• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA BERNOMOR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS VI SD SAWIT SEWON BANTUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20122013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA BERNOMOR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS VI SD SAWIT SEWON BANTUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20122013"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA

BERNOMOR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS VI

SD SAWIT SEWON BANTUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : DYAH AYU SAPTA RINI

091134180

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Mengajar dengan kasih adalah panggilan hidup dan pilihanku

Segala bentuk kerja keras pasti akan berbuah manis

Dimana ada kehendak, di situ ada jalan

Semangat……Tuhan Memberkati

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1.

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku,

2.

Theresia Sumini ibu yang selalu mendoakanku,

3.

Antonius Andriyanto, suamiku tercinta yang selalu

membimbingku,

4.

Hieronymus Rangga Andryan Alfaro, malaikat kecilku yang

selalu menjadi penyemangat bunda,

5.

Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbingku selama ini,

6.

Sahabat terbaikku Anita Kusumastuti, Rohmat Nurhadi dan

Thoviub Sa’bandi yang banyak membantu dan menjadi tempat

berkeluh kesah,

7.

Bapak dan Ibu guru SD Sawit yang selalu memberikan

dukungan,

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Dyah Ayu Sapta Rini. Peningkatan Pemahaman Belajar PKn Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Pada Siswa Kelas VI SD Sawit Sewon Bantul . Skripsi. S1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi politik luar negeri yang bebas aktif siswa kelas VI SD Sawit tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Sawit Sewon Bantul tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda dan uraian serta lembar aktifitas siswa. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data adalah teknik perbandingan, dimana peneliti membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus 1 dan siklus 2 serta membandingkan rata-rata peningkatan skor siswa pada kedua siklus yang pada kondisi awal hanya 60. Dalam penelitian ini, target pencapaian KKM pada siklus 1 yang diharapkan sebesar 75% dan pada siklus 2 sebesar 80%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas pada siklus 1 yaitu 67,9 dan pada siklus 2 menjadi 75,67. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada siklus 1 siswa yang memenuhi KKM mencapai 70%, hal ini lebih besar dari kondisi awal 60%, namun belum mencapai target yang diharapkan pada siklus 1 yaitu 75%, sehingga dilakukan siklus 2. Pada siklus 2 siswa yang memenuhi KKM mencapai 83,33%, hal ini sudah memenuhi target yang diharapkan. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dari siklus 1 ke siklus ke 2 mengalami peningkatan sebesar 13,33 %.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar PKn tentang materi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada siswa SD Sawit Tahun Pelajarn 2012/2013.

(8)

viii numbered head techniques increasing the understanding of student learning in PKn (Civics) on the subject matter of Indonesia’s Ftrr and actice foreign policy to the sixth grade student in learning year of 2012/2013.

The study presented a class action research (PTK), which used cooperative learning with numbered heads techniques. The subjects in this study were sixth grade students of Sawit Elementary School in the learning year of 2012/2013, amounting to 30 students. Instrument of accession used in this study was the multiple choice questions and description as well as student activity sheets. Data analysis techniques applied to asses the data was a comparison technique, which the researchers compared the increase in the numberof students who meet the KKM of cycle 1 and 2 and compared the average increase in student scores on the second cycle on the initial conditions that was only 60. In this study, the target of KKM achievement in cycle 1 was expected to be 75% and the second cycle by 80 %.

The results showed that the class average was 67,9 in cycle 1 and cycle 2 to 75,67. The results of this study also showed that student met KKM 1 cycle of the 70%, it was larger than the initial condition of 60%, but has not reached the expected target, from this it chould be concluded that there was increas from cycle 1 to cycle 2 by 13,33%.

From the study that has been done could be concluded that cooperative learning with numbered head teccniques could improvement in the Material of Indonesia’s Free and active Foreign Policy to the Student on Grade VI Elementary School Sawit Sewon Bantul in even Semester 2012/2013.

(9)
(10)

x

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...…...….

ABSTRAK ………...……..

C. Rumusan Masalah ………...………

D. Pemecahan Masalah ………...………

E. Batasan Pengertian ………...………

F. Tujuan Penelitian ………...………

G. Manfaat Penelitian ………...………

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Belajar Pkn ………...………

(11)

xi

C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor ………

D. Hakikat PKn ………...…………...…………

E. Ulasan KD ………...………...……...

F. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Kepala Bernomor dengan Peningkatan Pemahaman Belajar ...

G. Kerangka Berpikir ………...………

H. Hipotesis Tindakan ………...………

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian ………...………

B. Desain Penelitian ………...………

C. Rencana Tindakan ………...………

D. Pengumpulan Data ………...………

E. Analisis Data ………...…………...…………

BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1

Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7

Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria capaiannya di awal, siklus I, dan Siklus II. ... Pengumpulan data ... Format lembar observasi untuk siswa ... Hasil Tes Evaluasi Siklus 1 ... Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus I ... Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus II ...

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1

Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5

Alur Model Penelitian Tindakan ......

Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 ... Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 ... Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 dan 2 ... Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 dan 2 ....

(14)

xiv RPP Siklus II Pertemuan 1 ... RPP Siklus II Pertemuan 2 ... LKS Siklus I ... LKS Siklus II ... Kisi-kisi Soal Siklus I ... Kisi-kisi Soal Siklus II ... Soal Siklus I ... Hasil Evaluasi Siswa ... Surat Permohonan ijin Penelitian ... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……..

