• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DALAM PERKAWINAN BEDA ORGANISASI MASYARAKAT : STUDI KASUS DI DESA SUMBERSUKO KECAMATAN TAJINAN KABUPATEN MALANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DALAM PERKAWINAN BEDA ORGANISASI MASYARAKAT : STUDI KASUS DI DESA SUMBERSUKO KECAMATAN TAJINAN KABUPATEN MALANG."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DALAM

PERKAWINAN BEDA ORGANISASI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang).

SKRIPSI

Oleh

Ihdal Umam Al-Azka NIM: C01211088

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Keharmonisan Rumah Tangga dalam Perkawinan

Beda Organisasi Masyarakat ini merupakan hasil penelitian lapangan (field

research) untuk menjawab pertanyaan. Pertama, bagaimana kehidupan rumah

tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang? Kedua, bagaimana usaha dalam membina

keharmonisan hidup berkeluarga di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

Data penelitian dalam skripsi ini dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dengan menggunakan pola pikir induktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, perkawinan beda organisasi keagamaan memiliki keadaan rumah tangga yang berbeda dengan masyarakat lainya. Kondisi demikian, Membutuhkan rasa pengertian yang lebih mendalam antara suami dan istri serta keluarga yang bersangkutan. Pasangan-pasangan ini juga harus menerima ketidaknyamanan atau ketidakbahagiaan yang ada di dalam keluarga mereka. Selain itu, keluarga ini juga harus lebih mengerti dan menerima kehidupan yang akan datang tidak hanya dari sisi psikologis, namun juga dari sisi sosial. Terdapat suasana kehidupan yang akan mereka terima baik yang buruk dan menggunjing keluarga mereka ataupun yang baik dan mendukung perbedaan dalam keluarga ini.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran: Pertama, kepada para peneliti atau akademisi agar menggunakan atau mempertimbangkan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 19

(7)

2. Prinsip-prinsipnya ... 22 3. Tradisi-tradisinya ... 33

B. Hakikat Keharmonisan Rumah Tangga dalam Sebuah

Perkawinan

1. Pengertian keluarga sakinah ... 30 2. Faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah

tangga ... 37

3. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan

dalam berumah tangga ... 39 4. Usaha-usaha yang dibangun suami istri dalam berumah

tangga ... 41

BAB III PERKAWINAN BEDA ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

A. Organisasi Keagamaan di Indonesia 1. Nahdlatul Ulama

a. Profil NU ... 48 b. Sejarah berdirinya NU ... 50

2. Muhammadiyah

a. Profil Muhammadiyah ... 53 b. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ... 54

B. Gambaran umum wilayah desa Sumbersuko kecamatan

Tajinan kabupaten Malang ... 56 C. Penyajian data hasil penelitian perkawinan beda organisasi

keagamaan ... 69 1. Penyajian hasil penelitian ... 69

2. Kondisi kehidupan rumah tangga pasangan beda

(8)

3. Deskripsi keharmonisan rumah tangga perkawinan

yang dilakukan masyarakat desa Sumbersuko

terhadap keharmonisan rumah tangga ... 81

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN BEDA ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA SUMBERSUKO A. Analisis kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi keagamaan di Sumbersuko ... 83

B. Analisis usaha membina keharmonisan rumah tangga bagi pasangan beda organisasi keagamaan didesa Sumbersuko kecamatan Tajinan kabupaten Malang ... 85

1. Cara beribadah ... 87

2. Cara menerima tradisi ... 89

3. Cara mendidik anak ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut

dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj.1 Perkawinan menurut hukum Islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miithaaqan ghaliiz}an untuk

menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan suatu bentuk ibadah.2

Dalam UU perkawinan di Indonesia, perkawinan ialah “ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan yang maha esa”.3

Tujuan dari rumah tangga, merupakan tujuan perkawinan dari segi aspek

sosial, yakni mendatangkan ketentraman batin, menimbulkan mawaddah dan

mahabbah (cinta kasih) serta rahmah (kasih sayang) antara suami istri, anak dan

seluruh anggota keluarga. Sebagaimana telah termaktub dalam Alquran surah

Ar-rum ayat 21 yang berbunyi:







































1Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 35

2 Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia , (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 78.

(10)

2

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.4

Berdasarkan ayat diatas, menjelaskan tujuan berumah tangga adalah

untuk menciptakan keluarga yang tentram, penuh kebahagiaan, yang dihiasi

sikap saling mencintai, menyayangi dan mengasihi antara dua belah pihak,

sehingga terciptalah suatu keharmonisan yang diinginkan. Untuk mencapai

tujuan berumah tangga, perlu ikhtiyar yang sungguh-sungguh dari pihak

suami-istri dengan tingkah laku, karena perkawinan tidak selalu berjalan lurus, dalam

sebuah rumah tangga pasti terdapat rintangan-rintangan yang dapat menghambat

keharmonisan rumah tangga. Tetapi pasangan suami-istri harus mempunyai

keyakinan untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah,

warahmah.5

Kata taskunu terambil kata sakana yang berarti diam, tenang setelah

sebelumnya goncang dan sibuk. Dari sini Allah telah menciptakan setiap mahluk

mempunyai dorongan untuk menyatu dengan pasangannya dan mempertahankan

eksistensi jenisnya. Karena itu, Allah mensyariatkan bagi manusia perkawinan,

agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing

memperoleh ketenangan.6Masyarakat Sumbersuko -Tajinan - Malang adalah

masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai kehidupan bermasyarakat

4 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005), 644. 5 Khoirudin Nasution, Membentuk Keluarga Bahagia (Yogyakarta: PSW Sunan Kalijogo, 2002),3.

(11)

3

tradisional, dengan adanya kelompok masyarakat modern yang dipengaruhi

kehidupan kota sebagai masyarakat pendatang. Muhammadiyah dan NU

dijadikan sebagai organisasi yang menjadi panutan untuk melakukan aktifitas

sehari-hari. Kedua organisasi tersebut sudah mempengaruhi pemikiran

masyarakat Sumbersuko –Tajinan -Malang, sehingga menimbulkan pertikaian

antar saudara dianggap musuh jika berlainan faham. Sering terjadi perdebatan

tidak sehat, perselisihan semakin meningkat, saling menyalahkan, bahkan merasa

yang paling kuat dan benar tidak pernah musyawarah mufakat, baik kepentingan

sosial maupun kepentingan pribadi, sehingga saling menjatuhkan menjadi

kebiasaan mereka.

Namun takdir telah berkata lain, cinta telah menyatukan salah satu dari

mereka hingga menuju perkawinan yang berakibat buruk terhadap dua pasangan

atau keluarga tersebut. Misalnya, kehidupan dialami oleh pasangan Mutmainnah

dengan Shodiq. Mereka berkeluarga kurang lebih selama 26 tahun, keduanya

mempunyai komitmen yang berbeda dan tidak bisa dipersatukan, mulai dari segi

ibadah sampai pada adat. Hal ini ketika mereka melakukan aktifitas sehari-hari,

merasa tidak nyaman dengan kehidupan yang mereka alami, dibuat ajang

pembicaraan oleh masyarakat sekitar dengan kondisi yang demikian, membuat

hati mereka menjadi gelisah dan masih banyak lagi diantaranya yaitu pasangan

Mida dengan Alfi, Badriyah dengan Amin, Mukhlisah dengan Huda, Sumaryati

(12)

4

Jika kita pahami bersama bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah

untuk membangun rumah tangga yang tenang, tentram, bahagia, sejahtera dan

diliputi oleh cinta dan kasih sayang sebagaimana tersebut dalam surah ar-Rum

ayat 21. Dengan kata lain, perkawinan dalam Islam adalah untuk menuju

keluarga sakinah, karena keluarga merupakan basis sosial utama setiap orang.

