• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Hewan

Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri dari

(Echinodermata), Namun tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada

kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri. Diantara empat famili teripang hanya suku Holothuridae pada marga Holuthuria, Muelleria, dan

Stichopus yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis (Martoyo dan Aji, 2006). Teripang merupakan salah satu biota yang dapat dijadikan sebagai sumber senyawa bioaktif dari laut. Senyawa tersebut memiliki efek biologi seperti anti kanker, jamur, hemolisis dan aktivitas kekebalan tubuh (Albuntana, et al., 2011). 2.1.1 Sistematika hewan

Identifikasi sampel teripang dilakukan di pusat penelitian Oseanografi LIPI (Semper, 1868), dengan hasil sebagai berikut:

Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea

Bangsa : Aspidochirotida Grube, 1840 Suku : Holothuriidae Ludwig, 1894

Marga : Pearsonothuria Levin, Kalin & Stonink, 1984 Jenis : Pearsonothuria graeffei

2.1.2 Habitat

(2)

Umumnya, masing-masing jenis teripang mempunyai habitat yang spesifik, ada jenis teripang yang hidup berkelompok ada pula yang hidup sendiri. Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (hasil dari penguraian) binatang laut yang telah mati dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah hancuran karang dan cangkang- cangkang hewan lainnya (Widodo, 2014).

Pearsonothuria graeffei merupakan salah satu teripang yang tersebar di Makassar. Habitat dari Pearsonothuria graeffei yaitu terumbu karang, lereng terumbu, di perairan dangkal pada kedalaman 0 dan 25 meter, ia mencari makan pada malam hari dan membenamkan diri di pasir pada pagi hari (Purcell, et al., 2012).

Beberapa daerah penyebaran antara lain perairan pantai di Jawa Timur, Maluku, Irian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat Dan Nusa Tenggara Timur (Martoyo dan Aji, 2006).

2.1.3 Morfologi

(3)

Pearsonothuria graeffei berwarna krim sampai cokelat dengan bintik yang berwarna hitam tersebar ditubuhnya. Tubuhnya memanjang, lonjong dibagian perut terdapat lipatan melintang, mempunyai 23-28 tentakel pada mulut bagian depan. Permukaan punggung (dorsal) dan perut (ventral) tampak kasar. Ukuran teripang Pearsonothuria graeffei kering adalah sekitar 15 cm. Duri-duri pada teripang Pearsonothuria graeffei dapat dilihat menggunakan mikroskop dengan bentuk batang, rossete (20-90 µm), pseudo-tables (30-50 µm) yang berasal dari tubuh teripang. Pearsonothuria graeffei segar biasanya mempunyai panjang ± 45 cm dan berat yang beragam mulai dari 130 g- 700 g (Purcell, et al., 2012).

2.1.4 Kandungan kimia dan manfaat a. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoid dan sterol yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah, struktur saponin cukup rumit karena banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat (Harborne, 1987).

(4)

dengan hidrolisi dalam suasan asam atau memakai enzim, dan tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson, 1995).

b. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpenoid atau steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan senyawa ini memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrid-asam sulfat) (Harborne, 1987).

Penelitian menyebutkan bahwa triterpenoid-saponin yang terdapat di dalam hewan ini dapat menghilangkan nyeri yang biasanya dialami oleh penderita penyakit asam urat dan berperan sebagai inhibitor xantin oksidase, sehingga dapat menghambat proses pembentukan asam urat (Xu, et al., 2014).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair (Ditjen, POM., 2000).

(5)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, RI., 1995).

2.2.1 Metode ekstraksi

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan: a. Cara Dingin

Metode ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi: i. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

ii. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

b. Cara Panas

Metode dengan cara panas dibedakan menjadi: i. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

ii. Soxhletasi

(6)

pendingin balik. iii. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

iv. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih.

v. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi dengan pelarut airdengan waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) pada temperatur 90oC(Ditjen, POM., 2000).

