4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Grand Victoria Hotel merupakan salah satu hotel berbintang 3 (Tiga) di Samarinda yang berdiri pada tahun 2005. Hotel ini berada di bawah naungan PT.
Grand Victoria Internasional Hotel. Letaknya yang strategis yaitu berhadapan dengan salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Samarinda; memiliki akses yang dekat dengan beberapa kantor pemerintahan seperti kantor Wali Kota;
kemudahan akses ke beberapa Bank seperti Bank Mandiri dan Bank Mega; serta dekat, Bandar Udara Temindung, Mesra Tours, Prima Tours & Travel.
Kebanyakan tamu yang menginap di Grand Victoria Hotel adalah para pebisnis.
Fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan Grand Victoria Hotel menjaminkan penginapan yang menyenangkan dengan amenity modern di setiap kamar tamu, memberikan layanan yang hangat serta menyambut tamu sesuai standar internasional. Untuk menyebutkan beberapa fasilitas hotel ini, terdapat layanan laundry/dry cleaning, kotak penyimpanan aman, layanan kamar 24 jam, pusat bisnis, serta wifi di tempat-tempat umum. Semua akomodasi tamu dilengkapi dengan fasilitas yang telah dirancang dengan baik demi menjaga kenyamanan.
Hotel ini menawarkan fasilitas rekreasi yang menyenangkan seperti spa, sauna, pijat, gym/fasilitas kebugaran, serta ruang uap untuk menjadikan penginapan anda tak terlupakan. Berikut ini merupakan logo dari Grand Victoria Hotel yang melambangkan hotel dengan bintang 3 (tiga) serta menjanjikan keharmonisan atau keselarasan.
Gambar 4.1 Logo Grand Victoria Hotel Sumber: Grand Victoria Hotel
4.1.2 Visi, Misi, Kebijakan Mutu, dan Sasaran Mutu
Berikut ini merupakan penjabaran dari visi, misi, kebijakan, serta sasaran mutu dari Grand Victoria Hotel.
Visi:
Menjadi tujuan utama bagi tamu sebagai hotel tempat berbisnis dan berlibur dengan menawarkan pelayanan yang maksimal dan berkualitas.
Misi:
Pelayanan yang terbaik.
Kebijakan Mutu:
Kepuasan dan kenyamanan, pelayanan dan produk yang lebih baik, keramahtamahan dan dukungan staf yang terlatih.
Sasaran Mutu:
Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pelanggan, serta memberikan produk dan pelayanan yang lebih baik melalui peningkatan yang berkesinambungan.
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan departemen atau divisi pada hotel yang mencerminkan adanya pembagian kerja, pengelompokan pekerjaan dan menunjukkan posisi formal dalam suatu perusahaan. Selain itu, struktur organisasi menunjukkan saluran komando atau perintah dari atasan kepada bawahan, serta tanggung jawab dari bawahan kepada atasan. Dalam struktur organisasi Grand Victoria Hotel, posisi tertinggi menjabat sebagai General Manager serta dibawahi oleh departemen atau divisi yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu Room Division, Food & Beverage, Human Resources Development, Sales & Marketing, Chief Accounting, Information System, dll. Untuk lebih jelasnya dapat melihat struktur organisasi Grand Victoria Hotel berikut ini.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Grand Victoria Hotel Samarinda Sumber: Data Internal Perusahaan, 2013
Job Description pada Grand Victoria Hotel, yaitu:
1. Room Division Manager Tugas dan tanggung jawab:
a. Melaksanakan pengelolaan Room Division dengan berpedoman pada kebijakan dan prosedur.
b. Bertanggung jawab atas perumusan kebijaksanaan, teknis pengendalian, bimbingan, koordinasi, evaluasi, dan administrasi pengelolaan Room Division.
c. Merumuskan strategi penjualan kamar.
d. Merekomendasikan penyesuaian Room Rates.
e. Memonitor kelancaran, ketepatan, pelaksanaan dan pelayanan pada floor section dan front office section.
f. Menyusun rencana kerja tiap section.
g. Merencanakan pelatihan, cross training pada staff.
h. Mempersiapkan strategic plan, marketing plan, dan program pencapaian khususnya untuk Room Division, dll.
2. Food & Beverage Manager Tugas dan tanggung jawab:
a. Melaksanakan pengelolaan teknis penjualan pelayanan-pelayanan Food and Beverage department.
b. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan antar kitchen – F & B Service – Stewarding.
c. Menyusun rencana program kerja dan menilai pelaksanaannya.
d. Memonitor pelaksanaan “Store Room Requesition”.
e. Melaporkan ke F & B Manager atau ke General Manager mengenai rekomendasi dan pengembangan personil.
f. Mengadakan negosisasi penawaran convention atau event.
g. Memberi rekomendasi penyesuaian tarif Food & Beverage kepada F & B Manager.
h. Mengevaluasi penjualan F & B, total maupun per outlet, dll.
3. Human Resources Development Manager Tugas dan tanggung jawab:
a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas segala tugas sesuai fungsi masing-masing staff personalia dalam melaksanakan tugas.
b. Melaksanakan pembinaan administrasi.
c. Menentukan program kerja dan melaksanakan pengolahan tehnis administrasi.
d. Membuat planning, recruiting, staffing, controlling.
e. Menyusun rencana anggaran pendidikan karyawan, dll.
4. Sales & Marketing Manager Tugas dan tanggung jawab:
a. Bertanggung jawab dalam kegiatan sales dan budget plan untuk marketing department agar mencapai sasaran target yang telah ditentukan.
b. Merencanakan anggaran dan jadwal sales call dan sales trip.
c. Membagi tugas para sales executive dan sales representative.
d. Mempersiapkan promotion material/sales tools untuk dikirim kepada client.
e. Mengadakan productivity report yang terperinci tiap segment pasar.
f. Mengkoordinir dan mengawasi serta bertanggung jawab atas semua kegiatan di marketing dept.
g. Membuat monthly sales report mengenai aktivitas promosi dan monthly budget dan revenue.
h. Mengadakan market competitor survey secara teratur, dll.
5. Chief Accounting Manager Tugas dan tanggung jawab:
a. Memeriksa laporan penjualan harian hotel dengan mengontrol kebenaran total penjualan tunai ataupun city ledger, juga mengontrol perbandingan
atas penjualan tunai dengan tagihan disesuaikan dengan policy perusahaan serta melihat kondisi dan situasi pada saat tersebut.
b. Mengamankan sektor penerimaan kas dengan mengetahui bahwa penyetoran ke bank telah sesuai dengan laporan penerimaan kas yang tercantum pada laporan penjualan harian hotel.
c. Memeriksa rekapitulasi saldo piutang, umur piutang, menerbitkan surat tagihan/peringan bila perlu dalam menunjang dalam terbayarnya piutang.
d. Memeriksa atau menyetujui permintaan pembelian barang-barang setelah terlebih dahulu mengkonfirmasikan kebutuhan tersebut apakah sesuai baik jenis maupun jumlahnya dengan situasi pada saat tersebut tanpa mengabaikan faktor efektifitas serta disesuaikan dengan penghematan dan mengacu kepada skala prioritas.
e. Menyetujui atau memeriksa pembayaran melalui bukti kas keluar serta memeriksa kebenaran baik jenis maupun jumlah dari voucher pembayaran.
f. Mengkoordinasikan bagian pengaturan pembayaran (Account payable) dengan General Cashier, dalam mengatur kas keluar apakah telah sesuai dengan kesepakatan pihak kreditor atau supplier mengenai waktu dari pembayaran tersebut dan apakah check-check yang dipersiapkan untuk pembayaran tersebut terjamin dananya di bank.
g. Memantau atau mengkoordinasikan cost control, receiving, store keeper, dan purchasing dalam pengadaan bahan makanan, minuman maupun material agar menyediakan barang dan bahan lancar dalam menunjang operasional serta meminimalis barang atau bahan yang “slow moving item” agar tidak terjadi pengendapan dana melalui barang-barang yang tersimpan di gudang.
h. Membantu General Manager dalam menyusun atau menyiapkan ramalan pendapatan dan biaya bulanan, triwulan, dan tahunan.
i. Mengadakan meeting rutin guna mengkoordinasikan antara seksi dibagian akutansi, mengevaluasi hasil kerja mingguan, memecahkan masalah- masalah yang ada serta melaksanakan koreksi-koreksi dalam upaya penyempurnaan sistem administrasi atau akutansi, dll.