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru

dalam mengajar tidak hanya menggunakan model ceramah, namun

menggunakan model pembelajaran yang menarik misalnya model

pembembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dalam proses belajar

mengajar di kelas. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar

mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi

belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan

meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan

menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Oleh karena itu,

guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan

rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang

siswalah subjek utama dalam belajar ( Daryanto & Rahardjo Muljo,

2012:1).

Pada jenjang pendidikan SD, PKn merupakan pelajaran yang kurang

mendapatkan perhatian dari siswa. Dari hasil observasi, pada saat

pelajaran berlangsung siwa lebih senang ngobrol dengan teman,kurang

antusias dan sibuk sendiri. Hal ini dapat terlihat dari kesulitan siswa kelas

VI SD Sawit dalam memahami materi, yang dibuktikan dengan daftar nilai

(16)

dan 2011/2012). Dari daftar tersebut dapat diketahui bahwa hasil rata-rata

ulangan harian materi “politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif”

masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 70.Pada tahun pelajaran

2011/2012 rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa adalah 60

dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah

58%.Kemungkinan penyebab rendahnya nilai siswa kelas VI SD Sawit

adalah kurang pahamnya mereka terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mencoba meningkatkan

pemahaman belajar materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan

aktif siswa kelas VI SD Sawit Bantul dalam pembelajaran PKn

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor.

Model pembelajaran ini dapat memberikan suasana yang menyenangkan

bagi siswa, lebih menarik dengan pemakaian mahkota, siswa dapat saling

berdiskusi dan belajar mengemukakan pendapat. Dengan model

pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memahami dan mengerti

materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif sebelum

melanjutkan materi selanjutnya.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran kooperatif teknik

kepala bernomor pada mata pelajaran PKn kompetensi dasar politik luar

negeri Indonesia yang bebas dan aktif siswa kelas VI SD Sawit Sewon

(17)

C. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala

bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada kompetensi

dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif kelas VI SD

Sawit Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013 ?

D. Pemecahan Masalah

Masalah yang muncul di dalam PTK ini akan diatasi dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor,

yang pelaksanaan pembelajarannya diusahakan dalam suasana yang

menyenangkan dan semua siswa ikut berperan aktif.

E. Batasan Pengertian

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan :

1. Pemahaman belajar adalah suatu proses atau perbuatan untuk

memahami dan menanamkan pada memori otak kita tentang suatu

pengertian dan makna yang sedang disampaikan.

2. Model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor adalah suatu

metode belajar dimana setiap siswa diberi topi yang bernomor

kemudian dibuat suatu kelompok dan guru memanggil nomor dari

(18)

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam PTK ini adalah untuk mengetahui

apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

mampu meningkatkan pemahaman belajar pada mata pelajaran PKn

kompetensi dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif siswa

kelas VI SD Sawit Sewon Bantul semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1) Bagi Siswa

a. Siswa mengalami perubahan yang baik dalam proses belajar.

b. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru.

c. Siswa menjadi senang dalam mengikuti pelajaran PKn sehingga

pemahaman materi juga meningkat.

2) Bagi Guru

a. Guru dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

pada mata pelajaran PKn.

b. Mendorong guru lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

3) Bagi Sekolah

(19)

4) Bagi Penulis

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman berharga mengnai

penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor pada

mata pelajaran PKn kelas VI semester II dalam materi politik luar negeri

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Belajar PKn

Paham berarti pengertian; pendapat; pandangan; mengerti benar

akan; tahu benar akan; pandai dan mengerti benar. Sedangkan pemahaman

adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (KBBI,

1991:714). Berdasarkan urian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman

merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar

terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam

mengetahui atau mempelajari sesuatu. Belajar dengan mengharapkan sesuatu

hasil yang baik, tidak cukup hanya sebatas kemampuan mangetahui.

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan

memahami sesuatu indicator, belajar ditujukan dengan perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (W.S.Winkel,

1984:64).

(21)

Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Teori belajar Piaget membagi

perkembangan kognitif manusia dari bayi sampai dewasa menjadi empat

tahap yaitu :

1) Fase Sensori Motor ( umur 0-2 tahun )

Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak

menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk

mengenal obyek.

2) Fase Intuitif atau Pra operasional (umur 2-7 tahun)

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru

atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan

simbolisasi.

3)Fase Operasional Konkrit (umur 7-11 tahun)

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.

Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu

memecahkan masalah secara logis.

4) Fase Operasional Formal ( umur 11-16 tahun)

Periode operasi formal merupakan tingkat puncak perkembangan

struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis

masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran

ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

(22)

karena itu, untuk meningkatkan pemahaman diperlukan proses belajar yang

baik dan benar. Pemahaman siswa akan dapat berkembang bila proses

pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien.

B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian pembelajaran kooperatif

Suparno (2006:71) menyatakan bahwa ”mengajar adalah suatu

proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

”Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa

dalam membentuk pengetahuannya tentang sesuatu. Keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran sangatlah penting. Oleh karena itu, melalui kegiatan

pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, diharapkan hasil belajar

siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Menurut Slavin (dalam Solihatin,2007:4),pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4

sampai 6 orang,dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Pembelajaan kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok

(23)

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa

untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan (Kunandar, 2007: 359). Menurut Anita Lie pada

bukunya yang berjudul “ cooperative learning “ mengatakan bahwa,

pembelajaran kooperatif learning adalah cara belajar – mengajar berbasiskan

peace – education.

Model pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai model

pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik

(academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk

interpersonal skill (Yatim Riyanto.2008:271)

Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam

pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong

royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan

menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena adanya beberapa alasan.

Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas

dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Banyak

siswa juga tidak senang disuruh bekerja sama dengan yang lain, karena siswa

yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang saja

pada hasil jerih payah mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa

(24)

Kesan negatif ini sebenarnya tidak perlu muncul, karena jika prosedur

model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan benar maka akan

memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

2. Unsur – unsur pembelajaran kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009 : 58-61 ) unsur – unsur dalam model

pembelajaran kooperatif adalah :

a. Saling ketergantungan positif

Artinya setiap anggota harus sadar bahwa keberhasilan

seseorang merupakan keberhasilan yang lain atau sebaliknya. Jadi,

keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap

siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok

dibentuk dari sumbangan setiap anggota. Beberapa siswa yang

kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan –rekan

mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. Malah mereka

akan terpacu untuk meningkatkan usaha dan motivasi. Sebaliknya,

siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena

rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian

sumbangan mereka. Hal ini akan bardampak masing-masing siswa

dapat mengukur sampai dimana kemampuan dalam memahami

(25)

tugas- tugasnya dengan baik sehingga terciptalah suasana kerja sama

yang harmonis.

b. Tanggung jawab perseorangan.

Adanya ketergantungan yang positif dalam pembelajaran

kooperatif akan memotivasi siswa untuk

mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kelompoknya,

sehingga siswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif. Tujuan

utama dari pembelajaran ini bukan hanya dapat diselesaikan tugas

yang diberikan dalam kelompok, tetapi siswa mampu

membelajarkan diantara anggota kelompoknya. Sebagai

konsekuensinya guru harus menyusun tugas individual untuk

dikerjakan oleh masing-masing anggota dalam kelompok tersebut.

Sehingga masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap

pelajarannya sendiri.

c. Interaksi tatap muka

Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang, pengalaman

keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses bertukar pikiran

dalam memecahkan permasalahan. Para anggota kelompok diberi

kesempatan saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam

kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi sehingga terjalin hubungan

(26)

Dengan demikian maka di antara anggota kelompok dapat saling

menghargai perbedaan, saling memanfaatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing anggota hal ini akan berakibat hasil yang

dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan sendiri.

d. Komunikasi Antar anggota

Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk memiliki

kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum

menugaskan siswa dalam kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana

cara berkomunikasi yang baik. Hal ini karena tidak setiap siswa

mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses panjang. Namun,

proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu

ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan

perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Dalam melaksanakan evaluasi proses kelompok, guru hendaknya

menjadwalkan waktu khusus. Waktu evaluasi ini tidak perlu

dilaksanakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan bisa diadakan

selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam

pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bermacam-macam,

(27)

3. Keterampilan pembelajaran kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi

saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang disebut keterampilan kooperatif.

Keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut

(Lundgren,1994).

a. Keterampilan kooperatiftingkat awal, meliputi

1). Menggunakan kesempatan

2). Menggunakan kontribusi

3). Mengambil giliran dan berbagai tugas

4). Berada dalam kelompok

5). Berada dalam tugas

6). Mendorong partisipasi

7). Mengundang orang lain untuk berbicara

8). Menyelesaikan tugas pada waktunya

9). Menghormati perbedaan individu

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi :

1). Menunjukkan penghargaan dan simpati

2). Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima

3). Mendengarkan dengan aktif

4). Bertanya

5). Membuat ringkasan

(28)

7). Mengatur dan mengorganisir

8). Menerima tanggung jawab

9). Mengurangi ketegangan

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi :

1). Mengelaborasi

2). Memeriksa dengan cermat

3). Menanyakan kebenaran

4). Menetapkan tujuan

5). Berkompromi

4. Karakteristik pembelajaran kooperatif

a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan

memberikan motivasi sehingga terjadi interaksi yang baik.

b. Adanya akuntabilitas individu dapat mengukur penguasaan materi

pelajaran setiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan

balik hasil belajarnya sehingga anggota kelompok mengetahui siapa

yang memerlukan bantuan dari anggota lainnya.

c. Kelompok belajar bersifat heterogen, baik dalam kemampuan

akademiknya, ras, jenis kelamin dan sebagainya.

d. Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bisa juga secara

bergilir sehingga memberi kesempatan bagi setiap anggota kelompok

(29)

e. Mampu mengembangkan keterampilan sosial anggota kelompoknya,

seperti kemampuan berinteraksi dengan baik, rasa saling percaya

kepada orang lain, dan mengelola konflik secara bersama-sama.

f. Guru melakukan pemantauan dan intervensi jika terjadi

permasalahan dalam kerjasama antar anggota kelompok pada saat

pembelajaran berlangsung.

g. Guru memperhatikan proses kelompok yang sedang berlangsung.

h. Penekanan pada hubungan pribadi antar anggota kelompok yang

saling menguntungkan, tidak hanya pada penyelesaian tugas saja

5. Kelebihan pembelajaran kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif berlangsung interaksi yang

rileks dan terbuka namun sisi keaktifan siswa tetap ada. Mereka membuka

kesempatan untuk memberi dan menerima masukan di antara mereka

supaya dapat mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan

yang ingin dikembangkan.

C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor

1. Pengertian pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

Teknik pembelajaran kepala bernomor pertama kali dikembangkan

oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

(30)

Menurut Lie (1999), pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua memberi kesempatan

kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

tingkatan usia siswa. Namun pada intinya pengertian pembelajaran

kooperatif teknik kepala bernomor adalah salah satu teknik pembelajarn

yang jawaban mana yang paling tepat, dengan cara membagi siswa dalam

kelompok setiap siswa diberi nomor yang sudah buat mahkota berbentuk

kepala binatang. Binatang yang dipakai bisa apa saja, mahkota itu

kemudian dipakai di kepala mereka untuk menunjukkan nomor. Nomor

yang dipanggil menjawab pertanyaan yang sudah didiskusikan bersama

dengan kelompok.

