• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Guru SD Negeri Gugus Kendalisada Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan T2 942012026 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Guru SD Negeri Gugus Kendalisada Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan T2 942012026 BAB IV"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Profil Gugus Kendalisada Tahun 2014

Petungkriyono merupakan salah satu

kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang berada

di wilayah pegunungan dengan ketinggian 1230

meter dpl. UPT Dindikbud Petungkriyono memiliki

22 SD Negeri dan 1 SD Swasta. Upaya peningkatan

kualitas kemampuan guru dilaksanakan melalui

Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar. Seiring

perkembangan teknologi, pendidikan dituntut

mampu mengadopsi inovasi teknologi yang sesuai,

salah satunya melalui program Gugus Sekolah, di

mana lewat Gugus Sekolah semua permasalahan

yang timbul dalam melaksanakan, membimbing

anak didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

dapat dipecahkan bersama-sama. Untuk

mempermudah pembinaan di sekolah, diatur

menjadi 3 gugus sekolah. Gugus sekolah

bertujuan untuk memperlancar upaya

meningkatkan kemampuan profesional para guru

(2)

belajar mengajar, dengan mendayagunakan segala

sumber daya dan potensi yang dimiliki sekolah,

tenaga kependidikan dan masyarakat sekitarnya.

Gugus Kendalisada merupakan satu gugus

yang berada di Kecamatan Petungkriyono

Kabupaten Pekalongan. Ketiga gugus sekolah yang

ada adalah Gugus Kendalisada, Gugus Perbota dan

Gugus Naga Pertala. Gugus Kendalisada berpusat

di SD Negeri 01 Tlogohendro sebagai SD Inti. SD

Imbas terdiri SD Negeri 02 Tlogohendro, SD Negeri

03 Tlogohendro, SD Negeri Kecil Kasimpar, SD

Kristen Kasimpar, SD Negeri 01 Kayupuring, SD

Negeri 02 Kayupuring dan SD Negeri 03

Kayupuring. Posisi antar sekolah di Gugus

Kendalisada berjauhan. Untuk menuju ke SD Inti,

SD Iumbas yang terjauh jaraknya, memerlukan

waktu kurang lebih 1 jam naik sepeda motor.

Secara umum gambaran jarak anat sekolah

berjauhan. Untuk memperoleh gambaran

pendidikan di Kecamatan Petungkriyono, beberapa

(3)

Tabel 4.1. Data Gugus Sekolah di Petungkriyono

No Gugus Sekolah

1 Gugus Kendalisada SD Negeri 01 Kayupuring

SD Negeri 02 Kayupuring SD Negeri 03 Kayupuring SD Negeri 01 Tlogohendro SD Negeri 02 Tlogohendro SD Negeri 03 Tlogohendro SD Negeri Kecil Kasimpar SD Kristen Kasimpar

2 Gugus Perbota SD Negeri 01 Yosorejo

SD Negeri 02 Yosorejo SD Negeri 03 Yosorejo SD Negeri Gumelem SD Negeri 01 Simego SD Negeri 02 Simego SD Negeri Kasimpar

3 Gugus Naga Pertala SD Negeri 01 Tlogopakis

SD Negeri 02 Tlogopakis SD Negeri 03 Tlogopakis SD Negeri 04 Tlogopakis SD Negeri 01 Songgowedi SD Negeri 02 Songgowedi SD Negeri 03 Songgowedi SD Negeri Curugmuncar Sumber : Data UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014.

Keadaan siswa SD Negeri/Swasta kecamatan

Petungkriyono tahun pelajaran 2014/2015, sesuai

data yang diperoleh peneliti di UPT Dindikbud

(4)

Tabel 4.2. Jumlah Siswa SD Negeri/Swasta Petungkriyono Tahun Pelajaran 2014/2015

No Kelas L P Jumlah

Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah

Jumlah peserta didik dari 22 SD Negeri dan 1 SD

Swasta tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 1290

peserta didik. Jika dihitung rata-rata jumlah

peserta didik tiap-tiap sekolah ada 56 peserta

didik. Jumlah peserta didik tiap-tiap kelas ada 9 –

10 peserta didik.

