• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BENTUK KLAUSULA PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN DAN KONSESI USAHA ANTARA PT. INDOMOBIL BINTAN

CORPORA DENGAN PT. ANGKASA PURA II PERSERO MEDAN

A. Gambaran Umum PT. Indomobil Bintan Corpora.

“PT. Indomobil Bintan Corpora didirikan pada tahun 1987 oleh Indomobil Group untuk mengembangkan bisnis penjualan mobil bekas, penyewaan kendaraan, dan perbengkelan”.38

PT. Indomobil Bintan Corpora mempunyai Visi yaitu, to provide best value, of transportation needs, to our customer dan memiliki misi yaitu, to become, the biggest car rental, in Indonesia. PT. Indomobil Bintan Corpora kantor pusatnya terletak di Ferry Terminal Teluk sebung RT. RW. Sebung Pereh Bintan Utara Bintan.

Pada Tahun 1996 PT. Indomobil Bintan Corpora melalui implementasi one stop service untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan, termasuk penyediaan workshop.Tahun 2000, PT. Indomobil Bintan Corpora melakukanjoint ventureuntuk mendirikan PT. Auto Euro Indonesia yang merupakan ATPM mobil Renault. Tahun 2003, ditunjuk Europcar sebagai pemegang exclusive network-nya di Indonesia. Semua aktivitas bisnisnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan nasional dan internasional di masa depan untuk mencapai “best value of transportation needs”

Adapun Susunan Pengurus Pusat PT. Indomobil Bintan Corpora terdiri dari: 1. Dewan Komisaris PT. Indomobil Bintan Corpora terdiri dari:

38Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil

(2)

1) Lim Li-Lian Komisaris utama Warga Negara Singapura,

2) Stefanus Roy Adam, Komisaris perseroan sejak 2003 s/d sekarang, warga Negara Indonesia,

3) Herdini Herbani, Warga Negara Indonesia, Komisaris perseroan sejak 2006 s/d sekarang.

2. Dewan Direksi PT. Indomobil Bintan Corpora di Jakarta terdiri dari:

1) Jacobus Irwan Kristanto, Warga Negara Indonesia sebagai Direktur Utama sejak 2009 s/d sekarang,

2) Liem Agustinus Direktur, warga Negara Indonesia,

3) Glenn Imam dan Kohar Yuli Indriyanto, Warga Negara Indonesia sebagai Direktur sejak 2004 s/d sekarang,

4) Boby Laluan, Direktur, 5) Coody Johasman, Direktur.

PT. Indomobil Bintan Corpora atau yang sering disebut dan dikenal customer dengan sebutan indorent merupakan perusahaan Multinasional yang bergerak dibidang rental berskala besar menyediakan Jasa Layanan terdiri dari:

1. Long Term Rental

Indorent menyediakan jasa layanan sewa kendaraan untuk kontrak Jangka panjang 1,2,3 tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Dalam penyedian kendaraan dinas (Dedicated cars) maupun kendaraan Operasional 2. Short term Rental

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan insidential atau mendesak, indorent Juga menyediakan jasa layanan sewa kendaraan untuk jangka pendek (Drop & pick up only, hourly-Daily-Monthly car Rental) baik di Jakarta maupun diluar kota seperti: Aceh, Medan, Bintan, Pekanbaru, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Banjarmasin

(3)

Indorent dapat mengambil alih penangan kendaraan investasi yang dimiliki Oleh perusahaan yang mengalami kerepotan untuk mengatur penanganan Serta budged operasional kendaraan. Indorent akan melakukan pembelian kendaraan tersebut dan kemudian akan menyewakan ke perusahaan kembali Sehingga perusahaan akan terhindar dari masalah operasional kendaraan. 4. Car ownership program Rental

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang akan memberikan benefit Kepada karyawan berupa fasilitas kepemilikan kendaraan, indorent Menyediakan jasa layanan car ownership (cop) dimana di akhir sewa, perusahaan memiliki hak opsi untuk memiliki kendaraan sewa.

5. Total Fleet Management

Car pooling management merupakan suatu kebijaksanaan perusahaan untuk melakukan efesiensi lewat outsourcing program untuk penanganan manajemen transportasi dari penyedian kendaraan, pengelolaan kendaraan, penyediaan biaya operasional, penanganan tenaga driver, serta laporan pemakaian kendaraan dan biaya operasional. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Indorent dengan pengalaman menanganicar pooling managementdi beberapa perusahaan besar menawarkan totalfleet management.

6. Jasa layanandriver

Untuk melengkapi jasa layanan sewa kendaraan, indorent menyediakan Layanan penyediaan pengemudi yang profesional, terlatih (well-trained), menguasai jalan dan etika mengemudi sehingga perusahaan benar-benar merasakan kepuasan dalam memilih indorent sebagai partner bisnisnya Sehingga perusahaan biasa lebih fokus dan berkonsentrasi dalam core Businessnya.

7. Workshop

Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, dan dengan tersebarnya Pelanggan indorent, maka indorent memiliki workshop yang tersebar di Seluruh Indonesia. Baik berupa bengkel resmi ataupun bengkel umum yangMemiliki kredibilitas yang baik dalam hal pelayanan dan perbaikan kendaraan.39

“Pada saat ini PT. Indomobil Bintan Corpora sebagai salah satu bisnis rental/sewa mobil yang tersebar di Indonesia memiliki 6000 unit mobil untuk

39Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil

(4)

disewakan dan memiliki cabang yang tersebar di seluruh kota besar Indonesia salah satunya Cabang Kota Medan”.40

PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, saat ini bertempat di Jalan Ngumban Surbakti No. 20 B, sempakata Padang Bulan Medan 20131 No. Telp 061 8222000.

