• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi, penulis membagi penjelasannya menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama: adalah pendahuluan, dimana dalam pendahuluan ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan pemabatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab pertama ini sebagai garis panduan penelitian ke depan dan menjadi acuan bagi penulisan pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua: Merupakan gambaran umum dirkursus tentang Kenabian,yang pertama-tama membahas seputar definisi nabi dan rasul, tugas nabi/rasul. Di bab ini juga membahas tentang fungsi mukjizat pada rasul, dan ke‟maksuman nabi/rasul dikarenakan untuk mengetahui keistimewaan pada diri seorang rasul. Oleh sebab itu, dirirnya diutus oleh Allah Swt. untuk menyampaikan syariat islam.

Kemudian bab kedua ini dibuat untuk mengetahui bagaimana sosok seorang nabi/rasul sebelum membahasnya lebih jauh lagi.

Bab ketiga: menjelaskan perihal tentang kekufuran orang-orang musyrik tentang Kenabian Muhammad Saw., di mulai dari arti kufur itu sendiri baik dari segi bahasa maupun pendapat para cendikiawan.

Kemudian dilajutkan membahas tentang persepsi kaum musyrik tentang sosok Nabi Muhammad Saw., dan penolakan beriman kepada Nabi Muhammad Saw. atas dakwah yang nabi sampaikan, di mana perlakuan buruk kaum musyrik terhadap nabi tidak sesuai dengan kepribadian nabi yang luhur.

Bab keempat: Menjelaskan tentang keraguan orang-orang musyrik tentang kebenaran Kenabian Muhammad Saw. yaitu melalui

penolakan orang-orang musyrik terhadap sosok Nabi Muhammad Saw. sebagai manusia biasa, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai orang gila, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai tukang sihir, tuduhan Nabi Muhammad Saw. yang dianggap sebagai penyair, dan yang terakhir anggapan al-Qur‟an sebagai dongeng, dengan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang terkait. Kemudian penulis memaparkan penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an yang penulis pakai dari beberapa kitab tafsir. Tuduhan yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap nabi merupakan bukti nyata kekufuran mereka terhadap nabi.

Bab kelima: merupakan jawaban dari perumusan masalah yaitu kesimpulan akhir. Kesimpulan merupakan jawaban atas perumusan masalah yang telah ditetapkan pada bab satu. Sementara saran ditujukan untuk menyingkap peluang serta aspek-aspek yang dirasa penting bagi peneliti selanjutnya.

16 BAB II

DIRKURSUS TENTANG KENABIAN

A. Definisi Nabi/Rasul

Pengertian nabi dari segi bahasa Arab, yaitu berasal dari kata kerja (fi‟il madi)

بن

yang berarti membawa berita.1 Menjadi kata nabi berkedudukan sebagai isim fa‟il yang artinya seseorang yang membawa berita.2

Kata nabi dalam Ensiklopedia dijelaskan berasal dari bahasa Arab, nabā‟, yang berarti kabar atau berita dan di dalam Surah al-Nabā‟ (78) ayat 1-2 dijelaskan defini secara etimologi yaitu:

ۚ ن ْي َ ِ

ل َءۤا َس تَي َّم َع َ ّۙمْي ّظ َع ْ ١

لا ّاَت َّ

جلا ّن َع ٢

“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar (hari kebangkitan).” (An-Naba'/78:1-2)

Jadi seseorang disebut nabi karena ia telah mendapatkan dan menyampaikan kabar atau berita dari Allah Swt. Hal itu disebut dengan wahyu.3

Nabi ialah orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya.4 Nabi adalah seorang manusia yang telah diberi wahyu oleh Allah dengan syarak, tetapi dia tidak diperintahkan atau dipaksa untuk menyampaikan kepada orang lain.5

1 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), 1375.

2 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, 1382.

3 Zaidah Kusumawati, MSI. Dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad Saw Sebagai Utusan Allah (Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2011), 3.

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/nabi.html.

5 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 13.

