• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Sirsak (Annona muricata L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Sirsak (Annona muricata L)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG

TUMBUHAN SIRSAK

(Annona muricata L)

SKRIPSI

FERDINAN. H. MALAU

NIM : 040802009

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT

BATANG TUMBUHAN SIRSAK (Annona muricata L.)

Kategori : SKRIPSI

Nama : FERDINAN. H. MALAU

Nomor Induk Mahasiswa : 040802009

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Januari 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

(Drs. Philippus. H. Siregar. M.Si) (Prof. DR. Tonel Barus) NIP 195805041986011002 NIP 194508011974121001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia F MIPA USU Ketua,

(3)

PERNYATAAN

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN SIRSAK

(Annona muricata L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, tapi kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2011

(4)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang, karena atas kasih dan berkat-Nya yang melimpah, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terimah kasih saya sampaikan kepada Prof.DR, Tonel Barus dan Bapak Drs.Philliphus H. Siregar, MSi selaku pembimbing penulis pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan, nasehat dan motivasi kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S, Bapak Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta semua dosen di Deprtemen Kimia F MIPA USU khususnya para Dosen Kimia Bahan Alam, staff teknisi laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam (LIPI) Serpong. Selanjutnya penulis menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya yaitu, Drs. M. Malau dan Dra. Yenny E. Sianipar serta abang, kakak dan adik. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2004 Kimia USU (Wespan, Jhon, Kardianto, Dolly, Firdaus, Mangisi, Refanti, Yohana,dll), Asisten laboratorium Kimia Bahan Alam atas bantuannya selama melakukan penelitian di Laboratorium, rekan-rekan mahasiswa Kimia mulai dari angkatan 2005 (Winda, Frans Simanjuntak, Jubel, Amos, Ferdinan G, Julianto, dll), angkatan 2006 (Marcel, Sarlin, Judika, Sevia, Chatrine, Yemami, dll), angkatan 2007 (Fina, Dian, Vasca, Chandra, Sahat, Grand, dll), angkatan 2008 (noaksen, Ivo, dll), angkatan 2009 dan 2010 serta sahabat-sahabat saya ANLIBAS (Frans Haruka Kanata, Josua Marbun, Zacfredo’s) atas dukungan moril kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(5)

ABSTRAK

(6)

THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM THE BARK OF SOURSOP (Annona muricata L.)

ABSTRACT

(7)

DAFTAR ISI 2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)20 2.4.3.1. Penggunaan chemical shifts (pergeseran kimia) 21

3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Kulit Batang Tumbuhan

(8)

3.3.2.1. Uji Busa 23

3.3.2.2. Skrining Fitokimia 24

3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis 24 3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia dari Ekstrak Kulit Batang Tumbuhan Sirsak 25 3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatrografi

Kolom 25

3.3.5. Pemurnian 26

3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis

Tipis 26

3.3.7. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi 26 3.3.7.1. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi

Spektrofotometer UV-Visible 26

3.5. Bagan Isolasi Senyawa Flavonoida dari Kulit Batang tumbuhan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Foto Tumbuhan Sirsak 36

Lampiran B. Determinasi Tumbuhan Sirsak 37

Lampiran C. Foto Partisi Antara Pelarut Metanol Dengan Etil Asetat 38 Lampiran D. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Ekstrak Metanol

Kulit Batang Tumbuhan Sirsak 39 Lampiran E. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Senyawa Hasil Isolasi 40

Lampiran F. Spektrum Ultraviolet Visible (UV-Visible) Senyawa Hasil Melalui Penampakan Noda dengan Penambahan Pereaksi Isolasi 41 Lampiran G. Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi 42 Lampiran H. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Senyawa Hasil Isolasi 43

Lampiran I. Spektrum Ressonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) untuk

proton pada 0,7 – 1,5 ppm 44

Lampiran J. . Spektrum Ressonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) untuk

(10)

ABSTRAK

(11)

THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM THE BARK OF SOURSOP (Annona muricata L.)

ABSTRACT

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa alam hayati yang memegang peranan

penting yang digunakan sebagai obat untuk penyakit tertentu dan merupakan warisan turun

temurun dari nenek moyang kita. Bertitik tolak dari sumber bahan alam hayati ini yang

mempunyai peranan penting di dalam penyediaan senyawa-senyawa kimia dalam bidang

obat-obatan maka pemerintah menghimbau para ahli untuk meningkatkan penelitiannya dalam bidang

tersebut, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para ahli untuk melibatkan diri dalam

senyawa-senyawa baru yang dihasilkan dari tumbuhan-tumbuhan tersebut. (Effendi, 1982).

