• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN KOSAKATA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH MAMAJANG MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUASAAN KOSAKATA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH MAMAJANG MAKASSAR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

1

DI TK AISYIYAH MAMAJANG MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Nuraeni 10545 11071 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2020

(2)

2

(3)

3

(4)

4

(5)

5

(6)

6

Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah

Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah

Hidup adalah cinta, maka nikmatilah Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini buat:

Kedua orang tuaku Ayah ( Muh. Anwar ) dan Ibu ( Salpiah ), saudaraku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang berpengaruh

besar dalam menyusun skripsi ini.

Syukran Jazakumullah

(7)

7

Mamajang Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Azizah Amal dan Pembimbing II Nur Alim Amri.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran Penguasaan Kosakata pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Penguasaan Kosakata pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelompok B di TK Aisyiyah Mamajang Makassar tahun ajaran 2019 dengan jumlah 10 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar Observasi dan Wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gambaran Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar sudah meningkat dengan adanya bantuan media gambar serta alat penunjang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, disimpulkan bahwa ada peningkatan Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar dengan bantuan media gambar dan alat penunjang lainnya.

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata Pada Anak

(8)

8

Puji syukur kehadiran Allah swt.yang telah memberikan nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrip si ini. Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhamad sawa.

Beserta para sahabat dan keluarganya.

Skripsi ini berjudul“Penguasaan Kosakata Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar” dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap usaha selalu ada hambatan yang turut mewarnainya, baik yang bersifat internal maupun eksternal.Hambatan- hambatan tersebutlah yang justru menambah jumlah pengalaman dan membuat nikmat hidup ini menjadi lebih berharga.Oleh sebab itu, penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Orang Tuanku tercinta, ayahanda Muhd. Anwar, dan ibunda Sapiah atas segala doa’a yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah SET dalam sepertiga malamnya untuk penulis serta jernih payah, kasih sayang, motivasi dan pengorbanan, baik materimoril yang diberikan kepada penulis sampai akhir penulisan skrip si ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.,Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar

(9)

9

Pendidikan Anak Usia Dini

5. Ibu Dr. Azizah Amal, S.S., M.Pd.,Pembimbing I dan Bapaku Nurah Alim Amri, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing INI yang dengan ikhlas membimbing dan memberikan Sarjan, arahan, dan masukan dalam penyelesaian skrip si ini.

6. Ibu Siti Aminah, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Aisyiyah Mamajang Makassar.

7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama dalam pendidikan.

8. Staf Dan Tata Usaha Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu dalam melayani mahasiswa dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 terkhusus kelas B yang selalu memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman HMJ Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini angkatan 2018-2019 dan teman-teman IMM yang telah membersamai selama masa studi.

11. Kepada saudara terbaikku kakak Rindu dan kaka kaka yang selalu

memberikan dukungan serta motivasi.

(10)

10

Penulis menyadari sebagai hamba Allah SWT tidak lepas dari segala kekhilafan.Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi dalam pembahasan maupun dari segi sistematika penulisannya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan skripsi ini serta karya-karya penulis berikutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga segala aktivitas keseharian kita selalu bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Makassar, November 2020

Penulis

(11)

11

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Masalah Penelitian... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian...5

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori... 7

B. Kerangka Berpikir... 38

(12)

12

b. Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

c. Informan Penelitian... 45

d. Fokus Penelitian... 46

e. Instrumen Penelitian... 46

f. Teknik Pengumpulan Data... 47

g. Teknik Analisis Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Lembaga... 51

B. Pembahasan ... 67

1. Penguasaan Kosa Kata ... 67

a. Kosa Kata Benda... 67

b. Kosa Kata Kerja... 68

c. Kosa Kata Sifat... 69

d. Kosa Kata Bilangan... 70

e. Kosa Kata Ganti... 71

f. Kosa Kata Kekerabatan... 73

g. Kosa Kata Depan... 74

h. Kosa Kata Imbuhan Prefix... 75

i. Kosa Kata Imbuhan Sufiks... 76

j. Kosa Kata Infiks... 77

(13)

13

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan... 87 B. Saran ... 88 C. Penutup... 88

DAFTAR PUSTAKA 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

14

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel. Bentuk – bentuk kemampuan Bahasa... 13

2.2 Daftar Tabel Kosa Kata... 30

2.3 Klarifikasi Penggunaan Data... 49

2.4 Tabel Data Prasarana...51

2.5 Tabel Jumlah Siswa... 62

2.6 Tabel Data Personil Guru... 64

(15)

15

(16)

1

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Masa usia dini anak adalah masa keemasan (golden age), Para ahli berpendapat bahwa masa usia dini, yaitu 0–6 tahun merupakan masa yang peka sekaligus masa kritis dari seluruh siklus kehidupan manusia. Pada masa ini anak mengalami perkembangan dalam diri mereka secara fisik maupun mentalnya, sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercapai secara optimal dengan meletakkan dasar-dasar pembangunan kemampuan fisik, bahasa, sosio- emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama (Marsiswati, 2018:

188).

Salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting ialah

perkembangan bahasa. Dalam pendidikan anak usia dini perkembangan bahasa

dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi berupa lisan, tulisan, simbol,

(17)

isyarat dan bahasa tubuh yang memiliki sebuah makna dan tersusun secara sistematis dalam mengekspresikan sebuah ide atau gagasan (Rizkiyana, 2019:

4). Perkembangan bahasa itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak. Sehubungan dengan hal itu, faktor yang perlu menerima rangsangan bagi anak usia dini agar dapat berkembang dengan optimal adalah perkembangan kosakata. Hal ini dikarenakan kosakata selain sangat berperan bagi perkembangan bahasanya, kosakata juga dapat membantu anak untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya.

Anak usia dini belajar bahasa berawal dari sesuatu yang didengar, dilihat dan dipraktekkan yang kemudian berpengaruh terhadap penguasaan kosakata anak. Ahmad Susanto, (2011: 78)Perkembangan bahasa anak usia 5- 6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh 2 dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya, Jamaris.

