• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI. communico, communicatio, atau communicare memiliki arti membuat sama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI. communico, communicatio, atau communicare memiliki arti membuat sama"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

A. Teori Relevan 1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut communication berasal dari kata Latin communis yang memiliki arti kata sama. Sedangkan communico, communicatio, atau communicare memiliki arti membuat sama (make a common). Menurut Cherry (Tyastuti, 2009) menjelaskan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih, communico yang artinya membagi. Pada hakikatnya komunikasi ialah pernyataan antar manusia, di mana terdapat proses interaksi diantara dua orang atau lebih untuk sebuah tujuan (Mulyana, 2007).

West and Turner (2008) menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan mengimpretasikan makna dalam lingkungan mereka.

Gerald R. Miller (Mulyana, 2007) menjelaskan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

6

(2)

Menurut Effendy (2009) dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung apabila adanya kesamaan makna sesuai dengan definisi tersebut pada dasarnya sesorang melakukan komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna antara manusia yang terlibat dalam komunikasi yang terjadi, dimana kesepahaman yang ada dalam benak komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) mengenai pesan yang disampaikan haruslah sama agar apa yang komunikator maksud juga dapat dipahami dengan baik oleh komunikan sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif.

Cangara (2010) menjelaskan bahwa komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karna dengan berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya.

Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

DeVito (2015) menjelaskan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan

(3)

yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau symbol-simbol yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu (Suranto, 2010).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dengan tujuan tertentu.

b. Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Lasswell (dalam Effendy, 2009), komunikasi memiliki lima unsur utama yang saling berketergantungan satu sama lain, diantaranya, yaitu:

1) Sumber (komunikator)

Sumber (komunikator) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai atau kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa menjadi seorang individu, kelompok, atau bahkan sebuah organisasi. Proses ini dikenal dengan penyandian (encoding).

2) Pesan

Pesan adalah seperangkat simbol verbal atau non-verbal yang mewakili perasaan, nilai dan gagasan dari komunikator.

(4)

3) Saluran

Saluran adalah alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk kepada penyampaian pesan, bisa melalui tatap muka, atau lewat media (cetak/elektronik)

4) Penerima

Penerima yaitu orang yang menerima pesan dari sumber, yang biasa disebut dengan sasaran/tujuan, komunikate, penyandi-balik, khalayak, pendengar, atau penafsir.

5) Efek

Efek yaitu kejadian pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, meliputi penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, atau perubahan perilaku.

c. Fungsi Komunikasi

Menurut Pearson dan Nelson (Effendy, 2009), komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sehari-hari, meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita pada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Menurut MacBride (2006) setidaknya komunikasi memiliki delapan fungsi, yaitu:

(5)

1) Informasi

Informansi adalah pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan, serta mengambil keputusan dengan tepat.

2) Sosialisasi

Sosialisai yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif dan membuat dia sadar akan fungsi sosialnya, sehingga ia dapat aktif di masyarakat.

3) Motivasi

Motivasi yakni menjelaskan tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, serta mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang dikejar bersama.

4) Perdebatan dan diskusi

Perdebatan dan diskusi yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyedakan bukti-bukti yang relevan sesuai kebutuhan masyarakat umum dengan tujuan agar

(6)

masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5) Pendidikan

Pendidikan yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mengembangkan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6) Memajukan kebudayaan

Memajukan kebudayaan, yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi, serta mendorong kreativitas seseorang sesuai kebutuhan estetikanya.

7) Hiburan

Hiburan yakni penyebarluasan simbol, sinyal, suara, dan citra dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, komedi, olah raga, dan lain sebagainya untuk kesenangan.

8) Intergrasi

Integrasi yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan menghargai kondisi, pandangan, serta keinginan orang lain.

(7)

Gorden (Mulyana, 2007) komunikasi mempunyai empat fungsi utama yaitu:

1) Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebgai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep-konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi juga menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

2) Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaiakn perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikanterutama melalui pesan non verbal. Perasaan sayang

(8)

peuli, rindu, simpati, gembira, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, manun terutama lewat perilaku nonverbal.

3) Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka.

Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Orang menziarahi makam Nabi Muhammad, bahkan menangis di dekatnya, untuk menunjukkan kecintaannya kepadanya. Para siswa yang menjadi pasukan pengibar bendera merah putih, sering dengan berlinang air mata, dalam pelantikan mereka, untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada nusa dan bangsa, terlepas dari apakah kita setuju terhadap perilaku mereka atau tidak.

4) Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibut. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui.

