• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) dan Uji Pestisida Nabati Terhadap Lalat Buah (Bactrocera sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) dan Uji Pestisida Nabati Terhadap Lalat Buah (Bactrocera sp.)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

76

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kunyit (Curcuma longa.L) merupakan tanaman obat berupa semak yang bersifat tahunan yang tersebar luas di daerah tropis. Kunyit berasal dari India dan dapat hidup pada ketinggian 1300-1600 m di atas permukaan laut. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab kurkum dan Yunani karkom. Tanaman ini menyerupai jahe tetapi sedikit pahit, kelat dan pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya India, Cina Selatan, Indonesia, dan Filipina (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Kunyit dapat juga digunakan sebagai pengawet makanan karena rimpang kunyit mengandung komponen antara lain air, pati, serat kasar, abu dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen yang menyebabkan timbulnya aroma dan cita rasa khas. Selain minyak atsiri komponen lain yang tak kalah pentingnya adalah zat penyusun warna kuning yang disebabkan oleh adanya senyawa kurkuminoid (Soedibyo, 1998).

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut

dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, losion); dalam industri makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa; dalam industri parfum sebagai pewangi; dalam industri farmasi atau obat-obatan sebagai antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri; dalam industri bahan pengawet; bahkan digunakan pula sebagai insektisida, oleh karena itu tidak

(2)

77

heran jika minyak atsiri banyak diburu berbagai negara (Lutony & Rahmayati,1994).

Beberapa metode isolasi minyak atsiri seperti penyulingan, pengepresan, ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak padat. Namun, sebagian besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan yang dikenal juga dengan hidrodestilasi (Guenther, 1987;Lutony & Rahmayati, 1994).

Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama penggangu yang dapat menurunkan kualitas hasil panen khususnya pada tanaman holtikultural. Lalat buah merupakan hama dengan persebaran yang sangat cepat. Secara keseluruhan 1 ekor lalat buah betina mampu meletakkan 1-40 butir telur/buah/hari. Lalat buah genus Bactrocera sp. merupakan spesies lalat buah yang hidup di daerah tropis dan telah tersebar hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik. Salah satu kawasan dengan persebaran lalat buah terbanyak adalah Asia Tenggara termasuk Indonesia (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1995).

Salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan pertanian berwawasan lingkungan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati atau senyawa bioaktif alamiah yang berasal dari minyak atsiri tumbuhan, selain menghasilkan senyawa primer (primary metabolite) dalam proses metabolismenya, tumbuhan juga menghasilkan senyawa sekunder (secondary metabolite) misalnya fenol, alkaloid, terpenoid, dan senyawa lain. Senyawa sekunder ini merupakan pertahanan tumbuhan terhadap serangan hama (Rukmana dan Oesman, 2002).

Penelitian terdahulu tentang isolasi minyak atsiri rimpang kunyit dengan metode destilasi air menyatakan bahwa rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dengan komponen utama dengan konsentrasi paling tinggi yaitu; α-Fellandren dengan kadar 1,88%; Cineol dengan kadar 1,31%; Zingiberen dengan kadar 2,03%; β-Seskuifellandren dengan kadar 1,76%; Ar-Tumeron dengan konsentrasi 43,06%, 2-(3-Hidroksi-2-Nitro-Sikloheksil)-1-Fenil-Etanon dengan kadar 18,38%; dan α-Tumeron dengan kadar 18,09%, sedangkan hasil analisis GC-MS

(3)

78

minyak atsiri yang diperoleh dari daun kunyit kering, menunjukkan 5 komponen dengan konsentrasi paling tinggi yaitu; α-Fellandren dengan kadar 39,04%; p-Cymen dengan kadar 4,72%; Cineol dengan kadar 5,26%; α-Terpinolen dengan kadar 34,23%; Ar-Tumeron dengan konsentrasi 3,30% (Naibaho, 2008).

