BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi 2.1.2 Pengertian Akuntansi
Menurut Purwaji dkk (2016:2), “Akuntansi adalah suatu sistem informasi, yang mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).” Menurut Rudianto (2012:4) berpendapat bahwa “Akuntansi adalah
sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.”
Adapun Bahri (2016:2) menyatakan “Akuntansi adalah seni pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa , sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui umum.
Berdasarkan pengertian pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pengukuran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.
2.1.2 Tujuan Akuntansi
Wardiyah (2016:31), menyatakan bahwa “Pada umumnya tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari satu kesatuan ekonomi kepada pihak- pihak yang berkepentingan, sedangkan hasil proses akuntansi yang berbentuk
laporan keuangan diharapkan dapat membantu bagi pemakai informasi keuangan.”
2.2 Siklus Akuntansi
Menurut Bahri (2016:18), “Siklus Akuntansi adalah tahapan-tahapan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatn berikutnya.”
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Sumber: Samryn (2014)
1) Bukti Transaksi
Bahri (2016:19) menyatakan bahwa “Transaksi adalah semua kegiatan perusahaan yang dapat diukur dengan nilai uang dan kegiatan perusahaan yang mengakibatkan berubahnya posisi keuangan perusahaan.”
Purwaji dkk (2016:72) menyatakan bahwa “Bukti transaksi adalah dokumen yang digunakan oleh perusahaan sebagai dasar pencatatan di dalam buku harian atau jurnal.” Berdasarkan sumber pembuatannya bukti transaksi dapat dikelompokkan menjadi bukti transaksi internal dan eksternal, yang terdiri atas:
Analisis Transaksi
Jurnal Transaksi
Posting Buku Besar
Neraca Saldo
Jurnal Penyesuaian
Neraca Disesuaikan Laporan
Keuangan Jurnal
Penutup Neraca Setelah
Penutupan
a) Bukti Transaksi Internal:
1) Bukti Kas Masuk, bukti yang berisi tentang transaksi berhubungan dengan penerimaan kas.
Bukti Kas Masuk
PT. XYZ BKM Jl. Yy No.01 No:
Makassar Tanggal:
No. Telp. (021)
BUKTI KAS MASUK
Telah diterima dari :
Jumlah diterma :
Keterangan :
Rp. XXX
Dibukukan Oleh : Diterima Oleh :
2) Bukti Kas Keluar, bukti yang berisi tentang transaksi yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
Bukti Kas Keluar
PT. XYZ BKK Jl. Yy No.01 No:
Makassar Tanggal:
No. Telp. (021)
BUKTI KAS KELUAR
Telah diterima dari :
Jumlah diterma :
Keterangan :
Rp. XXX
Dibukukan Oleh : Disetujui Oleh :
3) Bukti Memorial, bukti yang berisi tentang transaksi harian yang tidak menyangkut transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas, misalnya pembelian secara kredit dan pendapatan yang belum diminta. Bukti ini biasanya digunakan juga untuk membuat jurnal penyesuaian.
Bukti Memorial
PT. XYZ BM Jl. Yy No.01 No:
Makassar
Tanggal:
No. Telp. (021)
BUKTI MEMORIAL
Telah diterima dari :
Jumlah diterma :
Keterangan :
Rp. XXX
Dibukukan Oleh : Dibukukan Oleh :
b) Bukti Transaksi Eksternal:
Bukti Faktur, bukti transaksi dimana perusahaan telah melakukan penjualan barang ataupun jasa secara kredit.
Bukti Faktur
PT XYZ Faktur No : FK- JL. Yy N0.01 Makassar Tanggal : No Telp. (021)
FAKTUR
Nama Pembeli : Alamat :
No Keterangan Unit Harga Satuan Jumlah
Penjualan PPN 10%
Piutang usaha
Rp xxx Rp xxx Rp xxx
2) Jurnal (journal)
Bahri (2016:30) menyatakan bahwa “Jurnal adalah pencatatan yang sistematis dan kronologis atas transaksi keuangan yang terjadi pada suatu perusahaan.”
