• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SE"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI

SEKOLAH/MADRASAH

Oleh:

Abu Bakar M Luddin

Dosen Fakultas tarbiyah IAIN Sumatera Utara Jl. Willem iskandar Psr V Medan Estate

Abstract

Controlling for the guidance and counseling aim to give a self development facility, and a school counselor’s skill to increase a counselor’s competence and to increase to be responsibility in counseling and make a program guidance service. Getting that the purpose a school controller for the guidance and counseling can use some approximation there are to do assessment, to prevention, to motivate, and to give reinforcement for knowing an advantages from the program and implementation from guidance and counseling in the school had achieved and knew a progress and weakness, and had preventative steps to avoided deviation because to prevented is better than repaired.

Key words: Pengawasan, guidance and counseling in the school, counselor

PENDAHULUAN

(2)

Keluarga dan sekolah/madrasah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pada dasarnya merupakan dua jalan yang terarah pada satu tujuan. Tujuan akhir kegiatan pendidikan itu adalah kedewasaan anak, baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral. Wujud dari kedewasaan yang hendak dicapai secara umum bersifat sama yakni berupa kemampuan berdiri sendiri dalam menjalani dan menjalankan kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berdiri sendiri itu berarti mampu bertanggungjawab atas tingkah laku atau perbuatan sendiri, baik terhadap diri sendiri dan masyarakat maupun terhadap Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup lahir dan batin bagi diri sendiri beserta keluarganya di masyarakat.

Usaha menyelenggarakan sekolah untuk memberikan bekal kepada anak-anak agar dapat memasuki kehidupan bermasyarakat, perkembangannya seirama dengan perkembangan masyarakat masing-masing. Salah satu kecenderungan hidup bermasyarakat adalah munculnya usaha untuk mengatur dan menyusun organisasi kehidupan bersama yang manifestasinya dalam bentuk terbesar disebut Negara dengan suatu sistem pemerintahan. Pemerintahan suatu Negara berusaha menentukan kebijakan terhadap semua aspek kehidupan masyarakatnya, termasuk dalam aspek pendidikan warga negaranya. Dalam pendidikan ditetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidkan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, maka pendidikan dilaksanakan melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan. Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 menyatakan: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(3)

untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling tahun 1996 dikeluarkan petunjuk teknis pengelolaan bimbingan dan konseling yang berisi pelayanan bimbingan dan konseling serta cara pelaksanaannya dengan rincian materi secara luas dan lengkap yang mengacu kepada BK pola 17 yaitu satu wawasan bimbingan yang meliputi (pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, asas dan landasan bimbingan dan konseling), dengan empat bidang yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier, dengan sembiln jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi) ,serta enam jenis kegitan pendukung yaitu (instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan pustaka dan alih tangan kasus (Belkin, 1976).

Bimbingan dan konseling pola 17 plus ini dimaksudkan sebagai pedoman konselor di sekolah. Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, ayat 6 berbunyi pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyasuara, tutor, instruktur, fasilitator. Dengan keluarnya undang-undang sisdiknas ini, ada perbedaan sebutan untuk konselor dan guru pembimbing, perbedaannya adalah konselor sebagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling, sedangkan guru yang ditugaskan oleh kepala sekolah sebagai guru pembimbing dan guru pembimbing bersangkutan bukan konselor karena tidak berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 27 tahun 2008 menyatakan bahwa tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling terutama dalam jalur pendidikan formal dan non formal (Boyd, 1978)

(4)

siswa serta tujuan bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor sebagai pejabat fungsional dituntut dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya secara profesional. Lebih lanjut Permendiknas no 27 tahun 2008 menyatakan bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Untuk itu demi lancarnya pelaksanaan dan tingginya tingkat keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, perlu terus menerus mendapatkan pembinaan serta dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang mendasari pelayanan dalam bidang bimbingan dan konseling. Oleh karena itu kegiatan pengawasan yang berintikan pembinaan mempunyai peranan penting. Pengawasan dituntut mendorong dan mengangkat konselor untuk setiap kali meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta keprofesionalannya. Untuk itu perlu adanya pegawasan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. (Prayitno, 1997)

Sebagai pedoman kerja pengawas sekolah melalui Keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara nomor: 118/119 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya dan surat keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dan kepala badan administrasi kepegawaian Negara nomor:0322/0/1996 dan nomor: 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya serta keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor: 020/U/1998, tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah/madrasah dan angka kreditnya.

(5)

menyusun kisi-kisi instrumen penilaian, menyusun instrumen penilaian, melaksanakan uji coba instrumen penilaian, menyempurnakan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian data bimbingan siswa, mengolah data bimbingan siswa, melaksanakan analisis faktor yang mempengaruhi bimbingan siswa, melaksanakan analisis hasil bimbingan siswa dan kemampuan guru pembimbing, memberikan arahan kepada guru pembimbing tentang pelaksanaan proses bimbingan siswa, memberikan contoh pelaksanaan tugas guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan siswa, memberikan saran untuk meningkatkan kemampuan profesional guru pembimbing, membina pelaksanaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, melaksanakan evaluasi pengawasan, membina pelaksanaan pengelolaan sekolah, memantau dan membimbing pelaksanaan siswa baru, memantau dan membimbing pelaksanaan UAS/UN, memberikan saran penyelesaian kasus, khusus di sekolah, memberikan bahan dalam akreditasi sekolah, melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh sekolah, melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang bimbingan dan konseling, menciptakan karya seni yang berkaitan dengan bidang bimbingan dan konseling, menemukan teknologi tepat guna dalam bidang bimbingan dan konseling.

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Dalam pasal 1 ayat 1 UU N0 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Dalam hal ini, kata “bimbingan” diwujudkan dalam bentuk pelayanan

(6)

Bantuan yang diberikan melalui bimbingan dan konseling diarahkan kepada penguasaan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti kompetensi fisik, intelektual, sosial, pribadi dan spiritual. Kompetensi ini harus terwujud dalam setiap diri individu, Prayitno dkk (1997), mengemukakan bahwa upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik untuk mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri, mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis, mengarahkan diri sendiri secara efektif dan produktif dalam merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berisi pelayanan bimbingan dan konseling serta cara pelaksanaannya dengan rincian materi secara luas dan lengkap yang mengacu kepadsa BK pola 17 plus, yaitu satu wawasan bimbingan yang meliputi (pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, asas dan landasan bimbingan dan konseling), dengan empat bidang yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier, dengan sembilan jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi) serta enam jenis kegitan pendukung yaitu (instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan tampilan pustaka).

TUGAS KONSELOR DI SEKOLAH

Konselor sekolah mempunyai tugas, tamggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya. Untuk selanjutnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan siswa dapat mencapai sukses di bidang akademik, sukses dalam persiapan karier dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan.

(7)

services. Pelayanan bimbingan dan konseling mencakup pengumpulan data individual, konseling, layanan informasi, layanan penempatan dan layanan tindak lanjut. Demikian pula prayitno (1987) menyatakan peranan dan fungsi konselor yang sangat luas itu, secara keseluruhan dilakukan melalui kegiatan konseling individual, bimbingan dan konseling kelompok, perencanaan pendidikan dan pengambilan mata pelajaran, bimbingan dan konseling karier, pengukuran, penilaian dan testing, konsultasi, koordinasi membuat hubungan antar lembaga dan alih tangan, hubungan masyarakat dan pengembangan profesional. Selanjutnya Belkin (1976) menyatakan, the school counselor to be effectif, must recognize his responsibilities to all students, including the feeling student, the disruptive student, the potensial drop out, the student with and emosional problem, the student with a learning difficulty, as well as the gifted student, the average student, the withdrawn and sky student, and the student who does nothing during the courses at his studies to atfract the attention at the counselor or other school personnel.