Anak usia dini, khususnya 4 -5 tahun dapat mengembangkan kosa kata

secara mengagumkan. Menurut Owners (Dhieni, 2011: 3.1 ) Mengemukakan

bahwa anak usia dini... memperkaya kosa kata melalui pengulangan. Mereka

(18)

seiring mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mungkin belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosakata tersebut, anak menggunakan flash mapping yaitu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa kanak – kanak awal i inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Perkembangan kosakata pada anak usia dini haruslah diajarkan sejak dini, sebab usia mereka lebih cepat dan mudah mencerna hal-hal baru. Salah satunya memperkenalkan anak dengan kata-kata yang mudah terlebih dahulu tetapi terdapat pula makna di dalamnya, dalam arti ajarkan anak dengan beberapa kosakata yang mudah dipahami anak. Seperti mengajarkan anak mengucapkan kata “buku” dan memberikan sedikit rangsangan, bahwa buku merupakan sesuatu yang bisa mereka gunakan untuk menulis, dan bisa juga guru memperlihatkan secara langsung pada anak seperti apa buku yang dimaksud tersebut agar anak mudah mengerti.

Namun pada kenyataanya berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 27-30 Juli 2020 di TK Aisyiyah Mamajang kelompok B, di dalam kelas ada 3 anak yang cenderung diam dan kurang komunikasi kepada teman atau pun gurunya. Hal ini terlihat saat guru di depan kelas, ada 3 anak hanya cenderung mendengarkan dan pasif, jika ingin membuat anak berbicara guru harus memancingnya dengan menanyakan sesuatu kepada siswa.

Kemampuan berbicara anak kelompok B sudah terbilang baik hal ini

juga terlihat pada saat anak diminta menerangkan sesuatu atau pun

(19)

menceritakan tentang sebuah pengalamanya sendiri meskipun ada 3 anak yang kurang berbicara tetapi anak yang lain sudah mampu berbicara didepan teman- teman serta gurunya, pembelajaran di TK ini memfokuskan pola penggunaan LKS serta menggunakan beberapa media pembelajaran untuk menarik perhatian anak pada saat belajar. Sehingga anak tertarik untuk belajar dan bertanya serta menjawab apa yang ditanyakan gurunya.dikarenakan kalau hanya berfokus di LKA kurang memberi kesempatan anak untuk menyampaikan suatu pendapatnya atau ide gagasan yang dimilikinya melalui keterampilan berbahasanya sehingga menjadikan anak kurang terampil dalam berbicara dan kurang membawa anak untuk berani menyampaikan pendapat yang dimilikinya.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti bermaksud untuk untuk mengetahui gambaran penguasaan kosa kata anak di TK Aisyiyah Mamajang.

Sehingga membantu meningkatkan kemampuan berbicara serta menambah

penguasaan kosa kata anak di TK Aisyiyah Mamajang kelompok B3 melalui

media yang tepat. Beberapa media yang digunakan di TK tersebut seperti

Media gambar yang merupakan media yang tepat untuk meningkatkan minat

berbicara dengan menggunakan media gambar yang lebih kreatif dan menarik

akan membuat peserta didik lebih bergairah dalam menyimak dan

mengomentarinya, penggunaan media gambar pada dasarnya membantu

mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran

(Hafid, 2002: 4).

(20)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ pengaruh Penguasaan Kosakata pada Anak usia 5 – 6 tahun di TK Aisyiyah Mamajang Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penguasaan kosakata anak di TK Aisyiyah Mamajang?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penguasaan kosakata anak di TK Aisyiyah Mamajang.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademis, dapat menjadi bahan informasi, masukan serta

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

Pendidikan Anak Usia Dini dalam meningkatkan mutu Mahasiswa

dalam jurusan tersebut.

(21)

b. Sebagai pijakan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penguasaan kosakata pada anak usia 5- 6 tahun serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai penambah wawasan dan pengalaman langsung cara meningkatkan penguasaan kosakata pada anak usia 5- 6 tahun.

b. Bagi Pendidik dan calon pendidik, sebagai penambahan pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara meningkatkan penguasaan kosa kata pada anak usia 5 – 6 tahun.

c. Bagi anak didik, membantu anak meningkatkan penguasaan

kosakata pada anak usia 5 – 6 tahun.

(22)

7

1. Penelitian yang Relevan

Kegunaan penelitian relevan di dalam penelitian ini diantaranya untuk mencari persamaan dan perbedaan antara penelitian orang lain dengan penelitian penulis. Selain itu juga digunakan untuk membandingkan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan diteliti penulis.

Berikut penelitian relevan terkait dengan penelitian penulis yang berjudul

“Penguasaan Kosakata pada Anak Usia 5 – 6 Tahun di TK Aisyiyah Mamajang”.

a. Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Tina Ardian (2017) Nim 133131040 yang berjudul “Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak kelompok TK B Metode Bernyanyi di TK Aisyiyah Demangan Sambi Boyolali Tahun Pembelajaran 2016/2017.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Ratri Eka Noor Mustari (2019) Nim 105450000415 yang berjudul “Pengaruh Media Kata Bergambar Terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Teratai UNM Makassar”.

7

(23)

2. Penguasaan Kosakata Pada Anak a. Karakteristik Bahasa Pada Anak

Novi Mulyani, ( 2018 : 107 ) Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lainnya. Bahasa sebagai alat komunikasi, menjadi efektif sejak seorang berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut Enung Fatimah dalam Novi Mulyani,( (2018:107 ) Bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga, yang sering kita sebut dengan istilah “ bahasa ibu “.

Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh budaya masyarakat tempat dimana ia tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberikan ciri khusus dalam perkembangan bahasa anak.

Menurut Jamaris dalam Susanto (2011: 78), karakteristik

perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sudah mampu mengucapkan

lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak

menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu,

perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak usia 5-

6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah

dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan

tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah

menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh

dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.

(24)

Ahmad Susanto (2012), dalam jamaris (2006), karakteristik bahasa anak usia empat tahun yaitu:

1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.

