• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARGUMENTASI AL-QUR AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ARGUMENTASI AL-QUR AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ARGUMENTASI AL-QUR‟AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Liya Elfiya NIM 11150340000213

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2020 M

(2)

i

NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Liya Elfiya NIM.11150340000213

Di bawah bimbingan Pembimbing

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822 199703 1 002

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Liya Elfiya NIM : 11150340000213

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ARGUMENTASI AL-QUR‟AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 22 Juli 2020

Liya Elfiya

NIM.11150340000213

(4)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul ARGUMENTASI AL-QUR'AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal2 November 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 30 Desember 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 1999803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.Ag Dr. Abd Moqsith, MA NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19710607 200501 1 002

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822 199703 1 002

(5)

iv ABSTRAK

Liya Elfiya, “Argumentasi al-Qur‟an tentang Kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi”. Skripsi strata 1 (S1) Jurusan Ilmu Qur‟an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020

Penelitian ini berangkat dari ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai jawaban ayat al-Qur‟an tentang penolakan dan tuduhan kaum Quraish dan kaum Yahudi terhadap pengutusan Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi. Hal tersebut perlu dikaji karena untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah sebenar-benarnya nabi yang diutus oleh Allah Swt.

Sehingga permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini ialah bagaimana argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi.

Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan library research (riset kepustakaan) dengan sumber primer yang mengacu kepada sebagian karya kitab tafsir klasik dan modern, yaitu Tafsīr al-Ṭabari, Tafsīr al-Qurṭubi, Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, Tafsīr Ibn Kaṡīr, Tafsir al-Misbah, dan Tafsir Ilmi Kemenag.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, dengan cara menguraikan pendapat para mufasir dari kitab-kitab tafsir klasik dan modern serta memaparkan beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan penafsiran ayat amsal binatang.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa Nabi Muhammad Saw. sebenar-benarnya nabi yang diutus oleh Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran Agama Islam. Mengenai penolakan dan tuduhan yang dilakukan oleh kaum Quraish dan kaum Yahudi tidak lain karena nabi yang diutus kepada mereka tidak sesuai dengan apa yang menjadi kehendak mereka.

Kata kunci : Penolakan dan tuduhan, argumentasi al-Qur‟an, kenabian Nabi Muhammad Saw.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir yang juga merupakan syarat kelulusan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam perjalanan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai macam rintangan dan hambatan baik dari luar maupun dari dalam diri penulis. Segala bentuk desakan khusunya dari keluarga membuat penulis semakin termotivasi untuk lulus tepat waktu. Penulis sendiri beranggapan bahwa jika bisa lulus tepat waktu, untuk apa harus menunggu waktu yang lambat.

Salawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi kita dalam melaksanakan segala aktivitas dalam kehidupan ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis selama menempuh pendidikan kurang-lebih lima tahun sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam di Fakultas Ushuluddin., jurusan Ilmu Qur‟an dan Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang diselesaikan dengan judul “Argumentasi Al- Qur‟an tentang Kebenaran Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi”

merupakan karya penulis yang tidak terlepas dari berbagai macam kekurangan. Hal ini disebabkan karena dangkalnya pengetahuan penulis dalam menyelami samudra pengetahuan maka kritik dan

(7)

vi

saran yang konsutruktif sangat diperlukan demi perbaikan skripsi ini ke depannya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai macam pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr.Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta seluruh jajarannya.

3. Drs. Eva Nugraha M.Ag, selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

4. Drs. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, selaku sekretaris jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

5. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar MA, selaku dosen penasehat akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya dalam mendidik penulis, memberikan banyak ilmu, pengalaman, yang menjadi bekal di kehidupan nanti.

7. Kepada seluruh pegawai Perpustakaan Utama Syarif Hidayatullah yang namanya tidak saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya sebagai penulis.

(8)

vii

8. Kepada Bapak Kodam Malik dan Ibu Taniah, selaku kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan penulis serta dengan sabar memotivasi penulis.

9. Kepada mbah Marti, selaku nenek penulis yang senantiasa berbagi ilmu, nasehat yang selalui mewarnai perjalanan pendidikan penulis.

10. Kepada seluruh keluarga besar di Pemalang, paman, bibi, dan seluruh keponakan-keponakan penulis yang juga selalu menebarkan kebaikan kepada penulis.

11. Kepada seluruh Jamaah Gabungan, terutama Majelis Daarul Muta‟qin yang telah menjadi teman diskusi penulis dan juga guru spritual bagi penulis.

12. Kepada seluruh keluarga besar Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat dan Prosatujuh (P7) yang selalu menyokong dan menyemangati penulis dalam penulisan skripsi.

13. Kepada teman-temanku seperjuangan mahasiswa ilmu Qur‟an dan Tafsir angkatan 2015: Rizzky Ayu, Isti Kharismawati, Marifat Kilwakit, Diah Fitriah, Ambar, Isma, Ai Fauziah, Joni Hendri, Ulfah, Oji dan lain-lain yang senantiasa mensuport penulis dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi.

14. Seluruh pihak yang tidak saya sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kontribusinya, semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.

(9)

viii

Demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai acuan bagi para akademisi setelahnya. Kritik dan saran sangat membantu demi perbaikan dan kemajuan penelitian di masa mendatang.

Terima kasih.

(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif - Tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Ṡa Ṡ Es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ḥa Ḥ h (dengan titik di

bawah)

خ Kha Kh Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Żal Ż Zet (dengan titik di

atas)

ر Ra R Er

ز Zal Z Zet

(11)

x

س Sin S Es

ش Syin Sy Es dan Ye

ص Ṣad Ṣ Es dengan titik di

bawah

ض Ḍad Ḍ De dengan titik di

bawah

ط Ṭa Ṭ Te dengan titik di

bawah

ظ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di

bawah

ع „Ain „ Apostrof terbalik

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qof Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N En

و Wau W We

ھ Ha H Ha

ء Hamzah ‟ Apostrof

(12)

xi

ي Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

اَ Fatḥah A A

اِ Kasrah I I

اُ Ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

اْ اَ Fatḥah dan ya Ai A dan I

اْ اَىَ Fatḥah dan wau Au A dan U

(13)

xii Contoh

اَ اْ اَ

: Kaifa

اَ اْ اَ

: Haula

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

اَى Fatḥah

dan alif

A a dengan

garis di atas

يِى Kasrah

dan ya

I i dengan

garis di atas

ىُى Ḍammah

dan wau

U u dengan

garis di atas Contoh:

اَا اَ

: māta

ىاَ اَر

: ramā

اَ اْ اِ

: qīla

اُااْ اُاَ

: yamūtu

Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-”, yang diikuti huruf syamsiyah dan huruf qamariyah.

al-Qamariyah

اْ اِ اُا

al-Munir

al-Syamsiyah

اَجٍراْل

al-Rijal

(14)

xiii D. Syaddah (Tasydid)

Syaddah dan tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid “ ّ ” ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

al-Qamariyah

اُ وَّ اُ اْل

al-Quwwah

al-Syamsiyah

اُ اَراْ اُراَ اْل

al-Ḍarūrah

E. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapatkan harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1

ةٌ اَ اْىَ اِراَ

Ṭarīqah

2

اُ وَّ اِ اَ اْ اِ اْ اُ اَ اِ اَاْا

al-Jāmi‟ah al-Islāmiah

3

اِ اْ اُجاُ اْل اُ اَ اْ اَ

Waḥdat al-Wujūd

(15)

xiv F. Kata Sandang

Kata Sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma‟rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

اُ اْ اَلل

: al-syamsu (bukan asy-syamsu)

اُ اَلاَلاْلاَللاَ

: al-zalzalah

اُ اَ اَ اْ اَ اْلاَ

: al-falsafah

اَ اِ اْلاَ

: al-bilādu G. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata.

Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:

اَ اْ اُراُ اْ اَ

: ta‟murūna

اُءاْ اَىَ اْلاَ

: al-nau‟

ةٌءاْ اَ

: sayi‟un

اُااْراِ اُ

: umirtu

H. Lafz al-Jalalah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau kedudukan sebagai mudaf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

(16)

xv Contohnya:

اِا اُ اْ اِ

: dīnullāhi

اِ اّ ل اِ

: billāhi

Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Huruf kapital misalnya, digunakan untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abu Hamid al-Gazali, al-Kindi. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (A-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi„a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān

Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī Abū Naṣr al-Farābī Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

(17)

xvi

I. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalanya kata Al- Qur‟an (dari al-Qur‟an), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contohnya:

Fī Ẓilāl al-Qur‟ān

Al-Sunnah qabl al-Tadwīn

al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab J. Singkatan-singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur‟an Surah

Swt. Subḥānahu wa Ta„alā

Saw. ṣallallāhu „Alaihi Wasallam

Ra. Raḍiyallāhu „Anhu

Terj. Terjemah

M Masehi

H Hijriah

w. Wafat

(18)

xvii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 7

G. Metode Pengumpulan Data ... 8

H. Teknik Pengolahan Data ... 9

I. Tinjauan Pustaka ... 9

J. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II DIRKURSUS TENTANG KENABIAN ... 16

A. Definisi Nabi/Rasul ... 16

B. Tugas Nabi/Rasul ... 30

C. Fungsi Mukjizat Pada Nabi ... 35

D. Ke‟maksuman Nabi/Rasul ... 37

(19)

xviii

BAB III KEKUFURAN ORANG-ORANG MUSYRIK

TERHADAP KENABIAN MUHAMMAD SAW ... 41

A. Arti Kufur... 41

B. Persepsi Kaum Musyrik tentang Sosok Nabi Muhammad Saw ... 45

1. Nabi Muhammad Saw sebagai Pribadi ... 45

2. Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul ... 48

C. Penolakan Beriman kepada Nabi Muhammad Saw ... 51

BAB IV KERAGUAN ORANG-ORANG MUSYIK TENTANG KEBENARAN KENABIAN MUHAMMAD SAW 57 A. Penolakan Orang-orang Musyrik terhadap Sosok Nabi Muhammad Saw sebagai Manusia Biasa ... 57

B. Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dianggap sebagai Orang Gila ... 69

C. Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dianggap sebagai Tukang Sihir ... 76

D. Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dianggap sebagai Penyair... 84

E. Anggapan Al-Qur‟an sebagai Dongeng... 89

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran……….…... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah mengutus para rasul untuk menuntun dan menunjuki manusia kepada jalan yang lurus, agar mereka dengan kehidupan kemanusiaannya dapat meningkat ke taraf yang lebih kuat dan mantap diberbagai segi. Baik di segi akhlak, cara berfikir, individu, sosial, maupun materi yang kesemuanya merupakan kebutuhan hidup agar tidak terjadi saling aniaya antara satu dan lainnya.1

ْ ن ّا ّر ْ ك ّ ذلا َ

ل ْو َ ا آ ْي ِ

ل َٔـ ْس َ ؾ ْم ّىْي َ

ل ّا ٓ ْي ّح ْيُّن ا ً

لا َج ّر ا َّ

ل ّا َكَلْتَف اَنْل َس ْرَا ٓاَمَو ن ْي ِم َ َ ل ْعَح ا َ

ل ْمِخ ج ْ ِ ك ٧

“Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (Al-Anbiya'/21:7)

Melalui peran inilah setiap rasul dianugerahi mukjizat oleh Allah Swt. sebagai bukti atas Kuasa-Nya dalam membuktikan risalah yang di bawakan rasul tersebut ialah benar. Mukjizat adalah suatu kejadian luar biasa yang dialami oleh para nabi dan rasul atas kehendak Allah Swt. sebagai suatu pembuktian atas kebenaran dan keabsahan risalah yang disampaikan. Karena tidaklah mudah perjuangan para nabi dan rasul dalam menyampaikan risalah, di mana banyak sekali pertentangan masyarakat atas mereka. Setiap dakwah yang disampaikan oleh para nabi dan rasul selalu mengalamai penolakan dan berbagai macam tuduhan buruk atas mereka.

1 Yahya Shaleh Basalamah, Manusia dan Alam Gaib, 27.

(21)

2

Nabi Muhammad Saw. sendiri mengalami penolakan dan tuduhan yang dilakukan oleh kaum Quraish dan kaum Yahudi. Bagi kaum Quraish, seharusnya yang diutus sebagai nabi ialah yang memiliki kedudukan tinggi layaknya seorang raja, bukan manusia biasa seperti Nabi Muhammad Saw. Mereka juga beragumentasi mengapa bukan malaikat saja yang diutus sebagai nabi, seperti yang tercantum dalam surah al-Fūrqān (25) ayat 7 yang berbunyi,

ّلا َم ا ْي ِ لا ف َو َ ٓا َ

ل ْي َ

ل ِۗ ّقا َي ْس َ ا ْ

لا ىّف ْي ّش ْمَي َو َما َع طلا َّ ِ

ل ِ

ك ْ

أَي ّل ْي ِس َّرلا ا َ ذ ٰو ۙ اًرْي ّذَن ٗه َع َم ن ْي َ ِ

ك َي ؾ ٌك َ َ ل َم ّهْح َ

ل ّا َ ل ّز ْنِا ٧

“Dan mereka berkata: “Mengapa rasul (Muhammad) memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?” (Al-Furqan/25:7)

Faktor lain yang menyebabkan orang Quraish menolak dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Persaingan antar suku dan keturunan yang ada di Mekkah, membuat mereka saling berebut kekuasaan dan pengaruh agar dapat menguasai laju perekonomian yang ada di Mekkah. Sebetulnya aroma persaingan ini sudah lama muncul di kalangan orang Mekkah, dan hal itu dapat dirasakan ketika peristiwa pemugaran Ka‟bah dan peletakan kembali hajar aswad.

