggunakan kesempatan
2). Menggunakan kontribusi
3). Mengambil giliran dan berbagai tugas
4). Berada dalam kelompok
5). Berada dalam tugas
6). Mendorong partisipasi
7). Mengundang orang lain untuk berbicara
8). Menyelesaikan tugas pada waktunya
9). Menghormati perbedaan individu
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi :
1). Menunjukkan penghargaan dan simpati
2). Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
3). Mendengarkan dengan aktif
4). Bertanya
5). Membuat ringkasan
7). Mengatur dan mengorganisir
8). Menerima tanggung jawab
9). Mengurangi ketegangan
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi :
1). Mengelaborasi
2). Memeriksa dengan cermat
3). Menanyakan kebenaran
4). Menetapkan tujuan
5). Berkompromi
4. Karakteristik pembelajaran kooperatif
a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan
memberikan motivasi sehingga terjadi interaksi yang baik.
b. Adanya akuntabilitas individu dapat mengukur penguasaan materi
pelajaran setiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan
balik hasil belajarnya sehingga anggota kelompok mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dari anggota lainnya.
c. Kelompok belajar bersifat heterogen, baik dalam kemampuan
akademiknya, ras, jenis kelamin dan sebagainya.
d. Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bisa juga secara
bergilir sehingga memberi kesempatan bagi setiap anggota kelompok
e. Mampu mengembangkan keterampilan sosial anggota kelompoknya,
seperti kemampuan berinteraksi dengan baik, rasa saling percaya
kepada orang lain, dan mengelola konflik secara bersama-sama.
f. Guru melakukan pemantauan dan intervensi jika terjadi
permasalahan dalam kerjasama antar anggota kelompok pada saat
pembelajaran berlangsung.
g. Guru memperhatikan proses kelompok yang sedang berlangsung.
h. Penekanan pada hubungan pribadi antar anggota kelompok yang
saling menguntungkan, tidak hanya pada penyelesaian tugas saja
5. Kelebihan pembelajaran kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif berlangsung interaksi yang
rileks dan terbuka namun sisi keaktifan siswa tetap ada. Mereka membuka
kesempatan untuk memberi dan menerima masukan di antara mereka
supaya dapat mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan
yang ingin dikembangkan.
C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor
1. Pengertian pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
Teknik pembelajaran kepala bernomor pertama kali dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
Menurut Lie (1999), pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
tingkatan usia siswa. Namun pada intinya pengertian pembelajaran
kooperatif teknik kepala bernomor adalah salah satu teknik pembelajarn
yang jawaban mana yang paling tepat, dengan cara membagi siswa dalam
kelompok setiap siswa diberi nomor yang sudah buat mahkota berbentuk
kepala binatang. Binatang yang dipakai bisa apa saja, mahkota itu
kemudian dipakai di kepala mereka untuk menunjukkan nomor. Nomor
yang dipanggil menjawab pertanyaan yang sudah didiskusikan bersama
dengan kelompok.
2. Langkah – langkah pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
Pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dikembangkan
oleh Spencer Kagen (1992). Pada umumnya teknik kepala bernomor
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
adalah :
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
e. Guru mengcek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan,dan memberikan penegasan pada akhir pelajaran.
g. Guru memberikan tes kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya.
3. Manfaat pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
Model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor memiliki
beberapa manfaat, antara lain :
a. Memudahkan dalam pembagian tugas
b. Siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling
keterkaitan dengan rekan – rekan kelompoknya
d. Menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
e. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif teknik kepala
bernomor
Pada dasarnya setiap teknik pembelajaran pasti ada kelebihan dan
kelemahannya, oleh karena itu guru dituntut untuk pandai memilih model
pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif teknik kepala
bernomor juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu :
a. Kelebihan
1). Memudahkan dalam pembagian tugas.
2). Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab
pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.
3). Bisa digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan
usia anak didik.
4) Setiap siswa menjadi siap semua.
5). Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
6). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
7). Siswa menjadi lebih aktif
8). Motivasi belajar siswa dapat meningkat
9). Susana pembelajaran menjadi menyenangkan
b. Kelemahan
1). Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena
2). Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3). Masih membutuhkan bimbingan guru.
4). Guru memerlukan persiapan yang maksimal.
5). Memerlukan waktu yang lama karena banyak kegiatan dalam
proses pembelajaran.
D. Hakikat PKn 1. Pengertian PKn
Menurut Drs. Paulus Wahana, M.Hum (2009) Pkn adalah program
pendidikan yang berlandaskan nilai Pancasila sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri
yang diwududkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para
siswa, baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Tujuan PKn SD
Yang merupakan tujuan PKn SD yaitu memberikan
kompetensi-kompetensi
sebagai berikut :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama-sama dengan bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
E. Ulasan Kompetensi Dasar
1. Pengertian Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Politik luar negeri adalah arah kebijakan sutu negara untuk
mengatur hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan
bagian dari kebijakan nasional yang diabdikan bagi kepentingan nasional
dalam lingkup dunia internasional. Setiap negara mempunyai kebijakan
politik luar negeri yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena politik
luar negeri suatu negara tergantung pada tujuan nasional yang akan
dicapai. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Bebas artinyapolitik luar negeri Indonesia terbebas dari pengaruh
negara-negara atau kekuatan asing. Aktif artinya Indonesia tidak tinggal diam
dengan masalah-masalah dunia yang muncul. Bersama Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi dunia lain, Indonesia
2. Faktor Politik Luar Negeri
Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor luar negeri dan
faktor dalam negeri.
a. Faktor Luar Negeri
Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi
seakan-akan dunia ini sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia
ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan suatu negara dengan negara
lainnya sangatmudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan
teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi di negara lain dengan mudah diketahui oleh negara lain.
b. Faktor Dalam Negeri
Faktor dalam negeri, misalnya sering terjadinya pergantian
pemimpin pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan mempunyai
kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri.
3. Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia
Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada
tujuan nasionl negara itu sendiri. Tujuan politik luar negeri Indonesia,
antara lain sebagai berikut :
a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan
negara.
b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk
memperbesar kemakmuran rakyat.
d. Meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.
Tujuan politik luar negeri tidak terlepasdari hubungan luar negeri.
Hubungan luar negeri merupakan hubungan internasional, melalui
kerjasama bilateral maupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan
nasional.
4. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila sebagai landasan ideal dan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional.
a. Pancasila sebagai Landasan Ideal
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan
pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia.
b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama dan alinea keempat, serta
pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13.
F. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor dengan Peningkatan Pemahaman Belajar.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala
bernomor dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh pada
dalam memahami materi, tidak antusias dalam pembelajaran, asyik
ngobrol dengan teman diberi kesempatan untuk merespons dan saling
membantu satu sama lain dalam suatu kelompok. Dengan begitu, siswa
dapat mempertimbangkan lebih banyak mengenai apa yang dijelaskan oleh
guru maupun apa yang telah dialaminya, sehingga siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemahaman belajar.
G. Kerangka berpikir
Pemahaman belajar siswa terutama dalam mata pelajaran PKn
maih rendah.Hal ini dapat dilihat dari perentase jumlah siwa yang mencapai
KKM masih sedikit. Dari hasil observasi juga menunjukkan pada saat
pelajaran berlangsung siswa tidak semangat, asyik ngobrol,sibuk dengan
kegiatan sendiri. Kurangnya variasi dalam pembelajaran dan penggunaan
metode ceramah yang monoton dapat menyebabkan prestasi belajar siswa
menjadi rendah.
Kegiatan pembelajaran yang menarik merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pemahaman belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran
PKn. Penggunaan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk
penguasaan materi, selain itu siswa dapat lebih aktif. Berdasarakan hal
tersebut, diharapkan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
H. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan
pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD
Sawit Bantul semester genap Tahun Pelajaran 2012 / 2013 pada Kompetensi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Maret tahun pelajaran 2012/2013.