2. Menguasai 90 persen dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakannya.

3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.

Selanjutnya, menurut jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5 – 6 tahun adalah sebagai berikut:

1. Anak dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.

2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan ( kasar- halus ).

3. Anak usia 5 – 6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.

4. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah

dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi

pembicaraan tersebut.

(25)

5. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5 – 6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta yang dilihatnya. Anak pada usia 5 – 6 tahun melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi.

Menurut Ernawulan (2005: 49), perkembangan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.

Selanjutnya Nurbiana (2008: 39) menyebutkan anak usia 4-6 tahun mempunyai karakteristik berbicara yaitu:

1. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik

2. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar.

3. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami.

4. Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya.

5. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi.

(26)

6. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan

7. Membandingkan dua hal.

8. Memahami konsep timbal balik.

9. Menyusun kalimat.

10. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat.

Mengenal tulisan sederhana Dari beberapa pengertian karakteristik bahasa anak di atas, karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, menyusun kalimat enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang.

Selain itu anak suka berbicara dan umumnya berbicara kepada 10 orang, tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya. Indikator anak yang terampil berbicara adalah anak dapat berbicara dengan lancar, berani mengemukakan ide kepada orang lain, berani bertanya dan menjawab pertanyaan, berani menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan dan dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar.

Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem

perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap

keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Dalam hal ini,

kemampuan berbahasa melibatkan motorik, emosional, sosial, dan

kognitif.

(27)

Dengan demikian, perkembangan bahasa adalah kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti Novi Mulyani dalam Bustomi ( 2012 ).

b. Tahapan Penguasaan Bahasa pada Anak

Novi Mulyani, ( 2018 : 130-131 ), Perkembangan bahasa sudah dimulai dari awal kehidupan. Bahasa pertama seorang anak adalah menangis dan merajuk, dan hal itu merupakan suara komunikasi pertama seorang bayi ( Beauty, 2014 ). Dalam hal demikian, ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain segera mempelajari dan merespon suara bayi tersebut. Menangis dalam banyak bentuknya bisa berarti, “aku lapar“, “aku ngantuk“, “aku tidak nyaman”, dan lainnya. Sedangkan merajuk, bisa berarti, “aku senang”, “aku bahagia”, dan “aku puas”.

Menurut Beaty, respon orang dewasa pada suara komunikasi pertama

ini sangat penting, karena bayi mendapati suara mereka berefek pada siapa

pun yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, bayi akan membuat suara

yang sama saat menginginkan efek yang sama. Untuk lebih intens

berkomunikasi dengan bayi, alangkah lebih baik orang tua untuk bicara

dengan anak kecil tiap kali merespon suara mereka. Misalnya, “Oh, sayang

kenapa nangis, kamu lapar ya?”. Saat orang tua menggunakan kata – kata

serupa, lagi dan lagi, maka bayi akan meneruskan suara komunikasi yang

serupa. Seiring waktu, ketika ia berusia batita, anak tersebut akan bilang “

(28)

lapar” saat mereka merasakan lapar, karena mereka telah mendengar kata itu digunakan oleh orang tuanya ketika sedang merasakan lapar.

c. Bahasa Lisan dan Tulis

Novi Mulyani, ( 2018 : 134), untuk mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan dasar menjadikan anak sebagai komunikator yang efektif, maka ia harus mempunyai kemampuan menggunakan bahasa, baik itu bahasa lisan maupun tulisan. Bahasa lisan maupun bahasa tulis mempunyai bentuk reseptif dan efektif. Mendengarkan dan membaca merupakan bentuk reseptif ( menerima dan memahami pesan yang dibuat orang lain secara lisan dengan mendengarkan atau secara tulis dengan membaca). Sebaliknya berbicara dan menulis merupakan bentuk ekspresif ( Otto, 2015).

2.1 Tabel. Bentuk – bentuk kemampuan Bahasa Bentuk kemampuan bahasa Reseptif Ekspresif

Bahasa lisan Mendengarkan Berbicara

Bahasa tulis Membaca Menulis

Bahasa lisan merupakan dasar dari pengetahuan bahasa tulis,

meskipun demikian, menurut purcell-Gates ( Otto, 2015), bahasa tulis

tidak semata – mata bahasa lisan yang dituliskan. Karena bahasa tulis

menggunakan kosakata yang berbeda dan susunan akta atau sintaksis yang

lebih kompleks. Dalam bahasa tulis, anak harus mampu menyampaikan

(29)

keseluruhan apa yang dimaksud dengan tulisan tidak membawa pesan tanpa bahasa tubuh, ekspresi wajah, ataupun situasi kontekstual di sekitarnya.

Dalam kurikulum anak usia dini dan sekolah dasar menurut Otto, penekanan yang menjadi prioritas adalah pada penyediaan kegiatan pembelajaran yang fokus kepada empat hal tersebut ( mendengarkan, berbicara, membaca,dan menulis).

d. Aspek – aspek perkembangan bahasa

Novi Mulyani, ( 2018 : 108 ), Ketika anak – anak mempelajari bahasa, pada dasarnya mereka sedang mengembangan lima aspek atau komponen yang berbeda, yakni : fonetik, semantik, sintaksis, morfemik, dan pragmatik. Masing – masing aspek tersebut, jelas merujuk kepada satu domain yang spesifik dalam pengetahuan bahasa. Namun demikian, aspek –aspek tersebut tidak berkembang secara tertutup atau terisolasi dari masing – masing aspek lainnya. Untuk lebih jelasnya terkait dengan aspek – aspek pengetahuan bahasa, dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Fonetik

Ketika anak mendengar dan memahami bahasa lisan, mereka belajar bahwa bahasa melekat di dalam sistem bahasa- simbol.

Pengetahuan fonetik merujuk kepada pengetahuan mengenai

hubungan bahasa-simbol di dalam bahasa. Fonem, seperti

yang dijelaskan Goodman; Hayes Ornstein, & Gage, adalah

unit linguistik terkecil berbentuk bunyi, yang membentuk

(30)

kata jika bergabung dengan fonem yang lain. Fonem, terdiri dari bunyi-bunyi yang dianggap sebagai satu unit yang dapat dimengerti oleh pendengar, seperti bunyi/m/pada kata

“mama”(Otto,2015).