Penjelasan Belkin tersebut mengandung maksud bahwa konselor sekolah harus bertanggungjawab atas keberhasilan semua siswa, baik siswa yang mengemukakan perasaan tidak puas, berpotensi untuk keluar dari sekolah, permasalahan emosional, kesulitan belajar, siswa yang memiliki berbagai bakat, kemampuan rata-rata, menarik dan patuh dan siswa yang tanpa permasalahan dalam belajar serta memperhatikan personil sekolah lainnya. Manakala Prayitno (1990) memaparkan konselor sekolah adalah generalis, dalam arti tugas konselor mengait pada keseluruhan wilayah kegiatan sekolah dan oleh karena itu konselor perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan prosedur yang menyangkut program sekolah secara menyeluruh.

(8)

perorangan, melakukan bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karier termasuk informasi pendidikan dan pekerjaan, penempatan, tindak lanjut dan melaksanakan penilaian, konsultasi dengan guru dan personil sekolah lainnya, orangtua, siswa, kelompok organisasi masyarakat.

Sebagai pelaksana utama tenaga inti dan ahli konselor bertugas: 1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, 2) merencanakan program bimbingan dan konseling, terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan semester dan tahunan, 3) melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling, 4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil peneliaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya, 9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling serta kepada kepala sekolah (Prayitno, 1997).

(9)

bimbingan dan konseling, g) melaksanakan tertentu di sekolah, h) melaksanakan tugas di wilayah terpencil, i) membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, j) menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, k) membuat alat bimbingan, l) menciptakan karya seni, m) ikut serta dalam pengembangan kurikulum.

Menurut Surya (1995) profil yang harus dimiliki oleh konselor sekolah adalah memiliki semangat juang yang tinggi, mampu mewujudkan dirinya yang didasari keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek, mampu belajar dan bekerja sama antar profesi lain, memiliki etos kerja kuat, memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karier, berjiwa profesionalisme tinggi, memiliki kesejahteraan lahir dan batin, memiliki wawasan masa depan, mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.

PENGAWASAN BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengawasan merupakan salah satu kegiatan manajemen setelah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengarahan. Pelaksanaan setiap fungsi manajemen memerlukan pengawasan, sehingga pengawasan merupakan proses kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan dapat dicapai atau dilaksanakan. Melalui pengawasan seorang pengawas dapat melakukan penyempurnaan tugas-tugas, perbaikan jenis kegiatan baik yang telah dilaksanakan seperti yang telah tercantum dalam perencanaan, hal ini sesuai dengan pendapat Newman dalam Manullang (1983) mengemukakan bahwa, control is assurance that the performance conform to plan, pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.

(10)

Maksud dari pengertian di atas yaitu pengawasan terdiri dari pengujian apakah segala sesuatu berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dengan instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip yang telah digariskan. Pengawasan bertujuan untuk menunjukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegahnya kembali.

Lebih lanjut pengertian pengawasan menurut Konz, dkk (1986) the managerial function of controlling is the measurement and correction of performance in order to make sure that enterprise obyektives and the plans devised to attain them are accomplished. Artinya fungsi pengawasan manajemen merupakan pengukuran dan koreksi untuk memperoleh kepastian yang obyektif dari perencanaan perusahaan guna memperoleh keberhasilan. Pengawasan manajemen merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara yang efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan organisasi.

(11)

terselenggara dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dan ketentuan yang berlaku, maka kegiatan tersebut perlu diawasi dan dibina, dalam pembinaannya melibatkan interaksi yang dinamis antara konselor sekolah dan pengawas sekolah bidang bimbingan dan konselling.

1. Tujuan pengawasan

Pengawasan dalam pendidikan mengandung kegiatan supervisi yang bertujuan untuk mencapai hasil kegiatan yang optimal sesuai dengan perencanaan semula. Untuk mencapai hasil kegiatan yang optimal sesuai dengan ketentuan pengawasan bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Di antara tujuan pengawasan itu adalah agar petugas dalam bidang bimbingan dan konseling dapat menjalankan dengan baik tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan ketentuan yang ada. Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan pengawasan dalam pendidikan untuk memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Pengawasan untuk meningkatkan kualitas layanan konselor di sekolah/madrasah yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pengembangan diri siswa, bahkan dengan pengawasan yang efektif di harapkan dapat mengembangkan potensi kualitas konselor.

Pengawasan dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah, bertujuan meningkatkan kualitas konselor dan dapat meningkatkan pelayanan yang optimal terhadap siswa asuh di sekolah. Atmodiwirio (2000) menyatakan beberapa tujuan pengawasan pendidikan sebagai berikut: membina dan menyelia pembinaan sekolah baik yang bersifat educatif maupun administrative, membina dan menyelia kerja sama sekolah/madrasah dan instansi yang terkait, membina pelaksanaan proses layanan, menyelia tingkat keberhasilan sekolah/madrasah menurut paket pengawasan kabupaten/kota dan propinsi, membina dan menyelia kepala sekolah/madrasah, mendorong dan memberi motivasi kepada kepala sekolah/madrasah tentang pengawasan kegiatan sekolah, membina dan menyelia sanggar sekolah.

(12)

Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang aktif dan efesien. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada yang menjadi atasannya.

Sebagai pelaksanan utama, tenaga inti dan ahli konselor sekolah di sekolah/madrasah bertugas: Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, Merencanakan program bimbingan dan konseling, Melaksanakan segenap layanan bimbingan dan konseling, Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya, Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian, Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya, Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan dan konseling.

(13)

konselor, meningkatkan kompetensi konselor dan meningkatkan konseling yang bertanggungjawab serta pembuatan program layanan bimbingan.

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud pengawas sekolah/madrasah bidang bimbingan dan konseling hendaknya dapat menggunakan beberapa pendekatan, antara lain dengan melakukan penilaian, pencegahan, memotivasi dan penguatan. Penilaian bertujuan untuk melihat seberapa jauh program serta pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang telah dicapai, dengan adanya penilaian dapat diketahui kemajuan dan kelemahan yang didapati, bagi pengawas berguna untuk memperbaiki fungsi pengawasan. Tindakan pencegahan merupakan tindakan pengawas bidang bimbingan dan konseling sebelum terjadinya penyimpangan, mencegah lebih baik daripada memperbaiki.

Pemberian motivasi merupakan bagian dari upaya peningkatan kerja konselor. Sebaiknya cara yang dilakukan pengawas bimbingan dan konseling di sekolah untuk meransang konselor dengan memberikan penghargaan atau hadiah dari prestasi yang telah dicapainya dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Koontz dan Donnell (1986) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan, upaya untuk mencapai tujuan, menimbulkan ketegangan, tindakan yang mengarah kepada kemajuan, adanya pemuasan keinginan. Pemberian penguatan pada dasarnya merupakan rangsangan dari pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan agar konselor dapat merubah perilakunya dan selanjutnya dapat meningkatkan prestasi kerjanya, serta bertanggungjawab atas tugas dan kewajibannya.

2. Fungsi Pengawasan

(14)

atau kesalahan, memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, mendinamisir organisasi serta segenap manajemen lainnya dan untuk memperkuat rasa tanggungjawab terhadap tugas yang dilakukan.