Hampir seluruh daerah Indonesia mengenakan beberapa jenis tumbuhan yang digunakan

sebagai ramuan obat-obatan secara tradisional, bahkan tumbuh-tumbuhan ini dibudidayakan oleh

sebagian masyarakat tertentu sebagai apotek hidup dan merupakan sumber bahan obat-obatan

secara tradisional. Penggunaan obat-obatan tradisional ini merupakan warisan nenek moyang

yang turun temurun bagi masyarakat tertentu dan saat ini masih digunakan sebagian masyarakat

sebagai jamu.

Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat-obatan adalah tumbuhan

Sirsak (Annona muricata L). Khasiat dari buah sirsak memberikan efek anti tumor/kanker yang

sangat kuat,dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker. Selain

menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai anti bakteri,anti

jamur(fungi),effektive melawan berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah tinggi,

(13)

Dari tumbuhan Sirsak telah dilakukan beberapa isolasi senyawa kimia antara lain adalah :

Isolasi steroid dari fraksi EtOAc ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) dan skrining awal

aktifitas toksisitas dari fraksi MeOH, n-heksan, dan EtOAc dengan metoda “Brine Shrimps

Lethality Bioassay”. (Kiki, K. 2007)

Telah dilakukan juga isolasi dan karakterisasi triterpenoid dari fraksi EtOAc ekstrak kulit batang

(Annona muricata L) dan skrining awal aktifitas toksik dari fraksi n-heksana, EtOAc, dan MeOH

ekstrak kulit batang Annona muricata L dengan metoda “Brine Shrimps Lethality Bioassay”.

(Rika, R.P. 2007)

Dari skrining fitokimia yang dilakukan terhadap kulit batang tumbuhan Sirsak (Annona

muricata L) dengan menggunakan pereaksi flavonoida menyatakan adanya senyawa flavonoida

pada kulit batang tumbuhan Sirsak. Maka dari hal ini penulis merasa tertarik untuk mengisolasi

senyawa flavonoida dari kulit batang tumbuhan Sirsak (Annona muricata L).

1.2 Permasalahan

Bagaimana cara mengisolasi senyawa flavonoida yang terkandung dalam kulit batang tumbuhan

sirsak (Annona muricata L.)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoida yang terdapat dalam kulit

batang tumbuhan sirsak (Annona muricata L.)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang Kimia

Bahan Alam dan juga bidang Farmasi dalam upaya pengembangan zat-zat kimia flavonoida

(14)

1.5. Lokasi Penelitian

Kulit batang tumbuhan sirsak diperoleh dari daerah Srigunting Sumatera Utara. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA USU. Analisis Spektrofotometer

UV-Visible, Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti

Proton (1H-NMR) dilakukan di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

1.6. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida digunakan kulit batang tumbuhan sirsak, berupa

potongan-potongan kecil yang segar sebanyak 1700 g. Tahap awal dilakukan uji skrining

fitokimia dengan menggunakan pereaksi-preaksi untuk senyawa flavonoida, yaitu dengan

menggunakan pereaksi FeCl3 1%, NaOH 10%, H2SO4(p), dan pereaksi Mg-HCl.

Tahap isolasi yang dilakukan adalah:

- Ekstraksi Maserasi

- Ekstraksi Partisi

- Analisis Kromatografi Lapis Tipis

- Analisis Kromatografi Kolom

- Analisis Kristal Hasil Isolasi

Analisis kristal mencakup kromatografi lapis tipis, pengukuran titik lebur dan identifikasi

dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) dan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi tumbuhan sirsak

Sirsak (Annona muricata L) berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil

dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang

halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda.

Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Tetapi untuk memperoleh hasil buah yang

banyak dan besar-besar, maka yang paling balk ditanam di daerah yang tanahnya cukup

mengandung air. Di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai

ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya

berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kuranglebih berarti kantung yang asam. Buah Sirsak

yang sudah masak lebih berasa asam daripada manis. Pengembangbiakan sirsak yang paling baik

adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia 4 tahunan setelah ditanam.

(Thomas, A. N. S, 1992).

Adapun kandungan dari buah sirsak adalah sebagai berikut: kaya vitamin C buah sirsak

dari 67,5% daging buah,20% kulit buah,8,5% biji buah dan 4% inti buah. Setelah air, kandungan

gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat yang terdapat

dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 – 93,6 persen

dari kandungan gula total. Buah sirsak mengandung sangat sedikit lemak (0,3 g/100 g), sehingga

sangat baik untuk kesehatan. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik non volatil

terutama asam malat asam sitrat dan asam isositrat. Vitamin yang paling dominan pada buah

sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per

orang per hari (yaitu 60 mg), telah dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi 300 gram

daging buah sirsak. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan anti oksidan

yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam memperlambat proses penuaan

(16)

sebesar 27 dan 14 mg/100 g. kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang,

sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis.