STRUKTUR ORGANISASI

PT. INDOMOBIL BINTAN CORPORA CABANG MEDAN

Keterangan Tabel:

1) Presiden Direktur : Jocobus Irawan 2) Direktur : Yuli Indrianto 3) Senior Manager : Sugiarto Purnomo 4) Kepala Cabang Medan : Ronny J. Panjaitan

40

Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil Bintan Corpora. Medan tanggal 22 Nopember 2011.

(5)

5) F & A : Elisabeth LG 6) Senior Sales : Bernard Wibowo 7) Ka Operation : Yopi M Rawung

8) Workshop Cord : Helmi

B. Gambaran Umum PT. Angkasa Pura Persero Medan

1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma.Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim,SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II. Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma(Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja HajiFisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan DepatiAmir (Pangkal Pinang). Perusahaan Angkasa Pura merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tanggal 15 November 1962 dengan nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.41

Kantor Cabang PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai kegiatan dibidang jasa pelayanan operasi lalu lintas udara dan jasa bandar udara, pemeliharaan fasilitas bandar udara serta kegiatan atau tugas-tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan direksi.

Adapun kegiatan usaha di bidang jasa pelayanan penerbangan komersil yakni berkaitan dengan sisi udara, sedangkan yang berkaitan dengan sisi darat (non penerbangan) seperti contohnya: sewa lokasi / tanah dan atau ruangan yang dikenakan konsesi (fee/persen) atas keuntungan pendapatan yang didapat selama satu

41Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

(6)

tahun, kecuali loket penjualan tiket pesawat tidak dikenakan konsesi.42

Dalam melaksanakan kegiatan atau tugas-tugas tersebut, kantor cabang PT.Angkasa Pura II (Persero) Medan bertugas menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara, memelihara fasilitas tekhnik peralatan, operasional bandar udara dan komersial, memelihara tekhnik elektronika dan listrik serta menyiapkan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi dan keuangan.43

2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.

Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, struktur organisasinya sesuai dengan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Nomor KEP.03.05.03/00/08/2011/332-AP II tanggal 22 Agustus 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

“Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Kedudukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan selaku kantor cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan Nomor KEP. 03.05.03/00/08/2011/332-AP II”.44 Kantor cabang merupakan unit pelaksanaan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan berada dibawah dan

42Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

Medan tanggal 14 Desember 2011.

43Hasil wawancara dengan Bapak Harpainim, Staf Dinas Komersil dan Konsesi PT. Angkasa

Pura II (Persero) Medan tanggal 14 Desember 2011.

44Hasil wawancara dengan Bapak Bayu, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. Angkasa

(7)

bertanggung jawab kepada Direksi PT.(Persero) Angkasa Pura II yang berkantor pusat di Jakarta.

PT. (Persero) Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan susunan organisasi Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, terdiri dari:

a. Kepala Cabang.

b. Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara. c. Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara. d. Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik. e. Divisi Tekhnik Umum dan Peralatan. f. Divisi Administrasi dan Komersial.45

Di dalam PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan. Kepala Cabang berfungsi sebagai penanggung jawab direksi PT. Angkasa Pura II di Bandara Polonia Medan. Tugasnya yaitu menyelenggarakan usaha jasa kebandar-udaraan dan jasa keselamatan penerbangan dalam arti seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandar-udaraan di bandar udara yang bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebajikan yang digariskan direksi. Adapun fungsi Kepala Cabang adalah sebagai berikut :

1. Bertugas menyelengggarakan kesiapan sarana, prasarana, pengendalian jasa kebandarudaraan dan keselamatan penerbangan sesuai dengan pedoman dan kebijaksanaan Direksi.

2. Bertugas dan berfungsi menyelengggarakan pengelolaan pengusahaan pelayanan dan kebijaksanaan Direksi.

3. Menyelenggarakan pengendalian kegiatan administrasi sesuai dengan pedoman dan kebijaksanaan Direksi.

4. Menyelenggarakan pembinaan, pengembangan sumber daya manusia yang tersedia.

5. Melaksanakan tugas – tugas lain diluar tugas pokok yang sudah digariskan dan dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada Direksi.

45Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

(8)

6. Menyelenggarakan Penyediaan, pengelolaan kegiatan usaha lain yang berhubungan dengan jasa kebandaraudaraan.46

Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam beberapa divisi namun dalam hal ini sengaja dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial, oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial dan konsesi PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dalam menjalin mitra usaha dengan pengusaha/perusahaan lain, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Dalam melaksanakan kegiatan komersial, Dinas Komersial dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Komersial yang bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Administrasi dan Komersial, dan sebagai bagian dari Divisi Administrasi dan Komersial, dalam mengoptimalkan pendapatan perusahaan Dinas Komersial mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mencari mitra usaha; b. Membuat undangan rapat; c. Membuat kontrak (perjanjian);

d. Memberitahukan kepada mitra usaha untuk perpanjangan kontrak sewa, 6(enam) bulan sebelum habis waktunya;

e. Menyiapkan undangan rapat koordinasi; f. Menyiapkan draft berita acara negoisasi; g. Menyiapkan draft surat persetujuan;

h. Menerima bukti pembayaran dari Dinas Keuangan;

i. Menerima pencatatan kwh meter listrik dan meter air dari Dinas TLMP; j. Menerima bukti bayar telepon (kwitansi) dari Dinas Elektronika; k. Membuat tagihan atas penyambungan line telepon;

l. Membuat tagihan atas penyambungan/penabahan daya fasilitas jaringan;

46Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

(9)

m. Membuat faktur/invoice pendapatan sewa;

n. Menyerahkan faktur/invoice pendapatan sewa keada Dinas Keuangan;

o. Melaksanakan dokumentasi copy faktur.invoice dan menjaga kerahasiaannya hanya untuk kepentingan perusahaan;

p. Melaksanakan pencatatan (data base) untuk mitra usaha/penyewa tentang jenis usaha, masa perjanjian, dan lain-lain yang berkaitan dengan sewa-menyewa;

q. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dan mitra usaha dalam hal sewa-menyewa.