4.1.4 Alamat Perusahaan
Lokasi dari Grand Victoria Hotel berada tepat berhadapan dengan salah satu pusat perbelanjaan terbesar, yaitu Mall Lembuswana. Informasi umum mengenai Grand Victoria Hotel adalah sebagai berikut:
1. Nama : Grand Victoria Hotel Samarinda 2. Alamat : Jl. Letjend. S.Parman No.11 Samarinda 3. Kode Pos : 75123
4. Provinsi : Kalimantan Timur 5. Negara : Indonesia
6. Telepon : 0541-203001 7. Fax : 0541-203002
8. Email : [email protected] 9. Website : www.grandvictoriahotel.com 10. Tahun berdiri : 25 Januari 2005
4.2 Fasilitas-fasilitas Grand Victoria Hotel
4.2.1 Rooms
Grand Victoria Hotel memiliki 80 kamar dengan 4 tipe, yaitu Superior berjumlah 45 rooms, Deluxe berjumlah 23 rooms, Junior Suite berjumlah 8 rooms dan Victoria Suite berjumlah 4 rooms. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui table 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Daftar Tipe dan Harga Kamar
Tipe Kamar Harga Kamar
Superior Rp. 837.000,-
Deluxe Rp. 945.000,-
Junior Suite Rp. 1.170.000,-
Victoria Suite Rp. 1.800.000,-
Sumber: Sales Marketing Grand Victoria Hotel ( Diolah peneliti)
4.2.2 Food and Beverage
Grand Victoria Hotel memilki 3 Outlet restaurant yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Gardenia Restaurant
Restaurant dengan gaya classic serta open dari pukul 10.00 s/d 00.00 wita yang menyajikan menu utamanya yaitu Chinese food dengan jumlah kapasitas 50 kursi.
2. Lobby Lounge
Lounge yang terletak di lobby hotel ini memberikan kesan bersahabat dan nyaman, serta open dari pukul 09.00 s/d 23.00 wita dengan mengutamakan menu sajian jenis light snack. Kapasitas lounge ini berjumlah 30 kursi.
3. Steak House Restaurant
Restaurant yang berada di lantai 7 hotel ini memberikan suasana yang menyenangkan dengan pemandangan kota samarinda di malam hari.
Restoran yang buka mulai pukul 18.00 s/d 23.00 wita ini menyajikan menu utamanya yaitu steak, serta kapasitasnya berjumlah 70 kursi.
4.2.3 Meeting Rooms
Grand Victoria Hotel memiliki beberapa ruangan untuk pertemuan, acara, dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Meeting Rooms
Room Name Volume
Capacities Theater
Style
Round Table
U-Shape style
Class Room
Aji M Parikesit 63 m2 50 30 20 20
Aji Batara 52 m2 50 30 20 20
Princess Junjung Buyah 84 m2 120 50 40 40
Princess Petung 120 m2 180 80 60 65
Princess Aji Bidara Ballroom 210 m2 350 220 150 150
Sumber: Sales & Marketing Grand Victoria Hotel (diolah peneliti).
4.2.4 Fasilitas Olahraga dan Rekreasi
Grand Victoria Hotel memiliki beberapa fasilitas olahraga dan rekreasi sebagai berikut:
1. Gym/fasilitas kebugaran 2. Spa
3. Ruang uap 4. Pijat 5. Sauna
4.2.5 Business Center
Grand Victoria Hotel memberikan fasilitas serta service dalam business center, antara lain:
1. Secretarial service 2. Translation 3. Photo Copy 4. Facsimile
5. Internet Connection 6. Hot Spot en@ble
7. Ticketing (Tour & Travel) 8. Equipment Rental
9. Courier Service 10. Drug Store/Gallery
4.2.6 General Fasilitas
Adapun General fasilitas yang disediakan oleh Grand Victoria Hotel, yaitu:
1. Coffee shop 2. Fasilitas rapat
3. Kotak penyimpanan aman 4. Lift
5. Restaurant 6. Concierge
7. Layanan kamar 24 jam 8. Layanan laundry/dry cleaning 9. Wifi di tempat-tempat umum
10. Akses LAN dan Wifi gratis di dalam kamar 11. Tempat parkir mobil
12. Transfer bandara
4.3 Deskripsi Informan
Berikut ini adalah deskripsi informan penelitian, yaitu:
1. Saunan Rasyid selaku General Manager
Saunan Rasyid kelahiran tahun 1963 dengan latar belakang pendidikan S-1 Sarjana Hukum. Beliau pertama kali bergabung di Grand Victoria Hotel pada tahun 2010 dan sekarang sudah bekerja selama 3 tahun.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau merupakan pemimpin utama dalam Grand Victoria Hotel yang bertugas memberikan arahan serta mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di lapangan, baik menyangkut operasional hotel itu sendiri maupun sistem pelaporan dan hal-hal administratif lainnya sekaligus sebagai pengambil keputusan.
2. Hendri Kurniawan selaku Room Division Service Manager
Hendri Kurniawan lahir pada tahun 1975. Pada tahun 1993 sampai 1997, beliau menyelesaikan pendidikan S-1 nya di Bali sebagai DIV Manajemen Perhotelan. Beliau pertama kali bergabung dengan Royal Victoria Hotel Sanggata, pada tanggal 17 Maret 2010, kemudian pada awal tahun 2013 beliau baru bergabung dengan Grand Victoria Hotel Samarinda hingga saat ini.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau bertanggung jawab atas pelayanan kamar dan fasilitas-fasilitas yang ada di hotel, baik dari segi kenyamanan, kepuasan costumer, kebersihan, serta kelengkapannya.
Beliau juga berperan sebagai penentu keputusan hotel, apakah perlu penambahan fasilitas hotel atau tidak setiap tahunnya dengan persetujuan dari General Manager.
3. Adi selaku Food & Beverage Manager
Adi kelahiran tahun 1984. Pendidikan terakhir beliau adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Samarinda, jurusan Akomodasi Perhotelan.
Awalnya beliau bergabung dengan Grand Victoria Hotel sebagai waiter pada bulan Agustus 2005. Kemudian beliau beberapa kali berganti jabatan di Grand Victoria Hotel, seperti menjadi Captain Banquet, terus menjadi Supervisor Restaurant, lalu menjadi Asst. Restaurant Manager, kemudian menjadi Restaurant Manager. Dan semenjak tanggal 1 November 2012 hingga saat ini, beliau menjabat sebagai Asst. Food & Beverage Manager yang dimana beliau mengatur operasional di restaurant, banquet dan kitchen.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau bertanggung jawab dalam memastikan operasional, masalah mutu pelayanan dan makanan, memenuhi goalnya bahwa tamu terpuaskan dari sisi pelayanan restaurant nya termasuk produk di kitchen itu sendiri, mengadakan event di banquet, melayani tamu-tamu yang datang ke restaurant maupun tamu-tamu yang ada didalam kamar.
4. Asep Halim selaku Human Resource Development Manager (HRD)
Asep Halim kelahiran 1958 dengan latar belakang pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas). Beliau termasuk salah satu anggota terlama yang bekerja di Grand Victoria Hotel dan hingga saat ini beliau bergabung dan bekerja sudah hampir 8 tahun.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau yang mengkoordinir dan bertanggung jawab atas segala tugas sesuai fungsi masing-masing staf personalia dalam melaksanakan tugas, beliau juga melaksanakan pembinaan administrasi, serta menentukan program kerja dan melaksanakan pengolahan tehnis dalam administrasi di Grand Victoria Hotel.
5. Lukman selaku Sales & Marketing Manager
Lukman kelahiran tahun 1979. Latar belakang pendidikan beliau adalah SMU (Sekolah Menengah Umum), dan sudah termasuk lama bekerja di Grand Victoria Hotel yaitu 7 tahun.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau yang bertanggung jawab dalam kegiatan sales dan budget plan untuk marketing department agar mencapai sasaran target yang telah ditentukan
6. Tentrem Subekti selaku Chief Accountant Manager
Tentrem Subekti kelahiran tahun 1972. Beliau kelulusan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Sebelum bergabung dengan Grand Victoria Hotel pada tahun 2010, beliau bekerja sebagai Konsultan Hotel System.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau bertanggung jawab mengenai keuangan Grand Victoria Hotel, seperti pembuatan laporan laba rugi, laporan neraca, pelaksana penggajian bagi staff-staff hotel.
7. Moh Najar Lutfi selaku Staff Information Technology & Staff Receiving Moh Najar Lutfi kelahiran tahun 1987 dengan latar belakang pendidikan D3 Manajemen Informatika Politeknik Negeri, kota Jember.
Hingga saat ini, beliau sudah 2 tahun bekerja di Grand Victoria Hotel.