Tujuan ini dapat dicapai, apabila suami istri, anak dan seluruh anggota keluarga

dapat memahami, menghayati dan menunaikan hak dan kewajibannya

masing-masing.

Keluarga sakinah bermakna bahwa dalam merangkai bahtera kehidupan

berumah tangga, baik dalam suka maupun duka senantiasa pada kenyataan (riil)

ketenangan hati, ketentraman jiwa dan kejernihan nalar, ketika dalam suka, tidak

berlebih-lebihan dan ketika dalam duka, tidak duka yang berlebihan pula. Semua

kehidupan dihadapi dan dijalani dengan ayat tuhan.

Keluarga harmonis, merupakan keluarga yang menganut asas-asas islami,

dalam rumah tangga inilah tercurah karunia ilahi dalam rumah mereka, yang

merupakan pusat pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai kemanusiaan.

Suami istri “menjadikan rumah tangganya sebagai sarana meraih kesempurnaan

dengan ketentraman dan yang ada dalam rumah tangganya. Mereka berusaha

mendekatkan diri kepada Allah, jalan yang mereka tempuh adalah jalan Allah dan

hasil jerih payah mereka adalah kebahagiaan”.7

(13)

5

Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang dilaksanakan dengan

selaras, serasi dan seimbang, yaitu hubungan yang diwujudkan melalui jalinan

pola sikap dan perilaku antara suami-istri yang saling peduli, saling

menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling mengisi,

disamping saling mencintai dan menyayangi. Hubungan antara suami-istri

mereka semakin dapat bekerja sama sebagai mitra sejajar.

Setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan memiliki keluarga

yang harmonis. Keluarga yang mampu membuat rasa letih berkurang bahkan

hilang saat berkumpul dengan mereka, keluarga yang menyegarkan kejenuhan,

keluarga yang menjadi kebahagiaan, yang menjadi semangat inspirasi,

menjadikan keindahan yang paling indah dalam hidup.

Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang harmonis bukanlah melalui

proses kebetulan, melainkan sesuatu yang direncanakan, diprogram dan

diantisipasi. Terciptanya sebuah keluarga yang harmonis diantaranya adalah

adanya saling mencintai, saling pengertian, komunikasi yang lancar, adanya visi

yang jelas terhadap masa depan anak.8

Rumah tangga yang harmonis merupakan harapan, dambaan dan idaman

setiap insan. Untuk mencapai keluarga yang harmonis tidak semudah membalik

telapak tangan, karena banyak faktor seperti hukum, kesadaran, pengertian yang

harus diterapkan oleh pasangan suami istri.9

(14)

6

Dalam konsep al-uh}wah (persaudaraan), perkawinan beda organisasi ini

merupakan salah satu contoh al-uh}wah al-islamiyyah dimana persaudaraan

agama Islam meretas segala macam kendala perbedaan, yakni perbedaan

pendapat sesama muslim tidak selalu berarti permusuhan malah saling

menghormati satu sama lain.10

Rumah tangga yang harmonis adalah ibarat bangunan yang tidak lepas

dari terpaan badai, goncangan gempa, kilatan petir dan rongrongan rayap. Karena

itu diperlukan pondasi yang kuat, kedua pasangan harus saling bahu membahu

membangun pondasi yang kuat dan ada kemauan mewujudkan pokok-pokok

sebagai berikut: pertama komitmen, kedua agama dan norma sosial, ketiga

kedewasaan, keempat kearifan kebijakan, kelima keterpaduan dan kemitraan,

keenam romantisme dan keindahan.11

Dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga diperlukan komunikasi

dan komitmen yang baik. Allah swt berfirman dalam surat an-nisa’ , ayat 19:







































































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji

(15)

7

yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.12

Berdasarkan ayat tersebut, dengan adanya komunikasi dan komitmen

yang baik dalam keluarga, maka keharmonisan akan terbentuk sehingga

disarankan untuk berlaku baik antara suami istri dan harus saling pengertian.

Perkawinan perlu adanya perjanjian untuk penyatuan komitmen dalam

menciptakan keluarga yang sakinah (ketentraman hidup), mawaddah (rasa cinta),

wa rahmah (kasih sayang), yang mana didalamnya terdapat unsur keharmonisan,

dengan adanya pondasi komitmen dan komunikasi yang baik.13

Dari penjelasan diatas konsep dari keharmonisan adalah adanya

komitmen, komunikasi yang baik. Jika kita melihat permasalahan yang ada

keduanya banyak sekali perbedaan mulai dari segi ibadah, maupun adat yang

berbeda dari kedua organisasi tersebut. Melihat kondisi yang seperti ini

mampukah mereka mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangganya?

Menurut bapak Halim, selaku tokoh masyarakat Nahdlotul ulama’ beliau

berpendapat bahwa “Perkawinan adalah suatu hal yang dapat mengubah

kehidupan kita menjadi lebih, jadi perbedaan pendapat bukanlah hal yang

menjadi penghalang untuk menuju perkawinan, namun alangkah baiknya jika

keduanya mempunyai keyakinan dan prinsip yang sama. Perkawinan yang

dilakukan oleh dua pasangan beda organisasi keagamaannya tidak dapat

membentuk keluarga harmonis, karena keluarga yang harmonis adalah keluarga

12Ibid, hlm. 136

(16)

8

yang rukun hidup tentram tanpa ada perbedaan dan percekcokan. Beliau

berpendapat sesuai dengan kaidah fiqhiyyah yaitu Dar'ul mafasid muqaddamun

'ala jalbil mashaalih (menolak/mencegah kerusakan didahulukan dari pada

melakukan kebaikan) Seperti yang terjadi di masyarakat Sumbersuko mereka

saling individual tidak mau bersatu, mereka berjalan sesuai dengan keyakinannya

masing-masing.14

Akan tetapi beda lagi dengan bapak Darmawi selaku tokoh

Muhammadiyah beliau berpendapat bahwa “perbedaan pendapat, maupun dalam

pola pikir tidak menjadi penghalang untuk menuju ke jenjang perkawinan, karena

dalam menciptakan rumah tangga yang harmonis perbedaan tersebut tidak dapat

mempengaruhi kehidupan berumah tangga. Seperti yang dilakukan masyarakat

Sumbersuko, mereka masih dapat mempertahankan rumah tangganya meskipun

beda organisasi keagamaan dan mereka dapat membentuk keluarga yang

harmonis.15

Dengan melihat perbedaan pendapat tersebut peneliti semakin tertarik

untuk mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya. Jika melihat fenomena

yang ada, baik di kalangan artis maupun di kalangan masyarakat biasa, yang

semakin meningkatnya jumlah perceraian disebabkan karena perbedaan prinsip

dengan fenomena seperti ini ada sebagian masyarakat Sumbersuko yang

melakukan perkawinan antar golongan “Nahdlatul Ulama’ atau biasa disebut

dengan NU” dengan golongan “Muhammadiyah” , dengan perbedaan ini apakah

(17)

9

mereka dapat menjalin hubungan yang sesuai dengan tujuan mereka? Padahal

dalam membina keluarga yang harmonis harus memiliki kesamaan yang baik

dalam hal beribadah, prinsip maupun dalam pola pikir. Dari latar belakang inilah

peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji dengan judul sebagai yang sudah

tertera di atas.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berangkat dari pemaparan yang ada pada latar belakang di atas, maka

daat di identifikasikan masalahnya sebagai berikut :

a. Pengertian keluarga sakinah.

b. Faktor – faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah tangga

c. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan dalam berumah

tangga.

d. Usaha-usaha yang dibangun suami istri dalam berumah tangga di Desa.