Keunggulan sirsak terletak pada kadar sodium (natrium) yang rendah (14 mg/100 g)

tetapi tinggi potasium (kalium), yaitu 278 mg/l00 g. Perbandingan kalium dan natrium yang

tinggi sangat menguntungkan dalam rangka pencegahan penyakit hipertensi. Selain komponen

gizi, buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu diantaranya adalah

mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3 g/100 g daging buah.

Konsumsi 100 g daging buah dapat memenuhi 13 persen kebutuhan serat pangan sehari.

Buah sirsak merupakan buah yang kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat dipastikan

bahwa buah tersebut sangat banyak manfaat bagi kesehatan. Senyawa fitokimia tersebut

dipastikan memiliki khasiat bagi kesehatan, walaupun belum semuanya terbukti secara ilmiah.

Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam

urat, dan meningkatkan selera makan. Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk

memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit (susah buang air besar). Sari

buah (jus) sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan selera makan. Kegunaan lain

dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit wasir (ambeien),

batu empedu, dan lain-lain. (Oleh: Prof. DR. Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan dan Gizi)

2.1.1 Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut :

(17)

2.1.2 Manfaat Tumbuhan Sirsak

Kulit batang tumbuhan sirsak ini berkhasiat sebagai obat mencret dan obat bisul, buah dan biji

masak berkhasiat sebagai obat cacing. Buah sirsak juga berfungsi untuk memperlancar

pencernaan. (Khomsan, A. 2009)

2.2. Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,

kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam

tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang terdapat dalam hewan,

misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu

dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan

hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada

golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham,

1988).

2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang

dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai

berikut :

C C C

A B

Kerangka dasar senyawa flavonoida

Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi

(18)

Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

C3

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan

kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak, umumnya dalam

tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida

(Harbone, 1996).

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai

(19)

1.Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol

yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan

antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur

sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak

begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini

mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga

sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling

umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali

dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang

terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon

dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.

O O

OH

flavonol HO

HO

(20)

O

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu

senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan

penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun.

Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar

UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang

pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

O

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon

glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk ; dua glikosida

yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

(21)

O

O

Struktur Flavanon

5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan

dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah

dan tidak berwarna.

O

O

OH Struktur Flavanonol

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini

mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir

dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai

antioksidan.

O HO

OH OH

OH OH

(22)

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu.

Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.

O

OH

HO OH

Struktur Leukoantosianidin

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.

Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah

jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara

kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan

semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus

hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.

O

OH

Struktur Antosianin

9.Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila

dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen

dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air

(23)

O

Struktur Khalkon

10. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam

larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa

bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila

diberi uap amonia (Robinson, 1995).

HC O

O

Struktur Auron

Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai hasil dari banyak

percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai jalur rinci yang

diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan tertentu semua flavoida yang

berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang sama, perberbeda-bedaan hanya terdapat asetilasi,

glikosilasi, dan struktur bagian C-3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa

antara C-15 yang umum diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi

cincin terbentuk.

Akan tetapi, tampaknya berbagai gugus hidroksil ini sesungguhnya dimasukkan pada

tahap yang berlainan dalam sintesis. Misalnya, jika hidroksil-7 harus terdapat pada produk akhir

(misalnya sianidin), gugus ini harus terdapat pada cincin A kalkon. Pemasukan gugus hidroksil-3

ke dalam molekul yang sudah mengandung hidroksil-4 dapat terjadi bahkan pada tahap akhir

jalur, dan jika telah ditambahkan tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem

bebas sel. Gugus hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap

flavonol dan jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang menjadi ciri

(24)

adalah oksigenase mikrosom, tetapi hidriksilasi-3 dikatalisis oleh enzim yamg larut. Pada

flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut

terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam

(Robinson,1995).

Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua

flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya

mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:

Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Antosianin

pigmen bunga merah marak, dan

biru juga dalam daun dan

jaringan lain.

terutama tan warna, dalam daun

tumbuhan berkayu.

Terutamako-pigmen tanwarna

dalam bunga sianik dan asianik;

tersebar luas dalam daun.

bergerak dengan BAA pada kertas.

menghasilkan antosianidin (warna

dapat diekstraksi dengan amil

alkohol) bila jaringan dipanaskan

dalam HCl 2M selama setengah

jam.