Peneliti terdahulu tentang ekstrak kunyit putih dan kunyit kuning terhadap mortalitas larva (Anopheles sp) menyatakan bahwa kunyit kuning (Curcuma longa) efektif menurunkan larva Anopheles sp. Hingga hari ke-7 sedangkan

ekstrak kunyit putih (Curcuma petiolata) efektif menurunkan larva Anopheles sp. Hingga hari ke-4. Sehingga disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan kunyit kuning (Curcuma longa) dan kunyit putih (Curcuma petiolata) sebagai larvasida nabati alternatif dalam memberantas larva Anopheles sp. (Rasdiana, 2014).

Peneliti terdahulu tentang analisa komponen kimia minyak atsiri dan uji pestisida nabati hasil hasil isolasi daun sirih hutan (Piper aduncum. L) pada larva lalat buah (Bactrocera carambolae) jambu biji menyatakan minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih hutan konsentrasi 5% (v/v) memiliki kematian terkoreksi tertinggi yaitu 30% dan 35%, sehingga minyak atsiri dan ekstrak etanol Piper aduncum L, memiliki aktifitas insektisida namun kurang efektif jika dibandingkan

dengan insektisida sintetis (Nababan, 2015).

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan untuk dapat mengembangkan penelitian tentang bahan alam penghasil minyak atsiri dan dapat sebagai zat insektisida Indonesia, juga dapat memberikan informasi mengenai komponen minyak atsiri dari simplisia rimpang kunyit.

I.2. Permasalahan

1. Komponen senyawa kimia utama apakah yang terkandung dalam minyak atsiri

rimpang kunyit (Curcuma longa .L) yang diperoleh dari hidrodestilasi menggunakan

alat stahl dan telah dianalisa dengan metode GC-MS?

2. Bagaimanakah bioaktivitas minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa .L)

sebagai pestisida alami terhadap lalat buah (Bactrocera sp.)?

(4)

79

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan komponen senyawa kimia utama yang terkandung dalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa .L) yang berasal dari daerah Medan, melalui

analisis GC-MS.

2. Untuk menentukan potensi minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa .L) sebagai pestisida nabati terhadap lalat buah (Bactrocera sp.)

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang kimia organik mengenai komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri dan potensi minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa .L) sebagai pestisida nabati.

I.5. Lokasi Penelitian

Penyulingan minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan, untuk analisis spektroskopi GC-MS dilakukan di Laboratorium FMIPA-UGM, dan untuk uji pestisida nabati dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman (HPT) Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

I.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen laboratorium dan sebagai objek penelitian adalah rimpang kunyit (Curcuma longa .L) yang diperoleh dari Pancur Batu, Medan. Rimpang kunyit yang telah bersih dipotong kecil - kecil, kemudian dimasukkan kedalam labu Stahl. Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan dari lapisan airnya kemudian ditambahkan NaCl hingga jenuh, kemudian ditambahkan Na2S04 anhidrous untuk menghilangkan kandungan airnya, kemudian didekantasi. Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis dengan spektrofotometer GC-MS untuk mengetahui komponen kimianya, serta uji potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati dengan metode perbandingan konsentrasi.

Referensi

Dokumen terkait

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor antara lain meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan

Panti Asuhan yang ada di Kota Salatiga yang membina anak-. anak dengan berbagai latar belakang

Perlakuan perendaman telur ayam ras dengan menggunakan ekstrak teh hijau yang disimpan selama dua minggu berpengaruh nyata (P<0,5) terhadap sifat organoleptik

2004, Analisis Permintaan dan Pengembalian Kredit Usaha Tani Oleh Rumahtangga Petani Padi Di Sumatera Barat , Tesis Magister Sains.. Program Sekolah Pascasarjana,

[r]

Masalah dalam penelitian ini adalah guru masih menggunakan metode ceramah dan masih terpacu pada buku teks sehingga guru masih mendominasi di kelas, dengan kata lain

Atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior Pusat Tari Balet dengan

I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis , (Yogyakarta : Andi, 2006), hal 34.. wawancara, yaitu dengan cara wawancara langsung dengan pihak