Faktor lain yang menyebabkan orang Quraisy menantang dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. adalah kekhawatiran mereka atas keturunan dominasi orang Quraisy dalam menjalani roda perekonomian dan perdagangan di kota Mekkah. Apabila mereka menerima Islam sebagai agama mereka, maka roda perekonomian dan perdagangan akan dikuasai orang banyak dan dominasi orang Quraisy akan menurun. Sedangkan faktor selanjutnya adalah masih kentalnya

(22)

ajaran nenek moyang yang ada pada diri orang Quraisy, mereka merasa gengsi apabila ajaran nenek moyang mereka yang telah dijalankan berabad-abad terganti dengan ajaran baru, yaitu ajaran Islam.2

Sedangkan bagi kaum Yahudi, seharusnya yang diutus sebagai nabi ialah dari kalangan mereka yaitu dari keturunan ibunda Siti Sarah.

Maka, ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah bersama para sahabat dan kaum Anshar di Madinah pun telah masuk Islam, orang- orang Yahudi justru menolak kenabian beliau. Terkait peristiwa tersebut, turunlah firman Allah Swt. dalam surah al-Baqarah‟ (2) ayat 89 yang berbunyi,3

ْن ّم اْيِنا َ

كَو ْۙم ِى َع َم اَمّ ل ٌق ّ د ُص ِم ّ ه

للّٰا ّدْن ّع ْن ّ م ٌب ت ّك ْم ٰ ِوَءۤا َج اَّمَلَو

ِ ل ْت َ ف ۖ ٖهّة ا ْو ِر ؿ َ َ

ك ا ْي ؾ َر َع ا َّم ْم ِو َءۤا َج اَّم ِ َ

ل ؾ ۚا ْو ِر َ ؿ َ َ

ك َنْي ّذ َّ

لا ى َ ل َع َ

ن ْي ِحّخ ؿَخ ْسَي ْ َنْي ّر ّؿ ٰ

ك ْ لا ى َ

ل َع ّ ه

للّٰا ِثَن ْع َ ل ؾ َ ٨٩

“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (al-Qur‟an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar”.

(Al-Baqarah/2:89)

Faktor lain yang menyebabkan kaum Yahudi menentang dakwah nabi ialah karena Rasulullah Saw. berhasil menyatukan kabilah Aus dan kabilah Khazraj. Hal tersebut membuat eksistensi Yahudi

2 Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 10.

3 Misran dan Armansyah, Para Penentang Muhammad Saw (Bandung: Safina, 2018), 181-182.

(23)

4

terancam karena mereka terbiasa memanfaatkan konflik antara dua kabilah tersebut untuk kepentingan mereka.1

Kemudian orang-orang musyrik juga melakukan tuduhan palsu kepada nabi seperti nabi dituduh sebagai orang gila, tukang sihir, dan penyair. Berikut salah satu tuduhan yang mereka lakukan kepada nabi yang tercantum dalam surah al-Ḥijr (15) ayat 6-7, menjelaskan tentang tuduhan orang-orang musyrik terhadap nabi yang berbunyi,

ِۗ ن ْيِن ْش َم ٌ َ

ل َكَّنّا ِر ْ

ك ّ ذلا ّهْح َ ل َع َ

ل ّ ز ِن ْي ّذ َّ

لا اَىُّي َ آٰي ا ْي ِ

لا ف َو َ اَنْحّح ْ ٦

أَح ا َم ْي َ ل

اّة َنْي ّف ّد هصلا َن ّم َج ج ْ ِ

ك ْ ن ّا ّث َ

كِٕىٰۤل َم ْ ل ٧

“Dan mereka menyatakan, „Wahai orang yang diturunkan al- Qur‟an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila.

Mengapa tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika engkau termasuk orang yang benar?‟.”(Al-Hijr/15:6-7).

Dari sinilah maka timbul pertanyaan mengenai tujuan Allah menjadikan penerima wahyu tersebut adalah manusia yang ditujukan kepada manusia pula, dan kenapa tidak makhluk lain yang menjadi utusan Allah sebagai penerima wahyu. Padahal manusia adalah makhluk yang zalim dan bodoh yang selalui mendahulukan hawa nafsunya dibandingkan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. Jiwa manusia itu selalu cenderung kepada apa saja yang ia ingini, seperti rasa senang memiliki harta atau perhiasan dunia dan rasa senang untuk tinggal di dalamnya tanpa bertindak sesuai rida Allah. Ini bisa dibuktikan dengan tergodanya Nabi Adam dan Ibunda Hawa dengan bujukan setan untuk memakan buah terlarang yaitu buah khuldi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk analisis tematik dan pemaknaan pengutusan seorang rasul dari kalangan manusia

1 Ibn Hisyām dan „Abd al-Mālik, Al-Ṣīrah al-Nabawiyyah, jilid 1 (1955 M), 513.

(24)

berdasarkan tafsir-tafsir para ulama terkemuka. Hal ini yang mengantarkan penulis untuk meneliti lebih lanjut masalah ini dengan mengangkat judul: “ARGUMENTASI AL-QUR‟AN TENTANG KEBENARAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka memunculkan beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagimana keadaan nabi di Mekkah?

2. Seperti apa garis keturunan Nabi Muhammad Saw?

3. Bagaimana ketinggian akhlak Nabi Muhammad Saw?

4. Bagaimana mukjizat Nabi Muhammad Saw?

5. Apa sisi kemanusiaan Nabi Muhammad Saw dalam al- Qur‟an?

6. Apa arti kufur?

7. Bagaimana persepsi kaum musyrik tentang sosok Nabi Muhammad Saw?

8. Apa faktor kaum Quraish menentang dakwah nabi?

9. Apa faktor kaum Yahudi menentang dakwah nabi?

10. Apa saja tuduhan yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap nabi?

11. Bagaimana argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw sebagai nabi?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, banyak persoalan yang terkait dengan hal ini, karena keterbatasan waktu dan pengalaman sehingga penulis merasa perlu membatasi dalam penulisan ini. Maka

(25)

6

batasan masalah skripsi ini ada beberapa poin sebagai berikut, mengenai tuduhan yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw. Kemudian mengenai argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini penulis mengkaji poin yang sangat signifikan, yaitu bagaimana argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebagaimana yang tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan sosok Nabi Muhammad Saw.

2. Menjelaskan argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi melalui beberapa kitab tafsir.

3. Memenuhi persyaratan akademik untuk meraih gelar kesarjanaan strata satu.

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat akademis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Akademis:

a. Memperkaya pengetahuan tentang sosok Nabi Muhammad Saw.

baik kepribadiannya atau kenabiannya.

b. Memberikan pengetahuan tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi yang dibantah oleh orang-orang musyrik melalui uraian kitab tafsir.

2. Manfaat Praktis penelitian ini adalah menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya terkait dengan kebenaran Nabi

(26)

Muhammad Saw. sebagai nabi yang sebelumnya dibantah oleh orang-orang musyrik.

F. Metodologi Penelitian

Metode adalah suatu perang yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian.