Setelah hidrolisis, berupa bercak

kuning mirip pada kromatogram

Forestal bila disinari dengan sinar

UV;maksimal spektrum pada

330-350 nm.

Setelah hidrolisis, berupa bercak

coklat redup pada kromatogram

forestal; maksimal spektrum pada

330-350nm

Pada kromatogram BAA berupa

bercak redup dengan Rf tinggi.

Dengan amonia berwarna merah

(25)

Flavanon

Isoflavon

Glikoflavon

jaringan lain

tanwarna; dalam daun dan buah

( terutama dalam Citrus )

tanwarna; sering kali dalam akar;

hanya terdapat dalam satu

pengembang air; tak ada uji warna

yang khas

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu

bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam

larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksi, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya

flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol

(BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain.

Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung

menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut

yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya,

aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang

termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform (Markham,

(26)

2.3. Teknik Pemisahan

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Sebelum ekstraksi

dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan

tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda sokletasi

dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya :

n–heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, etanol, metanol, dan air.

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan ekstrak yang terakhir memberikan reaksi negatif.

Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan

menggunakan alat rotary evaporator. (Harborne, 1987 )

2.3.2. Kromatografi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan teknik kromatografi. Kebanyakan berdasarkan pada

macam fasa yang digunakan (fasa gerak-fasa diam), misalnya kromatografi gas dan kromatografi

cairan. Cara pengelompokan lainnya berdasarkan mekanisme yang membuat distribusi fasa.

Disini metoda kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam fasa yang digunakan

dan sebagian lain berdasarkan pada mekanisme pada distribusi fasa.

Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan, ditemukan oleh Tswett dan

dikenalkan kembali oleh Khun dan Lederer pada 1931, telah digunakan sangat luas untuk

analisis organik dan biokima. Pada umumnya sebagai isi kolom adalah silika gel atau alumina,

yang mempunyai angka banding luas permukaan terhadap volume sangat besar.

Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi partisi, dikenalkan oleh Martin dan Synge

pada 1941, dan kemudian mendapatkan hadiah Nobel untuk itu. Fasa diam terdiri atas lapisan

(27)

Kromatografi gas-padat, digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Pada

waktu dulu teknik ini tidak berkembang karena keterbatasannya yang sama seperti halnya

kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fasa padat baru

memperluas penggunaan teknik ini.

Kromatografi gas-cairan merupakan metoda pemisahan yang sangat efisien dan serba

guna. Teknik ini telah menyebabkan revolusi dalam kimia Organik sejak dikenalkan pertama kali

oleh James dan martin pada 1052. Hambatan yang paling utama adalah bahan cuplikan harus

mempunyai tekanan uap paling tidak beberapa torr pada suhu kolom. Sistem ini sangat baik

sehingga dapat dikatakan sebagai metoda pilihan dalam kromatografi karena dapat memisahkan

dengan cepat dan peka. (Sudjadi, 1986 ).

2.3.2.1. Kromatografi Lapisan Tipis

Kromatografi lapisan tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang pertama, dipakai

selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparative.Kedua

dipkai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam

kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.

Pada hakikatnya Kromatografi lapisan tipis melibatkan dua sifat fase : sifat fasa diam

atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang .Fasa diam dapat

berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair padat ) atau

berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT

sering disebut penyerap, walaupun sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di

dalam sistem kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai

penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium oksida),kiselgur

(tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau

campuran pelarut (Sudjadi, 1986).

2.3.2.2. Kromatografi Kolom

Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem

(28)

bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam,

tetapi biasanya panjangnya sekurang –kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin

saja sampai 100 kali.

Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada

bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung

plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan

oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan

laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom

(Gritter , 1991).

2.3.2.3. Harga Rf (Retension Factor)

Mengidentifikasi noda – noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang

diidentifikasi sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan

pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari

titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf

senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo,

1991).

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang mengamati tentang

interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektronagnetik. Ada dua macam instrument pada

teknik spekstroskopi yaitu spectrometer dan spektrofotometer. Instrumen yang memakai

monokromator celah tetap pada bidang focus disebut sebagai spectrometer. Apabila spectrometer

tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer

(Muldja, 1995).

Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus fungsi dalam satu

(29)

atom hidrogen. Kombinasinya dan data kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari

molekul yang tidak diketahui (Pavia, 1986).

Walaupun spektrum infra – merah merupakan kekhasan sebuah molekul secara

menyeluruh, gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada kerapatan tertentu,

ataupun didekatnya, apapun bangun molekul selebihnya. Keberlakuan seperti itulah yang

memungkinkan kimiawan memperoleh informasi tentang struktur yang berguna serta

mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi gugus yang khas (Silverstain , 1986).