Keadaan guru berdasarkan golongan

kepangkatan dijabarkan dalam tabel berikut;

Tabel 4.3. Jumlah Guru PNS berdasarkan Golongan Kepangkatan Tahun Pelajaran

2014/2015

Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah

Berdasarkan kualifikasi pendidikan, keadaan

(5)

Tabel 4.4. Jumlah Guru PNS berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Tahun Pelajaran

2014/2015

Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah

Kualifikasi pendidikan guru di kecamatan

Petungkriyono, lebih dari 80% sudah memenuhi

kualifikasi pendidikan yang disyaratkan yakni S1.

Peningkatan kualifikasi pendidikan ini melalui

pendidikan swadana atau biaya sendiri maupun

beasiswa dari pemerintah.

Gugus kendalisada yang terdiri 7 SD Negeri

dan 1 SD Swasta, dilihat dari rincian jumlah

siswanya sebagai berikut;

Tabel 4.5. Jumlah Siswa Gugus Kendalisada Petungkriyono Tahun Pelajaran 2014/2015

No SD L P Jml

(6)

Jumlah peserta didik di gugus Kendalisada pada

tahun pelajaran 2014/2015 ini dapat dirata-rata

setiap sekolah memiliki peserta didik kurang lebih

58 peserta didik.

Guru yang berstatus PNS yang mengajar di SD

Negeri di gugus Kendalisada sebagai berikut;

Tabel 4.6. Jumlah Guru PNS Gugus Kendalisada Petungkriyono Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun Pelajaran 2014/2015

No SD L P Jml

1. SD Negeri 01 Kayupuring 3 2 5

2. SD Negeri 02 Kayupuring 7 - 7

3. SD Negeri 03 Kayupuring 6 - 6

4. SD Negeri 01 Tlogohendro 8 - 8

5. SD Negeri 02 Tlogohendro 6 - 6

6. SD Negeri 03 Tlogohendro 6 - 6

7. SD Negeri Kecil Kasimpar 2 - 2

Jumlah 38 2 40

Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono, 2014. Diolah

Keadaan guru (termasuk kepala sekolah) yang

berstatus PNS di gugus ini SD Negeri 01

Tlogohendro berjumlah 8 orang, SD Negeri 02

Tlogohendro 6 orang, SD Negeri 03 Tlogohendro 6

orang, SD Negeri Kecil Kasimpar 2 orang, SD

Negeri 01 Kayupuring 5 orang, SD Negeri 02

Kayupuring 7 orang dan SD Negeri 03 Kayupuring

6 orang. Sementara di SD Kristen Kasimpar 5

orang, berstatus guru yayasan PSAK. Prosentase

guru berdasarkan jenis kelamin, ada 5% guru

(7)

Keadaan guru berdasar kualifikasi pendidikan

di Gugus Kendalisada, dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.7. Data Guru di Gugus Kendalisada

Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

No Nama Sekolah SLTA DII S1 Jumlah

1. SD Negeri 01 Kayupuring 1 - 4 5

2. SD Negeri 02 Kayupuring - 2 5 7

3. SD Negeri 03 Kayupuring - 1 5 6

4. SD Negeri 01 Tlogohendro - - 8 8

5 SD Negeri 02 Tlogohendro 1 1 4 6

6. SD Negeri 03 Tlogohendro - - 6 6

7. SD Negeri Kecil Kasimpar - 2 - 2

Jumlah 2 6 32 40

Sumber : UPT Dindikbud Petungkriyono tahun 2014

Prosentase guru berdasarkan kualifikasi

pendidikan di gugus Kendalisada, 5%

berpendidikan SLTA (SGO, SPG), 15%

berpendidikan D2, dan 80% sudah memenuhi

kualifikasi pendidikan yang disyaratkan yakni S1.

Gugus Kendalisada memiliki visi, misi dan

tujuan sebagai berikut :

Visi Gugus Kendalisada : “Terwujudnya

profesionalime guru menuju sekolah bermutu.”

Adapun Misi Gugus Kendalisada :

1. Meningkatkan peran guru di dalam kegiatan

sekolah.

2. Meningkatkan kompetensi guru untuk

(8)

3. Meningkatkan penguasaan TIK bagi guru guna

menunjang pengembangan diri.

Tujuan Gugus Kendalisada :

1. Membentuk forum kerjasama antar sekolah.

2. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan mutu

guru.

