• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggapan Al-Qur‟an sebagai Dongeng

BAB IV KERAGUAN ORANG-ORANG MUSYIK

E. Anggapan Al-Qur‟an sebagai Dongeng

Orang-orang Musyrik selalu membuat berbagai macam tuduhan palsu terhadap nabi. Mereka juga menuduh bahwa al-Qur‟an hanyalah dongeng orang-orang terdahulu. Jadi, nabi dituduh hanya mengulang kembali apa yang diceritakan oleh orang-orang terdahulu seperti kaum Yahudi, Nasrani, dan sebagainya. Tuduhan tersebut jelas salah, karena al-Qur‟an merupakan kitab yang turun untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya.

Al-Qur‟an datang dan membersihkan lembaran hidup para nabi dan rasul yang telah dikotori oleh riwayat dongeng „Israilliyat‟. Al-Qur‟an menguasai kitab-kitab sebelumnya, memutuskan

46 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 11, 188.

90

perkara yang di dalamnya terjadi perselisihan pada kaum-kaum terdahulu.47

Berikut dalam surah al-An‟ām (6) ayat 26, menjelaskan tentang tuduhan orang-orang musyrik terhadap al-Qur‟an yang mereka anggap sebagai cerita dongeng.

“Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan (Al-Qur'an) dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.”

(Al-An'am/6:26)

“Dan orang-orang kafir berkata: “Al-Qur‟an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dibantu oleh orang-orang lain”, sungguh, mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang”. Katakanlah: “Al-Qur‟an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan/25:4-6)

Mereka berkata demikian karena mereka mendapati kisah-kisah generasi terdahulu di dalam al-Qur‟an yang menuturkan sebagai

47 Sayyid Quṭub, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, 429.

pelajaran, nasehat, pembinaan, dan arahan. Mereka berkata tentang kisah-kisah yang benar ini: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu..” Mereka mengira bahwa Rasul Saw. meminta supaya dongengan-dongengan itu ditulis untuk nabi supaya bisa dibacakan kepada nabi di siang dan sore hari. Ini tidak benar, karena nabi seorang ummi (tidak bisa membaca dan menulis).

Perkataan mereka bahwa kisah-kisah di dalam al-Qur‟an merupakan dongengan orang-orang terdahulu itu mengandung isyarat tentang waktu yang telah silam, sehingga Muhammad Saw. tidak mengetahuinya kecuali saat dibacakan oleh para penghafal dongeng yang menyampaikannya dari generasi ke generasi. Karena itu, al-Qur‟an membantah mereka dengan menyatakan bahwa yang menuturkan kisah-kisah kepada Muhammad Saw. itu lebih tahu daripada semua orang, karena Dia-lah yang mengetahui segala rahasia, dan tidak tersembunyi dari-Nya berita tentang generasi pertama dan generasi terakhir: “Katakanlah, „al-Qur‟an itu diturunkan oleh (Allah ) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi..‟”

Bandingkan ilmu para penghafal dan penutur dongeng itu dengan pengetahuan Allah yang komprehensif. Bandingkan dongengan umat-umat terdahulu itu dengan rahasia yang ada di langit dan di bumi?

Suatu ketika, Al-Nadlar ibn al-Ḥārīs berkata kepada orang-orang Quraisy : “Wahai orang-orang Quraisy, telah datang kepada kalian suatu perkara yang kalian tidak memiliki alasan untuk mengelaknya.

Dulu, Muhammad adalah seorang pemuda yang paling kalian senangi, paling jujur dan paling amanah. Setelah berubah dan membawa perkara yang disampaikan kepada kalian, kalian mengatakannya tukang sihir. Demi Allah , dia itu bukan tukang sihir, kami benar-benar telah mengenal sihir, hembusan dan buhul-buhulnya. Kalian mengatakannya dukun. Demi Allah, dia itu bukan seorang dukun, sungguh kami telah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perdukunan. Kalian mengatakannya penyair. Demi Allah, dia itu

92

bukan penyair, kami telah mengenal syair dan seluruh jenisnya.