(15)

berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang telah ditetapkan terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Pembinaan, dengan pembinaan secara rutin kegiatan bimbingan dan konseling disekolah diharapkan dapat melaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Pengarahan, dengan pengarahan diharapkan guru pembimbing dan pesonel lain disekolah dapat melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bimbingan, diharapkan guru pembimbing dan personel sekolah lainnya mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara pelaksanaannya. Pemberian contoh, dengan harapan pelaksanaan proses bimbingan untuk materi dan jenis layanan tertentu dapat dicontohkan diruang bimbingan dan konseling dengan tujuan agar guru pembimbing dapat mempraktikkan model bimbingan yang baik dan benar. Pemberian saran, hal ini diharapkan agar proses bimbingan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik daripada hasil yang dicapai sebelumnya.

3. Kegiatan pengawasan Bimbingan dan konseling di sekolah

(16)

sekolah dengan instansi pemerintah dan organisasi kemasyarakatan antara lain dengan pemerintah daerah dan komite sekolah. Menilai hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketentuan yang berlaku dan ketepatan waktu. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan seolah antara lain kelender pendidikan, proses pembelajaran, mutasi siswa, UAS/UN, pembagian rapor dan kegiatan insidental lainnya. Menilai pendayagunaan sekolah Menilai efisiensi dan efektivitas tata usaha sekolah Menilai hubungan sekolah dengan instansi pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya, pemerintah daerah, dunia usaha. Mempersiapkan DP-3 (daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan) kepala sekolah Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada kepala kantor diknas.

Berdasarkan tugas-tugas tersebut pengawasan pendidikan ditujukan untuk memberdayakan semua komponen baik personel sekolah, kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sarana dan prasarana sekolah keuangan bahkan personel diluar sekolah atau lembaga lain yang terkait langsung dalam upaya peningkatan mutu pendiddikan. Peningkatan mutu pendidikan terkandung pula didalamnya peningkatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, karena layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor : 020/U/1998, tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, jenis pengawas sekolah, berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya terdapat empat jenis pengawas sekolah yaitu (1) pengawas sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah dasar luar biasa, (2) pengawas sekolah rumpun mata pelajaran, (3) pengawasaan sekolah pendidikan luar biasa, (4) pengawas sekolah bimbingan dan konseling. Khusus pengawas sekolah bimbingan dan konseling mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.

(17)

Kegiatan pengawasan

Berdasarkan diagaram kepengawasan bimbingan dan konseling di atas, program kepengawasan tahap awal diarahkan pada pengumpulan data tentang hasil bimbingan dan kemampuan guru pembimbing, serta data sumber daya pendidikan, dan bimbingan

Ruang Lingkup Kegiatan Pengawasan

Menyusun Program Kepengawasan Sekolah

Melaksanakan Penilaian Hasil Bimbingan dan Kemampuan Konselor

Melaksanakan penilaian data Sumber daya

Menyusun Laporan dan Evaluasi Pengawasan Melaksanakan Pembinaan kepada konselor dan Tenaga

Lainnya

Melaksanakan Analisis Hasil Bimbingan dan

(18)

konseling pada khususnya. Seluruh data tersebut dinilai dan dianalisis, hasil penilaian serta analisisnya akan dijadikan dasar bagi perencanaan dan pembinaan guru pembimbing, dengan melalui arahan, bimbingan, contoh dan saran-saran. Selanjutnya terhadap perencanaan pelaksanaan dan hasil-hasil seluruh kegiatan pengawasan untuk semua sekolah dievaluasi dan kemudian dilaporkan. Hasil evaluasi dan laporan akan menjadi pertimbangan dan titik tolak bagi perencanaan program pengawasan pada periode berikutnya. Agar pelaksanaan pengawasan dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan, dan pencapaian tujuan maka perlu langkah-langkah nyata yang sistematis dan praktis. Hal ini digambarkan Pryitno (2001) dalam bentuk diagram, mengenai langkah-langkah pelaksanaan pengawasan sebagai berikut :

Langkah-Langkah Kegiatan Pengawasan Langkah 1 :

Langkah 2 :

Langkah 3 :

Langkah 4 :

Langkah 5 : Menyusun Program Pengawasan Sekolah

Menyimpulkan data dan Mengolah/Menilai

Menganalisis Hasil Penilaian

Melaksanakan Pembinaan

(19)

Diagram di atas menjelaskan langkah-langkah kegiatan pengawasan, yaitu: langkah pertama kegiatan pengawasan dimulai dengan penyusunan program pengawasan, baik program tahunan maupun program semesteran, langkah kedua adalah menilai hasil bimbingan dan menilai kemampuan konselor sekolah, kegiatan dalam langkah ini telah menyentuh materi pokok pengawasan yaitu hasil kegiatan fungsional-profesional-keahlian yang dilakukan oleh konselor, kemampuan konselor itu sendiri dan sumber daya pendidikan. Langkah ketiga merupakan pendalaman, yaitu analisis atas hasil penilaian yang telah dilakukan pada langkah kedua, langkah keempat adalah pembinaan terhadap konselor sekolah berdasarkan hasil penilaian dan analisis hasil penilaian yang dilakukan pada langkah sebelumnya. Langkah kelima merupakan antiklimaks dari seluruh kegiatan pengawasan sekolah untuk satu periode dengan melihat keseluruhan hasil pengawasan yang telah dilakukan. Selain lima langkah di atas pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling juga dikehendaki mencurahkan perhatian kepada pengembangan sekolah yang lebih luas, yaitu melaksanakan pembinaan lainnya di sekolah selain proses pembelajaran atau bimbingan dan konseling. Demikian pula pengawas bimbingan dan konseling melaksanakan tugas di daerah terpencil diperhitungkan tersendiri dalam pemberian angka kreditnya.

KESIMPULAN

(20)

mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara pelaksanaannya. Sehingga konselor dapat melaksanakan proses bimbingan untuk materi dan jenis layanan tertentu dengan tujuan agar konselor dapat mempraktikkan model bimbingan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen pendidikan Indonesia. Jakarta. Ardadizya Jaya.

Belkin, G.S. 1976. Practical counseling in the school. Lowa WMC. Brown Company Publishers.

Boyd, John. 1978. Counselor supervision approaches preparation practice. Boston University: Endersed By The Association or Counselor Education and Supervision.

Fattah, nanang. 2000. Landasan manajemen pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Gibson, RL & Mtchell, MH. 1987. Introduction to guidance. New York Macmillon

Publishing.

Julitriarsa, D. george & Suprihanto. 1983. Bagaimana memimpin dan mengawasi pegawai anda. Jakarta: Aksara Baru.

Koonz Harold, Donnell O’Cyriil, Weichrich Heinz. 1986. The system and process of controlling. London: Mc. Graw-Hill.

Manullang, M. 1983. Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mortensen, DG & Schmuller, AM. 1964.Guidance in today’s school. New York: John Wiley & Son Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008. Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.

Prayitno. 1987. Profesionalisasi konseling dan pendidikan konselor. Jakarta: Depdikbud.

Prayitno, dkk. 1997. Seri pemandu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah (buku III). Jakarta: PT. rineka Cipta.

Prayitno. 1990. Konselor masa depan dalam tantangan dan harapan. Pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang bimbingan dan konseling. Fip IKIP. Padang.

(21)

Sahertian, A. Piet. 2000. Konsep dasar dan teknis supervise pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Surya, M. 1995. Identifikasi kebutuhan tantangan dan implikasinya bagi pengembangan profil konselor. Surabaya. Kongres ke VIII dan konvensi nasional X IPBI.