Journal merupakan langkah awal dalam siklus akuntansi yang berbentuk kolom-
kolom yang berisi tanggal (date), nama rekening/ keterangan (account name), referensi (ref), debet dan kredit. Jurnal adalah catatan yang berupa pendebetan dan pengkreditan atas pengaruh transaksi dan disertai penjelasan-penjelasan ang diperlukan untuk transaksi tersebut. Sedangkan proses mencatat sebuah tranaksi pada jurnal disebut menjurnal. Jurnal dapat dikelompokan dalam beberapa jenis, antara lain:
a) Jurnal Umum
Menurut Rudianto (2012:71), “Jurnal umum atau jurnal transaksi adalah catatan sistematis dan kronologis yang dimiliki perusahaan atas transaksi yang telah dilakukan.”
Tabel 2.1 Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Ref Jumlah
Debet Kredit
b) Jurnal Khusus
Menurut Rudianto (2012:147), “Jurnal khusus adalah buku jurnal yang hanya digunakan untuk mencatat satu jenis transaksi saja.” Jurnal khusus pada suatu perusahaan dapat dibagi menjadi empat yaitu:
a) Jurnal Khusus Penjualan:
Tabel 2.2 Jurnal Penjualan
Tanggal Keterangan Ref Debit
Piutang Usaha Lai-lain
b) Jurnal Khusus Pembelian:
Tabel 2.3 Jurnal Pembelian
Tanggal Keterangan Ref Kredit
Utang Usaha Lain-lain
c) Jurnal Khusus Penerimaan Kas Tabel 2.4 Jurnal Penerimaan Kas
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas Potongan Penjualan Piutang Lain-lain
d) Jurnal Pengeluaran Kas
Tabel 2.5 Jurnal Pengeluaran Kas Tanggal Keterangan
Debet Kredit
Utang Pembelian Beban Operasi
Lain- lain
Pot.
Pembelian Kas
3) Akun
Akun adalah kelas informasi dalam sistem akuntansi atau media yang digunakan untuk mencatat informasi sumber daya perusahaan dan informasi lainnya berdasarkan jenisnya. Sebagai contoh, akun kas, akun piutang, akun modal saham, dan sebagainya. Adapun Purwaji dkk (2016:88), “Sifat akun dapat digolongkan menjadi dua yaitu, akun rill dan akun nominal.” Akun rill adalah akun yang bersifat permanen, dimana akun-akun tersebut tidak ditutup pada saat menyusun laporan keuangan. Akun rill merupakan akun-akun yang ada di neraca.
Sedangkan akun nominal adalah akun-akun yang bersifat sementara, dimana akun-akun tersebut dibentuk selama periode berjalan dan ditutup setelah
menyusun laporan keuangan pada akhir periode. Akun-akun nominal adalah akun- akun yang ada di laporan laba rugi.
Menurut Purwaji dkk (2016:89), “Daftar akun adalah daftar yang berisikan akun-akun (nama akun dan nomor akun) yang dimiliki oleh suatu perusahaan.”
Nama akun dan nomor akun diurutkan berdasarkan urutan di dalam persamaan akuntansi yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas.
4) Posting ke Buku Besar
Menurut Muslichah dkk (2018:28), “Buku besar merupakan kumpulan rekening yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang disusun dan dikelompokkan sesuai dengan pos-pos laporan keuangan.” Posting adalah aktivitas memindahkan catatan pada Buku Jurnal ke dalam Buku Besar dengan jenis transaksi dan nama akun masing-masing.
5) Neraca Saldo
Menurut Bahri (2016:58), “Neraca saldo adalah daftar yang menunjukan saldo debet dan saldo kredit dari buku besar setiap rekening aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban atau daftar akun-akun buku besar dengan saldo debet atau kredit.”