Kalian mengatakannya gila. Demi Allah, dia itu bukan seorang yang gila, kami telah mengenal tentang penyakit gila. Wahai orang-orang Quraisy, perhatikanlah urusan kalian, karena telah datang kepada kalian perkara besar”. Kemudian, al-Nadlar pergi ke Hirah, dan di sana mempelajari kisah-kisah raja-raja Parsi. Kisah-kisah Rustum dan Asfandayar.48

Firman Allah Swt.,

اْ اُراَ اَ اَ اْ اِ وَّل اَ اَ اَ

“Dan orang-orang kafir berkata,” maksudnya orang-orang musyrik Quraisy. Ibn „Abbās berkata, “Orang yang berkata seperti itu adalah Al-Nadḥr ibn al-Ḥarīts. 49 Selain itu, di dalam al-Qur‟an disebutkan dongeng-dongeng.”

Mujāhid ibn Isḥaq berkata, “Dia adalah orang yang menyakiti Nabi Saw.”

اَ هٰ اْ اِ

maksudnya adalah, al-Qur‟an.

اُ هٰراَىَتاْىَ اُكاْ اِ وَّلااِ

“Tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad,”

maksudnya adalah, kebohongan yang dibuatnya.

اِ اْ اَ اَع اَن اَعاَ اَ

اَ اْ اُراَ هٰ ةٌااْ اَىَ

“Dan dia dibantu oleh kaum yang lain,”

maksudnya adalah, Yahudi.50 Demikian pendapat yang dikatakan oleh Mujāhid.

اً اْ اُظ اْ اُء اَج اْ اَ اَىَ

“Maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezhaliman,” maksudnya adalah, melakukan kezaliman. Ada yang mengatakan, maknanya adalah mendatangkan suatu kezhaliman.

48 Syaikh „Abdullāh ibn Muḥammad Najdi Alis-Syaikh, Mukhtashar Sirātīr al-Rasūl (Mesir: Al-Rauḍlah, 1379 H), 117-118.

49Al-„Atṣar ini disebutkan dalam Jāmi‟ al-Bayān (18)/137) dari Ibn „Abbās secara panjang lebar.

50 Al-„Atṣar dari Mujāhid ini disebutkan oleh Al-Mawardī (3/149) dan Abū Hayyan (6/481).

Zalim karena mereka menuding kalam Allah dan ayat-ayat-Nya sebagai kebohongan yang direkayasa oleh Muhammad Saw. Makna zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Berarti, orang yang mengatakan perkataan ini telah menzalimi al-Qur‟an dengan ucapan mereka ini, dan dengan mendeskripsikannya bukan dengan sifatnya.51

اًراْ اُزوَّ

اَاْيْاِلوَّ اَاْلا اُراْىَ اِ اَ اَ اْ اُل اَ اَ ۚ

“Dan dusta yang besar. Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” Al-Zujāj berkata, “Kata tunggal dari

اْ اِ اَ اَ

adalah

اَراْ اُلاْ اُ

, seperti kata

اَثاْ اُ اْ اُ

dan

اْ اِ اَ اَ

.

Takwil ayat tersebut adalah, mereka yang mempersekutukan Allah, berkata

اُ هٰراَىَتاْىَ ۨ اُكاْ اِ وَّلااِ اَ هٰ اْ اِ

“Al-Qur‟an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad”.52

اَ اَىَ اَتاَتاْ

“Dimintanya supaya dituliskan,” yakni Muhammad Saw.

اِ اْ اَ اَع ىهٰ اْاُ اَ اِ اَ

“Maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya,”

maksudnya adalah, disampaikan dan dibacakan kepadanya.

اً اْ اِ اَ وَّ اً اَراْكاُ

“Setiap pagi dan petang,” hingga ia dapat dihafal. Kata

ىهٰ اْاُ

asalnya adalah

اَ اْاُ

, lalu huruf lam terakhir diganti dengan huruf ya‟, seperti

اِز اَ اْل ىاً اَ اَىَ

(burung elang menukik) dan semacamnya.

Firman Allah Swt.,

اِ اْراَاْلا اَ اِاهٰ هٰ وَّ ل اِ وَّريِّ ل اُماَ اْ اَىَ اْ اِ وَّل اُ اَلاَلاْىَناَ اْ اُ .

“Katakanlah: “Al-Qur‟an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi,” maksudnya adalah,

51Al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 19, 307. 52Al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, 310.