Adapun tugas dan tanggung jawab seorang Kepala Divisi Administrasi dan Komersial sebagai berikut:

1. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan usaha komersial.

2. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan dan perlengkapan.

3. Melaksanakan usaha pembinaan, peningkatan dan pengembangan SDM secara umum di kantor cabang.

4. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan akuntansi. 5. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan

administrasi kepegawaian, ketatausahaan dan umum.

6. Melaksanakan koordinasi dengan pejabat-pejabat lain baik intern maupun extern.

7. Melaksanakan tugas-tugas lain di luar tugas pokok sesuai dengan perintah atasan.

8. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Kepala Cabang (Kacab).47

47Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

(10)

STRUKTUR ORGANISASI

PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II MEDAN

Keterangan Tabel:

1. General Manager : Bram Bharoto Tjiptadi, SE 2. Officer In Charge : Abdul Gani Batubara

Andi Mulyono Ali Shopian Mardiono

3. Kepala Cabang : Herman

4. Air Traffic Service Manager : Susanto 5. Airport Service Manager : Martinus D. 6. Airport Safety & SecurityService Manager : Yohanes G. 7. Electronic Engineering Manager : Usman 8. Electrical Mechanical & Equipment Eng Man : Sukar

9. Civil Engineering Manager : T. Herman Sinar 10. Commercial Manager : Marzuki

11. Personnel & General Affairs Manager : Firdaus

(11)

C. Pengertian Umum Hukum Perjanjian

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa, “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”

Sebagaimana disebutkan Burgelijk Wetboek (BW) yang menggunakan istilah overeenkomst(perjanjian) dancontract(kontrak) untuk pengertian yang sama, hal ini secara jelas dapat dilihat dan disimak dari judul buku III titel Kedua tentang Perikatan-perikatan yang lahir dari kontrak atau perjanjian. Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian Agus Yudha Hernoko, sependapat dengan beberapa sarjana dalam memberikan pengertian yang sama antara kontrak dengan perjanjian. Hal ini disebabkan fokus kajian beliau berlandaskan pada perspektif Burgerlijk Wetboek (BW), di mana antara perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) mempunyai pengertian yang sama dengan kontrak(contract).48

Maka dalam penelitian ini penulis menyamakan perjanjian dengan kontrak, alasannya dalam praktek kedua istilah itu digunakan dalam kontrak komersial, misalkan perjanjian sewa guna usaha, kontrak kerjasama, perjanjian kerjasama, dan kontrak kerjasama.

Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orangtuanya seperti yang diatur dalam hukum waris, lain halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum”(rechtshandeling). Tindakan/perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan “kewajiban” untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh “hak/recht” dan pihak sebelah lagi memikul“kewajiban/plicht” menyerahkan/menunaikan prestasi. Prestasi ini adalah “Objek” atau “voorwerp” dari verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan

48Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,

(12)

hukum, sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau kreditur”. Pihak yang wajib menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”. Sekalipun yang menjadi objek atau voorwerp (voorwerp der verbintenis) itu merupakan benda, namun hukum perjanjian hanya mengatur dan mempermasalahkan hubungan benda/kekayaan yang menjadi objek perjanjian antara “pribadi tertentu” (bepaalde persoon).49

Kitab Undang-undang Hukum Perdata mensyaratkan beberapa hal dalam kaitannya dengan pembuatan perjanjian, diantaranya adalah mengenai syarat sahnya perjanjian dan terpenuhinya beberapa asas hukum perjanjian. Untuk itu dapat diklasifikasikan pula beberapa hal yang terkait dengan pembuatan perjanjian khususnya dalam hal sewa-menyewa, yakni :

1. Sifat dan Asas Hukum Perjanjian

“Suatu aturan atau norma pada hakikatnya mempunyai dasar filosofis serta pijakan asas atau prinsip sebagai rohnya. Merupakan kejanggalan apabila suatu norma tidak mempunyai dasar filosofis serta pijakan asas atau prinsip dalam konteks operasionalnya. Suatu norma tanpa landasan filosofis serta pijakan asas, ibarat manusia yang buta dan lumpuh”.50

Setiap ketentuan hukum mempunyai sistem tersendiri yang berlaku sebagai asas dalam hukum tersebut. Demikian pula halnya dalam hukum perjanjian, yang memiliki asas-asas sebagai berikut:

a. AsasPersonalia

"Asas personalia atau asas kepribadian merupakan asas yang menentukan

49

Kartini Mulyadi & Gunawan Wijaya, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 21-25.

(13)

bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian adalah hanya untuk kepentingan perseorangan saja".51

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata, Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta diterapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri.”

Sedangkan Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.”