6) Jurnal Penyesuaian
Menurut Muslichah dkk (2018:28), “Jurnal penyesuaian adalah jurnal untuk menyesuaikan saldo rekening-rekening ke saldo yang sebenarnya sampai akhir periode pelaporan atau untuk memisahkan antara pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode lain.” Adapun Purwaji dkk (2016:127), “Tujuan dari
proses penyesuaian adalah untuk melaporkan secara wajar posisi aset, kewajiban, ekuitas, dan beban.”
Rekening yang membutuhkan penyesuaian menurut Bahri (2016:76), adalah sebagai berikut:
a) Beban yang masih harus dibayar
Sebelumnya menyusun laporan keuangan terdapat beban yang harus dibayar yang timbul dari periode yang lalu. Beban yang merupakan periode akuntansiberjalan harus diakui pada periode pelaporan tersebut.
b) Pendapatan yang masih harus diterima
Pada akhir periode pelaporan terdapat pendapatan yang belum di terima secara tunai yang menjadi hak perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengakui dan mencatat pendapatan ini.
c) Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah beban-beban yang harus dibayar oleh perusahaan tetapi belum dibebankan atau diakui sebagai beban pada periode pelaporan berjalan. Hal ini disebabkan perusahaan membayar sekaligus beban-beban untuk periode berikutnya.
d) Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang diterima pada periode pelaporan sekarang tetapi bukan pendapatan untuk pelaporan tersebut atau pendapatan untuk periode pelaporan berikutnya.
e) Pemakaian perlengkapan
Perlengkapan adalah persediaan bahan yang habis dipakai untuk operasional perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi. Pada saat pembelian perlengkapan, perusahaan bisa menggunakan pendekatan neraca atau pendekatan laba rugi. Pada saat perolehan perengkapan, maka dicatat ke rekening perlengkapan, tetapi bila menggunakan pendekatan laba rugi maka dicatat ke rekening beban perlengkapan.
2.3 Laporan Keuangan dan Persamaan Dasar Akuntansi 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2013:2) menyatakan bahwa “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat disajikan sebagai gambaran
kinerja keuangan perusahaan tersebut.” Adapun Kieso dkk (2017:4), “Laporan keuangan merupakan sarana untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak diluar perusahaan.”
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi keuangan yang terjadi selama periode pelaporan yang berisi informasi keuangan untuk dipertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Bahri (2016:134), Tujuan Laporan Keuangan secara umum adalah untuk memberikan informasi posisi keuangan perusahaan. Kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada pihak manajemen.
Menurut Rudianto (2012:20), Tujuan penyajian laporan keuangan oleh sebuah entitas adalah sebagai berikut:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumbe-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber-sumbe ekonomi perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha demi memperoleh laba.
3) Untuk memberikan nformasi keuangan yang membantu para pemakai laporan untuk mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan.
4) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan ketika mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
5) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi tentang aktivitas pembayaran dan investasi.
6) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti iformasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.3.3 Persamaan Dasar Akuntansi
Menurut Purwaji dkk (2016:27) menyatakan “Persamaan akuntansi adalah persamaan yang menggambarkan hubungan antara elemen-elemen dalam laporan keuangan (aset, kewajiban, ekuitas).” Persamaan dasar akuntansi, sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan disebut aset. Hak atau klaim atas aset tersebut dinamakan ekuitas, ekuitas terdiri dari ekuitas pihak ketiga (kreditur) yang disebut kewajiban dan ekuitas atas pemilik disebut modal pemilik.
Hubungan antara aset, kewajiban, dan ekuitas dapat ditujukkan dalam persamaan dasar akuntansi seperti berikut ini:
Selain elemen aset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen utama, di dalam persamaan dasar akuntansi masih ada dua elemen lainnya yaitu penghasilan (income) dan beban (expense). Kedua elemen tersebut merupakan bagian dariekuitas, dimana elemen peenghasilan menambah ekuitas sedangkan elemen beban mengurangi ekuitas. Hubungan antara kelima elemen (aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban) tersebut dapat ditunjukkan kedalam persamaan akuntansi seperti berikut ini:
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Aset = Kewajiban + [Ekuitas + (Penghasilan-Beban)]
2.3.4 Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Rudianto (2012:21), karakteristik kualitatif laporan keuangan terdiri atas:
1) Dapat dipahami
Kualitas informasi penting yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk mudah dipahami oleh pengguna. Maka pengguna diharapkan memiliki pengetahuan yang memadi tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan penuh ketekunan.