Kata

بي ل

(al-Nabi) dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 28 kali,6 diantaranya terdapat dalam Surah Ali I„mrān: 68, Surah al-A‟rāf: 157-158, Surah al-An‟fāl: 64-65, Surah at-Taubah: 70, Surah al-Taubah: 117 dan lain sebagainya. Kata

بن

(nabā‟) dalam bentuk mufrad atau anba‟ dalam bentuk jama disebut sebanyak 12 kali dengan makna berita-berita. Al-Qur‟an menyebutkan kata nabi dalam dua bentuk yaitu jama‟ dan mufrad. Sedangkan bentuk jama‟ terbagi menjadi dua, yang pertama

يُّ اَ اِ اَ

(nabiyyunā) disebut sebanyak 3 kali dan

يِّ اَ اِ اَ

(nabiyyinā) disebut sebanyak 12 kali dan tiga kali termasuk ayat-ayat Makiyyah yaitu surah Isrā‟: 55, surah Maryam: 58, al-Zumar: 69. Bentuk jama‟ yang kedua,

اِء اَ اِبن اَا

(al-Anbiyā‟) disebut sebanyak lima kali, yaitu surah al-Baqarah‟: 91, surah Ali I„mrān:

112, surah al-Nisā‟: 55, dan surah al-Māidah: 20, semua ayat tersebut tergolong ayat-ayat Madaniyyah.7 Adapun kata

اُ اُىَن

)nubuwah( yang berarti kenabian terdapat lima kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surah Ali I„mrān: 79, surah An‟ām: 89, surah Jatsiyāh: 16, surah al-Ankabut: 27, surah al-Ḥādid: 26.8 Kata

بن

(nabā‟) yang menerangkan tentang tugas nabi sebagai penyampai berita dari Tuhan terdapat sebelas kali dalam Qur‟an, diantaranya surat Sad: 67, surah

6 Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an al-Karīm, jilid 1 (Beirut: Dar al-Jil, 2005), 156.

7 Wan Zailan Kamaruddin Wan Ali, Siapa itu Nabi-nabi (Kuala Lumpur: PTS Millennia Sdn. Bhd, 2004), 5.

8 Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an al-Karīm, 156.

18

An‟ām: 67, dan salah satunya yang ditafsirkan oleh M. Quraish Shihab yaitu surah al-Nabā‟: 2.9

ّۙمْي ّظ َع ْ لا ّاَت َّ

جلا ّن َع

٢

“Tentang berita yang besar (hari kebangkitan).” (An-Naba'/78:2) Salah satu bukti arti nabi sebagai pembawa berita dijelaskan dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa kata al- nabā‟ hanya digunakan untuk berita penting, maksudnya berita penting adalah berita yang bermanfaat besar dalam pemberitaannya, adanya kepastian atau hanya sekedar dugaan besar tentang kebenarannya. Sifat dari kata al-nabā‟ dan al-azīm menunjukkan bahwa berita tersebut bukanlah hal biasa tetapi luar biasa bukan saja pada peristiwanya, tetapi juga pada kejelasan dan bukti-buktinya, sehingga meski ia tidak dipertanyakan lagi. Memang bukti-bukti tentang keniscayaan kiamat sungguh sangat jelas.10

Term-term nabi yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagaimana yang tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Term-term Nabi

9 Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an al-Karīm, 686.

10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 5-6.

No Term Jml Qur‟an Surat

Arti

1. Al-Nabi 28 03:68, 07:157, 07:158, 08:64, 08:65, 08:70, 09:61, 09:73, 09:117, 33:01, 33:06, 33:13, 33:28, 33:30, 33:32, 33:38, 33:45, 33:50, 33:53, 33:56, 33:59, 49:02, 60:12, 65:01, 66:01, 66:03, 66:08, 66:09.