Adapun metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian dengan teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan sumber kepustakaan yang meliputi dengan masalah yang akan dibahas. Mengumpulkan data dari sumber primer dan sumber sekunder yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Pendekatan

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, artinya penelitian dalam teknik analisis, tidak menggunakan teknik perhitungan atau statistik akan tetapi menggunakan logika ilmiah.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ialah dengan mencari masalah-masalah yang berkaitan tentang dekonstruksi al-Qur‟an dengan merujuk kepada pendekatan- pendekatan yang mampu membuka sisi di balik ayat yang berkaitan, serta merujuk kepada sumber sekunder yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Kemudian meneliti dan menelaah dari buku-buku perpustakaan yang akan penulis fokuskan kepada kitab-kitab tafsir, dari data tersebut akan disajikan

(27)

8

dalam bentuk deskriptif analitis, yang menggambarkan secara jelas, akurat dan tepat dengan memberikan analisis pembagian tertentu.

G. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Kepustakaan

Menurut Koentjaraningrat1, teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relavan dengan penelitian.

Menurut Sugiyono,2 studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur ilmiah.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah sesuatu yang memberi bukti atau bahan-bahan untuk membandingkan suatu keterangan atau informasi, penjelasan atau dokumentasi dalam naskah asli atau informasi tertulis.3

Teknik domentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-

1Koentjaraningrat, Kamus Istilah Anhtropologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Jakarta: Depdikbud, 1984), 420.

2Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B (Bandung: Alfabeta, 2012), 291.

3 Kamaruddin, Pengantar Metodologi Riset (Bandung: Angkasa, 1972), 50.

(28)

buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau buku-buku lain yang berkenaan dengan masalah-masalah penyelidikan.4

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data adalah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil, baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk kebenaran hipotesa.5

Teknik pengolahan data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan.6

Dengan menggunakan teknik pengolahan data kualitatif maka peneliti akan terbimbing dalam memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya. Selain itu peneliti dapat menyajikan hasil yang berbentuk cerita yang menarik dan menyakinkan pembaca.7

I. Tinjauan Pustaka

Supaya tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi lain maka penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan dan

4 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: UGM Press, 1991), 133.

5 Muhammad Hasyim, Penuntun Dasar Kearah Penelitian Mayarakat, 1982, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), 41.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, 244.

7 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayan (Yogyakarta:

Pustaka Wdyatam a, 2006), 81.

(29)

10

memiliki unsur kesamaan, selanjutnya hasil penelitian ini dilakukan untuk tidak mengambil metode yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak berpesan plagiat dari kajian yang telah ada. Dari beberapa karya yang penulis telusuri tentang pemahaman mengenai argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw.

sebagai nabi melalui analisis tematik berdasarkan kitab-kitab tafsir secara khusus penulis belum menemukan. Akan tetapi penulis menemukan beberapa karya yang membahas tentang pemahaman terhadap ayat dan ada beberapa skripsi yang membahas tentang pemaknaan kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi, diantaranya.

Tesis dengan judul “Kemanusiaan Nabi Muhammad dalam al- Qur‟an” oleh Abdul Fattah.1 Penelitian ini membahas dalam dua point, yaitu point yang pertama tentang penafsiran ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiawian Nabi Muhammad. Kemudian dalam point kedua tentang implikasi yang muncul dari ayat kemanusiawian Nabi Muhammad pada ajaran Islam. Selanjutnya penulis sendiri membagi ayat-ayat tersebut menjadi empat kelompok, yaitu ayat yang menyatakan secara langsung bahwa Nabi Muhammad adalah seorang manusia (basyar), ayat yang menyatakan tentang akhlak Nabi Muhammad, ayat tentang amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad sebagaimana manusia yang lain, ayat teguran terhadap Nabi Muhammad.

1 Abdul Fattah, Kemanusiaan Nabi Muhammad dalam Al-Qur‟an (IAIN Sunan Ampel, 2014).

(30)

Buku dengan judul “Kenabian dan Para Nabi” oleh Muhammad Ali Ash-Shabuniy.2 Penelitian ini membahas tentang seputar kenabian para nabi yang terfokus pada sejarah dalam masa kenabian dengan menghadirkan kekhususan dan keistimewaan dakwah para nabi, serta kisah-kisah para nabi yang dilukiskan dalam al-Qur‟an.

Buku dengan judul “Niḥayah al-Ṣūl Fī Khasa‟is al-Rasul” karya Majd al-Din ibn Dihyah.3 Buku ini membahas tentang keutamaan Nabi Muhammad Saw. dibanding manusia yang lain dengan dilengkapi dalil dari al-Qur‟an dan al-Hadis . Dalam buku ini juga dibahas tentang sifat yang khusus dimiliki Nabi Muhammad dan sifat yang secara umum dimiliki oleh umat manusia.

Jurnal dengan judul “Kemaksuman Nabi: Kajian terhadap Ayat- ayat „Itab terhadap Nabi Muhammad Saw” oleh Sriwahyuni. 4 Penelitian ini membahas tentang konsep kemaksuman nabi dan rasul dengan melihat penafsiran terhadap beberapa ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an yang dipersepsi sebagai „itab (celaan) terhadap Nabi Muhammad Saw.

Skripsi dengan judul “Pengabadian al-Qur‟an tentang Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.” oleh Muhammad As‟ad.5 Penelitian ini membahas tentang pandangan al-Qur‟an tentang penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw., dimana kajian mendalamnya

2 Muhammad Ali Ash Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, cet. 1 (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993).

3 Majd al-Din bin Dihyah, Nihayat al-Sul Fi Khasa‟is al-Rasul (Damaskus: Dar al- Basha‟ir, 1999).

4 Sriwahyuni, “Kemaksuman Nabi: Kajian terhadap Ayat-ayat „Itab terhadap Nabi Muhammad Saw,” Refleksi: Jurnal IAN Malikussaleh Lhokseumawe, vol. 2, no. 2 (Desember 2017).

5 Muhammad As‟ad, “Pengabadian al-Qur‟an tentang Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.” (UIN Alauddin Makassar, 2014).

(31)

12

mengenai hakikat penghinaan yang nabi alami, bagaimana bentuknya, dan bagaimana peran al-Qur‟an didalamnya.

Jurnal dengan judul “Rasionalisasi Tafsir Ayat-ayat Mukjizat:

Kajian Tafsir The Holy Qur‟an Maulana Muhammad Ali” oleh M.

Syukri Ismail.6 Penelitian ini membahas tentang makna tafsir ayat mukjizat yang tersirat melalui metode rasionalisasi. Kemudian membahas juga tentang makna mukjizat dikalangan mufassir terkemuka.