Sumbersuko Kec. Tajinan Kab. Malang.

1. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang dapat di identifikasi penulis diatas

dan banyaknya perkara yang ditemukan, maka agar tidak terjadi

kerancuan dalam pembahasan skripsi yang akan ditulis , maka penulis

(18)

10

a. Kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi

keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten

Malang?

b. Usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga di desa

Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan rumah tangga pada pasangan beda organisasi

keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

2. Bagaimana usaha dalam membina keharmonisan hidup berkeluarga di

desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang?

D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka dalam penelitian ini, pada dasarnya untuk mendapatkan

gambaran permasalahan yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang

mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan

tidak adanya pengulangan materi penelitian secara mutlak.

Sejauh penulis melakukan penelitian tentang kasus ini terhadap

karya-karya ilmiah yang berupa pembahasan tema keluarga, maka perlu dijelaskan

hasil penelitian terdahulu untuk dikaji dan ditelaah secara seksama.

Penelitian-penelitian tersebut ialah:

1. Skripsi dengan judul “Analisa Hukum Islam terhadap Keluarga Sakinah

(19)

11

C01397073 Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah

Tahun 2002. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif –analitis, yaitu dengan menggambarkan

mengenai keluarga sakinah dari perkawinan beda agama. Secara Garis

besar penelitian yang dilakukan oleh Jumaiyah terdapat persamaan dan

juga perbedaan dengan peneliti yang akan saya teliti. Letak Kesamaannya

adalah peneliti mencoba untuk mengkaitkan sebuah permasalahan yang

nantinya berdampak pada keharmonisan rumah tangga. Sedangkan letak

perbedaan tersebut adalah permasalahan yang ada. Jika saudari Jumaiyah

mengangkat keharmonisan rumah tangga beda agama ditinjau dari hukum

islam , maka peneliti mengangkat Perkawinan Beda Organisasi

Keagamaan sebagai dampak keharmonisan dalam rumah tangga.

2. Skripsi dengan judul “Pandangan Muhammad Quraish Shihab tentang

Perkawinan Beda Agama” Skripsi ini ditulis oleh Wafiyatul Muflichah

NIM: C01302143 Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas

Syariah Tahun 2006. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif-analitis yaitu dengan menggambarkan

pemikiran tentang perkawinan beda agama menurut M.Quraish Shihab,

sedangkan skripsi ini meneliti tentang fenomena yang ada di masyarakat

Sumbersuko tentang perkawinan beda organisasi keagamaan yang

(20)

12

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka disini terdapat beberapa

tujuan yang ingin dicapai atau ingin diketahui oleh peneliti diantaranya

adalah:

1. Untuk mendiskripsikan kehidupan rumah tangga pada pasangan beda

organisasi keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten

Malang.

2. Untuk menjelaskan usaha dalam membina keharmonisan hidup

berkeluarga di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam rangka mengembangkan wacana keilmuan, khususnya

yang berkaitan dengan perkawinan antar organisasi keagamaan.

2. Praktis

a. Sebagai referensi atau acuhan penelitian selanjutnya dan bahan

pertimbangan sekaligus tambahan bagi siapa saja yang membutuhkan

terutama tentang perkawinan antar golongan Muhammadiyah dan

(21)

13

b. Dapat dijadikan pertimbangan atau masukan bagi orang yang akan

melakukan perkawinan antar golongan keagamaan.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengkaji permasalahan

diatas, maka penulis memberikan definisi operasional yang akan penulis gunakan

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Organisasi keagamaan adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk

oleh masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan

misi, dan juga tujuan yang sama.16 “Terkait dengan hal ini peneliti

mengaitkan antara Organisasi Muhammadiyah yang merupakan gerakan

Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah Islam yang

bersumber pada alquran dan Hadis, dengan Organisasi Nahdlatul Ulama’

yang merupakan gerakan Islam, dikenal dengan gemar mendendangkan

Syair puja-puji dan Selawat untuk Nabi Muhammad saw, yang bersumber

pada alquran, hadis, Ijmak dan Qiyas.

2. Keharmonisan rumah tangga adalah keluarga yang rukun berbahagia,

tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam

kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling

menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua,

16 Ilham Nugraha, “Agama dan organisasi keagamaan”, dalam

(22)

14

mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal

yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.17

Berdasarkan penjelasan definisi operasional tersebut, maka dapat

dipahami bahwa skripsi yang akan diteliti ini membahas mengenai

perkawinan beda organisasi keagamaan dan implikasinya terhadap

keharmonisan rumah tangga.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat field research atau

penelitian lapangan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Data Yang Dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan, maka dalam penelitian ini

data yang akan di kumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data yang berkenaan dengan pasangan beda organisasi keagamaan di

desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

b. Data yang berkenaan dengan usaha dalam membina keharmonisan

hidup berkeluarga di desa Sumbersuko kecamatan Tajinan Kabupaten

Malang.

2. Sumber Data

Data yang di perlukan dalam penelitian ini bersumber pada lapangan dan

literatur, meliputi:

17Sanjaya Yasin, “Pengertian keluarga sakinah”, dalam

(23)

15

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang di peroleh dari subjek penelitian

lapangan (responden), yaitu: hasil interview dengan pasangan yang

melakukan perkawinan beda organisasi, tokoh masyarakat atau adat

dan juga tokoh agama yang berkaitan dengan perkawinan beda

organisasi yang terdapat di desa yang bersangkutan.

b. Sumber Data Sekunder

Sember data sekunder adalah buku yang berbicara tentang perkawinan

beda organisasi dan hal-hal yang berpengaruh di dalamnya sebagai

landasan dalam penelitian ini. Diantaranya:

1) Kompilasi Hukum Islam

2) UU. Perkawinan No.I tahun 1974 tentang perkawinan

3) Sayyid sabiq, Fiqh as-Sunnah

4) Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzab

5) Ahmad Nurcholis, Pernikahan Beda Agama18

6) Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh suatu

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

(24)

16

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

di wawancarai, tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. 19

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, skripsi, buku, surat kabar, majalah, notulen

rapat, agenda, dan sebagainya. 20

Metode ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang di anggap

penting atauada hubunganya dengan permasalahan yang berkaitan

dengan perkawinan beda organisasi islam di desa Sumbersuko

kecamatan Tajinan Kabupaten Malang

4. Teknik pengolaan data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh dengan

memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi

kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan

serta relevansinya dengan permasalahan.21

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa

sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan

masalah.