(22)

PENDIDIKAN AKHLAK DAN PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN MUSLIM

Oleh:

Saiful Akhyar Lubis

Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Program Pascasarjana IAIN-SU Medan, Visiting Professor at Academy of Islamic Study University of Malaya Kuala Lumpur,

Malaysia.

Abstract

Decreasing character today can to strengthen that very important to introduce a character education in every education activity. Character is a grades or a norm that aim to improve good relation and harmony between God and human, and also between one people and another people. The aim of character education is to make everyone has good character, good act,to having good custom to base on Islamic teaching.

Keywords: Pendidikan, Pendidikan Akhlak, Pendidikan Islam PENDAHULUAN

Kemorosotan akhlak yang dirasakan dewasa ini semakin mempertegas pentingnya memberdayakan pendidikan akhlak dalam setiap kegiatan pendidikan secara konsisten dan kontinu. Ia merupakan instrumen kunci bagi upaya memproduk, membina dan mengembangkan masyarakat yang beradab, berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.

(23)

lainnya. Keimanan dan keislaman seseorang dinilai kurang sempurna, jika tidak dibingkai dengan akhlak yang mulia.

Dengan demikian, proses pendidikan akhlak dalam Pendidikan Islam akan melalui upaya penguatan iman dan pensucian jiwa manusia dengan cara menanamkan dan mendisiplinkan nilai, norma, kaedah tentang “baik-buruk, terpuji-tercela” ke dalam keperibadian seorang Muslim agar mampu menampilkan perilaku mahmudah dan menghindar dari perilaku mazmumah yang bermuara pada tampilnya sosok insan adabi dan insan kamil.

DEFINISI AKHLAK

Mendefinisikan akhlak dapat dilakukan dengan dua pendekatan: linguistik (kebahasaan) dan terminologik (peristilahan). Dari sisi kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu dari asal kata khuluqun, berarti: tabiat atau budi pekerti (Munawwir, 2007:364). Kata akhlaq adalah bentuk plural dari kata khuluq, berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku. Kata ini seakar dengan kata Khaliq (bermakna Pencipta), makhluq (bermakna yang diciptakan), khalq (bermakna penciptaan). Dengan demikian, akhlak pada dasarnya merupakan nilai atau norma yang memungkinkan eksisnya hubungan baik dan harmoni antara khalik dan makhluk dan antara manusia dengan sesama makhluk. Selain itu, akhlak juga bermakna al-sajiah (perangai), al-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik). Sedangkan dalam Kamus Dewan akhlak dinyatakan sebagai budi pekerti, kelakuan, watak, pengetahuan berkaitan dengan kelakuan, tingkah laku manusia dan sebagainya, sama ada baik atau jahat.

(24)

tertanam dalam jiwa, daripada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan pikiran.. Ibnu Maskawaih menyatakan sebagai suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran karena sudah menjadi kebiasaan. Sedangkan Ahmad Amin menyatakan sebagai kehendak (keinginan manusia ) yang dibiasakan (perbuatan yang diulang-ulang, sehingga mudah melakukanya), selanjutnya mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut sebagai akhlak.

Dalam pandangan Islam akhlak ditegaskan sebagai satu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sehubungan dengan pendidikan akhlak, pendidikan Islam lebih ditekankan pada

fungsita’dib,yaitu upaya dan prosespengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan terhadap Allah swt secara tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Menurut al-Attas pengenalan dan pengakuan tentang hakikat adalah pengetahuan dan wujud yang bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan tingkatan derajat seseorang dan tempat mereka yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniahnya (dalam Wan Mohammad Noor Wan Daud, 2003:163).

Dapat dimengerti bahwa pengertian "pengenalan" adalah menemukan

tempat yang tepat sehubungan dengan apa yang dikenali, sedangkan

"pengakuan" merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi.

Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa

pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah

seiring. ilmu tanpa amal ataupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian,

tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisi dalam kehidupan sehubungan

(25)

dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan kriteria al-Quran tentang

ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti bertindak sesuai

dengan ilmu pengetahuan secara positif serta terpuji.

Dalam pandangan pendidikan Islam pengetahuan tentang manusia harus

terlebih dahulu diberikan kepada manusia sebagi peserta didik, baru kemudian

disusul dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dengan demikian dia akan

tahu jati dirinya dengan benar, tahu "dari mana dia, sedang dimana dia, dan mau

kemana dia kelak". Jika ia tahu jati dirinya, maka ia akan selalu ingat dan sadar

serta mampu memposisikan dirinya, baik secara vertikal, horizontal, maupun

diagonal (habl bim al-Allah, habl min al-nas, habl min al-‘alam). Selanjutnya akan terbentuk pengakuan yang benar dan tepat terhadap keberadaan Allah swt,

manusia, dan alam sebagai suatu realitas. Dalam hal inilah proses pengajaran

seseorang dalam tatanan kosmis dan sosial akan menghantarkannya

menemukan fungsinya sebagaikhalifah fil ardh.

Dengan demikian, secara teoritis pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam

dapat dikategorikan sebagai:usaha berterusan untuk menyampaikan ilmu, kemahiran dan penghayatan Islam berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah bagi membentuk sikap, kemahiran, keperibadian dan pandangan hidup sebagai hamba Allah yang mempunyai tanggungjawab untuk membangunkan diri, masyarakat, alam sekitar dan negara ke arah mencapai kebaikan dan kesejahteraan abadi di akhirat.

Lebih rinci dapat dilihat dalam pendapat para ilmuwan Muslim berikut

ini. Menurut al-Abrasyi (2007:66) adalah upaya mempersiapkan manusia supaya

hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi

pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesional

dalam bekerja dan manis tutur sapanya. Sedangkan Ahmad D. Marimba

(2001:79) menyatakan sebagai bimbingan rohani berdasarkan hukum-hukum

Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam. Selanjutnya, al-Attas (dalam Wan Mohammad Noor Wan Daud, 2003: 156)

menilainya sebagai suatu proses penanaman pengenalan dan pengakuan tentang

(26)

dan sistem secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan

kandungan pendidikan tersebut.

Dalam Pendidikan Islam lebih ditekankan pada fungsi al-ta’dib, yang bermaksud memberi pendidikan budi pekerti kepada anak atau murid/pelajar berdasarkan ajaran Islam. Dalam hal ini, mendidik dimaksudkan sebagai mengasuh, menjaga, membimbing, memberi nasihat dan membelai dengan penuh kasih sayang supaya seseorang anak atau murid/pelajar menjadi baik budi pekerti, perangai dan tingkah lakunya.

TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK

Tujuan pokok pendidikan akhlak ialah "agar setiap manusia berbudi pekerti , bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik, sesuai dengan ajaran Islam".

Islam menginginkan agar setiap manusia dapat bertingkah laku dan bersifat baik serta terpuji. Akhlak yang mulia tercermin dari penampilan sikap pengabdianya kepada Allah swt, dan kepada lingkungannya, baik kepada sesama manusia maupun terhadap alam sekitarya. Dengan akhlak yang mulia manusia akan hidup dalam suasana yang damai, dihiasi oleh ukhuwah dan kasih sayang, serta akan mendapatkan kebahagian dunia dan

akhirat.

Agar manusia berhasil mengemban tugas khilafah yang diembannya, Allah swt menginginkan agar manusia berhias diri dengan sifat terpuji dalam setiap perilakunya di seluruh aspek kehidupan, dalam beberapa FirmanNya jelas

diisyaratkan seperti itu, antara lain: pada surah al-Baqarah (2): 168, 177; Surah

al-Nisa` (4):8; surah al-Maidah (5);77, ditambah dengan sebuah hadis Rasul (riwayat Ibn Majah) yang bermakna:“Muliakan anak-anakmu dengan memperbaiki sopan santun ".