(9)

Nurudin (2014) menjelaskan bahwa terdapat 4 fungsi komunikasi, yaitu:

1) Menginformasikan (to inform)

Memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide (pikiran dan tingkah laku orang lain), serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2) Mendidik (to educated)

Komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3) Menghibur (to entertain)

Komunikasi selain berguna untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4) Mempengaruhi (to influence)

Mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi dan yang lebih jauh lagi berusaha untuk merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.

d. Bentuk-Bentuk Komunikasi

(10)

Mulyana (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan bentuknya, komunikasi terbagi menjadi dua yaitu:

1) Komunikasi Verval

Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang didasarkan pada interaksi antar manusia dengan menggunakan kata kata lisan maupun tulisan serta dilakukan secara sadar oleh manusia untuk saling berhubungan. Komunikasi verbal ini digunakan dalam kehidupan sehari- hari untuk manusia saling berhubungan satu sama lain. Dalam berinteraksi satu sama lain, manusia bisa tidak memberikan feedback (umpan balik atau balasan) maupun memberikan feedback.

2) Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal ialah segala aspek komunikasi selain katakata itu sendiri. Komunikasi nonverbal juga mencakup bagaimana cara komunikator mengutarakan kata-kata, keadaan lingkungan yang memengaruhi proses komunikasi, dan segala atribut yang mempengaruhi citra personal baik komunikator maupun komunikan.

Menurut Nurudin (2014) berdasarkan jumlah orang yang terlibat, komunikasi terbagi menjadi empat bentuk yaitu

1) Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal)

(11)

Nurudin (2014) menjelaskan bahwa komunikasi intrapersonal adalah peristiwa komunikasi yang terjadi dalam diri pribadi seseorang.

Bagaimana seseorang mengomunikasikan dirinya atau berbicara pada dirinya sendiri. Proses komunikasi dengan diri sendiri terjadi karena seseorang menginterpretasikan sebuah objek dan dipikirannya. Objek tersebut dapat berupa benda, informasi, alam, peristiwa, pengalaman, atau fakta yang dianggap berarti bagi manusia tersebut. Oleh karena itu setiap orang tidak sama dalam memberi interpretasi dan kepekaan diri.

2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal)

Komunikasi Antarpribadi merupakan proses komunikasi yang di lakukan secara tatap muka antara dua orang atau lebih. Devito (2015) menjelaskan komunikasi antarpribadi dilihat dari komponennya yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Menurut Liliweri (2015) komunikasi antarpribadi adalah prosedur yang mebuat dua orang bertukar infromasi, perasaan yang di sampaikan melalui pesan verbal dan nonverbal.

Nurudin (2014) menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, secara verbal ataupun nonverbal, dari yang tidak hanya

(12)

mementingkan tentang “apa” diucapkan, yaitu, bahasa yang digunkana, tapi ‘bagaimana’ cara bahasa itu di ucapkan, misal pesan nonverbal yang dikirim, seperti nada suara dan ekspresi wajah. Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).

3) Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, seminar dan sebagainya. Komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotaanggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat (Nurudin, 2014).

4) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang di harapkan dapat memengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan berbagai cara. Komunikasi massa dimana seseorang menggunakan media massa seperti internet, media sosial (instagram, facebook, twitter, whatsapp dll),

(13)

televisi, dan radio untuk menyebarluaskan informasi yang mereka dapatkan serta di harapkan dapat mempengaruhi khalayak luas melalui media tersebut (Nurudin, 2014).

Effendi (2009) menjelaskan bahwa berdasarkan konteksnya, komunikasi dibedakan menjadi beberapa bentuk diantaranya yaitu:

1) Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal)

Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal) adalah sebuah komunikasi yang dilakukan dengan diri sendiri, misalnya saat sesorang berpikir.

2) Komunikasi Antarpribadi (interpersonal)

Komunikasi Antarpribadi (interpersonal) adalah komunikasi yang terjadi antar individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi dari orang tersebut secara verbal maupun nonverbal.

3) Komunikasi Kelompok (kecil)

Komunikasi Kelompok (kecil) adalah sebuah komunikasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama kemudian berinteraksi satu sama lain untuk tujuan tersebut.

4) Komunikasi Public

Komunikasi Public adalah sebuah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak dapat dikenali satu persatu.

(14)

5) Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi adalah sebuah komunikasi dari bawahan ke atasan atau dari atasan ke bawahan

6) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah sebuah komunikasi yang menggunakan media massa. Penggunaan media massa ini dapat beragam, baik cetak maupun media elektronik.

2. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara langsung antara dua individu yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger, Dalmon & Stafford, 2012). Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara individu – individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap komunikan menangkap reaksi individu lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007).

Komunikasi interpersonal juga didefinisikan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-

(15)

orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (De vito, 2015).

Sarwono (2009) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi didalam diri sendiri, didalam diri manusia terdapat komponen – komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat.

Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing – masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain.

Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari diri seseorang.

Suciati (2015) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga penerapannya perlu memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Komunikasi lisan (oral communication) ialah proses pengiriman pesan dengan bahasa lisan. Komunikasi lisan mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

1) Keuntungan terbesar dari komunikasi lisan adalah kecepatannya, dalam arti ketika kita melakukan tindak komunikasi dengan orang lain, pesan dapat disampaikan dengan segera. Aspek kecepatan ini akan bermakna kalau waktu menjadi persoalan yang esensial.