Buku dengan judul “Nabi Muhammad Saw: Argumen Puncak tentang Wahyu, Mukjizat & Universalitas” karya Dr.M. Sayyid Ahmad al-Musayyar.7 Buku ini membahas tentang sosok pribadi Nabi Muhammad Saw. yang dimulai dari sosok yang yatim, pengembala, pribadi yang jujur dan terpercaya, dan lain sebagainya. Buku ini juga membahas tentang bukti-bukti kenabian Muhammad Saw. yang kemudian ditutup dengan bab tentang karakteristik kenabian Muhammad Saw.

Skripsi dengan judul “Konsep Dakwah dalam Sirah Nabi Muhammad Saw.” oleh Sonny Akbar Zulkipli. 8 Penelitian ini membahas tentang konsep dakwah nabi dalam sirah Nabi Muhammad Saw., tantangan dakwah nabi dalam sirah Nabi Muhammad Saw., dan faktor penunjang keberhasilan dakwah nabi dalam sirah Nabi Muhammad Saw.

6 M. Syukri Ismail, “Rasionalisasi Tafsir Ayat-ayat Mukjizat: Kajian Tafsir The Holy Qur‟an Maulana Muhammad Ali,” Refleksi: Jurnal Nur El-Islam, vol. 3, no. 2 (September 2016).

7 Dr.M. Sayyid Ahmad al-Musayyar, Nabi Muhammad Saw.: Argumen Puncak tentang Wahyu, Mukjizat & Universalitas, terj. Kamran as‟at Irsyady & Hadiri Abdurrazaq (Mesir: Erlangga, 2006).

8 Sonny Akbar Zulkipli, “Konsep Dakwah Sirah Nabi Muhammad Saw.” (Universitas Muhammadiyah Palembang, 2019).

(32)

Skripsi dengan judul “Keluhuran Akhlak Rasulullah Saw.

Perspektif Tafsir Sufi Sahl Al-Tustari” oleh Roshfi Roshifah. 1 Penelitian ini membahas tentang penafsiran ayat-ayat tentang keluhuran akhlak Rasulullah Saw. menurut interpretasi seorang sufi yaitu Sahl Tustari. Dimulai dari interpretasi manifestasi akhlak, karakteristik akhlak, hingga jaminan seseorang yang mengimplementasikan akhlak, semuanya tidak jauh membahas tentang akhlak Rasulullah Saw.

Jurnal dengan judul “Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad dan Kemenangan Umat Islam” oleh Muhammad Rais Amin.2 Penelitian ini membahas tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. dari sejak lahir sampai pengangkatannya sebagai utusan Allah. Kemudian juga membahas tentang perubahan baru setelah Islam hadir seperti akidah tauhid yang bersih dan jelas, prinsip persatuan dan persamaan derajat, pemberitaan tentang kemuliaan dan keluhuran manusia, dan sebagainya.

Dari beberapa literatur yang telah dipaparkan di atas, nampak jelas bahwa masalah mengenai kenabian Nabi Muhammad Saw. maupun sosok dari Nabi Muhammad Saw. telah banyak dibahas. Hanya saja, semua literatur tersebut berbeda dengan rumusan masalah penelitian yang penulis kaji. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sesuatu yang baru dalam tulisan ini yaitu mengungkapkan argumentasi al- Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi, yang mana akan dilihat dari berbagai kitab tafsir. Tentu skripsi ini menjadi sesuatu yang berbeda oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

1 Roshfi Roshifah, “Keluhuran Akhlak Rasulullah Saw. Perspektif Tafsir Sufi Sahl Al- Tustari” (UIN Jakarta, 2018).

2 Muhammad Rais Amin, “Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad dan Kemenangan Umat Islam”, Refleksi: Jurnal STAIN Sorong Papua Barat, vol. 9, no. 2 (September 2017).

(33)

14

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi, penulis membagi penjelasannya menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama: adalah pendahuluan, dimana dalam pendahuluan ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan pemabatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab pertama ini sebagai garis panduan penelitian ke depan dan menjadi acuan bagi penulisan pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua: Merupakan gambaran umum dirkursus tentang Kenabian,yang pertama-tama membahas seputar definisi nabi dan rasul, tugas nabi/rasul. Di bab ini juga membahas tentang fungsi mukjizat pada rasul, dan ke‟maksuman nabi/rasul dikarenakan untuk mengetahui keistimewaan pada diri seorang rasul. Oleh sebab itu, dirirnya diutus oleh Allah Swt. untuk menyampaikan syariat islam.

Kemudian bab kedua ini dibuat untuk mengetahui bagaimana sosok seorang nabi/rasul sebelum membahasnya lebih jauh lagi.

Bab ketiga: menjelaskan perihal tentang kekufuran orang-orang musyrik tentang Kenabian Muhammad Saw., di mulai dari arti kufur itu sendiri baik dari segi bahasa maupun pendapat para cendikiawan.

Kemudian dilajutkan membahas tentang persepsi kaum musyrik tentang sosok Nabi Muhammad Saw., dan penolakan beriman kepada Nabi Muhammad Saw. atas dakwah yang nabi sampaikan, di mana perlakuan buruk kaum musyrik terhadap nabi tidak sesuai dengan kepribadian nabi yang luhur.

Bab keempat: Menjelaskan tentang keraguan orang-orang musyrik tentang kebenaran Kenabian Muhammad Saw. yaitu melalui

(34)

penolakan orang-orang musyrik terhadap sosok Nabi Muhammad Saw. sebagai manusia biasa, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai orang gila, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai tukang sihir, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai penyair, dan yang terakhir anggapan al-Qur‟an sebagai dongeng, dengan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang terkait. Kemudian penulis memaparkan penafsiran ayat-ayat al- Qur‟an yang penulis pakai dari beberapa kitab tafsir. Tuduhan yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap nabi merupakan bukti nyata kekufuran mereka terhadap nabi.

Bab kelima: merupakan jawaban dari perumusan masalah yaitu kesimpulan akhir. Kesimpulan merupakan jawaban atas perumusan masalah yang telah ditetapkan pada bab satu. Sementara saran ditujukan untuk menyingkap peluang serta aspek-aspek yang dirasa penting bagi peneliti selanjutnya.

(35)

16 BAB II

DIRKURSUS TENTANG KENABIAN

A. Definisi Nabi/Rasul

Pengertian nabi dari segi bahasa Arab, yaitu berasal dari kata kerja (fi‟il madi)

بن

yang berarti membawa berita.1 Menjadi kata nabi berkedudukan sebagai isim fa‟il yang artinya seseorang yang membawa berita.2

Kata nabi dalam Ensiklopedia dijelaskan berasal dari bahasa Arab, nabā‟, yang berarti kabar atau berita dan di dalam Surah al-Nabā‟ (78) ayat 1-2 dijelaskan defini secara etimologi yaitu:

ۚ ن ْي َ ِ

ل َءۤا َس تَي َّم َع َ ّۙمْي ّظ َع ْ ١

لا ّاَت َّ

جلا ّن َع ٢

“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar (hari kebangkitan).” (An-Naba'/78:1-2)

Jadi seseorang disebut nabi karena ia telah mendapatkan dan menyampaikan kabar atau berita dari Allah Swt. Hal itu disebut dengan wahyu.3

Nabi ialah orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya.4 Nabi adalah seorang manusia yang telah diberi wahyu oleh Allah dengan syarak, tetapi dia tidak diperintahkan atau dipaksa untuk menyampaikan kepada orang lain.5

1 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), 1375.