2. Langkah – langkah pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

Pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dikembangkan

oleh Spencer Kagen (1992). Pada umumnya teknik kepala bernomor

digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman

pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

adalah :

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada

(31)

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk

mendapatkan skor dasar atau awal.

c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau

nama.

d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam

kelompok.

e. Guru mengcek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor

anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang

ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan,dan memberikan penegasan pada akhir pelajaran.

g. Guru memberikan tes kepada siswa secara individual.

h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

ke skor kuis berikutnya.

3. Manfaat pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

Model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor memiliki

beberapa manfaat, antara lain :

a. Memudahkan dalam pembagian tugas

b. Siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling

keterkaitan dengan rekan – rekan kelompoknya

(32)

d. Menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

e. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif teknik kepala

bernomor

Pada dasarnya setiap teknik pembelajaran pasti ada kelebihan dan

kelemahannya, oleh karena itu guru dituntut untuk pandai memilih model

pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif teknik kepala

bernomor juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu :

a. Kelebihan

1). Memudahkan dalam pembagian tugas.

2). Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.

3). Bisa digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan

usia anak didik.

4) Setiap siswa menjadi siap semua.

5). Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

6). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

7). Siswa menjadi lebih aktif

8). Motivasi belajar siswa dapat meningkat

9). Susana pembelajaran menjadi menyenangkan

b. Kelemahan

1). Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena

(33)

2). Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3). Masih membutuhkan bimbingan guru.

4). Guru memerlukan persiapan yang maksimal.

5). Memerlukan waktu yang lama karena banyak kegiatan dalam

proses pembelajaran.

D. Hakikat PKn 1. Pengertian PKn

Menurut Drs. Paulus Wahana, M.Hum (2009) Pkn adalah program

pendidikan yang berlandaskan nilai Pancasila sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar

pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri

yang diwududkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para

siswa, baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tujuan PKn SD

Yang merupakan tujuan PKn SD yaitu memberikan

kompetensi-kompetensi

sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu

(34)

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama-sama dengan bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

E. Ulasan Kompetensi Dasar

1. Pengertian Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Politik luar negeri adalah arah kebijakan sutu negara untuk

mengatur hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan

bagian dari kebijakan nasional yang diabdikan bagi kepentingan nasional

dalam lingkup dunia internasional. Setiap negara mempunyai kebijakan

politik luar negeri yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena politik

luar negeri suatu negara tergantung pada tujuan nasional yang akan

dicapai. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Bebas artinyapolitik luar negeri Indonesia terbebas dari pengaruh

negara-negara atau kekuatan asing. Aktif artinya Indonesia tidak tinggal diam

dengan masalah-masalah dunia yang muncul. Bersama Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi dunia lain, Indonesia

(35)

2. Faktor Politik Luar Negeri

Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor luar negeri dan

faktor dalam negeri.

a. Faktor Luar Negeri

Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi

seakan-akan dunia ini sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia

ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan suatu negara dengan negara

lainnya sangatmudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan

teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang

terjadi di negara lain dengan mudah diketahui oleh negara lain.

b. Faktor Dalam Negeri

Faktor dalam negeri, misalnya sering terjadinya pergantian

pemimpin pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan mempunyai

kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri.

3. Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia

Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada

tujuan nasionl negara itu sendiri. Tujuan politik luar negeri Indonesia,

antara lain sebagai berikut :

a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan

negara.

b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk

memperbesar kemakmuran rakyat.

(36)

d. Meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.

Tujuan politik luar negeri tidak terlepasdari hubungan luar negeri.

Hubungan luar negeri merupakan hubungan internasional, melalui

kerjasama bilateral maupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan

nasional.

4. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia

Politik luar negeri Indonesia berlandaskan Pancasila dan

UUD 1945. Pancasila sebagai landasan ideal dan UUD 1945 sebagai

landasan konstitusional.

a. Pancasila sebagai Landasan Ideal

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan

pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia.

b. Landasan Konstitusional

Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama dan alinea keempat, serta

pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13.

F. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor dengan Peningkatan Pemahaman Belajar.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala

bernomor dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh pada

(37)

dalam memahami materi, tidak antusias dalam pembelajaran, asyik

ngobrol dengan teman diberi kesempatan untuk merespons dan saling

membantu satu sama lain dalam suatu kelompok. Dengan begitu, siswa

dapat mempertimbangkan lebih banyak mengenai apa yang dijelaskan oleh

guru maupun apa yang telah dialaminya, sehingga siswa mendapatkan

pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemahaman belajar.

G. Kerangka berpikir

Pemahaman belajar siswa terutama dalam mata pelajaran PKn

maih rendah.Hal ini dapat dilihat dari perentase jumlah siwa yang mencapai

KKM masih sedikit. Dari hasil observasi juga menunjukkan pada saat

pelajaran berlangsung siswa tidak semangat, asyik ngobrol,sibuk dengan

kegiatan sendiri. Kurangnya variasi dalam pembelajaran dan penggunaan

metode ceramah yang monoton dapat menyebabkan prestasi belajar siswa

menjadi rendah.

Kegiatan pembelajaran yang menarik merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan pemahaman belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran

PKn. Penggunaan pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk

penguasaan materi, selain itu siswa dapat lebih aktif. Berdasarakan hal

tersebut, diharapkan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

(38)

H. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan

pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD

Sawit Bantul semester genap Tahun Pelajaran 2012 / 2013 pada Kompetensi

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai

Maret tahun pelajaran 2012/2013.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Sawit Miri

Panggungharjo Sewon Bantul 55188 Yogyakarta.

3. Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD

Sawit.

4. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan meningkatkan pemahaman

belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

B. Desain Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

Menurut Kemmis dan Tagart (1986) Penelitian Tindakan Kelas itu sendiri

adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh

pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki

(40)

pekerjaannya, memahami pekerjaan serta situasi dimana pekerjaan itu

dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas sangat mendukung program

peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah

peningkatan peningktan kualitas pendidikan.

2. Model Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari

Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmadja (2005:66) seperti yang terlihat

dalam gambar di bawah ini :

(41)

Gambar 1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart

( Wiraatmadja,2005)

3. Kriteria Keberhasilan

Tabel 1. Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria

capaiannya di awal, siklus I, dan Siklus II.

Kondisi awal

Kondisi akhir

Peubah Indikator Siklus I Siklus II

Pemahaman

Dari tabel 1 di atas dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

PT =

PT = Prosentase siswa yang tuntas

(42)

C. Rencana Tindakan 1. Persiapan

Adapun hal-hal yang dipersiapkan sebelum penelitian ini antara

lain :

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri Sawit Bantul

untuk melakukan kegiatan penelitian.

b. Mengamati kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran PKn di

kelas VI SD Negeri Sawit.

c. Identifikasi masalah.

d. Analisis masalah.

e. Perumusan hipotesis

f. Penyusunan rencana penelitian dalam setiap siklus yang ditingkatkan.

g. Membuat gambaran aal mengenai pemahaman konsep materi politik

luar negeri Indonesia yang bebas aktif siswa kelas VI dengan

melakukan tes awal.

h. Penyusunan silabus, RPP, LKS, Membuat Silabus, RPP, LKS,

Kisi-Kisi, Soal Evaluasi, Kunci Jawaban, Pedoman Penskoran, Lembar

Observasi Kegiatan Siswa.

2. Rencana Tindakan

Dalam penelitian ini ada 2 rencana tindakan yang akan dilakukan

(43)

a. Siklus I

Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan

a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar

siap menerima pelajaran.

b. Guru merumuskan permasalahan tentang topik pelajaran

dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa.

Siapakah di antara kalian yang tidak ingin hidup bebas?

Apakah alasannya mengapa hampir seluruh manusia ingin

hidup bebas?

c. Memberi pretes mengenai materi politik luar negeri

Indonesia yang bebas dan akif.

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari

kegiatan ini.

e. Guru melakukan tanya jawab mengenai pengertian politik

luar negeri dan faktor politik luar negeri Indonesia.

f. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara merata, setiap

siswa diberi nomor yang dibentuk mahkota gambar

binatang yang dipakai di kepala.

g. Siswa menempati tempat duduk sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

h. Guru membagi LKS kemudian tiap-tiap kelompok

(44)

i. Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor

yang dipanggil menjawab pertanyaan dari guru secara lisan

dengan jawaban yang telah didiskusikan dengan

kelompoknya.

j. Kelompok yang lain memberi tanggapan.

k. Siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil kegiatan

pembelajaran.

l. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran.

m. Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan

selanjutnya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi

Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument

lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang

proses pengerjaan yang dilakukan siswa dalam kelompok dan

ketepatan jawaban.

4) Refleksi

Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya

dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari

(45)

Pertemuan 1I (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan

a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar siap

menerima pelajaran.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Guru menyampaikan petunjuk pengerjaan soal.

d. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu..

e. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

f. Guru merencanakan kegiatan pada siklus selanjutnya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi

Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument

lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang

proses pengerjaan yang dilakukan siswa.

4) Refleksi

Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya

dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan

kedua di siklus I.

a. Siklus II

Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan

(46)

b. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. c. Melakukan apersepsi.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

e. Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok seperti pertemuan sebelumnya.

f. Guru membagi LKS untuk didiskusikan bersama kelompoknya.

g. Guru memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi.

h. Setelah selesai kemudian guru dan siswa secara bersama-sama bertanya jawab untuk menarik kesimpulan.

2) Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi:

Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument

lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara lain tentang

ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan

siswa, serta ketepatan jawaban siswa.

4) Refleksi:

Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya

dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan

(47)

Pertemuan 2 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan

a. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa agar siap

menerima pelajaran.

b. Guru menyampaikan petunjuk pengerjaan soal.

c. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

d. Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

2) Rencana Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi:

Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan

instrument lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatatat antara

lain tentang kerjasama dalam kelompok,keaktifan siswa, serta

ketepatan jawaban siswa.

4) Refleksi:

Guru merefleksikan secara menyeluruh dari hasil perlakuan siklus

II. Lalu menganalisis data tersebut dengan membandingkan antara

kondisi awal, KKM, kondisi pada akhir siklus I, kondisi pada akhir

siklus II dan target ketuntasan siklus serta menarik kesimpulan

tentang ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa atas perkalian

(48)

D. Pengumpulan Data

Peubah dalam penelitian ini adalah kemampuan menjelaskan tentang

politik luar negeri yang bebas dan aktif. Data yang diperlukan adalah skor

hasil evaluasi. Untuk instrument yang dipilih dalam pengumpulan data

berupa butir soal. Secara jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Pengumpulan data

Peubah Indikator Data yang Diperlukan

Tes tertulis Butir soal

Tes Tertulis

Tes dilaksanakan di setiap akhir siklus untuk melihat apakah terjadi

peningkatan pemahaman materi politik luar negeri Indonesia setelah proses

(49)

E. Analisis Data

1. Data Hasil Tes Tertulis

Data hasil tes dianalisis dengan rumus sebagai berikut :

N = 100

SM R

N = Nilai akhir yang diperoleh siswa

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimal ideal dari tes

100 = Bilangan tetap

Rata-rata kelas =

Prosentase ketuntasan = 100% siswa

Presentase ketidak tuntasan = 100% siswa

2. Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan dengan cara observasi sistematis. Observasi

sistematis yaitu observasi yang dilakukan pengamat ( peneliti) dengan

menggunakan pedoman instrumen pengamatan. Observasi dilakukan

selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas VI. Data yang ingin

(50)

lembar observasi. Tabel 3 merupakan format lembar observasi untuk

siswa.