Namun, ketentuan tersebut terdapat pengecualiannya, yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 1317 KUHPerdata, yang berbunyi: “dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung syarat seperti itu.”

b. Asas konsensualisme

"Asas konsensualisme adalah bahwa perjanjian itu terjadi karena adanya kata sepakat atau kehendak mengenai isi atau pokok perjanjian".52

Asas konsensualisme ini kemudian berpengaruh pada bentuk perjanjian, bahwa dengan adanya konsensualisme, perjanjian itu telah lahir atau terbentuk pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak sehingga tidak diperlukan formalitas lain.

51Salim HS.,Op.Cit.,hal. 13.

(14)

c. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak(Freedom of Contract)diatur di dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas ini merupakan asas yang paling penting dalam hukum perjanjian, karena dari asas inilah tampak adanya pernyataan dan ungkapan Hak Asasi Manusia dalam mengadakan perjanjian. Selain itu asas ini juga merupakan dasar dari hukum perjanjian. "Asas kebebasan berkontrak tidak ditulis dengan kata-kata banyak didalam Undang-Undang tetapi seluruh hukum perdata kita didasarkan pada asas ini".53

Artinya para pihak diberi kebebasan untuk membuat dan mengatur sendiri isi perjanjian tersebut, sepanjang tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, memenuhi syarat sebagai perjanjian, tidak dilarang oleh undang-undang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, dan "sepanjang perjanjian tersebut dilaksanakan dengan itikad baik dan mereka wajib melaksanakan perjanjian yang telah mereka buat layaknya undang-undang".54

Oleh karena Buku III KUHPerdata bersistem terbuka dan pasal-pasalnya merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap, maka para pihak boleh mengenyampingkan pasal-pasal dalam hukum perjanjian jika mereka

53Purwahid Patrik, Asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro, Semarang, 1986, hal. 4.

54Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,

(15)

menghendaki. "Tetapi, jika dalam perjanjian tersebut para pihak tidak mengatur mengenai sesuatu hal, maka bagi sesuatu hal tersebut berlakulah ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata".55

Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: 1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

3. Menentukan mengenai klausula/isi dalam perjanjian, pelaksanaan, serta persyaratannya.

4. Menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan. 5. Menentukan cara membuat perjanjian.56

d. Asas Kepercayaan.

"Suatu perjanjian tidak akan terwujud apabila tidak ada kepercayaan antara para pihak yang mengikatkan diri di dalamnya, karena suatu perjanjian menimbulkan suatu akibat hukum bagi para pihak yaitu pemenuhan prestasi dikemudian hari".57

e. Asas Kekuatan Mengikat.

Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa dipenuhinya syarat sahnya perjanjian maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para pihak. "Mengikat sebagai Undang-undang berarti pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat tersebut berakibat hukum melanggar undang-undang".58

55Subekti,Op.Cit.,hal. 13. 56Salim HS.,Op.Cit., hal. 9.

57Mariam Darus Badrulzaman,Kompilasi Hukum Perikatan, cet. 1, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2001, hal. 87.

(16)

f. Asas Itikad Baik

Asas ini menghendaki agar suatu perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum tidak lain adalah perkiraan dalam hati sanubari yang bersangkutan bahwa syarat-syarat yang diperlukan untuk mengadakan hubungan hukum secara sah menurut hukum sudah terpenuhi semuanya.

b. Itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari suatu hubungan hukum tidak lain maksudnya adalah itikad baik pada waktu melaksanakan perjanjian. Itikad baik disini juga terletak pada sanubari manusia, yang selalu ingat bahwa dalam melaksanakan perjanjian harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan keadilan, dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang mungkin menimbulkan kerugian terhadap pihak lain.59

g. Asas Keseimbangan.

Asas ini menghendaki kedua belah pihak dalam perjanjian memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Salah satu pihak yang memiliki hak untuk menuntut prestasi (kreditur) berhak menuntut pelunasan atas prestasi dari pihak lainnya (debitur), namun kreditur juga memiliki beban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik. "Jadi, kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang".60

h. Asas Kepatutan dan Kebiasaan.

Asas ini dituangkan di dalam Pasal 1339 KUHPerdata, yang menegaskan

59J.Satrio,Op.Cit., hal. 379.

(17)

bahwa: “perjanjian tidak hanya mengikat terhadap hal-hal yang diatur di dalamnya tetapi juga terhadap hal-hal yang menurut sifatnya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang”.

2. Jenis-Jenis Perjanjian

Telah ditemui pada uraian sebelumnya bahwa perjanjian sewa-menyewa ini termasuk pada jenis perjanjian bernama. Akan tetapi perlu diketahui perbedaan diantara jenis-jenis perjanjian tersebut, dikarenakan hukum perjanjian itu merupakan peristiwa hukum yang selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga apabila ditinjau dari segi yuridisnya, hukum perjanjian itu tentunya mempunyai perbedaan satu sama lain dalam arti kata bahwa perjanjian yang berlaku dalam masyarakat itu mempunyai coraknya yang tersendiri pula. Corak yang berbeda dalam bentuk perjanjian itu, merupakan bentuk atau jenis dari perjanjian.