2.4.1. Spektrometri ultra violet

Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung pada struktur

ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari

elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam keadaan

tereksitasi (Silverstein, 1986).

Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol

(MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada rentang 240-285 nm

(pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut

memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri

khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon,

dihidroflavonol, dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan

antosianin yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.

(30)

250-270

2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)

Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektromagnetik yang berbeda dimana

setiap frekuensi bias dilihat sebagai warna yang berbeda. Radiasi infra merah juga mengandung

beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spectrum infra

merah dilakukan pada daerah cahaya infra merah tengah (mid infrared) yaitu pada panjang

gelombang 2.5 – 50 μm atau bilangan gelombang 4000 – 200 cm -1. energi yang dihasilkan oleh

radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat

khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda ini sangat berguna

mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik. (Dachriyanus, 2004)

Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran

yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100 cm-1 (panjang

gelombang lebih daripada 100 µ m) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi

putaran energi molekul. (Silverstein, 1986).

2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR ) merupakan alat

yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi

mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi

mengenai lingkungan kimia atom hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan

(31)

2.4.3.1. Penggunaan chemical shifts (pergeseran kimia)

Posisi sinyal memberikan informasi yang berguna tentang gugus masing-masing atom hidrogen.

Pergeseran kimia yang penting untuk masing-masing gugus pada metilpropanoat adalah:

Tabel Pergeseran Kimia Beberapa Proton.

δ Pergeseran Kimia

R-CH3 0,76 – 1,6

O-CH3 atau O-CH2-R 3,3 – 4,3

R-CH2-C=O 2,0 – 2,9

H-C=O 9,0 – 10,0

-COOH 11,0 – 12,0

Keterangan :

“R” adalah gugus alkil. Pergeseran kimia ditunjukkan dalam range. Posisi yang tepat tergantung

pada bagian gugus yang melekat padanya didalam molekul.

(Dachriyanus, 2004)

Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua proton-proton

dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang

menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi

puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR.

(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat – alat

1. Gelas ukur 50 ml pyrex

2. Gelas Beaker 250 ml pyrex

3. Gelas Erlenmeyer 250 ml pyrex

4. Corong Saring

5. Corong Pisah 500 ml pyrex

6. Kolom Kromatografi 20/40 pyrex

7. Tabung Reaksi

8. Neraca Analitis Mettler PM 480

9. Alat Pengering Memmers

10. Rotari Evaporator Buchi B-480

11. Labu Alas 500 ml pyrex

12. Alat pengukur titik lebur

13. Statif dan klem

14. Lampu UV 254 nm

15. Spatula

16. Pipet Tetes

17. Botol Vial

18. Bejana Kromatografi lapis tipis

19. Spektrofotometer FT – IR Jasco

20. Spektrometer 1H-NMR Hitahci FT-NMR R -1986

21. Spektrofotometer UV – Visibel

(33)

3.2. Bahan – bahan

8. Pereaksi Natrium Hidroksida 10 %

9. H2SO4(p)

10. Pereaksi Mg-HCl

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1.Penyediaan Sampel

Sampel yang diteliti adalah kulit batang tumbuhan Sirsak yang diperoleh dari daerah Srigunting,

Sumatera Utara. Kulit batang tumbuhan Sirsak segar dirajang halus sebanyak 1700 gram.

3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak kulit batang tumbuhan Sirsak

Kulit batang tumbuhan Sirsak diidentifikasi dengan menggunakan cara:

1. Uji Busa

2. Skrining Fitokimia

3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

3.3.2.1.Uji Busa

Hasil rajangan kulit batang tumbuhan Sirsak diambil secukupnya dan dimasukkan kedalam

tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 ml aquadest dan dipanaskan pada penangas air. Lalu

(34)

busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam kulit batang tumbuhan Sirsak tidak terdapat

senyawa Saponin.

3.3.2.2. Skrining Fitokimia

Untuk mengetahui adanya senyawa Flavonoid pada kulit batang tumbuhan Sirsak, maka

dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif. Kulit batang tumbuhan Sirsak yang sudah dirajang

diambil secukupnya kemudian di maserasi dengan metanol, kemudian disaring. Filtrat yang

diperoleh dibagi kedalam 4 tabung reaksi dimana masing-masing tabung ditambahkan dengan

pereaksi H2SO4(p), NaOH 10%, FeCl3 1% dan Mg-HCl, terjadilah perubahan warna pada setiap

penambahan pereaksi yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Analisis kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan menggunakan fasa

diam silika gel 60 F254. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran Metanol : Etil Asetat

dengan perbandingan (9 : 1)v/v ; (8 : 2)v/v; (7: 3)v/v; (6 : 4)v/v ; (5 : 5)v/v.