3. Mengembangkan kemampuan TIK guru

melalui kegiatan formal dan nonformal.

4.1.2 Kompetensi Pedagogik

4.1.2.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Pedagogik

Sebagai seorang manusia, tak akan luput

dari segala kekurangan dan kelemahan. Demikian

juga seorang guru yang sudah bertatus PNS.

Kelemahan atau kekurangan adalah hambatan

yang berasal dari dalam diri seorang guru.

Kelemahan ini bisa dilihat oleh orang lain maupun

disadari dirinya sendiri.

Secara umum guru-guru SD Negeri Gugus

Kendalisada kekurangan dalam kompetensi

pedagogik ini disampaikan oleh pengawas sebagai

berikut :

“Kekurangan-kekurangan yang dimiliki

guru-guru antara lain; 1) Mengembangkan

kurikulum, artinya guru rata-rata masih berpedoman utama pada kurikulum yang ada

dalam melakukan pembelajaran, belum

(9)

yang ada. 2) Dalam mengembangkan potensi peserta didik karena letak geografis, lingkungan peserta didik yang terpencil dan kurangnya sarana dan prasarana yang ada.”

Menurut peneliti, kelemahan guru

dipengaruhi kemauan dan niat dari dalam. Jika

sarana dan prasarana yang kurang, letak geografis

yang sulit namun jika diimbangi dengan semangat

dan niat yang tinggi, akan memunculkan semangat

yang tinggi pula. Kepala sekolah juga melihat

kekurangan para guru, seprti yang dituturkan

Bapak Mas’ud, Kepala SD Negeri 02 Tlogohendro

saat wawancara;

“Enggan membuat RPP (secara umum) tapi masih ada guru yang rajin membuat RPP secara berkelanjutan. Juga enggan membuat jurnal untuk mengajar mau membuat jika

ada penilaian atau syarat pencairan

sertifikasi. Terus masih sering meninggalkan

kelas disaat jam pembelajaran yang

seharunya siswa dibimbing.”

4.1.2.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Pedagogik

Kendala adalah sesuatu yang berasal dari

luar diri guru yang dapat menghambat atau

menghalangi pengembangan kompetensi guru.

Kendala ini disadari atau tidak, perlu diketahui

agar dapat dicari jalan pemecahannya. Kendala

(10)

Hasil wawancara dengan guru di SD Negeri

03 Tlogohendro berkaitan dengan kendala yang

dihadapi dalam pengembangan kompetensi

pedagodik.

“Kurangnya peran orang tua dalam

mendukung pembelajaran peserta didik

dalam pembelajaran di sekolah. Anak yang penting berangkat sekolah, segala kebutuhan yang menyangkut kegiatan pembelajaran kadang tidak diperhatikan.”

Kelemahan ini juga diakui oleh salah satu guru

yang sudah berpengalaman selama 23 tahun, salah

satu guru di SD Negeri 03 Kayupuring

mengungkapkan:

“Pengembangan kompetensi pedagodik di tempat kami mengalami beberapa kendala diantaranya disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai dan juga letak geografis yang

kurang mendukung pengembangan.”

Pengawas SD yang menaungi pembinaan di gugus

ini juga mengungkapkan kendala yang berasal dari

luar guru yang menghambat kompetensi

pedagogik;

“Sebenarnya kendala yang berasal dari luar...sangat kecil. Secara umum di gugus ini kendalanya adalah minimnya sarana dan prasarana, yach...maklum daerah pegunungan. Juga kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih rendah. Itu secara umum kendala

(11)

Kendala dalam pengembangan kompetensi

pedagogik ini muncul dari masyarakat dan faktor

lingkungan.

4.1.2.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Pedagogik

Kekurangan dan kendala akan

menimbulkan masalah. Masalah ini kalau tidak

dipecahkan akan menghambat pengembangan

kompetensi-kompetensi guru. Pemecahan masalah

ini menjadi tanggung jawab bersama elemen

pendidikan di satuan pendidikan masing-masing.