Perjanjian dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya dan cara pelaksanaannya. Menurut Sutarno, perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjian jual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.

b. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah. Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak menerima barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang menghibahkan. c. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi

(18)

pakai Pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.

d. Perjanjian konsensuil, riil dan formil Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang pasal

1741 KUHPerdata dan perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata. Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Umum Notaris atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, undang-undang menentukan akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan dibuat dengan akta notaris.

e. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan bab XVIII. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain.61

D. Klausula Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

1. Prosedur pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

Adapun proses awal kerjasama mulai dengan pembuatan perjanjian sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha, sampai kepada penandatanganan perjanjian antara kedua PT tersebut di atas, sebagai berikut:

1) Langkah pertama Pihak Marketing PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan melakukan kunjungan (kanvasing) ke PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan yang beralamat di Bandara Polonia Medan, maksud kunjungan tersebut menjelaskan maksud dan tujuan bisnis PT. Indomobil Bintan Corpora khususnya menyewa tempat/ruangan.

2) Langkah kedua, PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan menyatakan kebutuhannya akan tempat/ruangan untuk usaha rental mobil dengan surat tertulis yang ditujukan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

(19)

3) Langkah Ketiga, PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan menerbitkan surat penawaran kepada PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan berupa luas tempat/ruangan, harga sewa ruangan pertahun dan biaya konsesi tersebut.

4) Langkah keempat, PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan melakukan negosiasi terhadap surat penawaran yang diterbitkan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

5) Langkah kelima, PT (Persero) Angkasa Pura II Medan menyiapkan kontrak perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha, draft tersebut dibuat rangkap dua yang satu rangkap diserahkan kepada PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan untuk dipelajari isi pasal-pasalnya, sedangkan yang satu rangkap lagi tetap dipegang oleh PT (Persero) Angkasa Pura II Medan.

6) Langkah ketujuh, Setelah disepakati isi perjanjian kontrak tersebut lalu ditandatangani oleh Kedua Pihak diatas kertas bermaterai.62

2. Para Pihak Dalam Perjanjian.

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Pada umumnya setiap transaksi terlaksana berdasarkan perjanjian. Dengan ditanda-tanganinya perjanjian maka isi ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu mengikat mereka seperti Undang-Undang. “Apabila ada dua orang yang melakukan sesuatu pengikatan diri antara keduanya akan melahirkan hukum yang mengikat pihak-pihak yang membuatnya, yang daya pengikatnya tadi tidak dapat berlaku bagi yang lain, kecuali diperjanjikan sebelumnya”.63

62Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II

Medan tanggal 15 Desember 2011.

63Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta,

(20)

Dalam hal perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, yang bertindak untuk dan atas nama kedua PT tersebut yaitu:

PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUANGAN DAN KONSESI USAHA Nomor : PJJ.04.04.02/05/07/2010/131

Tanggal : 12 Juli 2010

Perjanjian sewa-menyewa ruangan dan konsesi usaha ini, selanjutnya disebut “perjanjian”, dibuat oleh dan antara:

1. PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) – KANTOR CABANG BANDARA POLONIA MEDAN

berkedudukan di Medan, beralamat di Bandara Polonia Medan, dalam hal ini berdasarkan Keputusan Direksi Nomor: KEP.03.05.03/00/04/2010/139 tanggal 8 April 2010, diwakili oleh BRAM BHAROTO TJIPTADI, SE,

selakuGeneral Manager Cabang Bandar Udara Polonia Medan, dari dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama PT. Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya dalam perjanjian ini disebut“PIHAK

PERTAMA”---2. PT. INDO MOBIL BINTAN CORPORA

NPWP.01.344.121.7.224.000

berkedudukan di bintan dan beralamat di Fery Terminal Teluk Sebung RT.RW. Sebung Pereh Bintan Utara Bintan, dalam hal ini diwakili oleh

---RONNY JENNER PANJAITAN selaku Kepala Cabang Medan/NAD,

dari dan karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. Indo Mobil Bintan Corpora, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut“PIHAK KEDUA”---PIHAK PERTAMA dan KEDUA”---PIHAK KEDUA (Secara bersama-sama disebut “PARA PIHAK”) dengan ini menyatakan telah sepakat dan setuju untuk mengadakan Perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan yang tidak bertentangan dengan kaedah-kaedah hukum yang berlaku, nilai kesusilaan dan ketertiban umum.

(21)

pusat kepada General Manager PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan itu ada untuk semua kegiatan komersil di lingkungan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, termasuk konsesi usaha tersebut”.64

Adapun Surat Keputusan mengenai kewenangan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan untuk mengadakan semua kegiatan komersil, termasuk menyewakan ruangan dan konsesi usaha tersebut kepada perusahaan lain yang disebut mitra usaha terlampir sebagai berikut:

Nomor : 01.02.07/00/04/2010/002 Lampiran :

Perihal: Surat Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero) Kepada Yth:

1. Executive General Manager

2. Para General Manager PT. Angkasa Pura II Persero

Bersama ini disampaikan Keputusan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) No Kep. 01.02.07/00/04/2010 Tentang Peraturan Perusahaan No. 19 Tentang Pedoman Kegiatan Komersial dan Pengembangan Usaha di Lingkungan PT. Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengganti dari Surat Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero) No. Kep. 118/ KM.10 / AP II-2004.

Tembusan Kepada Yth: 1. Dirut

2. Wakil Dirut 3. Para Direksi

4. Head Of Internal Auditor 5. Head Of Legal Affair

64

(22)

Surat Keputusan tersebut di atas juga telah diatur dalam Pasal 1 tentang Dasar dan Lampiran Perjanjian yang menegaskan bahwa perjanjian ini dibuat dan dilaksanakan berdasarkan dengan merujuk:

(1)Semua ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap perjanjian ini, seperti namun tidak terbatas pada:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan; b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.48 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/138/VI/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara;

d. Keputusan-Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero).