Dipilih sebagai informan penelitian karena beliau yang menangani masalah ketehnisan dalam hal teknologi informasi berupa sistem yang digunakan dalam Grand Victoria Hotel yang dibawahi Chief Accounting, serta berkewajiban untuk menerima, memeriksa barang, atau bahan olahan yang datang dan diserahkan oleh pemasok atas pesanan dari bagian pembelian hotel.
4.4 Analisis Eksternal Lingkungan Makro
Dewasa ini, tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatan-kekuatan eksternal berupa tren-tren dan kejadian-kejadian secara signifikan mempengaruhi semua produk, jasa, pasar dan organisasi dunia. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal memampukan perusahaan untuk mengembangkan suatu misi yang jelas, merancang strategi guna mencapai tujuan jangka panjang, dan mengembangkan berbagai kebijakan untuk meraih tujuan tahunan (David, 2012). Adapun kekuatan-kekuatan eksternal yang memiliki dampak atau pengaruh terhadap Grand Victoria Hotel adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Badan Pusat Statistik melalui Data Sosial Ekonomi edisi 36 dalam http://www.bps.go.id/download_file/IP_Mei_2013.pdf, menyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 6,02 persen. Secara y-on-y, hampir semua sektor pada triwulan I-2013
mengalami peningkatan kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Jika dilihat berdasarkan laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha, maka persen dari masing-masing sektor ekonomi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha triwulan I-2013 (persen)
Sumber: Data Sosial Ekonomi Edisi 36, p. 32 Keterangan:
q-to-q = quartal to quartal y-on-y = years on years
Pada triwulan I-2013, sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 23,59 persen, diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 15,04 persen, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 14,11 persen, Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 11,44 persen, Sektor Jasa-jasa sebesar 10,43 persen, dan Sektor Konstruksi sebesar 10,18 persen. Secara keseluruhan keenam sektor tersebut mempunyai peranan sebesar 84,79 persen dalam PDB, sedangkan tiga sektor lainnya mempunyai andil masing-masing kurang dari 10 persen, serta peranan seluruh sektor ekonomi tanpa migas pada triwulan I- 2013 sebesar 92,55 persen.
Mengacu pada penjelasan di atas, terlihat bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari kontribusi hotel yang ada di Indonesia dengan menduduki peranan ketiga terbesar dalam sektor ekonomi sebagai penyumbang laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini industri hotel di Indonesia berkembang sangat pesat. Menurut Digital Media &
Communication STR Global dalam bisnis.com, mencatat bahwa proyeksi pertumbuhan hotel baru di Indonesia sampai dengan kuartal I/2013 mencapai 24,2 persen dengan jumlah sebanyak 30.942 kamar. Jumlah tersebut termasuk yang tengah dalam konstruksi dan perencanaan akhir, namun tidak mencakup yang masih dalam tahap perencanaan. Berdasarkan proyeksi tersebut, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai salah satu negara dengan proyeksi pertumbuhan hotel tertinggi, di bawah Filipina dan India.
Pertumbuhan PDB Indonesia tidak terlepas dari kontribusi PDRB di seluruh wilayah yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kota Samarinda.
Yang mana Samarinda merupakan ibukota Kalimantan Timur. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Samarinda (Bappeda) dalam http://bappeda.samarindakota.go.id/data/produk/201302141229078851ad9.pdf menyatakan bahwa PDRB disajikan dalam 2 (dua) konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstant serta penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstant (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Yang mana BPS menggunakan tahun dasar 2000. Pertumbuhan ekonomi daerah kota Samarinda baik melalui harga yang berlaku maupun harga konstant, baik dengan sektor migas maupun non migas dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Dengan Migas Tahun 2009-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi kota Samarinda, apabila memasukkan unsur migas dengan harga berlaku pada periode waktu 2009–2012, rata-rata tumbuh sebesar 7,47 persen, sedangkan apabila dilihat dengan harga konstan, rata-rata tumbuh sebesar 5,17 persen per tahun. Umumnya untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerah harus di lihat dengan harga konstant.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi tanpa migas maka dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Tanpa Migas Tahun 2009-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik
Apabila ditinjau dari sisi PDRB tanpa migas, maka dalam kurun waktu 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009–2012 terlihat rata-rata pertumbuhan ekonomi kota Samarinda tumbuh sebesar 7,42 persen dengan harga berlaku dan 4,90 persen dengan harga konstant.
Kalau dibandingkan dengan pertumbuhan berdasarkan migas maka pertumbuhan ekonomi kota Samarinda tanpa migas jauh lebih kecil yaitu sebesar 4,90 persen, ada perbedaan nilai pertumbuhan jika PDRB dilihat tanpa migas, sesungguhnya pertumbuhan ekonomi tanpa migas inilah yang dapat dijadikan rujukan dan analisis karena kota Samarinda memang termasuk kota yang bukan penghasil migas atau bukan kota pengolah migas, yang mana Samarinda dalam visi dan misinya lebih berorientasi pada kota jasa dan perdagangan, hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan sektoral sebagai berikut.
Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstant Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dengan mengacu pada tabel di atas, salah satu sektor yang mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB kota Samarinda adalah hotel. Meskipun tingkat pertumbuhan per tahunnya mengalami penurunan, akan tetapi menurut jumlah rata-ratanya masih terbilang tinggi yaitu berada pada urutan ke 3 terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya.
Secara umum, pembentukan perekonomian kota Samarinda (angka PDRB) secara perlahan dan pasti menuju kota Pelayanan (Service). Perubahan perekonomian kota Samarinda tersebut sangat dipengaruhi olah naik turunnya sektor-sektor tersebut. Terlihat dengan adanya pergeseran kontribusi ekonomi kota Samarinda dari tahun ke tahun, tampak seperti peranan sektor Pembuatan (Manufacture) dan Pertanian (Agriculture) terus mengalami penurunan.
Dilihat dari tiga sektor besar, maka tampak adanya pergeseran yang signifikan antara Pertanian (Agriculture), Pembuatan (Manufacture) dan Pelayanan (Service).
Pergeseran terlihat pada peningkatan peranan sektor yang menghasilkan jasa meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa mencatat kontribusi (peranan). Untuk lebih memperjelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstant Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan kontribusi dari peranan sektor service yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa bangunan serta sektor jasa-jasa.
2. Inflasi
Menurut Badan Pusat Statistik melalui Data Sosial Ekonomi edisi 36 dalam http://www.bps.go.id/download_file/IP_Mei_2013.pdf, menyatakan bahwa Indonesia mengalami deflasi pada April 2013 sebesar 0,10 persen, angka tersebut lebih rendah dibanding kondisi April 2012 yang mengalami inflasi 0,21 persen. Inflasi tahun kalender 2013 sebesar 2,32 persen dan tingkat inflasi year-on-year (April 2013 terhadap April 2012) sebesar 5,57 persen. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga, deflasi umum (headline deflation) terjadi karena adanya penurunan harga yang dtunjukkan oleh penurunan indeks kelompok bahan makanan 0,80 persen; sandang 1,13 persen dan kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,30 persen; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar 0,41 persen; kesehatan 0,22 persen; pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,15 persen; transport, komunikasi, dan jasa keuangan o,10 persen. Untuk menggambarkan inflasi tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut ini.
Gambar 4.4 Tingkat inflasi bulan ke bulan, tahun kalender, dan year-on-year gabungan 66 kota, tahun 2011-2013
Sumber: Data Sosial Ekonomi Edisi 36, p. 24
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, penyebab terjadinya inflasi ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok salah satunya adalah listrik.
Menurut Direktur Perencanaan & Manajemen Resiko PLN, Murtaqi Syamsuddin dalam pln.co.id mengungkapkan bahwa pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu pemerintah memberlakukan kebijakan mengenai kenaikan tarif dan pengurangan subsidi secara bertahap selama tahun 2013. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari Pengamat Ekonomi Nasional dalam pln.co.id yang berpendapat bahwa, inflasi Indonesia pada tahun 2013 diprediksi 4,5 persen dan dampak yang akan ditimbulkan dari adanya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) dengan pengurangan subsidi dan menaikan tarif adalah sekitar 0,3 hingga 0,5 persen terhadap prediksi inflasi, sehingga kemungkinan inflasi Indonesia di akhir tahun 2013 bisa berkisar pada angka 4,8 persen hingga 5 persen atau maksimal 5,5 persen. Penyesuaian tarif tenaga listrik ini tidak mengikut sertakan pelanggan kecil. Pelanggan dengan daya 450 VA dan 900 VA tidak mengalami penyesuaian tarif.