94

katakanlah wahai Muhammad bahwa al-Qur‟an ini diturunkan oleh Zat Yang Mengetahui rahasia. Dia Maha Mengetahui yang gaib, sehingga Dia tidak perlu ada yang memberitahukan kepada-Nya.

Penyebutan kata

وَّريِّ ل

tanpa diiringi dengan penyebutan

راْ اَاْا

(yang

nampak), karena yang mengetahui sesuatu yang bersifat rahasia (tersembunyi) sudah pasti lebih mengetahui yang nampak. Seandainya al-Qur‟an itu diambil dari ahli kitab dan yang lain, maka tidak ada tambahan padanya. Akan tetapi, al-Qur‟an keluar dari seni yang ada pada kitab-kitab itu, sehingga ia tidak mungkin diambil darinya.

Selain itu, seandainya al-Qur‟an diambil dari mereka maka orang-orang musyrik mampu mendatangkan sepertinya sebagaimana Muhammad Saw. Mereka tidak akan membantahnya, akan tetapi bantahan mereka tidak benar dari segi versi.

اُ وَّناِ

اً اْ اِ وَّر اًراْ اُ اَ اَ اَ

“Sesungguhnya, Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, maksudnya adalah, Maha Pengampun bagi wali-wali-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka.53

Sungguh, mereka telah melakukan kesalahan besar saat dakwah yang sedang dijalankan oleh Rasulullah Saw. Allah mengetahui rahasia di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang mereka rekayasa, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang:

“Sesungguhnya, Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

(6)54

53 Al-Qurṭubī, Tafsīr al-Qurṭubī, jilid 13, 9-11.

54 Sayyid Quṭub, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, 27-28.

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw. saat menyampaikan wahyu, nabi selalu mendapatkan penolakan dan tuduhan yang buruk dari orang-orang musyrik.

Penolakan orang-orang musyrik terhadap dakwah nabi karena nabi merupakan manusia biasa yang sama dengan mereka, bisa makan, minum, menikah, keluar masuk pasar, dan sebagainya. Mereka menginginkan sosok nabi itu seperti malaikat yang memiliki kedudukan tinggi, di kesehariannya tidak seperti manusia biasa pada umumnya.

Kemudian dari penolakan tersebut, timbullah tuduhan terhadap nabi yang dilontarkan orang-orang musyrik. Saat menyampaikan wahyu, nabi dituduh sebagai orang gila, tukang sihir, dan seorang penyair.

Mereka sengaja melakukan penolakan dan tuduhan tersebut supaya nabi menghentikan dakwahnya. Dengan begitu, tidak akan ada orang-orang musyrik yang nantinya mengikuti ajaran nabi dan mereka tetap bisa mengamalkan ajaran nenek moyang mereka yang penuh kesyirikan dan keburukan.

96 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap argumentasi al-Qur‟an tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi, penulis berkesimpulan bahwa Nabi Muhammad Saw. sebenar-benarnya nabi yang diutus oleh Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran Agama Islam. Nabi Muhammad Saw. memiliki garis keturunan Nabi Ibrahim As. dari ibunda Siti Hajar.

Siti Hajar, istri kedua Nabi Ibrahim As., ia putri salah seorang pembesar Memphis (ibukota kerajaan Mesir Kuno). Ia bertemu Nabi Ibrahim As. dan menikah. Pernikahannya melahirkan seorang putra mulia, yaitu Nabi Ismail As. yang nasabnya turun kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian Siti Hajar dan Nabi Ismail As. hijrah ke bukit Faran, yaitu suatu bukit yang terletak di kota Makkah, keduanya hidup bersama di sana. Sedangkan Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim As., ia lahir di wilayah Kutsa di pegunungan Babilonia Irak.

Siti Sarah adalah sepupu Nabi Ibrahim As. Ibu Siti Sarah dengan ibu Nabi Ibrahim As. adalah kedua putri Nabi Lahij As. Dari pernikahannya dengan Nabi Ibrahim As., ia melahirkan Nabi Ishak As. yang nasabnya turun kepada Nabi Musa As.

Nabi Muhammad Saw. dianugerahi mukjizat oleh Allah Swt.

untuk membuktikan kebenarannya sebagai nabi utusan Allah, sehingga berbagai macam tuduhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik kepada nabi tidaklah benar. Seperti dalam surah al-Ḥāqqah

(69) ayat 40-42 yang membantah tuduhan nabi sebagai penyair dan tuduhan mereka yang menganggap al-Qur‟an sebagai kitab syair.