19 Sutrisno Hadi, Methodology Research 2, (Yogyakarta: Andi Offeset, 1998), 133.

20 Suharsini Ari Kumto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2006), 231.

(25)

17

5. Teknik analisis data

Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder maka

langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan analisa data kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif dari sumber-sumber tertulis. Metode ini digunakan

untuk menganalisa data tentang perkawinan beda organisasi. Penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.22 Metode ini

dipergunakan untuk membahas permulaan pembahasan dengan menggunakan

teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang keharmonisan berumah

tangga.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah agar dapat memahami judul penelitian ini, maka

penulis menyusun sistematika pembahasannya meliputi lima bab tersebut adalah

sebagai berikut:

Bab pertama sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil

penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab kedua Merupakan landasan teori yang membahas tentang kondisi

keluarga perkawinan beda organisasi, perbedaan dan persamaan organisasi

(26)

18

Muhammadiyah dan NU, hakikat keharmonisan rumah tangga dalam sebuah

perkawinan.terdiri dari: pengertian keluarga sakinah, kehidupan perkawinan beda

organisasi keagamaan dalam berumah tangga, Usaha-usaha yang dibangun suami

istri dalam berumah tangga.

Bab ketiga berisi tentang laporan hasil penelitian berisi tentang

Organisasi keagamaan di Indonesia, gambaran umum Desa Sumbersuko

Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang, kemudian mendiskripsikan secara

objektif mengenai perkawinan beda organisasi keagamaan.

Bab keempat, merupakan Analisis kehidupan rumah tangga pada

pasangan beda organisasi keagamaan , Analisis usaha membina keharmonisan

hidup berkeluarga bagi pasangan beda organisasi sosial masyarakat.

Bab Kelima merupakan bagian terakhir dari skripsi atau penutup yang

(27)

20

BAB II

KONDISI KELUARGA PERKAWINAN BEDA ORGANISASI

A. Perbedaan dan persamaan organisasi NU dan Muhammadiyah

1. Manhajnya

NU menganut paham $KOXVVXQDK ZDOMDPDnDKsebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya alquran, sunnah tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-$V\nDUL GDQ $EX 0DQsur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab: 6\DILnL +DPEDOL 0DOLNL +DQDIL Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan shariat.19

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum

penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta

merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial.

Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut

berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam

NU.20

Dalam majelis tarjih Muhammadiyah, terdapat istilah manhaj tarjih untuk menyebut metode istinbath hukum.

Secara leksikal, manhaj berarti jalan atau metode. Dalam ilmu ushul fikih, manhaj digunakan sebagai cara mengeluarkan hukum V\DUDn dari alquran dan sunnah, secara istidlal dengan dalil mDTO, seperti qiyas, istihsan, istishab dan sebagainya. Majelis tarjih menggunakan kata manhaj sebagai acuan penggalian hukum islam, baik dari dalil naqli maupun maqli.

19Farid Wajidi, NU Tradisi, Relasi-relasi, Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994),

183.

(28)

21

Muhammadiyah merumuskan pedoman dalam berijtihad dengan memakai

QDPDoSRNRN-SRNRN0DQKDM7DUMLK0XKDPPDGL\DKp21

Manhaj ijtihad tersebut merupakan manifestasi bahwa muhammadiyah

tidak bermadzhab. Dalam hal ini, dibuktikan dari putusan-putusannya tidak

merujuk kepada pendapat imam madzhab. Sebab, masalah yang diputuskan

majelis tarjih didasarkan atas nash yang dianggap lebih kuat tanpa

mengembalikan apakah pendapatnya sesuai dengan pendapat imam madzhab

atau tidak. Sesungguhnya manhaj tarjih belum dapat dikatakan sebagai

susunan ushul fiqih baru, namun telah memuat unsur-unsur penting dalam

teori berijtihad, yaitu penggunaan sumber-sumber hukum, prinsip-prinsip

ijtihad dan kedudukan akal dalam penggalian hukum. Ternyata, manhaj yang

demikian telah membawa majelis tarjih memutuskan berbagai masalah yang

tampak mandiri dan tidak terikat oleh salah satu pandangan madzhab.

Mengenai penggunaan sumber dalil, pada dasarnya ijtihad majelis tarjih secara

mutlak adalah alquran dan sunnah. Oleh karena itu, kedua dalil tersebut

merupakan acuan utama dalam penetapan hukum. Hal ini terbaca pada hampir

setiap keputusan tarjih yang senantiasa menyebutkan ayat-ayat alquran dan

sunnah sebagai dalil sebagaimana yag terbaca didalam himpunan putusan

tarjih.

21

(29)

22

2. Prinsip-prinsipnya

3ULQVLS$KOXVXQQDKZDOMDPDnDK\DQJGLWHUDSNDQGDODP RUJDQLVDVL 18EDLN

dalam bidang teologi, fikih dan tasawuf. NU merumuskan sikap

kemasyarakatanya sebagai berikut:

a. Tawasut{, yaitu sikap moderat yang berbijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk sikap tatharuf (ekstrim), baik dalam bidang agama maupun politik, karea sikap tersebut mengarah pada kekerasan dan disintegrasi

(kehancuran).

b. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat, karena hanya dengan sikap tasamuh itu rasa saling percaya dan solidaritas bisa ditegakan dan ini merupakan inti hidup berbangsa.

c. Tawazun, selalu berusaha menciptakan keseimbangan hubungan anatara sesama umat manusia dengan Allah SWT, antara akal dan wahyu, antara individu dan kolektifitas denga sikap tawazun ini harmonis dalam kehidupan baik maupun tindakan bisa terwujud.22

Untuk melaksanakan maksud dan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam,

sehingga dapat membentuk kehidupan yang bahagia. Maka organisasi muhammadiyah

merumuskan prinsip sebagai berikut:

a. +LGXSPDQXVLDKDUXVEHUGDVDUNDQWDXKLGLEDGDKGDQWDnDWNHSDGD$OODK

b. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam dengan keyakinan bahwa ajaran islam itu

satu-satunya landasan kepribadian bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.

c. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah

kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan.

d. ,WWLEDnNHSDGDODQJNDKSHUMXDQJDQQDEL0XKDPPDGVDZ

e. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

(30)

23

3. Tradisi-tradisinya

Dalam setiap kelompok masyarakat maupun organisasi yang ada, pasti mempunyai

tradisi masing-masing, yang mana tradisi tersebut dapat membentuk ciri khas suatu

kelompok tersebut. Akan tetapi tidak menuntut kemungkinan sekelompok organisasi

tersebut juga mempunyai persamaan tradisi atau adat kebiasaan, diantara tradisi-tradisi

tersebut adalah:

a. Tradisi NU dalam hal ibadah.23

1) Mengucapkan niat

Niat dalam hal ibadah mempunyai arti penting. Artinya setiap ibadah harus pula disertai niat. Tanpa niat ibadah itu tidak ada artinya. Dan kedudukan niat itu adalah dalam hati.

2) Doa iftitah

Doa iftitah artinya pembuka yang dibaca pada awal sholat. Letaknya, setelah seseorang yang sholat membaca takbiratul Ihram (takbir pertama ketika waktu sholat) sebelum membaca al-fatihah.