2 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, 1382.

3 Zaidah Kusumawati, MSI. Dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad Saw Sebagai Utusan Allah (Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2011), 3.

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/nabi.html.

5 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 13.

(36)

Kata

بي ل

(al-Nabi) dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 28 kali,6 diantaranya terdapat dalam Surah Ali I„mrān: 68, Surah al- A‟rāf: 157-158, Surah al-An‟fāl: 64-65, Surah at-Taubah: 70, Surah al-Taubah: 117 dan lain sebagainya. Kata

بن

(nabā‟) dalam bentuk mufrad atau anba‟ dalam bentuk jama disebut sebanyak 12 kali dengan makna berita-berita. Al-Qur‟an menyebutkan kata nabi dalam dua bentuk yaitu jama‟ dan mufrad. Sedangkan bentuk jama‟ terbagi menjadi dua, yang pertama

يُّ اَ اِ اَ

(nabiyyunā) disebut sebanyak 3 kali dan

يِّ اَ اِ اَ

(nabiyyinā) disebut sebanyak 12 kali dan tiga kali termasuk ayat-ayat Makiyyah yaitu surah al-Isrā‟: 55, surah Maryam: 58, al- Zumar: 69. Bentuk jama‟ yang kedua,

اِء اَ اِبن اَا

(al-Anbiyā‟) disebut sebanyak lima kali, yaitu surah al-Baqarah‟: 91, surah Ali I„mrān:

112, surah al-Nisā‟: 55, dan surah al-Māidah: 20, semua ayat tersebut tergolong ayat-ayat Madaniyyah.7 Adapun kata

اُ اُىَن

)nubuwah( yang berarti kenabian terdapat lima kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surah Ali I„mrān: 79, surah al-An‟ām: 89, surah al-Jatsiyāh: 16, surah al- Ankabut: 27, surah al-Ḥādid: 26.8 Kata

بن

(nabā‟) yang menerangkan tentang tugas nabi sebagai penyampai berita dari Tuhan terdapat sebelas kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surat Sad: 67, surah al-

6 Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al- Karīm, jilid 1 (Beirut: Dar al-Jil, 2005), 156.

7 Wan Zailan Kamaruddin Wan Ali, Siapa itu Nabi-nabi (Kuala Lumpur: PTS Millennia Sdn. Bhd, 2004), 5.

8 Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al- Karīm, 156.

(37)

18

An‟ām: 67, dan salah satunya yang ditafsirkan oleh M. Quraish Shihab yaitu surah al-Nabā‟: 2.9

ّۙمْي ّظ َع ْ لا ّاَت َّ

جلا ّن َع

٢

“Tentang berita yang besar (hari kebangkitan).” (An-Naba'/78:2) Salah satu bukti arti nabi sebagai pembawa berita dijelaskan dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa kata al- nabā‟ hanya digunakan untuk berita penting, maksudnya berita penting adalah berita yang bermanfaat besar dalam pemberitaannya, adanya kepastian atau hanya sekedar dugaan besar tentang kebenarannya. Sifat dari kata al-nabā‟ dan al-azīm menunjukkan bahwa berita tersebut bukanlah hal biasa tetapi luar biasa bukan saja pada peristiwanya, tetapi juga pada kejelasan dan bukti-buktinya, sehingga meski ia tidak dipertanyakan lagi. Memang bukti-bukti tentang keniscayaan kiamat sungguh sangat jelas.10

Term-term nabi yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagaimana yang tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Term-term Nabi

9 Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al- Karīm, 686.

10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 5-6.

(38)

No Term Jml Qur‟an Surat

Arti

1. Al-Nabi 28 03:68, 07:157, 07:158, 08:64, 08:65, 08:70, 09:61, 09:73, 09:117, 33:01, 33:06, 33:13, 33:28, 33:30, 33:32, 33:38, 33:45, 33:50, 33:53, 33:56, 33:59, 49:02, 60:12, 65:01, 66:01, 66:03, 66:08, 66:09.

Nabi

2. Al-Anbiyā‟ 3 03:112, 03:181, 04:155. Para Nabi

3. Al-Nubuwah 5 03:79, 06:89, 45:16, 29:27, 57:26.

Kenabian

4. Anba‟ 12 03:44, 11:49, 11:100, 11:120, 12:102, 20:99, 06:05, 26:06, 28:66, 54:04, 33:20, 07:101.

Berita-berita

5. Nabā‟ 11 66:03, 12:37, 09:70, 14:09, 38:21, 38:67, 27:22, 49:06, 78:02, 38:88, 18:13.

Berita

(39)

20

Adapun kata rasul berasal dari bahasa Arab, yaitu berasal dari kata kerja

ر

(fi‟il mādi) yang artinya utusan, orang yang diutus.1 Adapun sumber lain yang mengatakan bahwa rasul diambil dari kata

رلا

artinya pengarahan, berarti orang yang membawa berita dari orang yang mengutusnya.2 Oleh sebagian ulama, bahasa rasul didefinisikan sebagai manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara istilah, rasul adalah hamba Allah yang dipilih dan diberi wahyu serta diutus kepada kaum yang kafir untuk menyampaikan wahyu Allah tersebut.

Al-risālah dalam bahasa Arab bermakna „pengarahan dengan perintah tertentu‟. Dengan demikian, seorang rasul berarti „orang yang mengikuti berita yang diperintahkan kepadanya‟, atau „menjalankan apa yang diperintahkan pengutusnya‟. Al-Dahlawi menerangkan sebab diutusnya nabi atau rasul adalah karena Allah mengetahui bahwa suatu masyarakat yang baik adalah terletak pada kepatuhan mereka kepada Allah semata.3

1 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, 496.

2 Muhammad Ali al-Shabuniy, Iman kepada Rasul (Jakarta: Ummul Qura, 2014), 24- 25.

3 Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 224.

6. Al- Nabiyyinā 12 02:61, 02:177, 02:213, 03:80, 03:81, 04:163, 19:85, 33:07, 17:55, 33:40, 39:69.

Para Nab

7. Al- Nabiyyunā 3 02:136, 03:80, 05:44. Para Nabi

(40)

Rasul ialah orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada manusia.4 Rasul adalah seorang manusia yang diberi wahyu dengan syarak oleh Allah dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain.5

Kata

اَ اُ اَر

(rasul) dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 116 kali,6 diantaranya terdapat dalam Surah al-Baqarah‟: 87, Surah Al- Baqarah‟: 101, Surah Ali Imrān: 32, Surah al-Nisā‟: 42, Surah al- Nisā‟ 59 dan lain sebagainya. Kata

اُل اُ اَر

)rasūlūn( disebutkan sebanyak 34 kali dengan makna utusan,7 diantaranya terdapat dalam Surah al-Baqarah‟: 2, Surah Ali- I„mrān: 144, Surah al-Nisā‟: 165 dan lain sebagainya. Kata

اَ اَل اُ اَر

)rasūlan( disebutkan sebanyak 23 kali.