Nabi

2. Al-Anbiyā‟ 3 03:112, 03:181, 04:155. Para Nabi

3. Al-Nubuwah 5 03:79, 06:89, 45:16, 29:27, 57:26.

Kenabian

4. Anba‟ 12 03:44, 11:49, 11:100, 11:120, 12:102, 20:99, 06:05, 26:06, 28:66, 54:04, 33:20, 07:101.

Berita-berita

5. Nabā‟ 11 66:03, 12:37, 09:70, 14:09, 38:21, 38:67, 27:22, 49:06, 78:02, 38:88, 18:13.

Berita

20

Adapun kata rasul berasal dari bahasa Arab, yaitu berasal dari kata kerja

ر

(fi‟il mādi) yang artinya utusan, orang yang diutus.1 Adapun sumber lain yang mengatakan bahwa rasul diambil dari kata

رلا

artinya pengarahan, berarti orang yang membawa berita dari orang yang mengutusnya.2 Oleh sebagian ulama, bahasa rasul didefinisikan sebagai manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara istilah, rasul adalah hamba Allah yang dipilih dan diberi wahyu serta diutus kepada kaum yang kafir untuk menyampaikan wahyu Allah tersebut.

Al-risālah dalam bahasa Arab bermakna „pengarahan dengan perintah tertentu‟. Dengan demikian, seorang rasul berarti „orang yang mengikuti berita yang diperintahkan kepadanya‟, atau „menjalankan apa yang diperintahkan pengutusnya‟. Al-Dahlawi menerangkan sebab diutusnya nabi atau rasul adalah karena Allah mengetahui bahwa suatu masyarakat yang baik adalah terletak pada kepatuhan mereka kepada Allah semata.3

1 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, 496.

2 Muhammad Ali al-Shabuniy, Iman kepada Rasul (Jakarta: Ummul Qura, 2014), 24-25.

3 Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 224.

6. Al- Nabiyyinā 12 02:61, 02:177, 02:213, 03:80, 03:81, 04:163, 19:85, 33:07, 17:55, 33:40, 39:69.

Para Nab

7. Al- Nabiyyunā 3 02:136, 03:80, 05:44. Para Nabi

Rasul ialah orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada manusia.4 Rasul adalah seorang manusia yang diberi wahyu dengan syarak oleh Allah dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain.5

Kata

اَ اُ اَر

(rasul) dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 116 kali,6 diantaranya terdapat dalam Surah al-Baqarah‟: 87, Surah Al-Baqarah‟: 101, Surah Ali Imrān: 32, Surah Nisā‟: 42, Surah al-Nisā‟ 59 dan lain sebagainya. Kata

اُل اُ اَر

)rasūlūn( disebutkan sebanyak 34 kali dengan makna utusan,7 diantaranya terdapat dalam Surah al-Baqarah‟: 2, Surah Ali- I„mrān: 144, Surah al-Nisā‟: 165 dan lain sebagainya. Kata

اَ اَل اُ اَر

)rasūlan( disebutkan sebanyak 23 kali.

Kata rasūlakum disebutkan sebanyak 2 kali. Kata

اَ اُل اُ اَر

)rasūlunā(

disebutkan sebanyak 4 kali. Kata

اُ اُ اُ اَر

)rasūluhu( disebutkan sebanyak 84 kali. Kata

اَ اَ اُ اَر

)rasūlan( disebutkan sebanyak 10 kali.

Kata

اَل اَ اِر

)risālah( disebutkan 1 kali, yaitu Surah al-A‟rāf: 79.

Adapun kata

اُ اَ راُ

)mursalūna( yang berarti para utusan terdapat 9 kali dalam al-Qur‟an, diantaranya surah al-Ḥijr: 57, surah al-Ḥijr:

61, surah Yasin: 13, surah Yasin: 14, surah Yasin: 16 dan lain sebagainya. Kata

اَ اِ اَ راُ

(mursalina) yang berarti yang diutus terdapat 24 kali dalam Qur‟an, diantaranya surah Baqarah‟: 252, surah

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/rasul.html.

5 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 13.

6Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an

al-Karīm, 314.

7Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an

al-Karīm, 318.

22

An‟ām:34, surah al-An‟ām: 48, surah al-A‟rāf:6, surah al-A‟rāf :77, surah al-Kahfi:56 dan lain sebagainya.8

Adapun yang menunjukkan bahwa rasul itu diperintahkan untuk menyampaikan risalah, berbeda keadaan nabi (yang tidak diperintahkan untuk menyampaikan risalah) adalah nash al-Qur‟anul karim,9 yaitu Firman Allah Swt. dalam surah al-‟Ahzāb (33) ayat 39 berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67) Term-term nabi yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagaimana yang tercantum pada tabel di bawah ini:

8 Muḥammad Fu‟ād A„bdul Bāqī, Mū‟jam Mufahras li Fāz Qūr‟an al-Karīm, 320.

9 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 16-17.