3) Doa qunut

Doa yang dibaca pada waktu,nWLGDOUDNDDWNHGXD(akhir salat subuh). 4) Mengangkat tangan

0HQJDQJNDW WDQJDQ SDGD ZDNWX GRnD VXGDK PHQDGL WUDGLVL RUDQJ-orang NU.

.DUHQDPHQJDQNDWWDQJDQNHWLNDEHUGRnDKXNXPQ\DDGDODKVXQQDK

5) Wiridan atau zikir

Wiridan atau zikir itu maksudnya membaca bacaan tertentu setelah sholat yang bertujuan untuk ingat kepada Allah.

6) A]DQ-XPnDW

Kalau kita mengikuti salat Jumat di masjid orang-orang NU, tentu ada sedikit

SHUEHGDDQ ELOD NLWD VKRODW GLPDVMLG ODLQ 6HEDE DG]DQ MXPnDWQ\D GXDPertama,

dilakukan setelah masuk waktu dzuhur dan yang kedua, setelah khotib mengucapkan salam diatas mimbar sebelum memulai khotbahnya.

(31)

24

7) Shalat tarawih

Shalat tarawih bagi orang Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Ada yang menjalankan delapan rakaat dan ada yang 20 rakaat, yang 20 rakaat ini termasuk ciri orang-orang NU.24

8) Ziarah kubur

Sudah menjadi pemandangan umum dikalangan santri NU, mereka membiasakan diri untuk berziarah kubur yang bertujuan untuk orang yang sudah meninggal

GDODPLVWLODKMDZDGLVHEXWNLULPGXQJRELDVDQ\DGLODNXNDQSDGDKDULMXPnDWDWDX

pada hari raya idul fitri dan idul adha. Dan masih banyak tradisi-tradisi yang lain.

b. Tradisi orang NU masalah sosial.

1) Pujian

Pujian adalah istilah khas orang NU. Pujian adalah sanjungan untuk Allah, dalam praktiknya puian bisa jadi kalimat yang mengandung pujian namun yang sering kita dengar adalah lantunan sholawat nabi dengan beragam nasyidnya.

2) Tarhim

Tarhim ialah suara yang dikumandangkan dari masjid atau musholla dengan maksud membangunkan kaum muslimin dan muslimat untuk persiapan sholat subuh.

3) /DLODWXOLMWLPDn

Bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul iMWLPDn yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, misalnya: menentukan awal ramadlon dan lain sebagainya.

4) Talqin

Talqin artinya mendikte. Yang maksudnya mendiktekan si mayit yang baru saja dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu dari si penuntun.

5) Peringatan 7 atau 40 hari.

Sudah menjadi tradisi orang jawa, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang silaturrahmi, baik tetangga dekat maupun jauh, mereka ikut bela sungkawa atas segala yang menimpa, sambil mendoakan orang yang meninggal maupun yang ditinggalkan. Pemanfaatan pertemuan itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.25

6) Haul

Kata haulberasal dari bahasa Arab yang artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan genab 1 tahun. Peringatan ini berlaku bagi keluarga siapa saja, tidak terbatas hanya pada NU saja.

(32)

25

7) Tahlil

Tahlil itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca kalimat La illaha illallah, dimasyarakat NU jika ada setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut majelis tahlil. Acara ini biasa saja diselenggarakan khusus tahlil, meski banyak juga acara tahlil ini ditempelkan pada acara inti yang lainnya. Misalnya setelah dzibaan, yasinan kemudian tahlil dan lain sebagainya.26

8) Istighosah atau mujahadah

Istighosah artinya meminta pertolongan, Mujahadah artinya mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai sesuatu yang dilakukan secara serempak dan bersama-sama.

9) 3HPEDFDDQ'LEDnL\DK%XUGDK0DQDTLE

Kalau kita melihat lirik syair yang terdapat didalam kitab al-Barzanji, seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup dan kehidupan rasulullah. Demikian

SXOD \DQJ WHUGDSDW GLGDODP NLWDE GLEDn GDQ EXUGDK 7LJD NLWDE LQL \DQJ EHUODNX

bagi orang NU dalam melakukan ritual ini biasanya dilakukan satu minggu sekali atau ketika maulidiyah menyambut kelahiran rasulullah.27

10) Membaca surat yasin

Surat yasin dapat dibaca saat kita mengharap rizki dari tuhan, meminta sembuh dari penyakit, menghadapi ujian, mencari jodoh atau hajat lain yang mendesak. Akan tetapi, dalam praktik sehari-hari masyarakat sudah mentradisikan membaca yasin didalam majelis-majelis kecil dikampung. Bahkan, sudah lazim sekali bacaan yasin digabung dengan tahlil. Yasin dan tahlil telah menyatu menjadi bacaan orang-orang NU.28

c. Tradisi Muhammadiyah.

Dalam sebuah organisasi tentu mempunyai karakteristik tersendiri, ketika kita

melihat tradisi orang NU, begitu banyak tradisi yang bersifat keagamaan maupun

yang bersifat sosial, diakui atau tidak jika dibandingkan antara NU dan

Muhammadiyah, NU lah yang paling kaya akan tradisi, dengan tradisi yang

diamalkan oleh orang-orang NU baik itu tradisi keagamaan maupun sosial, justru

PDODK GLDQJJDS ELGnDKROHK RUDQJ-orang Muhammadiyah, Muhammadiyah lebih

26

,EQX$JXVo3HQJHUWLDQ7DKOLO$PDODQ18pGDODP http://ass-yafiiah.blogspot.com/p/pengertian-tahlil.html, diakses 5 Juli 2015.

(33)

26

condong kearah yang modernis (pencetus ide-ide modern) yang dapat menggali

intelektual yang lebih mantap.

Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah

Muhammadiyah.29 Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan

ibadah, seperti: meniadakan kebiasaan sebagai berikut:

1) Menujuh bulani (Jawa: Tingkeban)

Yaitu selametan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ketujuh.

Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya

diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang

dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah

delima, buah jeruk dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan

macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu

dengan maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam

kandungan itu.

2) Selametan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll

yang dikenal dengan manakiban.

Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi

serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada nabi Muhammad saw

yang disalah artikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai,

ada kecenderungan yang kuat untuk seorang wali atau nabi, sehingga hal itu

dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang

29Syarif Hidayatullah, Muhammadiyah dan Pluralitas Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(34)

27

disebut Haul, atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan

tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan

penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan

upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga

dipandang dapat mengeruhkan tauhid.

Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam

islam sangat dianjurkan. Demikian juga berdzikir dan membaca alquran juga

sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika didalam berzikir dan membaca

alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal

itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan.

Demikian juga tahlilan dan sholawatan pada hari kematian 3, 7, 40,

ke-100 dan ke- KDUL KDO LWX PHUXSDNDQ ELGnDK \DQJ PHVti ditinggalkan dari

perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh

Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.

B. Hakikat keharmonisan rumah tangga dalam sebuah perkawinan

1. Pengertian keluarga sakinah

Dalam pendekatan Islam, keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia lahir

batin, penuh diliputi cinta kasih mawaddah wa rahmah.30 Basis utama yang

menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga

berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari

(35)

28

alquran. Dalam alquran terdapat penjelasan untuk menata keluarga, melindungi

dan membersihkannya.