Perkembangan pengetahuan fonetik pada anak dibantu oleh pengetahuan mereka memahami perbedaan bunyi dan juga bagaimana bahasa digunakan di sekitar mereka.

Secara bertahap, anak-anak belajar untuk membedakan dan memproduksi bayi ujaran yang ditemukan dalam bahasa ibu dan juga orang terdekat dalam keluarga. Yang harus disadari, pengetahuan fonetik tidak berkembang secara tertutup atau terisolasi dari aspek pengetahuan lainnya

Pembelajaran untuk membedakan antara kata-kata dengan bunyi yang hampir sama, seperti can (dapat), dan car (mobil) harus di mudahkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menunjukkan benda tersebut atau dengan tindakan yang berbeda.

Pengetahuan fonetik anak ketika bayi dan balita terlihat

jelas ketika ia menghasilkan dan membedakan antara bunyi

yang digunakan dalam bahasa ibunya untuk berkomunikasi

dengan orang lain yang ada disekitarnya.Ketika anak-anak

beranjak ke usia masa prasekolah, mereka akan memperoleh

pengetahuan kesadaran dan pemahaman yang lebih

(31)

mengenai bunyi ujaran yang berbeda di dalam bahasa mereka dan mulai menggunakan bahasanya dengan penuh pertimbangan. Pemahaman anak tentang bahasa ujaran dan melakukannya dengan penuh pertimbangan disebut

“kesadaran pneumatik”. Menurut Lieberman, kesadaran mengenai bahasa ujaran ini berkontribusi secara signifikan terhadap pemahaman anak mengenai hubungan antara ujaran dan tulisan, ketika mereka mulai memperoleh pengetahuan bahasa tulis di sekolah. Perkembangan kemampuan membaca dan menulis ini, mengharuskan anak agar mampu menggunakan simbol yang bisa mewakili bunyi bahasanya di dalam penulisan dan untuk membaca simbol fonetik ketika membaca ( Otto, 2015 ).

2. Pengetahuan Semantik

Pengetahuan semantik diperoleh dalam mempelajari

simbol oral atau bahasa lisan yang bermakna. Vygotsky

menjelaskan bahwa perkembangan pengetahuan semantik

berkaitan erat dengan perkembangan pengetahuan

konseptual. Dalam hal demikian, pengetahuan semantik

merujuk kepada penamaan kata yang merincikan suatu

konsep dan juga jaringan semantik, yang menunjukkan

hubungan timbal balik antar konsep. Jaringan semantik

merupakan struktur kognitif di dalam ingatan kita yang

(32)

mengatur pengetahuan konseptual. Jaringan semantik ini melakukan pembelajaran baru dan ingatan serta berkontribusi terhadap pengaturan dan penguraian konseptual sebelumnya ( Otto, 2015 ).

Sebagai misal, kata “bola” merujuk kepada ide mengenai benda bundar yang mempunyai sifat – sifat menggelinding dan memantul, kadang digunakan dalam permainan. Dalam memperoleh konsep ini, anak- anak belajar bahwa benda dan tindakan dengan ciri atau fungsi yang hampir sama, maka bisa dikelompokkan dalam kategori yang hampir sama, maka bisa dikelompokkan dalam kategori yang sama atau kategori yang berkaitan. Contohnya, ketika anak mempelajari bahwa benda plastik yang kecil bundar, dan berwarna merah disebut bola, mungkin ia melihat kemiripan ketika ia melihat bola berwarna putih yang digunakan dalam permainan sepak bola.

3. Pengetahuan Sintaksis

Pengetahuan sintaksis adalah pengetahuan tentang

penggabungan kata – kata untuk membentuk ekspresi yang

bermakna. Hal ini karena setiap sistem bahasa mempunyai

aturan atau tata bahasa yang menentukan bagaimana kata –

kata digabungkan untuk membentuk kalimat atau frasa atau

ujaran yang bermakna.

(33)

Dalam kehidupan sehari – hari anak – anak belajar bahwa urutan kata atau sintaksis, penting dalam membangun makna dan dalam memahami pesan yang disampaikan orang lain.

Pertanyaan, “ Apa kamu wina”? mempunyai makna yang berbeda dengan pertanyaan “ Apa wina memukul kamu”?.

4. Pengetahuan morfemik

Pengetahuan morfemik merujuk kepada pengetahuan struktur kata. Dalam memperoleh pengetahuan sintaksis anak- anak belajar bahawa beberapa kata mempunyai struktur yang berada pula. Misalnya dalam bahasa Inggeris, happy, happiness, dan happily mempunyai makna yang berhubungan, berkenaan dengan bahagia. Namun, happy adalah kata sifat, happiness adalah kata benda, happily adalah kata keterangan. Dalam mempelajari bagaimana menggunakan kata – kata yang tepat secara sintaksis, anak – anak juga belajar bahasa prefiks atau awalan dan akhiran, mengubah makna sebuah kata dan penggunaan tata bahasanya.

5. Pengetahuan Pragmatik

Pengetahuan Pragmatik meliputi pengetahuan atau

kesadaran terhadap keseluruhan maksud komunikasi dan

bagaimana bahasa digunakan untuk memperoleh maksud

tersebut. Pada perkembangan komunikasi anak, supaya anak

(34)

terlihat mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Gleason memberi contoh, misalnya anak berusia 8 bulan yang menatap ibunya dan mengulurkan kedua tangannya juga mengucapkan ujaran yang kurang jelas ( uh, uh, uh ) dianggap sedang mengkomunikasikan bahwa dia ingin digendong. Jika permintaannya tidak dipenuhi, maka anak tersebut akan mengulangi permintaan ya dengan mengucapkan ajaran yang semakin keras atau bahasa tubuh yang semakin sungguh – sungguh ( Otot, 2015 ).

e. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Hurlock (1999: 183) faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah mengemukakan kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam bahasa yaitu kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian. Kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan bahasa tersebut dapat diuraikan berikut ini.

1. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar bahasa ketimbang anak

yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota

kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

(35)

2. Kecerdasan

Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar bahasa lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar bahasa, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bahasa ketimbang anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk bahasa dan lebih banyak dibimbing melakukannya.

4. Jenis Kelamin

Anak perempuan lebih cepat dalam belajar bahasa dibandingkan anak laki laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.

5. Keinginan Berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain

semakin kuat motivasi anak untuk belajar bahasa, dan semakin bersedia

menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.

(36)

6. Dorongan

Semakin banyak anak didorong untuk bahasa dengan mengajaknya bicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar bahasa dan semakin baik kualitas bicaranya.

7. Ukuran Keluarga

Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya bahasa lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya bahasa.

8. Urutan Kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar bahasa ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.

9. Metode Pelatihan Anak

Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa

“anak harus dilihat dan bukan didengar” merupakan hambatan belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.

10. Kelahiran Kembar

Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan

bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara

(37)

kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar bahasa agar orang lain dapat memahami mereka.

11. Hubungan Dengan Teman Sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar bahasa.

12. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, ketimbang 1 anak yang penyesuaian dirinya kurang baik.

Kenyataanya, bahasa seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk

anak yang sehat mental. Dari pendapat Hurlock di atas menunjukan bahwa

kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam bahasa dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut sangat

mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Faktor internal berkaitan

dengan kondisi dalam dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan

dengan kondisi lingkunganya. Kondisi lingkungan adalah keadaan yang

ada di sekitar anak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat membantu

perkembangan bahasa anak pada faktor eksternal yaitu dengan

memberikan dorongan anak untuk bahasa, berkomunikasi dan menjalin

hubungan dengan teman sebaya.

(38)

f. Tujuan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Pengembangan keterampilan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang sudah masuk ke lingkungan pendidikan prasekolah khususnya taman kanak-kanak. Sehubungan dengan hal ini, early learning Goals (1999), mengemukakan bahwa tujuan pengembangan bahasa pada anak usia awal dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya.

2. Menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata, dan teks.

3. Mendengar dengan kesenangan dan merespons cerita, lagu, irama, dan sajak-sajak, dan memperbaiki sendiri cerita, lagu, musik, dan irama.

4. Menggunakan bahasa untuk mencipta, melukiskan kembali peran, dan pengalaman.

5. Menggunakan pembicaran, untuk mengorganisasi, mengurutkan, berpikir jelas, ide-ide, perasaan, dan kejadian- kejadian.

6. Mendukung, mendengarkan dengan penuh perhatian.

7. Merespons terhadap yang mereka dengan komentar,

pertanyaan, dan perbuatan yang relevan.

(39)

8. Interaksi dengan orang lain, merundingkan rencana dan kegiatan, dan menunggu giliran dalam percakapan.

9. Memperluas kosakata mereka, meneliti arti dan suara dari kata- kata baru.

10. Mengatakan kembali cerita-cerita dalam urutan yang benar, menggambar pola bahasa pada cerita.

11. Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan kepercayaan dan pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran pada pendengar.

12. Mendengar dan berkata, ciri dan suara akhir dalam kata-kata.

13. Menyesuaikan suara dan huruf, memberi nama, mengarahkan huruf-huruf dalam alfabet.

14. Membaca kata-kata umum yang sudah dikenal dan kalimat sederhana.

15. Mengetahui bahwa cetakan ini memiliki arti contoh dalam bahasa inggris membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah.

16. Menunjukkan suatu pemahaman dan unsur-unsur buku seperti karakternya urutan kajian, dan pembahasan.

17. Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.

18. Menulis nama sendiri dan benda-benda lain seperti sebagai

label dan kata-kata di bawah gambar dan mulai dari bentuk

kalimat sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda baca.

(40)

19. Menggunakan pengetahuan huruf untuk menulis kata-kata sederhana dan mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks.

20. Menggunakan pensil dan menggunakan secara efektif untuk membentuk huruf yang dapat dikenal.

Adapun menurut Depdiknas (2000), mengemukakan bahwa tujuan bahasa di Taman Kanak-Kanak ialah sesuai dengan garis-garis besar program kegiatan belajar (GBPKB) taman kanak-kanak, pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

Mencermati beberapa kutipan diatas tentang tujuan belajar bahasa di taman kanak-kanak, pada intinya anak harus mampu berkomunikasi baik dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa tulisan.

g. Fungsi Bahasa bagi Anak Usia Dini

Dalam membahas fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak,

dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Hal ini, terutama ditujukan

pada fungsi secara langsung pada anak itu sendiri. Ada beberapa sumber

yang telah mencoba memberikan penjabaran dari fungsi bahasa bagi

anak taman kanak-kanak, di antaranya menurut Depdiknas (2000),

fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah adalah:

(41)

1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan.

2. Sebagai alat untuk mengembangankan kemampuan intelektual anak.

3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak, dan

4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Lain halnya menurut Gardner (1983), bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak ialah sebagai alat mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. Secara khusus bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak adalah untuk mengembangkan ekspresi – perasaan, imajinasi, dan pikiran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahawa fungsi pengembangan berbahasa bagi anak taman kanak-kanak antara lain:

a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan;

b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak;

c. Sebagai alat untuk mengembangakan ekspresi anak; dan

d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

h. Prinsip Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini

Sesuai tujuan dan fungsi yang dijabarkan di atas, maka pada

pelaksanaan upaya pengembangan bahasa untuk anak taman

kanak-kanak memerlukan beberapa prinsip dasar. Adapun

(42)

beberapa prinsip pengembangan bahasa sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas (2000), sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.

2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak.

3. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas.

4. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya.

5. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan.