Di samping itu terdapat empat golongan pelanggan yang secara bertahap diterapkan tarif keekonomian sehingga pada akhir tahun 2013 tidak lagi memperoleh subsidi, yaitu:
1) Pelanggan Rumah Tangga Besar (R-3, daya 6.600 VA ke atas), contoh: rumah mewah.
2) Pelanggan Bisnis Menengah (B-2, daya 6.600 VA s.d 200 kVA), contoh: hotel bintang 2, hotel bintang 3, kantor perbankan, restoran besar.
3) Pelanggan Bisnis Besar (B-3, daya diatas 200 kVA), contoh: Shopping Center/Mall, hotel bintang 4, hotel bintang 5, taman hiburan dan rekreasi komersil, stasiun TV swasta.
4) Pelanggan Kantor Pemerintah Sedang (P-1, daya 6.600 VA s.d 200 kVA), contoh: kantor pemerintah dan pemerintah daerah.
Dengan diberlakukannya peraturan/kebijakan mengenai penyesuaian tarif tenaga listrik, yang mana hotel termasuk salah satu dari empat golongan yang
secara bertahap diterapkan tarif keekonomian, maka hal ini akan memberikan dampak yang besar bagi operasional hotel.
3. Pendapatan Per kapita
Meningkatnya pendapatan per kapita Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah kemiskinan, serta jumlah pengangguran di Indonesia. Menurut Menteri Keuangan Hatta Rajasa dalam depkeu.co.id mengatakan bahwa jumlah kemiskinan dan pengangguran menurun tajam setelah reformasi digulirkan.
Tidak hanya itu, pendapatan masyarakat pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Yang mana kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 17 persen, namun saat ini, kemiskinan hanya menyentuh 11,6 persen. Jumlah pengangguran juga mengalami penurunan dari 10 persen pada tahun 2004 menjadi 5,92 persen pada saat ini. Jumlah pendapatan per kapita Indonesia juga mengalami peningkatan dari USD1100/kapita/tahun di 2004 menjadi USD4000/kapita/tahun saat ini. Sementara itu, pemerintah menargetkan pendapatan per kapita pada tahun 2025 bisa mencapai USD14.250-15.500. Hal ini sejalan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang akan menjadikan Indonesia sebagai 12 besar kekuataan dunia tahun 2025.
Dalam hal ini kota Samarinda yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia mengalami kenaikan pendapatan per kapita yang cukup berarti selama 4 tahun terakhir. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Samarinda (Bappeda) dalam http://bappeda.samarindakota.go.id/data/produk/201302141229078851ad9.pdf
mengungkapkan bahwa kenaikan pendapatan per kapita ini menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya relatif lebih baik, selain itu juga pendapatan per kapita ini akan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan mampu menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Melalui tabel berikut ini dapat dilihat kenaikan pendapatan per kapita di kota Samarinda.
Tabel 4.7 Pendapatan Per Kapita Kota Samarinda Tahun 2009-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi kenaikan pada setiap tahunnya dengan jumlah rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp 31,435 juta.
Dengan mengacu pada keseluruhan penjelasan di atas, maka naiknya pendapatan per kapita akan mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.
Salah satunya dalam hal memilih jenis akomodasi seperti hotel, yang mana masyarakat akan lebih memilih hotel berbintang yang memberikan pelayanan dan kualitas yang lebih baik. Sementara itu, apabila pendapatan per kapita menurun maka masyarakat akan lebih selektif dalam memilih jenis akomodasi, seperti di hotel kelas melati atau hotel bujet.
4. Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam http://bps.go.id/brs_file/pariwisata_03jun13.pdf mengungkapkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada April 2013 di 23 provinsi di Indonesia mencapai rata-rata 51,88 persen atau turun 0,01 poin dibandingkan TPK April 2012 yang sebesar 51,89 persen. Begitu pula, jika dibanding dengan TPK Maret 2013 yang tercatat 52,20 persen, TPK April 2013 turun sebesar 0,32 poin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.8 TPK Hotel Berbintang di 23 Provinsi di Indonesia
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 38/06/Th. XV, p. 3
Pada April 2013, TPK tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 72,93 persen, diikuti Provinsi Sulawesi Tenggara 58,64 persen, dan DKI Jakarta 58,60 persen. TPK terendah terjadi di Provinsi Sumatera Utara yang tercatat sebesar 41,57 persen. Penurunan TPK hotel berbintang pada April 2013 dibanding April 2012 terjadi di sebagian provinsi, dengan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 6,59 poin dan Kalimantan Selatan 5,87 poin. Demikian pula, jika dibanding Maret 2013, penurunan TPK April 2013 terjadi di sebagian provinsi, dengan penurunan tertinggi tercatat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 7,48 poin, diikuti Provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,47 poin. Adapun gambaran TPK menurut klasifikasi bintang dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.9 TPK menurut Klasifikasi Bintang di 23 Provinsi di Indonesia
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 38/06/Th. XV, p. 4
Selanjutnya bila dilihat menurut klasifikasi hotel, TPK tertinggi pada April 2013 terjadi pada hotel bintang 5, yang mencapai 55,48 persen, serta TPK terendah terjadi pada hotel bintang 1 yang mencapai 43,71 persen.
5. Kepariwisataan-Jumlah Wisatawan
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kalimantan Timur mengungkapkan bahwa perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kaltim baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir. Peningkatan ini dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 4.10 Perkembangan Kepariwisataan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2008-2012
Sumber: Data Dinas Pariwisata
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan tersebut, maka secara otomatis terjadi peningkatan pendapatan terhadap perekonomian provinsi Kalimantan Timur.
Salah satunya pada sektor hotel yang mempunyai keterkaitan atau merasakan dampak positif dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan tersebut.
6. Pemilihan Umum (Pemilu) 2014
Tahun 2014 mendatang akan diselenggarakan pemilihan umum (Pemilu) yang terdiri atas tahapan pemilihan anggota Legislatif dan pemilihan Presiden.
Menurut Gubernur Bank Indonesia dalam investor.co.id memperkirakan bahwa persiapan dan dinamika pesta demokrasi menjelang Pemilu 2014 dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menyumbang pada kenaikan produk domestik bruto (PDB) sekitar 0,2 persen.
Selama kampanye, baik mesin partai politik, dan pasangan calon dipastikan melakukan pembelanjaan (expenditure) baik untuk iklan politik, kegiatan kampanye terbuka, poster, spanduk, dan beragam aktivitas politik untuk pemenangan. Usaha terkait hal ini seperti konsultan politik, hotel, restauran, transportasi, event-organizer, percetakan, biro iklan, media, dan belanja komunikasi meningkat selama periode kampanye. Dampak aktivitas berbagai partai dalam kegiatan kampanye dapat mendorong pertumbuhan di 2013 pada triwulan III dan IV. Belanja pengeluaran kampanye partai politik akan menstimulasi ekonomi baik di tingkat nasional atau daerah.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, hotel merupakan salah satu akomodasi yang akan menerima dampak positif dari adanya kegiatan Pemilu mendatang. Hal ini merupakan peluang bagi hotel-hotel yang ada di seluruh Indonesia, yang mana pemilu ini akan diadakan serentak di seluruh wilayah Indonesia.
7. Kemajuan Teknologi
Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam antaranews.com mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-
46 di dunia dalam bidang kemajuan teknologi. Penilaian pemeringkatan ini dinilai berdasarkan pada tingkat kesiapan teknologi (TKT) yang antara lain meliputi inovasi teknologi dan teknologi siap pakai.
Salah satu sektor industri yang merasakan dampak dari kemajuan teknologi saat ini yaitu industri perhotelan. Dalam industri perhotelan ICT (Information and Communication Technologies) memiliki manfaat yang sangat besar. Yang mana teknologi berperan membantu manajer untuk mengambil keputusan dengan lebih baik dalam menentukan harga produk, jumlah produk yang dijual, target pasar, media promosi yang dipilih serta menentukan jumlah karyawan yang akan dilibatkan dalam operasional hotel.
Dengan teknologi, manajer hotel bisa mendapatkan keputusan yang tepat, cepat dan mudah. Selain hal tersebut di atas, ICT mampu membantu industri perhotelan untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan internal dan bertahan dari tekanan eksternal. Travel agent, suplier, karyawan, pemegang saham merupakan lingkungan internal yang mempengaruhi kinerja pihak industri hotel. Segala bentuk komunikasi dan laporan yang dilakukan dengan pihak internal sudah menggunakan teknologi sehingga lebih cepat, transparan dan arsipnya dapat tersimpan lebih rapi dan aman.
8. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalimantan Timur
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menetapkan UMP (Upah Minimum Provinsi) terendah sebesar Rp 1.752.073 mulai Januari 2013. Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Kalimantan Timur dalam http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-1809-keberatan-ump-kaltim-rp-17- juta--silakan-gugat-ke-ptun--.html.
Dengan mengacu pada keseluruhan penjabaran mengenai analisis eksternal lingkungan makro tersebut di atas, maka gambaran umum lingkungan makro Grand Victoria Hotel pada penelitian ini dapat dijelaskan melalui Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Analisis Lingkungan Makro
Produk Domestik
Bruto (PDB)
Inflasi Pendapatan Per Kapita
Tingkat Penghunian
Kamar (TPK)
Kepariwisataan – Jumlah Wisatawan
Pemilu Kemajuan Teknologi
Naiknya UMP Kaltim
Atraktif
√ √ √ √ √ √ √
√ Tidak
Atraktif - - - - - - -
-
Sumber: diolah peneliti
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa analisis eksternal lingkungan makro yang terdapat pada Grand Victoria Hotel yang mencakup Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi, Pendapatan Per Kapita, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), Kepariwisataan – Jumlah Wisatawan, Pemilu, Kemajuan Teknologi, serta naiknya UMP Kaltim, menunjukkan pengaruh yang atraktif bagi GVH. Hal ini dapat ditinjau dari pengaruh baik dampak maupun peluang yang ditimbulkan oleh masing-masing kekuatan makro yang terdapat di lingkungan eksternal GVH, sehingga hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi GVH untuk lebih memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditimbulkan oleh adanya pengaruh dari lingkungan makro tersebut.
4.5 Analisis Eksternal Lingkungan Industri
Selain Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal lingkungan makro, dalam penelitian ini, pengaruh lingkungan eksternal pada Grand Victoria Hotel juga dilihat dari para pesaingnya. Eksternal Lingkungan industri pada hotel ini terdiri dari persaingan antarperusahaan saingan (rivalry among competiting firms), potensi masuknya pesaing baru (potential entry of new competitors), potensi pengembangan produk/jasa pengganti (potential development of subtitute products), kekuatan daya tawar pemasok (bargaining power of supplier), dan kekuatan daya tawar konsumen (bargaining power of buyers). Yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Persaingan Antarperusahaan Saingan (Rivalry Among Competiting Firms) Intensitas persaingan antarhotel dalam suatu industri perhotelan berhubungan dengan beberapa faktor sebagai berikut.
a. Jumlah pesaing: Dalam industri perhotelan di Samarinda, terdapat beberapa jenis penggolongan hotel, dari hotel kelas melati hingga hotel berbintang. Dengan besarnya peluang bisnis hotel di Samarinda, maka akan semakin banyak hotel-hotel baru yang akan berdiri. Sementara hotel yang ada sekarang sudah berjumlah 52 unit, sesuai dengan pernyataan dari Badan Pimpinan Cabang (BPC) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda dalam KaltimPost.co.id.
Jumlah tersebut belum termasuk hotel-hotel yang sedang dalam pembangunan atau perencanaan. Melihat hal ini, secara otomatis intensitas persaingan akan semakin meningkat. Grand Victoria Hotel (GVH) sendiri temasuk hotel dengan bintang 3 (tiga). Adapun hotel yang sejenis dengan GVH seperti Hotel Diamond dan Hotel Radja, akan tetapi kedua hotel tersebut bukan termasuk pesaing utama dari GVH. Di sini pesaing utama dari GVH adalah Hotel Aston, ini dikarenakan Hotel Aston memiliki kesamaan dalam hal tujuan utama pangsanya yaitu para pebisnis, serta memiliki kemiripan dalam hal harga walaupun Hotel Aston termasuk hotel bintang 4 (empat). Yang mana dalam hal ini GVH bersaing dengan mengutamakan revenue bukan volume meskipun GVH merupakan hotel bintang 3 (tiga).
b. Tingkat pertumbuhan industri: Menurut pernyataan dari sekretaris BPC PHRI Samarinda Fikry Edrus dalam KaltimPost.co.id yang mengatakan bahwa prediksi terhadap peluang bisnis hotel di kota Samarinda terbilang besar. Hal itu terlihat dalam tiga tahun terakhir ada 2 atau 3 hotel yang berdiri tiap tahunnya, sedangkan pada tahun 2012 saja sudah ada 5 hotel diberikan rekomendasi oleh Pemkot yang mana saat ini sedang dalam proses pembangunan. Belum lagi, dalam beberapa tahun ke depan BAPPEDA kota Samarinda berencana membangun Central Bussiness Distric (CDB). Adapun fasilitas yang
dikembangkan nantinya adalah hotel, apartemen, perumahan, dan rekreasi. Dengan melihat pertumbuhan dan peluang bisnis hotel yang termasuk besar, maka GVH terus meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan, dan lain-lain untuk menunjang peningkatan bisnis usahanya.
c. Karakteristik produk atau jasa: Produk atau jasa yang ditawarkan pesaing utama pada intinya sama dengan yang ditawarkan GVH, seperti pesaing menyediakan spa, GVH juga menyediakan spa, pesaing menyediakan meeting room, GVH juga menyediakan meeting room, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada beberapa hal yang membedakan pesaing dengan GVH, misalnya pesaing merupakan hotel berjaringan internasional dengan jumlah kamar 108 unit, mempunyai ruang pertemuan yang cukup banyak, memiliki kolam renang indoor, sementara GVH merupakan hotel lokal dengan jumlah kamar 80 unit, ruang pertemuan yang tidak terlalu banyak, serta tidak memiliki kolam renang dikarenakan keterbatasan space. Walaupun pesaing memiliki lebih banyak ruang pertemuan, tetapi ada beberapa ruangan yang tidak kedap suara, juga pesaing masih menggunakan standing shower, sementara GVH sudah menggunakan bathtub, serta akses dari tempat parkir menuju ke dalam hotel agak jauh atau kurang strategis, ditambah lagi dengan tidak tersedianya parkir valet bagi para tamu.
d. Tingkat persaingan antarhotel: Pesaing menurunkan harga untuk meningkatkan volume atau penjualan kamarnya. Sementara GVH tetap konsisten dengan harga dan yang diutamakan adalah revenue bukan volume, ini dikarenakan jumlah kamar yang juga tidak terlalu banyak.
Intensitas persaingan ini kadang menyebabkan laba hotel menurun. Hal ini dikarenakan bukan hanya pesaing menurunkan harga jual kamarnya, tetapi juga karena semakin banyaknya hotel-hotel baru yang bermunculan yang menyebabkan para pelanggan/tamu beralih dengan ingin mencoba di hotel tersebut. Agar tetap eksis dan profitable, demi menunjang peningkatan hotel maka GVH mengatasinya dengan terus
melakukan sales call ke perusahaan-perusahaan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan, tetap konsisten dengan harga, serta selalu memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas.
2. Potensi Masuknya Pesaing Baru (Potential Entry of New Competitors) Pendatang baru merupakan pesaing yang selalu berinovasi ataupun datang dengan membawa kapasitas besar, modal besar maupun teknologi yang lebih baik/canggih. Tentunya intensitas persaingan antarhotel akan terus meningkat jika pesaing baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri ini. Pada umumnya ada beberapa hal yang bisa menjadi faktor penghambat bagi pesaing baru untuk masuk ke dalam industri. Adapun beberapa faktor penghambat masuknya pesaing baru dalam industri ini adalah sebagai berikut.
a. Skala ekonomi dan persyaratan modal: Skala ekonomi dan persyaratan modal bisa menjadi salah satu penghambat bagi pesaing baru untuk masuk dalam industri perhotelan yang ada di Samarinda, terutama bagi pesaing yang ingin bersaing dengan skala/modal besar seperti hotel berbintang. Yang mana untuk mendirikan sebuah hotel dengan kelas berbintang memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik dalam hal perijinan maupun pembangunan. Kecuali bagi pesaing baru yang ingin bersaing di hotel kelas melati atau hotel bujet, mungkin skala/modal tidak terlalu berpengaruh dan menjadi kendala yang berarti, karena biaya pembangunan serta dekorasi dan fasilitas penunjangnya termasuk standar.
b. Lokasi: Lokasi yang tidak menguntungkan juga menjadi penghambat bagi pesaing baru masuk dalam industri perhotelan di Samarinda.