Tabel 3. Format lembar observasi untuk siswa

NAMA

1. Kerjasama dalam kelompok

Skor yang diperoleh:

1 = Siswa tidak ikut berdiskusi

2 = Ikut berdiskusi, tetapi pasif

3. = Ikut berdiskusi dan saling kerjasama

2. Keaktifan siswa

Skor yang diperoleh:

1 = Siswa tidak ikut berpartisipasi di dalam kelompok

2 = Siswa berpartisipasi pasif (hanya mengamati/menonton dan tidak

membantu menyelesaikan masalah).

(51)

3. Ketepatan jawaban

Skor yang diperoleh:

0 = Jawaban siswa salah

4 = Jawaban siswa benar

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

NA = 100%

N Nm

NA = Nilai Akhir

Nm = jumlah item yang dicek list pada tiap indikator daftar cek

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Pemahaman

Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala

Bernomor Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas VI SD Sawit Tahun

Ajaran 2012/2013” dilaksanakan selama 2 siklus. Dimulai pada tanggal

27 Februari 2013 sampai 2 Maret 2013.

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan pada setiap siklus yang

terdiri dari dua siklus. Dalam upaya peningkatan pemahaman belajar

melalui model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor hasilnya

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Siklus Pertama

a. Rencana Tindakan

Rencana kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1 terdiri dari

penyusunan silabus, RPP, LKS, dan soal evaluasi. Sebelum

melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan observasi dan melihat

nilai siswa pada tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui nilai

siswa terkait materi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan

aktif.

Setelah mengetahui kondisi awal siswa, peneliti melaksanakan

siklus pertama. Tindakan siklus 1 terdiri dari dua kali pertemuan.

(53)

Pada tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

lembar kerja siswa, lembar observasi kegiatan siswa dan lembar

evaluasi

b. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 1 dilaksanakan

dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Rabu tanggal 27 Februari 2013,

pukul 07.00 – 08.10 dan pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013

pukul 08.10 – 09.20. Total waktu yang dibutuhkan pada

pelaksanaan siklus 1 adalah 140 menit (4 JP). Pada siklus ini

peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

kepala bernomor. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VI SD Sawit yang berjumlah 30 siswa.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 5 anak. Setiap kelompok memperoleh LKS,

dimana LKS tersebut kemudian dikerjakan bersama-sama dalam

masing-masing kelompok secara berdiskusi. Pada waktu siswa

berdiskusi guru sudah mulai mengobservasi kegiatan siswa.

Setelah siswa selesai mendiskusikan LKS, guru memanggil salah

satu nomor, kemudian siswa yang dipanggil nomornya maju ke

depan untuk mempresentasikan hasilnya. Kelompok yang lain

memperhatikan dan boleh untuk memberikan tanggapan. Pada

(54)

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan.

c. Observasi

Kegiatan observasi pada siklus I dilakukan dengan mengamati

yang dilakukan siswa selama kegiatan diskusi. Selama pelaksanaan

tindakan, peneliti sekaligus melakukan pengamatan terhadap

kegiatan siswa dalam kelas, baik yang sifatnya menunjang maupun

yang menghambat proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan

untuk dijadikan bahan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sisklus I siswa mendiskusikan LKS di dalam kelompok yang

telah dibagi. Hasil temuan pada saat peneliti mengadakan

pengamatan selama pelaksanaan tindakan adalah ada beberapa

siswa yang cenderung kurang aktif. Siswa hanya diam dan tidak

ikut berdiskusi bersama teman-teman dalam kelompok sehingga

tidak terlihat adanya kerjasama. Siswa belum memahami perintah,

kurang konsentrasi dan mengganggu temanya. Selain itu, beberapa

kelompok suaranya kurang bisa didengar oleh teman atau

kelompok lain ketika ditunjuk maju untuk mempresestasikan hasil

diskusi kelompok.

Hal yang menunjang adalah adanya suasana yang berbeda

dalam kelas, siswa belajar sambil mngenakan mahkota bernomor

(55)

pembelajaran. Hal itu akan mempengaruhi keberhasilan dalam

belajar.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat kegiatan

pembelajaran siklus 1 berlangsung, berikut hasil refleksi yang

diperoleh :

1) Pada pembentukan kelompok masih ada beberapa siswa yang

tidak mau berbaur dengan teman yang lain, mereka masih

pilih-pilih teman dalam kelompok.

2) Ada beberapa siswa yang kurang aktif, tidak mau ikut

berdiskusi.

3) Pada siklus 1 ini juga terjadi peningkatan terhadap aktifitas

siswa bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan.