6. Guru menguasai pengembangan bahasa.

7. Guru harus bersikap normatif, model, contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar.

8. Bahasa pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak.

9. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diketahui bahwa pengembangan bahasa yang dilakukan oleh guru harus mendukung upaya pengembangan yang secara tidak sadar juga dilakukan oleh anak.

i. Penguasaan Kosakata Pada Anak

Dalam mempelajari suatu bahasa, seseorang perlu memperbanyak

vocabulary atau kosa kata dari bahasa yang akan atau sedang

dipelajarinya. Karena tanpa memahami kosakata maka akan

(43)

mempersulit kita dalam pembelajaran. Menurut Suryanto, dalam Nugraha ( 2017 : 7 ) “ kosa kata atau vocabulary merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila menggunakan bahasa tersebut”. Linse dalam Nugraha, ( 2017 : 7 ) berpendapat bahwa “ kosakata adalah sekumpulan kata yang diketahui oleh seseorang”.

Berbahasa tidak lepas dari kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa Soedjito, ( 1992 : 1 ). Kosa kata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang.

Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosa kata yang dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosa katanya meningkat Tarigan, ( 1993 : 14 ).

Kosa kata seseorang akan bertambah sedikit demi sedikit setiap

harinya. Perhatikanlah anak kecil yang sedang mulai berbicara. Kosa

kata pertama yang diucapkan biasanya mama dan papa. Kedua kata

tersebut memang mudah diucapkan. Dengan kata mama dan papa anak –

anak mulai berkomunikasi sedikit demi sedikit 5 kosa kata anak akan

bertambah. Ayah dan ibunya mengajari anak – anak mereka berbicara.

(44)

Satu demi satu anak- anaknya menirukannya. Anak- anak mulai menguasai kosa kata agar bisa berkomunikasi lebih lancar.

a. Kosakata Dasar

2.2.Tabel Kosa Kata No Kosakata Bahasa

Indonesia

Usia 3 tahun Usia 4 tahun Usia 5 tahun Usia 6 tahun

1. Kosakata Dasar

a. Kata Benda - Meja - Kursi - Bangku - Papan tulis - Kapur - Pensil - Krayon - Buku

- Ayunan - Tali - Buku - Pensil - Krayon - Penggaris - Kelereng - Meja - Kursi

- Meja - Kursi - Papan tulis - Kapur - Pen - Pensil - Tas - Topi - Sepatu - Kelereng

- Meja - Pen - Sampah - Balok - Karet - Kelereng - Buku - Krayon - Kapur - Papan tulis - Bola b. Kata Kerja - Berhitung

- Menulis - Membaca - Belajar

- Main - Angkat - Membaca - Belajar

- Menggambar - Menabung - Menanami - Menyirami

- Main

- Membuang

- Membawa

- Duduk

(45)

- Menggambar - Dijauhi - Menggambar - Menulis - Berhitung

- Belajar - Menulis - Berhitung - Membaca - Main

- Mengerjakan - Menulis - Membaca - Berhitung - Mencoreti - Bermain - Belajar - Memetik c. Kata Sifat - Kuning

- Baik - Merah - Sayang - Nakal

- Malas - Jahat - Baik - Kuning - Nakal - Putih - Hitam

- Biru - Merah - Kuning - Hijau - Nakal - Cantik - Besar

- Pintar - Rajin - Malas - Bulat - Kecil - Kotor - Putih - Biru - Hijau - Hitam d. Kata Bilangan - 1-8

- Semua

- 1-10 - Banyak

- 1-20 - 500

- 1-30 - 1000 - Banyak

e. Kata Ganti - Aku - Aku - Aku - Aku

(46)

- Kamu - Kami - Kita - Dia

- Kamu - Kami - Kita - Dia

- Kamu - Kami - Kita - Dia

- Kamu - Kami - Kita - Dia - Mereka f. Kata yang

Berhubungan dengan Kekerabatan

- Ibu - Ayah - Adik - Kakak

- Ibu - Ayah - Adik - Kakak

- Ibu - Bapak - Kakek - Nenek - Paman

- Ibu - Bapak - Adik - Kakak - Kakek - Nenek

g. Kata Depan - Di sana

- Di sini - Di situ

2. Kosakata Turunan

a. Imbuhan prefix Me-tulis Membaca Menggambar Berhitung

Me-tulis Membaca Menggambar Berhitung dijauhi

Me-tulis Me-tanam Me-tabung Membaca Menggambar Berhitung Meny-siram

Me-tulis

Me-petik

Membaca

Membuang

Membawa

Men-coret

Menggambar

(47)

Meng-kerja Berhitung Bermain b. Imbuhan sufiks Semua-nya Ayun-an

Kedua-nya Jari-nya

Bunga-nya Menanam-i Menyiram-i

Tugas-nya Mencoret-i Kerja-kan c. Imbuhan infiks Belajar Belajar

Kelereng

Belajar Kelereng

Belajar Kelereng Pintar Kerja d. Imbuhan

konfiks

Keduanya Dijauhi

Menanami Menyirami

Mengerjakan Mencoreti

3. Kosakata Ulang - Satu-Satu - Dua-Dua - Tiga-Tiga

- Satu-Satu - Dua-Dua - Tiga-Tiga - Lima-Lima

- Bunga- Bunga - Sepatu-

sepatu - Main-main - Kupu-kupu

- Balok-balok - Main-main - Bunga-

bunga

- Buku-buku

(48)

j. Langkah – Langkah Penggunaan Kosakata

Istilah kosakata dalam bahasa Indonesia sejajar dengan istilah perbendaharaan kata atau leksikon. Membicarakan kosakata berarti membicarakan suatu bidang bahasa yang disebut leksikologi atau ilmu kosakata.Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata. Abu Bakar Sulaiman, A. Gani & Syafri K. (1986: 6) menyatakan bahwa kata kosakata berasal dari bahasa Sansekerta koca dan katha. Kedua kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata majemuk. Tanpa kosakata yang luas, seseorang tidak akan dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam komunikasi secara komprehensif. Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa kualitas berbahasa seseorang tergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki.Makin kaya kosakata yang dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa kosakata adalah kata- 9 kata yang dimiliki suatu bahasa atau seseorang yang membentuk bahasa yang bersangkutan atau dipakai oleh orang atau kelompok masyarakat yang bersangkutan.