Dengan banyaknya hotel yang sudah ada ditambah lagi dengan dikeluarkannya ijin dari Pemkot untuk mendirikan hotel di beberapa tempat di Samarinda, maka pesaing baru akan kesulitan dalam mendapatkan tempat yang strategis. Kota Samarinda yang juga dalam setahun terakhir menjadi semakin ramai dan banyaknya pendatang baru yang ikut andil memadati kota, sehingga seringnya terjadi
kemacetan di mana-mana. Apalagi pada saat hujan deras, ada cukup banyak ruas jalan di kota Samarinda yang tergenang air. Ditambah lagi dengan masalah umum seperti lahan parkir yang sangat terbatas.
Sebagai contoh, ada beberapa hotel yang memiliki letak/lokasi yang tidak strategis, sehingga hotel-hotel tersebut sering melakukan promosi gencar-gencaran dengan menurunkan harga kamar mereka jauh di bawah standar hotel mereka yang seharusnya. Melihat hal ini, maka akan menjadi bahan pertimbangan bagi pesaing baru untuk ikut ambil alih dalam meramaikan industri perhotelan di Samarinda.
c. Teknologi: Dalam hal ini, teknologi mungkin menjadi salah satu penghambat masuknya pesaing ke dalam industri ini. Pesaing yang ingin masuk mungkin sudah jauh-jauh hari mempersiapkan teknologi yang akan digunakan dalam mengoperasionalkan dan untuk menunjang peningkatan hotel mereka. Tetapi dalam realisasinya pesaing baru masih belum mengetahui mana teknologi yang memang pas untuk digunakan dan lebih efektif serta efisien. Dalam hal ini, teknologi informasi sangat berperan penting terhadap keseluruhan kegiatan GVH mulai dari pelayanan pelanggan, operasional, dan pemasaran. Misalnya untuk pemesanan kamar hotel, informasi mengenai fasilitas, harga dan konfirmasi booking bisa dilakukan langsung melalui internet yang berupa website, twitter, facebook, email, serta dengan BBM (BlackBerry Messenger), by telephone, dan media plat.
d. Pengetahuan: Pengetahuan juga bisa menjadi penghambat bagi masuknya pesaing baru dalam industri ini, karena pesaing perlu memiliki skill, ilmu-ilmu tambahan seperti mengikuti training, seminar, dan lain sebagainya. Yang mana pesaing baru pengalamannya akan berbeda dibandingkan dengan hotel yang sudah lama berdiri.
e. Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah juga bisa menjadi penghambat masuknya pesaing baru, karena pesaing baru juga harus membayar pajak-pajak khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
Seperti pajak minuman keras yang dijual di hotel setara dengan pajak miras yang dijual di klub malam, selain itu ada juga pajak genset yang ditetapkan oleh pemerintah. Contoh lainnya yang merupakan kebijakan pemerintah yaitu kenaikan payroll/Upah Minimum Provinsi (UMP).
Pesaing baru otomatis masih belum stabil dalam hal keuntungannya, tetapi pesaing harus mengikuti upah minimum yang ditetapkan pemerintah, sehingga besarnya kenaikan upah minimum tersebut bisa menjadi salah satu kendala bagi pesaing baru yang ingin masuk.
3. Potensi pengembangan produk/jasa pengganti (potential development of subtitute products)
Dalam industri perhotelan yang menjadi produk atau jasa pengganti adalah produk atau jasa yang hotel tawarkan berupa fasilitas penunjang untuk memanjakan para tamunya. Di GVH sendiri potensi pengembangan produk- produk pengganti sudah semakin terlihat, dan hal ini membuat sedikit keresahan bagi manajemen hotel. Beberapa contoh produk atau jasa pengganti seperti, semakin banyaknya usaha sejenis dengan yang dimiliki hotel ini seperti café dan restaurant, yang mana lokasinya berada tidak jauh dari GVH dengan tempat/suasana yang berkesan lebih santai dan harga produk yang dijual juga terjangkau/standar. Kemudian banyaknya homestay-homestay seperti guest house yang ternyata memiliki fasilitas-fasilitas yang bagus dan tidak kalah dengan hotel, serta semakin bermunculannya fasilitas-fasilitas kecantikan dan kebugaran yang berdiri sendiri dan memiliki lokasi yang berada tidak jauh dari GVH seperti tempat Spa, Gym, dan lain sebagainya, yang mana fasilitas ini juga dimiliki oleh GVH. Yang membedakan produk atau jasa pengganti dengan produk atau jasa GVH adalah dalam hal luas/space tempatnya, produk atau jasa pengganti memiliki tempat yang luas karena berdiri sendiri, sedangkan GVH memiliki tempat yang terbatas. Akan tetapi dalam hal pelayanan dan mutunya GVH lebih memiliki kualitas. Untuk mengantisipasi besarnya potensi produk atau jasa pengganti ini GVH terus melakukan promosi, meningkatkan pelayanan, serta memberikan kesan yang berbeda bagi para tamu yang menginap.
4. Kekuatan daya tawar pemasok (bargaining power of supplier)
Dalam hal pasokan bahan mentah seperti daging, sayur, buah-buahan, dan lain-lain, selama ini GVH mendapatkannya lebih dari satu pemasok.
Ketergantungan hotel terhadap pemasok sangat besar, hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan jika menggunakan pemasok akan lebih murah dibandingkan dengan membelinya sendiri tanpa pemasok. Salah satu pemasok ada yang menyediakan lebih dari satu bahan mentah seperti cabe sekaligus tomat, akan tetapi ada juga yang hanya memasok satu jenis seperti daging saja. Pemasok hotel ini ada yang dari luar pulau dan ada juga yang lokal.
Selama produk dari pemasok memiliki kualitas dan kesegarannya terjamin maka hotel akan terus mempertahan hubungan baik dengan pemasok tersebut.
Hubungan antara pemasok dengan GVH tidak selalu berjalan sesuai keinginan hotel, terdapat beberapa kendala yang kadang terjadi seperti kualitas produk yang tidak sesuai dengan standar hotel serta keterlambatan dalam pengiriman produk. Oleh karena itu GVH tidak terpaku dengan satu pemasok saja, tetapi juga mencari alternatif pemasok lain dengan melihat kualitas dan harganya. Sehingga hotel dapat menilai dan membandingkan pemasok satu dengan pemasok lainnya. Sebagai contoh apabila pemasok awal memberikan pasokan bahan mentah seperti daging atau sayur-sayuran dengan harga terjangkau/murah tetapi produknya tidak tahan lama maka hotel harus mencari pemasok lainnya yang memberikan produk yang lebih fresh atau berkualitas walaupun harganya lebih mahal dibandingkan pemasok pertama.
5. Kekuatan daya tawar konsumen (bargaining power of buyers)
Dalam industri perhotelan, pelanggan/konsumen merupakan sumber utama penghasilan sebuah hotel. Yang mana hotel merupakan jenis akomodasi yang bertujuan untuk melayani konsumen. Oleh karena itu, konsumen berperan penting dalam persaingan di industri ini. GVH memiliki konsumen yang terbagi atas beberapa segmen/pangsa, yaitu Company yang juga merupakan segmen/target utama GVH, lainnya ada Government, Travel Agent, MICE (meeting, incentives, convention, and exhibition), dan Individual. Yang hingga
saat ini menempati rata-rata paling atas yang sering menginap di GVH yaitu Company, Government, dan Individual, sedangkan asosiasi atau travel agent karena memang tidak banyak jadi peringkatnya kadang gantian.
Adapun tipe konsumen yang sering dijumpai apabila ingin menginap di GVH, yaitu konsumen melihat harga atau konsumen melihat fasilitas yang ditawarkan hotel ini. Jika konsumen melihat harga, maka hotel harus pintar bernegosiasi agar bisa mengambil hati dan deal dengan konsumen tersebut.
Sementara apabila konsumen melihat dari segi fasilitas, bagaimana cara hotel menjual dengan harga setinggi-tingginya dengan pelayanan yang lebih atau maksimal. Dalam hal ini, daya tawar konsumen terbilang kuat. Banyaknya penawaran konsumen yang mematok/menginginkan harga jauh di bawah standar hotel, akan tetapi hotel harus tetap mengutamakan revenue dengan pelayanan yang sudah sesuai dengan harga yang ditawarkan. Walaupun demikian GVH tidak terlepas dari komplain, keluhan, maupun saran yang diberikan oleh konsumen/pelanggan. Komplain atau keluhan yang diterima hotel berupa tidak diberikan atau tidak adanya diskon, harga yang terlalu tinggi, pelayanan yang dirasa konsumen kurang, serta saran dalam hal koneksi wifi. Dalam hal ini GVH memberikan sarana penyampaian komplain, keluhan maupun saran berupa Guest Comment yang terdapat di kamar, di meja resepsionis, di banquet, serta ruang pertemuan lainnya.