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Sawit Miri
Panggungharjo Sewon Bantul 55188 Yogyakarta.
3. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD
Sawit.
4. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan meningkatkan pemahaman
belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
B. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Kemmis dan Tagart (1986) Penelitian Tindakan Kelas itu sendiri
adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh
pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya, memahami pekerjaan serta situasi dimana pekerjaan itu
dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas sangat mendukung program
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah
peningkatan peningktan kualitas pendidikan.
2. Model Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari
Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmadja (2005:66) seperti yang terlihat
dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart
( Wiraatmadja,2005)
3. Kriteria Keberhasilan
Tabel 1. Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria
capaiannya di awal, siklus I, dan Siklus II.
Kondisi awal
Kondisi akhir
Peubah Indikator Siklus I Siklus II
Pemahaman
Dari tabel 1 di atas dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
PT =
PT = Prosentase siswa yang tuntas
C. Rencana Tindakan 1. Persiapan
Adapun hal-hal yang dipersiapkan sebelum penelitian ini antara
lain :
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri Sawit Bantul
untuk melakukan kegiatan penelitian.
b. Mengamati kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran PKn di
kelas VI SD Negeri Sawit.
c. Identifikasi masalah.
d. Analisis masalah.
e. Perumusan hipotesis
f. Penyusunan rencana penelitian dalam setiap siklus yang ditingkatkan.
g. Membuat gambaran aal mengenai pemahaman konsep materi politik
luar negeri Indonesia yang bebas aktif siswa kelas VI dengan
melakukan tes awal.
h. Penyusunan silabus, RPP, LKS, Membuat Silabus, RPP, LKS,
Kisi-Kisi, Soal Evaluasi, Kunci Jawaban, Pedoman Penskoran, Lembar
Observasi Kegiatan Siswa.
2. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini ada 2 rencana tindakan yang akan dilakukan
a. Siklus I
Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar
siap menerima pelajaran.
b. Guru merumuskan permasalahan tentang topik pelajaran
dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Siapakah di antara kalian yang tidak ingin hidup bebas?
Apakah alasannya mengapa hampir seluruh manusia ingin
hidup bebas?
c. Memberi pretes mengenai materi politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan akif.
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari
kegiatan ini.
e. Guru melakukan tanya jawab mengenai pengertian politik
luar negeri dan faktor politik luar negeri Indonesia.
f. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara merata, setiap
siswa diberi nomor yang dibentuk mahkota gambar
binatang yang dipakai di kepala.
g. Siswa menempati tempat duduk sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
h. Guru membagi LKS kemudian tiap-tiap kelompok
i. Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor
yang dipanggil menjawab pertanyaan dari guru secara lisan
dengan jawaban yang telah didiskusikan dengan
kelompoknya.
j. Kelompok yang lain memberi tanggapan.
k. Siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil kegiatan
pembelajaran.
l. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran.
m. Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan
selanjutnya.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang
proses pengerjaan yang dilakukan siswa dalam kelompok dan
ketepatan jawaban.
4) Refleksi
Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya
dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari
Pertemuan 1I (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar siap
menerima pelajaran.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Guru menyampaikan petunjuk pengerjaan soal.
d. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu..
e. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
f. Guru merencanakan kegiatan pada siklus selanjutnya.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang
proses pengerjaan yang dilakukan siswa.
4) Refleksi
Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya
dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan
kedua di siklus I.
a. Siklus II
Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
b. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. c. Melakukan apersepsi.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e. Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok seperti pertemuan sebelumnya.
f. Guru membagi LKS untuk didiskusikan bersama kelompoknya.
g. Guru memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi.
h. Setelah selesai kemudian guru dan siswa secara bersama-sama bertanya jawab untuk menarik kesimpulan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya
dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan
Pertemuan 2 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar siap
menerima pelajaran.
b. Guru menyampaikan petunjuk pengerjaan soal.
c. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
d. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan
instrument lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara
lain tentang kerjasama dalam kelompok,keaktifan siswa, serta
ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Guru merefleksikan secara menyeluruh dari hasil perlakuan siklus
II. Lalu menganalisis data tersebut dengan membandingkan antara
kondisi awal, KKM, kondisi pada akhir siklus I, kondisi pada akhir
siklus II dan target ketuntasan siklus serta menarik kesimpulan
tentang ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa atas perkalian
D. Pengumpulan Data
Peubah dalam penelitian ini adalah kemampuan menjelaskan tentang
politik luar negeri yang bebas dan aktif. Data yang diperlukan adalah skor
hasil evaluasi. Untuk instrument yang dipilih dalam pengumpulan data
berupa butir soal. Secara jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Pengumpulan data
Peubah Indikator Data yang Diperlukan
Tes tertulis Butir soal
Tes Tertulis
Tes dilaksanakan di setiap akhir siklus untuk melihat apakah terjadi
peningkatan pemahaman materi politik luar negeri Indonesia setelah proses
E. Analisis Data
1. Data Hasil Tes Tertulis
Data hasil tes dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
N = 100
SM R
N = Nilai akhir yang diperoleh siswa
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimal ideal dari tes
100 = Bilangan tetap
Rata-rata kelas =
Prosentase ketuntasan = 100% siswa
Presentase ketidak tuntasan = 100% siswa
2. Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan dengan cara observasi sistematis. Observasi
sistematis yaitu observasi yang dilakukan pengamat ( peneliti) dengan
menggunakan pedoman instrumen pengamatan. Observasi dilakukan
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas VI. Data yang ingin
lembar observasi. Tabel 3 merupakan format lembar observasi untuk
siswa.
Tabel 3. Format lembar observasi untuk siswa
NAMA
1. Kerjasama dalam kelompok
Skor yang diperoleh:
1 = Siswa tidak ikut berdiskusi
2 = Ikut berdiskusi, tetapi pasif
3. = Ikut berdiskusi dan saling kerjasama
2. Keaktifan siswa
Skor yang diperoleh:
1 = Siswa tidak ikut berpartisipasi di dalam kelompok
2 = Siswa berpartisipasi pasif (hanya mengamati/menonton dan tidak
membantu menyelesaikan masalah).
3. Ketepatan jawaban
Skor yang diperoleh:
0 = Jawaban siswa salah
4 = Jawaban siswa benar
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
NA = 100%
N Nm
NA = Nilai Akhir
Nm = jumlah item yang dicek list pada tiap indikator daftar cek
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Pemahaman
Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala
Bernomor Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas VI SD Sawit Tahun
Ajaran 2012/2013” dilaksanakan selama 2 siklus. Dimulai pada tanggal
27 Februari 2013 sampai 2 Maret 2013.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan pada setiap siklus yang
terdiri dari dua siklus. Dalam upaya peningkatan pemahaman belajar
melalui model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor hasilnya
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Siklus Pertama
a. Rencana Tindakan
Rencana kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1 terdiri dari
penyusunan silabus, RPP, LKS, dan soal evaluasi. Sebelum
melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan observasi dan melihat
nilai siswa pada tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui nilai
siswa terkait materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
aktif.
Setelah mengetahui kondisi awal siswa, peneliti melaksanakan
siklus pertama. Tindakan siklus 1 terdiri dari dua kali pertemuan.
Pada tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa, lembar observasi kegiatan siswa dan lembar
evaluasi
b. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 1 dilaksanakan
dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 27 Februari 2013,
pukul 07.00 – 08.10 dan pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013
pukul 08.10 – 09.20. Total waktu yang dibutuhkan pada
pelaksanaan siklus 1 adalah 140 menit (4 JP). Pada siklus ini
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
kepala bernomor. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VI SD Sawit yang berjumlah 30 siswa.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 anak. Setiap kelompok memperoleh LKS,
dimana LKS tersebut kemudian dikerjakan bersama-sama dalam
masing-masing kelompok secara berdiskusi. Pada waktu siswa
berdiskusi guru sudah mulai mengobservasi kegiatan siswa.