(16)

2) Munculnya umpan balik segera (instant feedback). Artinya penerima pesan dapat dengan segera memberi tanggapan atas pesan-pesan yang kita sampaikan.

3) Memberi kesempatan kepada pengirim pesan untuk mengendalikan situasi, dalam arti sender dapat melihat keadaan penerima pesan pada saat berlangsungnya tindak komunikasi tersebut. Jika kita memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik, memungkinkan pesan-pesan yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas dan cukup efektif untuk dapat diterima oleh receiver.

b. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Sendjaja (2005) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaanya komunikasi interpersonal memiliki tujuan diantaranya yaitu:

1) Mengenal diri sendiri dan orang lain

Maksudnya dengan membicarakan diri sendiri pada orang lain maka akan mendapat perspektif baru tentang diri sendiri. Dan dengan komunikasi interpersonal dapat membuka diri pada orang lain yang dan berlanjut juga akan mengenal orang lain lebih mendalam

2) Mengetahui dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal memungkinkan untuk memahami apa yang ada disekitar dengan baik.

3) Menciptakan dan melihara hubungan menjadi bermakna

(17)

Manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi dengan lainnya. Komunikasi interpersonal mengarahkan untuk mencari perhatian dan diperhatikan orang lain.

4) Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi interpersonal sering terjadi upaya mempengaruhi, merubah sikap dan perilaku orang lain. Seseorang ingin mengikuti cara dan pola yang dimiliki.

5) Bermain dan menjadi hiburan

Komunikasi interpersonal dapat memberi hiburan, rasa tenang, santai dari berbagai kesibukan dan tekanan.

Suciati (2015) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1) Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya di maksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain dan

(18)

untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.

2) Menemukan diri sendiri

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenai jati diri atau dengan kata lain menemukan diri sendiri.

3) Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Jadi komunikasi merupakan “jendela dunia”, karena dengan berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar.

4) Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Oleh karena itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.

5) Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

(19)

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

6) Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

Seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Di samping itu juga dapat mendatangkan kesenangan, karena komuniksi interpersonal dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.

7) Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komuniksi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara

(20)

langsung menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.

8) Memberikan bantuan (konseling)

Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan masyarakat pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh menujukkan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang memerlukan. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselor maupun konseli dalam interaksi interpersonal sehari-hari.

c. Bentuk-Bentuk Komunikasi Interpersonal

Wood (2009) mengatakan bahwa ada tiga bentuk proses dalam komunikasi interpersonal, yaitu:

1) Model Linear

Model linear awal ini memiliki kekurangan yang nyata. Hal tersebut digambarkan sebagai komunikasi satu arah-dari pengirim ke penerima pasif. Implikasinya adalah pendengar tidak pernah mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa yang diakatakan pembicara. Ini bukanlah komunikasi yang seharusnya. Sebagai respon dari komunikator, pendengar biasanya akan mengangguk, mengerutkan dahi, tersenyum, terlihat bosan atau tertarik, dan sebagainya. Terdapat kekeliruan dalam model linear, yaitu menampilkan proses mendengar sebagai tahap setelah proses bicara.

(21)

Pada kenyataanya, berbicara dan mendengar adalah dua proses yang terjadi secara bersamaan dan tumpang tindih. Dalam konteks pekerjaan, karyawan saling bertukar gagasan dan merespon apa yang disampaikan oleh rekanya. Dalam situasi seperti ini, proses berbicara dan mendengarkan dapat terjadi dalam waktu bersamaan. Ketika berkomunikasi di dunia maya, begitu mengirimkan pesan, saat itu juga dapat menerima pesan balasan dari lawan bicara. Orang – orang dalam berkomunikasi sering kali mengirimkan dan menerima pesan, serta beradaptasi satu dengan yang lainnya (Julia, 2013).

Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi (Hidayat, 2012).

2) Model Interaktif

Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagai proses di mana pendengaran memberikan umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan dan menerjemahkan pesan dalam konteks pengalaman pribadinya. semakin banyak pengalaman seorang

(22)

komunikator dalam berbagai kebudayaan, akan semakin baik pemahamanya terhadap orang lain.

Ketika pengalaman berkomunikasi masih minim, kesalah pahaman sangat mungkin terjadi. Meski model interaktif adalah pengembangan dari model linear. Sistemnya masih memandang komunikasi sebagai urutan dimana ada orang yang berperan sebagai pengirim pesan dan ada pihak lain sebagai penerima pesan. Pada kenyataanya, orang yang terlibat dalam dalam proses komunikasi bisa bertindak sebagai pengirim sekaligus penerima pesan. Model interaktif tidak mampu menangkap cara dan pergerakan alami komunikasi interpersonal yang berubah dari waktu ke waktu. Contohnya, dua orang dapat berkomunikasi secara terbuka setelah sebelumnya saling bertukar e-mail lewat internet. Atau dua orang rekan kerja yang mampu berkomunikasi efektif setelah sama – sama tergabung dalam tim kerja perusahaan.