ٍۙمْي ّر َ

perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

Dan bukan pula perkataan tukang tenun. Sedikit sekali kamu ambil pelajaran darinya.” (Al-Haqqah/69:40-42)

Kemudian nabi merupakan manusia biasa yang diamanahkan oleh Allah Swt. untuk menyampaikan wahyu-Nya, bukan seorang malaikat yang kaum musyrik inginkan, karena pengutusan nabi sebelum Nabi Muhanmmad Saw. juga semuanya manusia biasa.

ّر ْ

maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (An-Nahl/16:43)

B. Saran

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi penelitian lain yang pembahasannya berkaitan dengan kenabian Nabi Muhammad Saw. Kendati dalam skripsi ini masih terdapat beberapa hal yang belum diungkap, antara lain meneliti pembelaan al-Qur‟an mengenai kebenaran Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi dibagian perspektif orang-orang yang mendukung nabi yang harus dikaji. Maka dari itu, penulis menyarankan untuk mengkaji lagi melalui

orang-98 orang yang sejak awal mendukung dakwah nabi seperti istri nabi dan para sahabat, mereka yang percaya dengan pengutusan Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi. Hal tersebut, bisa membantah setiap penolakan dan tuduhan palsu yang dilakukan orang-orang musyrik kepada nabi.

99

DAFTAR PUSTAKA

„Abdullāh ibn Muḥammad al-Najdi Alis-Syaikh, Syaikh. Mukhtasyar Sirātīr al-Rasūl. Mesir: Al-Rauḍlah, 1379 H.

Abdullatif, Muhammad. “Konsep Kufur dalam al-Qur‟an”, diakses, 29 November, 2014, bloglatif.blogspot.com.

Ali Al-Shabuniy, Muhammad. Iman kepada Rasul. Jakarta: Ummul Qura, 2014.

... Kenabian dan Para Nabi, Cet. 1. Surabaya: PT Bina Ilmhu, 1993.

... Membela Nabi, cet. 1. Jakarta: Gema Insani Press, 1992.

Amini, Ibrahim. Mengapa Nabi Diutus?. Jakarta: Al-Huda, 2006.

As‟ad, Muhammad. “Pengabadian al-Qur‟an tentang Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.” (UIN Alauddin Makassar, 2014).

al-„Asqalānī, Ibn Ḥajar. Fatḥul Bārī Syarah: Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Bakran Adz-Dzakiey, Hamdani. Proghetic Intelligence: Kecerdasan Kenabian, cet. 3. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Al-Furqan.

Baly, Wahid Abdussalam. Ilmu Sihir dan Penangkalnya (Tinjauan Al-Qur‟an, Hadis, dan Ulama), cet. III. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.

Basalamah, Shaleh Yahya. Manusia dan Alam Gaib. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

Bāqī, Muḥammad Fu‟ād „Abdul. Mū‟jam Mufahras li Fāz al-Qūr‟an al-Karīm, jilid. 1. Beirut: Dar al-Jil, 2005.

Cawidu, Harifuddin. konsep kufur dalam al-Qur‟an. Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

100

Chalil, K.H. Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, jilid. 1.

Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Daya Razi, Najmuddin. The Path of God‟s Bondsmen from Origin to Return. Colo: Westview Press, 1980.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, 1898.

Fuadi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.

Habanakah, Abdurrahman. Pokok-pokok Akidah Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

al-Ḥajjāj, „Abdullāh. Maria Al-Qibthiyah the Forgotten Love of Muhammad Saw. Jakarta: PT Mizan Pustaka.

Hart, Michhael H. “The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History”. Amerika Serikat: Carol Publishing Group/Citadel Press, 1978.

Hisyām, Ibn dan „Abd al-Mālik. Al-Ṣīrah al-Nabawiyyah, jilid. 1. 1955 M.

Idrīs, Imām ibn „Abdullāh ibn Ismā„īl. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Semarang: Toha Putra.

Jamrah, Suryan A. Studi Ilmu Kalam. Jakarta: Kencana, 2015.

Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim. Zād al-Ma‟ad fī Hādī Khairil Ibad, jilid. 4.

Beirut: Muassāsah, 700 H.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/nabi.html.

Kamus Besar Bahasa Inggris, http://m.xamux.com.