C°%XT

©G

#Á ÄÔ³[‹ R<ÙQ\\

©

ÛØÜ\CØT\w

Ø

ŋ\ÈV

W

DTÄmŠ[kV"

Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Qs. Adz-Dzariyat:49)31

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, disamping agama, yang

secara resmi telah berkembang disemua masyarakat. Tugas-tugas kekeluargaan

merupakan tanggung jawabb langsung setiap pribadi dalam masyarakat dengan

satu dua pengecualian. Hampir setiap orang dilahirkan dalam keluarga dan juga

membentuk keluarganya sendiri. Setiap orang merupakan sanak keluarga banyak

orang yang mungkin saja dapat lolos dari kewajiban agama yang oleh orang lain

dianggap sebagai suatu keharusan, demikian juga dengan badan politik

masyarakat. Hampir tidak ada peran tanggung jawab keluarga yang dapat

diwakilkan kepada orang lain, seperti halnya tugas khusus dalam pekerjaan dapat

diwakilkan kepada oranglain.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan keluarga: ibu, bapak

dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar dimasyarakat.32

Keluarga dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Keluarga inti, yang terdiri dari ayah dan anak-anak atau hanya ibu atau bapak atau nenek dan kakek.

b. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.

31

Ibid., 975

(36)

29

c. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang telah kawin, sehingga istri dan anak-anaknya hidup menumpang saja.33

Pertalian keluarga atau keturunan dapat diatur secara parental atau

bilateral. Artinya menurut orang tua (bapak, ibu); matrilineal artinya menurut

garis ibu dan patrilineal artinya menurut garis bapak. Susunan kekeluargaan ini

bertalian dengan hakikat kedudukan perkawinan dalam masyarakat. Dalam

kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian antara lain:

a. Sanak saudara, kaum kerabat

b. Orang seisi rumah, suami-istri, anak, batih;

c. Orang yang ada dalam naungan organisasi atau sejenisnya, misalnya: keluarga

1DKGODWXO8ODPDnGDQ0XKDPPDGL\DK

d. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya.34

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga

merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun atas

perkawinan terdiri dari ayah/suami, ibu/istri dan anak. Perkawinan sebagai salah

satu proses pembentukan suatu keluarga, merupakan perjanjian sakral (mitsa>>>qon

gholidha) antara suami dan istri. Perjanjian sakral ini, merupakan prinsip

universal yang terdapat dalam semua tradisi keagamaan. Dengan ini pula

perkawinan dapat menuju terbentuknya rumah tangga yang sakinah.

Secara sosiologis, Djudju Sudjana mengemukakan tujuh macam fungsi

keluarga, yaitu:35

33Nasution, Khoirudin, Membentuk Keluarga Bahagia, (Yogyakarta: PSW Sunan Kalijogo, 2002), 23

34Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004),1-8.

35Djudju sudjana, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

(37)

30

a. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai mahluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang, sebab fungsi ini diatur dalam suatu norma perkawinan yang diakui bersama.

b. Funsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya. Orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, efektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual dan profesional. Pendidikan keluarga islam didasarkan pada firman Allah yang berbunyi:

SM{iU‘›Wc

W

ÛÏ°Š

SÄ=W%XÄ

ßSÉ

×

Å_ÁÝ5U

×

Åk¯ØFUXT

;qW5

\FÀjSÉXT

Ã

ˆ‰=

Å

QXq\H°VÙXT

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu... (QS. At-Tahrim: 6)

c. Fungsi edukatif merupakan bentuk penjagaan hak dasar manusia dalam memelihara dan mengembangkan potensi akalnya. Pendidikan keluarga sekarang ini pada umumnya mengikuti pola keluarga demokratis dimana tidak dapat dipilah-pilah siapa belajar kepada siapa.36

d. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta iklim keagamaan didalamnya. Sebagaimana dalam surat Al-Lukman ayat 13 disebutkan bahwa:

Ù

l¯XT

W

$V

À

C›\-ÙÅ ž°O°=×HY

X

SÉFXT œÈO¾À°ÈWc

ƒ

³RBțWc



Y

Ö

¯nՓÉ#  ¯  E¯ [

Øn¦G“

Î

2Ú¾ÀV

³

2j°ÀWÃ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

e. Fungsi protektif, dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal segala pengaruh negative yang masuk didalamnya. Ganguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan dapat menjadi pemicu lahirnya konflik bahkan juga kekerasan.

f. Fungsi sosialisasi adalah berkaitan dengan mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal baik inter relasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam mensikapi

(38)

31

masyarakat yang pluralistik lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya bahasa maupun jenis kelamin.37

g. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai, menghormati dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang dan

VHWLDSDQJJRWDNHOXDUJDPHUDVDoUXPDKNXDGDODKVXUJDNXp38

h. Fungsi ekonomis yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistribusikan secara adil dan proposional, serta dapat mempertanggung jawabkan kekayaan dan harta bendanya secara sosial maupun moral.

Ditinjau dari ketujuh fungsi keluarga tersebut, maka jelaslah bahwa keluarga

memiliki fungsi yang vital dalam pembentukan individu. Oleh karena itu

keseluruhan fungsi tersebut harus terus menerus dipelihara. Jika salah satu dari

fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam

sistem keteraturan dalam keluarga.

Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi kata

sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifati atau menerangkan kata keluarga.

Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tentram

dan sejahtera lahir batin.

Munculnya keluarga sakinah ini sesuai dengan firman Allah surat Ar-rum

yang menyatakan bahwa tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk

mencari ketenangan dan ketentraman atas dasar mawaddah dan rahmah, saling

mencintai dan penuh kasih sayang antara suami istri. Firman Allah dalam surat

Ar-rum ayat 21, berbunyi:

(39)

32

Õ

C°%XT

à

ž°O°*›WcXÄ

Ø

DU

W

Q\] ÅV

Õ

C°K%

×

1ŦÁÝ5U

=CšXTÙwU

ßSÄ=ÅԁW)°L

\IÙjV¯



#\È\BXT 1ÁX=ØoW

<

Q‰jXS‰%

›

R\-ÕOXqXT ‰ D¯

r¯Û

\

°šVl

0›Wc8[

4×SV°L

W

DTÄmŠ[ÝW*Wc

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.39

Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana tentram,

damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah bebas

dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan

dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.40

Berdasarkan ayat diatas, terdapat 3 kata kunci yang harus dipegangi dalam

a long life strangle kehidupan keluarga, yaitu mawaddah, rahmah dan sakinah.

Abdullah menyebutkan dengan: mawaddah dipahami sebagai relieve from one

another, love and respect one another dan sakinah dipahami to be or become

trainquil, peaceful, God-inspired peace of mind.41

Mawaddah bukan sekedar cinta terhadap lawan jenis dengan keinginan

untuk selalu berdekatan tetapi lebih dari itu, mawaddah adalah cinta plus, karena

cinta disertai dengan penuh keikhlasan dalam menerima keburukan dan

kekurangan orang yang dicintai. Dengan mawaddah seseorang akan menerima

kelebihan dan kekurangan pasangannya sebagai bagian dari dirinya dan

kehidupannya. Mawaddah dicapai melalui proses adaptasi, negoisasi, belajar

39Ibid.,

738.

40Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT LKis Pelangi Aksara, 2004) 1-8. 41Amin Abdullah, Menuju keluarga bahagia, (Yogyakarta: PSW IAIN Yogyakarta- Mc Gill- ICIHEP,

(40)

33

menahan diri, saling memahami, mengurangi egoisme untuk sampai pada

kematangan.42

Rahmah merupakan perasaan saling simpati, menghormati, menghargai

antara satu dengan yang lainnya, saling mengagumi, memiliki kebanggaan pada

pasangannya. Rahmah ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk melakukan

yang terbaik pada pasangannya sebagaimana ia memperlakukan yang terbaik

untuk dirinya. Untuk mencapai tingkatan rahmah ini perlu ada ikhtiar terus

menerus hingga tidak ada satu diantara lainnya mengalami ketertinggalan dan

keterasingan dalam kehidupan keluarga.43

Dalam tradisi islam, sakinah merupakan tujuan perkawinan, yang

ditegaskan dalam Qs. al-Rum ayat 21. Kata sakinah diambil dari kata sa-ka-na

yang artinya diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Sakinah dalam

perkawinan, bersifat aktif dinamis. Untuk menuju kepada sakinah terdapat tali

pengikat yang dikarunia oleh Allah kepada suami istri setelah melalui perjanjian

sakral, yaitu berupa mawaddah, rahmah dan amanah. Mawaddah berarti

kelapangan dan kekosongan dari kehendak buruk yang datag setelah terjadinya

akad nikah. Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul didalam hati akibat

menyaksikan ketidak berdayaan.44 Karena itu suami istri selalu berupaya

memperoleh kebaikan pasangannya dan menolak segala yang mengganggu dan

mengeruhkannya. Sedangkan amanah merupakan sesuatu yang disertakan kepada

42

Djafar Shodiq, Indahnya Keluarga Sakinah, (Jakarta: Zakia press, 2004) 36.

43

Miftah Faridl, Rumahku Surgaku Romantikan Dan Solusi Rumah Tangga, (Jakarta: Gema Insani, 2005) 48.

44

(41)

34

pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaannya

bahwa apa yang diamanahkan akan terpelihara dengan baik.

2. Faktor penyebab ketidak harmonisan dalam berumah tangga.

Pada masa usia perkawinan setelah tiga tahun keatas, persoalan rumah tangga

yang sebenernya baru akan muncul. Misalnya ketidak setaraan kedua pasangan,

keluarnya sifat-sifat yang tidak dikehendaki dari pasangannya, hadirnya orang

ketiga, dan memburuknya kondisi perekonomian dan masih banyak lagi hal-hal

yang dapat menghalangi terciptanya rumah tangga yang harmonis. Diantara

problematika seputar rumah tangga yang dapat menghancurkan keharmonisan

rumah tangga adalah :

a. Cerewet

Meski cerewet tidak selalu jelek tapi termasuk sumber kemunculan

malapetaka dalam kehidupan rumah tangga. Kecerewetan, baik yang

dilakukan istri atau suami bisa jadi adalah salah satu wujud dari sikap hidup

yang jauh dari rasa syukur. Kalau seorang istri cerewet maka itu akan

PHQJLULPVDQJVXDPLPHQMDGLVHRUDQJoSHODPXQpNDODX\DQJGLODPXQNDQQ\D

positif maka dia akan menjadi gerbang bagi seorang suami untuk menjadi

filosof. Jadi, jika yang dilamunkannya adalah hal yang bukan-bukan, maka hal

itu adalah sebuah celaka yang berkepanjangan. Kehidupan rumah tangga akan

menjadi medan kesengsaraan yag berkepanjangan.45

(42)

35

b. Sikap kasar

Persoalan rumah tangga yang mengganjal suatu keharmonisan dapat

dipastikan ada disetiap pasangan. Entah kecil atau besar, berat atau ringan

selalu saja ada ketidakcocokan sifat antara keduanya adalah salah satu pemicu

terbesar dari ketidakharmonisan rumah tangga itu. Diantaranya adalah suami

atau istri yang bertindak kasar kepada pasangan.46

c. Ekonomi tidak stabil (kebanyakan utang)

Persoalan keluarga tidak lepas dari maisyah (mata pencaharian) yang

dilakukan kepala rumah tangga. Ada masalah pada pekerjaan, sedikit banyak

akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.

d. Aqidah yang keliru atau sesat yang dapat mengancam fungsi religius dalam

keluarga.

e. Makanan yang tidak halal dan sehat, makanan yang haram dapat mendorong

sesorang melakukan perbuatan yang haram pula.

f. Pola hidup yang berfoya-foya, akan mendorong seseorang mengikuti kemauan

gaya hidupnya sekalipun yang dilakukannya adalah hal-hal yang diharamkan

seperti korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya.

g. Pergaulan yang legal dan tidak sehat.

h. Kebodohan serta intelektual maupun sosial.

i. Akhlak yang rendah.

j. Jauh dari tuntunan agama.

(43)

36

3. Kehidupan perkawinan beda organisasi keagamaan dalam berumah tangga.

Dampak psikologis maupun sosiologis ialah dampak yang di timbulkan

berhubungan dengan masyarakat sekitar, sehingga adanya anggapan-anggapan

masyarakat.Hal itu membuat malu atau kecewa, dalam perkawinan antar

organisasi keagamaan dan implikasinya terhadap keharmonisan rumah tangga

yang di lakukan oleh masyarakat setempat ini tidak membawa kebaikan justru

malah menimbulkan hal-hal yang semestinya tidak terjadi. Hal ini bisa terjadi

pada siapa saja terutama pada pasangan yang melakukan pernikahan tersebut.

a. Malu atas gunjingan masyarakat.

Gunjingan disini adalah sebagai bentuk penilaian negatif dari masyarakat

sekitar karena dengan terjadinya perkawinan antar organisasi keagamaan

tersebut yang di lakukan oleh masyarakat desa tersebut, tidak terlepas dari

istri atau suami yang menjadi korban perasaan dalam rumah tangga khususnya

pasangan tersebut.47

b. Takut bercerai

Bercerai adalah hal biasa yang terjadi dan dimana saja tetapi masalah

perkawinan yang terjadi di desa Sumbersuko tidak semua istri atau suami

yang menjadi korban perasaan dalam rumah tangga, khususnya pada pasangan

beda organisasi keagamaan ini, tidak menginginkan sebuah perceraian karena

masalah yang di hadapi masih dapat di selesaikan dan rasa kasihan pada

anak-anaknya dan takut terhadap dampak buruk pada perkembangan anak-anaknya. Hal

(44)

37

ini terjadi pada pasangan-SDVDQJDQ LQL PHUHND PHQJDWDNDQ EDKZD oNDUHQD

kami mempertimbangkan mengenai pandangan negatif dari masyarakat

tentang status menyandang janda dan juga kami malu kepada keluarga, selain

itu kami juga maVLKFLQWDSDGDVXDPLp48

c. Ketidaknyamanan

Dalam sebuah perkawinan memang ada rasa tidak cocok maupun tidak

sepaham itu tidak terjadi pada semua pasangan, tapi itu terjadi pada pasangan

NHOXDUJDEHGDRUJDQLVDVLNHDJDPDDQLQL0HUHNDPHQJDWDNDQEDKZDo0HVNL

kami kurang nyaman dengan keadaan seperti ini akan tetapi kami tetap

EHUWDKDQGDODPLNDWDQSHUQLNDKDQNDUHQDNDPLPDVLKVDOLQJPHQFLQWDLp

d. Merasa Jauh dari kerabat dekat

Yang dialami oleh pasangan-pasangan ini adalah merasa jauh dari keluarga.