3) Model Transaksional

Model transaksional menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan selama proses interaksi. Salah satu ciri dari model ini adalah penjelasan mengenai waktu yang menunjukkan fakta bahwa pesan, gangguan, dan pengalaman senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Model transaksional menganggap bahwa gangguan muncul diseluruh proses komunikasi interpersonal. Pengalaman dari

(23)

setiap komunikator dan pengalaman yang dibagikan dalam proses komunikasi berubah setiap waktu.

Ketika bertemu dengan orang baru dan menemukan pengalaman yang memperkaya perspektif, individu mengubah cara berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang dilakukan intens dalam waktu cukup lama akan membuat hubungan personal menjadi semakin santai dan akrab. Misalnya, orang – orang yang berteman didunia maya terkadang memutuskan untuk melakukan kopi darat (bertemu) dengan berinteraksi langsung di dunia nyata. Pertemuan tersebut dapat berkembang menjadi persahabatan atau bahkan hubungan percintaan.

Julia (2013) menjelaskan bahwa dalam model transaksional juga terdapat penjelasan bahwa komunikasi terjadi dalam sistem yang mempengaruhi apa dan bagaimana seseorang dapat berkomunikasi serta apa makna yang tercipta dari proses tersebut. Sistem ini termasuk dalam lingkungan bersama (shared system) antara komunikator (kampus, kota, tempat kerja, agama, komunitas sosial, atau kebudayaan) dan lingkungan personal (keluarga, komunitas agama, dan sahabat karib). Model komunikasi transaksional tidak melihat seseorang berperan sebagai komunikator atau komunikan. Kedua pihak yang berkomunikasi berada dalam posisi yang setara dan saling bertukar peran secara bersamaan.

Artinya, selama proses komunikasi, anda bisa menjadi pihak yang mengirimkan pesan (dengan berbicara atau menggunakan kepala),

(24)

menerima pesan, atau melakukan keduanya dalam waktu bersamaan (menginterpretasikan pesan dari orang lain sambil menganggukkan kepala sebagai tanda setuju).

d. Ciri-ciri komunikasi Interpersonal

Suranto (2011) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dengan komunikasi lainya, maka dapat ditemukan ciri-ciri komunikasi antarpribadi atau interpersonal, antara lain:

1) Arus pesan dua arah.

Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti pesan secara cepat.

Seorang sumber pesan dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

2) Suasana non formal.

Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana non formal. Seperti percakapan intim dan lobi, bukan forum formal sepereti rapat.

3) Umpan balik segera.

Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator

(25)

dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun non verbal.

4) Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.

Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tertentu.

Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukkan keintiman hubungan antar individu.

5) Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secra simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.

e. Komponen-Koomponen Komunikasi Interpersonal

Menurut De vito (2015) terdapat beberapa komponen dalam komunikasi interpersonal diantaranya yaitu:

1) Pengirim – Penerima

Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, contoh komunikasi antara orang tua dan anak.

(26)

2) Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

3) Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bsa terbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4) Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung keada khalayak. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar

(27)

dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain sebagainya).

5) Gangguan atau Noise

Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsung komunikasi.

6) Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.

7) Bidang Pengalaman

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

8) Efek

(28)

Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasn. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka.

f. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Wood (2009) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai delapan karakteristik, yakni:

1) Selektif

Kita tidak mungkin berkomunikasi secara akrab dengan semua orang yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita berusaha untuk membuka diri seutuhnya hanya dengan beberapa orang yang dikenal baik.

2) Sistemis

Dikatakan bersifat sitemis karena ia terjadi dalam sistem yang bervariasi.

Komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya. Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi interpersonal.setiap sistem mempengaruhi apa yang kita harapkan dari orang lain. Cara manusia berkomunikasi sangat beragam dan bervariasi.

3) Unik

(29)

Pada tingkatan yang paling dalam komunikasi interpersonal sangat unik, pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak tergantikan.

4) Processual

Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring berjalannya waktu.

Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat berkembang dari masa ke masa.

5) Transaksional

Pada dasarnya, komunikasi interpersonal adalah proses transaksi antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan anda di kantor menjelaskan sebuah gagasan, anda mengangguk sebagai tanda kalau anda paham. Ketika anda dimarahin orangtua, bisa jadi kepala anda tertunduk sebagai tanda rasa bersalah.

6) Individual

Kita mengetahui bahwa bagian terdalam dari komunikasi interpersonal melibatkan manusia sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang lain

(30)

7) Pengetahuan personal

Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia. Agar dapat memahami keunikan individu, kita harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal.