Dengan mengacu pada keseluruhan penjabaran mengenai analisis eksternal lingkungan industri tersebut di atas, maka gambaran umum lingkungan industri Grand Victoria Hotel pada penelitian ini dapat dijelaskan melalui Tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12 Analisis Lingkungan Industri
Tidak Berpengaruh Netral Berpengaruh Persaingan antarperusahaan
saingan
√ Potensi masuknya pesaing
baru
√ Potensi pengembangan
produk/jasa pengganti √
Kekuatan daya tawar pemasok
√ Kekuatan daya tawar
konsumen
√
Sumber: Diolah peneliti
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, terlihat bahwa analisis eksternal lingkungan industri yang terdapat pada Grand Victoria Hotel yang mencakup persaingan antarperusahaan saingan, potensi masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk/jasa pengganti, kekuatan daya tawar pemasok, serta kekuatan daya tawar konsumen menunjukan pengaruh yang cukup besar terhadap GVH. Tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatan eksternal lingkungan industri memiliki pengaruh yang berarti. Oleh karena itu dalam menghadapi persaingan di industri perhotelan GVH harus jeli dalam melihat peluang dan menghindari atau meminimalkan ancaman yang ada dengan melakukan perumuskan strategi yang tepat.
4.6 Hasil Analisis Lingkungan Makro dan Industri
Berdasarkan hasil analisis lingkungan makro dan industri yang terdapat pada Grand Victoria Hotel, maka dapat diketahui bahwa pada hasil analisis lingkungan makro menunjukkan bahwa struktur industri perhotelan di Indonesia sangat menarik dan investasi bisnis perhotelan di Indonesia juga sangat aktraktif.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari ketua umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dalam http://the-marketeers.com/archives/investasi-di- dunia-perhotelan-diprediksi-tumbuh-20.html yang mengungkapkan bahwa prediksi investasi di dunia perhotelan tahun 2013 mencapai 20 persen. Dengan
semakin besarnya peluang investasi pada bisnis perhotelan, maka tidak menutup kemungkinan akan adanya pengaruh yang berdampak pada kelancaran aktivitas industri perhotelan yang telah ada di Indonesia, juga tidak menutup kemungkinan adanya peluang dari semakin atraktifnya investasi pada bisnis/industri perhotelan.
Dalam hal ini, Grand Victoria Hotel akan mampu mencapai peluang yang ada apabila selalu memperhitungkan adanya kemungkinan-kemungkinan, baik itu pengaruh negatif maupun pengaruh positif yang ditimbulkan oleh masing-masing kekuatan makro tersebut. Hal yang dapat dilakukan misalnya dengan terus mengefisiensikan serta menyesuaikan segala aktivitas internal hotel dengan apa yang ada di eksternal hotel seperti pajak-pajak yang berlaku, inflasi terhadap barang/bahan tertentu yang akan berpengaruh terhadap kelancaran operasional, mengevaluasi kembali marketing dan budgeting plan yang disesuaikan dengan kebutuhan/selera konsumen, mengevaluasi kinerja manajemennya, serta mengevaluasi tingkat kualitas pelayanan yang duberikan GVH kepada para konsumennya.
Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa investasi pada bisnis perhotelan di Indonesia sangat atraktif bagi GVH. Dalam menghadapi dan mengantisipasi adanya kemungkinan-kemungkinan yang ditimbulkan oleh kekuatan lingkungan industri, GVH telah melakukan usaha dengan terus meningkatkan mutu dan kualitas pelayanannya; selalu melakukan riset pasar dengan sales call secara terus menerus untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggannya; berusaha memberikan yang terbaik melalui sajian menunya dengan secara berkala membuat menu-menu baru untuk dihidangkan kepada tamu/pelanggannya; menjaga hubungan baik dengan para pemasoknya; menjalin kerjasama yang baik dengan koran lokal, dinas pariwisata, agen travel, dan melakukan joint membership.
Secara umum, gambaran dari hasil analisis lingkungan makro dan industri yang terdapat pada Grand Victoria Hotel dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis Lingkungan Makro dan Industri
Grand Victoria Hotel Sumber: Diolah Peneliti
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa hasil analisis eksternal pada lingkungan makro dan industri pada Grand Victoria Hotel menunjukkan tingkat ancaman yang tinggi, yang mana lingkungan industrinya sangat berpengaruh pada pertahanan GVH dalam menghadapi tingkat persaingan yang tinggi dalam industri perhotelan di Samarinda. Pada lingkungan makro menunjukkan tingkat atraktif yang kuat, yang mana investasi pada bisnis perhotelan sangat menarik dan menjanjikan. Hal ini dikarenakan bahwa dewasa ini prospek industri perhotelan di Indonesia cukup cemerlang dan memiliki peluang yang besar untuk para pelaku bisnis berinvestasi. Dari keseluruhan penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kuatnya pengaruh lingkungan makro terhadap GVH serta tingginya ancaman lingkungan industri akan memacu GVH untuk menghasilkan kinerja yang lebih serta merumuskan strategi bersaing yang tepat agar mampu bertahan dalam persaingan. Sehingga perlu bagi GVH untuk mampu merespon dengan baik berbagai faktor yang ada dengan mengambil keuntungan dari peluang eksternal serta meminimalkan dampak dari ancaman tersebut.
Y
X Lingkungan Makro
Lingkungan Industri Kuat
Sedang
Lemah
Tinggi Sedang Rendah
4.7 Analisis Internal Fungsi Manajemen Grand Victoria Hotel (GVH)
Analisis lingkungan internal fungsi manajemen Grand Victoria Hotel (GVH) merujuk pada pengertian menurut David (2012) meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf dan pengendalian atau pengawasan. Diperoleh peneliti melalui hasil wawancara dengan informan pertama selaku general manager yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaannya, Grand Victoria Hotel telah menggunakan konsep manajemen strategis untuk mencapai tujuannya. Setiap perencanaan yang dibuat selalu dibahas atau dikomunikasikan dalam morning briefing yang dihadiri oleh general manager sebagai pimpinan tertinggi dan manajer- manajer dari setiap departemen yang ada di GVH. GVH saat ini telah membuat perencanaan-perencanaan untuk pengembangan hotel kedepannya.
Adapun perencanaan yang telah dibuat adalah menambah jumlah jam training seluruh karyawan setiap bulannya, 1 orang minimal 4 jam training dalam satu bulan, yang mana selama ini 1 orang hanya 2 jam training dalam satu bulan.
Hal ini dilakukan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan berkualitas tinggi, terutama dalam memberikan pelayanan.
Selain itu GVH selalu membuat perencanaan dengan menggunakan marketing dan budgeting plan agar apa yang ingin dicapai bisa terukur dan terealisasikan sesuai peramalan tersebut. Dalam hal ini GVH juga melihat para kompetitornya untuk menentukan rencana kedepannya.
GVH mengukur kinerja dari masing-masing departemen yang ada untuk bisa mencapai tujuan dan sasarannya dengan memberikan target pada setiap departemen, kemudian dilakukan evaluasi profit and lost setiap bulannya, dari hasil evaluasi tersebut maka diadakan meeting profit and lost yang dihadiri masing-masing departemen untuk mengukur pencapaian GVH tiap bulannya.
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, terdapat prosedur dan kebijakan yang diterapkan oleh GVH yang digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan yang dilakukan perusahaan. Prosedur dan kebijakan ini berupa
peraturan perusahaan yang tuangkan dalam bentuk buku kecil yang dibagikan kepada setiap karyawan dan selalu dilakukan revisi setiap 2 tahun sekali.
GVH juga menerapkan atau menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi departemen yang ada. Dengan adanya Standar Operasional Prosedur ini, penyelenggaraan tugas dapat berjalan dengan pasti. Berbagai bentuk penyimpangan dapat dihindari atau sekalipun terjadi penyimpangan, hal tersebut dapat ditemukan penyebabnya dan bisa diselesaikan dengan cara yang tepat.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dalam GVH disesuaikan dengan fungsi masing-masing bagian yang terdapat di dalam hotel secara umumnya. Menurut Bapak Saunan,
“struktur organisasi GVH sudah sesuai dengan pembagian kerja/tugas masing-masing”. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing departemen yang memiliki job description dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam menjalankan fungsi masing-masing bagian sesuai struktur organisasi GVH, masih terdapat beberapa kekosongan posisi yang menjabat sebagai Front Office Manager (FOM), Executive Housekeeping (Exc.HK), dan Executive Assistant Manager (EAM).