Pengawas SD menjelaskan pemecahan

masalah pada pengembangan kompetensi

pedagogik ini sebagai berikut :

“Untuk memecahkan, mengatasi kendala masalah kompetensi ini yang pertama melalui KKG, melalui tindakan khusus semacam pembekalan bagi guru yang mengalami kekurangan dalam kompetensi pedagogik, sudah kita programkan, namun belum bisa kita laksanakan mungkin tahun

depan. Hal ini dimaksudkan untuk

menambahi guru yang perlu ditingkatkan.”

Pemecahan masalah yang dilakukan oleh salah

satu kepala sekolah seperti berikut :

(12)

Untuk melengkapi cara-cara pemecahan masalah

dalam mengembangkan kompetensi pedagogik,

langkah-langkah kepala sekolah sebagai berikut;

“saya berusaha memberi bimbingan, mengajak sharing atau tukar pikiran, pengirim guru mengikuti seminar / diklat / KKG saat ada kesempatan.”

Pihak guru sendiri berpendapat seperti yang

dikemukakan oleh guru mata pelajaran Penjaskes

di SD Negeri 01 Tlogohendro, Bapak Pujono, S.Pd.

“Kita perlu memahami permasalahan dan memecahkannya agar kita maksimal

dalam menghadapi peserta didik.”

Ada juga ungkapan seorang guru yang mau belajar

dari teman sejawat.

“Konsultasi kapada guru senior yang lebih menguasai kompetensi pedagogik . Belajar melalui internet tentang prinsip pedagogik dan penerapannya.”

Kekurangan dan kendala yang menghambat

pengembangan kompetensi pedagogik dipecahkan

oleh semua pihak. Dengan kegiatan yang

melibatkan guru langsung, seperti pembinaan atau

(13)

4.1.3. Kompetensi Kepribadian

4.1.3.1.Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Kepribadian

Kekurangan pada kompetensi kepribadian,

hasil wawancara dipaparkan oleh Kepala sekolah

menceritakan kekurangan guru dalam kompetensi

kepribadian.

“Kekurangan yang dimiliki guru adalah

kurang bisa menjaga etos kerja dan tanggung jawabnya dalam mengajar dan mendidik peserta didik.”

Kepala sekolah lainnya juga menyampaikan hal yang

serupa.

“Kesadaran untuk mengembangkan dirinya karena situasi kondisi wilayah geografis”

Dalam mengungkapkan kekurangan yang dimiliki

diri guru, seorang pendidik menyampaikan; “Kekurangan yang dimiliki saya sehubungan dengan kompetensi kepribadian kurangnya

pengendalian emosi dalam menyikapi

berbagai hal.”

Kekurangan diri guru dalam kompetensi

kepribadian dapat dinilai oleh orang lain maupun

dinilai dirinya sendiri.

4.1.3.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Kepribadian

Pengalaman seorang guru yang berkaitan

(14)

“Peserta didik dan anggota masyarakat kurang meneladani perilaku-perilaku yang baik dari guru.”

Secara jelas, kepala sekolah SD Negeri 01

Tlogohendro mengungkapkan kendala

pengembangan kompetensi kepribadian, “Tata kehidupan masyarakat lingkungan sekitar yang kadang mempunyai budaya kurang baik. Misalnya sifat kejujuran dan tanggungjawab yang masih sangat kurang. Adanya budaya masyarakat yang kurang memperhatikan anaknya dalam berprilaku jujur, tanggungjawab, sopan santun sehingga akan dibawa ke sekolah dan berkembang sesama teman guru.”

Kendala dalam pengembangan kompetensi

kepribadian muncul dari masyarakat sekitar yang

memiliki budaya kurang baik, semisal kejujuran

dan tanggung jawab, perhatian kepada anaknya

dalam belajar.

4.1.3.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Kepribadian

Upaya-upaya memecahkan masalah yang

berkaitan dengan kompetensi kepribadian, ada

beberapa petikan hasil wawancara dengan guru,

seperti berikut;

(15)

akhlak mulia terlebih kepada guru agama yang selalu memantau dalam kegiatan siswa baik di sekolah maupuan di luar sekolah.”

Pengungkapan salah satu kepala sekolah berkaitan

dengan pemecahan masalah yang muncul

berkaitan dengan pengembangan kompetensi

kepribadian;

“Kami berusaha untuk memberikan

pemahaman terhadap guru-guru terkait

dengan perlunya kompetensi kepribadian. Mengajak guru untuk saling mendukung, mengeratkan dan jangan sampai terjadi perpecahan diantara guru-guru di sekolah kami. Memperlakukan secara adil / tidak membedakan.”