Secara teoritis ada dua sisi tujuan utama, yaitu : pertama, peningkatan kualitas intelektual dan kekayaan/keseimbangan jiwa; kedua, mempersiapkan manusia agar mampu meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian

kejayaan kehidupan bermasyarakat dan berekonomi. Dalam hal ini, manusia

diharapkan dapat menjadi baik dan senantiasa terbiasa serta cendrung kepada

(27)

suatu tabiat yang timbul dari akhlak yang mulia dapat dirasakan sebagai suatu

kenikmatan bagi yang melakukannya. Justru itu, Said Agil (2005:15)

menekankan pada intisari tujuannya yaitu: membentuk manusia yang beriman,

bertakwa, berakhlak mulia, sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi

serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat.

Dalam beberapa penjelasannya, Sayid Sabiq selalu mengingatkan agar

tujuan itu tetap fokus pada pendidikan jiwa yang sempurna. Dengan itu,

seseorang dapat menunaikan kewajibannya karena Allah, senantiasa berusaha

untuk kepentingan keluarga dan masyarakatnya; dapat berkata jujur, berpihak

kepada yang benar, dan mau menyebarkan benih-benih kebaikan pada

manusia. Jika seseorang telah memiliki sifat seperti itu berarti ia telah mencapai

tingkat kesalehan sebagaimana diinginkan Allah swt, dan tergolong pada

orang-orang yang berpegang teguh pada agama(tafaqquh fi al-din).

Dapat pula ditegaskan bahwa muara tujuan tersebut adalah tercapainya

keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui

latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera.

Upayanya harus mengembangkan seluruh aspek potensi manusia: spritual,

intelektual, imaginasi/fantasi, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun

secara kelompok, dan sekaligus mendorong aspek-aspek potensi tersebut ke

arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup. Secara terperinci,

tujuan-tujuan utama itu bermuara kepada:

1. Membina dan mengembangkan sifat-sifat fadilah/mahmudah (terpuji).

2. Menghindari sifat-sifat mazmumah (tercela).

3. Mengelakkan diri daripada meniru gaya orang musyrik dan menghindarkan diri daripada mengikut jejak syaitan.

4. Mendisiplinkan diri atas dasar syariat Islam, menjaga kehormatan dan kemuliaan diri.

5. Mendidik agar sentiasa bermuhasabah dan membuat refleksi diri demi menghindari

(28)

6. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan, sehingga memiliki ketahanan rohani yang tinggi serta dapat menyesuaikan diri secara baik dengan masyarakat.

7. Mencapai keseimbangan pribadi yang sempurna sebagai insan kamil.

METODE PENDIDIKAN AKHLAK

Menurut Syaikh Abdul Rahman al Midani, akhlak manusia dapat dibina, dibentuk dan dikembangkan dengan berbagai cara, antara lain melalui:

a. Menjadikan Rasul sebagai uswatun hasanah/qudwah al-hasanah, yang akhlaknya adalah al-Quran.

Manusia juga dipengaruhi oleh idolanya. Idola tersebut kerap menjadi role model dalam kehidupan mereka. Manusia yang berperan menjadi role model tersebut antara lain ialah tokoh politik, artis, seniman, atlit, ibu bapa, guru dan sebagainya. Rasulullah saw adalah teladan yang paling ideal bagi umat Islam sebagaimana Firman Allah surah al-Ahzab (33):21). Justru itu,penghayatan nilai-nilai ajaran Rasulullah hendaklah dipaparkan oleh golongan idola berkenaan. Mereka harus senantiasa berusaha menunjukkan contoh dan teladan yang terpuji agar dapat ditiru.

b. Menjadikan masjid dan rumah tempat utama mengukuhkan habl min al-Allah, habl min

al-nas, dan habl min al-’alamserta mendapatkan ketenangan jiwa.

Sebagai tempat ibadah masjid mempunyai peranan dan pengaruh yang

besar dalam meneruskan penghayatan nilai-nilai akhlak dalam masyarakat

Islam. Kelangsungan budaya, cara hidup dan syiar Islam banyak diletakkan

fondasinya di masjid. Yang dilakukan Rasul saw pertama kali ketika berhijrah ke

Madinah adalah membina Masjid Quba' dan Masjid Nabawi. Ilmu yang

dipelajari di masjid pada masa dahulu bersepadu dengan nilai tauhid, ruh Islam

dan akhlak. Ia mengimbaukan ketakwaan dan mengukuhkan ubudiah manusia

kepada Allah, dan ilmu itu membawa berkat serta meningkatkan ketakwaan

kepada Allah. Dari sana banyak lahir ulama dan ilmuan yang jujur, saleh dan

berdedikasi.

(29)

Pendidikan akhlak tidak hanya melalui penjelasan mengenai nilai-nilai akhlak kepada manusia yang membolehkan mereka memilih dan menghargai nilai-nilai tersebut, tetapi juga dibarengi dengan latihan, penghayatan, pengamalan yang berkesinambungan. Meskipun pada awalnya ia dilaksanakan karena arahan atau tekanan dari luar, tetapi lama kelamaan ia akan menjadi kebiasaan dan tabiat.

d. Beraktivitas, bergaul, berukhuwah dalam kumpulan/lingkungan orang yang saleh.

Lingkungan sosial dan budaya kerap mempengaruhi manusia. Ia merangkumi tradisi, model tingkah-laku dan saran serta rangsangan yang bersifat akhlak. Manusia terpengaruh dengan cara meniru figure yang disanjungnya. Keberadaan seseorang dalam lingkungan masyarakat yang baik serta saleh akan menyebabkan ia beriltizam dengan amalan dan etika yang dihayati oleh kumpulan tersebut. Ia akan berusaha melaksanakan sesuatu yang disanjungi oleh masyarakatnya, dan menghindari perbuatan yang dianggap keji oleh lingkungannya.

e. Membina tatanan sosial masyarakat Islam (masyarakat madani).

Manusia memiliki sense of belonging yang kuat terhadap masyarakatnya, dan

sedikit banyaknya menentuan tindak-tanduk seseorang. Masyarakat Islam yang madani

dengan kehidupan yang sakinah berperan penting menyuburkan semangat dan amalan

hidup berakhlak. Ia juga boleh membendung trend-trend kufur dan maksiat dalam

masyarakat melalui pelaksanaan amal mak'ruf dan nahi mungkar. Apabila masyarakat

kehilangan keprihatinannya terhadap kewajiban menegakkan yang makruf dan mencegah

yang mungkar, maka bermulalah proses pengikisan moral, akhlak dan martabat umat

berkenaan.

f. Kewibawaan kekuasaan pemerintahan yang amanah dan berkeadilan.

(30)

g. Peran media massa yang mendidik dan bertanggung jawab mencerdaskan intelek, hati

dan spritual.

Media massa merupakan satu mekanisme yang berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian manusia. Ia merupakan agen sosialisasi untuk menanam dan menggalakkan amalan-amalan berakhlak di dalam masyarakat. Justru itu, ia harus bebas dari cengkeraman faham sekular, budaya komersial yang berlebihan, faham kebendaan dan dorongan untuk hidup secara mewah dan glamour. Ia dituntut memiliki asas falsafah dan dasar-dasar komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai akhlak Islam. Para petugasnya hendaklah meningkatkan rasa tanggungjawab dan kewajiban mereka untuk memihak dan menegakkan nilai-nilai luhur seperti kebenaran, kejujuran, keadilan dan sebagainya.

i. Bagaimana dengan peranan sekolah/madrasah?