Tabel 2.2 Term-term Rasul

No Term Jml Qur‟an Surah Arti

1. Rasul 116 2:87, 2:101, 2:143, 2:214, 2:285: 3:32, 3:53, 3:81, 3:86, 3:132, 3:144, 3:152, 3:173, 3:172, 3:183, 4:42, 4:59, 4:61, 4:64, 4:69, 4:80, 4:83.

Utusan

2. Rasūlan 23 2:129, 2:151, 3:49, 3:164, 4:79, 16:36, 17:15, 17:93:

17:94, 17:95, 19:51, 19:54, 20:134, 23:32, 25:41, 28:47, 28:59, 40:34, 42:51, 72:2, 75:11, 83:15.

Utusan

3. Rasūlakum 2 2:108, 26:27. Utusan

4. Rasūlunā 4 5:15, 5:19, 5:92, 64:12. Utusan 5 Rasūluhu 84 3:101, 4:13, 4:14, 4:100,

4:136, 5:33, 5:55, 5:56, 7:158, 8:1, 8:13, 8:20, 8:46, 9:1, 9:3, 9:7, 9:16, 9:24, 9:26, 9:29, 9:33, 9:54, 9:59, 9:72, 9:73, 9:75, 9:71, 9:74, 9:80, 9:84, 9:86, 9:90.

Utusan

6. Rasūluhum 12 7:101, 9:70, 10:13, 14:9, 14:10, 14:11, 14:13, 30:9, 35:25, 40:22, 40:83, 64:6.

Utusan

7. Rasūlun 34 2:87, 2:253, 3:144, 3:183, 3:184, 4:165, 5:19, 5:75, 5:109, 6:10, 6:34, 6:124,

Utusan

24 6:130, 7:35, 7:53, 11:81,

11:120, 12:11, 13:32, 14:44:

16:35, 21:41, 23:51, 25:37, 35:4, 38:14, 39:71, 41:14, 41:43, 46:35, 50:14, 77:11.

8. Rasula 10 4:164, 4:164, 4:165, 5:70, 10:74, 13:38, 22:75, 30:47, 35:1, 40:78,

Utusan

9. Rasūlihi 17 2:98, 2:285, 2:285, 3:179, 3:179, 4:136, 4:150, 4:150, 4:152, 4:171, 11:59, 14:47, 57:19, 57:21, 57:25, 59:6, 65:8.

Utusan

10. Rasuli 4 5:12, 18:106, 34:45, 58:21. Utusan

11. Risālah 1 7:79. Pesan

12. Mursalūna 9 15:57, 15:61, 27:10, 27:35, 36:13, 36:14, 36:16, 36:52, 51:31.

Para utusan

13 Mūrsalīna 24 2:252, 6:34, 6:48, 7:6, 7:77, 15:80, 18:56, 25:20, 26:21, 26:105, 26:123, 26:141, 16:160, 16:176, 28:7, 28:65, 36:3, 36:20, 37:37, 37:123, 37:133, 37:139, 37:171, 37:181.

Yang diutus

Allah Swt. telah memilih Nabi Saw. yang mulia, supaya mereka menjadi duta di antara-Nya dengan hamba-hamba-Nya. Dia telah

memilih mereka (para nabi) di antara makhluk untuk membawa amanat, yaitu (wahyu). Dia telah menjadikan mereka yang akhlaknya paling sempurna, yang paling utama ilmunya, paling mulia keturunannya, paling besar amanatnya, dan Allah telah memuliakan serta menjaga dengan pertolongan-Nya, menjaga mereka dengan pengawasan-Nya. Oleh karena itu Allah menganugerahkan sifat-sifat nabi dalam menjalankan misi dakwahnya, diantaranya:10

