• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang

BAB IV KERAGUAN ORANG-ORANG MUSYIK

B. Tuduhan terhadap Nabi Muhammad Saw yang

Selanjutnya tuduhan yang dilontarkan orang-orang musyrik kepada Nabi Muhammad Saw. ialah nabi dianggap sebagai orang gila. Saat dirinya berusaha menyampaikan risalah agama Islam, nabi justru dituduh tidak memiliki akal sehat. Menurut orang-orang musyrik, apa

18 Sayyid Quṭub, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, jilid 9, 30-31.

70

yang disampaikan nabi tentang wahyu ialah karena nabi sudah tidak mempunyai akal sehat. Kemudian mereka memerintahkan nabi untuk mendatangkan malaikat kepadanya karena hanya malaikatlah yang lebih pantas menyampaikan wahyu Allah Swt.

Berikut dalam surah al-Ḥijr (15) ayat 6-7, menjelaskan tentang tuduhan orang-orang musyrik terhadap nabi yang berbunyi,

ِۗ ن ْيِن ْش َم ٌ َ

al-Qur‟an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila.

Mengapa tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika engkau termasuk orang yang benar?‟.”(Al-Hijr/15:6-7).

Hal di atas dikatakan oleh orang-orang kafir Quraisy kepada Muhammad Saw. dengan nada mengejek. Kemudian mereka meminta nabi untuk mendatangkan malaikat sebagai bukti kebenarannya.

Sedangkan

اَ اْ اُل

“Mengapa”, adalah perintah melakukan atau fungsinya sebagai nabi, tetapi “wahai orang yang diturunkan kepada al-zikr” bertujuan mengejek dan mencemoohkan nabi. Ini dipahami dari penegasan mereka bahwa “engkau (Muhammad)

19 Lihat Fatḥ al-Qādir, karya al-Syaukānī, jilid 3, 173.

benar orang gila.” Di sisi lain, bentuk pasif yang digunakan orang-orang kafir pada kata “diturunkan” memberi kesan bahwa mereka menilai peringatan yang disampaikan Nabi Muhammad Saw. itu datang dari sumber yang tidak jelas, bahkan tidak diketahui sehingga tidak layak dipercaya.20

Namun, Walaupun kalimat yang mereka sampaikan sangat menghina Nabi Muhammad Saw., di sinilah nampak ketidakkonsistenan orang-orang kafir yang bertolak belakang dengan sikap mereka. Secara tidak langsung mereka mengakui bahwa al-Qur‟an adalah al-zikr, sedang salah satu makna kata ini adalah kemuliaan. Selanjutnya, dalam tuduhannya kepada Nabi Muhammad Saw., mereka tidak menyadari bahwa mereka memanggil nabi dengan ucapan

اَه يُّ َاَ

(wahai), yang serupa dengan panggilan Allah Swt.

kepada nabi. Demikian Allah Swt. menjadikan lidah mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung pengagungan dan penghormatan kepada nabi tanpa mereka sadari. Demikian penuturan al-Sya‟rāwī21 yang dikutip oleh M. Quraish Shihab.

Mengomentari pandangan al-Sya‟rāwī di atas, M. Quraish Shihab menilai pandangan ini sedikit berlebihan. Bagaimana mungkin kesan penghormatan itu muncul, sedang secara tegas dan gamblang ditemukan kata

نٌوىُ ْ َ

(gila), dalam ucapan mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Adanya tuduhan yang jelas dalam ucapan itu sudaj

20 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 417.