2) Relevan
Informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantunya mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang, menegaskan, atau mengoreksi hasil evauasinya di masa lalu.
3) Materialistis
Informasi dipandang bersifat material jika kelalaian atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialistis tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian mencantumkan (omossion) atau kesalahan mencatat (misstatement).
4) Keandalan/Reabilitas
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi akan memiliki kualitas yang andal jika bebas dari kesalahan materil dan kesalahn yang konsisten dalam memperkirakan sebuah nilai, serta menyajikan secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5) Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi, peristiwa, dan kondisi lain dicatat serta disajikan sesuai dengan substansi dan realistis ekonomi, dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.
6) Pertimbangan yang Sehat
Pertimbangan yang sehat mengandung unsur kehati-hatian ketika memberikan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehigga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun, penggunaan pertimbangan yang sehat tidak memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatn kewajiban atau bebn yang lebih tinggi.
7) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap menurut batasan materialistis dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan akan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan sehingga tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
8) Dapat Dibandingkan/Komparabilitas
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antarperiode yang lalu dan periode saat ini untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antarentitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
9) Tepat Waktu
Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya, manajemen mungkin harus menyeimbangkan secara relativ antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal.
10) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi harus melebihi biaya penyediaannya. Namun, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.
Biaya juga tidak harus dutanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Daalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
2.4 Komponen Laporan Keuangan 1) Neraca
Menurut Purwaji dkk (2016:22), “Neraca adalah laporan yang menyajikan posisi asset, kewajiban, dan ekuitas pada saat (tanggal) tertentu akhir periode pelaporan. “Unsur-unsur yang ada di neraca berdasarkan SAK EMKM terdiri atas:
a) Aset (Assets)
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan yang dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas (SAK EMKM 2018, 2.2(a)). Aset dapat dibedakan menjadi:
1) Aset Lancar (Current Assets)
Aset lancar adalah uang tunai dan aset lainnya yang dalam jangka waktu normal akan menjadi uang tunai. (SAK EMKM 2018, 4.6) suatu asset dikategorikan sebagai aset lancar apabila aset tersebut memenuhi kriteria antara lain:
1. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijueal atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
2. Dimiliki untuk diperdagangkan;
3. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau
4. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
2) Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar atau aset tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya konkret dan digunakan dalam operasi perusahaan secara permanen (lebih dari satu periode akuntansi). Suatu aset tidak dapat dikategorikan sebagai suatu aset lancar jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar (SAK EMKM 2018,4.7).
b) Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas (perusahaan) yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi (SAK EMKM 2018, 2.2(b)). Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban (utang) jangka pendek (SAK EMKM 2018, 4.8) jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waku siklus normal operasi entitas;
b. Dimiliki untuk dipergunakan;
c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
c) Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas (perusahaan) setelah dikurangi dengan semua jenis kewajibannya (SAK EMKM 2018, 2.7). Elemen-elemen yang ada di dalam ekuitas tergantung dari bentuk perusahaan, untuk perusahaan perorangan hanya satu elemen saja yaitu modal pemilik. Adapun perusahaan persekutuan elemen ekuitas terdiri atas modal sekutu dan untuk perusahaan perseroan, ekuitas terdiri atas elemen modal saham dan saldo laba.