8) Menciptakan makna

Komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Kita tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi. Kita menciptakan makna seperti kita memahami tujuan setiap kata dan perilaku yang ditampilkan oleh orang lain.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Rakhmat (2007) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal ada empat, yaitu:

1) Persepsi Interpersonal

Pengaruh persepsi interpersonal pada komunikasi interpersonal sudah jelas perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Bila anda diberitahu bahwa dosen anda yang baru itu galak dan tidak senang dikritik, anda akan berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan.

2) Konsep Diri

(31)

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari kuliah yang sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

3) Atraksi Interpersonal

Pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketiak kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

4) Hubungan Interpersonal

Pola-pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.

Wood (2009) mengatakan ada 3 faktor yang mepengaruhi komunikasi interpersonal, yaitu:

1) Etika

(32)

Etika adalah cabang dari filsafat yang fokus pada prinsip moral dan aturan terkait perilaku. Etika menaruh perhatian pada masalah benar dan salah. oleh karena komunikasi interpersonal bersifat tidak dapat ditarik kembali, ia selalu memiliki dampak dalam etika antarmanusia. Apa yang kita katakana dan apa yang kita lakukan berpengaruh terhadap orang lain.

Dengan demikian, orang yang bertanggung jawab selalu berhati-hati dengan etika dalam komunikasi.

2) Makna

Proses pemaknaan muncul dari bagaimana kita menginterpretasikan komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal, seorang selalu menerjemahkan apa yang dikatakan oleh orang lain.

3) Hubungan

Komunikasi interpersonal adalah cara utama untuk membangun dan meperbaiki sebuah hubungan. Bagaimana cara kita menangani masalah, Apakah dengan konfrontasi, menjauh, atau menggunakan strategi khusus untuk segera meperbaiki hubungan. Oleh karena komunikais tidak memiliki makna intrinsik, kita harus membangkitkan pemahaman pribadi terkait komunikasi.

h. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

(33)

Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum. Devito (2015) menyebutkan lima hal yang menandai terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif yaitu keterbukaan (openness), empati, sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1) Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi, yaitu:

a) Komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakkan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi.

Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri – mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

b) Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk beraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya meurpakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang beraksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan dan kita berhak mengaharpkan hal ini.

Tidak ada yang lebih buruk dari ketidakacuhan – bahkan

(34)

ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara beraksi secara spontan terhadap orang lain.

c) Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.

Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang Anda lontarkan adalah memang “milik” Anda dan Anda bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan.

2) Empati (Empaty)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Truax (2009) menjelaskan bahwa empati melibatkan kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun fasilitas verbal melalui beberapa langkah berikut:

a) Langkah pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan mengkritik. Fokusnya adalah pada pemahaman.

b) Kedua, makin banyak Anda mengenal seseorang – keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya, dan sebaginya –

(35)

makin mampu Anda melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan seperti apa yang dirasakannya.

c) Ketiga, cobalah merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Mainkanlah peran orang itu dalam pikiran Anda (atau bahkan mengungkapkannya keras-keras).

Backrack (2008) menjelaskan bahwa seseorang yang dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.

Secara non verbal, individu dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan beberapa hal, diantarana yaitu:

a) Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak - gerik yang sesuai

b) Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik

c) Sentuhan atau belaian sepantasnya.

3) Sikap Mendukung (Supportiveness)

Sikap mendukung dalam suatu komunikasi interpersonal dapat mengurangi sikap defensive dalam interaksi, dimana hal tersebut bisa menimbulkan gangguan dan mengurangi efektivitas komunikasi. Devito (2015) menjelaskan bahwa sikap mendukung dalam komunikasi adalah perilaku yang lebih mendeskripsikan daripada mengevaluasi dan sementara daripada pasti. Pesan deskriptif menyatakan kondisi objek secara relatif apa yang kita lihat atau apa yang kita rasa, seperti melawan

(36)

untuk menilai pesan, yang mengekspresikan pendapat kita dan penilaian kita.

Pesan deskriptif mungkin membuat orang lain merasa didukung, di sisi lain menghakimi atau menilai pesan, mungkin membela diri. Ini tentu saja tidak berarti semua komunikasi evaluatif bertemu dengan tanggapan membela diri. Contohnya, seseorang akan menjadi aktor jika mau meningkatkan teknik, sering menyambut evaluasi positif maupun negatif.

Untuk mempunyai sikap mendukung, seseorang harus:

a) Menghindari tuduhan atau menyalahkan (“Saya sebaiknya tetap pada pekerjaan lama saya dan tidak mendengarkan saran kakakmu”)

b) Menghindari kondisi mengevaluasi secara negatif (“Apakah kakak perempuanmu tidak kelihatan mengerikan dengan gaun merah?”) c) Mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran terbuka

dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali perubahan cara kita berpikir dan melakukan sesuatu

d) Menanyakan pendapat orang lain, dan tunjukkan ini sangat penting untuk kita. Tolak godaan untuk terlalu fokus pada cara kita memandang sesuatu.

