• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dianggap

BAB IV KERAGUAN ORANG-ORANG MUSYIK

D. Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dianggap

Tuduhan orang-orang musyrik kepada Nabi Muhammad Saw.

selanjutnya yang menyakitkan perasaan nabi ialah nabi dituduh sebagai penyair. Tuduhan mereka tercantum dalam surah al-Ṣaffāt (37) ayat 36 yang berbunyi,

ِۗ ٍن ْي ِنْج َّم ٍر ّعا َشّل اَنّتَىّل ٰ ا آ ْي ِ

كّرا َتَل اَّنِٕىَا َنْيِلْيِقَيَو ٣٦

“Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (As-Saffat/37:36) Kemudian tuduhan mereka terhadap nabi juga terdapat pada surah al-Anbiyā‟ (21) ayat 5 yang berbunyi,

ّن ْي ِنَمْلا َبْي َر ٖهّة ِ َّةَدَتَّن ٌر ّعا َش َنْي ِ ل ْي قَي ْم ِ َ

ا ٣٠

“Bahkan mereka mengatakan, “(Al-Qur'an itu buah) mimpi-mimpi yang kacau, atau hasil rekayasanya (Muhammad), atau bahkan dia hanya seorang penyair, cobalah dia datangkan kepada kita suatu tanda (bukti), seperti halnya rasul-rasul yang diutus terdahulu.” (Al-Anbiya'/21:5)

Dari ayat di atas, jelas bahwa penolakan mereka terhadap al-Qur‟an yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. semakin meningkat.

Gambaran peningkatan penolakan mereka, pertama, mereka menilai apa yang disampaikan nabi sebagai aḍgāṣ aḥlām dipahami sebagai himpunan dari bermacam-macam mimpi yang sulit untuk dipisahkan dan dibedakan sehingga tidak dapat diketahui ta‟bir/maknanya. Lalu,

40 Dr.M. Sayyid Aḥmad al-Mūsayyar, Nabi Muhammad Saw.: Argumen Puncak tentang Wahyu, Mukjizat & Universalitas, terj. Kamran as‟at Irsyady & Hadiri Abdurrazaq (Mesir: Erlangga, 2006), 210-211.

meningkatkan tuduhan dengan berkata bahwa Nabi Muhammad Saw.

mengada-ada dengan menyatakan al-Qur‟an bersumber dari Allah Swt., padahal dia berbohong. Selanjutnya, mereka menilai Nabi Muhammad Saw. seorang penyair yang menyampaikan syair-syair berdasarkan imajinasi bukan kenyataan. Di sini terjadi peningkatan tuduhan karena pembohong biasanya menyampaikan kebohongannya dengan hati-hati dan setelah berfikir, sedang penyair menyampaikan imajinasinya dan apa yang dianggapnya baik, tanpa menggunakan pemikiran sehingga bisa saja dia memuji yang buruk, mencela yang indah, dan boleh jadi juga dia membela kebatilan atau membenarkan kebohongan dan mengingkari kebenaran. Demikian Ṭabāṭabā‟ī menuturkan.41

Risalah wahyu yang disampaikan oleh nabi, mereka anggap bahwa nabi sedang menyampaikan sebuah syair, bahkan mereka juga menuduh al-Qur‟an sebagai kitab syair, padahal bahasa yang digunakan dalam al-Qur‟an itu jauh berbeda dengan bahasa syair.

Berikut dalam surah al-Fūrqān (25) ayat 5, menjelaskan tentang tuduhan orang-orang musyrik terhadap nabi yang berbunyi,

َع ى ٰ

ل ْمِح َي ّه ؾ ا َى َتَخ َ ت َ ْ

كا َنْي ّل َّو َ ا ْ

لا ِدْي ّاا َس َ ا آ ْي ِ

لا ف َو َ ا ً

ل ْي ّص َ ا َّو ًة َر ْ

كِة ّهْح َ ل ٥

“Dan mereka berkata:”Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan/25:5)

اَاْيْاِلوَّ اَاْلا اُراْىَ اِ اَ اَ اْ اُل اَ اَ

“Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” Az-Zujaj berkata, “Kata tunggal dari

اْ اِ اَ اَ

adalah ةَر ْىُطْسُأ , seperti kata ةَث ْوُد ْحُأ dan ِااَحَأثْ .

41 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 8, 14.

86

Takwil ayat tersebut adalah adalah, mereka yang mempersekutukan Allah, berkata

اُ هٰراَىَتاْىَ ۨ اُكاْ اِ وَّلااِ اَ هٰ اْ اِ

“al-Qur‟an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad”.42

اَ اَىَ اَتاَتاْ

“Dimintanya supaya dituliskan,” yakni Muhammad Saw.

اِ اْ اَ اَع ىهٰ اْاُ اَ اِ اَ

“Maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya,”

maksudnya adalah, disampaikan dan dibacakan kepadanya.