Berikut ini format laporan posisi keuangan (neraca):
NAMA PERUSAHAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE XXX ASET
Kas dan setara kas
Kas RpXXX
Giro RpXXX
Deposito RpXXX
Jumlah kas dan setara kas RpXXX
Piutang usaha RpXXX
Persediaan RpXXX
Beban dibayar dimuka RpXXX
Aset tetap RpXXX
Akumulasi penyusutan (RpXXX)
JUMLAH ASET RpXXX
LIABILITAS
Utang usaha RpXXX
Utang bank RpXXX
Jumlah liabilitas RpXXX
EKUITAS
Modal RpXXX
Saldo laba(defisit) RpXXX
Jumlah ekuitas RpXXX
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS RpXXX
Sumber: IAI 2018 2) Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang menyajikan penghasilan (income) yang diperoleh selama satu periode akuntansi dan beban-beban (expenses) yang dikelurkan dalam rangka memperoleh penghasilan tersebut selama satu periode akuntansi.
a) Penghasilan (income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas masuk atau peningkatan aset, ataupun penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dai konstribusi penanaman modal. (SAK EMKM 018, 2.10) penghasilan (income) Meliputi pendapatan (revenue) dan keuangan (gaints);
a. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal, yang dikenal dengan sebutan, misalnya:
penjualan, imbalan, buga, deviden, dan sewa.
b. Keuntungan mencerminkan pos lain yang memenuhi defenisi penghasilan namun tidak termasuk dalam kategori pendapatan, misalnya: keuntungandan pelepasan aset.
b) Beban (expenses)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam modal. (SAK EMKM 2018, 2,11) beban meliputi beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan kerugian:
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal meliputi, misalnya beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan.
b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi defenisi beban namuntidak termasuk dalam kategori beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal, misalnya: kerugian dari pelepasan aset.
Berikut ini tabel laporan laba rugi:
NAMA PERUSAHAAN LAPORAN LABA/RUGI
PERIODE XXX PENDAPATAN
Pendapatan usaha Pendapatan lain-lain
RpXXX RpXXX
JUMLAH PENDAPATAN RpXXX
BEBAN
Beban Usaha RpXXX
Beban lain-lain RpXXX
JUMLAH BEBAN RpXXX
LABA(SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
Beban pajak penghasilan RpXXX
LABA (RUGI) SETELAH PAJAK PENGHASILAN RpXXX Sumber: IAI, 2018
3) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan harus memuat (SAK EMKM 2018, 6.2)
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM;
b) Ikhtisar kebijakan akuntansi;
c) Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang mejelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan
2.6 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah 2.6.1 Ruang Lingkup
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah dimaksudkan untuk digunakan entitas mikro, kecil, dan menengah. Entitas mikro, kecil, dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun berturut- turut (IAI,2016:1).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah disusun untuk memenuhi kebutuhan laporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah.
Undang-undang yang relevan sebagai acuan pengaturan tentang definisi, kriteria, dan tentang kuantitatif usaha mikro, kecil, dan menengah diantaranya adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 (IAI,2016:5).
Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam SAK EMKM (2016:42), menjelaskan tentang kriteria mengenai UMKM sebagai berikut:
1. Usaha Mikro merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) paling banyak Rp50.000.000,00 memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00;
2. Usaha Kecil merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) antara Rp50.000.000,00 atau memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300.000.000,00 dan Rp2.500.000.000,00;
3. Usaha Menengah merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) antara Rp500.000.000,00 dan Rp1.000.000.000,00 atau memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp2.500.000.000,00 dan Rp50.000.000.000,00.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) merupakan bentuk dukungan Ikantan Akuntan Indonesia dalam meningkatkan penegakan transparasi dan akuntabilitas pelaporan entitas. SAK EMKM merupakan standar akuntansi yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum dilakukan EMKM. Dasar pengukurannya murni menggunakan biaya historis, sehingga EMKM cukup mencatat aset dan liabilitas sebesar biaya peolehannya. EMKM adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi defenisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yan berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun berturut-turut.
2.6.2 Asumsi Dasar
Entitas menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual.
Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk masing-masing pos-pos tersebut (IAI, 2016:5).
Beberapa penyusunan diakui dalam laporan laba rugi. Penyusutan aset tetap dapat dilakukan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun dan tanpa memperhitugkan nilai residu (nilai sisa). Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan periode kegunaan yang diperlukan oleh entitas (IAI, 2016:26).