Pemecahan masalah dalam kompetensi

kepribadian ini, lebih cenderung pada pembinaan

mental pribadi guru, baik oleh dirinya sendiri

maupun oleh orang lain (atasannya).

4.1.4. Kompetensi Sosial

4.1.4.1.Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Sosial

Pada kompetensi sosial, kekurangan yang

diungkapkan oleh salah satu guru sebagai berikut;

“Terkadang ada rasa canggung sewaktu

(16)

Masyarakat sekitar akan menilai penerapan

kompetensi sosial seorang guru. Salah seorang

pengurus komite di SD Negeri 01 Kayupuring,

Bapak Cardi menuturkan tentang kekurangan

guru berkaitan dengan kompetensi sosial.

“Bapak dan Ibu guru di sini sudah baik, kenal dengan masyarakat, kadang menyapa. Namun sekarang jarang mareka “ngendong” ke rumah kami. Sekarang jarang yang kenal

dengan guru di sekolah lain. Beda dulu.”

Kekurangan dalam kompetensi sosial, seperti

diungkapkan Kepala Desa Tlogohendro, Bapak

Kaslam dalam petikan wawancara;

“Dulu...semua guru saling kenal dengan masyarakat Pak. Sekarang...gurunya tidak tidak kenal masyarakat, dan masyarakat ada yang tidak tahu siapa nama guru itu.

Sekarang guru-guru yang baru jarang

“ngendong” .

4.1.4.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Sosial

Kendala yang dihadapi guru dalam

pengembangan kompetensi sosial,

‘Terkadang ada masyarakat yang

mengunakan bahasa seenaknya, sewaktu berbicara kurang sopan, masuk kantor tanpa permisi.”

Kendala lain, seorang guru menyampaikan seperti

dikutip di bawah ini.

(17)

Munculnya kendala sosial, menjadi tantangan bagi

guru atau pihak sekolah untuk memberikan bekal

pendidikan bagi peserta didik, agar kelak menjadi

masyarakat yang baik seperti harapan guru.

4.1.4.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Sosial

Pemecahan masalah berkaitan dengan

kompetensi sosial, seperti diutarakan oleh

responden berikut ini;

“Pendekatan sosial dengan masyarakat dan untuk menjaga hubungan baik selalu banyak berkomunikasi yang diselingi dengan canda dan tawa sehingga terkesan tidak kaku dan lebih akrab dengan berpedoman pada norma dan aturan.”

Responden lain menyampaikan upaya pemecahan

masalah seperti berikut ini;

“Untuk memecahkan hal tersebut kami

berusaha menjalin komunikasi dengan

masyarakat untuk mengakomodasikan

norma dan budaya tersebut demi kelancaran tujuan pendidikan.”

4.1.5. Kompetensi Profesional

4.1.4.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Profesional

Petikan wawancara mengenai kekurangan

(18)

professional, diungkapkan oleh guru SD Negeri 02

Tlogohendro;

“Kekurangannya adalah kekurangnya guru

dalam melaksanakan profesionalitas

kerjanya di sekolah terutama dalam hal mengajar.”

Petikan wawancara mengenai kekurangan guru

secara jujur disampaikan oleh Kepala SD Negeri 02

Tlogohendro juga.

“Walaupun tahu cara pengembangan bahan ajar terkadang malas dalam administrasinya walaupun dilaksanakan. Masih belum bisa menumbuhkan kesadaran dalam menulis padahal sebagai bukti dalam melaksanakan kegiatan selama proses berlangsung.”

Pendapat senada juga disampaikan kepala SD

Negeri 02 Kayupuring, Bapak Kholidin, S.Pd.SD;

“Walaupun tahu cara pengembangan bahan ajar terkadang malas dalam administrasinya walaupun dilaksanakan. Masih belum bisa menumbuhkan kesadaran dalam menulis padahal sebagai bukti dalam melaksanakan kegiatan selama proses berlangsung.”

Kekurangan dari dalam diri guru pada

pengembangan kompetensi profesional, adanya

rasa malas dalam pengembangan diri.