Prosedur analisis kromatografi lapis tipis :

Dimasukkan 10 ml larutan fase gerak metanol : etil asetat dengan perbandingan (9 : 1) v/v ke

dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak pekat metanol pada plat

KLT. Dimasukkan plat ke dalam bejana yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu

ditutup dan dielusi. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan. Diamati

warna bercak yang timbul dibawah sinar Ultra Violet dengan λ= 254 nm dan dihitung harga Rf

yang diperoleh. Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut metanol : Etil asetat

(8 : 2)v/v;(7:3)v/v;(6:4)v/v;(5:5)v/v. Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam kulit

batang tumbuhan Sirsak terkandung senyawa flavonoid. Hasil pemisahan yang baik diberikan

pada fase gerak metanol : Etil asetat(8:2)v/v.

(35)

3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Dari Ekstrak kulit batang tumbuhan Sirsak

Kulit batang tumbuhan sirsak yang telah dirajang ditimbang sebanyak 1700 gram, dimasukkan

ke dalam bejana dan dimaserasi dengan pelarut metanol sampai semua terendam oleh pelarut dan

dibiarkan selama 72 jam dan sesekali diaduk. Hasil dari maserasi disaring dan diperoleh ekstrak

berwarna hijau. Maserasi dilakukan 2 kali dengan menggunakan pelarut metanol sampai ekstrak

metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada pereaksi untuk identifikasi

senyawa flavonoid. Ekstrak metanol yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

menggunakan alat rotari evaporator pada suhu 680C sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol,

kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksan hingga lapisan n-heksan

bening dan kemudian ekstrak pekat metanol ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan

rotarievaporator.

Ekstrak pekat metanol kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut etil

asetat. Lapisan etil asetat di rotarievaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat etil asetat. Partisi

dengan etil asetat ini dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 8 kali sampai lapisan etil asetat

bening dan menunjukkan hasil negatif terhadap uji senyawa flavonoida

3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Kolom

Isolasi senyawa flavonoid secara kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat kulit batang tumbuhan

Sirsak yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60 G dan fasa gerak

adalah campuran pelarut metanol : etil asetat dengan perbandingan (90:

10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v.

Prosedur isolasi senyawa flavonoid dengan kromatografi kolom:

Dirangkai seperangkat alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan silika gel 60 G

dengan menggunakan n-Heksan, diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam kolom

kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan n-heksana 100% hingga silika gel padat

dan homogen. Dimasukkan 15 gram ekstrak pekat kulit batang tumbuhan Sirsak ke dalam kolom

kromatografi yang telah berisi bubur silika gel di puncak kolom, lalu ditambahkan fasa gerak

(36)

secara perlahan-lahan dan diatur aliran fasa gerak yang keluar dari kolom sama banyaknya

dengan penambahan fasa gerak dari atas kolom. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol

vial setiap 8 ml, lalu di KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf yang sama. Setelah itu diuji

flavonoid dan diuapkan sampai pelarutnya habis hingga terbentuk kristal.

3.3.5. Pemurnian

Senyawa yang diperoleh dari fraksi yaitu pada fraksi 26 - 29 dilakukan pemurnian senyawa.

Senyawa pada fraksi 26 - 29 dilarutkan dengan etil asetat, sehingga pengotor akan larut dan

larutannya didekantasi kemudian disaring dan dimurnikan dilakukan secara berulang-ulang.

3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis(KLT)

Uji kemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fasa

diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak metanol : etil asetat (80:20)v/v.

Prosedur uji kemurnian hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis:

Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu dijenuhkan. Ditotolkan

kristal yang sebelumnya dilarutkan pada plat KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam

bejana kromatografi yang telah jenuh. Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda,

plat KLT dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi Ferri

klorida dalam air menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa

flavonoid (Lampiran D).

3.3.7. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi

3.3.7.1. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer UV-Visible

Analisis Spektrofotometer UV-Visible dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(37)

3.3.7.2. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer Inframerah

Analisis spektrum inframerah dengan spektrofotometer dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Serpong (Lampiran G)

3.3.7.3. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Analisis ini dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong dengan

menggunakan CDCl3 sebagai pelarut dan TMS sebagai standart dalam spektrum absorbansi

(38)

3.4 Bagan Skrining fitokimia

←diambil secukupnya

←dirajang kecil-kecil

←direndam dengan metanol sebanyak 5 liter

←dipanas kan dalam penangas air

←disaring

← dibagi kedalam 4 tabung reaksi

←ditambahkan ←ditambahkan Mg-HCl ←ditambahkan NaOH 10% ←ditambahkan asam

sulfat

FeCl3 1% pekat 10 gram Kulit batang

sirsak

Filtrat Residu

Tabung reaksi I Tabung reaksi II Tabung reaksi III Tabung reaksi IV

Negatif Negatif

(39)
(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol dari kulit batang tumbuhan Sirsak dengan

menggunakan pereaksi flavonoida menunjukkan bahwa didalam kulit batang tumbuhan Sirsak

mengandung senyawa flavonoida.