Pada masa kanak-kanak awal, penguasaan kata juga bertambah.

Pada usia tiga tahun, perbendaharaan katanya sekitar 1.000 dan sekitar 80 persen diucapkan dengan jelas bahkan untuk yang masih asing.

Tata bahasa yang lebih kompleks juga dapat diucapkan walaupun

tidak seperti pada orang dewasa dan masih sering terjadi kesalahan.

(49)

Ciri lain, anak sudah dapat mengatakan kata-kata yang menggambarkan waktu yang akan datang, misalnya “nanti aku akan sekolah,” “besok kalau besar aku akan menjadi pilot pesawat terbang.” Dan kata ganti, misalnya saya, kamu, dan kita.

Menurut Lado (1979: 121-126), ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kosakata yaitu:

1. Mendengarkan kata 2. Mengucapkan kata 3. Memahami makna

4. Membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat

5. Melakukan 10 latihan dalam pengekspresian makna 6. Mengucapkan kata tersebut dengan suara keras, dan 7. Menulis kata-kata tersebut.

Sitorus (1993: 3) menyatakan bahwa kata kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-golongan, dan dalam suatu perangkat perangkat selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut Sitorus (1993: 4) mengungkapkan ada dua cara mempelajari kosakata dalam pengelompokan yaitu kelompok kata yang mempunyai satu dasar umum dan kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam pengertian (Hasugian, 2006).

Antara 4-5 tahun kalimat anak sudah terdiri dari 4-5 kata, juga mereka sudah mampu menggunakan kata depan, seperti “di bawah,”

“dalam,” “di atas,” “di samping.” Mereka lebih banyak menggunakan

(50)

kata kerja dari pada kata benda. Dapat dikatakan pada usia kurang lebih empat tahun ini, menurut Mussen dkk. (1984), pembicaraan anak lebih lama dan kompleks, dapat mengatakan dua ide dalam satu kalimat, kata-kata saling berhubungan, serta lebih menyerupai pembicaraan orang dewasa.Misalnya, “Ani mau makan, dan aku enggak mau.” Perbedaan dengan orang dewasa terletak pada gaya pengucapannya saja. Anak juga sudah menggunakan kata: “di sini,”

“di sana,” “jarang,” “kadang-kadang,” serta telah dapat menggunakan kata benda dan kata kerja sebagaimana mestinya.

Pada usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai dengan delapan kata. Anak-anak ini biasanya memiliki kosakata pembicaraan sekitar 2.600 kata dan memahami lebih dari 20.000 kata (Papalia dkk., 2008). Mereka sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, mengetahui lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung, kata depan, dan kata sandang.

Hetherington dan Park (2000) menyatakan bahwa pada masa

prasekolah ini anak mempunyai kemampuan mempelajari setiap

bahasa dengan lebih mudah dibandingkan usia sebelum maupun bila

ia telah dewasa. Menurut Carey dan Clark (dalam Santrock, 2007),

pada usia 6 tahun kosakata pembicaraannya berkisar 8.000 sampai

dengan 14.000 kata, dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata baru

perhari.

(51)

h. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini adalah cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta didik yaitu anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan ke jenjang dasar.

Namun yang paling umum ada 8 Metode Pembelajaran PAUD 1. Bercerita

bercerita atau bertutur adalah metode pembelajaran yang paling mudah karena dapat dilakukan secara lisan dan sesekali dengan menggerakkan anggota tubuh lainnya untuk mempermudah pemahaman terhadap cerita yang disampaikan. Agar cerita yang disampaikan lebih hidup dan melibatkan emosi anak-anak, maka dalam acara bercerita anak- anak bebas memberikan pertanyaan, pendapat, kritik, saran dan tanggapan.

Dan apabila salah satu anak mengetahui cerita yang sedang disampaikan

dapat diberikan kesempatan terhadap anak tersebut untuk melanjutkan

ceritanya. Metode bercerita juga dapat menggunakan buku sebagai alat

bantu bercerita atau alat peraga lainnya yang sesuai dengan tema yang

sedang disampaikan.

(52)

2. Demonstrasi

pembelajaran demonstrasi dilakukan pada saat ingin menunjukkan atau memperagakan cara membuat dan melakukan sesuatu terhadap benda atau tema yang sedang disampaikan. Metode demonstrasi biasanya lebih disukai oleh anak-anak karena mereka sangat senang memperagakan dan meniru hal-hal yang belum pernah mereka lakukan. Namun sebaiknya pendidik harus memilih kegiatan demonstrasi yang ramah dan sesuai dengan usia dan kemampuan perkembangan anak, terutama menghindari hal-hal benda-benda tajam, berbau dan mengotori lingkungan.

3. Bercakap-cakap

bercakap-cakap beda dengan bercerita, bila bercerita menuntut untuk menentukan tema, bercakap-cakap dapat dilakukan dengan hanya interaksi antara pendidik, ayah-bunda dengan anak dan antara anak dengan anak lainnya. Percakapan dapat dimulai dengan hal-hal yang ringan, misal mulai dari ucapan salam, menyapa, menanya kabar hingga memuji soal pakaian, sepatu, tas dan hal lainnya.

4. Pemberian Tugas

Tugas yang dimaksud bukanlah seperti PR (pekerjaan rumah)

untuk menulis dan menjawab sesuatu, tentu bukan itu maksudnya. Karena

pemberian tugas yang berbentuk PR apakah bahasa asing atau calistung

belum direkomendasikan terhadap anak PAUD. Tugas yang diberikan

lebih kepada rangsangan motorik halus dan motorik kasar anak, sehingga

dengan pemberian tugas tersebut anak-anak mendapatkan pengalaman

(53)

yang nyata. Pemberian tugas bisa dilakukan kepada anak secara individu maupun kelompok.