Kata rasūlakum disebutkan sebanyak 2 kali. Kata

اَ اُل اُ اَر

)rasūlunā(

disebutkan sebanyak 4 kali. Kata

اُ اُ اُ اَر

)rasūluhu( disebutkan sebanyak 84 kali. Kata

اَ اَ اُ اَر

)rasūlan( disebutkan sebanyak 10 kali.

Kata

اَل اَ اِر

)risālah( disebutkan 1 kali, yaitu Surah al-A‟rāf: 79.

Adapun kata

اُ اَ راُ

)mursalūna( yang berarti para utusan terdapat 9 kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surah al-Ḥijr: 57, surah al-Ḥijr:

61, surah Yasin: 13, surah Yasin: 14, surah Yasin: 16 dan lain sebagainya. Kata

اَ اِ اَ راُ

(mursalina) yang berarti yang diutus terdapat 24 kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surah al-Baqarah‟: 252, surah al-

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/rasul.html.

5 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 13.

6Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al-

Karīm, 314.

7Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al-

Karīm, 318.

(41)

22

An‟ām:34, surah al-An‟ām: 48, surah al-A‟rāf:6, surah al-A‟rāf :77, surah al-Kahfi:56 dan lain sebagainya.8

Adapun yang menunjukkan bahwa rasul itu diperintahkan untuk menyampaikan risalah, berbeda keadaan nabi (yang tidak diperintahkan untuk menyampaikan risalah) adalah nash al-Qur‟anul karim,9 yaitu Firman Allah Swt. dalam surah al-‟Ahzāb (33) ayat 39 yang berbunyi,

ا َّ

ل ّا ا ًد َح َ

ا ن ْي َشْخ َ َ

ي ا َ

ل َو ٗهَن ْي َشْخ َ ي َو ّ ه

للّٰا ّج ٰ ل ٰس ّر َ

ن ْي ِؼ ّ ل َتِي َنْي ّذ َّ

لا اًتْح ّس َح ّ ه

للّٰاّة ى ٰفَكَوِۗ َ هللّٰا ٣٩

“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Ahzāb/33:39)

Kemudian ada pula di surah al-Mā‟idah (5) ayat 67 yang berbunyi,

اَم َ ؾ ْ

ل َع ؿَح ْم ْ َّ

ل ْ

ن ّا َوِۗ َكّ ة َّر ْن ّم َكْحَلّا َل ّزْن ِ

ا ٓا َم ْغ ّ لَة ِ

ل ْي ِس َّرلا اَىُّي َ آٰي ۞ ى ّد ْىَي ا َ

ل َ ه للّٰا َّ

ن ّا ِۗ ّساَّجلا َن ّم َكِم ّص ْعَي ِ هللّٰاَوِۗ ٗهَخَل ٰس ّر َجْؼ َّ

لَة َم ْي ق َ ْ

لا

َنْي ّر ّؿ ٰ ك ْ

لا ٦٧

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67) Term-term nabi yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagaimana yang tercantum pada tabel di bawah ini:

8 Muḥammad Fu‟ād A„bdul al-Bāqī, al-Mū‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qūr‟an al- Karīm, 320.

9 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 16-17.

(42)

Tabel 2.2 Term-term Rasul

No Term Jml Qur‟an Surah Arti

1. Rasul 116 2:87, 2:101, 2:143, 2:214, 2:285: 3:32, 3:53, 3:81, 3:86, 3:132, 3:144, 3:152, 3:173, 3:172, 3:183, 4:42, 4:59, 4:61, 4:64, 4:69, 4:80, 4:83.

Utusan

2. Rasūlan 23 2:129, 2:151, 3:49, 3:164, 4:79, 16:36, 17:15, 17:93:

17:94, 17:95, 19:51, 19:54, 20:134, 23:32, 25:41, 28:47, 28:59, 40:34, 42:51, 72:2, 75:11, 83:15.

Utusan

3. Rasūlakum 2 2:108, 26:27. Utusan

4. Rasūlunā 4 5:15, 5:19, 5:92, 64:12. Utusan 5 Rasūluhu 84 3:101, 4:13, 4:14, 4:100,

4:136, 5:33, 5:55, 5:56, 7:158, 8:1, 8:13, 8:20, 8:46, 9:1, 9:3, 9:7, 9:16, 9:24, 9:26, 9:29, 9:33, 9:54, 9:59, 9:72, 9:73, 9:75, 9:71, 9:74, 9:80, 9:84, 9:86, 9:90.

Utusan

6. Rasūluhum 12 7:101, 9:70, 10:13, 14:9, 14:10, 14:11, 14:13, 30:9, 35:25, 40:22, 40:83, 64:6.

Utusan

7. Rasūlun 34 2:87, 2:253, 3:144, 3:183, 3:184, 4:165, 5:19, 5:75, 5:109, 6:10, 6:34, 6:124,

Utusan

(43)

24 6:130, 7:35, 7:53, 11:81,

11:120, 12:11, 13:32, 14:44:

16:35, 21:41, 23:51, 25:37, 35:4, 38:14, 39:71, 41:14, 41:43, 46:35, 50:14, 77:11.

8. Rasula 10 4:164, 4:164, 4:165, 5:70, 10:74, 13:38, 22:75, 30:47, 35:1, 40:78,

Utusan

9. Rasūlihi 17 2:98, 2:285, 2:285, 3:179, 3:179, 4:136, 4:150, 4:150, 4:152, 4:171, 11:59, 14:47, 57:19, 57:21, 57:25, 59:6, 65:8.

Utusan

10. Rasuli 4 5:12, 18:106, 34:45, 58:21. Utusan

11. Risālah 1 7:79. Pesan

12. Mursalūna 9 15:57, 15:61, 27:10, 27:35, 36:13, 36:14, 36:16, 36:52, 51:31.

Para utusan

13 Mūrsalīna 24 2:252, 6:34, 6:48, 7:6, 7:77, 15:80, 18:56, 25:20, 26:21, 26:105, 26:123, 26:141, 16:160, 16:176, 28:7, 28:65, 36:3, 36:20, 37:37, 37:123, 37:133, 37:139, 37:171, 37:181.