21 Muḥammad Mutawalli Sya‟rāwī, Tafsīr Sya‟rāwī, jilid 12 (CD ROOM al-Maktabah al-Syāmilah), 7464.

72

cukup menghilangkan segala kesan yang ditimbulkan oleh kata

اَهيُّ َاَ

yang tidak selalu harus berarti penghormatan. Panggilan semacam itu tidak dikhususkan kepada Nabi Muhammad Saw. saja, melainkan kepada orang beriman, seluruh manusia, bahkan kepada orang-orang kafir.22

Kemudian tuduhan mereka yang lain terdapat juga dalam surah al-Ṣaffāt (37) ayat 36 yang berbunyi,

ِۗ ٍن ْي ِنْج َّم ٍر ّعا َشّل اَنّتَىّل ٰ ا آ ْي ِ

كّرا َتَل اَّنِٕىَا َنْيِلْيِقَيَو ٣٦

“Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (As-Saffat/37:36) Pada surah al-Ṣaffāt (37) ayat 36, mereka menuduh Nabi Muhammad Saw. sebagai

ٍ اْ اُىَ اْوَّ ٍراِع اَش

(penyair gila). Di sinilah jualah nampak kekeliruan mereka. Seorang gila mestinya bukan penyair karena seorang penyair tentulah memiliki kemampuan dan akal serta imajinasi yang menjadikannya mampu mengubah syair-syair. Al-Biqā‟i menjadikan ucapan ini sebagai bukti kerancuan pikiran pengucapnya dan bahwa penolakan kaum musyrikin atas ajakan Nabi Muhammad Saw. itu sama sekali bukan pada tempatnya.23

Tuduhan bahwa Nabi Muhammad saw. benar-benar orang gila tidak berhenti di sini, pada surah al-Qalam (68) ayat 51 tuduhan mereka tentang kegilaan nabi masih berlanjut.

22 Demikian terlihat dalam QS al-Kāfirūn/109: 1 dan QS al-Infiṭār/82: 6. Lihat penjelasan tersebut pada M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 417-418.

23 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 6, 238.

اي ِع ّم َس اَّم َ

ل ْم ّو ّرا ُصْةَاّة َكَنْيِقّلْذِي َ

ل ا ْو ِر ؿ َ َ

ك َنْي ّذ َّ

لا ِدا َ

كَّي ن ّا َو ْ َر ْ

ك ّ ذلا

ُۘ ن ْيِن ْش َم ٌ َ

ل ٗهَّنّا ن ْي َ ِ ل ْي قَي َو ِ ٥١

“Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar al-Qur‟an dan mereka berkata, “Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila.” (Al-Qalam/68:51)

Firman-Nya,

اْماِ اِر اَصاْ اَ اِ اَكاَناْ اُ اِلاْلاُىَ اَل اْ اُراَ اَ اَ اْ اِ وَّل اُ اَكوَّ اْ اِ اَ

“Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka,” maksudnya adalah, wahai Muhammad, hampir saja orang-orang kafir itu benar-benar menghabisi kamu dengan pandangan mereka, karena mereka sangat memusuhimu, lalu menuduhmu ketika mereka memandangmu dalam keadaan marah kepadamu.

Mereka berkata, “Adapun tujuan orang-orang Quraisy memandang Rasulullah Saw. adalah agar nabi terkena sihir. Mereka memandang nabi untuk menyihirnya.”

Mereka berkata, “Kami tidak melihat seperti itu,” bahwa nabi dianggap gila. Oleh karena itu, Allah berkata kepada nabi-Nya saat itu, „Hampir saja orang-orang kafir itu memandangmu dengan penglihatan mereka,

ةٌ اْ اُىَ اْجاَ اَل وَّناِ اَ اْ اُلاْ اُ اَىَ اَ اَراْ يِّ ل اُ اِاَ وَّ اَل

“Ketika mereka mendengar al-Qur‟an dan mereka berkata, “Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila.”