Dari hasil analisis kromatografi lapis tipis dengan menggunakan adsorben silika gel 60

F254, dapat diketahui pelarut yang baik untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit batang

tumbuhan Sirsak adalah pada perbandingan pelarut metanol : etil asetat (80:20)v/v.

Dari hasil isolasi kulit batang tumbuhan Sirsak diperoleh kristal berwarna coklat

sebanyak 40 mg dengan titi lebur 194-196oC.

Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet – visible (UV-Visible) dengan pelarut

metanol memberikan panjang gelombang maksimum (λ maks) 349 nm

Hasil analisis Spektrofotometer FT-IR dari senyawa hasil isolasi menghasilkan pita-pita

serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut:

1. Pada bilangan gelombang 3577,95 cm-1 puncak melebar yang menunjukkan vibrasi

gugus OH

2. Pada bilangan gelombang 2970,38 cm-1 puncak sedang yang menunjukkan vibrasi

gugus CH aromatis

3. Pada bilangan gelombang 1624,06 cm-1 puncak tajam yang menunjukkan vibrasi

gugus C=O keton

4. Pada bilangan gelombang 1450,47 cm-1 puncak sedang yang menunjukkan vibrasi

(41)

5. Pada bilangan gelombang 1379,10 cm-1 puncak sedang yang menunjukkan vibrasi

gugus CH3

6. Pada bilangan gelombang 1103,28 cm-1 puncak tajam yang menunjukkan vibrasi

gugus C-O-C

7. Pada bilangan gelombang 1490,06 cm-1 puncak sedang yang menunjukkan vibrasi

gugus C=C

Hasil analisis Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) memberikan

pergeseran kimia pada daerah sebagai berikut:

1. pergeseran kimia pada daerah δ = 7,2115 ppm merupakan puncak triplet

2. pergeseran kimia pada daerah δ = 0,8076 ppm merupakan puncak doublet

3. pergeseran kimia pada daerah δ = 7,2596 ppm merupakan puncak singlet

4. pergeseran kimia pada daerah δ = 1,2519 ppm merupakan puncak singlet

5. pergeseran kurva pada daerah δ = 1,8577 ppm merupakan puncak singlet

4.2 Pembahasan

Kulit batang tumbuhan Sirsak dinyatakan mengandung senyawa flavonoid berdasarkan hasil

skrining fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 1%. Terhadap kulit batang tumbuhan

Sirsak dilakukan ekstraksi maserasi dan juga partisi dengan menggunakan pelarut metanol : etil

asetat (80:20)v/v berasarkan KLT yang dilakukan, karena pada perbandingan tersebut

menghasilkan pemisahan yang lebih baik.

Berdasarkan Spektra UV-visible dari senyawa flavonoida yang diisolasi, memberikan

panjang gelombang yang maksimum (λ maks) 349,5 nm dengan pelarut metanol sedangkan

menurut literatur panjang gelombang maksimum 330-360 nm yaitu menunjukkan senyawa

flavonoida dengan jenis flavon.

Dari spektrum FT-IR menunjukkan adanya gugus –OH, C-H (cincin aromatis), C=O,

(42)

Dari data 1H-NMR dapat disimpulkan :

1. pergeseran kimia pada daerah δ = 7,2115 ppm merupakan puncak triplet

menunjukkan adanya CH aromatis, hal ini didukung dengan spektrum FT-IR pada

bilangan gelombang 2970,38 cm-1 puncak sedang

2. pergeseran kimia pada daerah δ = 7,2596 ppm merupakan puncak singlet yang

merupakan puncak dari pelarut CDCl3

3. pergeseran kimia pada daerah δ = 1,2519 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan adanya CH2, hal ini didukung dengan spektrum FT-IR pada bilangan

gelombang 1450,47 cm-1 puncak sedang

4. Pergeseran kimia pada daerah δ = 0,8076 ppm merupakan puncak doublet

,menunjukkan adanya gugus CH3, hal ini didukung dengan spektrum FT-IR pada

bilangan gelombang 1379,10 cm-1 puncak sedang.