Yang diutus

Allah Swt. telah memilih Nabi Saw. yang mulia, supaya mereka menjadi duta di antara-Nya dengan hamba-hamba-Nya. Dia telah

(44)

memilih mereka (para nabi) di antara makhluk untuk membawa amanat, yaitu (wahyu). Dia telah menjadikan mereka yang akhlaknya paling sempurna, yang paling utama ilmunya, paling mulia keturunannya, paling besar amanatnya, dan Allah telah memuliakan serta menjaga dengan pertolongan-Nya, menjaga mereka dengan pengawasan-Nya. Oleh karena itu Allah menganugerahkan sifat-sifat nabi dalam menjalankan misi dakwahnya, diantaranya:10

1. Al-Ṣidqu (benar)

Sifat ini melazimi kenabian, merupakan suatu yang dibutuhkan manusia, selain hubungan dakwah bagi para nabi yang merupakan sifat yang tetap, bahkan merupakan sifat yang suci bagi mereka karena tidak mungkin bagi seorang nabi yang memiliki sifat-sifat seperti: berdusta, bohong, memakan harta manusia dengan cara tidak halal, dan lain-lain sifat yang buruk, karena sifat-sifat seperti ini tidak pantas dimiliki oleh orang-orang berdakwah, maka bagaimana dengan seorang nabi yang dekat kepada Tuhan atau seoarang rasul yang dimuliakan? Dan seandainya terjadi dusta dari para nabi, tentu tidak ada kekuatan atau tidak ada kepercayaan menyampaikan kabar-kabar wahyu atau meriwayatkan dari Allah Swt., karena yang demikian itu merupakan suatu perkara yang datang dari pemikirannya, kemudian mereka sandarkan kepada Allah naūzu billāhi min zālik karena itulah kami tunjukkan al-Qur‟an al-Karim yang menghukumi hukum itu dengan hukum yang pasti dalam hak setiap orang yang mengada- adakan atas nama Allah atau mendustakan atas lisannya, sebagaimana firman Allah atas kebenaran utusan Nabi Muhammad Saw. Dalam

10 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 66-76.

(45)

26 surah al-Ḥāqqah (69) ayat 44-48 menjelaskan tentang sifat seorang nabi yaitu,

ۙ ّلْي ّوا ف َ َ ا ْ

لا َض ْعَة اَنْح َ ل َع َ

ل َّي قَح ْي َ َ ل َو ۙ ّنْي ّمَي ْ ٤٤

لاّة ِه ْنّم اَن ْذ َخَاَل ٤٥

َّم ذ ِ

َۖنْيّح َي ْ

لا ِهْن ّم اَن ْع َط ق َ َ ل ۙ َنْي ّز ّش ٰح ِهْن َع ٍد َح َ ٤٦

ا ْن ّم ْم ِ

كْن ّم اَم ؾ َ ٤٧

ٌة َر ّك ْ ذَخ َ

ل ٗهَّنّا َو َنْي ّق خ ِم َّ ْ

ل ّل ٤٨

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya). Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.” (Al-Haqqah/69:44-48)

2. Al-‟Amānah (dapat di percaya)

Sifat amanat, bahwa nabi itu dapat dipercaya atas wahyu, dia menyampaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan- larangan-Nya, tanpa menambah atau mengurangi, tanpa mengubah atau mengganti, sebagai standar firman Allah Swt. dalam surah al- A‟hzāb (33) ayat 39 yang berbunyi,

َ َ

ا ن ْي َشْخ َ َ

ي ا َ

ل َو ٗهَن ْي َشْخ َ ي َو ّ ه

للّٰا ّج ٰ ل ٰس ّر َ

ن ْي ِؼ ّ ل َتِي َنْي ّذ َّ

لا ا َّ

ل ّا ا ًد

اًتْح ّس َح ّ ه

للّٰاّة ى ٰفَكَوِۗ َ هللّٰا

٣٩

“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Ahzab/33:39)

Maka seorang nabi mempercayai atas wahyu, mereka menyampaikan perintah-perintah Allah seperti yang telah diturunkan kepada mereka, mereka tidak mungkin berkhianat atau menyembunyikan apa yang telah diturunkan oleh Allah kepadanya, karena khianat dapat menghilangkan amanat dan apakah pantas

(46)

seorang nabi berkhianat terhadap amanatnya, tidak memberikan nasihat kepada umatnya, tidak menyampaikan risalah Allah? Maka para nabi mulia, semua mereka memberi nasihat yang dapat di percaya.

3. Tablīg (menyampaikan)

Setiap nabi menyampaikan semua informasi, mereka sesungguhnya benar-benar menyampaikan risalah Allah, mereka menasihati umat, sebagaimana ungkapan para rasul telah diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah dengan firman- Nya dalam surah al-Māi‟dah (5) ayat 67 yang berbunyi,

اَم ؾ َ ْ

ل َع ؿَح ْم ْ َّ

ل ْ

ن ّا َوِۗ َكّ ة َّر ْن ّم َكْحَلّا َل ّزْن ِ

ا ٓا َم ْغ ّ لَة ِ

ل ْي ِس َّرلا اَىُّي َ آٰي ۞ ِ ه

للّٰا َوِۗ ٗهَخ َ

ل ٰس ّر َج ْؼَّلَة َم ْي ق َ ْ

لا ى ّد ْىَي ا َ

ل َ للّٰا ه َّ

ن ّا ِۗ ّساَّجلا َن ّم َكِم ّص ْعَي

َنْي ّر ّؿ ٰ ك ْ

لا ٦٧

“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67) Maka setiap rasul dipaksa untuk menyampaikan dakwah dan risalah, tidak mungkin seorang nabi menambah satu huruf atau mengurangi satu huruf dari apa yang telah diturunkan kepadanya.

Untuk inilah kami tunjukkan sebagai surat atau ayat-ayat yang di mulai dengan lafal (

اْ اُ

) yaitu perintah yang ditujukan kepada Nabi Saw. untuk menyampaikan kepada umatnya, maka seorang rasul menyampaikan sebagaimana yang telah diturunkan kepadanya tanpa

Gambar

Tabel 2.2 Term-term Rasul

Referensi

Dokumen terkait

Nabi Muhammad Sawmempunyai kelebihan dibanding dengan manusia biasa, beliau sebagai orang yang unggul, pandai, terpelihara dari hal-hal yang buruk, perkataannya lembut,

Nabi adalah manusia biasa yang memperoleh wahyu dari Allah, tetapi tidak wajib menyampaikan kepada ummatnva, sedangkan rasul adalah manusia biasa yang

Sementara Nabi dalam Istilah Islam, orang yang patkan wahyu dari Allah swt, tetapi tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada umat manusia.. Jumlah nabi secara keseluruhan

Pada ayat tersebut ditunjukkan, bahwa ibadah kurban yang diperintahkan kepada Nabi Ibrâhîm merupakan sebuah wujud kecintaan Nabi Ibrâhîm kepada Allah, dengan rela

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Nabi Muhammad adalah seorang manusia biasa yang diutus oleh Allah kepada umat manusia. Semua yang dilakukan oleh Nabi

Penulis mencoba membatasi ayat-ayat yang berkenaan tentang nabi Muhammad seperti terdapat dalam surah berikut ini: tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mengenal nabi

- nabi adalah manusia pilihan allah yang diberi wahyu dan tidak diwajibkan menyampaikan kepada

Secara garis besar terdapat persamaan tentang Harun dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, yaitu membantu saudaranya Nabi Musa dalam menyampaikan perintah Allah