Khalid, Muhammad. Nabi Muhammad juga Manusia, cet. 1. Jakarta:

Mushaf, 2008.

101 al-Khaṭīb, Syaikh „Abdul Ḥāmid. Ketinggian Risalah Nabi Muhammad

Saw, jilid. 1. Jakarta: Bulan Bintang.

Kusumawati. MSI, Zaidah Dkk. Ensiklopedia Nabi Muhammad Saw Sebagai Utusan Allah. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2011.

Al-Maḥlāwī, Ḥanafī. Harum Semerbak Tempat-tempat yang dikunjungi Rasulullah Saw. Jakarta: Ufuk Press, 2008.

Mahmud Aqqod, Abbas. Keagungan Muhammad SAW. cet. IV. Solo: CV Pustaka Mantiq, 1994.

Mālik, „Imām. Al-Muwattā‟. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Manzhūr, Ibn. Lisān al-„Arab, jilid. 4. Beirut: Dārū Sadīr.

Misran dan Armansyah. Para Penentang Muhammad Saw. Bandung:

Safina, 2018.

al-Mubārakfūrī, Ṣafī al-Raḥmān. al-Rakhīq al-Makhtūm: Baḥṡun fi al- Ṣīrah al-Nabawiyyah „Alā Ṣāḥibihā Afḍal al-Ṣalāh wa al-Salām.

cet. 1 (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiah, 1308 H/ 1988 M).

Mujieb, M. Abdul dan Mabruri Tholhat. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: PT.

Pustaka Firdaus, 1994.

Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Murad, Mushtafa. Mukjizat Rasulullah: 1000 Mukjizat Nabi Akhir Zaman.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

al-Musayyar, Dr.M. Sayyid Ahmad. Nabi Muhammad Saw.: Argumen Puncak tentang Wahyu, Mukjizat & Universalitas, terj. Kamran as‟at Irsyady & Hadiri Abdurrazaq (Mesir: Erlangga, 2006).

al-Naisābūrī, Muslim ibn al-Ḥajjāj Abū al-Ḥusain al-Qusyairī. Ṣaḥīḥ Muslim. Jilid 7 (Beirut: Dār Iḥyā al-Turaṡ al-„Arabī).

Nasution, Muslim. Ensiklopedi Akidah Islam. Jakarta: Kencana, 2003.

102

Qudāmah, Ibn. Al-Mughnī. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurṭubī, Imām. Tafsīr Al-Qurṭubī, terj. Akhmad Khatib. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Quṭub, Sayyid. Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Saleh Tamhid. Jakarta: Robbani Press, 2002.

Rahman, Abdul dan Abdul Khalid. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Ramandha, Yank. Peranan Nabi dan Rasul. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hamzanwadi Selong. 2013.

Schimmel, Annemarie. Dan Muhammad adalah Utusan Allah (Penghormatan terhadap Nabi Saw dalam Islam), cet. 2. Bandung:

Mizan, 1992.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2003.

... “Mukjizat Al-Qur‟an”. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007.

Siregar, Rusman. “Ternyata Karl Marx mengagumi Sosok Nabi Muhammad”. Diakses, 23 Desember, 2019, sindonews.com.

Subḥāni, Syaikh Ja‟far. „Ishmah: Keterpeliharaan Nabi dari Dosa, terj.

Syamsuri Rifa‟i. Penerbit Yayasan As-Sajjad, 1405 H/1991 M.

al-Sya‟rāwī, Muḥammad Mutawalli. Tafsīr al-Sya‟rāwī. jilid 12 (CD ROOM al-Maktabah al-Syāmilah).

Al-Ṭabarī, Abū Ja‟far Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī. Tafsīr al-Ṭabarī, terj. Akhmad Affandi dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ṭabāṭabā‟ī, Muḥammad Ḥusain. Tafsīr Mīzān, jilid. 2 (Qom: Dar al-Kutub al-Islamiyyah).

Taimiyah, Ibn. Majmū‟ah al- Fatāwa. Beirut: Dar Ibn Hazm.

Al-Wāḥidi. Asbāb al-Nuzūl (Dar Ibn Hazm).

Yāsīn, al-Syaikh Khalīl. Muhammad di Mata Cendekiawan Barat. Jakarta:

Gema Insani Press, 1989.