1. Al-Ṣidqu (benar)

Sifat ini melazimi kenabian, merupakan suatu yang dibutuhkan manusia, selain hubungan dakwah bagi para nabi yang merupakan sifat yang tetap, bahkan merupakan sifat yang suci bagi mereka karena tidak mungkin bagi seorang nabi yang memiliki sifat-sifat seperti: berdusta, bohong, memakan harta manusia dengan cara tidak halal, dan lain-lain sifat yang buruk, karena sifat-sifat seperti ini tidak pantas dimiliki oleh orang-orang berdakwah, maka bagaimana dengan seorang nabi yang dekat kepada Tuhan atau seoarang rasul yang dimuliakan? Dan seandainya terjadi dusta dari para nabi, tentu tidak ada kekuatan atau tidak ada kepercayaan menyampaikan kabar-kabar wahyu atau meriwayatkan dari Allah Swt., karena yang demikian itu merupakan suatu perkara yang datang dari pemikirannya, kemudian mereka sandarkan kepada Allah naūzu billāhi min zālik karena itulah kami tunjukkan al-Qur‟an al-Karim yang menghukumi hukum itu dengan hukum yang pasti dalam hak setiap orang yang mengada-adakan atas nama Allah atau mendustakan atas lisannya, sebagaimana firman Allah atas kebenaran utusan Nabi Muhammad Saw. Dalam

10 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 66-76.

26 kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya). Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Haqqah/69:44-48)

2. Al-‟Amānah (dapat di percaya)

Sifat amanat, bahwa nabi itu dapat dipercaya atas wahyu, dia menyampaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, tanpa menambah atau mengurangi, tanpa mengubah atau mengganti, sebagai standar firman Allah Swt. dalam surah al-A‟hzāb (33) ayat 39 yang berbunyi,

َ َ

menyampaikan perintah-perintah Allah seperti yang telah diturunkan kepada mereka, mereka tidak mungkin berkhianat atau menyembunyikan apa yang telah diturunkan oleh Allah kepadanya, karena khianat dapat menghilangkan amanat dan apakah pantas

seorang nabi berkhianat terhadap amanatnya, tidak memberikan nasihat kepada umatnya, tidak menyampaikan risalah Allah? Maka para nabi mulia, semua mereka memberi nasihat yang dapat di percaya.

3. Tablīg (menyampaikan)

Setiap nabi menyampaikan semua informasi, mereka sesungguhnya benar-benar menyampaikan risalah Allah, mereka menasihati umat, sebagaimana ungkapan para rasul telah diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah dengan firman-Nya dalam surah al-Māi‟dah (5) ayat 67 yang berbunyi,

اَم ؾ َ ْ

ل َع ؿَح ْم ْ َّ

ل ْ

ن ّا َوِۗ َكّ ة َّر ْن ّم َكْحَلّا َل ّزْن ِ

ا ٓا َم ْغ ّ لَة ِ

ل ْي ِس َّرلا اَىُّي َ آٰي ۞ ِ ه

للّٰا َوِۗ ٗهَخ َ

ل ٰس ّر َج ْؼَّلَة َم ْي ق َ ْ

لا ى ّد ْىَي ا َ

ل َ للّٰا ه َّ

ن ّا ِۗ ّساَّجلا َن ّم َكِم ّص ْعَي

َنْي ّر ّؿ ٰ ك ْ

لا ٦٧

“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67) Maka setiap rasul dipaksa untuk menyampaikan dakwah dan risalah, tidak mungkin seorang nabi menambah satu huruf atau mengurangi satu huruf dari apa yang telah diturunkan kepadanya.

