Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2014
Erda Ridha Maulidia
Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur.
xi + 71 halaman
Keterbatasan intensitas sinar pada bagian apikal saluran akar menyebabkan
polimerisasi sistem adhesif dan semen resin dual cure menjadi terhambat sehingga
mempengaruhi retensi pasak polyethylene fiber. Self cure activator digunakan
membantu proses autopolimerisasi pada daerah yang tidak terkena sinar. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh self cure activator pada sistem total etsa terhadap
ketahanan fraktur dan pola fraktur pasak polyethylene fiber.
Mahkota 30 gigi premolar mandibula dibuang meninggalkan 2mm ferrule.
Perawatan endodonti dimulai dengan preparasi teknik step back kemudian diobturasi
teknik kondesasi lateral sampai dipersiapkan ruang pasak. Kelompok A tanpa sistem
adhesif, kelompok B sistem total etsa dan kelompok C sistem total etsa ditambah self
cure activator. Sementasi pasak menggunakan semen resin kemudian mahkota
dibentuk dengan resin komposit. Uji tekan dengan alat Tarnogrocki Universal testing
machine (Germany) sampai terjadi fraktur.
Hasil uji ANOVA One-way menunjukkan ada perbedaan signifikan
ketahanan fraktur diantara ketiga kelompok (p<0,05). Uji LSD menunjukkan
perbedaan signifikan antara A-B dan A-C (p<0,05). Perbedaan tidak signifikan antara
B-C (p>0,05). Uji Kruskal-Wallis menunjukkan ada perbedaan signifikan pola fraktur
diantara ketiga kelompok (p<0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan
signifikan antara A-B dan A-C (p<0,05). Namun perbedaan tidak signifikan antara
B-C (p>0,05). Kesimpulannya tidak ada pengaruh self cure activator pada sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur dan pola fraktur pasak polyethylene fiber.