Setelah rumah tangga/keluarga, sekolah/madrasah merupakan institusi

pendidikan yang paling bertanggung jawab dan fungsional untuk membina, membentuk

dan mengembangkan akhlakul karimah para pelajar dan masyarakat, terutama dengan

cara:

1. Meningkatkan kewibawaan sebagai institusi pendidikan unggulan yang

mengintegrasikan dengan harmoni pembinaan iman dan takwa, kecerdasan intelek,

hati, spritual, serta kepribadian dengan mensepadukan sains, agama dan teknologi

dalam pembelajarannya yang terus bertambah produktivitasnya.

2. Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, ilmu, dan akhlak dalam menjalankan peraturan

dan melaksanakan kewenangannya, serta membiasakan pelajar dan pihak-pihak

terkait untuk mentaati peraturan, berdisiplin, dan selanjutnya menghormati ulama.

3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan kondisi yang

menyejukkan dan damai dalam jalinan ukhuwah di semua pihak, konsisten menjaga

standar layanan pendidikan dan pembelajaran serta layanan Bimbingan dan

Konseling Islami.

4. Meningkatkan prestasi sekolah/madrasah dan para pelajar dari segi kualitas dan

(31)

mengembangkan semangat kompetitif yang sehat, bangga dengan keberhasilan

jamaah, bersyukur atas pencapaian perestasi. Sekolah dituntut untuk menjalankan

reward and punishment (prinsip targhib wa tarhib) dengan jujur dan adil.

PROSES PENDIDIKAN AKHLAK

Menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah melalui proses pendidikan

dapat melalui berbagai hal, suasana, kondisi, keadaan. Yang terutama adalah

sebagai berikut:

1. Keteladanan (memerlukan role model, menciptakan idola, prinsip uswatun

hasanah).

2. Pembiasaan (latihan, amali, memperkasakan psikomotor).

3. Memberi nasihat (prinsip al-din al-nasihah, dijabarkan melalui layanan Bimbingan

dan Konseling Islami).

4. Motivasi (menanamkan rasa percaya diri, kegairahan beribadah, prinsip motivasi

berprestasi).

5. Persuasi (prinsip berpikir positif, objektif, rasional).

6. Ketegasan (membina disiplin, prinsipsami’na wa atha’na).

7. Ganjaran dan hukuman, reward and punishment, targhib wa tarhib (prinsip

kejujuran

dan keadilan).

HUBUNGANNYA DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM

Akhlak merupakan ruh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, salah satu misi Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu sampai pada zaman jahiliyyah. Akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan manusia dan perlambang kesempurnaan iman, kualitas takwa dan kesalehan seseorang yang berakal.

(32)

terpujinya sifat/sikap yang dimiliki umat Islam.

Beberapa prinsip berikut ini kiranya layak untuk mendapat perhatian:

1. Perbedaan antara umat jahiliyah dan umat Islam adalah aplikasi dari akhlaq al-jahiliyah dan akhlaq al-karimah, tugas rasul yang penting: menyempurnakan kemuliaan akhlak ummatnya. Rasul bersabda: “orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya”.

2. Akhlakul karimah adalah cerminan kepribadian muslim yang didasarkan pada pengamalan nilai dan ajaran Islam. Ia melengkapkan prinsip menjadi iman-islam-ihsan yang terpadu, (tampilannya menjadi: iman-takwa-amal saleh).

3. Akhlakul karimah sebagai asesoris kehidupan (indahnya malam karena bulan dan bintang, indahnya taman karena bunga, kayanya laut karena ikan dan mutiara, sakinahnya keluarga karena amal saleh, wibawanya negara/pemerintahan karena amanah, jujur dan adil, luwesnya kepribadian karena akhlak yang mulia.

4. Islam terasa damai/menyejukkan bila kehidupan umatnya dihiasi oleh akhlak (ketinggian darjah Islam terpancang pada keluhuran budi, keteguhan pribadi, kebagusan akhlak).

5. Modal kemenangan perjuangan terutama adalah: disiplin, ketaatan, keteguhan iman, kemuliaan akhlak. (kekalahan tentara Islam pada perang uhud karena ketidakpatuhan kepada perintah Rasul dan tergoda kemilaunya harta rampasan perang, kekalahan tentara Perancis melawan tentara Jerman disebabkan runtuhnya moral, carut marutnya negara ini terutama akibat tidak amanah, sirnanya kejujuran, pudarnya kemuliaan akhlak dari kepribadian).

KESIMPULAN

(33)

Muslim adalah upaya konkrit misi Rasulullah saw yang berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

al-Abrasyi, Mohd. ‘Athiyah. 2001. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. Bustami A. Gani, Jakarta: Bulan Bintang,

Azmi, Kamarul. 2007. Kaedah Pendidikan Islam, Kaedah Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Akhlak. Slandai–Johor: Universiti tekhnologi Malaysia.

al-Munawwar, Said Agil Husein. 2005. Aktulaisasi Nilai-nilai al-Quran dalam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Badaruddin, Kemas. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy. 2000. Falsafah Pendidikan Islam. terj. Hassan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.

Suhid, Asmawati. 2009. Pendidikan akhlak dan adab Islam: konsep dan amalan. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors.

(34)

SARANA DAN PRASARANA DALAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh:

Novi Hendri

Dosen Fakultas tarbiyah IAIN Sumatera Utara Jl. Willem iskandar Psr V Medan Estate

Abstract

Mechanism and system of supply management and equipments which required in service of guidence and counceling aim to the of executing service of guidence and counceling efficient and effektif. To reach the result, requered by facilities and basic facilities supporting service of guidence and counceling in school, start from room and supply which requered coming up with levying, the conservancy and management so that facilities and basic facilities guedance and counceling the can be applied according to the allotment by maximal.

Keywords: Sarana, Prasarana, Bimbingan dan Konseling

PENDAHULUAN

Agar dapat terlaksana pelayanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya, maka di samping membentuk dan mengatur organisasinya secara baik, dan penugasan tenaga personil sesuai dengan kemampuan masing-masing, perlu ada sarana dan prasarana atau fasilitas yang menunjang terselenggaranya pelayananan bimbingan dan konseling dengan baik dan efisien. Sarana dan prasarana BK merupakan hal yang penting diperhatikan, karena pelayanan BK merupakan bagian dari pendidikan yang dijalankan di suatu sekolah.

Sarana dan prasarana BK adalah bagian dari sarana dan prasarana pendidikan. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan diatur dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni (dalam Undang-Undang no. 20, 2003) :

(35)

peserta didik, ayat (2). Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

KONSEP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN A. KONSEP SARANA PENDIDIKAN

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah (Ibrahim, 2003). Nawawi (1987) mengklasifikasikan sarana pendidikan yang ditinjau dari sudut : (1) habis tidaknya dipakai ; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; dan (3) hubungannya dengan proses belajar mengajar.

1. Ditinjau dari Habis Tidaknya Dipakai a. Sarana pendidikan yang habis dipakai

Yaitu segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai contoh adalah kapur tulis atau spidol yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

b. Sarana pendidikan yang tahan lama

Yaitu keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu relatif lama. Contohnya adalah bangku sekolah dan meja tulis. 2. Ditinjau dari Bergerak Tidaknya Saat Digunakan

a. Sarana pendidikan yang bergerak

Yaitu sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Bangku sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan .

b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak

(36)

3. Ditinjau dari Hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar

a. Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan proses belajar mengajar. Sebagai contohnya adalah kapur tulis atau spidol yang secara langsung digunakan guru dalam proses mengajar.

b. Sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor.