Untuk inilah kami tunjukkan sebagai surat atau ayat-ayat yang di mulai dengan lafal (

اْ اُ

) yaitu perintah yang ditujukan kepada Nabi Saw. untuk menyampaikan kepada umatnya, maka seorang rasul menyampaikan sebagaimana yang telah diturunkan kepadanya tanpa

28

menambah atau menguranginya, berikut firman Allah Swt. dalam surah al-Kāfirūn (109) ayat 1-2 yang berbunyi,

ۙ َ

akan menyembah apa yang kamu sembah.” (Al-Kafirun/109:1-2) 4. Al-Fātanah (cerdik)

Para nabi mempunyai sifat cerdik dan masyhur, mereka memiliki kebesaran dan kemasyhuran, kecerdikan yang luar biasa serta kesempurnaan akan petunjuk, perhatikanlah firman Allah Swt dalam surah al-Baqarah‟ (2) ayat 269 yang berbunyi,

َث َم ْ

Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Al-Baqarah/2:269)

Dari surah al-Baqarah‟ (2) ayat 269 tersebut membuktikan bahwasannya Allah menganugerahi siapapun yang dikehendaki-Nya untuk memahami al-Qur‟an, salah satunya ialah Nabi Muhammad Saw. yang ummi tetapi mampu memahami setiap wahyu yang turun al-Qur‟an dan as-Sunnah tidak sejalan dengan pendapat ini. Pendapat

yang benar adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Mereka menyatakan adanya perbedaan nabi dan rasul.

Pendapat yang diikuti oleh seluruh ahli tafsir, seperti al-Imām Ibn Jarīr al- Ṭabarī, Ibn Kātsīr, dan al- Imām al-A‟lusī rahimahullah.

Pendapat ini pula yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah dalam banyak fatwa beliau. Beliau berkata, “semua rasul adalah nabi, namun tidak semua nabi adalah rasul.”11

Mayoritas ulama menyatakan adanya perbedaan adanya nabi dan rasul, sebagaimana pembahasan di atas. Tetapi, mengenai letak perbedaan antara nabi dan rasul, ada beberapa pendapat sebagai berikut.

1. Rasul adalah orang yang diturunkan kepadanya wahyu berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat manusia. Adapun nabi, mereka adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat, namun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya.

2. Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat baru.

Adapun nabi diutus dengan membawa syariat rasul sebelumnya.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa nabi dan rasul diperintahkan menyampaikan syariat kepada umatnya.

3. Rasul adalah orang yang mendapatkan kitab dan syariat tersendiri (baru). Adapun nabi tidak diturunkan padanya kitab, tetapi menyeru kepada syariat Rasul sebelumnya.

4. Nabi dalam menjalankan tugasnya ada yang terbunuh oleh kaumnya sendiri. Sedangkan rasul semuanya diselamatkan oleh

11 Ibn Taimiyyah, Majmū‟ah al- Fatāwa, jilid 10 (Beirut: Dar Ibn Hazm), 209.

30 Allah Swt. dari percobaan pembunuhan dari kaumnya sendiri.12 Berikut penjelasannya dalam surah al-Baqarah‟ (2) ayat 91 yang apa yang diturunkan Allah (al-Qur'an),” mereka menjawab, “Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.” Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur'an) itu adalah yang hak yang membenarkan apa yang ada pada mereka.

Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?” (Al-Baqarah/2:91) kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya, dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67)

12 Abu Ismail Muhammad Rijal, “Perbedaan Nabi dan Rasul”, edisi 090, https://asysyariah.com/perbedaan-nabi-dan-rasul/.

B. Tugas Nabi/Rasul

Nabi/rasul ialah makhluk ciptaan Allah Swt. dengan segala bentuk kelebihannya untuk menyampaikan risalahnya berupa wahyu yang kemudian disampaikan kepada umatnya pada masa itu. Kelebihannya tersebut mampu memberikan fungsi yang baik di tengah masyarakat dengan berbagai macam perbedaan, berikut tugas nabi/rasul tersebut.13

1. Mengajak makhluk untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Satu lagi Maha Kuasa.

Mengajak makhluk untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Satu lagi Yang Maha Kuasa, ini adalah tugas dasar bahkan merupakan kebutuhan dan kepentingan yang besar, merupakan sasaran setiap para rasul yang telah diutus, menunjukkan makhluk dengan Yang Menciptakaannya, beriman dengan kesendirian-Nya, mengkhususkan beribadah dengan-Nya tanpa yang lainnya, sebagaimana Firman Allah Swt. yang luhur dalam surah al-A‟nbiyā‟ (21) ayat 25 yang berbunyi,