4.1.5.1. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Profesional

Dalam pengembangan kompetensi profesional,

ditemui juga kendala-kendala yang disampaikan

(19)

“Adanya internet menjadikan hal yang negatif karena tidak lagoi mencari bahan lewat buku. Sedikitnya waktu untuk

pengembangan diri karena disibukkan

dengan banyaknya administrasi yang harus dibuat dan jarang melakukan / diadakan pengembangan dan motivasi.”

Responden lain menyampaikan kendala yang

dihadapi guru di gugus Kendalisada.

“Adanya biro jasa, sehingga memanjakan

guru.”

Kendala yang berasal dari faktor alam, juga

diungkapkan responden.

“Kendala yang kami alami yaitu

keterlambatan informasi dikarenakan letak geografis sekolah kami yang berada di daerah pelosok serta sulit mendatangkan nara sumber untuk pengembangan bidang keilmuan kami.”

4.1.5.2. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Profesional

Pemecahan masalah yang berkaitan dengan

kompetensi profesional. Seorang kepala sekolah

menyampaikan.

“Pemecahan masalah berkaitan dengan pengembangan kompetensi profesional yaitu 1. Memberi fasilitas berupa sekedar

bantuan transport untuk mengikuti

seminar/lokakarya. 2. Membagi guru agar terjadi pemerataan dalam mendapatkan kesempatan mengikuti seminar/lokakarya/ penataran. 3. Selalu ada usulan baik

kepada teman tentang hasil

(20)

Petikan wawancara bersama kepala sekolah di SD

Negeri 03 Kayupuring menyampaikan.

“Untuk memecahkan permasalahan tersebut kami berusaha mencari informasi yang berkaitan dengan bidang keilmuan kami serta mendatangkan nara sumber dengan dana swadaya kami sendiri.”

Pemecahan masalah tersebut di atas, lebih

mengarah pada kegiatan peningkatan profesional

guru seperti KKG, seminar, diklat dan sejenisnya.

4.2.

Pembahasan

Hasil penelitian berkaitan dengan

keempat kompetensi, yang meliput kekurangan

yang dimiliki seorang guru dalam pengembangan

kompetensi, kendala yang dihadapi guru dalam

pengembangan kompetensi, dan pemecahan

masalahnya. Rangkuman hasil penelitian

dituangkan dalam pembahasan hasil penelitian

4.2.1. Kompetensi Pedagogik

4.2.1.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Pedagogik

Kekurangan yang dimiliki guru di gugus

Kendalisada dalam di bidang kompetensi

pedagogik, baik yang diungkapkan oleh guru

(21)

1. Guru belum maksimal dalam pengembangan

kurikulum.

2. Guru belum maksimal dalam mengembangkan

potensi peserta didik.

3. Masih ada guru yang belum membuat

administrasi. Administrasi yang dimaksud

adalah membuat RPP, jurnal mengajar,

penilaian.

Kekurangan ini ditemukan pada guru tertentu.

4.2.1.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Pedagogik

Kendala adalah sesuatu yang berasal dari

luar diri guru yang dapat menghambat atau

menghalangi pengembangan kompetensi pedagogik

guru. Kendala yang menghambat pengembangan

kompetensi pedagogik, diantaranya semangat

siswa dan masyarakat untuk belajar masih kurang.

Masyarakat kurang peduli terhadap pendidikan

anaknya. Kebutuhan peralatan sekolah yang

menjadi tanggung jawab orang tua, kurang

diperhatikan. Kondisi geografis juga dijadikan

alasan para guru penghambat proses pendidikan.

Kemajuan teknologi, juga dijadikan faktor kendala.

Akses internet yang sulit, akses telekomunikasi,

(22)

Kendala yang muncul antara lain;

1. Peran orang tua yang masih kurang dalam

mendukung pendidikan anaknya. Kurangnya

dukungan ini terlihat dari kurang

dipenuhinya peralatan sekolah, baik pakaian,

alat tulis dan kegiatan belajar di rumah.

2. Kendala alam menjadi alasan guru dalam

pengembangan kompetensi pedagogik. Curah

hujan yang tinggi menjadi kendala dalam

proses belajar mengajar. Saat KBM

berlangsung, jika terjadi hujan, akan

menimbulkan suara gaduh. Semua SD di

gugus Kendalisada menggunakan atap seng,

jika terjadi hujan, menimbulkan suara gaduh.