Sarana pendidikan yang tersedia di tiap satuan pendidikan tentu akan berbeda. Hal ini bisa disebabkan karena anggaran dana yang kurang maksimal untuk pengadaan sarana pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya sekolah di daerah terpencil yang kekurangan sarana pendidikan,. Meskipun demikian, proses belajar mengajar harus tetap terlaksana walaupun dengan sarana yang minimal.

B. KONSEP PRASARANA PENDIDIKAN

Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Prasarana pendidikan bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yakni (Ibrahim, 2003) :

1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang praktik keterampilan , ruang laboratorium.

2. Prasarana yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tapi menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contohnya adalah ruang kantor, kamar kecil, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang usaha kesehatan sekolah.

(37)

pengadaan ruang usaha kesehatan sekolah (UKS). Ruang UKS ini sementara waktu bisa memanfaatkan ruang perpustakaan dengan memberi pembatas ruangan.

1. Sarana BK

Sarana yang diperlukan sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan konseling adalah instrumen pengumpulan data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis dan perlengkapan admnistrasi bimbingan (Thantawy, 1995).

1. Instrumen pengumpulan data

Ialah alat-alat yang digunakan untuk pemahaman individu atau siswa seperti : Pedoman wawancara, pedoman observasi, kuesioner, daftar isian untuk keterangan pribadi siswa, instrumen sosiometri, laporan hasil konseling, laporan studi kasus, skala sikap, daftar cek, beberapa alat inventori atau tes untuk penelusuran bakat dan minat.

2. Alat penyimpan data

Ialah alat untuk mencatat seluruh informasi yang diperlukan berupa catatan kumulatif dalam bentuk buku yang disebut buku pribadi siswa.

3. Perlengkapan teknis

Ialah alat-alat atau media yang digunakan untuk keperluan layanan bimbingan seperti buku paket bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir), rekaman tape recorder, video, slide dsb.

4. Beberapa alat perlengkapan administrasi bimbingan yang perlu disediakan di ruang bimbingan ialah :

A. Blangko surat-surat seperti surat panggilan kepada siswa, surat undangan / panggilan orang tua, surat pemberitahuan kunjungan rumah, blangko laporan bulanan, atau caturwulan, arsip surat-surat.

B. Kartu laporan konseling, yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat kegiatan pemberian layanan konseling perorangan atau konseling kelompok.

(38)

D. Keterangan pemberian jenis layanan atau kegiatan penunjang layanan yang dapat digunakan sebagai bukti fisik untuk keperluan perolehan angka kredit guru pembimbing.

E. Perlengkapan lain yang perlu disediakan di ruangan bimbingan ialah buku tamu tempat mencatat jika ada tamu yang berkunjung ke sekolah itu, buku agenda atau ekspedisi surat-surat.

F. Kotak masalah, ialah penyediaan kotak tempat untuk menampung masalah-masalah yang datang dari siswa atau guru mata pelajaran, wali kelas.

G. Papan pengumuman, yakni tempat penyampaian informasi yang perlu diketahui oleh para siswa ataupun guru dalam hubungan dengan kegiatan BK.

Menurut Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis kompetensi yang juga menjadi sarana BK adalah perangkat elektronik seperti (Depdiknas, 2002) :

1. Komputer untuk mengolah data hasil aplikasi instrumentasi.

2. Program-program khusus pengolahan hasil instrumentasi melalui komputer

3. Program-program khusus bimbingan dan konseling melalui komputer , seperti “bimbingan belajar melalui program komputer”.

Sarana BK yang telah dipaparkan merupakan suatu konsep ideal sarana yang diperlukan dalam mencapai tujuan pelayanan BK di suatu sekolah. Tetapi, dalam kenyataannya, hanya sekolah-sekolah dengan dana yang memadai yang dapat memenuhi keseluruhan dari sarana BK, karena banyak sekolah yang masih memprioritaskan sarana mata pelajaran dibandingkan sarana BK.

(39)

berjalan. Begitu juga dengan alat pengumpul data siswa, menjadi hal yang penting dalam pelayanan BK karena akan merangkum keseluruhan informasi tentang siswa.

Perlengkapan teknis, perlengkapan administrasi dan perangkat elektronik menjadi kebutuhan sekunder dalam sarana BK. Hal ini dikarenakan tanpa ketiga perlengkapan tersebut, pelayanan BK dapat tetap berjalan.

2. Prasarana BK

Prasarana berupa perlengkapan fisik yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling ialah adanya ruangan bimbingan dan konseling yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Prasarana atau perlengkapan ruangan bimbingan yang diperlukan ialah (Thantawy, 1995) :

1. Ruang kerja guru pembimbing

Ruang ini merupakan tempat para guru pembimbing bekerja, sebaiknya ruangan ini berdekatan letaknya dengan ruang bimbingan lain.

2. Ruang konseling

Ruang ini merupakan tempat melakukan kegiatan konseling, terutama konseling perorangan. Tempat ruang konseling sebaiknya aman dari keramaian, keriuhan, dan terlindung untuk kerahasiaan pembicaraan proses konseling.

3. Ruang tunggu atau ruang tamu

Merupakan tempat para siswa dan para tamu untuk menunggu baik keperluan konseling, konsultasi atau pengumpulan data. Di ruang ini sebaiknya disediakan bahan bacaan ringan untuk para tamu, brosur-brosur atau leaflet yang berisi informasi atau pengumuman.

4. Ruang perlengkapan / dokumentasi

Merupakan ruang tempat menyimpan data atau informasi yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan. Ruangan ini dapat juga befungsi sebagai tempat menyimpan alat-alat atau instrumen bimbingan.

5. Ruang bimbingan kelompok

(40)

Menurut pemakalah, model ruangan bimbingan dan konseling di sekolah yakni :

Ruang Kelompok

Ruang Data dan Administrasi

Ruang Konseling

GP-1

Ruang Media BK

GP-2 Ruang Tamu

GP-3

GP-4

Keterangan: pintu, GP = Guru Pembimbing

(41)

Sebagai kebutuhan primer dalam prasarana BK di sekolah adalah ruang perlengkapan / dokumentasi yang berfungsi sebagai tempat menyimpan data atau informasi yang digunakan dalam pemberian layanan BK. Ruangan ini juga dapat berfungsi sebagai tempat menyimpan alat-alat atau instrumen bimbingan. Ruangan ini harus dilengkapi dengan lemari yang dapat dikunci bisa berupa filling cabinet atau lemari yang terbuat dari kayu, karena sifat dari data / informasi dan instrumen bimbingan yang bersifat rahasia.

Ruang kerja guru pembimbing, ruang konseling, ruang tamu, ruang bimbingan kelompok menjadi kebutuhan sekunder dalam pelayanan BK di sekolah karena tanpa adanya ruangan tersebut, pelayanan BK dapat tetap berjalan. Ruang kerja guru pembimbing dapat menggunakan ruang guru dan jika memungkinkan di sekat agar azas kerahasiaan dapat terjamin. Untuk ruangan konseling, bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat menggunakan ruang kelas atau musholla, jika memang tidak ada ruangan khusus.

3. Pengadaan Sarana dan Prasarana BK

Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya. Biasanya sekolah mendapat bantuan sarana dan prasarana pendidikan dari pemerintah, yakni Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota. Namun jumlah tersebut terbatas dan tidak selalu ada sehingga sekolah dituntut untuk selalu berusaha melakukan pengadaaan perlengkapan dengan cara lain.

(42)

merencanakan dan melakukan pengadaan sendiri perlengkapan yang dibutuhkan secara efektif dan efisien (Ibrahim, 2003).