اً اْ اِ اَ وَّ اً اَراْكاُ

“Setiap pagi dan petang,” hingga ia dapat dihafal. Kata

ىهٰ اْاُ

asalnya adalah

اَ اْاُ

, lalu huruf lam terakhir diganti dengan huruf ya‟, seperti

اِز اَ اْل ىاً اَ اَىَ

(burung elang menukik) dan semacamnya.43 Kemudian pada waktu itu, mereka terus menuduh bahwa al-Qur‟an itu adalah kitab syair, padahal bahasa yang digunakan dalam al-Qur‟an itu jauh berbeda dengan bahasa syair. Tak sampai di situ, mereka juga menuduh bahwa rasulullah adalah dukun. Sebabnya, akhirnya firman Allah Swt. dalam surah al-Ḥāqqah (69) ayat 40-42 perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

Dan bukan pula perkataan tukang tenun. Sedikit sekali kamu ambil pelajaran darinya.” (Al-Haqqah/69:40-42)

42Al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 19, 310.

43 Al-Qurṭubī, Tafsīr al-Qurṭubī, jilid 13, 10.

Firman-Nya,

ٍاْ اِراَ ٍ اْ اُ اَر اُ اْ اَ اَل اُ وَّناِ

“Sesungguhnya al-Qur‟an itu benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul yang mulia,”

maksudnya adalah, sesungguhnya al-Qur‟an ini merupakan benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul yang mulia, yaitu Muhammad Saw. yang dibacakan kepada mereka.

Firman-Nya,

اَ اْ اُىَ اِ اْ اُىَ وَّا اً اْ اِ اَ ۗ ٍراِع اَ اِ اْ اَ اِ اَ اُ اَ وَّ

“Dan al-Qur‟an itu bukan perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya,” maksudnya adalah, al-Qur‟an ini sama sekali bukan perkataan seorang penyair, karena Muhammad Saw. tidak bisa membuat syair, tetapi kamu katakan itu syair.

Firman-Nya,

اَ اْ اُىَ اِ اْ اُىَ وَّ اً اْ اِ اَ

“Sedikit sekali kamu beriman kepadanya,” maksudnya adalah, kamu sedikit mempercayainya. Itulah perkataan Allah kepada orang-orang musyrik Quraisy.

Firman-Nya,

ٍ اِ اَ اِ اْ اَ اِ اَلااَ

“Dan bukan pula perkataan tukang tenun,” maksudnya adalah, al-Qur‟an bukanlah perkataan seorang tukang tenun, karena Muhammad Saw. bukanlah tukang tenun. Akan tetapi, kamu katakan bahwa al-Qur‟an merupakan sajak tukang tenun.

Firman-Nya,

اَ اْ اُروَّ اَ اَ وَّ اً اْ اِ اَ

“Sedikit sekali kamu ambil pelajaran darinya,” maksudnya adalah, sedikit sekali kamu mengambil nasehat darinya, dan sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.44

Riwayat yang menjelaskan tentang ayat ini adalah, Bīsyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‟īd menceritakan kepada kami dari Qatādah,

44Al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 25, 455.

88

tentang ayat,

اَ اْ اُىَ اِ اْ اُىَ وَّ اً اْ اِ اَ ۗ ٍراِع اَ اِ اْ اَ اِ اَ اُ اَ وَّ

“Dan Al-Qur‟an itu bukan perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya,” ia berkata, “Allah Swt menyucikan Muhammad Saw darinya dan melindunginya.

اَ اْ اُروَّ اَ اَ وَّ اً اْ اِ اَ ۗ ٍ اِ اَ اِ اْ اَ اِ اَلااَ

„Dan bukan pula perkataan tukang tenun. Sedikit sekali kamu ambil pelajaran darinya‟. Allah menyucikan Muhammad Saw. dari urusan perdukunan dan melindungi nabi darinya.”45

Tuduhan orang-orang musyrik kepada nabi oleh al-Qur‟an dengan tegas membantah tuduhan mereka. Dalam surah Yāsīn (36) ayat 69

“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,” (Yasin/36:69)

Kemudian pada surah al-Syu‟arā‟ (26) ayat 225-226 yang

Ayat ini seakan-akan menyatakan “Tidakkah kamu melihat mereka yakni para penyair, mengembara di tiap-tiap lembah” sehingga melepaskan imajinasi mereka tanpa kendali, melampaui batas hakiki dan kewajaran, “dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka tidak mengerjakannya.” Penyair biasanya mengandalkan emosi dan suara kalbunya saja, lalu melukisnya dengan kata-kata. Emosi dapat

45 Al-Suyūṭi dalam Al-Durr al-Manṣūr (8/275), disandarkan kepada „Abd ibn Ḥumaid dan Ibn al-Munẓir.

berubah. Memang tidak semua penyair demikian halnya. Ayat 227 dari surah al-Syu‟arā‟ pun mengecualikan mereka yang beriman, bahkan Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Sesungguhnya terdapat hikmah dari sekian syair.” Namun, betapapun demikian, apa yang disampaikan Nabi Muhammad Saw. sama sekali bukan syair dalam bentuk dan sifat apapun.

Muhammad Saw. adalah seorang rasul membawa ajaran yang menyentuh kalbu dan akal, bahkan seluruh totalitas manusi.

Ajarannya yang langgeng dan berlaku untuk seluruh manusia sepanjang masa. Beliau adalah seorang rasul, sedang kedudukan seorang rasul demikian terhormat sehingga beliau tidak wajar menjadi penyair. Di samping itu, Nabi Muhammad Saw. tidak dapat menjadi penyair karena bawaan dan budi pekerti nabi bertentangan dengan para penyair pada masa nabi.46