4) Sikap Positif (Positiveness)

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan

(37)

positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Devito (2015) menjelaskan bahwa individu dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi melalui dua cara, yaitu:

a) Sikap.

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

b) Dorongan (stroking).

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosa kata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antar manusia secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. Dorongan positif ini mendukung citra-pribadi kita dan membuat kiat merasa lebih baik. Sebaliknya, dorongan negatif bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.

(38)

5) Kesetaraan (Equality)

Pada setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar- benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasanannya setara.

Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga. Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerma pihak lain atau, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Menurut Rahmat (2010), komunikasi interpersonal dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi menjadi hal yang menyenangkan bagi pelaku komunikasi, dengan kata lain komunikasi akan lebih efektif jika para pelaku saling menyukai. sebagai bentuk perilaku setiap individu, dapat berubah dan sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih buruk dan pada saat tertentu juga bisa lebih baik.

3. Gaya Hidup Sehat

(39)

Gaya Hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang dipikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya (Kotler, 2014). Menurut Sutisna (2008:145) gaya hidup masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah, sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen. Sedangkan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan No 23 tahun 1992).

Berdasarkan World Health Organization (2012) sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Secara luas sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal (seperti psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Saam & Wahyuni, 2012). Menurut Lukaningsing (2011) pada kesehatan fisik seringkali dipengaruhi oleh pikiran atau non-fisik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sehat secara fisik maka non-fisik harus mendukung.

Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan individu meliputi fisik, psikis, sosial dan spiritual.

(40)

Menurut Marmi & Margiyati (2013) gaya hidup sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Gaya hidup sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa gaya hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan mencegah atau menghindari penyebab datangnya penyakit atau masalah kesehatan (preventif), serta perilaku dalam mengupayakan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif).

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2009). Waluko (2010) menjelaskan bahwa bahwa gaya hidup adalah resultan dari apa yang menjadi aktivitas seseorang (A), apa yang menjadi interestnya (I), dan apa yang menjadi opininya (O). Gaya hidup sehat mengarahkan agar AIO seseorang sesuai dengan standart-standart kesehatan. Becker (dalam Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator gaya hidup sehat, diantaranya yaitu:

a. Makan dengan Menu Seimbang (appropriate diet)

(41)

Menu seimbang disini artinya kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

b. Olahraga Teratur

Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk berolahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung pada usia, dan status kesehatan yang dimiliki.

c. Tidak Merokok

Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia, seolah- olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok.

d. Tidak Minum-Minuman Keras dan Narkoba

Kebiasaan minum-minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1%

penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum-minuman keras.

e. Istirahat yang Cukup

(42)

Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan seseorang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat menjadi berkurang. Hal ini dapat nmembahayakan kesehatan seseorang.

f. Mengendalikan Stress

Stress akan terjadi pada saja, dan akibatnya dapat bermacam-macam bagi kesehatan. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang, apabila kita tidak bisa kendalikan stress tersebut. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

B. Penelitian Terdahulu

1. Andi Muhammad Adha (2017) melakukan penelitian dengan judul Interpersonal Communication Between Instructor And Member In Running Healthy Lifestyles At Fitness Hotel Grand Elite Pekanbaru. Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya komunikasi interpersonal instruktur dan anggota berjalan dengan baik. Pertama, keterbukaan instruktur dananggota tidak butuh waktu lama untuk mengenal satu sama lain dan anggota dalam waktu rata-rata 14 hari sudah bisa merasa nyaman dan percaya diri masalah yang berhubungan dengan fisikmasalah. Kedua, empati adalah ketika anggota memberikan pendapat yang dimiliki instruktur rasa empati yang baik dalam masalah yang dirasakan anggota dan dalam pelatihan. Ketiga, sikap mendukung dengan sikap dan perilaku pengajar sekaligus memotivasi anggotadan gaya komunikasi yang mereka gunakan mudah dipahami dan tidak menyinggung perasaan anggota.

(43)

Keempat, sikap positif dibuktikan dengan tidak adanya keluhan dari anggota sikap, karakter dan gaya instruktur Di Grand Hotel Elite Hotel Pekanbaru.

Kelima, kesetaraan lebih didominasi oleh instruktur dari anggota, tetapi instruktur masih terbuka untuk menerima saran dan masukan dari member.

2. Flora Ariesta (2017) melakukan penelitian dengan judul Komunikasi Antarpribadi Antara Pelatih dan Anggota Pusat Kebugaran dalam Latihan Olahraga (Studi Kasus Gold’s Gym Mal Ciputra). Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam pelatihan olahraga, pelatih menggunakan komunikasi antarpribadi sehingga anggota dapat memahami dengan baik pesan yang disampaikan oleh pelatih.