Setelah siswa selesai mendiskusikan LKS, guru memanggil salah
satu nomor, kemudian siswa yang dipanggil nomornya maju ke
depan untuk mempresentasikan hasilnya. Kelompok yang lain
memperhatikan dan boleh untuk memberikan tanggapan. Pada
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan.
c. Observasi
Kegiatan observasi pada siklus I dilakukan dengan mengamati
yang dilakukan siswa selama kegiatan diskusi. Selama pelaksanaan
tindakan, peneliti sekaligus melakukan pengamatan terhadap
kegiatan siswa dalam kelas, baik yang sifatnya menunjang maupun
yang menghambat proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk dijadikan bahan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sisklus I siswa mendiskusikan LKS di dalam kelompok yang
telah dibagi. Hasil temuan pada saat peneliti mengadakan
pengamatan selama pelaksanaan tindakan adalah ada beberapa
siswa yang cenderung kurang aktif. Siswa hanya diam dan tidak
ikut berdiskusi bersama teman-teman dalam kelompok sehingga
tidak terlihat adanya kerjasama. Siswa belum memahami perintah,
kurang konsentrasi dan mengganggu temanya. Selain itu, beberapa
kelompok suaranya kurang bisa didengar oleh teman atau
kelompok lain ketika ditunjuk maju untuk mempresestasikan hasil
diskusi kelompok.
Hal yang menunjang adalah adanya suasana yang berbeda
dalam kelas, siswa belajar sambil mngenakan mahkota bernomor
pembelajaran. Hal itu akan mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat kegiatan
pembelajaran siklus 1 berlangsung, berikut hasil refleksi yang
diperoleh :
1) Pada pembentukan kelompok masih ada beberapa siswa yang
tidak mau berbaur dengan teman yang lain, mereka masih
pilih-pilih teman dalam kelompok.
2) Ada beberapa siswa yang kurang aktif, tidak mau ikut
berdiskusi.
3) Pada siklus 1 ini juga terjadi peningkatan terhadap aktifitas
siswa bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan.
Jumlah siswa yang ramai atau mengganggu temannya tampak
berkurang. Siswa lebih konsentrasi terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung. Beberapa siswa tidak lagi malu untuk
bertanya maupun menjawab pertanyaan, bahkan beberapa siswa
yang berani memberikan tanggapan ketika kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
4) Pemahaman siswa juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari
e. Hasil Penelitian Siklus 1 1) Hasil Tes Tertulis
Data hasil tes tertulis yang diikuti oleh siswa kelas VI SD
Sawit yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 13 siswa
perempuan dan 17 siswa laki-laki. Berikut adalah hasil tes pada
siklus 1 :
Tabel 4. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1
26 Tuti Faroroh 55 - √
Persentase ketuntasan siswa 70% 30%
2) Hasil Observasi Kegiatan
Tabel 5. Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus I
23 Vicka Fidianti 2 2 3 7
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus kedua
dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu hari Jumat 1 Maret 2013
pukul 08.10 – 09.40 dan hari Sabtu tanggal 2 Maret 2013 pada
pukul 07.00 – 08.10. Subyek yang digunakan pada siklus kedua
berjumlah 30 siswa. Pada siklus kedua ini peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor pada
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat. Pada akhir siklus
kedua, siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran.
b. Hasil Penelitian Siklus Kedua 1) Hasil Tes Tertulis
Pengukuran dari siklus II dilakukan dengan alat ukur tes yaitu
tes tertulis. Prosentase keberhasilan yang ingin dicapai pada siklus
II ini adalah 72 persen dengan KKM 70. Berikut hasil tes pada
Tabel 6. Hasil Tes Evaluasi Siklus II
2) Hasil Observasi Kegiatan
Tabel 7. Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus II
3) Observasi
Pengamatan dan observasi dilakukan peneliti sepanjang
pelaksanaan tindakan berlangsung. Secara keseluruhan terjadi
peningkatan, baik itu aktifitas siswa maupun kondisi siswa
pada saat melaksanakan diskusi, maupun pada saat persentasi
kelompok.