Analisa Penulis bahwa klausula perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan yang dibuat dalam bentuk dibawah tangan telah sah menurut KUHPerdata. Sepanjang memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata di mana semua perjanjian yang dibuat secara sah, maka tetap mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak dalam hal ini PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan.

(23)

Domisili, Akta Pendirian Perusahaan, dan sejauh ini belum pernah terjadi wanprestasi.

3. Bentuk Perjanjian yang Dilakukan.

Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu. Bentuk tertulis hanya bersifat sebagai alat bukti bila terjadi perselisihan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dibuat dalam bentuk perjanjian baku.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa perjanjian baku tersebut sudah dibuat dan dicetak terlebih dahulu, dan telah digunakan untuk jangka waktu yang lama. Dalam proses sebelum dilakukan perjanjian dan proses penandatanganan klausula perjanjian , pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan tidak menghendaki perubahan atas isi syarat-syarat sewa menyewa yang sudah tercetak dalam klausula perjanjian.65

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut nama jenis perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak, yaitu antara lain: perjanjian baku, perjanjian standart, standart kontrak, perjanjian sepihak, dan lain-lain.

Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa “Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.66

Salim H.S. dalam bukunya mengatakan “Standart Kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak

65Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)

Medan tanggal 15 Desember 2011.

(24)

ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah”.67

Berikut ini akan diuraikan pendapat pakar hukum yang menerima perjanjian baku, sebagaimana yang dikutip oleh Mariam Darus Badrulzaman, yaitu:

a) Aser-Rutten, menyebutkan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada isi dari perjanjian yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang bertandatangan pada suatu formulir perjanjian baku, tandatangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertandatangan mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani, karena tidak mungkin seseorang menandatangani sesuatu yang tidak diketahui isinya. b) Hondius dalam disertasinya mempertahankan bahwa perjanjian baku

mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan(gebruik) yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.68

Beberapa pakar hukum yang menerima kehadiran dari perjanjian baku menyetujui kehadiran dari perkembangan hukum perjanjian dengan memberi penilaian :

a. Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fictie van wil en vertrouwen) yang memberikan kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu.

b. Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada seluruh isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tandatangan pada formulir perjanjian baku, maka tandatangan itu memberikan kepercayaan bahwa tidak akan mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.

c. Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan(gebruik) yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.69

67Salim H.S.,Op.Cit., hal. 107.

68Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit., hal. 107.

69Soleman Mantayborbir,Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Pustaka Bangsa Press,

(25)

“Perjanjian baku bertentangan baik dengan asas-asas hukum perjanjian (ps. 1320 jo 1338 KUH Perdata) maupun kesusilaan. Akan tetapi di dalam praktek perjanjian ini tumbuh karena keadaan menghendakinya dan harus diterima sebagai suatu kenyataan”.70

Mengenai luasnya penggunaan perjanjian baku di Indonesia, Satjipto Rahardjo mengutip pendapat Syahmin, AK., menyebutkan: “Salah satu perkembangan yang terjadi dalam masyarakat adalah munculnya banyak sekali produksi barang-barang dan jasa-jasa yang harus dihadapi oleh para konsumen. Kehadirannya diikuti oleh bentuk-bentuk perjanjian baku yang menempatkan konsumen pada kedudukan yang peka”.71

Karakter dari suatu perjanjian baku dapat dikemukakan secara berurutan sebagai berikut:

1. Isi perjanjian telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang digandakan.

2. Penggandaan surat perjanjian dimaksudkan untuk melayani permintaan para konsumen yang berfrekuensi tinggi (sering dan banyak/massal).

3. Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar menawar (kedudukan transaksional) yang lebih rendah daripada produsen.72

Apabila diperhatikan, “perjanjian baku sering didominasi dengan opsi yang menguntungkan salah satu pihak. Antara pihak yang mempunyai bargaining

70Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Kredit Bank, Alumni Bandung, 1978, hal. 32. 71

Syahmin. AK.,Hukum Kontrak Internasional,RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 150.

(26)

positionyang kuat dengan pihak yang mempunyai bargaining position lemah, yang hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan terpaksa”.73

Kebebasan berkontrak biasanya didasarkan pada Pasal 1320 KUHPerdata jo. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya:

a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak; b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian atau tidak; c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian atau tidak;

d. Bebas menentukan bentuk perjanjian, dan melakukan perjanjian atau tidak; e. Kebebasan–kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.74

Kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata sangat ideal jika para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian posisi tawarnya seimbang antara satu dengan yang lain. Apabila kedudukan para pihak tidak seimbang, pihak yang lemah biasanya tidak betul-betul bebas untuk menentukan apa yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi tawar lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam perjanjian baku.

Berdasarkan analisa penulis, dalam surat klausul perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, memberi kesan bahwa isi perjanjian itu lebih memihak kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan selaku pihak yang

(27)

menyewakan. Keadaan memihak ini terlihat pada pasal 6 ayat (1) huruf e menyebutkan: “Diakhiri/dibatalkan oleh PIHAK PERTAMA karena kepentingan operasional Bandara (Pindahnya lokasi bandara ke Kwala Namu).”

Isi pasal tersebut diatas memberi pengertian bahwa Pihak Pertama yaitu PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan sewaktu-waktu bisa membatalkan atau mengakhiri perjanjian karena kepentingan operasional Bandara, walaupun belum berakhir/habis masa sewa Ruangan/Konsesi PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan.