3. Saputra (2016) melakukan penelitian dengan judul Komunikasi Interpersonal Pelatih Sepakbola Di Pusat Latihan Tim Sepakbola PSIM Yogyakarta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa resentase tertinggi komunikasi interpersonal pelatih sepakbola di PSIM Yogyakarta berada pada kategori baik dan cukup dengan pertimbangan presentase berada pada kategori sangat baik 1 orang atau 4%, baik 8 orang atau 32%, cukup 6 orang atau 24%, kurang 8 orang atau 32%

dan sangat kurang 2 orang atau 8%.

4. Fajar Wira Muhamad (2017) melakukan penelitian dengan judul Komunikasi Interpersonal Antara Personal Trainer Dengan Member Di Urban Gym Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal yang meliputi keterbukaan, empati, sikap positif, sikap dukungan, dan kesetaraan sebagai komponen yang diimplementasikan pada saat personal

(44)

trainer berinteraksi dengan member. Efektifitas komunikasi interpersonal keterbukaan dapat dilihat dari kedekatan yang tejalin antara personal trainer dengan member. Empati menunjukan adanya sikap saling peduli. Sikap positif yang berujuan untuk membangun suasana komunikasi menjadi lebih menyenangkan. Sikap dukungan untuk memberi semangat dalam proses sesi latihan. Kesetaraan untuk menempatkan diri dalam kedudukan yang sama yaitu menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lain tanpa memandang latar belakang.

5. Sakti, Ari Rahma Anggi (2020) melakukan penelitian dengan judul Proses Komunikasi Antarpribadi Instruktur Dan Siswa Modelling Di Lembaga Kursus Dan Pelatihan Colour Models Management Asmat Pro Yogyakarta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses komunikasi antarpribadi instruktur dan siswa modelling diawali dari keinginan pelaku komunikasi tersebut, dalam hal ini dilakukan oleh instruktur atas dasar untuk memenuhi tanggung jawab;

Kemudian instruktur mengencoding hal-hal yang menyangkut proses kursus menjadi sebuah pesan; Dikirim dengan saluran yang dipilih oleh pengirim pesan yaitu secara langsung melalui tatap muka; Pesan dikirim dan diterima oleh siswa modelling; Siswa modelling mendecoding pesan tersebut sesuai dengan pengetahuannya; Kemudian siswa modelling memberikan umpan balik pada instruktur.

6. Yumi & Jin (2018) melakukan penelitian dengan judul The relationship between communication competence and exercise participation type: focusing

(45)

on joining clubs and using fitness applications. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan subfaktor kompetensi komunikasi terhadap jenis partisipasi latihan (klub, penggunaan aplikasi). Fokus kompetensi komunikasi pada bagian komunikasi dari kompetensi interpersonal individu. Oleh karena itu, kompetensi komunikasi dapat diprediksi terkait dengan jenis partisipasi latihan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan sebagai akibat dari hubungan antara kompetensi komunikasi dan jenis partisipasi latihan. Dalam hal keanggotaan klub, perbedaan yang signifikan ditemukan dalam keterampilan kompetensi komunikasi.

7. Basir & Basir (2020) melakukan penelitian dengan judul The influence of interpersonal communication and work culture on teacher performance in Junior High School at Wajo Regency (Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dan budaya kerja pada kinerja guru pada guru SMP di Wajo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Interpersonal komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, budaya kerja memiliki efek langsung dan memberikan kontribusi yang besar terhadap kinerja guru.

8. Alawamleh & Lana (2020) melakukan penelitian yang berjudul The effect of online learning on communication between instructors and students during Covid-19 pandemic. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi apakah pembelajaran online berpengaruh terhadap komunikasi antara instruktur dan

(46)

siswa secara negatif, apakah pembelajaran online mempengaruhi tingkat produktivitas siswa dan untuk mengevaluasi dan menyarankan cara untuk meningkatkan komunikasi online yang efektif antara instruktur dan siswa. Hasil mengungkapkan bahwa sebagian besar setuju dengan pertanyaan penelitian.

Siswa masih lebih suka kelas kelas daripada kelas online karena banyak kendala yang mereka hadapi saat mengikuti kelas online, seperti kurangnya motivasi, pemahaman materi, penurunan tingkat komunikasi antara siswa dan mereka instruktur dan perasaan mereka terisolasi yang disebabkan oleh kelas online.

9. Jalaludin (2014) melakukan penelitian yang berjudul Interpersonal Communication Skills among the Master’s Students in TVET. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat unsur keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa semester akhir mahasiswa sarjana di Universitas Tun Hussein Onn Malaysia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar keterampilan komunikasi verbal tingkat kemahiran tinggi dalam komunikasi interpersonal. Hasilnya akan menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin dalam keterampilan interpersonal dan tidak ada hubungan antara tingkat keterampilan interpersonal responden dengan latar belakang pendidikan sarjana.