4) Refleksi
Tidak banyak hambatan yang yang ditemukan pada siklus
2, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran
berfikir berpasangan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa
dalam proses diskusi. Namun masih ada beberapa siswa yang
memperoleh hasil yang kurang memuaskan, karena ada
beberapa siswa yang bermain saat proses diskusi dan tidak
mendengarkan saat kelompok lain mempresentasikan hasil
diskusi.
F. Pembahaan
Berikut merupakan ringkasan dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan pada setiap siklus :
1. Siklus 1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada akhir siklus 1
yang dibandingkan dengan kondisi awal, maka diperoleh diagram
Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1
67,9
60
56 58 60 62 64 66 68 70
Kondisi Awal Siklus 1
Nilai Rata-rata Siswa
Gambar 2. Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1
Pada siklus pertama diperoleh nilai tertinggi yaitu 95, dan nilai
terendah yaitu 25. Pada pelaksanaanya, dua siswa mendapat nilai 85,
satu siswa mendapat 80, empat siswa mendapat nilai 78, delapan
siswa mendapat nilai 75, satu siswa mendapat nilai 72, empat siswa
mendapat nilai 70, tiga siswa mendapat nilai 60, satu siswa mendapat
nilai 55, satu siswa mendapatkan nilai 50, dua siswa mendapatkan
nilai 45, satu siswa mendapat nilai 30, dan satu siswa mendapat nilai
25. Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata nilai siklus pertama adalah
67,9, walaupun mengalami peningkatan namun kondisi tersebut belum
Pada siklus pertama siswa yang mendapat nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 21 siswa atau mencapai 70%.
Pada siklus pertama ada 9 siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) atau mencapai 30%. Berdasarkan data
tersebut, jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 mengalami
peningkatan dibandingkan kondisi awal yaitu sebesar 12 %.
58%
Kondisi Awal Kondisi yang Siklus 1
Kondisi Siswa yang Mencapai KKM
Kondisi Mencapa
Gambar 3. Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan
pemahaman belajar siswa meningkat. Hal itu ditunjukkan dari
kerjasama dalam kelompok 100% 54% 90
49
x , siswa yang
menunjukkan keaktifan dalam kelompok / pembelajaran
%
teknik kepala bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar
siswa mengenai politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada
siswa kelas VI SD Sawit.
2. Siklus 2
Pada siklus kedua ini, siswa lebih aktif berinteraksi dengan teman
satu kelompok, yang tadinya diam sekarang lebih aktif berdiskusi
bersama. Siswa lebih serius dan antusias dalam mempresentasikan
hasil diskusi yang diperoleh. Siswa juga memperhatikan ketika ada
kelompok lain yang maju mempresentasikan hasilnya.
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus 2, rata-rata nilai ulangan
siswa telah mencapai indikator keberhasilan akhir siklus kedua, maka
siklus tidak dilanjutkan. Pada siklus kedua nilai tertinggi adalah 100
dan nilai terendah 60. Pada siklus kedua ini, satu siswa mendapat nilai
95, dua siswa mendapat nilai 90, empat siswa mendapat nilai 80,
delapan siswa mendapat nilai 75, delapan siswa mendapat nilai 70,
empat siswa mendapat nilai 65, dan satu siswa mendapat nilai 60.
Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata nilai pada siklus kedua
adalah 75,67, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 25 siswa atau mencapai
83,33%. Pada siklus kedua ada 5 siswa yang mendapat nilai di bawah
Berdasarkan data tersebut, jumlah siswa yang mencapai KKM pada
siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan
pemahaman belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dari
kerjasama kelompok 100% 60% 90
54
x , siswa yang menunjukkan
keaktifan dalam kelompok/ pembelajaran 100% 64% 90
58
x ,
sedangkan siswa yang menunjukkan ketepatan dalam menjawab soal
%
menjadi lebih aktif. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan menanggapi
persentasi di depan kelas. Suasana siswa yang ramai saat
pembelajaran mengalami penurunan dan siswa lebih terpusat pada
kegiatan langsung bersama teman satu kelompoknya. Sehingga, siklus
2 ini siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi yang
dipelajari tersebut.