5. Bermain Peran

Agar memberikan daya khayal dan imajinasi lebih, membentuk kemampuan berekspresi dan meningkatkan kreativitas, anak PAUD dapat melakukan kegiatan meniru dan menginspirasi tokoh-tokoh dalam cerita atau benda-benda yang ada dalam cerita tersebut. Ekspresi bisa dilakukan dengan gerak, ucapan dan peragaan lainnya baik melibatkan teman, guru ataupun dilakukan sendiri oleh si anak.

B. Kerangka Berpikir

bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori untuk berpikir.kemudian bahasa juga merupakan alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi.

Berbahasa tidak lepas dari kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosa kata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosa kata yang dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa meningkat.

Agar penguasaan kosakata dapat berkembang dengan baik maka

seseorang perlu memperbanyak vocabulary atau kosa kata dari bahasa

(54)

yang akan atau sedang dipelajarinya khususnya di TK Aisyiyah Mamajang

Makassar. Karena tanpa memahami kosakata maka akan mempersulit kita

dalam pembelajaran. kosa kata atau vocabulary merupakan kumpulan kata

yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila

menggunakan bahasa tersebut. Keterampilan berbahasa seseorang

meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosa katanya meningkat maka

dari itu perlu namanya pembelajaran kosakata setiap hari untuk anak

karena Kosa kata seseorang akan bertambah sedikit demi sedikit setiap

hari ketika pembelajaran dilakukan secara rutin.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JenisMetodePenelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif menghendaki data dan informasi yang berbentuk deskripsi dan narasi untuk dapat mengungkapkan makna yang berada di balik deskripsi/uraian informan. Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) yang lebih bersifat kualitatif.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian langsung dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian ini didasarkan untuk mengungkapkan peran guru dalam mengembangkan kosakata pada anak.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Mamajang Makassar jalan Tupai Nomor.35 Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurung waktu 3 minggu peneliti melaksanakan tugasnya untuk menganalisis dan mengamati terkait kegiatan anak di sekolah terkhusus pada penguasaan kosa kata.

44

(56)

3. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas B. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dimana peneliti memiliki informan secara variatif berdasarkan alasan wawancara dengan mengadakan Tanya jawab langsung kepada informan. Penentuan Sampel diantaranya yaitu, Purposive Sampling yaitu penarikan informan secara purposive merupakan cara penarikan informan yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. (purposive sampling) Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana peneliti cenderung memiliki responden secara variatif berdasarkan (alasan).

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuannya adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dan benar-benar memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara lengkap tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut. Adapun alasan peneliti menggunakan Purposive Sampling tidak lain karena peneliti sebelumnya telah mengetahui terkait bagaimana lokasi yang akan digunakan untuk penelitian.Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Adapun kriteria dari informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian

ini adalah wali kelas B. Selain menggunakan Purposive Sampling Peneliti juga

menggunakan sampel data jenuh yaitu ketika semua jawaban informan memiliki

kesamaan maka proses pengambilan data akan diselesaikan.

(57)

4. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian dalam Penelitian Kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah, dan rumusan masalah dalam penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini, fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara mendalam dan tuntas untuk mengetahui secara mendalam mengenai Penguasaan Kosakata Anak di TK Aisyiyah Mamajang .

5. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Namun instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih sistematis sehingga lebih mudah diolah berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen ini menggunakan lembar observasi dan panduan wawancara sebagai pendukung dalam penelitian ini.

6. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu sebagai berikut:

1. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya berupa hasil wawancara atau observasi dari suatu subjek,

peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan.

(58)

2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil telaah, buku, referensi atau dokumentasi.

Sumber data penelitian adalah tempat darimana bukti atau data diperoleh.

Diantara yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas B.

Peneliti mendapatkan data tentang penguasaan kosakata pada anak yang bersekolah di TK Aisyiyah Mamajang Makassar, ini dilakukan agar peneliti dapat lebih mudah dalam mendapatkan kriteria lingkungan yang akan menjadi tempat wawancara.

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subjek yang diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subjek dan objek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara

dengan yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan, di

mana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang

(59)

didapat dari observasi. Seperti yang dikemukakan yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya.

3. Studi Dokumen

Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis/gambar yang tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data, membuat interpretasi dan penarikan kesimpulan.

2.3Klasifikasi Pengumpulan Data NO Teknik Pengumpulan

Data

Aspek yang Ingin diteliti

1. Observasi Penguasaan Kosakata pada Anak

2. Wawancara Bagaimana metode guru dalam

mengajarkan kosakata pada anak.

3. Dokumentasi a. Kondisi kelas B

b. Perangkat pembelajaran di kelas

(60)

8. Teknik Analisis data

Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan mengolah semua data penelitian yang dilakukan dari pengumpulan data dari observasi, wawancara, studi kepustakaan dan studi dokumen yang didapat dari sekolah, lalu di deskripsikan oleh peneliti.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari pola dan tema dan membuang hal yang tidak dianggap penting Dengan demikian peneliti menyajikan data secara lebih spesifik dan terarah pada topik penelitian.

3. Display data

Penyajian (display) data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flowchart) dan lain sejenisnya. Penyajian dalam bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami yang terjadi dan merencanakan kerja peneliti selanjutnya.

4. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dinamika travelling soliton berhubungan langsung dengan fenomena transfer energi pada protein yaitu terjadi ketika kopling dibentuk dalam fungsi konstan, fungsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang mengikuti survei IICG

ERNI LESTARI. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Konsumsi Pangan, Status Anemia dan Prestasi Belajar pada Remaja Putri SMPN 27 di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

Pada penelitian ini diketahui bahwa perusahaan manufaktur di indonesia telah melakukan kinerja lingkungan yang dapat diketahui dari keikutsertaan perusahaan

Rubrik Seleb merupakan kumpulan berita yang berisi mengenai dunia. selebritis baik yang dirangkum dari selebritis internasional

Sebutkan tingkat ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan meteran/penggaris dengan menggunakan jangka

Sahabat MQ/ Lembaga Legislatif Kota Yogyakarta periode 2009-2014 berjanji memperketat fungsi pengawasan kinerja eksekutif/ dalam menjalankan program pemerintah daerah