Kemudian isi Pasal 4 yang juga harus dipenuhi/disanggupi oleh Pihak Kedua yaitu PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan yang berbunyi :

PIHAK KEDUA telah menyanggupi untuk membayar konsesi usaha kepada PIHAK PERTAMA sebesar 7% (tujuh persen) dari omzet bruto setiap bulannya, dengan minimum omzet bruto yang telah disepakati PARA PIHAK sebesar Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) perbulan, dan besaran konsesi usaha tersebut belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang besarnya sesuai ketentuan peraturan perpajakan.

Isi pasal tersebut juga terkesan berat sebelah, karena sanggup tidak sanggup PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan harus menyanggupi dan memenuhi akan maksud dan keinginan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan. Hal ini memang mau tidak mau harus disanggupi dan dipenuhi PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dikarenakan butuh dan ingin lebih mengembangkan kegiatan usahanya dengan menjalin mitra usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

(28)

kewajiban mereka harus seimbang dari surat perjanjian yang dilakukan atas persetujuan kehendak kedua belah pihak. Dalam kesepakatan kedua belah pihak ini jelas mereka telah bersepakat untuk melakukan kehendak. Namun dalam surat kontrak klausul perjanjian sewa ruangan dan konsesi usaha tersebut, dibuat oleh satu pihak yaitu pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, sementara pihak penyewa yaitu PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan harus menerima maksud dan isi kontrak klausul perjanjian sewa ruangan dan konsesi usaha tersebut.

4. Mekanisme Pelaksanaan Konsesi

Deskripsi Konsesi menurut kamus kontemporer inggris yaitu, Izin khusus yang diberikan pemerintah kepada perorangan / perusahaan untuk mengadakan kegiatan komersil yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Sedangkan menurut Herman Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan pengertian Konsesi Usaha yaitu: “Hak untuk berusaha di dalam suatu area tertentu yang dimiliki oleh pemilik dan diberikan kepada Pihak Kedua untuk jangka waktu tertentu, dengan kompensasi sesuai kesepakatan antara pemilik hak (perusahaan) dengan pihak kedua”.75

Adapun mekanisme berlangsungnya konsesi yang dikenakan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan kepada PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan selama mengadakan kegiatan usahanya tersebut telah diatur dalam kontrak klausul perjanjian pada pasal 2 sebagai berikut:

75

(29)

(1) Perjanjian sewa-menyewa/konsesi usaha yang dibuat wajib ditandatangani PARA PIHAK dengan masa berlaku 1 (satu) tahun, terhitung sejak awal disepakati dan ditandatangani perjanjian sampai dengan berakhir masa waktu berlakunya perjanjian tersebut.

(2) 6 (enam) bulan sebelum perjanjian tersebut berakhir, penyewa/mitra usaha harus memberitahukan secara tertulis kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan untuk memperpanjang masa sewa kontraknya. Apabila maksud tersebut disetujui, maka PT. (Persero) Angkasa Pura II berhak menentukan persyaratan yang baru.

(3) Apabila penyewa/mitra usaha ingin menghentikan perjanjian sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditentukan, maka 3 (tiga) bulan sebelum penghentian tersebut penyewa/mitra usaha harus memberitahukannya kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II secara tertulis, dan biaya sewa yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali oleh penyewa/mitra usaha.

(4) Untuk kepentingan operasional, PT. (Persero) Angkasa Pura II berhak menghentikan Perjanjian ini sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditentukan, maka 1 (satu) bulan sebelum pengakhiran tersebut PT. (Persero) Angkasa Pura II harus memberitahukan maksudnya kepada penyewa/mitra usaha secara tertulis, dan PT. (Persero) Angkasa Pura II akan mengembalikan nilai sewa ruangan yang telah dibayar oleh penyewa/mitra usaha setelah dikurangi dengan nilai sewa ruangan yang telah digunakan oleh penyewa/mitra usaha.

(5) Pengakhiran Perjanjian dimaksud pada ayat (3) dan (4) dituangkan secara tertulis dalam suatu Berita Acara yang ditandatangani PARA PIHAK.

Sedangkan cara pembayaran dan pengawasan Konsesi Usaha juga telah diatur pada Pasal 3 dari isi kontrak klausul perjanjian sewa ruangan/konsesi yaitu:

(1) Pembayaran sewa ruangan dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun bayar dimuka, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah diterimanya tagihan dari PT. (Persero) Angkasa Pura II.

(2) Pembayaran konsesi usaha dilaksanakan setiap bulan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah diterimanya tagihan dari PT. (Persero) Angkasa Pura II.

(3) Konsesi usaha yang dibayar oleh penyewa/mitra usaha kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II dihitung berdasarkan omzet bruto (pendapatan kotor) yang diperoleh.

(30)

(5) Mitra usaha diwajibkan mengadakan pembukuan/catatan-catatan yang jelas dan benar mengenai omzet bruto dan melaporkannya secara tertulis kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.

(6) Dalam menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud ayat (5) Pasal ini, penyewa/mitra usaha wajib melampirkan copy nota penjualan atau struk cash register atau bukti bayar lainnya dari hasil transaksi pembayaran.

(7) Dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan tersebut PT. (Persero) Angkasa Pura II menunjuk seorang petugas atau lebih secara tertulis untuk sewaktu-waktu memeriksa pembukuan/catatan-catatan lain atau memeriksa melalui computer, dan penyewa/mitra usaha harus memberikan hak dan kewenangannya kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II.