Sejalan dengan hal di atas, pada setiap tahun ajaran koordionator BK perlu membuat rencana anggaran belanja untuk pengadaan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling. Rancangan anggaran ini diajukan kepada kepala sekolah, baik untuk anggaran tahunan, ataupun semesteran (Thantawy, 1995).

Sarana dan prasarana BK tidak dapat dipenuhi keseluruhannya jika kepala sekolah selaku top manager kurang memahami tentang pentingnya pelayanan BK di sekolah dan jika memang dana yang tersedia kurang memadai. Padahal dalam kenyataannya, pelayanan BK akan membantu terselenggaranya pendidikan di sekolah agar lebih efektif dan efisien.

4. Pengelolaan dan Pemeliharaan a. Pengelolaan

Pengelolaan sarana dan prasarana BK dilakukan oleh koordinator BK yang dibantu oleh guru pembimbing. Hal ini merupakan penjabaran dari salah satu tugas koordinator BK yang mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana, alat dan perlengkapan pelayanan BK.

b. Pemeliharaan

Ada 2 macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan di sekolah, yakni (1) ditinjau dari sifatnya dan (2) ditinjau dari waktu perbaikannya (Ibrahim, 2003). Hal tersebut dapat diterapkan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana BK di sekolah.

I. Ditinjau dari sifatnya

a. Pemeliharaan yang bersifat pengecekan

Contoh: pengecekan tentang baik buruknya keadaan komputer yang dilakukan oleh seseorang yang paham tentang komputer.

b. Pemeliharaan yang bersifat pencegahan Contoh : komputer yang diberi anti virus. c. Pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan

(43)

d. Pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat Contoh : Komputer yang direparasi.

II. Ditinjau dari waktu perbaikannya a. Pemeliharaan sehari-hari

Misalnya menyapu, mengepel lantai ruangan konseling yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

b. Pemeliharaan berkala

Misalnya berupa pengontrolan genting dan pengapuran tembok pada ruangan konseling yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

Menurut pemakalah, pemeliharaan sarana dan prasarana BK lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang berdasarkan pada konsep-konsep yang telah dikemukakan tentang pemeliharaan.

5. Masalah dan Solusi A. Masalah

1. Belum maksimalnya penggunaan instrumen pengumpulan data, sehingga pelayanan BK belum sesuai kebutuhan siswa.

2. Belum maksimalnya penggunaan perangkat elektronik. 3. Belum lengkapnya perlengkapan admnistrasi bimbingan.

4. Pemeliharaan sarana BK belum maksimal, yakni masih digunakannya sarana dan prasarana yang sudah sangat lama dan kurang terawat, misalnya pedoman wawancara yang sudah kumal dan kotor termakan usia.

B. Solusi

(44)

2. Jika guru pembimbing belum memahami penggunaan perangkat elektronik, dapat dilakukan kursus atau pelatihan singkat mengenai perangkat elektronik seperti komputer, sehingga memudahkan guru pembimbing dalam mengolah hasil aplikasi insrumentasi atau hal lain yang berhubungan dengan pelayanan BK.

3. Guru pembimbing dan koordinator BK mengkomunikasikan kepada kepala sekolah tentang kekurangan perlengkapan administrasi BK.

4. Pemeliharaan sarana BK harus benar-benar diperhatikan oleh guru pembimbing dan koordinator BK, dan mengkomunikasikannya pada kepala sekolah jika sarana BK sudah tidak layak digunakan.

KESIMPULAN

Sistem dan mekanisme pengelolaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelayanan BK bertujuan agar terlaksananya pelayanan BK yang efektif dan efisien. Untuk mencapai hasil tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan BK di sekolah, mulai dari perlengkapan dan ruangan yang dibutuhkan sampai pada pengadaan, pengelolaan dan pemeliharaannya agar sarana dan prasarana BK yang ada dapat digunakan sesuai peruntukannya dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Bafadal, 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah (Teori dan Aplikasinya). Jakarta : Bumi Aksara.

Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. 2002. Balitbang : Depdiknas. Thantawy, 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Pamator Pressindo.

(45)

YOSEPH SCHACHT DAN PANDANGANNYA

TENTANG SANAD HADIS

Oleh :

Askolan Lubis

Dosen Fakultas tarbiyah IAIN Sumatera Utara Jl. Willem iskandar Psr V Medan Estate

Abstract

Sanad system as a specifict case for moslem. The previous people do not possess it. Therefor their authentic holybook cannot be justified. The Sanad value is crucial, so the expert of Hadits cited that Sanad system is a part of Islamic religion.

There is a disriction from the views above. The orientalist schacht has his own perspective. He stated :” we shall not meet any legal tradition from the Propet, which can be considered authentic”. According to him, Sanad of Hadits did not appear yet in Prophet period, the Sanad was counterfeit, it was created by the experts of classic Fiqh. Key words : Sanad Hadits, Orientalis

PENDAHULUAN

istem penyampaian berita dengan menyebutkan narasumbernya disebut Isnad. Sementara narasumber berita ini disebut Rawiy (periwayat), karena ia meriwayatkan berita itu dari orang lain kepada orang lain pula. Dan dari narasumber pertama - - dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW sendiri - - sampai narasumber terakhir akan terbentuk silsilah atau jalur periwayatan yang kemudian lazim dikenal dengan istilah Sanad.

Sistem sanad ini merupakan spesifik umat Islam. Umat-umat sebelumnya tidak memiliki sistem ini. Karenanya, otentisitas kitab-kitab samawi mereka tidak dapat dipertanggung jawabkan. Begitu pula ajaran-ajaran yang asli dari para Nabi mereka juga tidak ditulis dalam kitab-kitab yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Karenanya, seandainya umat Islam tidak memiliki sistem sanad, tentulah al-Quran dan ajaran Nabi Muhammad SAW sudah mengalami nasib yang sama seperti ajaran para Nabi sebelumnya. Maka disinilah letak nilai dan urgensi sanad dalam agama Islam.

(46)

Karena demikian luhurnya nilai sanad, maka para ulama mengatakan bahwa pemakaian sanad itu merupakan simbol umat Islam (al-Tahhan, 1979 : 158). Bahkan Imam Abdullah bin al-Mubarak, berkata :”Sistem sanad ini merupakan bagian dari agama Islam. Tanpa adanya sistem sanad, setiap orang dapat mengatakan apa yang dikehendakinya” (Muslim, tt.: 9). Sementara Imam al-Tsauriy mengatakan, “Sistem

sanad ini merupakan senjata bagi orang-orang mukmin (Nur al-Din ‘Itr, 1979: 344). Urgensi sanad ini akan lebih tampak apabila kita meneliti rawi-rawi hadis yang membentuk sanad- sanad itu sendiri. Karena dengan meneliti sanad dapat diketahui apakah silsilah rawi-rawi itu bersambung sampai kepada Nabi SAW atau tidak. Dan dapat pula diketahui, apakah masing-masing rawi bisa dipertanggung jawabkan pemberitaannya itu atau tidak. Dan akhirnya dapat diketahui apakah hadis yang diriwayatkan itu bernilai sebagai hadis Sahih, Hasan, atauDa’if, bahkanMaudu’

Berbeda dengan pendapat kaum Muslimin seperti disebutkan di atas, para orientalis tidak mempercayai bahwa sanad hadis sudah dipakai sejak masa Nabi Muhammad SAW, dan salah seorang

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang

(2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan

Bimbingan dan konseling adalah upaya dalam memberikan pelayanan bantuan kepada anak didik agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal. Pelayanan bantuan ini

Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, melalui bidang bimbingan