Jumlah siswa yang ramai atau mengganggu temannya tampak

berkurang. Siswa lebih konsentrasi terhadap pembelajaran yang

sedang berlangsung. Beberapa siswa tidak lagi malu untuk

bertanya maupun menjawab pertanyaan, bahkan beberapa siswa

yang berani memberikan tanggapan ketika kelompok

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

4) Pemahaman siswa juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari

(56)

e. Hasil Penelitian Siklus 1 1) Hasil Tes Tertulis

Data hasil tes tertulis yang diikuti oleh siswa kelas VI SD

Sawit yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 13 siswa

perempuan dan 17 siswa laki-laki. Berikut adalah hasil tes pada

siklus 1 :

Tabel 4. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1

(57)

26 Tuti Faroroh 55 - √

Persentase ketuntasan siswa 70% 30%

2) Hasil Observasi Kegiatan

Tabel 5. Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus I

(58)

23 Vicka Fidianti 2 2 3 7

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus kedua

dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu hari Jumat 1 Maret 2013

pukul 08.10 – 09.40 dan hari Sabtu tanggal 2 Maret 2013 pada

pukul 07.00 – 08.10. Subyek yang digunakan pada siklus kedua

berjumlah 30 siswa. Pada siklus kedua ini peneliti menggunakan

model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor pada

rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat. Pada akhir siklus

kedua, siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

b. Hasil Penelitian Siklus Kedua 1) Hasil Tes Tertulis

Pengukuran dari siklus II dilakukan dengan alat ukur tes yaitu

tes tertulis. Prosentase keberhasilan yang ingin dicapai pada siklus

II ini adalah 72 persen dengan KKM 70. Berikut hasil tes pada

(59)

Tabel 6. Hasil Tes Evaluasi Siklus II

(60)

2) Hasil Observasi Kegiatan

Tabel 7. Hasil Observasi Kegiaan Siswa Siklus II

(61)

3) Observasi

Pengamatan dan observasi dilakukan peneliti sepanjang

pelaksanaan tindakan berlangsung. Secara keseluruhan terjadi

peningkatan, baik itu aktifitas siswa maupun kondisi siswa

pada saat melaksanakan diskusi, maupun pada saat persentasi

kelompok.

4) Refleksi

Tidak banyak hambatan yang yang ditemukan pada siklus

2, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran

berfikir berpasangan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa

dalam proses diskusi. Namun masih ada beberapa siswa yang

memperoleh hasil yang kurang memuaskan, karena ada

beberapa siswa yang bermain saat proses diskusi dan tidak

mendengarkan saat kelompok lain mempresentasikan hasil

diskusi.

F. Pembahaan

Berikut merupakan ringkasan dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan pada setiap siklus :

1. Siklus 1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada akhir siklus 1

yang dibandingkan dengan kondisi awal, maka diperoleh diagram

(62)

Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1

67,9

60

56 58 60 62 64 66 68 70

Kondisi Awal Siklus 1

Nilai Rata-rata Siswa

Gambar 2. Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1

Pada siklus pertama diperoleh nilai tertinggi yaitu 95, dan nilai

terendah yaitu 25. Pada pelaksanaanya, dua siswa mendapat nilai 85,

satu siswa mendapat 80, empat siswa mendapat nilai 78, delapan

siswa mendapat nilai 75, satu siswa mendapat nilai 72, empat siswa

mendapat nilai 70, tiga siswa mendapat nilai 60, satu siswa mendapat

nilai 55, satu siswa mendapatkan nilai 50, dua siswa mendapatkan

nilai 45, satu siswa mendapat nilai 30, dan satu siswa mendapat nilai

25. Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata nilai siklus pertama adalah

67,9, walaupun mengalami peningkatan namun kondisi tersebut belum

(63)

Pada siklus pertama siswa yang mendapat nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 21 siswa atau mencapai 70%.

Pada siklus pertama ada 9 siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM) atau mencapai 30%. Berdasarkan data

tersebut, jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 mengalami

peningkatan dibandingkan kondisi awal yaitu sebesar 12 %.

58%

Kondisi Awal Kondisi yang Siklus 1

Kondisi Siswa yang Mencapai KKM

Kondisi Mencapa

Gambar 3. Kondisi siswa yang mencapai KKM Siklus 1 Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan

pemahaman belajar siswa meningkat. Hal itu ditunjukkan dari

kerjasama dalam kelompok 100% 54% 90

49

x , siswa yang

menunjukkan keaktifan dalam kelompok / pembelajaran

%

(64)

teknik kepala bernomor dapat meningkatkan pemahaman belajar

siswa mengenai politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada

siswa kelas VI SD Sawit.

2. Siklus 2

Pada siklus kedua ini, siswa lebih aktif berinteraksi dengan teman

satu kelompok, yang tadinya diam sekarang lebih aktif berdiskusi

bersama. Siswa lebih serius dan antusias dalam mempresentasikan

hasil diskusi yang diperoleh. Siswa juga memperhatikan ketika ada

kelompok lain yang maju mempresentasikan hasilnya.

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus 2, rata-rata nilai ulangan

siswa telah mencapai indikator keberhasilan akhir siklus kedua, maka

siklus tidak dilanjutkan. Pada siklus kedua nilai tertinggi adalah 100

dan nilai terendah 60. Pada siklus kedua ini, satu siswa mendapat nilai

95, dua siswa mendapat nilai 90, empat siswa mendapat nilai 80,

delapan siswa mendapat nilai 75, delapan siswa mendapat nilai 70,

empat siswa mendapat nilai 65, dan satu siswa mendapat nilai 60.

Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata nilai pada siklus kedua

adalah 75,67, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 25 siswa atau mencapai

83,33%. Pada siklus kedua ada 5 siswa yang mendapat nilai di bawah

(65)

Berdasarkan data tersebut, jumlah siswa yang mencapai KKM pada

siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan

pemahaman belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dari

kerjasama kelompok 100% 60% 90

54

x , siswa yang menunjukkan

keaktifan dalam kelompok/ pembelajaran 100% 64% 90

58

x ,

sedangkan siswa yang menunjukkan ketepatan dalam menjawab soal

%

menjadi lebih aktif. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan menanggapi

persentasi di depan kelas. Suasana siswa yang ramai saat

pembelajaran mengalami penurunan dan siswa lebih terpusat pada

kegiatan langsung bersama teman satu kelompoknya. Sehingga, siklus

2 ini siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi yang

dipelajari tersebut.

Berikut peneliti paparkan nilai rata-rata pada kondisi awal siklus 1

(66)

Nilai Rata-rata Siswa

Gambar 4. Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 dan 2

Adapun data peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat pada diagram

berikut ini.

Kondisi Siswa yang Mencapai KKM

Kondisi Siswa yang Mencapai KKM

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai politik luar negeri

Indonesia yang bebas dan aktif dapat ditarik kesimpulan. Dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor

dalam pembelajaran politik luar negeri yang bebas dan aktif dapat

meningkatkan pemahaman belajar PKn siwa kelas VI SD Sawit. Terbukti

dari siklus 1 dan dilanjutkan siklus 2 siswa menjadi lebih paham saat

mengikuti pelajaran, pada siklus 1 pertama nilai rata-rata siswa

mengalami peningkatan dari kondisi awal menjadi 67,9 dengan persentase

siwa yang mencapai KKM 70 %. Pada siklus 2 nilai rata-rata siswa

meningkat menjadi 75,67 dengan persentase siswa yang mencapai KKM

83,33 % , sehingga kenaikan presentase pencapaian KKM dari siklus 1 ke

siklus 2 adalah sebesar 13,33 %.

Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa temuan pada penelitian

menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II yaitu model

pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor dapat meningkatkan

pemahaman belajar siswa pada materi politik luar negeri Indonesia yang

bebas aktif siswa kelas VI SD Sawit.

(68)

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan

beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Dalam pembelajaran PKn seorang guru baiknya dapat menggunakan

model pembelajaran kooperatif dalam menyampaikan materi

pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang

disampaikan oleh guru.

2. Seorang guru hendaknya lebih inovatif dalam menggunakan model

pembelajaran supaya siswa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Karena hasil yang dicapai melalui penelitian tindakan kelas ini nyata

dan positif, maka diharapkan pada kelas-kelas lain bahkan di sekolah

lain dapat menerapkan metode pembelajaran tersebut dalam proses

pembelajaran.

4. Siswa dalam mengikuti pelajaran dibiasakan untuk melakukan kerja

kelompok, dan siswa harus aktif sehingga seorang guru hanya sebagai

fasilitator saja.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Rahardjo Mulyo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Gava Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI). 1991. Jakarta : Balai Pustaka.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita.2002. Mempraktikkan Cooperative Learnig di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta : Gramedia

Muhadi.2011. Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta : Shira Media

Purnomo puji. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Slavin,R.E.2009. Cooperative Learning. Teori Riset dan Praktik Bandung : Nusa Indah

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Wahana Paulus.2009.Pendididikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Winkel, W.S. 1984.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,Jakarta: PT Gramedia

Wiriaatmadja, Rochiati.2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

(70)

56

LAMPIRAN 1

SILABUS

Nama Sekolah : SD SAWIT

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : VI

Semester : II (dua)

Waktu : 4 Jam Pelajaran

Standar Kompetensi : 4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian

Alokasi

- Menjelaskan tujuan politik

- Menjelaskan pengertian politik luar negeri yang bebas dan aktif

- Menjelaskan pentingnya politik luar negeri bebas dan aktif

Pertemuan ke -2 - Menjelaskan landasan

(71)

57

- Menjelaskan tujuan politik luar negeri bebas dan aktif

(72)

LAMPIRAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( SIKLUS I )

PERTEMUAN 1

Nama Sekolah : SD Sawit

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas : VI (Enam)

Semester : II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP).

A. Standar Kompetensi

4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi.

B. Kompetensi Dasar

4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

C. Indikator

4.1.1 Menyebutkan arti kebijakan bebas aktif.

4.1.2 Menyebutkan tujuan politik luar negeri.

D. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menyebutkan arti kebijakan bebas aktif.  Siswa dapat menyebutkan tujuan politik luar negeri.

E. Materi Pokok Pembelajaran

 Pengertian dan tujuan politik bebas aktif.

F. Metode Pembelajaran

 Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor

G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal ( 10 menit )

1. Menyiapkan kondisi kelas

Gambar

Tabel 1 Indikator keberhasilan pembelajaran  dan kriteria
Gambar 1 Alur Model Penelitian Tindakan ......................................
Gambar 1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart
Tabel 2. Pengumpulan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

ANALISTS STRiTECI BAUNTX |(OMLnIXIA5I PEIVIASAXIX TIRPADU I'I'A HOTEL ROYAI DtrNAI BUKITTINCi:I.. Dtul,t.r s&ed srotu rturydb ado

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

bjakai, dbjsko dbn !R dr{iimF,

saham sebagai bagi an dari perseroan t erhadap ti ndakan at au perbuat an yang. dilakukan ol eh

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Manajer proyek bekerja dengan sponsor proyek, tim poryek, dan lain orang yang terkait dalam proyek untuk mencapai tujuan.  Setiap proyek menghadapi hambatan dalam