َه ٰ ل ّا ٓا َ

ل ٗهَّن َ ا ّهْح َ

ل ّا ٓ ْي ّحْيِن ا َّ

ل ّا ٍل ْي ِس َّر ْن ّم َكّلْتَف ْنّم اَنْل َس ْرَا ٓاَمَو

۠ اَن َ ا ٓا َّ

ل ّا ٢٥ ّن ْو ِدِت ْعاَؾ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya'/21:25)

Kemudian ada pula di dalam surah al-Naḥl (16) ayat 36 yang berbunyi,

13 Muhammad Ali al-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 39-44.

32 umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (An-Nahl/16:36)

2. Menyampaikan perintah-perintah Allah Swt

Menyampaikan perintah-perintah Allah Swt., menyampaikan larangan-Nya kepada manusia, maka perintah-perintah Tuhan pastilah dari seorang mubalig dan tentulah adanya mubalig itu dari manusia, karena memungkinkan mengambil darinya, untuk itu Allah Swt. telah memilih para utusan dari manusia untuk kegunaan dan hikmah yang kekal, sungguh para rasul yang mulia telah memenuhi tugas ini untuk kesempurnaan tujuan, tidak ada yang mundur seorang pun dari mereka untuk menyampaikan dakwatullah. Dalam keadaan mereka ini al-Qur‟anul karim mengatakan di dalam surah al-Ahzāb (33) ayat 39 yang berbunyi,

Allah telah menjadikan tugas “menyampaikan risalah” ini sebagai salah satu tanda kerasulan seseorang,14 sebagaimana dalam surah al- Māi‟dah (5) ayat 67 Allah Swt. berfirman yang berbunyi,

اَم ؾ َ ْ

berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Ma'idah/5:67) 3. Membimbing manusia dan menunjukkan manusia ke jalan yang menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (Al-Ahzab/33:45-46)

4. Sebagai teladan yang baik, teladan yang sempurna bagi umatnya Sebagai teladan yang baik, teladan yang sempurna bagi umatnya, mengenai hal ini terdapat dalam surah al-A‟hzāb (33) ayat 21 yang berbunyi,

14 Muhammad Ali al-Shabuni, Membela Nabi (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), 13.

34 maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (al-Qur'an).” Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.” (Al-An'am/6:90)

5. Mengubah keinginan manusia dari kehidupan yang fana (sementara) kepada kehidupan yang kekal (kehidupan akhirat) Mengubah keinginan manusia dari kehidupan yang fana (sementara) kepada kehidupan yang kekal (kehidupan akhirat). Maka Allah mengutus para rasul yang mulia supaya mengubah manusia dari kehidupan yang tergelincir (kehidupan dunia) kepada kehidupan yang kekal (kehidupan akhirat), sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah al-A„nkabūt (29) ayat 64 yang berbunyi,

َي ّه َ

sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (Al-'Ankabut/29:64)

Kemudian ada pula dalam surah al- Ḥādid (57) ayat 20 yang permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;

kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (Al-Hadid/57:20)

C. Fungsi Mukjizat Pada Rasul

Mukjizat adalah perkara di luar kebiasaan, yang dilakukan dengan cara tidak alami dan tidak diketahui tetapi tetap sesuai dengan hukum kausalitas. Dengan kata lain, hukum kausalitas adalah salah satu hukum yang tak terbantahkan dan rasional yang juga diterima al-Qur‟an. Oleh karena itu, tiada suatu kejadian muncul tanpa sebab termasuk mukjizat. Jadi, mukjizat adalah peristiwa yang muncul melalui sebab hukum.

Namun sebab-sebabnya bukan sebab-sebab alami. Muncul disebabkan kehendak Allah Swt. dan melalui faktor-faktor non alami dan tidak biasa. Karena itulah ia dinamakan mukjizat yang dapat menjadi bukti valid bagi klaim kenabian seorang nabi.15

Namun sebab-sebabnya bukan sebab-sebab alami. Muncul disebabkan kehendak Allah Swt. dan melalui faktor-faktor non alami dan tidak biasa. Karena itulah ia dinamakan mukjizat yang dapat menjadi bukti valid bagi klaim kenabian seorang nabi.15