Asumsi dasar akrual dan kelangsungan usaha digunakan dalam penyusunan laporan keuangan entutas mikro, kecil, dan menengah. Entitas yang telah
melakukan pencatatan akuntansi berdasar kas melakukan penyesuaian menjadi dasar akrual atau pos-pos yang material pada akhir periode (IAI,2016:47).
2.6.3 Tujuan Penyusunan SAK-EMKM
Menurut Mutiah, R. A. (2019), Seperti entitas bisnis pada umumnya UMKM juga perlu menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. UMKM perlu menyusun laporan keuangan laporan tersebut berisi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha UMKM. Laporan keuangan adalah sebuah informasi yang mencerminkan keuangan entitas atau suatu organisasi yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja entitas atau organisasi tersebut pada suatu periode tertentu. Periode akuntansi yang ada di Indonesia memiliki rentang waktu dan yang digunakan pada umumnya dilaporan keuangan, periode waktu yang biasa digunakan untuk menyusun laporan keuangan adalah bulanan, triwulan, dan tahunan.
DSAK IAI melakukan pengembangan standar akuntansi yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM dengan membentuk kelompok kerja yang melibatkan asosiasi industri, regulator, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menghadirkan SAK yang dapat mendukung kemajuan UMKM di Indonesia (IAI:2018)
2.6.4 Laporan Keuangan
Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM adalah biaya historis. Biaya historis suatu aset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlahnya kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal (IAI,2016:5).
SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan. Meskipun demikian, entitas dapat menyajikan pos-pos aset berdasarkan urutan likuiditas dan pos-pos liabilitas berdasarkan urutan jatuh tempo (IAI, 2016:9).
Komponen laporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah tidak sebanyak komponen laporan keuangan pada umumnya. Laporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah hanya terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan SAK EMKM laporan keuangan minimum terdiri atas:
Laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan (tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan).
2.7 Penyusutan Aset Tetap 2.7.1 Pengertian Aset Tetap
Menurut Ismail (2010:270) menyatakan bahwa “Aktiva Tetap yaitu aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual, dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Adapun Rudianto (2012:256), “Aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relative permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan.”
Berdasarkan pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan kekayaan perusahaan yang dilakukan dalam kegiatan operasional,
yang dimiliki dengan jangka waktu pemakaian lebih dari satu periode akuntansi dan tidak untuk dijual kembali tetapi digunakan untuk kelancaran perusahaan.
2.7.2 umur Ekonomis Aset Tetap
Menurut pasal 11 ayat 6 Undang-undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.6 Masa Manfaat Aset Tetap
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Sebagaimana dalam
Ayat 1 Ayat 2 1. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
2. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%
Sumber: Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 (Pasal 11 ayat 6)
Jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 dibagi dalam 4(empat) kelompok sebagai berikut:
Tabel 2.7 Jenis-Jenis Harta
Kelompok Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua Jenis Usaha
1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, almari, dan sejenisnya yang bukan bagian bangunan.
2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin photo copy, mesin akunting/pembukuan, komputer,
2 Semua Jenis Usaha
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifer, tape/cassettle, video recorder, televisi, dan sejenisnya.
4. Sepeda motor, sepeda, becak.
5, Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.
6. Alat komunikasi seperti pesawat, telepon, faksimile, telepon seluler, dan sejenisnya.
7. Dies, jigs, dan mould.
1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, almari, kursi, dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin, dan sejenisnya.
3 Perkayuan
1. Mesin yang mengolah/ menghasilkan produkproduk kayu, barang-barang dari jerami, rumput, dan bahan anyaman lainnya.
2. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
1. Lokomotif uap dan tender atas rel.
4 Transformasi dan
Pergudangan 2. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan baterai atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.
3. Lokomotif atas rel lainnya.
4, Dok-dok terapung.
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor96/PMK.03/2009
2.7.3 Metode Penyusutan Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012:261), terdapat empat metode penyusutan yaitu:
1. Metode garis Lurus
Metode garis lurus adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap dimana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata.