2.3 Asam Urat

(7)

Gambar 2.1 Rumus bangun asam urat (Murray, et al., 2003)

Kadar serum asam urat normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mg/dl. Nilai ini akan meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout (Price dan Wilson, 2005). Sedangkan pada Kadar asam urat normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dL, dan tikus dikatakan hiperurisemia jika kadar asam uratnya diatas 3,0 (Anandagiri, et al., 2014). Manusia memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari hewan mamalia lain karena manusia tidak memiliki enzim urikase, yaitu enzim yang menguraikan asam urat menjadi allantoin yang mudah larut (Katzung, et al., 2002). Asam urat yang terbentuk setiap hari dibuang melalui saluran pencernaan atau ginjal. Pada kedaan normal, jumlah asam urat terakumulasi pada laki-laki kurang lebih 1200 mg dan pada perempuan 600 mg. Jumlah akumulasi ini meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Berlebihan akumulasi ini dapat berasal dari produksi asam urat berlebih atau ekskresi yang kurang (Dipiro, et al., 2008)

2.3.1 Metabolisme asam urat

(8)

dikatalis oleh nukleosida purin fosforilase sehingga akan dilepaskan senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk xantin yang masing-masing dikatalis oleh enzim xantin oxidase dan guanase. Xantin yang terbentuk akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat (Murray, et al., 2003).

2.3.3 Hiperurisemia dan gout

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal (Price dan Wilson, 2005).

Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai atritis akut berulang karena endapan natrium urat dipersendian dan tulang rawan, dapat juga terjadi pembentukan batu asam urat diginjal. Gout dikaitkan dengan kadar asam urat yang tinggi didalam serum yang merupakan senyawa yang sukar larut (Katzung, et al., 2002). Istilah gout digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang berkaitan dengan hiperurisemia. Gout adalah diagnosis klinis sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia (Mariani, et al., 2012).

(9)

Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal sejak masa Hippocrates. Pada masa itu penyakit ini sering disebut dengan “ penyakit para raja” dan “raja dari penyakit”. Julukan ini muncul karena asam urat sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan kemampuan sosial ekonomi tinggi yang sering mengkonsumsi daging, khususnya daging dari alat dalaman seperti hepar, ginjal, pankreas, dan otak (Price dan Wilson, 2005).

Pada keadaan normal kadar asam urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar asam urat pada perempuan akan meningkat seperti pada pria (Price dan Wilson, 2005).

Terdapat empat tahap perjalanan klinis gout yang tidak terobati, yaitu: a. Tahap hiperurisemia asimtomatik

Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan kadar asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.

b. Tahap arthritis gout akut

Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada cairan sinovial. Pada tahap ini gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertaidemam, menggigil dan merasa lelah.

c. Tahap interkritis

(10)

ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progesif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

d. Tahap gout kronik

Pada tahap ini terjadi timbunan asam urat yang terus bertambah. Peradangan kronik akibat kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku disertai pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Timbunan natrium urat (tofi) terbentuk pada tahap ini akibat sukar melarutnya timbunan natrium urat. Gout dapat merusak ginjal sehingga eksresi asam urat akan bertambah buruk. Batu ginjal juga dapat terbentuk sebagai akibat dari gout (Price dan Wilson, 2005).

2.4 Obat Antihiperurisemia

Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hiperusemia:

a. Golongan urikosurik

(11)

b. Golongan urikostatik

(12)

Gambar 2.2 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol (Katzung, et al., 2002)

2.5 Kafein

Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol, tidak berbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit (Ditjen, POM., 1979). Rumus bangun kafein dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Rumus kafein (Ditjen, POM., 1979)

Kafein merupakan komponen alkaloid derivat xanthin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xanthin oksidase membentuk asam urat dalam tubuh (Azizahwati, et al., 2005). Kafein merupakan stimulan sistem saraf

(13)

Gambar

Gambar 2.1 Rumus bangun asam urat (Murray, et al., 2003)
Gambar 2.2 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol  (Katzung, et al., 2002)

Referensi

Dokumen terkait

Fig. 18b shows that a substantial cumulus Cloud 2 grew up on the SE side of Band 1. This cloud formed over the along-track convergence region observed during the surface leg 20

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Jumlah cakupan (jenis) layanan

Sphere shell surface subdivision of face 4 The benefits of the sphere shell surface subdivision are that all of global grid cells are organized using quadtree structure, and

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Jumlah cakupan (jenis) layanan

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan standar. Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan

DGGs and ESSG are all the spatial data models for large-scale regional and global at the background of Digital / Smarter Earth, especially the ESSG achieves

Salam Anak mengucapkan salam bersama guru menjawab Anak Observasi Disiplin i.. Doa Anak dan guru berdoa

SK Dirjen Dikti tentang perubahan dan peraturan tambahan 5K Dirjen Dikti No ; 08/DIKTI/Kep/2002 5K Dirien Diktl tentang penyelenggaraafl program reguler dan non reguler di