(8) Apabila ternyata kemudian dalam pembukuan/laporan mitra usaha tidak menyebutkan semua hasil dari omzet brutonya, maka mitra usaha diwajibkan membayar kekurangan pembayaran konsesi usaha atas omzet bruto yang tidak dilaporkan dengan perhitungan persentase yang telah ditetapkan.

5. Pembuktian Dalam Klausul Perjanjian Sewa Menyewa Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1865 KUHPerdata menyebutkan bahwa: "Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut."

Menurut Undang-undang ada lima macam alat pembuktian: a) Surat-surat,

b) Kesaksian, c) Persangkaan, d) Pengakuan e) Sumpah.76

(31)

Menurut undangundang, suratsurat dapat dibagi dalam surat akta dan surat -surat lain, -surat akta dapat dibagi lagi atas -surat akta resmi (otentik) dan surat akta dibawah tangan (onderhands).

Bentuk dan isi (Klausula) Perjanjian Sewa Menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, dibuat dalam bentuk surat akta dibawah tangan (onderhands). Surat akta dibawah tangan ialah tipe akta yang tidak dibuat dengan perantara seorang Pejabat Umum Notaris.

Sebagaimana perjanjian yang dibuat antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan ini, yaitu dibuat dan ditanda tangani sendiri oleh kedua pihak yang mengadakan perjanjian itu. Maka akta dibawah tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akta resmi (otentik). “Akan tetapi jika tanda tangan itu disangkal, maka pihak yang mengajukan surat perjanjian tersebut diwajibkan untuk membuktikan kebenaran penandatanganan atau isi akta tersebut”.77

Sebagaiman disebutkan diatas, hasil wawancara dengan informan, Ida Apulina Sales Counter PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan mengatakan bahwa “draft perjanjian kerjasama sewa menyewa disiapkan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan”.78

77Ibid.,hal. 179.

78Hasil wawancara dengan Ida Apulina, Sales Counter PT. Indomobil Bintan Corpora

(32)

Dari 13 Pasal isi Klausul Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dngan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, telah dimuat secara konkrit dan jelas isi pokok perjanjian sebagaimana tercermin dalam Pasal 2, 3 dan Pasal 4

Pasal 2

POKOK PERJANJIAN

(1) PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya sebagai penyelenggara bandar udara memberikan persetujuan kepada PIHAK KEDUA untuk berusaha di Bandar Udara Polonia (selanjutnya disebut Bandara), dan PIHAK KEDUA menerimanya serta menyanggupi membayar konsesi usaha kepada PIHAK PERTAMA yang besarnya sebagaimana tersebut pada Pasal 4 Perjanjian ini. (2) PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut di atas, juga

menyewakan ruangan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA mengakui menyewa dari PIHAK PERTAMA ruangan yang berlokasi di Terminal Kedatangan Domestik (DD. 12) dengan luas:

2.60 m x 2 m = 5.20 m2 dengan situasi dan kondisi yang telah diketahui PARA PIHAK sesuai dengan gambar/peta situasi ruangan terlampir.

(3) PIHAK PERTAMA memberikan persetujuan sebagaimana ayat (1) dan (2) pasal ini kepada PIHAK KEDUA hanya digunakan dalam bidang usaha

"Land Transportation"dan tidak digunakan untuk kepentingan selain yang telah ditentukan tersebut.

Pasal 3

JANGKA WAKTU PERJANJIAN

Perjanjian ini berlaku terhitung sejak tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 30 Juni 2011.

Pasal 4 KONSESI USAHA

PIHAK KEDUA telah menyanggupi untuk membayar konsesi usaha kepada PIHAK PERTAMA sebesar 7 % (tujuh persen) dari omzet bruto setiap bulannya, dengan minimum omzet bruto yang telah disepakati PARA PIHAK sebesar Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) per bulan;

(33)

Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, diakui dan disetujui oleh kedua pihak yang menandatangi surat perjanjian tersebut yaitu Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan Bapak Herman, dan Kepala Cabang PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Bapak Ronny J. Panjaitan.

Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha tersebut di atas memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akta resmi (otentik). Hal ini disebabkan Perjanjian Sewa Menyewa tersebut, dibuat tertulis dalam bentuk perjanjian dibawah tangan yang tertuang dalam klausula.

Adapun bentuk penutup perjanjian Sewa Menyewa PT. Indomobil Bintan Corpora dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan sebagai berikut:

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

PT. INDOMOBIL BINTAN CORPORA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA

II BANDAR UDARA POLONIA

RONNY JENNER PANJAITAN BRAM BHAROTO TJIPTADI, SE.

Referensi

Dokumen terkait

a) Kompetensi Pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan

Oleh karena itu dapat disimpulkan dari uji ini bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan variabel tekanan kerja (kontrol, tuntutan kerja

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) yang memiliki Surat Ijin Usaha di bidang Tata Lingkungan, sub

Dengan aplikasi ini penulis membuat program untuk membantu mahasiswa dalam proses belajar secara interaktif berdasarkan mata kuliah yang dipilih, sehingga informasi yang

Pendidikan dasar pada tahap ini sangat menentukan karena pada saat inilah seorang anak memiliki masa perkembangan yang optimal untuk dapat mengembangkan potensi-potensi unggul

- dalam APT, return sekuritas dipengaruhi berbagai macam faktor yang bisa menjadi sumber risiko (tidak hanya beta saja).. ABRITAGE PRICING

Dalam artikel yang sama, Hedges mengambil pendapat sarjana lain berhubung isu etika global yang diasaskan oleh Kung itu dengan merujuk kepada kritikan Attfield iaitu beliau