0HUHNDPHQJDWDNDQoNDPLPHUDVDMDXKGHQJDQNHOXDUga kami sendiri karena

pendekatan secara emosional kita berkurang, yang biasanya kita

ngumpul-ngumpul dalam acara tahlilan atau yasinan, baik itu dengan keluarga sendiri

DWDXGHQJDQMDPnL\DKIDWD\DWPXVOLPDWVHNDUDQJWLGDNVDPDVHNDOLp

e. Mencampur adukan madzhab

Yang di alami oleh salah satu pasangan ini yaitu Ani dan Amam, mereka

mengatakan bahwa selama ini mereka suka ikut sana dan ikut sini. Tidak

(45)

38

pernah konsisten dengan apa yang telah mereka lakukan khususnya dalam hal

ibadah.49

4. Usaha yang dibangun suami istri dalam berumah tangga.

Hubungan sosial keluarga yang harmonis dalam pemikiran dan pandangan

hidup merupakan landasan yang kuat memungkinkan terbangunnya hidup

keluarga dalam iklim yang sehat. Masalah ini tidak tercipta begitu saja namun

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menciptakan keharmonisan

diantara anggota keluarga, usaha-usaha tersebut diantaranya.

a. Usaha saling mengenal

Kehidupan berumah tangga sangat ditentukan oleh hubungan

suami istri karena mereka adalah sebagai unsur utama untuk mewujudkan

kebahagiaan, ketentraman, kedamaian atau malah sebaliknya. Dalam suatu

rumah tangga sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pola interaksi

diantara anggota keluarganya, walaupun selain itu tiak menutup

kemungkinan ada pengaruh lingkungan di luar rumah. Oleh karena itu para

anggota keluarga harus berusaha untuk mengenali karakter anggota

keluarganya dan berusaha mengurangi perbedaan demi mencapai saling

pengertian.50

b. Saling menghargai

Kehidupan berumah tangga adalah kehidupan alamiah yang jauh

dari kepalsuan. Ia adalah kehidupan sejati yang didalamnya semua pihak

(46)

39

keluarga bertindak secara pasti. Bersama dengan itu, semua anggota

keluarga tersebut dituntut untuk saling menghargai. Sebab sikap saing

menghargai dapat memelihara kemuliaan semua diantara anggota keluarga

dan meninggikan martabat mereka.51

c. Toleransi

Tidaklah masuk akal, jika menginginkan semua anggota keluarga

memiliki perilaku yang seluruhnya ideal. Sebab secara alamiah, setiap

anggota tidak selamanya selalu benar, kapan saja bisa berperilaku salah

yang butuh nasehat agar kembali normal sedia kala. Siapapun dapat

menemukan cara yang cocok untuk memperbaiki kesalahan dan

penyimpangan. Cara terbaik dalam hal ini adalah nasehat yang

mendatangkan pemahaman yang menjadikan semua pihak dalam keluarga

merasakan bahwa itu untuk kepentingan yang bersangkutan dan

kepentingan bersama.

d. Kejujuran

Kejujurn, keterbukaan dan keberanian adalah kunci kebahagiaan

yang dalam hal ini mustahi menghindari jebakan dari kesalahan, apabila

ada yang melakukan kesalahan, harus seger meminta maaf dan

mengakuinya secara ksatria dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi

dimasa akan datang.

(47)

40

e. Berusaha menyelesaikan masalah bersama

Dalam membina kehidupan berkeluarga berarti membina sejenis

persekutuan dalam segala hal, persekutuan tersebut dilakukan diatas

kebersamaan dalam sikap, kerjasama, dan kesetiakawanan dalam

menyelesaikan kesulitan yg dihadapi masing-masing dan harus diarahkan

demi kepentingan bersama.52

f. 0HODNXNDQLEDGDKVHFDUDEHUMDPDnDK

'HQJDQ PHODNVDQDNDQ LEDGDK VHFDUD EHUMDPDnDK LNDWDQ EDWLQ

antara suami istri akan terasa lebih erat.

g. Mencintai keluarga istri atau suami sebagaimana mencintai keluarga

sendiri.

Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal yang mesti

dijalankan oleh masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling

menghormati dalam rumah tangga.

h. Memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu.

Kewajiban melakukan ilmu melekat pada siapapun termasuk kepada suami

istri.

i. Selalu bersyukur saat mendapat nikmat.

Kalau kita mendapat karunia dari Allah Swt. Berupa harta, ilmu,

anak dll., bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan

(48)

41

tersebut supaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarokah

sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ibrahim ayat 7:

Ù

l

¯

X

T

|

E

Š

l

U

V

"

×

1

Å

{

X

q

Û

©

Õ

V

Ô

2

É

"

×

m

[

[

‰

×

1

Å



5

\

i

c

¯

w

9

]

Û

©

Õ

V

X

T

Ø

/

Å

M

×

m

[

Ý



‰

D

¯

r

¯

[

k

W

Ã

´

i

c

°

i

W

‘

V

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".53

j. Senantiasa bersabar saat ditimpa musibah.

Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalu

lancar dan bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sangat

mungkin dalam kehidupan berkeluarga menghadapi sejumlah kesulitan

dan ujian, berupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dll. Pondasi yang

kita bangun agar keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa

musibah. Sebagaimana firman Allah Qs. Luqman: 17.

ƒ

³RBțWc

ª

2°U

Q

QSQƒ¡

×

mÄ%ÚXT

¦

TÄm

Gambar

Tabel I. Identitas Pasangan Perkawinan Antar Organisasi Keagamaan di desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang67
Tabel II.Pasangan Keluarga Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama di desa
Tabel III.Pasangan Keluarga Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama

Referensi

Dokumen terkait

Pelanggaran yang dilakukan oleh pasangan calon yang ikut serta sebagai peserta pilkada umumnya adalah pemalsuan dokumen/berkas persyaratan kepala daerah/ wakil kepala

Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang berorientasi pada peningkatan pengetahuan secara dini kepada calon pengantin tentang pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian

kemasyarakatan produktif pada bidang peningkatan produktivitas tenaga kerja. Pendidikan kemasyarakatan produktif dalam rangka Peningkatan relevansi dan kualitas lembaga

Dengan QIM sebuah watermark disisipkan dengan cara mengkuantisasi host data kesebuah nilai sesuai dengan quantizer yang diacu oleh watermark tersebut, dengan batasan nilai

Konsentrasi air kelapa 25 %-50% sebagai ZPT alami menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang yang baik dan berpotensi untuk diaplikasi secara

Peningkatan kadar ion natrium dan kalium dalam urin pada kelompok tikus yang dicekok ekstrak biji pepaya dan biji salak ini merupakan efek natriuretik diuretik, hampir

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya, Sholawat serta salam untuk suri tauladan seluruh umat nabi

Hasil perancangan mekanik generator yang digunakan kapasitas daya 55 kW mengacu pada data teknikal dari IEC frame size tipe Y2 250M 2 dan perancanga turbin crossflow dengan