Perjalanan siswa menuju ke sekolah, menjadi

kendala dalam pembelajaran. Ada ada 4 SD

yang siswanya harus berjalan kaki kurang

lebih 1 jam untuk sampai di sekolah.

3. Akses internet yang sulit, akses

telekominukasi, jalan dan sarana umum

lainnya yang masih kurang. Kesulitan

mengakses internet maupun jaringan

telekomunikasi disebabkan koendisi daerah

(23)

4.2.1.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Pedagogik

Pemecahan masalah ini menjadi tanggung

jawab bersama antara guru, kepala sekolah dan

pihak lain yang terkait. Pemecahan masalah dalam

pengembangan kompetensi pedagogik;

1. Kegiatan KKG di tingkat gugus maupun di

tingkat kecamatan.

2. Diskusi bersama di sekolah, antar guru,

kepalas sekolah maupun komite.

3. Sosialisasi atau penataran bagi guru.

4. Pembekalan khusus bagi guru yang dipandang

perlu. Pembekalan atau pembinaan ini

dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas.

Pembinaan oleh kepala sekolah maupun

pengawas berupa pembinaan perorangan, atau

nasehat. Kegiatan dalam bentuk supervisidi

kelas.

5. Mengadakan dan mengikuti kegiatan

pengembangan diri, seperti diklat, penataran,

sosialisasi, KKG dan belajar mandiri/kuliah.

Pengembangan diri juga dilakukan dengan

berkonsultasi sesama teman guru dan belajar

(24)

4.2.2. Kompetensi Kepribadian

4.2.2.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Kepribadian

Dalam pengembangan kompetensi

kepribadian, kekurangan yang dimiliki guru antara

lain;

1. Masih ada guru yang belum memberi

tauladan kepada peserta didiknya.

2. Belum bangga sebagai guru.

3. Kurang menjaga etos kerja dan tanggung

jawab dalam mengajar,

4. Kurang dalam mengembangkan diri,

5. Pengendalian emosi dalam menyikapi

berbagai hal.

Kekurangan pada diri guru ini disadari oleh guru

yang bersangkutan dan hasil penilaian kepala

sekolah.

4.2.2.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Kepribadian

Yang menjadi kendala dalam kompetensi

kepribadian adalah;

1. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang kurang

(25)

2. Kebiasaan masyarakat yang kurang baik,

perilaku anak-anak yang kurang baik dibawa

ke sekolah.

3. Peserta didik dan masyarakat kurang

meneladani perilaku-perilaku yang baik dari

guru.

Kendala dalam pengembanagn kompetensi

kerpibadian ini menjadi tantangan guru sebagai

seorang pendidik. Guru yang menjadi panutan,

digugu dan ditiru.

4.2.2.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Kepribadian

Pemecahan masalah dalam pengembangan

kompetensi kepribadian, dirangkum sebagai

berikut;

1. Menjadikan sekolah sebagai pusat

pembentukan kepribadian, tauladan bagi

sesama guru maupun anak-anak.

2. Menjalin hubungan kekeluargaan sesama guru.

3. Perlakuan secara adil oleh pimpinan.

4. Pemantauan kegiatan siswa baik di sekolah

maupun di luar sekolah, khususnya oleh Guru

(26)

Guru dapat memberi nasehat, tauladan dan

bimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan

belajar mengajar.

4.2.3. Kompetensi Sosial

4.2.3.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Sosial

Kekurangan yang dimiliki guru dalam

pengembangan kompetensi sosial adalah;

1. Masih adanya guru yang belum berbaur dengan

masyarakat.

2. Guru masih memiliki rasa canggung berbicara

dengan pimpinan.

3. Masih ada tindakan diskriminatif, tidak terbuka

dan kurang komunikatif.

Kompetensi sosial, adalah kompetensi yang

berhubungan dengan orang lain. Masyarakat

menilai perbedaan guru yang sudah lama dengan

guru baru, ada perbedaan dalam berbaur dan

berhubungan dengan masyarakat.

4.2.3.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Sosial

Kendala dalam pengembangan kompetensi

(27)

1. Hubungan masyarakat dengan sekolah

masih terbatas.

2. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang

kurang sopan, baik dari segi bahasa maupun

perilaku, kurang peduli dengan orang lain.

Munculnya kendala dalam pengembangan

kompetensi sosial menjadi tantangan bagi guru

maupun pihak sekolah untuk memberikan bekal

pendidikan bagi peserta didik, agar kelak menjadi

masyarakat yang baik sesuai harapan guru.

4.2.3.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Sosial

Upaya menyelesaikan masalah dalam

pengembangan kompetensi sosial dapat diringkas

sebagai berikut;

1. Meningkatkan jalinan kerja sama dengan

masyarakat dan lembaga di sekitar secara

fleksibel.

2. Menghormati norma dan aturan yang berlaku

di masyarakat.

3. Kunjungan ke rumah (home visit) untuk kepentingan pendidikan.

Upaya-upaya ini dilakukan secara perorangan

maupun lembaga. Jalinan kerja sama sangat

(28)

4.2.4. Kompetensi Profesional

4.2.4.1. Kekurangan dalam Pengembangan

Kompetensi Profesional

Kekurangan yang dimliki guru berhubungan

dengan kompetensi profesional adalah;

1. Masih ada guru yang enggan belajar, baik lewat

internet maupun kegiatan-kegiatan lain.

Sampai saat ini, masih banyak guru yang

kurang menguasai TIK.

2. Kurangnya kebiasaan menulis.

3. Kurang maksimal dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan pengembangan diri, seperti KKG.

4.2.4.2. Kendala dalam Pengembangan

Kompetensi Profesional

Kendala dalam pengembangan kompetensi

profesional adalah;

1. Kondisi geografis, sarana dan prasarana,

baik akses internet maupun sarana

umum yang terbatas.

2. Adalah “biro jasa” sehingga memanjakan

guru dalam membuat administrasi, hal

ini menjadikan guru kurang mau

(29)

3. Keterlambatan informasi dan kesulitan

mendatangkan nara sumber juga

menjadi kendala guru.

4.2.4.3. Pemecahan Masalah dalam

Pengembangan Kompetensi Profesional

Pemecahan masalah yang berkaitan dengan

kompetensi profesional antara lain;

1. Memberi fasilitas berupa sekedar bantuan

transport untuk mengikuti seminar/lokakarya.

2. Membagi guru agar terjadi pemerataan dalam

mendapatkan kesempatan mengikuti

seminar/lokakarya/ penataran.

3. Mencari informasi yang berkaitan dengan

bidang keilmuan kami serta mendatangkan

nara sumber dengan secara mandiri.

4. Adanya kegiatan pengembangan profesional

guru antara lain; KKG, penataran, diklat,

seminar, sosialisasi dan lomba-lomba.

5. Belajar mandiri baik lewat internet maupun

Gambar

Tabel 4.1. Data Gugus Sekolah  di  Petungkriyono
Tabel 4.3. Jumlah Guru PNS   berdasarkan Golongan Kepangkatan Tahun Pelajaran
Tabel 4.4. Jumlah Guru PNS   berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Tahun Pelajaran
Tabel 4.6. Jumlah Guru PNS Gugus Kendalisada  Petungkriyono Berdasarkan Jenis Kelamin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 menjelaskan bahwa KKG sebagai salah satu sistem pembinaan profesionalisme guru

Gambar diagram Cartesius di atas menunjukkan bahwa, Standar Program berada di kuadran SO (1.9; 1.7), yang berarti KKG Ahmad Yani mempunyai kekuatan yang lebih

pengelolaan KKG Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sebagai sarana kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu profesionalitas guru di lingkungan Gugus

Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya strategi yang tepat apa yang harus dikembangkan terlebih dahulu dari delapan standar yang ada disesuaikan kondisi di KKG untuk

“Pengelolaan KKG Ahmad Yani telah mengikuti standar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, tetapi kadang terjadi ketidaksinkronan antara pengurus,

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa organisasi dari program KKG ini mempunyai tujuan untuk mengetahui (a) standar kinerja KKG Gugus Imam Bonjol,

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul “ Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan supervisi etos kerja guru SD dalam mengikuti KKG melalui supervisi

Selain itu, juga disampaikan secara berkelompok kepada guru dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di gedung pertemuan atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan kepada