Pakar takwil berpendapat seperti yang kami katakan tentang firman-Nya,

اَكاَناْ اُ اِلاْلاُىَ اَل

“Menggelincirkanmu.” Riwayat yang

74

menjelaskan demikian adalah Abū Kuraib menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibn „Uyainah menceritakan kepada kami dari Amru, dari atha, dari Ibn „Abbās, tentang firman-Nya,

اَكاَناْ اُ اِلاْلاُىَ اَل اْ اُراَ اَ اَ اْ اِ وَّل اُ اَكوَّ اْ اِ اَ

اَراْ يِّ ل اُ اِاَ وَّ اَل اْماِ اِر اَصاْ اَ اِ

“Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar al-Qur‟an dan mereka berkata,” “Mereka ingin menghabisimu dengan pandangan mereka yang sangat tajam.”24

ةٌ اْ اُىَ اْجاَ اَل وَّناِ اَ اْ اُلاْ اُ اَىَ اَ

“Dan mereka berkata, “Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila,” maksudnya adalah, orang-orang musyrik yang telah disebutkan sifatnya berkata, “Sesungguhnya Muhammad itu gila.”25

Seperti halnya sifat-sifat nabi yang sudah penulis tersebut paparkan bahwasannya seorang nabi sudah dianugerahi oleh Allah Swt. terhindar dari kesalahan. Hal ini merupakan keistimewaan bagi nabi-nabi yang mulia karena mereka tidak mungkin mempunyai penyakit kejiwaan atau penyakit jasmani yang menakutkan, karena tugas sebagai seorang nabi tidak lain untuk menyampaikan risalah jadi mustahil apabila seorang nabi itu gila, berikut penjelasan dari surah al-Ṭūr (52) ayat 29 yang berbunyi:

ْر ّ ك َ ذ ؾ َ

ٓاَم ؾ َ َجْن َ ّج َم ْعّنّة ا َكّ ة َر

ٍن ّوا َ كّة ا َ

ل َّو ٍِۗن ْي ِنْج َم ٢٩

24 Al-Suyūṭi dalam Al-Durr al-Manṣūr (8/262), disandarkan kepada Ibn al-Munẓir dan Ibn Abū Ḥatim serta Ibn Mardawaih.

25al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 25, 395-398.

“Maka peringatkanlah, karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula orang gila.” (At-Tur/52:29)

Kemudian ada juga pada surah al-Qalam (68) ayat 2 yang berbunyi,

ٍن ْي ِن ْشَمّة َكّ ةَر ّثَمْعّنّة َجْن َ ا ٓا َم ۚ ٍن ْي ِنْ َمَ َدْيَغ اًر ْسَاَل َكَل َّنّاَو ٢

٣

“Dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) ucapan orang gila. Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” (Al-Qalam/68:2-3)

Maksud dari ayat tersebut adalah, Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw.,

ٍ اْ اُىَ اْجاَاِ اَكيِّ اَر اِ اَ اْ اِ اِ اَ اْن اَ اَ

“Dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) ucapan orang gila”, maksudnya, karena rahmat Tuhanmu. Sebab makna ni‟mah di sini adalah ratmat.

Kemudian ayat ini juga bermakna sebagai bentuk pengingkaran terhadap perkataan kaum musyrik Quraisy yang berkata kepada nabi,

“Sesungguhnya kamu gila.” Firman Allah ini merupakan jawaban qasam (jawaban sumpah). Firman Allah ini pun merupakan kalimat negatif.26

Firman Allah Swt.,

اًر اْجاَاَلا اَكاَل وَّ اِ اَ

“Sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar,” yakni terdapat balasan atas beban kenabian yang engkau tanggung.

ٍ اْ اُىَ اْاَ اَراْىَ اَ

“Yang tidak putus-putusnya,” Mujahid berkata, maknanya ialah yang tiada terhitung.

Firman Allah Swt.,

ۚ ٍ اْ اُىَ اْاَ اَراْىَ اَ اًراْجاَاَلا اَكاَل وَّ اِ اَ

“Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya”,

26 Al-Qurṭubī, Tafsīr al-Qurṭubī, jilid 19, 64.

76

maksudnya adalah Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Saw.,

“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, pasti mendapatkan pahala yang besar dari Allah atas kesabaranmu menghadapi gangguan orang-orang musyrik kepadamu. Pahala itu tidak berkurang dan tidak terputus”.27

C. Tuduhan Terhadap Nabi Muhammad Saw. yang Dianggap