Beban penyusutan dihitung dengan cara mengurangi harga perolehan dengan nilai sisa dan dibagi dengan umur ekonomis aset tetap tersebut.
Penyusutan =
2. Metode Jam Jasa
Metode jam jasa adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap dimana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan beberapa jam periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap. Semakin lama aset tetap digunakan dalam suatu periode. Semakin besar beban penyusutannya.
Penyusutan =
3. Metode Hasil Produksi
Metode hasil produksi adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap, di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan beberapa banyak produk yang dihasilkan selama periode akuntansi tersebut dengan menggunakan aset tetap tersebut. Semakin banyak produk yang dihasilkan dalam suatu periode, semakin besar beban penyusutannya.
Penyusutan =
4. Metode Beban Menurun
Metode jumlah angka tahun adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap, dimana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung dengan cara mengalikan harga perolehan aset tetap yang telah dikurangi dengan nilai sisanya dengan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu berkurang.
2.8 Penggunaan Microsoft Excel dalam Akuntansi
Era digital saat ini sudah semakin canggih, pengguna software Microsoft Excel merupakan salah satu aplikasi yang dapat digunakan untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan secara sistematis. Microsoft excel merupakan salah satu program spreadsheet yang bekerja dibawah sistem operasi windows. Banyak kemudahan yang kita temukan dengan menggunakan microsoft excel, seperti bekerja dengan data yang besar, menghitung angka-angka, membuat laporan, diagram grafik, dan sebagainya.
Menurut Nugroho (2021:16), Beberapa kelebihan Microsoft Excel dibandingkan program aplikasi pengolah data angka lain adalah:
1. User interface (Antarmuka Pengguna)
Microsoft excel sangat mudah dipahami bagi para penggunanya. Dari segi tampilan memiliki berbagai macam fasilitas yang dapat memudahkan penggunanya dalam mengoperasikan file-file yang dibuat. Setiap fasilitas Microsoft Excel tersusun secara rapi dan dikelompokkan secara terpisah baik fungsi untuk menata penulisan, penambahan gambar, dan juga penginputan rumus-rumus.
2. Worksheet (Lembar Kerja)
Merupakan bagian dalam waterbook, yang merupakan tempat dimana pengguna dapat melakukan penginputan data, membuat suatu tabel, membuat berbagai macam bagan, dan berbagai macam kegiatan lainnya.
3. Fungsi Rumus
Dapat membantu dalam berbagai aktivitas dalam perhitungan suatu nilai tertentu. Rumus yang dapat digunakan dalam pengolahan data
angka sangatlah beragam, dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dari pengguna. Beberapa rumus dasar yang sering digunakan pengguna dalam menyusun suatu aktivitas maupun laporan tertentu antara lain:
a. Fungsi IF dapat digunakan untuk mengembalikan suatu nilai data tertentu jika terjadi kesalahan.
b. Fungsi AVERAGE dapat digunakan untuk mencari nilai rata-rata suatu tabel tertentu.
c. Fungsi MIN dapat digunakan untuk mencari nilai terendah dalam suatu tabel.
d. Fungsi MAX dapat digunakan untuk mencari nilai terbesar dalam suatu tabel.
e. Fungsi COUNT dapat digunakan untuk mencari nilai dalam suatu tabel yang berisikan data angka.
f. Fungsi COUNTIF dapat digunakan untuk mencari nilai dalam suatu tabel yang memiliki kriteria tertentu.
g. Fungsi SUM dapat digunakan untuk menjumlahkan nilai suatu tabel sekaligus.
h. Fungsi SUMIF dapat digunakan untuk menjumlahkan nilai dalam suatu rentang dalam suatu data yang memiliki kriteria tertentu.
i. Fungsi YEAR dapat digunakan untuk pengambilan data tahun yang memiliki format tanggal.
j. Fungsi MONTH dapat digunakan untuk pengambilan data bulan yang memiliki format tanggal.
k. Fungsi DAY dapat digunakan untuk pengambilan data hari yang
memiliki format tanggal.