5. Pergeseran kimia pada daerah δ = 1,8577 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan adanya gugus CH2-C-O

Jadi dari data spektrum UV-Visible, FT-IR, dan 1H-NMR dapat disimpulkan bahwa

(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1700 g kulit batang tumbuhan Sirsak merupakan amorf

berwarna coklat dengan λ maks 349,5 diperoleh sebanyak 40 mg.

2. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dan analisis Kromatografi Lapis Tipis dengan

penampakan noda dengan menggunakan pereaksi Ferri Klorida maka dapat disimpulkan hasil

isolasi merupakan senyawa flavonoida.

3. Dari interpretasi spektrum Inframerah (FT-IR) dan resonansi magnetik inti proton (1H-NMR)

dan berdasarkan literatur bahwa hasil isolasi merupakan senyawa flavonoida. Dimana

terdapat vibrasi gugus OH, vibrasi gugus C=O, gugus C-O-C dan vibrasi gugus C=C.

5.2. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap kulit batang tumbuhan Sirsak dengan pelarut lain

2. Perlu dilakukan analisis Spektroskopi Massa, agar diperoleh data-data yang lebih mendukung

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT. Pradaya Paramita.

Creswell, C. J. 1982. Analisa Spektrum Senyawa Organik. Edisi ke-2. Terjemahan

Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Andalas University

Press. Padang.

Effendy, S. 1982.Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan Berkhasiat yang ada di Bumi

Nusantara. Surabaya : Penerbit Karya Anda.

Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2.Terjemahan Kosasih

Padmawinata. ITB. Bandung.

Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang

Soediro. ITB. Bandung.

Khomsan, A. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Terbitan ke-1. Kompas. Jakarta

Kiki, K. 2007. Abstrak Isolasi Steroid dari Daun Sirsak Pada Fraksi Aktif Etil Asetat Terhadap

Uji Bioaktifitas “Braine Shrimps Lethality Bioassay”. Blog Komunitas Universitas

Andalas. Padang

Markham, K. R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasih

(45)

Muldja, M. H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan ke-1. Universitas Airlangga

Press. Surabaya.

Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students of Organic

Chemistry. Saunders College. Philadelphia.

Rika, R.P. 2007. Abstrak Isolasi Triterpenoid dari Kulit Batang Sirsak Pada Fraksi Etil Asetat

Terhadap Uji “Braine Shrimps Lethality Bioassay”. Blog Komunitas Universitas

Andalas. Padang

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan

Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Edisi ke-1. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam.Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4.

Terjemahan A. J. Hartomo dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta.

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

Thomas, A. N. S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Cetakan ke-15. Kanisius. Yogyakarta.

(46)

(47)
(48)
(49)

I II III IV

E E E E

Keterangan :

Fasa Diam : Silika 60 F254

E : Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Sirsak

I : Fase Gerak Metanol : Etil asetat (90:10)

II : Fase Gerak Metanol : Etil asetat (80:20)

III : Fase Gerak Metanol : Etil asetat (70:30)

IV : Fase Gerak Metanol : Etil asetat (60:40)

Lampiran D. Kromatogram Lapisan Tipis Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Sirsak

(50)

S

Keterangan :

Fasa Diam : Silika Gel 60 F254

S : Senyawa Hasil Isolasi

Lampiran E. Kromatogram Lapisan Tipis Senyawa Hasil Isolasi melalui penampakan noda

(51)

Lampiran

(52)
(53)
(54)

Lampiran I. Spektrum Ressonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) untuk proton pada

0,7 – 1,5 ppm

(55)

Lampiran J. . Spektrum Ressonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) untuk proton pada 6,5 – 7,8

ppm

Gambar

Tabel Pergeseran Kimia Beberapa Proton.

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan jambu monyet (Anacardium occidentale L.) dilakukan dengan ekstraksi maserasi dengan metanol.. Fraksi

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam kulit Bawang Merah ( Allium cepa.. L.) dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi dengan menggunakan

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan balik angin (Macaranga recurvata Gage.) dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi dengan menggunakan

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan Pidada merah ( Soneratia caseolaris (L) ) dilakukan dengan ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol..

Telah dilakukan isolasi senyawa flavonoida pada 900 gram bunga tumbuhan mawar putih (Rosa hybrida L.) secara ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol.. Filtratnya diekstraksi

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam kulit buah rambutan (Nephellium lappaceum L.) dilakukan dengan maserasi dengan pelarut metanol.. Ekstrak pekat metanol

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada daun tumbuhan jambu biji (Psidium guajava L.) dilakukan secara maserasi dengan pelarut metanol.. Ekstrak pekat metanol ditambahkan

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada daun tumbuhan Lagundi ( Vitex trifolia L.) dilakukan dengan ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol.. Ekstrak metanol