Berikut peneliti paparkan nilai rata-rata pada kondisi awal siklus 1
Nilai Rata-rata Siswa
Gambar 4. Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 dan 2
Adapun data peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat pada diagram
berikut ini.
Kondisi Siswa yang Mencapai KKM
Kondisi Siswa yang Mencapai KKM
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif dapat ditarik kesimpulan. Dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor
dalam pembelajaran politik luar negeri yang bebas dan aktif dapat
meningkatkan pemahaman belajar PKn siwa kelas VI SD Sawit. Terbukti
dari siklus 1 dan dilanjutkan siklus 2 siswa menjadi lebih paham saat
mengikuti pelajaran, pada siklus 1 pertama nilai rata-rata siswa
mengalami peningkatan dari kondisi awal menjadi 67,9 dengan persentase
siwa yang mencapai KKM 70 %. Pada siklus 2 nilai rata-rata siswa
meningkat menjadi 75,67 dengan persentase siswa yang mencapai KKM
83,33 % , sehingga kenaikan presentase pencapaian KKM dari siklus 1 ke
siklus 2 adalah sebesar 13,33 %.
Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa temuan pada penelitian
menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II yaitu model
pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan
pemahaman belajar siswa pada materi politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif siswa kelas VI SD Sawit.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan
beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran PKn seorang guru baiknya dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif dalam menyampaikan materi
pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
2. Seorang guru hendaknya lebih inovatif dalam menggunakan model
pembelajaran supaya siswa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Karena hasil yang dicapai melalui penelitian tindakan kelas ini nyata
dan positif, maka diharapkan pada kelas-kelas lain bahkan di sekolah
lain dapat menerapkan metode pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran.
4. Siswa dalam mengikuti pelajaran dibiasakan untuk melakukan kerja
kelompok, dan siswa harus aktif sehingga seorang guru hanya sebagai
fasilitator saja.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Rahardjo Mulyo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Gava Media
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI). 1991. Jakarta : Balai Pustaka.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lie, Anita.2002. Mempraktikkan Cooperative Learnig di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta : Gramedia
Muhadi.2011. Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta : Shira Media
Purnomo puji. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Slavin,R.E.2009. Cooperative Learning. Teori Riset dan Praktik Bandung : Nusa Indah
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Wahana Paulus.2009.Pendididikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Winkel, W.S. 1984.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,Jakarta: PT Gramedia
Wiriaatmadja, Rochiati.2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
56
LAMPIRAN 1
SILABUS
Nama Sekolah : SD SAWIT
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : VI
Semester : II (dua)
Waktu : 4 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi : 4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi Kompetensi
Dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian
Alokasi
- Menjelaskan tujuan politik
- Menjelaskan pengertian politik luar negeri yang bebas dan aktif
- Menjelaskan pentingnya politik luar negeri bebas dan aktif
Pertemuan ke -2 - Menjelaskan landasan
57
- Menjelaskan tujuan politik luar negeri bebas dan aktif
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( SIKLUS I )
PERTEMUAN 1
Nama Sekolah : SD Sawit
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : II (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP).
A. Standar Kompetensi
4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi.
B. Kompetensi Dasar
4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
C. Indikator
4.1.1 Menyebutkan arti kebijakan bebas aktif.
4.1.2 Menyebutkan tujuan politik luar negeri.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyebutkan arti kebijakan bebas aktif. Siswa dapat menyebutkan tujuan politik luar negeri.
E. Materi Pokok Pembelajaran
Pengertian dan tujuan politik bebas aktif.
F. Metode Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal ( 10 menit )
1. Menyiapkan kondisi kelas