10. Saeid & Batoul (2018) melakukan penelitian dengan judul Relationship Between Group Learning and Interpersonal Skills With Emphasis on the Role of Mediating Emotional Intelligence Among High School Students. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara pembelajaran

(47)

kelompok dan keterampilan interpersonal, dengan penekanan tentang peran mediasi kecerdasan emosional di kalangan siswa sekolah menengah di Teheran.

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa pembelajaran kelompok juga secara langsung mempengaruhi keterampilan interpersonal dan kecerdasan emosional dan secara tidak langsung mempengaruhi keterampilan interpersonal melalui kecerdasan emosional.

C. Kerangka Pemikiran

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2009). Menurut Waluko (2010) menjelaskan bahwa bahwa gaya hidup adalah resultan dari apa yang menjadi aktivitas seseorang (A), apa yang menjadi interestnya (I), dan apa yang menjadi opininya (O). Gaya hidup sehat mengarahkan agar AIO seseorang sesuai dengan standart-standart kesehatan.

Fitness merupakan salah satu jenis kegiatan olah raga yang dapat membentuk individu berperilaku gaya hidup sehat. Namun tidak semua orang dapat menjadikan fitness sebagai gaya hidup sehat dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan tentang dunia fitness itu sendiri. Oleh sebab itu beberapa tempat olahraga fitness (fitness center) menyediakan jasa Personal Trainer (PT) atau instruktur untuk membantu para anggotanya untuk melakukan olah raga serta latihan yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing.

(48)

Instruktur adalah orang yang membantu pelanggan dalam menjalankan fitness secara baik dan benar. Setiap Instruktur memiliki cara, pendekatan serta komunikasi yang berbeda-beda kepada para anggotanya hal ini dikarena seperti setiap manusia memiliki sifat, karakter, kepentingan, dan tujuan yang berbeda- beda, begitupun dengan para anggota yang memiliki tujuan pencapaian tubuh idealnya masing-masing. Oleh sebab itu, seorang instruktur harus mampu mengenal karakter para anggotanya dengan baik dalam rangka tercapainya tujuan yang menjadi kepuasan para anggotanya melalui sebuah komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara bertatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung (Cangara, 2010). Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu untuk saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu lainnya (Hanani, 2017). Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh instruktur dan anggota fitness merupakan salah satu kunci keberhasilan gaya hidup sehat. Bentuk komunikasi ini dapat berupa konsultasi, tanya jawab, program dan pola latihan hingga motivasi serta edukasi terhadap para membernya. Oleh sebab seberapa intens dan efektif suatu komunikasi dapat dibangun sangatlah penting bagi seorang personal trainer atau instruktur dengan anggotanya agar pesan yang disampaikan dapat berjalan dengan lancar.

(49)

Thunder Fitness merupakan salah satu Fitness centre di kota Surakarta yang berupaya memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para anggotanya melalui fasilitas-fasilitas yang lengkap, program latihan yang sesuai serta instruktur yang membantu para anggotanya untuk bergaya hidup hidup sehat.

Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa ketika seorang instruktur berkomunikasi dengan anggotanya didalam suatu sesi latihan, terjadi komunikasi interpersonal yang sifatnya dialogis atau berupa percakapan langsung antara dua individu. Uniknya, seorang instruktur fitness mampu membantu seorang anggotanya untuk bergaya hidup sehat serta memiliki postur tubuh yang ideal hanya memlaui komunikasi dalam sesi latihan yang dilakukan. Meskipun pada dasarnya setiap anggota memiliki karakteristik genetik tubuh dan sifat yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal sangat penting dan efektif terutama dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses komuniksi interpersonal yang terjadi antara instruktur dan anggota thunder fitness dalam menjalankan gaya hidup sehat.

Referensi

Dokumen terkait

Kredibilitas pesan eWOM dapat dilihat dari kualitas informasi pesan eWOM yang disampaikan. Kualitas informasi pesan eWOM mencakup tentang isi dari pesan yang

Komunikasi massa diartikan umum sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media baik cetak maupun elektronik7. Komunikasi massa

Komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi, apabila komunikator mengutarakan pesan ke komunikan untuk tujuan khusus, yang mana komunikasi hanya bisa terjadi

Televisi termasuk media komunikasi massa yang memiliki ciri komunikasi yang berlangsung satu arah, komunikator melembaga, pesan yang disampaikan bersifat umum, dan

Model komunikasi schramme ini bukan hanya sekedar penyampaian pesan, namun bagaimana pesan itu diolah melalui menyandian ( ecoder) oleh komunikan dan

Pada komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tertunda (delayed), artinya komunikan tidak dapat secara langsung memberikan respon terhadap pesan yang telah diterimanya dari

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda berbeda dengan umpan balik pada komunikasi antar pribadi, akan tetapi konsep umpan balik yang tertunda pada

Ketika seorang guru memberikan materi kepada siswa, maka secara tidak langsung akan terjadi proses komunikasi, dan apabila komunikasi berjalan baik, maka ada umpan balik