Pendelegasian otoritas dari atasan kepada bawahan dalam GVH dilakukan dengan baik. Yang mana apabila GM atau Manajer yang ada sedang tidak berada di tempat atau cuti, dan lain sebagainya, maka tugas akan didelegasikan kepada bawahannya, baik itu manajer, asisten manajer, supervisor, atau head department yang ada. Dalam hal ini GM atau Manajer selalu mendelegasikan otoritas kepada bawahannya yang tahu lapangan atau mengerti serta menguasai dengan baik setiap tugas dan tanggung jawab yang didelegasikan.
3. Pemotivasian (Motivating)
GVH berusaha mengarahkan para karyawan untuk bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam usahanya tersebut, GVH menetapkan peraturan di mana setiap karyawan harus mematuhi semua peraturan yang telah dibuat oleh
perusahaan. Seandainya ada karyawan yang melangar aturan tersebut akan dikenakan Surat Peringatan (SP). Apabila ada karyawan yang tidak dapat bekerja sesuai dengan peraturan dapat mengajukan surat pengunduran diri.
GVH memberikan motivasi kepada karyawan dengan cara memberikan kenaikan gaji secara bertahap, promosi jabatan, meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan memberikan tunjangan-tunjangan atau premi, serta fasilitas- fasilitas kepada karyawan, dan lain sebagainya. Selain itu motivasi karyawan juga dilakukan melalui briefing. Yang mana briefing dilakukan baik oleh GM maupun setiap manajer dari departemen yang ada, serta setiap tahunnya GVH memberikan refreshing berupa rekreasi bagi karyawan, sehingga karyawan tidak merasa jenuh dan bosan ketika bekerja.
GVH juga memberikan reward berupa pengakuan dan pujian terhadap kinerja karyawan melalui penyampaian Employee of the Month yang diberikan kepada karyawan setiap tiga bulan sekali dan Employee of the Year yang diberikan setiap satu tahun sekali. Hal ini digunakan untuk meningkatkan moral serta semangat kerja karyawan tersebut.
4. Penempatan Staf (Staffing)
Aktivitas penempatan Staf dalam GVH berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Dalam hal ini semua mengenai karyawan baik administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara, rekrutmen, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, keamanan karyawan, tindakan alternatif, peluang kerja yang setara, hubungan dengan serikat pekerja, pengembangan karier, riset personalia, kebijakan pendisiplinan, prosedur keluhan dan lain sebagainya diatur dalam departemen sumber daya manusia (HRD) atas persetujuan dari general manager. Hal tersebut semua terdapat di dalam buku peraturan perusahaan manajemen GVH. Yang mana proses penempatan staf tersebut dilakukan dengan menggunakan SOP (Standar Operasional Prosedur).
5. Pengendalian (Controlling)
Dalam GVH pengendalian maupun pengawasan dilakukan langsung oleh general manager terhadap keseluruhan aktivitas manajerial hotel serta juga dilakukan oleh semua manajer terhadap setiap bagian atau departemennya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar hasil-hasil aktualnya sejalan dengan yang telah direncanakan dalam marketing dan budgeting plan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengendalian GVH yang pertama mencakup kualitas, baik dalam hal kualitas pelayanan maupun kualitas barang serta bahan untuk keperluan hotel.
Kedua, pengendalian dalam hal keuangan, yang mana dalam setiap tahunnya ada Auditor Independent yang memantau keuangan dalam GVH. Ketiga, pengendalian dalam hal mekanisme imbalan, yang mana setiap usaha dan kerja keras selalu dihargai dengan memberikan penghargaan, promosi jabatan, serta kenaikan gaji bagi karyawan yang menghasilkan kinerja memuaskan.
Keempat, pengendalian dalam organisasional, yang mana GVH selalu melakukan evaluasi kinerja setiap bulannya terhadap setiap kinerja yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pencapaian dari rencana yang dibuat setiap departemen melalui marketing dan budgeting plan.
4.8 Analisis Internal Fungsi Bisnis Grand Victoria Hotel (GVH)
Analisis lingkungan internal fungsi bisnis Grand Victoria Hotel (GVH) merujuk pada pengertian menurut David (2012) yang meliputi produksi dan operasional, sumber daya manusia, pemasaran, keuangan dan sistem informasi, yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Produksi dan Operasional
Berikut ini merupakan hasil analisis fungsi bisnis produksi dan operasional GVH pada bagian Room Division dan Food & Beverage yang diperoleh melalui informan kedua dan ketiga yaitu Bapak Hendri selaku Room Division Manager dan Bapak Adi selaku F & B Manager.
a. Room Division
Divisi ini merupakan perpaduan antara departemen Front Office (FO) dan Housekeeping (HK) di mana dijelaskan pengetahuan dan keterampilan dalam hal penanganan prinsip-prinsip pemesanan dan penjualan kamar, penerapan prinsip-prinsip manajemen akomodasi, pengendalian biaya materi dan bahan, penanganan tugas di bagian FO dan HK. Yang mana FO berperan dalam menjual kamar sebanyak-banyaknya sesuai kapasitas yang dimiliki serta tarif atau harga kamar yang telah ditentukan. FO juga mempunyai peran penting dalam memberikan informasi kepada tamu, karena FO merupakan jantung dari hotel di mana tempat tamu pertama kali memperoleh informasi. Sementara HK bertanggung jawab atas kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan kamar, ruangan umum, restoran, bar, serta outlet lainnya. Kedua departemen ini memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya, di mana FO tidak dapat menjual kamar tanpa ada pemberitahuan atau konfirmasi dari HK, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kerancuan.
Room division department baik FO maupun HK membuat marketing dan budgeting plan yang mencakup keseluruhan dari rencana serta angka yang ingin dicapai setiap bulan selama setahun. Seperti barang-barang yang perlu pengadaan, perbaikan, serta bahan-bahan yang dibutuhkan, jadi semuanya sudah direncanakan dan dianggarkan.
Dalam hal ini, perencanaan-perencanaan untuk kedepannya berupa pengefisiensian biaya. Misalnya dengan mengganti tas kresek di dalam kamar, yang mana satu kamar biasanya menggunakan 2 kresek untuk tempat pembuangan sampah, untuk efisiensinya sekarang diganti dengan tempat sampah yang bisa dibersihkan, gunanya agar lebih ramah lingkungan dan juga untuk mengurangi biaya. Efisiensi lainnya seperti penggunaan linen di kamar, untuk bad cover diberi tanda apabila hendak digganti, tandanya dengan menaruhnya di atas bed, gunanya untuk mengurangi pencemaran air karena deterjen dan juga mengurangi biaya karena kalau setiap hari dicuci bisa gampang pudar atau berubah warna.
Begitu juga dengan handuk/towel, diberi tanda apabila hendak diganti dengan menaruhnya di bawah, dan apabila belum ingin diganti bisa menaruhnya dengan digantung di atas. Hal ini juga termasuk salah satu rencana untuk pengefisiensian.
Dalam pengorganisasiannya, seluruh kegiatan atau aktivitas operasional baik FO maupun HK dipegang langsung oleh room division manager. Hal ini dikarenakan masih kosongnya posisi di bagian executive house keeper, dan front office manajer.
Room division manager selalu memberikan pengarahan dan juga motivasi kepada bawahannya. Pengarahan dan motivasi lebih banyak ke pelatihan, karena dari situ keterampilan dan pengetahuan tentang product knowledge akan bertambah yang secara otomatis mereka akan lebih termotivasi sehingga kinerja karyawan akan berubah. pelatihan diadakan setiap bulan yang mana 1 orang minimal 4 jam training. Dalam hal ini, room division yang menjadwalkan, serta bagian HRD yang merealisasikan.
Setiap realisasi dari perencanaan yang sebelumnya telah dibuat, pada bagian ini pengawasan dan pengendalian dilakukan langsung oleh room division manager dengan melihat dari hasil evaluasi kinerja bawahannya yang berupa employee performance appraisal, dari hasil evaluasi ini maka dilihat atau pantau karyawan yang sudah memenuhi standar serta karyawan yang belum memenuhi standar. Apabila ada karyawan yang belum memenuhi standar maka akan dilakukan pelatihan kembali.
b. Food & Beverage
Dalam Food & Beverage Department terdapat dua bagian khusus yaitu Food & Beverage Service yang menangani pelayanan makanan dan minuman di restoran, serta Food & Beverage Product yang menangani produksi makanan dan minuman di bagian dapur. F & B departemen dalam GVH memastikan operasional mengenai mutu pelayanan dan makanan yang disajikan kepada tamu, sehingga memenuhi tujuannya agar